ditanamkan oleh para guru. Para siswa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru ke dalam
kerangka kognitifnya. Karenanya, pembelajaran matematika akan menjadi lebih efektif bila guru membantu siswa menemukan dan memecahkan
masalah dengan menerapkan pembelajaran bermakna. 4. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental
yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkan dan yang dibuat para siswa untuk mendukung model-
model itu. Karenanya, para guru harus mau bertanya dan mau mengamati pekerjaan siswanya. Setiap kesalahan siswa harus menjadi umpan balik
dalam proses penyempurnaan rancangan proses pembelajaran berikutnya. 5. Pada konstruktivisme, siswa perlu mengkonstruksi pemahaman mereka
sendiri untuk masing-masing konsep matematika sehingga peranan guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya
sejenis untuk memindahkan pengetahuan matematika pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka
membuat konstruksi-kontruksi mental yang diperlukan.
C. Dasar Pelaksanaan Model Pembelajaran Konstruktivisme
Fokus tujuan pendidikan di Indonesia adalah terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan hidup dalam
dunia yang makin kompetitif serta dapat memilih dan mengolah informasi untuk digunakan dalam mengambil keputusan, sekaligus mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi di lingkungan sekitarnya. Dari hasil observasi di lapangan diperoleh gambaran bahwa proses
pembelajaran belum secara optimal mempertimbangkan karakteristik anak serta tujuan pendidikan dasar seperti yang tersirat dalam kurikulum pendidikan daasar
` 17
2004. proses pembelajaran di kelas masih dominan menggunakan metoda ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berinteraksi langsung kepada benda-benda konkrit ataupun model artifisial. Seorang guru perlu memperhatikan konsepsi awal peserta didik
sebelum pelajaran. Jika tidak demikian seorang pendidik tidak akan berhasil menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan
belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada peserta didik, melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-
konsepsi peserta didik yang sudah ada dan mungkin salah. Salah satu caranya adalah dengan merancang pembelajaran yang dapat membentuk peserta didik
membangun sendiri pengetahuannya, sedangkan peranan pendidik sebagai motivator dan fasilitator.
Siswa TK, SD, SMP rata-rata berusia antara 5-15 tahun. Secara psikolog masih memerlukan bimbingan, dukungan dan pengakuan sehingga seorang
pendidik yang berhasil adalah pendidik yang “power-for” terhadap peserta didik daripada pendidik yang “power-off”. Bell, 1993 Margaretha Karli, 2004:6.
Pendidik yang “power-off” digambarkan sebagai pendidik yang selalu “di atas” peserta didik sehingga tidak memandang peserta didik sebagai individu yang
mempunyai potensi. Sedangkan pendidik yang “power-for” digambarkan sebagai pendidik yang memperhatikan peningkatan proses belajar peserta didik dan
selalu berusaha menyediakan kegiatan-kegiatan yang relevan, membimbing, mengarahkan serta memotivasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
upaya meningkatkan iklim pembelajaran di sekolah untuk memperoleh hasil yang maksimal maka penerapan model pembelajaran techer-centered yang
menekankan konsep-konsep pembelajaran dapat ditransfer dari pendidik ke
` 18
peserta didik, beralih menuju model pembelajaran studen-centered yang menekankan bahwa dalam pembelajaran, peserta didik sendirilah yang akan
membangun pengetahuannya. Ausubel mengatakan bahwa faktor yang paling penting yang
mempengaruhi belajar peserta didik adalah apa yang telah diketahui peserta didik atau konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-
konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif peserta didik. Selain itu pakar John Dewey mengatakan bahwa “learning by doing” artinya pengalaman
seseorang diperoleh melalui bekerja yang merupakan hasil belajar yang tidak mudah dilupakan. “I see I forget; I hear Iremember; I do I understand”.
D. Keuntungan, Kelemahan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan