Analisa pendapatan, nilai tambah, dan kesempatan kerja pada usahatani sutera (Studi kasus Kec. Nagrak Kab. Sukabumi, Jawa Barat)

ANALISA PENDAPATAN, NlLAl TAMBAN, DAN KESEMPATAN KERJk
PADA USAHATAN1 SUTERA
(Studi Kasus Kec. Nagrak Kab. Sukabumi, Jawa Barar)

WAHYUNI ADLIANTOS
A 26.0410

JURUSAN ILMU-ILMU S O S l A L EKONOMI PERTANIAM
FAKULTAS PERTANIAN
,INSTITUT PERTANlAN B O G O R

1994

petani beflahan sempit. Kontribusi pendapatan tunai usahatani sutera terhadap
pendapatan tunai rurnah tangga petani adalah 6.17 persen untuk petani berlahan luas
dan 4.97 persen bagi petani berlahan sempit. Lebih besarnya kontribusi yang
diberikan oleh petani berlahan luas, karena pemeliharaan kebun murbeinya lebih
intensif daripada petani berlahan sempit, sehingga produktivitas tanaman murbeinya
lebih tinggi dan ju~~ltah
ulat yang dipelihara juga menjadi lebih banyak.
Dalam memproduksi kokon, nilai tambah yang dapat diperoleh adalah Rp 55

614.78 atau 54.87 persen dari nilai kokon yang diiasilkan untuk rata-rata

pemeliharaan satu boks ulat. Pendistribusian nilai tambah sebagai balas jasa
terhadap faktor-fal;tor produksi yang digunakan, dimana jumlah terbesar diperoleh
oleh faktor tenaga kerja yaitu 48.32 persen, selanjumya untuk faktor modal yaitu
28.16 persen, dan yang paling kecil diterima oleh faktor keuntungan yaitu 23.52

persen. Keadaan ini menunjukkan bahwa usahatani sutera adalah usaha yang padat
karya dan kemampuannya dalam menghasilkan keuntungan bagi petani sutera di
daerah Nag& masih kecil karena adanya permasalahan yang dihadapi petani dalam
melakukan usahatani suteranya, antara lain adanya serangan penyakit pada ulat
sutera sehingga ulat banyak yang mati sebelum mengokon.
Pendapatan dan nilai tambah yang diperoleh petani sutera di daerah Nagrak
lebih kecil dibanding dengan pendapatan yang diterima oleh petani di daerah Garut.

Hal ini disebabkan karena di daerah Garut pemeliharaan tanaman murbeinya lebih
intensif, biaya untuk bibit ulat yang lebih murah karena petani langsung memelihara
ulat dari mulai menetas, teknik budidaya ulat sutera dan tanaman murbei lebih

Petani dan Pengrajin Sutera Alam Garut (PPSAG) sehingga mereka mempunyai

kekuatan

rnenetukan barga bibit ulat s u t m dan harga kokon yang dihasilkan.

Usahatani sutera dapat memperluas kesernpatan kerja, dimana jurnlah
kesempatan kerja yaag ditirnbhlkan dengan adanya usahatani sutera, yang
ditunjukkan oleh jumlah tenaga kerja yang dapat diserap dalam usahatani sutera yaitu
300.21 HKP lmtuk rata-rata per hektar per tahun. Dari j d a h ini, tenaga kerja
untuk tanaman murlxi adalah 214.55 NRP,yang paling banyak di

adalah

dalam kegiatan pengolahan tanah sarnpai menanam murbei yaitu 118.17 NRP.
Sedangkan tenaga kerja untuk ulat sutera adalah 85.66 HKP dengan rata-rata ulat
yang dipelihara adalah 6.97 bob per tahm.

DiLihat dari penwbusian nilai tambah, dimaoa faktor keuntmgan
mernperoleh nilai paling rendah dibandiog nilai untuk faktor tenaga kerja dan modal.
Hal ini dkebabkan adanya rnasalah-masalah dalam pelaksanaan usahatani sutera,


antara lain: rendahnya produktivitas tanaman murbei, M t a s bibit ulat yang belum
stabil, harga kokon yang belum menguntungkan bagi petani dan h g a bibit ulat
yang cukup tinggi, terbatasnya teknologi dan kekrampilan serta sarana dan
prasarana yang d
i
m petani dan penyuIuh, serta b g n y a modal yang
petani untuk pemelibaraan tanaman murbei dan untuk meningkatkan teknologi dalam

peliharaan ulat sutera.
Untuk mengatasi permasalahan ini, berbagai usaha telah dilakukan KUD
bersma dengan Pejabat Pemerintah setempat, antara lain: melakukan pelatihan
pemintalan kokon menjadi benang sutera untuk meningkatkan pendapatan yang
diterima petani , mengusahakan modal dari kreditor lain untuk mencukupi paket

kredit usahatani sutera yang baru sebagian diterima petani, dan melakukan studi
banding ke daerah-daerah yang sudah cukup berhasil dalarn melaksanakan usaha
persuteraan darn serta melakukan kejasama dengan perusahaan pemintal benang
sutera yang merupakan kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan dalam rangka
peningkatan teknik-teknik budidaya ulat sutera.


