Meneliti Kandungan Matan Hadis

Rasulallah Saw. diperintahkan untuk menyampaikan risalah sebagaimana yang telah diwahyukan, agar senantiasa tidak takut celaka dan tidak perlu dikawal, tidak menanggapi ejekan orang-orang Yahudi, tidak membenci orang-orang munafiq. Kemudian apabila tidak menyampaikan risalah sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt. ataupun hanya sebagian saja, itu seperti halnya batal salat karena meninggalkan salah satu rukunnya. Karena setiap yang menyembunyikan sesuatu dari agama dalam hal ini yang dimaksud adalah risalah Tuhan maka sama halnya Nabi Saw. meninggalkan semuanya, dalam arti rusak misi kerasulan diutusnya Nabi Muhammad Saw. kepada umatnya. Jika ada seseorang yang hendak merendahkan atau menaklukkan Nabi Muhammad maka Allah Swt. lah yang menjaganya dari mereka orang-orang yang membenci Nabi Saw.. 13 Pada ayat diawali dengan ism al-Jal lah keagungan, ini menunjukkan bentuk kepedulian ataupun jaminan yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. secara langsung dengan memberikan perintah yakni menyampaikan risalah kepada umat manusia, tentu sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. Maka perlunya dengan yakin menyebut Asma Allah Swt., dalam arti apabila selalu bersama Allah Swt. maka Allah Swt. akan memberi penjagaanpertolongan Muhammad Saw.. Menurut Syaikh ʻAbd al-Q har bahwa dengan menghilangkan keraguan terhadap janji Allah Swt. maka Allah Swt. akan memberikan kesempurnaan janjinya 13 Syai kh an wī Jawharī, al-Jaw hir fī Tafsīr al-Qur n al-Karīm Kairo: Mu afá al- B bī al- alabī, 1350J. 3, 184. kepada Nabi Muhammad Saw. 14 Menurut Mu ammad usayn al- ab ab ī bahwa al- iṣmah mempunyai arti penjagaan dari keburukan manusia yang diarahkan kepada Nabi Muhammad Saw., baik itu karena tujuan agama dan mengemban risalah, karena semua itu masuk kedalam area yang suci. Maksum dari manusia ini tanpa ada penjelasan, bahwa maksum dari setiap permasalahan manusia seperti kekerasan pada tubuh baik itu pembunuhan, meracun atau setiap yang ada hubungannya dengan menghilangkan nyawa atau berupa fitnah, penghinaan atau hal lain seperti perbuatan licik, penipuan, tipu daya, dan semua itu tidak nampak dari kemaksuman Nabi Saw. sebagai penyamarataan. Akan tetapi, itu hanya konteks keburukan mereka yang ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw. agar jatuh atau gagal dalam mengemban tugas risalah Tuhan. 15 Tidak dapat dikatakan sebagaimana umumnya, mengenai perlindungan dari setiap kesulitan dan bahaya, karena pandangan seperti itu dibantah oleh al- Quran, hadis ma tsūr dan sejarah yang dapat diterima. Allah Swt. telah menjadikan Nabi Muhammad Saw. lebih umum dari umatnya dalam arti Nabi Saw. mengalami kondisi sebagaimana umatnya, baik itu orang mu’min, orang- orang kafir atau munafik dari kemalangan seperti, kesengsaraan dan aneka penderitaan dan keluhan yang tak seorang pun yang mampu menghadapi itu semua kecuali jiwa Nabi Saw. yang mulia. 16 14 Ibn ʻ syūr, Tafsīr al-Taḥrīr wal-Tanwīr Tūnis: D r al-Tūnisīyah, 1984, J. 6, 263. 15 Mu ammas usayn al- ab ab ī, al-Mīz n fī Tafsīr al-Qur‟ n Beirūt: al-Mu assasah al- Aʻlamī lil-Ma būʻ t, 1997, J. 6, 50-51. 16 Mu ammas usayn al- ab ab ī, al-Mīz n fī Tafsīr al-Qur‟ n Beirūt: al-Mu assasah al- Aʻlamī lil-Ma būʻ t, 1997, J. 6, 53. Adapaun tujuan dari turunnya ayat ini adalah sebagai penguat al-Ta k īd mental Nabi Muhammad Saw. dalam mengemban risalah dan al- i ṣmah pada ayat di atas bermakna penjagaan Nabi Saw. dari tipu daya musuh yaitu orang-orang kafir dari Yahudi, orang-orang munafiq, dan orang-orang musyrik. 17 Dalam kitab al-Dur al-Mants ūr, mengutip riwayat yang bersumber dari Ibn Ab ī tim, Ibn Marduwayh dan Ibn ʻAs kir dari Abī Saʻīd al-Khudrī, ia berkata: Ayat ini yaitu turun kepada Rasulullah Saw. pada hari Ghad īr Khumm 18 sehubungan dengan ʻAlī b. Abī lib. 19 Menurut al- W id ī bahwa hadis ini sanadnya ḍa īf karena menurutnya dua rawi seperti ʻAlī b. ʻ bas dinilai ḍa īf dan ʻA iyah b. Saʻd al-ʻAwfī dinilai ṣadūq bermadzhab Syi’ah yang mudallis. 20 Al- abr n ī, Abū al-Syaikh, Ibn Marduwayh dan Abī Naʻīm dalam kitab al-Dal il, dan Ibn ʻAs kir meriwayatkan dari Ibn al-ʻAbb s, ia berkata: Nabi Saw. perlu pendamping untuk menjaganya, maka diutuslah Ab ū lib untuk mendampinginya. Setiap hari tokoh-tokoh dari Ban ī H syim menjaganya, sehingga turun ayat . Maka pamannya hendak mengutus seseorang untuk menjaga Nabi Saw. Kemudian Nabi Saw. bersabda: Wahai 17 Ibn ʻ syūr, Tafsīr al-Taḥrīr wal-Tanwīr Tūnis: D r al-Tūnisīyah, 1984, J. 6, 263. 18 Lokasi di Arab Saudi, di tengah-tengah antara Mekkah dan Madinah lebih kurang 200 mil atau daerah itu lebih dikenal sebagai tempat penobatan ʻAlī b. Abī lib sebagai wali dan khalifah yang dilakukan oleh Nabi Saw. 19 Jal l al-Dīn al-Suyū ī, al-Durr al-Mantsūr fi Tafsīr al-Qur‟ n al-Q hirah:, 2003, Cet. 1, J. 5, 383. 20 Abī al- asan ʻAlī b. A mad al-W idī, Asb b Nuzūl al-Qur n Beirūt: D r al-Kutub al- ʻIlmiyah, 1991, Cet. 1, 204. pamanku, Sesungguhnya Allah Swt. telah menjagaku dari jin dan manusia . 21 Menurut al-W id ī bahwa hadis di atas sanadnya ḍa īf karena menurutnya ada seorang rawi al-Na ḍr b ʻAbd al-Ra m n Abū ʻUmar al-Khuzz z yang dinilai matr ūk tertuduh dusta. 22 Dalam riwayat yang lain diriwayatkan oleh Ibn ibb n dan Ibn Marduwayh dari jalan Ab ī Salamah dari Abī Hurayrah, ia berkata: Ketika Rasulullah Saw. berhenti di suatu tempat yang dipilihkan oleh para sahabatnya di dekat pohon, kemudian meletakkan pedangnya pada sebatang dahan pohon. Kemudian datanglah seorang dusun arab lalu mendekati sedangkan Nabi Saw. sedang tidur kemudian ia membangunkan Nabi Saw. dan menghunus pedangnya serya berkata: Siapakah yang akan menghalangimu dariku? Rasulullah Saw. menjawab: Allah Swt. yang akan menolongku darimu, jatuhkanlah pedangmu. Maka ia menjatuhkan pedangnya. Maka turunlah ayat: 23 2 Menghimpun Hadis-hadis yang Satu Tema. Terdapat tiga periwayatan dalam a ḥīḥ al-Bukh rī, dua periwayatan dalam aḥīḥ Muslim, dan empat periwayatan dalam Musnad Aḥmad b. anbal. Namun, dari ketiga Mukharrij masing-masing banyak kesamaan dan sedikit perbedaan pada beberapa penggunaan kata dalam lafadz matan hadis. Namun tidak merubah 21 Jal l al-Dīn al-Suyū ī, Asb b al-Nuzūl al-Musammá Lub b al-Nuqūl fī Asb b al-Nuzūl Beirūt: Mu assasah al-Kutub al-Tsaq fiyah, 2002, Cet. 1, 106. Lihat juga tafsirnya al-Durr al- Mantsūr fi Tafsīr al-Qur‟ n al-Q hirah:, 2003, Cet. 1, J. 5, 385-386. 22 Abī al- asan ʻAlī b. A mad al-W idī, Asb b Nuzūl al-Qur n Beirūt: D r al-Kutub al- ʻIlmiyah, 1991, Cet. 1, 205. 23 Hadisnya ḥasan lihat Muqbil b. H dī al-W diʻī, al- aḥīḥ al-Musnad min Asb b al- Nuzūl al-Yaman: Maktabah anaʻ al-Atsariyah, 2004, Cet. 2, 99. Dan sanadnya L ba sa bih lihat ʻI m b. ʻAbd al-Mu sin al- amīd n, al- aḥīḥ min Asb b al-Nuẓūl Beirūt: Mu assasah al- Riy n, 1999, Cet. 1, 168. maksud dari hadis tersebut dan masih dalam satu tema yaitu berbicara mengenai keikutsertaan Muhammad Saw. dalam perbaikan Kaʻbah. Berikut tabel lafadz yang digunakan tiga mukharrij hadis: Mukharrij Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3 Jalur 4 Al- Bukh rī – Muslim – A mad – – Adapun keterangan tabel di atas, dari tiga jalur periwayatan dalam a ḥīḥ al- Bukh rī ada persamaan dalam penggunaan kata raqabah ada juga yang menggunakan kata Mankib. Begitu juga pada jalur periwayatan dalam a ḥīḥ Muslim dan A ḥmad b. anbal. Menurut Ibn R fiʻ dalam riwayatnya menggunakan “ ala Raqabatika” dan tidak mengatakan “ ala tiqika”. 24 Berikut arti kata yang digunakan mukharrij dalam matan hadis tersebut: 1. Raqabah mempunyai arti al- Unuq leher, ada yang mengatakan bagian atas al- Unuq dan bagian bawah al- Unuq. 25 2. Mankib mempunya arti Mujtama un ra si al-Katifi wal- Aḍudi tempat pertemuan bahu dan lengan atas. 26 3. tiq mempunyai arti Ma bayna al-Mankib wal- Unuq bagian diantara bahu dan leher. 27 4. Ury n mempunyai arti Ariya min Tsawbihi bertalanjangmelepaskan 24 Muslim, aḥīḥ Muslim Beirūt: D r al-Fikr, 2009, J. 1, 165. 25 Ibn Manẓūr, Lis n al- Arab Beirūt: D r al-Fikr, 1990, Cet. 1, J. 1, 427. 26 Ibn Manẓūr, Lis n al- Arab Beirūt: D r al-Fikr, 1990, Cet. 1, J. 1, 771. 27 Ibn Manẓūr, Lis n al- Arab Beirūt: D r al-Fikr, 1990, Cet. 1, J. 10, 237 pakaiannya. 28 Kata Ury n asal kata dari di dalam al- Qur’an hanya terdapat satu ayat yaitu mengkisahkan Nabi Adam dan istrinya di dalam surga dan keluar dari surga disebabkan bisikan setan karena setan merupakan musuh bagi keduanya. Kemudian Allah Swt. menggambarkan keadaan di dalam surga, sebagaimana termuat dalam surah h ayat 118; yang artinya Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Ayat tersebut menunjukkan adanya kesesuaian antara lapar dan telanjang. Apabila lapar merupakan kekosongan tubuh yang tersembunyi dan yang dapat menjaga dari rasa sakit adalah makanan, sedangkan telanjang merupakan kekosongan tubuh yang nampak dan yang dapat melindungi dari rasa hembusan angin dan dingin adalah pakaian. 29 Sehingga rasa lapar itu dikategorikan sebagai hinaan yang tak nampak dan telanjang sebagai hinaan yang nampak jelas yang menjadikan orang tersebut menjadi malu. 30 Dari beberapa makna yang telah dipaparkan di atas, menunjukkan tempat meletakkan iz r-nya dibagian antara batas lengan atas dan bagian bawah leher. Berkesimpulan bahwa Nabi Saw. meletakkan iz r-nya di atas bahu untuk menjaga rasa sakit dan meringankan berat beban batu yang diangkat oleh Nabi Saw. dan orang-orang Quraisy lainnya. Kemudian riwayat lain menginformasikan bahwa 28 Ibn Manẓūr, Lis n al- Arab Beirūt: D r al-Fikr, 1990, Cet. 1, J. 15, 46. 29 Ibn ʻ syūr, Tafsīr al-Taḥrīr wal-Tanwīr Tūnis: D r al-Tūnisīyah, 1984, J. 16, 322. 30 Ibn Katsīr, Tafsīr al-Qur‟ n al- Aẓīm al-Riy ḍ: D r ayyibah, 1999, Cet. 2, J. 5, 320. Nabi Saw. tidak pernah lagi berjalan tanpa mengenakan pakaian Ury n setelah peristiwa tersebut. 31 3 Mengetahui Asbāb al -Wurūd Hadis Memahami hadis sesuai dengan latar belakang, situasi dan kondisi serta tujuannya. Pada masa sebelum kenabian, terdapat perbedaan pendapat mengenai usia Nabi Saw. ketika ikut kegiatan perbaikan Kaʻbah, menurut al-Zuhrī saat itu Nabi belum dewasa, m enurut Ibn Ba l saat itu usia Nabi lima belas tahun 15, menurut His y m lima 5 tahun sebelum kenabian, ada yang mengatakan pada usia tiga puluh enam tahun 36, menurut al- Bayhaqī sebelum Nabi menikah dengan Khadījah, dan pendapat yang masyhur adalah sepuluh tahun 10 setelah menikah dengan Khadījah yaitu tiga puluh lima tahun 35. 32 Kaʻbah sempat mengalami perbaikan kembali karena kota Makkah sering di landa banjir mengakibatkan bangunan Kaʻbah semakin rapuh sehingga meretakkan dinding Kaʻbah. Orang-orang Quraisy berpendapat bahwa perlu diadakannya perbaikan bangunan Kaʻbah untuk memelihara kedudukannya sebagai tempat yang disucikan oleh bangsa Arab, umumnya segenap penjuru jazirah Arab. 33 Diriwayatkan dari al- ʻAbb s bahwa bersama Nabi Saw. dan orang-orang Quraisy memindahkan batu untuk merenovasi bangunan Kaʻbah, sedangkan anak perempuan berada di rumah. Ketika orang-orang Quraisy hendak mengangkat batu-batu, ditugaskan dua orang dua orang laki-laki untuk memindahkan batu dan para perempuan memindahkan kapur pelabur dinding. Al- ʻAbb s bersama Nabi 31 Muslim, aḥīḥ Muslim Beirūt: D r al-Fikr, 2009, J. 1, 165. 32 Badr al- Dīn Abī Mu ammad, Umdat al-Q rī Syarḥ aḥīḥ al-Bukh rī Beirūt: D r al- Kutub al- ʻIlmīyah, 2001, J. 4, 106. 33 Moenawar Khalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw Jakarta: Gema Insani Press, 2001, Cet. 1, 93. Saw. memindahkan batu di atas bahu. Ketika al- ʻAbb s dan Nabi Saw. berada di tengah banyak orang keduanya masih mengenakan pakaiannya, Nabi Saw. berada di depan pamannya al- ʻAbb s. Dalam perjalanan mengangkat batu Al-ʻAbb s dan Nabi Saw. melepaskan pakaiannya kemudian diletakkan di atas bahu mereka untuk meringankan beban batu, terasa panas al- ʻAbb s berjalan cepat dan tiba-tiba Nabi Saw. jatuh dan matanya terbelalak memandang ke atas langit. Al- ʻAbb s bertanya kepada Nabi Saw.: Ada apa? Kemudian Nabi Saw. berdiri dan mengambil