Pemetaan Potensi Wisata Alam Di Kawasan Ekowisata Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser BTN Wilayah III Langkat

(1)

PEMETAAN POTENSI WISATA ALAM DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER

BTN WILAYAH III LANGKAT

ELSI KURNIA SARI 071201008

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PEMETAAN POTENSI WISATA ALAM DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER

BTN WILAYAH III LANGKAT

SKRIPSI

Oleh:

ELSI KURNIA SARI 071201008

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

PEMETAAN POTENSI WISATA ALAM DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER

BTN WILAYAH III LANGKAT

SKRIPSI

Oleh:

ELSI KURNIA SARI

071201008/MANAJEMEN HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

Judul Skripsi : Pemetaan Potensi Wisata Alam Di Kawasan Ekowisata Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser BTN Wilayah III Langkat

Nama : Elsi Kurnia Sari

NIM : 071201008

Program Studi : Kehutanan

Jurusan : Manajemen Hutan

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing

Rahmawaty, S.Hut, M.Si, Ph.D Ahmad Syofyan, SE, M.Si Ketua Anggota

Mengetahui,

Siti Latifah, S.Hut. M.Si. Ph.D. Ketua Program Studi Kehutanan


(5)

ABSTRAK

ELSI KURNIA SARI : Pemetaan Potensi Wisata Alam Di Kawasan Ekowisata Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser BTN Wilayah III Langkat, dibimbing oleh RAHMAWATY dan AHMAD SYOFYAN.

Kawasan Ekowisata Tangkahan (KET) sebagai daerah tujuan wisata memiliki daya tarik alam yang unik dan tersebar di beberapa lokasi. Namun, masih banyak potensi wisata alam yang belum teridentifikasi dan dipetakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi wisata alam yang terdapat di KET, memetakan potensi wisata alam pada jalur yang sudah ada dan yang berpotensi untuk dijadikan jalur baru di kawasan tersebut. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret- Juni 2011. Metode yang dilakukan pertama kali adalah mengindentifikasi potensi wisata alam yang terdapat di KET dengan cara mengamati keadaan sekitar kawasan, kemudian memetakan jalur wisata yang telah ada dan jalur baru yang ditemukan beserta potensi-potensi di dalamnya menggunakan sistem informasi geografis (SIG) khususnya menggunakan software ArcView 3.3. Data yang akan diolah tersebut diperoleh dengan bantuan alat

Global Positioning System (GPS) dari lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di KET masih memiliki kelemahan tempat wisata alam berupa sarana dan prasarana jalan, listrik, air bersih, bak sampah, toko souvenir, rumah ibadah dan tempat pembuangan sampah. Sedangkan potensi wisata alam yang dipetakan pada jalur yang telah ada dan pada jalur baru di KET berupa potensi flora, fauna dan alam yang berupa air terjun, goa, air panas, pantai kupu-kupu, aliran sungai jernih, taman rafflesia, titik pemantauan satwa, pilar bukit tempurung, tebing batu, tanaman obat, pohon besar, jamur serta hewan-hewan langka yang dilindungi.

Kata kunci : kawasan ekowisata tangkahan, potensi wisata, sistem informasi geografis                  


(6)

ABSTRACT

ELSI KURNIA SARI: Mapping the Potential of Tangkahan Ecotourism Gunung

Leuser National Park BTN III Region Langkat, guided by RAHMAWATY and

AHMAD SYOFYAN.

Tangkahan Ecotourism Area (TEA) as a tourist destination has a unique natural charm and scattered in several locations. However, there are many natural tourism potential that has not been identified and mapped. This study aims to identify the potential of nature tourism contained in the TEA, map the potential of nature tourism on the lines of existing and potential to be a new path in the region. The research was conducted from March-June 2011. The method was first performed to identify the potential of nature tourism is located on TEA by observing the situation around the area, then map the existing tourist pathways and new pathways are discovered and their potential in it using a geographic information system (GIS) in particular using ArcView software 3.3. Data to be processed is obtained with the aid of Global Positioning System (GPS) from the field.

The results showed that in TEA still has drawbacks natural attractions in the form of facilities and infrastructure of roads, electricity, clean water, garbage bins, souvenir shops, houses of worship and landfills. While the potential of nature tourism that is mapped to the existing path and on a new path in the form of potential TEA flora, fauna and nature in the form of waterfalls, caves, hot springs, beaches butterfly, crystal clear streams, Rafflesia parks, wildlife monitoring point, pillar shell hills, cliffs, medicinal plants, large trees, fungi and animals are protected rare.

Key words: Tangkahan ecotourism area (TEA), tourism potential, geographic information systems


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Talang, Kabupaten Solok Sumatera Barat pada tanggal 12 Mei 1989 dari ayahanda Syufril (Alm) dan ibunda Ratna S.Pd. Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara.

Tahun 2001 penulis lulus dari SDN 01 Aro Talang, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Gunung Talang. Pada tahun 2007, penulis lulus dari SMAN 1 Gunung Talang dan pada tahun yang sama diterima menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Penelusuran Minat dan Bakat. Penulis memilih jurusan Manajemen Hutan, Program Studi Kehutanan.

Selama mengikuti kuliah, penulis aktif sebagai anggota Mahasiswa kehutanan USU, sebagai Asisten Praktikum Klimatologi Hutan tahun 2010, Asisten Praktikum Pemanenan Hasil Hutan tahun 2010, Asisten Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan tahun 2010 dan 2011.

Penulis melakukan Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Hutan Dataran Rendah Aras Napal dan Hutan Mangrove Pulau Sembilan Kabupaten Langkat tahun 2009. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di KPH Bandung Selatan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten dari tanggal 10 Januari sampai 10 Februari 2011.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemetaan Potensi Wisata Alam Di Kawasan Ekowisata Tangkahan Di Taman Nasional Gunung Leuser BTN III Wilayah Langkat”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua penulis yang telah membimbing, mendidik dan mendukung penulis baik dari segi moril maupun materil. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ketua komisi pembimbing Rahmawaty, S.Hut, M.Si, Ph.D dan anggota komisi pembimbing Ahmad Syofyan, SE, M.Si yang terus membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) dan teman-teman yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi para pemerhati lingkungan dan pariwisata.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian... 2

C. Manfaat Penelitian... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ekowisata dan Pariwisata... 3

B. Potensi Ekowisata... 6

C. Objek wisata ... 7

D. Zonasi Kawasan ... 8

E. Sistem Informasi Geografis Dalam Pengelolaan Wisata... 9

F. Tangkahan... 11

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian... 14

B. Bahan dan Alat ... 14

C. Metode Penelitian 1. Identifikasi Potensi wisata... 15

2. Pengumpulan Data ... 16

3. Pembuatan Peta Potensi Wisata ... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Wisata ... 19

1. Kadar Hubungan/ Aksesibilitas... 19

2. Pengelolaan dan Pelayanan ... 21

3. Akomodasi ... 22

4. Sarana dan Prasarana Penunjang... 23

5. Atraksi dan Kegiatan Ekowisata ... 25

6. Kondisi Perkembangan Jumlah Pengunjung... 28

B. Peta dan Potensi Alam Pada Jalur Wisata ... 30

1. Potensi Wisata Pada Rafflesia Track ... 30

2. Potensi Wisata Pada 60 Hours Track ... 39


(10)

5. Potensi Wisata Pada Adventure Track ... 71

Halaman V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA ... 79


(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Lokal dan Mancanegara... 28

2. Jenis Kupu-kupu di Pantai Kupu-kupu Ekowisata Tangkahan... 32

3. Potensi Kawasan Pada Rafflesia Track... 34

4. Potensi Flora Pada Rafflesia Track... 37

5. Potensi Fauna Pada Rafflesia Track... 37

6. Potensi Kawasan Pada 60 Hours Track ... 43

7. Potensi Flora Pada 60 Hours Track... 53

8. Potensi Fauna Pada 60 Hours Track ... 54

9. Potensi Kawasan Pada Youth Track ... 57

10. Potensi Flora Pada Youth Track ... 61

11. Potensi Fauna Pada Youth Track ... 62

12. Potensi Kawasan Pada Family Track... 65

13. Potensi Flora Pada Family Track ... 69

14. Potensi Fauna Pada Family Track... 69

15. Potensi Kawasan Pada Adventure Track ... 72

16. Potensi Flora Pada Adventure Track ... 73


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian... 14

2. Alur Kerja Pembuatan Peta Potensi Wisata... 18

3. Kondisi Jalan Menuju Tangkahan... 19

4. Kondisi Jalan Tanah dan Berkerikil... 20

5. Kondisi Jembatan Menuju Tangkahan... 20

6. Sarana Penyebrangan Berupa Rakit... 21

7. Pintu masuk Visitor Center ... 21

8. Penginapan di Ekowisata Tangkahan ... 22

9. Warung Makanan dan Minuman... 23

10. Fasilitas Toilet Umum... 24

11. Perbandingan Jumlah Wisatawan Lokal Dengan Mancanegara ... 29

12. Pantai Kupu-kupu ... 31

13. Air Terjun Kenangan ... 31

14. Air Terjun Lao Anak Pakam... 32

15. Taman Rafflesia Arnoldi... 33

16. Track Pinggiran Tebing ... 34

17. Durian Hutan... 34

18. Semantok... 35

19. Malu Tua ... 35

20. Jamur Kuping... 35

21. Meranti Buaya... 35

22. Bekas Tempat Makan Babi Hutan ... 36

23. Sarang Semut ... 36

24. Beruk ... 36

25. Peta Potensi Wisata Pada Rafflesia Track ... 38

26. Namo Tangkahan ... 39

27. Aliran Sei Buluh Kecil... 39


(13)

Halaman

29. Titik Pemantauan dan Camping Ground... 41

30. Pilar Bukit Tempurung... 41

31. Tebing Batu... 41

32. Selincir Alur... 42

33. Camping Ground... 42

34. Muara Kalimbalang... 43

35. Batuab Sepanjang Sungai Batang Serangan ... 43

36. Tanaman Saroja... 44

37. Tara Langkup ... 44

38. Jamur Kuping... 44

39. Jelutung ... 45

40. Cengal ... 45

41. Buah Sp.1 ... 45

42. Jamur ... 45

43. Damar Kaca... 46

44. Gatgatan Harimo ... 46

45. Meranti Batu ... 46

46. Kruing ... 46

47. Meranti Batu Kulit Tipis ... 47

48. Damar ... 47

49. Berilang... 47

50. Merilang ... 47

51. Jamur ... 48

52. Ficus ... 48

53. Salak Hutan ... 48

54. Pohon Bunga Bangkai... 48

55. Liana ... 49

56. Lemak Sawa... 49

57. Merbau ... 49

58. Tangkih ... 49


(14)

Halaman

60. Ketok Ring-ring ... 50

61. Burung Rangkong ... 50

62. Sarang Semut ... 51

63. Kedih ... 51

64. Black Gibbon... 51

65. Beruk ... 51

66. Sarang Orangutan Sumatera... 52

67. Jejak Babi Hutan ... 52

68. Tempat Bermain Burung Kuau ... 52

69. Peta Potensi Wisata Pada 60 Hours Track ... 55

70. Sungai Buluh... 56

71. Air Terjun Sei Garut ... 56

72. Bayur ... 57

73. Bunga Kincung ... 58

74. Cengal Batu... 58

75. Cep-cepan... 58

76. Ficus ... 58

77. Gondang ... 59

78. Jamur ... 59

79. Kepeng ... 59

80. Medang... 59

81. Pakam ... 60

82. Paradep... 60

83. Sirih Hutan ... 60

84. Tapak Gajah ... 60

85. Sarang Babi Hutan ... 61

86. Kedih ... 62

87. Bekas Cakaran Harimau... 62

88. Peta Potensi Wisata Pada Youth Track... 63

89. Pemandian Air Panas ... 64


(15)

Halaman

91. Bening-bening... 65

92. Cingkam ... 66

93. Ficus ... 66

94. Jamur ... 66

95. Liana ... 66

96. Mahang... 67

97. Rambe Kura-kura... 67

98. Ketok ring-ring... 67

99. Jejak Babi Hutan ... 68

100. Black Gibbon ... 68

101.Bulu Burung Kuau ... 68

102. Peta Potensi Wisata Pada Family Track ... 70

103.Goa Kalong ... 72

104.Ficus ... 72

105.Jamur ... 72

106.Meranti Bunga... 73

107.Ular ... 74

108.Ulat Daun ... 74

109.Beruk ... 74

110. Peta Potensi Wisata Pada Adventure Track ... 75


(16)

ABSTRAK

ELSI KURNIA SARI : Pemetaan Potensi Wisata Alam Di Kawasan Ekowisata Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser BTN Wilayah III Langkat, dibimbing oleh RAHMAWATY dan AHMAD SYOFYAN.

Kawasan Ekowisata Tangkahan (KET) sebagai daerah tujuan wisata memiliki daya tarik alam yang unik dan tersebar di beberapa lokasi. Namun, masih banyak potensi wisata alam yang belum teridentifikasi dan dipetakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi wisata alam yang terdapat di KET, memetakan potensi wisata alam pada jalur yang sudah ada dan yang berpotensi untuk dijadikan jalur baru di kawasan tersebut. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret- Juni 2011. Metode yang dilakukan pertama kali adalah mengindentifikasi potensi wisata alam yang terdapat di KET dengan cara mengamati keadaan sekitar kawasan, kemudian memetakan jalur wisata yang telah ada dan jalur baru yang ditemukan beserta potensi-potensi di dalamnya menggunakan sistem informasi geografis (SIG) khususnya menggunakan software ArcView 3.3. Data yang akan diolah tersebut diperoleh dengan bantuan alat

Global Positioning System (GPS) dari lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di KET masih memiliki kelemahan tempat wisata alam berupa sarana dan prasarana jalan, listrik, air bersih, bak sampah, toko souvenir, rumah ibadah dan tempat pembuangan sampah. Sedangkan potensi wisata alam yang dipetakan pada jalur yang telah ada dan pada jalur baru di KET berupa potensi flora, fauna dan alam yang berupa air terjun, goa, air panas, pantai kupu-kupu, aliran sungai jernih, taman rafflesia, titik pemantauan satwa, pilar bukit tempurung, tebing batu, tanaman obat, pohon besar, jamur serta hewan-hewan langka yang dilindungi.

Kata kunci : kawasan ekowisata tangkahan, potensi wisata, sistem informasi geografis                  


(17)

ABSTRACT

ELSI KURNIA SARI: Mapping the Potential of Tangkahan Ecotourism Gunung

Leuser National Park BTN III Region Langkat, guided by RAHMAWATY and

AHMAD SYOFYAN.

Tangkahan Ecotourism Area (TEA) as a tourist destination has a unique natural charm and scattered in several locations. However, there are many natural tourism potential that has not been identified and mapped. This study aims to identify the potential of nature tourism contained in the TEA, map the potential of nature tourism on the lines of existing and potential to be a new path in the region. The research was conducted from March-June 2011. The method was first performed to identify the potential of nature tourism is located on TEA by observing the situation around the area, then map the existing tourist pathways and new pathways are discovered and their potential in it using a geographic information system (GIS) in particular using ArcView software 3.3. Data to be processed is obtained with the aid of Global Positioning System (GPS) from the field.

The results showed that in TEA still has drawbacks natural attractions in the form of facilities and infrastructure of roads, electricity, clean water, garbage bins, souvenir shops, houses of worship and landfills. While the potential of nature tourism that is mapped to the existing path and on a new path in the form of potential TEA flora, fauna and nature in the form of waterfalls, caves, hot springs, beaches butterfly, crystal clear streams, Rafflesia parks, wildlife monitoring point, pillar shell hills, cliffs, medicinal plants, large trees, fungi and animals are protected rare.

Key words: Tangkahan ecotourism area (TEA), tourism potential, geographic information systems


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Objek wisata dan segala atraksi yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama, mengapa seseorang datang berkunjung pada suatu tempat. Keaslian dari objek dan atraksi yang disuguhkan haruslah dipertahankan sehingga wisatawan di tempat tersebut dapat melihat dan menyaksikan objek dan atraksi tersebut. Selain terpelihara keasliannya, variasi objek dan atraksi yang akan dijual perlu diciptakan untuk konsumsi wisatawan. Disinilah pentingnya pengembangan produk (product development) dalam industri kepariwisataan. Banyaknya objek dan atraksi yang akan dijual sangat besar pengaruhnya untuk memperpanjang lamanya tinggal (length to stay) dan selanjutnya akan memperbanyak devisa masuk dan meninggalkan pendapatan daerah (Yoeti, 1996).

Kawasan Ekowisata Tangkahan sebagai daerah tujuan wisata memiliki daya tarik alam yang unik dan tersebar di beberapa lokasi. Potensi alam tersebut dapat dikembangkan untuk menambah minat pengunjung. Cara yang dikembangkan untuk menarik minat pengunjung terhadap kawasan ini adalah dengan mengadakan berbagai kegiatan wisata. Namun, masih banyak potensi wisata lain yang belum teridentifikasi dan dipetakan. Potensi wisata alam yang masih belum teridentifikasi dan dipetakan ini seharusnya dapat dijadikan suatu alternatif kegiatan wisata di kawasan tangkahan.

Pilihan kegiatan wisata yang masih sedikit ini seharusnya bisa dikembangkan lagi dengan menambah jalur-jalur wisata yang memiliki potensi besar di dalamnya. Dengan adanya penambahan kegiatan wisata di Kawasan


(19)

berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menggali potensi-potensi alam yang belum tersentuh demi meningkatkan daya tarik pengunjung, menyeimbangkan penggunaan lahan serta untuk kelengkapan informasi wisata bagi pihak pengelola.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. mengidentifikasi potensi wisata alam yang terdapat di kawasan ekowisata tangkahan.

2. memetakan potensi wisata alam pada jalur yang sudah ada di kawasan ekowisata tangkahan

3. memetakan potensi wisata alam yang berpotensi untuk dijadikan jalur baru di kawasan ekowisata tangkahan

C. Manfaat Penelitaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pengelola Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) untuk mengembangkan dan menambah kegiatan wisata dalam rangka meningkatkan daya tarik kawasan Ekowisata Tangkahan bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekowisata dan Pariwisata

Definisi ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990), yaitu suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari disamping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga. Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata lebih lanjut didefinisikan sebagai bentuk baru dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata.

Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Apabila ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, maka konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa mendatang. Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan ecotour adalah daerah alami. Kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata (Hakim, 2004).


(21)

Di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata mempergunakan pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan “pelestarian” dibanding pemanfaatan. Kemudian pendekatan lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur

conservation tax untuk membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan

masyarakat local (Lindberg, 1991).

Berdasarkan Permenhut No: P.48/Menhut II/2010 tentang Pengusahan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, jenis usaha pariwisata alam yang disediakan antara lain: informasi pariwisata, pramuwisata, transportasi, perjalanan wisata, cinderamata serta makanan dan minuman.

Ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik, dan psikologis wisatawan. Bahkan dalam berbagai aspek ekowisata merupakan bentuk wisata yang mengarah ke metatourism. Ekowisata bukan menjual destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata tidak akan mengenal kejenuhan pasar. Pengembangan ekowisata di dalam kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan kelestarian ekosistem hutan. Ecotraveler (Turis Ekowisata) menghendaki persyaratan kualitas dan keutuhan ekosistem. Oleh karenanya terdapat beberapa butir prinsip pengembangan ekowisata yang harus dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini dilaksanakan maka ekowisata menjamin pembangunan


(22)

yang ecological friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan (community

based).

Pariwisata sedang dikembangkan dengan giat di Indonesia. Pariwisata dibanyak tempat menunjukkan peningkatan yang tajam, terutama pariwisata domestik. Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat peka terhadap kerusakan lingkungan. Pariwisata tidak akan berkembang tanpa lingkungan yang baik. Pengembangan ekowisata harus memperhatikan terjaga mutu lingkungan, sebab dalam industri pariwisata lingkungan itulah yang sebenarnya dijual (Ahmad, 1999).

Kualitas produk pariwisata yang baik terkait dalam empat hal, yakni keunikan, otentitas, originalitas, dan keragaman. Keunikan diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan daya tarik yang khas melekat pada suatu objek wisata. Keunikan sebenarnya merupakan salah satu keunggulan produk dalam persaingan pasar yang semakin ketat. Originalitas mencerminkan keaslian atau kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi atau tidak mengadopsi model dan nilai yang berbeda dengan nilai aslinya. Otentitas mengacu pada keaslian, yang merupakan perpaduan antara sifat alamiah, eksotis, dan bersahaja dari suatu daya tarik ekowisata. Diversitas produk artinya keanekaragaman produk atau jasa yang ditawarkan (Damanik dan Weber, 2006).

Berdasarkan Permenhut No: P.48/Menhut II/2010 tentang Pengusahan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, pembangunan sarana akomodasi yang diperbolehkan di Kawasan Taman Nasional antara lain: penginapan/ pondok wisata/ pondok apung/


(23)

rumah pohon, bumi perkemahan, tempat singgah, fasilitas akomodasi serta fasilitas pelayanan umum dan kantor.

B. Potensi Ekowisata

Pariwisata sedang dikembangkan dengan giat di Indonesia. Pariwisata di banyak tempat menunjukkan peningkatan yang tajam, terutama pariwisata domestik. Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat peka terhadap kerusakan lingkungan. Pariwisata tidak akan berkembang tanpa lingkungan yang baik. Pengembangan ekowisata harus memperhatikan terjaga mutu lingkungan, sebab dalam industri pariwisata lingkungan itulah yang sebenarnya dijual (Ahmad, 1999).

Dalam Suferi (2008) diketahui bahwa untuk memprediksikan jumlah pengunjung dalam jangka waktu tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :

Pt = Po ( 1 + r )t Pt = Jumlah kunjungan tahun yang diprediksikan Po = Jumlah wisatawan awal perhitungan

r = Persentase kenaikan jumlah wisatawan t = Jumlah tahun yang diprediksikan

Keanekaragaman ODTW menjadi salah satu keunggulan komparatif produk pariwisata di pasar internasional namun demikian harus diakui bahwa ODTW tersebut secara faktual belum mampu memenuhi standar produk yang dapat dijual di pasar. Banyak ODTW yang hanya menawarkan objek “apa adanya”, dalam arti hampir tanpa kemasan dan juga tanpa target pasar yang jelas. Keragaman ODTW tersebut hanya memberikan keuntungan optimal apabila


(24)

dikembangkan berdasarkan hasil-hasil perencanaan yang terukur (Damanik dan Weber, 2006).

C. Objek Wisata

Menurut Yoeti (1996), objek wisata dapat berupa: (1) Natural Tourist

Resources yang berasal dari alam dan dapat dilihat atau disaksikan secara bebas

pada tempat-tempat tertentu harus dibayar untuk masuk, seperti cagar alam, kebun raya, dan lain-lain. (2) Hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan dan dipelajari seperti: monumen bersejarah dan relic dari masyarakat lampau, museum, galeri benda seni, perpustakaan, industry kerajinan tangan lokal, perayaan tradisional, dan sebagainya.

Dimensi wisata terdiri atas atraksi, fasilitas, transportasi, dan keramahtamahan. Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik karena sering kali hanya terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan pada masa atau waktu tertentu. Biasanya, sering kali tidak dapat ditiru oleh destinasi-destinasi di tempat lain. Atraksi selalu menarik orang untuk datang ke dalam sebuah kawasan tujuan wisata, meskipun dimensi lainnya seperti fasilitas, transportasi, dan keramahtamahan destinasi sangat kurang (Hakim, 2004).

Atraksi dapat dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya, dan buatan. Atraksi alam meliputi pemandangan alam, kekayaan flora dan fauna, seperti danau, gunung, udara sejuk dan bersih, hutan perawan, sungai, dan gua. Atraksi budaya meliputi peninggalan sejarah seperti candi dan adat istiadat masyarakat. Atraksi buatan dapat dimisalkan Kebun Raya Bogor, Taman Safari, Taman Impian Jaya Ancol, dan sebagainya (Damanik dan Weber, 2006).


(25)

Kualitas produk yang baik terkait dalam empat hal, yakni keunikan, otentitas, originalitas, dan keragaman. Keunikan diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan daya tarik yang khas melekat pada suatu objek wisata. Keunikan ini sebenarnya merupakan salah satu keunggulan produk dalam persaingan pasar yang semakin ketat. Originalitas atau keaslian mencerminkan keaslian atau kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi oleh atau tidak mengadopsi model atau niai yang berbeda dengan nilai aslinya. Otentitas mengacu pada keaslian, yang merupakan perpaduan antara sifat alamiah, eksotis, dan bersahaja dari suatu daya tarik ekowisata. Diversitas produk artinya keanekaragaman produk atau jasa yang ditawarkan (Damanik dan Weber, 2006). D. Zonasi Kawasan

Zonasi kawasan merupakan salah satu aspek manajemen kawasan ekowisata yang berhubungan dengan tata guna lahan di kawasan pengembangan. Tujuan dari penetapan zonasi kawasan adalah dalam rangka meminimalkan dampak negatif dari kegiatan kawasan oleh tekanan pengunjung terhadap kawasan yang dilindungi serta mengurangi tekanan dan konsentrasi kunjungan hanya pada satu lokasi tertentu, misalnya di dalam kawasan hutan dengan memberikan banyak pilihan program di suatu kawasan ekowisata (Unit Manajemen Leuser, 2004).

Pembuatan zonasi dan lintasan-lintasan untuk sepeda dan pejalan kaki sangat penting untuk menjamin bahwa aktivitas wisata tidak memberikan dampak merugikan bagi ekosistem setempat. Kawasan-kawasan indah dengan keanekaragaman spesies yang peka terhadap kebisingan dan gangguan lainnya, perlu mendapat perlindungan dari wisatawan untuk menjamin kelangsungan hidup spesies tersebut. Perencanaan pembuatan lintasan bagi sepeda atau pejalan kaki


(26)

untuk menikmati spesies tersebut dapat dirancang dalam perancangan destinasi (Hakim, 2004).

Berdasarkan Unit Manajemen Leuser (2004), pertimbangan penetapan zonasi kawasan berkaitan dengan: status dan fungsi kawasan, kepekaan kawasan, peraturan yang terkait dengan kawasan pengembangan, akses ruang dan kesempatan berpartisipasi bagi masyarakat, aksesibilitas dan akses control, keamanan dan kenyamanan pengunjung, optimalisasi potensi wisata yang tersedia, optimalisasi sarana pendukung wisata, pertimbangan efisiensi biaya.

Daya dukung lahan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan daerah tujuan wisata. Menurut Hakim (2004), dalam kaitannya dengan pembangunan sektor wisata, isu daya dukung lingkungan harus dimasukkan dalam isu-isu tata guna lahan. Penerapan sistem zonasi merupakan strategi yang dapat diterapkan untuk memenuhi daya dukung. Keuntungan penerapan sistem zonasi adalah mereduksi konflik-konflik yang timbul di antara kepentingan masyarakat, wisatawan, dan konservasi yang dilaksanakan.

E. Sistem Informasi Geografis Dalam Pengelolaan Wisata

Sistem Informasi Geografis hingga saat ini belum memiliki defenisi baku yang disepakati bersama. Sebagian besar defenisi yang diberikan di dalam berbagai pustaka masih bersifat umum, belum lengkap, tidak presisi, dan bersifat elastis hingga sering kali agak sulit untuk membedakannya dengan sistem-sistem informasi lainnya. Sistem Informasi Geografis, Geografic Information System (GIS), merupakan suatu sistem (berbasis komputer) yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis (Subaryono,2005).


(27)

GIS (Geographic Information System) merupakan seperangkat sistem/alat untuk membuat, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menvisualisasikan, menquery, mentransformasi, memanggil kembali, menampilkan dan menganalisis informasi dikaitkan dengan posisi pada permukaan bumi (georeferensi). GIS juga dapat dikatakan sebagai sistem pendukung keputusan (decision support system) yang computerized, yang melibatkan integrasi data spasial dalam memecahkan masalah lingkungan (Cowen, 1988). GIS juga mempunyai kemampuan untuk melakukan teknik analisis spasial misalnya buffering, overlaying, dan lain-lain.

Aplikasi GIS telah banyak digunakan untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang berbasiskan wilayah geografi. Pada umumnya aplikasi GIS telah banyak digunakan dalam melakukan pengolahan sumberdaya alam, penataan umum tata ruang, perencanaan tata guna lahan, pengaturan infrastruktur dan dalam bidang pariwisata. Allen, et al., menggunakan GIS untuk melakukan integrasi sistem dan tolls analisis guna menilai dan melakukan memprediksi parcel-based land use change, dimana hal ini penting untuk sebagai sumber data alternatif dalam melakukan analisis perubahan, khususnya area tujuan pariwisata. Lebih jauh dikatakan bahwa GIS memliki keunggulan lebih dibandingkan dengan metode konvesional dalam mengintegrasi berbagai data sources, melakukan analisis spatial, pemetaan hasil dalam studi pengembangan pemanfaatan lahan. Berdasarkan pemahaman diatas, maka nampaklah bahwa GIS sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan kepariwisataan. GIS memiliki peranan dalam melakukan pemetaan potensi geografi sumber daya pariwisata, terutama dalam melakukan visualisasi potensi pariwisata.


(28)

Teknologi SIG digunakan untuk membantu pembuat keputusan menyelesaikan masalah-masalah spasial dengan menunjuk bermacam alternatif dalam pengembangan dan perencanaan dengan pemodelan yang menghasilkan serangkaian skenario yang potensial (Miller,1993).

Data Spasial adalah elemen-elemen yang bisa disimpan dalam bentuk peta atau ruang . Elemen-elemen ini dikumpulkan menjadi lokasi yang dikenali secara unik pada permukaan bumi. Data spasial juga digambarkan sebagai “beberapa data menyangkut fenomena dengan daerah yang besar” dalam dua atau lebih dimensi (Peuquet and Marble, 1990).

F. Tangkahan

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan salah satu daerah suaka yang terbesar di Indonesia bahkan di Asia. Kawasan ini belum banyak dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan terlindungi secara baik apabila dibandingkan dengan suaka-suaka lainnya. Gunung Leuser memiliki berbagai macam habitat dan pemandangan yang indah serta berbagai vegetasi pantai sampai pegunungan yang mewakili vegatasi Pulau Sumatera. Satwa langka yang masih terdapat disini adalah orang utan (Pongo pygmaeus abelii), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrensis), gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis), anjing hutan (Cuan alpinus), leopard (Panthera pardus), dan lain-lain. Jumlah satwa tersebut semakin berkurang, disebabkan oleh adanya pembukaan hutan di seluruh Pulau Sumatera (LPT, 2006).

Taman Nasional Gunung Leuser dengan luas 1.095.192 ha terletak di sebelah Barat Sumatera bagian Utara. Secara geografis terbentang antara 30 - 40


(29)

LU dan 970 - 980 BT dan meliputi wilayah lebih dari 100 km memanjang Bukit Barisan. Secara administrasi, pemerintahan kawasan TNGL terletak di Daerah Istimewa Aceh dan Sumatera Utara. Kawasan ini tercakup dalam Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Tenggara, dan Langkat (LPT, 2006).

Kawasan Ekowisata Tangkahan adalah nama yang ditetapkan untuk memperjelas sebutan pada batas kawasan pengelolaan dalam lingkup kesepakatan kerjasama ( Memorandum of Understanding ) yang ditanda tandangani oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser dan Lembaga Pariwisata Tangkahan pada 22 April 2002 dan 23 Juli 2006 seluas 17.500 ha, yang merujuk pada ketentuan Peraturan Menteri Kehutanan No: P.19 / Menhut – II / 2004 tentang kolaborasi kawasan pelestarian alam dan kawasan suaka alam untuk dapat dimanfaatkan berbagai jasa lingkungan dari TNGL (LPT, 2006).

Letak kawasan pengelolaan kolaborasi tersebut terletak pada koordinat 03˚37’45” – 03˚44’45” LU sampai 098˚00’00” - 098˚06’45” BT. Kawasan Ekowisata Tangkahan memiliki batas-batas administratif sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit milik PTPN II Kuala Sawit

- Sebelah Selatan berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit milik PT. Ganda Permana

- Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Kuala Buluh

- Sebelah Barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser

Kawasan Ekowisata Tangkahan berada diantara dua desa yaitu Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat. Berdasarkan data Lembaga Pariwisata Tangkahan, kawasan yang dikembangkan


(30)

berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser di wilayah kerja Resort Tangkahan dan Resort Cinta Raja, Sub Seksi TNGL Wilayah-IV Besitang (LPT, 2006).

Kawasan pengelolaan kolaborasi tersebut terletak di wilayah Resort BB_TNGL Tangkahan dan sebahagian masuk dalam wilayah Resort BB_TNGL Cinta Raja, SPTN VI – Besitang pada wilayah BPTN III/ Stabat Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser di bahagian Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di wilayah administratif kabupaten Langkat (LPT, 2006).

Tangkahan merupakan salah satu pintu masuk ke Taman Nasional Gunung Leuser dengan berbagai macam atraksi alam yang akhir-akhir ini semakin memikat wisatawan baik domestik maupun manca negara. Kegiatan wisata yang ditawarkan di kawasan ekowisata ini adalah trek ke hutan, susur sungai, tubing, air terjun, sampai dengan menunggang gajah milik Conservation Response Unit -Fauna dan Flora International (CRU – FFI).

Wisatawan yang ingin memasuki Kawasan Ekowisata Tangkahan di dalam Taman Nasional Gunung Leuser terlebih dahulu harus mengurus surat izin masuk kawasan bagi wisatawan berupa Permit, serta mengurus segala urusan administrasi seperti penginapan dan paket wisata yang diinginkan. Sedangkan bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian di kawasan ini harus mengusrus surat izin memasuki kawasan konservasi (Simaksi). Pengurusan surat-surat ini dapat dilakukan di Visitors Center Tangkahan.


(31)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2011 di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser BTN III Wilayah Langkat (Gambar 1). Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian B. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data spasial berupa:

1. Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Skala 1: 100.000 Tahun 2009, Sumber Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser


(32)

2. Peta Administrasi Kabupaten Langkat Skala 1:100.000 Tahun 2009, Sumber Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser

3. Peta Penutupan Lahan Kabupaten Langkat Skala 1:100.000 Tahun 2009, Sumber Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Perangkat keras (Hardware) yang digunakan yaitu berupa seperangkat

Personal Computer (PC) dan perngkat lunak (Software) ArcView 3.3

2. Global Potitioning System (GPS) untuk menentukan titik koordinat di

lapangan 3. Printer

4. Kamera digital 5. Alat tulis

C. Metode Penelitian

1. Identifikasi potensi wisata

Pengembangan dan indentifikasi potensi wisata alam di Kawasan Ekowisata Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser mengacu kepada ketetapan Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Departemen Kehutanan tentang Kriteria Penilaian dan Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (KPP-ODTWA) dengan kriteria sebagai berikut,yaitu: daya tarik, potensi pasar, kadar hubungan/ aksesibilitas, kondisi sekitar kawasan, pengelolaan dan pelayanan, iklim, akomodasi, sarana dan prasarana penunjang, ketersediaan air bersih, hubungan dengan objek wisata di sekitarnya, keamanan, daya dukung kawasan, pengaturan pengunjung, pemasaran, dan pangsa pasar.


(33)

Analisis deskriptif dari hasil observasi potensi wisata tersebut kemudian disesuaikan juga dengan Permenhut No. P.48/ Menhut II/ 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam dan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.

Pengembangan potensi wisata alam di dalam kawasan Ekowisata Tangkahan akan dirancang sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Permenhut No. P.48/ Menhut II/ 2010 pasal 26 sampai dengan pasal 31 tentang Pembangunan Sarana Wisata Alam, serta Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1994 pasal 3 sampai dengan pasal 7 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam.

2. Pengumpulan data a. Data primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dilapangan berdasarkan pengamatan dan observasi langsung berupa dokumentasi tentang potensi-potensi wisata yang ditemukan dan data berupa titik koordinat potensi wisata berupa potensi flora, fauna, dan alam. Titik koordinat potensi diambil dengan menggunakan GPS. Pengamatan potensi flora, fauna, dan alam dilakukan secara bersamaan pada bagian kiri dan kanan lokasi yang dilalui.

Titik koordinat flora yang diambil merupakan jenis flora yang memiliki daya tarik, keunikan ataupun manfaat khusus dibandingkan dengan jenis flora lain pada lokasi yang sama. Titik koordinat fauna yang diambil merupakan titik dimana fauna tersebut dapat dilihat ataupun titik jejak yang ditinggalkan. Potensi flora dan fauna yang ditemukan kemudian ditabulasikan ke dalam tally sheet.


(34)

Potensi alam yang ada berupa atraksi alam yang ditemukan di Taman Nasional Gunung Leuser di Kawasan Ekowisata Tangkahan. Data lapangan lainnya yaitu titik koordinat jalur trek. Titik koordinat jalur yang diambil adalah titik yang dilalui. Titik koordinat jalur ini diambil sebagai data dalam pembuatan peta jalur trek.

b. Data sekunder

Data pendukung penelitian yaitu berupa literatur kondisi umum Tangkahan dan data jumlah pengunjung yang diperoleh dari Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT), serta data pendukung lainnya yang diperoleh dari buku teks, jurnal serta sumber pustaka lainnya.

3. Pembuatan peta potensi wisata

Peta potensi wisata di Kawasan Ekowisata Tangkahan diperoleh melalui tumpang tindih (Overlay) Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Peta Penutupan Lahan Kabupaten Langkat dan Peta Resort Taman Nasional Gunung Leuser sehingga diperoleh Peta Ekowisata Tangkahan di dalam Taman Nasional Gunung Leuser dengan kondisi tutupan lahannya. Jenis flora dan fauna diidentifikasi dengan melakukan studi literatur dari buku-buku dan informasi dari masyarakat setempat. Sedangkan titik koordinat flora, fauna dan potensi wisata yang diperoleh di lapangan diolah dengan menggunakan software ArcView 3.3.

Titik koordinat dan jalur track yang diperoleh dari lapangan dengan menggunakan GPS, di tabulasikan ke dalam software excel 2003. Data koordinat tersebut dikonversikan ke tipe file (DBF4) agar dapat dibaca oleh program ArcView. Kemudian buka ArcView 3.3 untuk menampilkan koordinat tadi pada theme. Koordinat dari lapangan tersebut ditampalkan pada Peta Kawasan


(35)

Ekowisata Tangkahan dengan tutupan lahannya. Peta potensi wisata dan jalur trek dapat diitampilkan menggunakan layout yang terdapat pada Arcview 3.3 tersebut. Untuk mempermudah pemahaman tentang prosedur di atas dapat dilihat pada Gambar 2.

Peta Potensi Wisata Di Ekowisata Tangkahan

Data GPS

Peta Ekowisata Tangkahan di Kawasan TNGL dengan tutupan lahan

Konversi Tipe File menjadi DBF4

Tabulasi ke Prog. Excel 2003

Buka pada Theme ArcView 3.3

Overlay Peta Kawasan

Taman Nasional Gunung Leuser

Peta Resort Taman Nasional Gunung

Leuser Peta Penutupan

Lahan Kabupaten Langkat


(36)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Potensi Wisata 1. Kadar Hubungan/ Aksesibilitas

Kawasan Ekowisata Tangkahan berada di Taman Nasional Gunung Leuser BTN III wilayah Langkat sekitar 105 km dari kota Medan dengan lama perjalanan 3-4 jam. Bus umum Pembangunan Semesta dengan rute Pinang Baris-Tangkahan beroperasi 3 trip dalam sehari dengan jadwal keberangkatan dari Medan pada pukul 08.00 WIB, 10.30 WIB dan 13.00 WIB sementara dari Tangkahan pukul 05.30 WIB, 07.30 WIB dan 14.30 WIB. Biaya bus umum Medan–Tangkahan adalah Rp. 15.000. Kondisi jalan menuju Tangkahan sangat memprihatinkan, jalan yang beraspal (Gambar 3) hanya sampai Pasar Batang Serangan. Sedangkan sekitar 30 km lagi jalan menuju tangkahan memiliki kondisi rusak parah yang merupakan jalur jalan perkebunan kelapa sawit milik PTPN II (Gambar 4). Terdapat juga beberapa jembatan yang telah mengalami kerusakan (Gambar 5) yang membahayakan pengendara untuk menyebrang.

(a) (b)

Gambar 3. Kondisi Jalan di Tangkahan: (a) Kondisi jalan beraspal (b) Kondisi jalan Pasar Batang Serangan


(37)

(a) (b)

Gambar 4. Kondisi Jalan di Tangkahan: (a) jalan tanah (b) jalan berkerikil

(a) (b)

Gambar 5. Kondisi Jembatan di Tangkahan: (a) Jembatan dengan kondisi rusak (b) Jembatan perkebunan menuju Tangkahan

Sarana penyeberangan di Kawasan Ekowisata Tangkahan hanya dapat ditempuh pengunjung dengan cara menyeberangi sungai Batang Serangan. Penyeberangan bisa dilakukan dengan menggunakan getek/ rakit yang terbuat dari bambu (Gambar 6). Biaya penyeberangan ini sebesar Rp. 3.000/orang untuk pulang pergi.

Kondisi jalan dan sarana penyebrangan seperti ini merupakan hal yang paling penting diperhatikan dalam pengembangan kawasan ekowisata. Hal ini sesuai dengan Kriteria Penilaian dan Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Departemen Kehutanan yang menyatakan bahwa kadar


(38)

hubungan/aksesibilitas dinyatakan sebagai faktor yang sangat penting dalam mendorong potensi pasar suatu objek wisata.

(a) (b)

Gambar 6. (a) Sarana penyebrangan berupa rakit/getek (b) Rakit dengan kapasitas maksimal 13 orang

2. Pengelolaan dan Pelayanan

Pengelolaan dan pelayanan pengunjung di Ekowisata Tangkahan tergolong sudah cukup baik dilihat dari adanya Visitors Center (Gambar 7) sebagai tempat pelayanan pengunjung dalam pengurusan surat-surat, informasi penginapan dan paket wisata dan lain sebagainya. Adapun kekurangan yang ditemui disini seperti belum tersedianya tenaga profesional dibidang pariwisata alam yang dapat mengelola dan mengatur komposisi dan struktur yang tepat dalam penataan kawasan ekowisata Tangkahan ini.

(a) (b)


(39)

Pelayanan dari sisi guiding di kawasan ekowisata ini dinilai sudah cukup baik dilihat dari jumlah pemandu/ ranger yang dapat berkomunikasi dengan baik dengan wisatawan lokal maupun mancanegara. Pemandu di Kawasan Ekowisata Tangkahan ini sebagian besar sudah bisa berkomunikasi menggunakan bahasa inggris secara aktif. Pengelolaan dan pelayanan pengunjung ini merupakan hal yang perlu terus ditingkatkan dalam pemanfaatan suatu Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) karena berpengaruh langsung dengan kepuasan pengunjung dan pelestarian obyek itu sendiri.