ANALISA PENDAPATAN, NLLAI TAMBAH, DAN KESEMPATAN KERJA
PADA USAHATAN1 SUTERA
(Studi Kasus Kec.Nagrak, Kab.Sukaburni, Jawa Barat)

Oleh
Wahyuni Adliantos
A 26.0410

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat mtuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN

JURUSAN ILMU-ILMUSOSLQLEKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
194

ANALISA PENDAPATAN, NlLAl TAMBAN, DAN KESEMPATAN KERJk
PADA USAHATAN1 SUTERA
(Studi Kasus Kec. Nagrak Kab. Sukabumi, Jawa Barar)


WAHYUNI ADLIANTOS
A 26.0410

JURUSAN ILMU-ILMU S O S l A L EKONOMI PERTANIAM
FAKULTAS PERTANIAN
,INSTITUT PERTANlAN B O G O R

1994

petani beflahan sempit. Kontribusi pendapatan tunai usahatani sutera terhadap
pendapatan tunai rurnah tangga petani adalah 6.17 persen untuk petani berlahan luas
dan 4.97 persen bagi petani berlahan sempit. Lebih besarnya kontribusi yang
diberikan oleh petani berlahan luas, karena pemeliharaan kebun murbeinya lebih
intensif daripada petani berlahan sempit, sehingga produktivitas tanaman murbeinya
lebih tinggi dan ju~~ltah
ulat yang dipelihara juga menjadi lebih banyak.
Dalam memproduksi kokon, nilai tambah yang dapat diperoleh adalah Rp 55
614.78 atau 54.87 persen dari nilai kokon yang diiasilkan untuk rata-rata


pemeliharaan satu boks ulat. Pendistribusian nilai tambah sebagai balas jasa
terhadap faktor-fal;tor produksi yang digunakan, dimana jumlah terbesar diperoleh
oleh faktor tenaga kerja yaitu 48.32 persen, selanjumya untuk faktor modal yaitu
28.16 persen, dan yang paling kecil diterima oleh faktor keuntungan yaitu 23.52

persen. Keadaan ini menunjukkan bahwa usahatani sutera adalah usaha yang padat
karya dan kemampuannya dalam menghasilkan keuntungan bagi petani sutera di
daerah Nag& masih kecil karena adanya permasalahan yang dihadapi petani dalam
melakukan usahatani suteranya, antara lain adanya serangan penyakit pada ulat
sutera sehingga ulat banyak yang mati sebelum mengokon.
Pendapatan dan nilai tambah yang diperoleh petani sutera di daerah Nagrak
lebih kecil dibanding dengan pendapatan yang diterima oleh petani di daerah Garut.

Hal ini disebabkan karena di daerah Garut pemeliharaan tanaman murbeinya lebih
intensif, biaya untuk bibit ulat yang lebih murah karena petani langsung memelihara
ulat dari mulai menetas, teknik budidaya ulat sutera dan tanaman murbei lebih

Petani dan Pengrajin Sutera Alam Garut (PPSAG) sehingga mereka mempunyai
kekuatan


rnenetukan barga bibit ulat s u t m dan harga kokon yang dihasilkan.

Usahatani sutera dapat memperluas kesernpatan kerja, dimana jurnlah
kesempatan kerja yaag ditirnbhlkan dengan adanya usahatani sutera, yang
ditunjukkan oleh jumlah tenaga kerja yang dapat diserap dalam usahatani sutera yaitu
300.21 HKP lmtuk rata-rata per hektar per tahun. Dari j d a h ini, tenaga kerja
untuk tanaman murlxi adalah 214.55 NRP,yang paling banyak di

adalah

dalam kegiatan pengolahan tanah sarnpai menanam murbei yaitu 118.17 NRP.
Sedangkan tenaga kerja untuk ulat sutera adalah 85.66 HKP dengan rata-rata ulat
yang dipelihara adalah 6.97 bob per tahm.

DiLihat dari penwbusian nilai tambah, dimaoa faktor keuntmgan
mernperoleh nilai paling rendah dibandiog nilai untuk faktor tenaga kerja dan modal.
Hal ini dkebabkan adanya rnasalah-masalah dalam pelaksanaan usahatani sutera,

antara lain: rendahnya produktivitas tanaman murbei, M t a s bibit ulat yang belum
stabil, harga kokon yang belum menguntungkan bagi petani dan h g a bibit ulat

yang cukup tinggi, terbatasnya teknologi dan kekrampilan serta sarana dan
prasarana yang d
i
m petani dan penyuIuh, serta b g n y a modal yang
petani untuk pemelibaraan tanaman murbei dan untuk meningkatkan teknologi dalam

peliharaan ulat sutera.
Untuk mengatasi permasalahan ini, berbagai usaha telah dilakukan KUD
bersma dengan Pejabat Pemerintah setempat, antara lain: melakukan pelatihan
pemintalan kokon menjadi benang sutera untuk meningkatkan pendapatan yang
diterima petani , mengusahakan modal dari kreditor lain untuk mencukupi paket

kredit usahatani sutera yang baru sebagian diterima petani, dan melakukan studi
banding ke daerah-daerah yang sudah cukup berhasil dalarn melaksanakan usaha
persuteraan darn serta melakukan kejasama dengan perusahaan pemintal benang
sutera yang merupakan kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan dalam rangka
peningkatan teknik-teknik budidaya ulat sutera.

ANALISA PENDAPATAN, NLLAI TAMBAH, DAN KESEMPATAN KERJA
PADA USAHATAN1 SUTERA

(Studi Kasus Kec.Nagrak, Kab.Sukaburni, Jawa Barat)

Oleh
Wahyuni Adliantos
A 26.0410

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat mtuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN

JURUSAN ILMU-ILMUSOSLQLEKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
194