pakaiannya, seraya bersabda: “Aku dilarang berjalan telanjang”. Kemudian al- ʻAbb s menyembunyikan kejadian tersebut, sebab khawatir kalau peristiwa tersebut diceritakan kepada orang-orang, mereka akan menganggap Nabi Saw. gila, sampai Allah Swt. mengangkatnya menjadi Nabi dan Rasul- Nya. 34 Sebelum melakukan renovasi Kaʻbah, orang-orang Quraisy menemukan sebuah kapal dagang asing yang terkena badai besar mengakibatkan kapal itu pecah dan terdampar di tepi Laut Merah Jeddah. Riwayat lain menginformasikan bahwa kapal itu milik Baqum, ia merupakan saudagar besar Mesir dari bangsa Romawi yang pandai dalam hal pertukangan. Kemudian tiba- tiba kapal milik Baqum itu dihantam badai mengakibatkan kapal tersebut 34 Ibn amzah al- usaynī al- anafi, al-Bay n wal-Ta rīf fī Asb b al-Wurūd al- adīts al- Syarīf, Penerjemah. M. Suwarta Wijaya Jakarta: Kalam Mulia, 2002. J. 3, 344. Lihat juga A mad b. ʻAmrū b. al- a k Abū Bakar al-Syayb nī, al- ḥ d wal-Mats nī al-Riyaḍ: D r al- R yah, 1991, J. 1, 51. no. 354 terdampar di pantai jazirah Arab Jeddah. 35 Dalam merenovasi Kaʻbah, para pembesar Quraisy berkomitmen harta benda yang digunakan untuk perbaikan bangunan Kaʻbah harus suci, tidak berasal dari hasil menipu, merampas, berjudi, dan sebagainya. Jadi, bahan bangunan yang ditemukan di pantai jazirah Arab Jeddah ini bukan barang hasil temuan belaka. Akan tetapi, kapal yang terdampar itu terdengar oleh penduduk kota Mekah, hingga akhirnya para pembesar Quraisy yang dikepalai Walid b. Mughirah mendatangi kapal tersebut dan membelinya. Kemudian Baqum, diminta untuk membantu dan mengatur proses perbaikan bangunan Kaʻbah yang rusak dan Baqum menerima permintaan tersebut. 36 Dalam melakukan perbaikan bangunan Kaʻbah, Walid b. Mughirah membagi pekerjaan mereka dibeberapa tempat untuk setiap kabilah Quraisy. Misalnya, yang mengerjakan di bagian pintu Kaʻbah diserahkan kepada Bani Abdi Manaf dan Bani Zuhrah, bagian Rukun Aswad dan Rukun Yamani diserahkan kepada Bani Makhzum dan beberapa kabilah Quraisy, begitupun seterusnya. 37 Kemudian mereka memperluas ukuran Kaʻbah dan menambah ketinggian bangunan Kaʻbah dari 9 hasta menjadi 18 hasta 8,46 meter. Bagian dalam utara Kaʻbah telah dibuatkan tangga, sementara di bagian dalam barat Kaʻbah pintu belakang tertutup dan pintu timur dipertinggi untuk menghindari 35 Moenawar Khalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw Jakarta: Gema Insani Press, 2001, Cet. 1, 94. lihat juga Ibn ajar al-ʻAsqal nī, Fatḥ al-B rī al-Riy ḍ: Maktabat al- Mulk, 2001, Cet. 1, J. 3, 516. 36 Moenawar Khalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw Jakarta: Gema Insani Press, 2001, Cet. 1, 95. 37 Moenawar Khalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw Jakarta: Gema Insani Press, 2001, Cet. 1, 95. banjir dan mencegah masuk para penyusup. 38 Dengan pembagian seperti itu, setiap kabilah Quraisy merasa ikut serta dalam kegiatan perbaikan Kaʻbah tempat suci dan Muhammad Saw. juga ikut mengangkat bebatuan bersama al- ʻAbb s.