3. Akomodasi

Di kawasan Ekowisata Tangkahan, terdapat sebuah penginapan Ulih Sabar dengan kapasitas 4 kamar seharga Rp. 150.000/malam. Ada juga Green Lodge dengan kapasitas 6 kamar seharga Rp. 150.000/malam, Mega INN dengan kapasitas 8 kamar seharga Rp. 150.000 per-malam, Jungle Lodge dengan kapasitas 9 kamar seharga Rp.150.000/malam dan Bamboo River dengan kapasitas 10 kamar ditawarkan dengan harga Rp. 150.000/malam. Fasilitas rumah makan juga tersedia di Bamboo River Lodge (LPT, 2011).

(a) (b)

Gambar 8. Fasilitas Penginapan di Tangkahan: (a) Penginapan Bamboo River (b) Penginapan Mega Inn


(40)

Sarana telekomunikasi terdekat terdapat di desa dengan memakai jasa penyedia saluran telepon dari Telkom dengan menggunakan sistem telepon satelit yang telah dijadikan warung telepon. Jarak tempuh dari kawasan adalah 45 menit perjalanan. Sementara itu di Kawasan Ekowisata Tangkahan sendiri hanya ada 1

provider yang mampu menjangkau sinyal dan itu pun tidak maksimal

(LPT, 2011).

4. Sarana dan Prasarana Penunjang

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa sarana penunjang seperti warung/rumah makan (Gambar 9), toilet (Gambar 10), rumah ibadah, listrik, air bersih,tempat pembuangan sampah, sarana wisata tirta, sarana wisata budaya, kios cenderamata masih sangat kurang di kawasan ekowisata Tangkahan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Irni Indah Sari (2010) yang menyatakan bahwa fasilitas-fasilitas yang perlu ditambahkan di Kawasan Ekowisata Tangkahan menurut persepsi pengunjung yaitu : mushola permanen, toilet permanen, arena outbond, rumah makan yang menjual makanan dan minuman dan toko souvenir.

(a) (b)

Gambar 9. Fasilitas Warung/Rumah Makan: (a) Warung menjual makanan dan minuman (b) Rumah makan


(41)

Pengadaan toko-toko souvenir bagi pengunjung lokal maupun mancanegara merupakan sarana yang paling penting. Hal ini dapat membantu dalam hal penyampaian informasi dan promosi Kawasan Ekowisata Tangkahan itu sendiri. Sebagian besar dari pengunjung menginginkan ditawarkannya produk buatan masyarakat sekitar Kawasan Ekowisata Tangkahan yang memiliki kekhasan tersendiri, seperti misalnya barang-barang kerajinan, hasil tenunan bahkan makanan khas daerah tersebut. Sehingga diharapkan nantinya dengan keikutsertaan masyarakat terhadap perkembangan kawasan wisata tersebut dapat menimbulkan rasa saling memiliki dan keinginan untuk menjaga keberadaan kawasan ekowisata karena berpengaruh terhadap pendapatan mereka, hal tersebut sesuai dengan literatur Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF (2009) bahwa membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi) merupakan aspek kunci dalam ekowisata.

Gambar 10. Fasilitas toilet umum

Pembangunan fasilitas wisata di daerah tujuan wisata harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. Pembangunan yang dilakukan di Kawasan Ekowisata Tangkahan diupayakan jangan sampai meninggakan kesan alamiah. Hal inilah yang harus ditonjolkan untuk menarik minat wisatawan dengan kehidupan di tengah alam bebas yang sangat cocok bagi yang menyukai tantangan


(42)

5. Atraksi dan Kegiatan Ekowisata.

Obyek wisata alam di kawasan Tangkahan yang telah diidentifikasi oleh pemerintah daerah tingkat II Kabupaten Langkat adalah Pemandian Sei Buluh. Hal ini menunjukkan bahwa informasi mengenai kawasan masih sangat terbatas. Sementara obyek wisata alam dan wisata minat khusus lainnya yang dapat dikemas menjadi produk-produk ekowisata yang dapat dikembangkan dan telah diindentifikasi oleh Lembaga Pariwisata Tangkahan, yaitu :

a. Produk Wisata Pendidikan

Produk wisata ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan kepedulian pengunjung maupun masyarakat akan pentingnya manfaat hutan beserta ekosistemnya. Rancangan Produk wisata ini diperuntukan pada kawasan Taman Nasional yang berupa hutan hujan dataran rendah, pada kawasan ini dengan areal tertentu, dibuat jalur-jalur jalan setapak yang menyediakan interpretasi berdasarkan tematik tentang hutan (fungsi dan peranannya), fungsi Taman Nasional, serta persepsi masyarakat tentang pemanfaatan hutan. Produk ini akan memberikan nilai tambah bagi konservasi Taman Nasional dan kesadaran masyarakat, pengunjung dan pengelola Taman Nasional.  

b. Produk Wisata Petualangan

Produk wisata ini bertujuan untuk menambah pengalaman menjelajah hutan hujan tropis dataran rendah dan peningkatan pengetahuan mengenai jenis-jenis satwa yang terdapat di Taman Nasional. Jalur jalan setapak akan menyediakan sarana untuk berpetualang dan juga menara–menara pengamatan satwa, di akhir perjalanan produk wisata ini dapat pula ditambahkan dengan menyusur gua dan tubing. Produk ini hanya akan diperuntukan bagi mereka yang


(43)

memiliki standar kesehatan dan stamina yang baik. Produk wisata ini dapat juga dilakukan dengan paket Elephant Riding Patroll dengan tujuh ekor gajah Leuser CRU (Conservations Respons Unit) kerjasama Flora & Fauna Internationals dengan Balai KSDA (Konservasi Sumberdaya Alam), Balai TNGL dan Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT, 2009).

c. Produk Wisata Agro

Produk wisata Agro yang dapat dikembangkan di antaranya adalah mengunjungi perkebunan tanaman keras dan buah milik masyarakat. Melalui kegiatan ini dan pengetahuan pengunjung akan kegiatan perkebunan penduduk dapat ditingkatkan. Jalur-jalur interpretasi wisata agro yang disiapkan melalui wawasan berbagai jenis perkebunan masyararakat sekaligus mendapatkan pengalaman langsung dilapangan untuk memetik hasilnya, seperti menyadap karet, memetik jeruk, durian dan lainnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berjalan kaki, berkuda dan bersepeda. Dan dapat juga dilakukan interpretasi di perkebunan kelapa sawit dan karet milik BUMN maupun swasta yang terdapat di Kawasan Ekowisata dengan menerangkan proses hulu sampai hilir produksinya. Hal ini dapat menjadi manfaat ganda bagi masyarakat maupun pengunjung (LPT, 2009).

d. Produk Wisata Tirta

Di kawasan Tangkahan terdapat sungai-sungai yang memberikan peluang untuk dikembangkanya wisata tirta seperti wisata pemandian yang telah berkembang saat ini. Tujuan dari wisata tirta ini lebih banyak untuk mendapatkan unsur rekreasi, sehingga biasanya bersifat massal (pada kawasan-kawasan tertentu yang telah ditunjuk) beberapa kegiatan dari wisata tirta yang dapat dilakukan di


(44)

Tangkahan adalah berenang, menelusuri sungai dengan tubing (ban karet) (Gambar 11) dan paket safari sungai dengan Rubber boat dengan Standard safety pelampung, helmet dan rescue team serta tidak tertutup kemungkinan untuk pengembangan rafting, kayaking/canoing (LPT, 2009).

e. Berkemah

Dalam hal berkemah di Tangkahan akan dikembangkan dua jenis perkemahanan. Pertama adalah perkemahan massal yang akan dikembangkan pada lokasi yang jauh dari Taman Nasional dan secara zonasi pun merupakan zonasi untuk kegiatan rekreasi, akan tetapi nilai-nilai kebersihan, pelestarian kawasan dan juga kemungkinan sistem reservasi akan mulai diberikan secara bertahap. Sementara jenis yang kedua adalah perkemahan terbatas yang terdapat di dalam Taman Nasional, didalam perkemahan ini pengunjung akan benar-benar belajar berkemah yang ramah lingkungan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap Flora Fauna di Taman Nasional dengan sistem reservasi yang terbatas (LPT, 2009).

f. Produk wisata Budaya

Merupakan salah satu produk wisata yang juga dapat ditawarkan di kawasan ini, tujuan dari produk wisata ini adalah pengunjung dapat mempelajari serta meningkatkan apresiasi terhadap adat istiadat Karo, kesenian Karo dan pengobatan tradisional serta kearifan masyarakat lokal (LPT, 2009).


(45)

6. Kondisi Perkembangan Jumlah Pengunjung

Berdasarkan data di lapangan diketahui bahwa upaya pengelolaan dan pengembangan Kawasan Ekowisata Tangkahan ini sudah cukup mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung semakin meningkat dari tahun ketahun baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Data wisatawan pertahunnya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Lokal dan Mancanegara di Ekowisata Tangkahan

Lokal Mancanegara Total No Tahun Jumlah (orang) Rata-rata/bulan (orang) Jumlah (orang) Rata-rata/bulan (orang) Jumlah (orang) Rata-rata/bulan (orang)

1. 2003 5934 494 167 13 6101 507

2. 2004 7140 595 276 23 7416 618

3. 2005 8731 727 541 45 9272 772

4. 2006 10850 904 864 72 11714 976

5. 2007 12735 1061 1054 87 13789 1148

6. 2008 15964 1330 1223 101 17187 1431

7. 2009 20220 1685 1368 114 21588 1799

8. 2010 34732 2894 1496 124 36228 3018

Sumber: Lembaga Pariwisata Tangkahan (2011)

Dari data jumlah pengunjung yang diperoleh dari Lembaga Pariwisata Tangkahan di atas diketahui rata-rata jumlah pengunjung lokal per tahunnya dalam jangka 8 tahun belakangan adalah sebesar 1211 orang/tahun. Jumlah ini akan terus meningkat setiap tahunnya apabila sarana prasarana terus ditingkatkan. Pada tahun 2015 diprediksi jumlah pengunjung berkisar sekitar 191.026 orang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suferi (2008) yang menyatakan rumus prediksi pengunjung adalah Pt = Po ( 1 + r )t.

Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Ekowisata Tangkahan ini juga mengalami peningkatan tiap tahunnya. Kebanyakan dari wisatawan mancanegara ini berasal dari Belanda, Jerman, Yunani dan beberapa negara eropa lainnya. Dari data kunjungan di atas diketahui bahwa rata-rata jumlah pengunjung


(46)

   

yang berasal dari luar Indonesia selama 8 tahun belakangan adalah sebanyak 72 orang/tahunnya.

Gambar 11. Perbandingan jumlah wisatawan mancanegara dengan wisatawan lokal di Ekowisata Tangkahan

Dari data yang diperoleh dari pihak Lembaga Pariwisata Tangkahan dapat dilihat bahwa jumlah wisatawan mancanegara tidak sebanyak wisatawan lokal (Gambar 11). Hal ini dikarenakan oleh kurangnya informasi dan promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola dan dinas pariwisata setempat. Berdasarkan wawancara singkat dengan salah satu wisatawan diketahui bahwa mereka hanya mengetahui Kawasan Ekowisata Tangkahan dari teman atau saudara-saudara mereka yang telah pernah berkunjung.

