Analisis nilai tambah pengolahan dan titik impas penjualan kain sutera alam (Studi kasus pada perusahaan sutera alam "aman sahuri" , kabupaten Garut, Jawa Barat)
ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN DAN
TITIK IMPAS PENJUALAN KAIN SUTERA ALAM
(Studi Kasus pada Perusahaan Sutera Alam
"AMAN SAHURI",Kabupaten Garut,
Jawa Barat)
Oleh
YATI NURYATI
A29 1205
JURUSAN EMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1996
YATI NURYATI. Analisis Nilai Tambah Pengolahan dan Titik Impas Penjualan Kain
Sutera Alam (Studi Kasus pada Perusahaan Sutera Alam "AMAN SAHURI",
Kabupaten Garut-Jawa Barat) (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).
Kain sutera alam merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang
mempunyai peluang pasar cukup besar. Dalam kaitannya dengan aspek pengolahan;
industri pertenunan kain sutera alam cukup ideal dikembangkan di Indonesia karena
mempunyai keterkaitan ke belakang dengan usaha budidaya tanaman murbei,
pemeliharaan ulat sutera di pedesaan, dan industri pemintalan benang sutera alam.
Dengan semakin berkembangnya industri pertenunan kain sutera alam diharapkan
dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja, pendapatan penduduk, dan devisa
negara.
Perusahaan Sutera Alam "AMAN SAHURI" merupakan salah satu unit usaha
pertenunan kain sutera alam di Indonesia. Perusahaan ini masih menggunakan Alat
Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan memproduksi dua jenis kain sutera alam, yait~ikain
tenun polos dan kain tenun ikat.
Penggunaan ATMB dalam proses produksi
menyebabkan rendahnya produksi dan kualitas kain yang dihasilkan.
mempengaruhi nilai penjualan dan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Hal ini
Oleh
mencakup proses produksi kain tenun polos dan kain tenun ikat. (2) Menganalisis nilai
tambah yang diperoleh dari pengolahan benang sutera alam menjadi kain tenun polos
dan kain tenun ikat. (3) Menganalisis titik impas penjualan kain tenun polos dan kain
tenun ikat, serta kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. (4) Menganalisis
pengaruh perubahan volume penjualan, biaya tetap, dan biaya variabel terhadap titik
impas dan kemampuan pemsahaan dalarn memperoleh laba.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis nilai tambah, analisis titik impas.
analisis kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan analisis sensitivitas.
Pengolahan benang sutera alam menjadi kain tenun polos dan kain tenun ikat
telah dapat menciptakan nilai tambah, yaitu masing-masing sebesar Rp 99 102.67 dan
Rp 205 183.58 per kilogram benang sutera alarn. Dalam kaitannya dengan tingkat
penjualan menunjukkan bahwa penjualan kain tenun polos dan kain tenun ikat pada.
tahun 1995, telah melampaui penjualan pada tingkat impas.
Hal ini menunjukkan
bahwa usaha pertenunan kain tenun polos dan kain tenun ikat telah dapat memberikan
keuntungan terhadap perusahaan.
Sedangkan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dari penjualan kain tenun polos lebih tinggi dibandingkan pada kain
tenun ikat, yaitu masing-masing sebesar 22.20 persen dan 21.1 1 persen. Tingginya
kemampuan memperoleh laba pada penjualan kain tenun polos antara lain disebabkan
karena penjualan kain tenun polos lebih tinggi dibandingkan kain tenun ikat.
Dari hasil analisis sensitivitas, peningkatan volume penjualan sebesar 24.8
persen (cateris paribus) dapat meningkatkan kernampuan
perusahaan dala~n
memperoleh laba dari penjualan kain tenun polos dan kain tenun ikat. Sedangkan
peningkatan biaya tetap dan biaya variabel sebesar 7.4 persen (cateris paribus) dapat
rnenurunkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dimana penurunan
kemampuan memperoleh laba akibat peningkatan biaya variabel lebih besar
dibandingkan penurunan kemampuan memperoleh laba akibat peningkatan biaya tetap.
Selanjutnya, penurunan biaya tetap dan biaya variabel sebesar 7.4 persen (cateris
paribus) dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dimana
peningkatan kemampuan memperoleh laba akibat penurunan biaya variabel lebih besar
dibandingkan peningkatan kemampuan memperoleh laba akibat penurunan biaya tetap.
Untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari
penjualan kain tenun ikat, perusahaan sebaiknya lebih meningkatkan produksi dan
penjualan kain tenun ikat. Peningkatan produksi ini hams disertai dengan peningkatan
diversifikasi motif kain dan membuat motif yang
irp
to date sehingga dapat memenuhi
selera konsumen yang lebih beragam dan memperluas daerah pemasaran. Selain itu,
perusahaan perlu lebih mengefisienkan penggunaan faktor produksi tenaga kerja
langsung dan bahan baku karena perubahan kedua jenis biaya tersebut mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan kemampuan memperoleh laba.