B. Peristiwa Terbukanya Paha Nabi Saw. Saat Berbincang dengan Abū

Bakar dan ʻUmar. 39 “Telah menceritakan kepada kami Yaḥyá b. Yaḥyá dan Yaḥyá bṬ Ayyūb dan Qutaybah dan Ibn ujr. Ya ḥyá b. Yaḥyá berkata; Telah mengabarkan kepada kami sedangkan yang lainnya berkata; telah menceritakan kepada kami Isma īl yaitu I bn Ja far dari Muḥammad bṬ Abū armalah dari Aṭ dan Sulaym n - kedua anak Yas r dan Abū Salamah bṬ Abdal-Raḥm n bahwa isyah berkata; „Pada suatu ketika, Rasulullah Saw. sedang berbaring di rumahku isyah dengan kedua pahanya atau kedua betisnya terbukaṬ Tak lama kemudian, Abū Bakar minta izin kepada Rasulullah untuk masuk ke dalam rumah beliau. Maka Rasulullah pun mempersilahkan untuk masuk dalam kondisi beliau tetap seperti itu dan terus berbincang-bincang. Lalu Umar bṬ Khaṭṭab datang dan meminta izin kepada Rasulullah untuk masuk ke dalam rumah beliau. Maka Rasulullah pun mempersilahkan untuk masuk dalam kondisi beliau tetap seperti itu dan terus berbincang-bincang. Kemudian Utsm n bṬ Aff n datang dan meminta izin kepada beliau untuk masuk ke dalam rumah beliau. Maka Rasulullah pun mempersilahkan untuk masuk seraya mengambil posisi duduk dan membetulkan pakaiannya. Muḥammad bersabda; Saya tidak mengatakan hal itu pada hari yang 38 Muhammad ʻAbd al-Hamid al-Syarqawi dan Muhammad RajaI al-Thahlawi, Ka bah Rahasia Kiblat Dunia. Penerjemah Luqman Junaidi dan Khalifurrahman Fath Jakarta: Hikmah, 2009, 98-99. 39 Muslim, aḥīḥ Muslim Beirūt: D r al-Fikr, 2009, J. 2, 445. no. hadis 2401. sama. Lalu Utsm n masuk dan langsung bercakap-cakap dengan beliau tentang berbagai hal. Setelah Utsm n keluar dari rumah, isyah bertanva; “Ya Rasulullah, ketika Abū Bakar masuk ke rumah engkau tidak terlihat tergesa-gesa untuk menyambutnya. Kemudian ketika Umar datang dan masuk, engkaupun menyambutnya dengan biasa-biasa saja. Akan tetapi ketika Utsm n bṬ Aff n datang dan masuk ke rumah maka engkau segera bangkit dari pembaringan dan langsung mengambil posisi duduk sambil membetulkan pakaian engkau. Sebenarnya ada apa den gan hal ini semua ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Hai isyah, bagaimana mungkin aku tidak merasa malu kepada seseorang yang para mala ikat saja merasa malu kepadanyaṬ”

a. Meneliti Matan dengan Melihat Kualitas Sanad

Ha dis riwayat ʻ isyah ini terdapat pada kitab aḥīḥ Muslim, sehingga saya tak perlu melakukan kegiatan kritik sanad. Dari semua jalur hadis ini akan bertemu pada Siti ʻ isyah dan ʻUtsm n b. ʻAff n masing-masing menjadi Syawahid, keduanya ada dalam kisah. Pada sanad hadis ini terdapat Tawabi yang menjadikan sanad hadis ini menjadi lebih kuat dan semua periwayat dinilai oleh para kritikus sebagai periwayat yang Tsiqah. Bisa dilihat pada lampiran 2 halaman 91-92.

b. Meneliti Kandungan Matan Hadis

Hadis riwayat ʻ isyah menunjukkan bahwa paha bukan aurat, karena Nabi Muhammad Saw. membiarkan secara sengaja paha atau betisnya dalam keadaan terbuka. Seandainya yang terbuka hanya betis Nabi Saw. saja, tentu beliau tidak bergegas menurunkan pakaiannya saat ʻUtsm n datang dan ʻUtsm n pun tidak merasa malu karena yang terbuka hanya betis. Ketika Nabi Saw. menjamu Abū Bakar dan ʻUmar, beliau tetap membiarkan pahanya terbuka, berbeda ketika mengizinkan Utsm n untuk masuk, Nabi Saw. segera merubah posisi dan menutup kedua pahanya karena bila Nabi Saw. tidak melakukan hal tersebut, ʻUtsm n tidak mengatakan keperluannya. Akan tetapi, bila paha adalah aurat, pasti hal itu tidak akan berlangsung lama karena Muhammad Saw. maksum dari terbukanya aurat. 1 Memahami Al-Sunnah dengan Tuntunan Al-Qur’an. Menurut saya ada kata lain dalam al- Qur’an yang memiliki arti sama dengan arti maksum seperti al-mukhla ṣ. Al-mukhlaṣ maknanya tidak sama dengan al- mukhliṣ. Menurut Tsaʻlab makna dari al-mukhliṣal-mukhliṣīn yaitu orang- orang yang mensucikan hati untuk ibadah karena Allah Swt. semata, adapun makna dari al- mukhlaṣal-mukhlaṣīn yaitu orang-orang yang dimurnikan terpilih Allah Swt. 40 atau orang-orang yang diberi taufik untuk mentaati segala petunjuk Allah Swt. 41 sehingga iblis dan anak cucunya tidak dapat mengotori diri mereka dengan dosa, bahkan dapat dikatakan iblis dan anak cucunya pun tidak punya keinginan untuk mendorong mereka ke lubang dosa. Di tengah-tengah umat manusia ada hamba-hamba Allah Swt. yang tergolong mukhlaṣ dan setan sejak awal penciptaan manusia enggan menyesatkan mereka. Semenjak terusir dari istana surga karena iblis merasa derajatnya lebih tinggi dari Nabi dam as. sehingga ia enggan untuk bersujud. Kemudian iblis bersumpah demi keagungan dan kemuliaan Allah Swt. Allah Swt. memberi ketangguhan kepada iblis untuk terus berusaha menyesatkan hamba-hamba-Nya hingga waktu yang telah ditentukan hari kiamat, kecuali hamba-hamba yang mukhla ṣṬ Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah ad ayat 82-83: 82 83 40 Ibn Manẓūr, Lis n al- Arab Beirūt: D r al-Fikr, 1990, Cet. 1, J. 7, 26. 41 Ahsin W. al-Hafidz, Kamus Ilmu Al- Qur‟an Jakarta: Amzah, 2006, Cet. 2, 193. 82. Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau Allah Swt., aku akan menyesatkan mereka semuanya. 83. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhla ṣ di antara mereka. Huruf “ba” yang terdapat dalam sebagai sumpah, bahwa iblis bersumpah dengan kekuasaan yang Allah Swt. berikan kepadanya untuk menyesatkan manusia kecuali orang-orang yang dimurnikan oleh Allah Swt. maka mereka tidak akan tersentuh oleh rayuan iblis dan yang lainnya. 42 Kemudian diperjelas lagi dalam surah al- ijr ayat 39-40, sebagai berikut; 39 40 39. Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa Aku sesat, pasti Aku akan menjadikan mereka memandang baik perbuatan masiat di muka bumi, dan pasti Aku akan menyesatkan mereka semuanya, 40. Kecuali hamba- hamba Engkau yang mukhlaṣ terpilih di antara mereka. ” Kata “al-Tazyīn” mempunyai arti al-Taḥsīn yang menjadikan sesuatu terlihat indahbaik padahal itu merupakan keburukan yang bisa mendatangkan murka Allah Swt. tipu daya iblis dan iblis menghiasi benteng dengan kesenangan sehingga mengalihkan perhatian dari tugas kewajiban mereka terkecuali orang-orang yang terpilih dan tersucikan al-Mukhla ṣīn. Bacaan yang masyhur, seperti N fi ʻ, amzah, ʻ im dan al-Kis ʻī, mereka membacanya dengan huruf “lam” dibaca fatḥaḥ, “al-Mukhlaṣīn” yang bermakna orang-orang terpilih dan tersucikan. Adapun seperti Ibn Kats īr, Ibn ʻ mir, dan Abī ʻAmrū, mereka membacanya dengan huruf “lam” dibaca kasrah, 42 Mu ammas usayn al- ab ab ī, al-Mīz n fī Tafsīr al-Qur‟ n Beirūt: al-Mu assasah al- Aʻlamī lil-Ma būʻ t, 1997, J. 17, 227. “al-Mukhlaṣīn” yang bermakna orang-orang yang ikhlas dalam berbuat. 43 Al- Qur’an menyebut para Nabi dengan sebutan hamba-hamba yang mukhla . misalnya Nabi Y ūsuf as., Nabi Mūsá as. dan para Rasul lainnya. Al- Qur’an menceritakan kisah ketertarikan Zulaykha kepada Nabi Yūsuf as. Dikisahkan bahwa Zulaykha menyiapkan sebuah kamar yang benar-benar tertutup rapat. Sejak awal ia melakukan apa saja demi mendapatkan Nabi Y ūsuf as. lalu membujuknya untuk memasuki kamar, dan menutup rapat pintunya sehingga tak ada satu orang pun yang tahu apa yang terjadi di dalamnya. Allah Swt. berfirman dalam surah Y ūsuf ayat 24: “Sungguh, perempuan itu telah bermaksud kepadanya Yusuf. Dan Yusuf pun bermaksud kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda dari Tuhannya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia Yusuf termasuk hamba Kami yang terpilih Ṭ” . Tidak ada keraguan bahwa ayat tersebut mengacu pada keselamatan Nabi Y ūsuf as. dari terjadinya kemaksiatan, dan peristiwa tersebut memberikan maksud bahwa Nabi Yusuf terhindar dari perbuatan buruk dan keji karena ia melihat burh n andabukti 44 dari Tuhannya sehingga Allah Swt. menyelamatkan Nabi Y ūsuf as. dari perbuatan buruk dan keji tersebut. Ayat ini sungguh jelas bahwa Allah Swt. menjaga dan menyelamatkan orang-orang terpilih mukhla dari 43 Ibn ʻ syūr, Tafsīr al-Taḥrīr wal-Tanwīr Tūnis: D r al-Tūnisīyah, 1984, J. 14, 49-51. Lihat juga Mu ammas usayn al- ab ab ī, al-Mīz n fī Tafsīr al-Qur‟ n Beirūt: al-Mu assasah al- Aʻlamī lil-Ma būʻ t, 1997, J. 12, 163-164. 44 Burh n merupakan kekuasaan yang dimaksudkan menjadi berguna untuk meyakinkan hatinya ilmu yakin seperti mu’jizat. Ada yang mengatakan arti burh n itu ḥujjah, wahyu ilahi, penjagaan ilahi, dan penglihatan yang memberikan gambaran yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Lihat Ibn ʻ syūr, Tafsīr al-Taḥrīr wal-Tanwīr Tūnis: D r al-Tūnisīyah, 1984, J. 12, 254.