Usaha peningkatan jumlah pengunjung oleh pengelola sebaiknya dilakukan dengan hati-hati karena penanganan wisata alam berbeda dengan industry wisata lainnya. Biasanya industry pariwisata bertujuan menarik pengunjung sebanyak-banyaknya, tapi lain hal dengan ekowisata yang akan berdampak negative apabila memiliki terlalu banyak pengunjung. Hal ini sesuai


(47)

dengan pernyataan Nurrochmat (2005) dalam Simanjutak (2009) yang menyatakan bahwa jumlah pengunjung yang banyak akan berpengaruh tidak saja terhadap alam itu sendiri, namun juga akan mempengaruhi kepuasan konsumen wisata alam. Jumlah pengunjung yang meluap akan mengurangi tingkat kepuasan berkunjung konsumen sampai dengan titik nol pada saat jumlah pengunjung mencapai ambang batas kapasitas lingkungan dan apabila melebihi batas tingkat kepuasan akan negative. Artinya, pada kondisi demikian tidak ada kesan manis yang dibawa pulang, melainkan rasa capek dan kesal. Bila hal itu terjadi, industry wisata alam hanya menunggu saat kehancuran.

B. Peta dan Potensi Alam Pada Jalur Wisata

Kawasan EkowisataTangkahan merupakan kawasan ekowisata dengan daya tarik yang tinggi. Suguhan akan atraksi alam yang menarik seperti air terjun, sungai, gua, dan panorama alam menjadikan tempat ini ramai dikunjungi wisatawan, terutama wisatawan mancanegara. Berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan ditemukan beberapa jalur baru yang berpotensi untuk dijadikan paket wisata bagi para wisatawan, seperti: Rafflesia Track, 60 Hours Track, Youth Track, Family Track, dan Adventure Track.

1. Potensi Wisata Pada Rafflesia Track

Jalur Rafflesia ini memiliki jarak tempuh sejauh 872 meter dengan lama perjalanan sekitar 2 jam. Pada jalur wisata rafflesia titik awal dimulai dari Pantai Kupu-kupu yang berada tidak jauh dari penginapan. Pantai Kupu-kupu ini berada pada aliran Sungai Buluh yang alirannya menuju Sungai Batang Serangan. Di Pantai Kupu-kupu dapat dilihat kumpulan berbagai jenis kupu-kupu yang hinggap di bebatuan sungai sebagai individu ataupun dengan koloni tersendiri (Gambar


(48)

12). Keanekaragaman jenis kupu-kupu di Pantai Kupu-kupu telah diidentifikasi oleh Fatihulbar (2008) dan menemukan sebanyak 35 jenis kupu. Jenis kupu-kupu tersebut secara lengkap disajikan pada Tabel 2.

(a) (b)

Gambar 12. Pantai Kupu-kupu: (a) Aliran Sungai Pantai Kupu-kupu (b) Jenis Kupu-kupu yang terdapat di Pantai Kupu-kupu

Setelah melalui jalur yang agak curam wisatawan dapat menjumpai sebuah air terjun bertingkat yang dinamai Air Terjun Kenangan oleh masyarakat setempat (Gambar 13).

(a) (b)

Gambar 13. Air Terjun Kenangan: (a) aliran air terjun (b) aliran air terjun bertingkat

Jalur rafflesia di kawasan ekowisata tangkahan ini memiliki objek keindahan alam yang sangat menarik. Selain Taman Rafflesia (Gambar 15) yang menjadi tujuan utama dalam perjalanan ini, di sepanjang jalur ini wisatawan juga akan menemukan air terjun lain yang jernih dan menenangkan yaitu Air Terjun Lao Anak Pakam (Gambar 14).


(49)

Tabel 2. Jenis Kupu-kupu di Pantai Kupu-kupu Kawasan Ekowisata Tangkahan

No. Kelas Ordo Famili Genus Spesies

1 Insecta Lepidoptera Papiliomidae Arthoponeura Arthoponeura nox Swinson

2 Graphium Graphium Agamemnon Linaeus

3 Graphium antiphates Cramer

4 Graphium delessertii Guerin

5 Graphium evemon Jordan

6 Graphium sarpedon Linnaeus

7 Lamproptera Lamproptera curis Fabr.

8 Papilio Papilio helenus Doherty

9 Papilio memnon Linnaeus

10 Papilio memnon Linnaeus

11 Papilio memnon Linnaeus

12 Papilio polytes Cramer

13 Trogonoptera Trogonoptera brookiana W.

14 Troides Troides amphrysus Cramer

15 Pieridae Aporia Aporia crataegi

16 Appias Appias celestina

17 Appias nero

18 Enantia Enantia Albania

19 Eurema Terias blanda

20 Hebomia Hebomia glaucippe

21 Nepheronia Nepheronia thalassina

22 Prioneris Prioneris clemanthe

23 Pseudopieris Pseudopieris nehemia

24 Nymphalidae Breanthis Breanthis ino

25 Cyrestis Cyrestis maenalis

26 Elymnias Elymnias casiphone Malelas

27 Elymnias mimalon

28 Euploea Euploea core Godartii

29 Neptis Neptis hylas Linnaeus

30 Neptis zaida Manipurensis

31 Tanaecia Tanaecia clathrata

32 Vindula Vindula arsinoe Andea

33 Lycaenidae Cheritra Cheritra freja

34 Jamides Jamides bochus

35 Megisba Megisba Malaya

Sumber: Fatihulbar, 2008

(a) (b)


(50)

(a) (b)

Gambar 15. Taman Rafflesia arnoldi: (a) sebelum mekar (b) mekar (c) setelah mekar (d) pinggir tebing tempat tumbuh

(c) (d)

Kondisi medan yang harus dilalui pada jalur rafflesia ini sangat menantang. Hal ini dikarenakan jalur ini berada di sepanjang tebing dengan pijakan tanah dan batuan (Gambar 16) setinggi 20 meter dari tepi sungai buluh. Keadaan ini mengakibatkan tidak semua wisatawan dapat menikmati pesona pada jalur ini. Wisatawan dengan ukuran badan besar dan berat lebih dari 80 kg tidak bisa melewati jalur ini, karna akan mengakibatkan pijakan tanah di sepanjang tebing runtuh.

Melihat kondisi jalur seperti ini disarankan kepada pengelola agar membuat penyangga berupa bambu pada titik-titik tertentu yang keadaan pijakan anahnya sangat rawan longsor agar semua wisatawan dapat menikmati keindahan objek-objek pada jalur ini. Untuk koordinat potensi-potensi ini dapat dilihat pada Tabel 3.


(51)

(a)  (b)

Gambar 16. Track pinggiran tebing: (a) pijakan batu (b) pijakan tanah Tabel 3. Potensi Kawasan Pada Rafflesia Track

Koordinat No Potensi

X Y Keterangan

1 Pantai Kupu-Kupu 397027.85 406904.27 Gambar 12.

2 Air Terjun Kenangan 396808.18 406620.68 Gambar 13.

3 Air Terjun Lau Anak Pakam 396579.67 406438.28 Gambar 14. 4 Taman Rafflesia Arnoldi 396537.29 406412.09 Gambar 15.

Pada jalur rafflesia ini tidak hanya potensi kawasan yang bisa dinikmati oleh wisatawan,tapi juga potensi flora dan fauna yang menarik untuk dilihat. Beberapa jenis tumbuhan dan pohon yang terdapat pada jalur ini adalah Durian hutan (Gambar 17), semantok (Gambar 18), malu tua (Gambar 19), jamur (Gambar 20), dan meranti buaya (Gambar 21).

(a)  (b) (c)

Gambar 17. Bagian-bagian Pohon Durian hutan (Durio zibethinus): (a) tajuk (b) batang (c) daun


(52)

Gambar 18. Pohon Semantok (Shorea lepidota): (a) Kenampakan tajuk dari arah timur (b) Kenampakan tajuk dari arah barat

(a) (b)

Gambar 19. Pohon malu tua (Tristaniopsis whiteana): (a) depan (b) belakang

(a) (b)

Gambar 20. Jamur kayu

(a) (b)


(53)

Untuk jenis fauna yang ditemukan secara tidak langsung yaitu babi hutan (Gambar 22) yang dapat diidentifikasi dari tempat bekas makannya, dan semut hutan (Gambar 23) yang dilihat dari sarang yang dibuatnya di sisi pohon. Sedangkan untuk jenis fauna yang dilihat secara langsung yaitu beruk (Gambar 24) yang sedang bertengger di dahan pohon.

Gambar 22. Bekas tempat makan babi hutan

Gambar 23. Sarang semut


(54)

   

Koordinat potensi flora dan fauna ini dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Potensi Flora Pada Rafflesia Track

Koordinat

No Nama Lokal

(Nama Latin) X Y Keterangan

1 Durian Hutan (Durio zibhetinus)

396788.38 406572.04 Gambar 17

2 Malu Tua

(Tristaniopsis whiteana)

396667.68 406353.69 Gambar 18 3 Semantok

(Shorea lepidota)

396700.52 406500.32 Gambar 19 4 Jamur kayu

(Shelf fungi)

396371.03 406433.67 Gambar 20

5 Meranti buaya (Shorea gibbosa)

396771.23 406587.98 Gambar 21

Tabel 5. Potensi Fauna Pada Rafflesia Track

Koordinat

No Nama Lokal

(Nama Latin) X Y Keterangan

1 Babi Hutan (Sus verucosus)

396985.94 406874.61 Gambar 22

2 Beruk

(Macaca nemestrina)

396700.00 406717.66 Gambar 24


(55)

(56)

2. Potensi Wisata Pada 60 Hours Track

Jalur 60 jam ini memiliki jarak tempuh sejauh 4,3 kilometer dengan lama perjalanan sekitar 60 jam. Pada jalur wisata 60 jam ini awal track dimulai dari Namo Tangkahan (Gambar 26) yang dapat ditemui setelah berjalan selama 1 jam dari Visitors Center. Perjalanan menuju Namo Tangkahan ini melewati Conservation Respon Unit (CRU) dan menyebrangi Sungai Batang Serangan. Perjalan jalur wisata ini menghabiskan waktu 3 hari 2 malam untuk sampai kembali ke Visitors Center. Dalam hal ini wisatawan harus membawa Forest

Ranger Guide, Porter, makanan, matras, tenda, ban dan pelampung.

Gambar 26. Namo tangkahan

Sepanjang perjalanan wisatawan dapat menemukan berabagai keindahan alam seperti air terjun, goa, tebing batu, puncak panorama, dan anak sungai. Di tengah perjalanan menuju goa kambing wisatawan dapat menemukan aliran sungai buluh kecil (Gambar 27) yang disampingnya terdapat tebing batu setinggi 5 meter yang dihiasi oleh lumut hijau dan liana yang melilit dari atas sampai ke bawah tebing.