Sedangkan bagi perusahaan pertenunan kain sutera alam yang lainnya, disarankan
untuk mengembangkan kain tenun ikat karena telah dapat menciptakan nilai tambah
yang cukup besar sehingga dengan berkembangnya usaha tersebut diharapkan dapat
meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pendapatan penduduk.
Dalam upaya pengembangan sutera alam Indonesia, maka perlu diadakan studi
banding antara industri pertenunan kain sutera alam yang menggunakan ATBM
dengan industri pertenunan kain sutera alam yang menggunakan ATM. Selain itu,
perlu diadakan penelitian sutera alam terpadu mulai industri hulu sampai industri hilir.
ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN DAN
TITIK IMPAS PENJUALAN KAIN SUTERA ALAM
(Studi Kasus pada Perusahaan Sutera Alam
"AMAN SAHURI", Kabupaten Garut,
Jawa Barat)
Oleh
Y AT1 NURY AT1
A 29 1205
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sajana Pertanian pada Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
-
~~~
- -~-~
-
-
-
~--
-
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1996
ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN DAN
TITIK IMPAS PENJUALAN KAIN SUTERA ALAM
(Studi Kasus pada Perusahaan Sutera Alam
"AMAN SAHURI",Kabupaten Garut,
Jawa Barat)
Oleh
YATI NURYATI
A29 1205
JURUSAN EMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1996
YATI NURYATI. Analisis Nilai Tambah Pengolahan dan Titik Impas Penjualan Kain
Sutera Alam (Studi Kasus pada Perusahaan Sutera Alam "AMAN SAHURI",
Kabupaten Garut-Jawa Barat) (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).
Kain sutera alam merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang
mempunyai peluang pasar cukup besar. Dalam kaitannya dengan aspek pengolahan;
industri pertenunan kain sutera alam cukup ideal dikembangkan di Indonesia karena
mempunyai keterkaitan ke belakang dengan usaha budidaya tanaman murbei,
pemeliharaan ulat sutera di pedesaan, dan industri pemintalan benang sutera alam.
Dengan semakin berkembangnya industri pertenunan kain sutera alam diharapkan
dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja, pendapatan penduduk, dan devisa
negara.
Perusahaan Sutera Alam "AMAN SAHURI" merupakan salah satu unit usaha
pertenunan kain sutera alam di Indonesia. Perusahaan ini masih menggunakan Alat
Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan memproduksi dua jenis kain sutera alam, yait~ikain
tenun polos dan kain tenun ikat.
Penggunaan ATMB dalam proses produksi
menyebabkan rendahnya produksi dan kualitas kain yang dihasilkan.
mempengaruhi nilai penjualan dan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Hal ini
Oleh
mencakup proses produksi kain tenun polos dan kain tenun ikat. (2) Menganalisis nilai
tambah yang diperoleh dari pengolahan benang sutera alam menjadi kain tenun polos
dan kain tenun ikat. (3) Menganalisis titik impas penjualan kain tenun polos dan kain
tenun ikat, serta kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. (4) Menganalisis
pengaruh perubahan volume penjualan, biaya tetap, dan biaya variabel terhadap titik
impas dan kemampuan pemsahaan dalarn memperoleh laba.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis nilai tambah, analisis titik impas.
analisis kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan analisis sensitivitas.
Pengolahan benang sutera alam menjadi kain tenun polos dan kain tenun ikat
telah dapat menciptakan nilai tambah, yaitu masing-masing sebesar Rp 99 102.67 dan
Rp 205 183.58 per kilogram benang sutera alarn. Dalam kaitannya dengan tingkat
penjualan menunjukkan bahwa penjualan kain tenun polos dan kain tenun ikat pada.
tahun 1995, telah melampaui penjualan pada tingkat impas.
Hal ini menunjukkan
bahwa usaha pertenunan kain tenun polos dan kain tenun ikat telah dapat memberikan
keuntungan terhadap perusahaan.
Sedangkan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dari penjualan kain tenun polos lebih tinggi dibandingkan pada kain
tenun ikat, yaitu masing-masing sebesar 22.20 persen dan 21.1 1 persen. Tingginya
kemampuan memperoleh laba pada penjualan kain tenun polos antara lain disebabkan
karena penjualan kain tenun polos lebih tinggi dibandingkan kain tenun ikat.
Dari hasil analisis sensitivitas, peningkatan volume penjualan sebesar 24.8
persen (cateris paribus) dapat meningkatkan kernampuan
perusahaan dala~n
memperoleh laba dari penjualan kain tenun polos dan kain tenun ikat. Sedangkan
peningkatan biaya tetap dan biaya variabel sebesar 7.4 persen (cateris paribus) dapat
rnenurunkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dimana penurunan
kemampuan memperoleh laba akibat peningkatan biaya variabel lebih besar
dibandingkan penurunan kemampuan memperoleh laba akibat peningkatan biaya tetap.
Selanjutnya, penurunan biaya tetap dan biaya variabel sebesar 7.4 persen (cateris
paribus) dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dimana
peningkatan kemampuan memperoleh laba akibat penurunan biaya variabel lebih besar
dibandingkan peningkatan kemampuan memperoleh laba akibat penurunan biaya tetap.
Untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari
penjualan kain tenun ikat, perusahaan sebaiknya lebih meningkatkan produksi dan
penjualan kain tenun ikat. Peningkatan produksi ini hams disertai dengan peningkatan
diversifikasi motif kain dan membuat motif yang
irp
to date sehingga dapat memenuhi
selera konsumen yang lebih beragam dan memperluas daerah pemasaran. Selain itu,
perusahaan perlu lebih mengefisienkan penggunaan faktor produksi tenaga kerja
langsung dan bahan baku karena perubahan kedua jenis biaya tersebut mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan kemampuan memperoleh laba.
Sedangkan bagi perusahaan pertenunan kain sutera alam yang lainnya, disarankan
untuk mengembangkan kain tenun ikat karena telah dapat menciptakan nilai tambah
yang cukup besar sehingga dengan berkembangnya usaha tersebut diharapkan dapat
meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pendapatan penduduk.
Dalam upaya pengembangan sutera alam Indonesia, maka perlu diadakan studi
banding antara industri pertenunan kain sutera alam yang menggunakan ATBM
dengan industri pertenunan kain sutera alam yang menggunakan ATM. Selain itu,
perlu diadakan penelitian sutera alam terpadu mulai industri hulu sampai industri hilir.
ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN DAN
TITIK IMPAS PENJUALAN KAIN SUTERA ALAM
(Studi Kasus pada Perusahaan Sutera Alam
"AMAN SAHURI", Kabupaten Garut,
Jawa Barat)
Oleh
Y AT1 NURY AT1
A 29 1205
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sajana Pertanian pada Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
-
~~~
- -~-~
-
-
-
~--
-
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1996
TITIK IMPAS PENJUALAN KAIN SUTERA ALAM
(Studi Kasus pada Perusahaan Sutera Alam
"AMAN SAHURI",Kabupaten Garut,
Jawa Barat)
Oleh
YATI NURYATI
A29 1205
JURUSAN EMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1996
YATI NURYATI. Analisis Nilai Tambah Pengolahan dan Titik Impas Penjualan Kain
Sutera Alam (Studi Kasus pada Perusahaan Sutera Alam "AMAN SAHURI",
Kabupaten Garut-Jawa Barat) (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).
Kain sutera alam merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang
mempunyai peluang pasar cukup besar. Dalam kaitannya dengan aspek pengolahan;
industri pertenunan kain sutera alam cukup ideal dikembangkan di Indonesia karena
mempunyai keterkaitan ke belakang dengan usaha budidaya tanaman murbei,
pemeliharaan ulat sutera di pedesaan, dan industri pemintalan benang sutera alam.
Dengan semakin berkembangnya industri pertenunan kain sutera alam diharapkan
dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja, pendapatan penduduk, dan devisa
negara.
Perusahaan Sutera Alam "AMAN SAHURI" merupakan salah satu unit usaha
pertenunan kain sutera alam di Indonesia. Perusahaan ini masih menggunakan Alat
Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan memproduksi dua jenis kain sutera alam, yait~ikain
tenun polos dan kain tenun ikat.
Penggunaan ATMB dalam proses produksi
menyebabkan rendahnya produksi dan kualitas kain yang dihasilkan.
mempengaruhi nilai penjualan dan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Hal ini
Oleh
mencakup proses produksi kain tenun polos dan kain tenun ikat. (2) Menganalisis nilai
tambah yang diperoleh dari pengolahan benang sutera alam menjadi kain tenun polos
dan kain tenun ikat. (3) Menganalisis titik impas penjualan kain tenun polos dan kain
tenun ikat, serta kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. (4) Menganalisis
pengaruh perubahan volume penjualan, biaya tetap, dan biaya variabel terhadap titik
impas dan kemampuan pemsahaan dalarn memperoleh laba.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis nilai tambah, analisis titik impas.
analisis kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan analisis sensitivitas.