(57)

Panorama goa kambing (Gambar 28) merupakan potensi alam yang memiliki daya tarik tersendiri. Goa ini memiliki kedalaman 10-12 meter dan luas 10-14 m2. Langit-langit gua yang berdekatan dengan mulut gua memiliki ketinggian 3 meter, namun langit-langit bagian tengah cukup rendah yaitu 1 meter, kemudian tinggi bagian dalam < 1 meter. Gua ini kurang dimasuki cahaya dan lembab, kecuali pada bagian yang berdekatan dengan mulut gua. Air terjun dengan ketinggian 8 meter jatuh dari atap gua. Aliran air berupa pancuran keluar melalui celah batu langit-langit gua.

Gambar 28. Goa kambing

Tempat bermalam yang pertama berada sebelum Pilar Bukit Tempurung pada titik yang sangat strategis yaitu pada jalur lintas satwa (Gambar 29) sehingga wisatawan dapat melihat berbagi jenis burung, siamang, black gibbon, beruk dan kedih. Pemantauan satwa berupa burung dapat dilakukan pada pagi hari mulai jam 05.00 sampai dengan jam 07.00. Sedangkan untuk pemantauan siamang dan black

gibbon dilakukan pada jam 08.00 pagi.

Puncak panorama di jalur ini dinamakan Pilar Bukit Tempurung (Gambar 30) dikarenakan puncak bukit ini hanya seluas 4x4 meter. Dari atas puncak bukit


(58)

ini wisatawan dapat melihat bentangan alam Tangkahan dan sebuah tebing air terjun di sisi kanannya. Bukit Tempurung ini sangat cocok dijadikan tempat pemantauan kebakaran hutan karna dapat menajangkau sebagian besar kawasan hutan tangkahan. Menuruni Bukit Tempurung wisatawan disuguhkan dengan pemandangan tebing batu setinggi 15 meter (Gambar 31). Tebing batu ini dapat dijadikan objek untuk melakukan climbing rock atau Rafling. Tebing batu ini memiliki kemiringan hingga 90o.

Gambar 29.Titik pemantauan dan lokasi Camping Ground

Gambar 30. Pilar Bukit Tempurung

Gambar 31. Tebing batu (15m)

Pada akhir perjalanan darat wisatawan akan sampai pada anak sungai buluh kecil yang akan bermuara pada Sungai Batang Serangan. Perjalanan


(59)

sepanjang sungai ini juga menyuguhkan keindahan alam yang menarik seperti adanya selincir alur (Gambar 32) yang memiliki lantai batu yang datar. Sebelum sampai di Muara Kalimbalang, wisatawan akan menginap lagi pada satu titik yang dapat dijadikan Camping Ground (Gambar 33).

Gambar 32. Selincir alur

Gambar 33. Camping ground

Di Muara Kalimbalang (Gambar 34) wisatawan melakukan Tubing menggunakan ban selama 1 jam sampai ke Visitors Center. Sepanjang perjalanan selama tubing wisatawan disuguhkan keindahan Sungai Batang Serangan dengan beberapa titik jeram yang menantang dan paparan tebing di kiri kanan sungai yang sangat artistic (Gambar 35).


(60)

Gambar 34. Muara Kalimbalang

Gambar 35. Keindahan batuan di sepanjang Sungai Batang Serangan Koordinat potensi-potensi alam tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Potensi Kawasan Pada 60 Hours Track

Koordinat No Potensi

x Y Keterangan

1 Namo Tangkahan 396294.17 409734.19 Gambar 26

2 Aliran Sungai Buluh Kecil 395926.53 410093.90 Gambar 27

3 Goa Kambing 395345.66 410354.11 Gambar 28

4 Titik Pemantauan dan Lokasi Camping Ground

394972.92 410388.88 Gambar 29

5 Pilar Bukit Tempurung 394391.42 410310.85 Gambar 30

6 Tebing Batu (15 m) 394371.92 410246.39 Gambar 31

7 Selincir alur 395583.07 409571.10 Gambar 32

8 Camping Ground 395709.12 409534.96 Gambar 33

9 Muara Kalimbalang 395838.93 409536.56 Gambar 34

Potensi flora yang ditemukan sepanjang perjalanan pada jalur 60 jam ini sangat beragam. Banyak pohon-pohon berdiameter lebih dari 400 cm ditemukan di daerah ini, seperti jelutung, cengal, meranti batu, damar dan pohon lainnya. Pohon terbesar yang ditemukan yaitu Damar (Agathis alba) (Gambar 48) dengan lebar banir mencapai 4 m. Selain itu juga ditemukan berbagai tanaman unik


(61)

seperti tara langkup (Gambar 37) yang dijadikan alas makan pengganti piring bagi wisatawan dikarenakan luas permukaan daun ini sangat lebar. Terdapat pula tanaman hias yang indah dengan daun bercorak merah tua yang dinamakan bunga saroja (Gambar 36) oleh warga setempat.

Gambar 36. Tanaman Saroja (Angglonema Sp.)

Gambar 37. Tara Langkup

Di kawasan ini juga ditemukan berbagai jamur (Gambar 38 dan Gambar 42) unik yang tumbuh di tanah dan batang pohon yang tumbang dan pohon bunga bangkai (Gambar 54) yang akan berbunga setelah mati dan membusuk. Bunga bangkai yang ditemukan berjenis Amorphophallus campanulatus. Selain itu juga terdapat salak hutan (Gambar 53) yang dijadikan pakan bagi siamang, beruk dan mamalia hutan lainnya.


(62)

Gambar 39. Pohon jelutung (Dyera costulata)

Gambar 40. Pohon cengal (Hopea Sp.)

Gambar 41. Buah Sp.1


(63)

Gambar 43. Pohon Damar kaca (Shorea javanica)

Gambar 44. Pohon Gatgatan harimo (Vitis gracilis BL)

Gambar 45. Pohon Meranti batu (Shorea platyclados)


(64)

Gambar 47. Pohon Meranti batu kulit tipis (Shorea Sp.)

Gambar 48. Pohon Damar (Agathis alba)

Gambar 49. Pohon Berilang (Dipterocarpus Sp.)


(65)

Gambar 51. Jamur

Gambar 52. Ficus (Ficus Sp.)

Gambar 53. Salak hutan (Salacca affinis)


(66)

Gambar 55. Liana

Gambar 56. Pohon Lemak sawa

Gambar 57. Pohon Merbau (Intsia amboinensis)


(67)

Gambar 59. Lidah begu

Gambar 60. Ketok ring-ring

Potensi fauna yang ditemukan pada jalur 60 jam ini sangat banyak mulai dari burung, mamalia dan semut. Pada eksplorasi ini jenis fauna yang dapat dlihat secara langsung adalah burung rangkong (Gambar 61), black gibbon (Gambar 64), kedih (Gambar 63) dan beruk (Gambar 65). Untuk semut (Gambar 62), orangutan sumatera (Gambar 66), babi hutan (67), dan burung kuau (Gambar 68) hanya dapat diidentifikasi dari sarang dan jejak aktif yang ditinggalkan.


(68)

Gambar 62. Sarang semut

Gambar 63. Kedih (Macaca fascicularis)

Gambar 64. Black Gibbon (Symphalangus syndactylus)


(69)

Gambar 66. Sarang Orangutan Sumatera

Gambar 67. Jejak babi hutan

Gambar 68. Tempat bermain burung kuau

Untuk jenis burung masih banyak jenis yang belum bisa teridentifikasi dikarenakan keterbatasan jangkauan kamera dan pergerakan burung yang sangat cepat. Untuk koordinat fauna di atas dapat dilihat pada Tabel 8.


(70)

Tabel 7. Potensi Flora Pada 60 Hours Track

Koordinat

No Nama Lokal

(Nama Latin) x y Keterangan

1 Seroja

(Angglonema sp.) 396155.34 409813.56 Gambar 36

2 Tara Langkup

- 396072.82 409896.09 Gambar 37

3 Jamur

(Ganoderma lucidum) 395055.72 410350.40 Gambar 38

4 Jelutung

(Dyera costulata) 395220.91 410454.61 Gambar 39

5 Cengal

(Hopea sp.) 395079.04 410356.55 Gambar 40

6 Buah sp.1

- 395079.04 410356.55 Gambar 41

7 Jamur

(Calvatia gigantia) 395055.72 410350.40 Gambar 42

8 Damar Kaca

(Shorea javanica) 394994.61 410388.34 Gambar 43

9 Gatgatan Harimo

(Vitis gracilis BL) 394956.01 410384.01 Gambar 44

10 Meranti Batu

(Shorea platyclados) 394749.44 410362.29 Gambar 45

11 Kruing

(Dipterocarpus haseltii) 394727.51 410354.35 Gambar 46

12 Meranti Batu Kulit Tipis

(Shorea sp.) 394612.49 410274.92 Gambar 47

13 Damar

(Agathis alba) 394371.92 410246.39 Gambar 48

14 Berilang

(Dipterocarpus sp.) 394374.29 410157.73 Gambar 49

15 Merilang

- 394393.56 410143.43 Gambar 50

16 Jamur

(Ganoderma lucidum) 394419.92 410112.67 Gambar 51

17 Ficus

(Ficus sp.) 394425.41 410108.28 Gambar 52

18 Salak Hutan

(Salacca affinis) 394461.40 410096.41 Gambar 53

19 Pohon Bunga Bangkai

(Amorphophallus campanulatus) 394468.80 410087.62 Gambar 54

20 Liana

- 394667.09 409858.91 Gambar 55

21 Lemak Sawa

- 394733.84 409860.07 Gambar 56

22 Merbau

(Intsia amboinensis) 394751.27 409852.30 Gambar 57

23 Tangkih

(Euphorbiaceae sp.) 395085.93 409815.71 Gambar 58

24 Lidah Begu

- 395090.90 409807.51 Gambar 59

25 Ketok Ring-ring


(71)

   

Tabel 8. Potensi Fauna Pada 60 Hours Track

Koordinat

No Nama Lokal

(Nama Latin) x y Keterangan

1 Burung Rangkong

Rhinoceros hornbill 394972.92 410388.88 Gambar 61

2 Semut

- 395158.20 410391.22 Gambar 62

3 Kedih

Macaca fascicularis 394986.28 410356.83 Gambar 63

4 Black Gibbon

Symphalangus syndactylus 394972.92 410388.88 Gambar 64

5 Beruk

Macaca nemestrina 394869.38 410398.09 Gambar 65

6 Orangutan Sumatera

Pongo abelii 394462.13 410310.31 Gambar 66

7 Babi Hutan

Sus verucosus 394461.40 410096.41 Gambar 67

8 Burung Kuau


(72)

(73)

3. Potensi Wisata Pada Youth Track

Pada jalur wisata pemuda ini awal track dimulai dari tepi sungai buluh (Gambar 70) yang berada di seberang penginapan. Jalur ini akan berakhir di sungai buluh tempat track dimulai tadi karena jalur ini berbentuk melingkar. Jalur wisata pemuda ini memiliki jarak tempuh sejauh 2,6 Kilometer dengan lama perjalanan sekitar 3 sampai 4 jam.

(a) (b)

Gambar 70. Sungai buluh dari dua arah: (a) barat (b) timur

Sepanjang perjalanan pada jalur ini wisatawan dapat menemukan berbagai macam jenis tanaman obat yang tumbuh alami di kawasan hutan seperti paradep dan sirih hutan. Pada jalur ini terdapat potensi wisata alam berupa Air Terjun Sei Garut (Gambar 71) yang paling sering dikunjungi wisatawan karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari penginapan dan akses yang mudah. Air terjun ini memiliki ketinggian ± 3 meter.


(74)

Tabel 9. Potensi Kawasan Pada Youth Track

Koordinat No Potensi

x y Keterangan

1 Start Track dan Finish Track

(Sungai Buluh) 397131.60 407417.61 Gambar 70

2 Air Terjun Sei Garut 397114.02 407382.44 Gambar 71

Potensi flora unik yang ditemukan sepanjang perjalanan pada jalur pemuda ini adalah sebanyak 13 jenis mulai dari tumbuhan obat, pohon besar,jamur dan bunga unik. Di jalur ini ditemukan juga pohon pakam (Pometia

pinnata Jack.) (Gambar 81) yang merupakan tumbuhan khas daerah Irian Jaya.

Sumiarsi dkk (2000) dalam Rahayu (2007) menambahkan bahwa buah dan biji tanaman ini dapat digunakan sebagai makanan oleh masyarakat Sentani-Irian Jaya setelah diproses terlebih dahulu.

Paradep (Gambar 82) merupakan jenis tanaman obat yang daunnya dapat berkhasiat menghilangkan penyakit sariawan dan sakit pinggang. Tanaman obat ini memiliki daun yang lebar dan mengkilap. Pada jalur ini juga ditemukan pohon gondang (Ficus fariegata) (Gambar 77) yang memiliki ciri berupa buah yang dihasilkan keluar melalui batang tumbuhan. Pada saat masih muda buah berwarna hijau tetapi akan berubah menjadi coklat setelah tua. Buah gondang merupakan pakan berbagai jenis burung.


(75)

Gambar 73. Bunga kincug (Nicolaia speciosa)

Gambar 74. Pohon Cengal batu (Hopea sangal)


(76)

Gambar 77. Pohon Gondang (Ficus fariegeta)

Gambar 78. Jamur (Calvatia gigantia)

Gambar 79. Kepeng (Euphorbiaceae Sp.)


(77)

Gambar 81. Pakam (Pometia pinnata Jack.)

Gambar 82. Paradep (Psycothria stipulacea Wall.)

Gambar 83. Sirih hutan (Piper betle)


(78)

Tabel 10. Potensi Flora Pada Youth Track

Koordinat

No Nama Lokal

(Nama Latin) x y Keterangan

1 Bayur

(Pterospermum javanicum Jungh.)

396515.85 407863.95 Gambar 72 2 Bunga Kincung

(Nicolaia speciosa)

396932.76 407531.74 Gambar 73 3 Cengal Batu

(Hopea sangal)

396605.60 407578.58 Gambar 74 4 Cep-cepan

(Castanopsis costata)

397112.45 407453.84 Gambar 75 5 Ficus

(Ficus sp.)

396853.56 407723.73 Gambar 76 6 Gondang

(Ficus fariegeta)

397116.94 407448.34 Gambar 77 7 Jamur

(Calvatia gigantia)

396844.06 407403.15 Gambar 78 8 Kepeng

(Euphorbiaceae sp.)

396824.17 407786.98 Gambar 79 9 Medang

(Dehaasia caesia)

396494.50 407588.75 Gambar 80 10 Pakam

(Pometia pinnata Jack.)

396481.86 407879.78 Gambar 81 11 Paradep

(Psycothria stipulacea Wall.)

397110.27 407462.82 Gambar 82 12 Sirih Hutan

(Piper betle)

397077.26 407514.80 Gambar 83 13 Tapak Gajah

-

396873.98 407703.17 Gambar 84

Potensi fauna yang ditemukan pada jalur pemuda ini adalah babi hutan, kedih dan harimau sumatra. Untuk harimau sumatera (Gambar 87) ditemukan bekas cakaran yang masih aktif pada batang pohon. Harimau sumatera ini termasuk dalam daftar Appendix I CITES. Appendix I adalah daftar seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional.


(1)

(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kawasan Ekowisata Tangkahan masih memiliki kelemahan tempat wisata alam berupa sarana dan prasarana jalan, listrik, air bersih, bak sampah, toko souvenir, rumah ibadah dan tempat pembuangan sampah.

2. Potensi wisata alam pada jalur yang telah ada di kawasan tangkahan yaitu berupa potensi flora, fauna dan alam yang berupa air terjun, goa, air panas, pantai kupu-kupu, aliran sungai jernih, tanaman obat, pohon besar, jamur serta hewan-hewan langka yang dilindungi.

3. Potensi wisata alam pada jalur baru yang ditemukan di kawasan tangkahan yaitu berupa potensi flora, fauna dan alam yang berupa air terjun, taman rafflesia, aliran sungai yang jernih, titik pemantauan satwa, pilar bukit tempurung, goa, tebing batu, tanaman obat, pohon besar, jamur serta hewan-hewan langka yang dilindungi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masih banyak aspek-aspek yang belum dikembangkan di kawasan ekowisata ini, oleh karena itu peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk mendukung kelancaran aktivitas wisata, maka sebaiknya dilakukan perbaikan sarana dan prasarana jalan, listrik, air bersih, bak sampah, toko souvenir, rumah ibadah dan tempat pembuangan limbah.


(3)

2. Adanya pelaksanaan program-program promosi yang efektif secara berkesinambungan, untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisata baik wisatan mancanegara maupun wisatawan lokal.

3. Diharapkan kepada pemerintah dan stakeholder terkait dapat berpartisipasi dalam mengembangkan dan mempromosikan Kawasan Ekowisata Tangkahan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S.M. 1999. Berjuang Mempertahankan Hutan: Kearifan Tradisional Masyarakat Aceh Melestarikan Ekosistem Leuser. Madani Press. Jakarta Allen, S. J., Lu, S. K., Potts, D. T. 1999, A GISBased Analysis and Prediction of

Parcel Land- Use Change in a Coastal Tourism Destination Area. World Congress on Coastal and Marine Tourism Vancouver, British Columbia, Canada. Canada: Vancouver, British Columbia.

As-syakur. 2006. Modul Pengenalan ArcView untuk dasar analisa Sistem Informasi Geografis (SIG). Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH). Universitas Udayana. Bali

Bharuna, A.A.G.D. 2009. Pola Perencanaan Dan Strategi Pembangunan Wisata Alam Berkelanjutan Serta Berwawasan Lingkungan.Jurnal Bumi Lestari 9(1):121-128

[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora. 2009. Appendices I, II and III Valid from 22 May 2009. http://www.cites.org/eng/app/e-appendices.pdf [19 Juni 2009]

Damanik, J. dan Weber F. H. 2006. Perencanaan Ekowisata: dari Teori ke Aplikasi. Edisi I. Penerbit Andi. Yogyakarta

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta.

Departemen Penelitian dan IPTEK Tangkahan. 2008. Pembahasan Pasca Tangkahan Ekotourism. Lembaga Pariwisata Tangkahan. Langkat

Dess, Gregory G, dan Alex Miller. 1993. Strategy Management. Mc Graw Hill Book Co.

Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2003. Kriteria Penilaian Dan Pengembangan Obyek Dan Daya Tarik Wisata Alam. Departemen Kehutanan. Bogor.

Fatihulbar. 2008. Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu di Kawasan Hutan Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan


(5)

Hadinoto, K. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. UI Press. Jakarta

Hakim, L. 2004. Dasar-Dasar Ekowisata. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Bayumedia Publishing. Jawa Timur

Sari, II. 2010. Kajian Kepuasan Pengunjung dan Pengembangan Fasilitas Wisata Di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Program Studi Manajemen Hutan. Universitas Sumatera Utara. Medan Simanjutak, YMN. 2009. Analisis Nilai Ekonomi dan Sosial Ekowisata

Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Silalang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara). Program Studi Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara. Medan Suferi, M. 2008. Pengembangan Wisata Waterfront Sendang Asri Di Waduk

Gajah Mungkur. Jurusan Teknik Arsitektur. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

Sumiasri, N., Kuswara, T., dan Setyowati-Indarto, N. 2000. Pemanfaatan Mato (Pometia pinnata Forst.) di Beberapa Daerah di Irian Jaya. Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III. Denpasar – Bali, 5 – 6 Mei 1998 dalam Rahayu, M., Susiarti, S., dan Purwanto, Y. 2007. Kajian Pemanfaatan Tumbuhan Non Kayu oleh Masyarakat Lokal di Kawasan Konservasi PT. Wira Karya Sakti Sungai Tapa – Jambi. Biodiversitas Vol.8 hal. 73-78 Susilo, F. 2004. Keanekaragaman Jenis Pohon di Kawasan Hutan Tangkahan

Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat. Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan

Latupapua, Y. T. 2008. Studi Potensi Kawasan Dan Pengembangan Ekowisata Di Tual Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal Ichsan Gorontalo. 3(1):1360-1375

Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT). 2006. Rencana Pengelolaan Kawasan Ekowisata Tangkahan Tahun 2006-2011. Tangkahan

Lindberg, K. 1991. Policies for Maximizing Nature Tourism Ecological and Economic Benefit. World Resources Institute.

Permenhut No: P. 48/Menhut II/2010 Tentang Pengusahan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam


(6)

   

Peuquet, D.J. and Marble D.F., editors. 1990. Introductory readings in geographical information systems. London: Taylor and Francis. ISBN: 0 85066 856 5

Purnamasari, Q. 2005. Kajian Pengembangan Produk Wisata Alam Berbasis Ekologi Di Wilayah Wana Wisata Curug Cilember Kabupaten Bogor. Jurnal Manajemen Tropika. 11(1): 14-30

Subaryono. 2005. Pengantar Sistem Informasi Geografis. Jurusan Teknik Geodesi. FT UGM. Yogyakarta

Tanamah, A.R dan Retantyo Wardoyo. 2008. Perancangan Dan Implementasi WebGIS Pariwisata Kabupaten Sumba Timur. Jurnal Informatika 9(2):150-158

[UML] Unit Manajemen Leuser. 2004. Rencana Induk Pengembangan Ekowisata Gurah-Ketambe-Aceh Tenggara (Kerangka Acuan Ekowisata). Unit Manajemen Leuser. Medan

Usman, H dan Purnomo. 1996. Metodologi Penelitian Sosial. PT. Bumi Aksara. Jakarta