Pengolahan benang sutera alam menjadi kain tenun polos dan kain tenun ikat
telah dapat menciptakan nilai tambah, yaitu masing-masing sebesar Rp 99 102.67 dan
Rp 205 183.58 per kilogram benang sutera alarn. Dalam kaitannya dengan tingkat
penjualan menunjukkan bahwa penjualan kain tenun polos dan kain tenun ikat pada.
tahun 1995, telah melampaui penjualan pada tingkat impas.
Hal ini menunjukkan
bahwa usaha pertenunan kain tenun polos dan kain tenun ikat telah dapat memberikan
keuntungan terhadap perusahaan.
Sedangkan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dari penjualan kain tenun polos lebih tinggi dibandingkan pada kain
tenun ikat, yaitu masing-masing sebesar 22.20 persen dan 21.1 1 persen. Tingginya
kemampuan memperoleh laba pada penjualan kain tenun polos antara lain disebabkan
karena penjualan kain tenun polos lebih tinggi dibandingkan kain tenun ikat.
Dari hasil analisis sensitivitas, peningkatan volume penjualan sebesar 24.8
persen (cateris paribus) dapat meningkatkan kernampuan
perusahaan dala~n
memperoleh laba dari penjualan kain tenun polos dan kain tenun ikat. Sedangkan
peningkatan biaya tetap dan biaya variabel sebesar 7.4 persen (cateris paribus) dapat
rnenurunkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dimana penurunan
kemampuan memperoleh laba akibat peningkatan biaya variabel lebih besar
dibandingkan penurunan kemampuan memperoleh laba akibat peningkatan biaya tetap.
Selanjutnya, penurunan biaya tetap dan biaya variabel sebesar 7.4 persen (cateris
paribus) dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dimana
peningkatan kemampuan memperoleh laba akibat penurunan biaya variabel lebih besar
dibandingkan peningkatan kemampuan memperoleh laba akibat penurunan biaya tetap.
Untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari
penjualan kain tenun ikat, perusahaan sebaiknya lebih meningkatkan produksi dan
penjualan kain tenun ikat. Peningkatan produksi ini hams disertai dengan peningkatan
diversifikasi motif kain dan membuat motif yang
irp
to date sehingga dapat memenuhi
selera konsumen yang lebih beragam dan memperluas daerah pemasaran. Selain itu,
perusahaan perlu lebih mengefisienkan penggunaan faktor produksi tenaga kerja
langsung dan bahan baku karena perubahan kedua jenis biaya tersebut mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan kemampuan memperoleh laba.
Sedangkan bagi perusahaan pertenunan kain sutera alam yang lainnya, disarankan
untuk mengembangkan kain tenun ikat karena telah dapat menciptakan nilai tambah
yang cukup besar sehingga dengan berkembangnya usaha tersebut diharapkan dapat
meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pendapatan penduduk.
Dalam upaya pengembangan sutera alam Indonesia, maka perlu diadakan studi
banding antara industri pertenunan kain sutera alam yang menggunakan ATBM
dengan industri pertenunan kain sutera alam yang menggunakan ATM. Selain itu,
perlu diadakan penelitian sutera alam terpadu mulai industri hulu sampai industri hilir.
ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN DAN
TITIK IMPAS PENJUALAN KAIN SUTERA ALAM
(Studi Kasus pada Perusahaan Sutera Alam
"AMAN SAHURI", Kabupaten Garut,
Jawa Barat)
Oleh
Y AT1 NURY AT1
A 29 1205
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sajana Pertanian pada Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
-
~~~
- -~-~
-
-
-
~--
-
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1996
ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN DAN
TITIK IMPAS PENJUALAN KAIN SUTERA ALAM
(Studi Kasus pada Perusahaan Sutera Alam
"AMAN SAHURI",Kabupaten Garut,
Jawa Barat)
Oleh
YATI NURYATI
A29 1205
JURUSAN EMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1996
YATI NURYATI. Analisis Nilai Tambah Pengolahan dan Titik Impas Penjualan Kain
Sutera Alam (Studi Kasus pada Perusahaan Sutera Alam "AMAN SAHURI",
Kabupaten Garut-Jawa Barat) (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).
Kain sutera alam merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang
mempunyai peluang pasar cukup besar. Dalam kaitannya dengan aspek pengolahan;
industri pertenunan kain sutera alam cukup ideal dikembangkan di Indonesia karena
mempunyai keterkaitan ke belakang dengan usaha budidaya tanaman murbei,
pemeliharaan ulat sutera di pedesaan, dan industri pemintalan benang sutera alam.
Dengan semakin berkembangnya industri pertenunan kain sutera alam diharapkan
dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja, pendapatan penduduk, dan devisa
negara.
Perusahaan Sutera Alam "AMAN SAHURI" merupakan salah satu unit usaha
pertenunan kain sutera alam di Indonesia. Perusahaan ini masih menggunakan Alat
Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan memproduksi dua jenis kain sutera alam, yait~ikain
tenun polos dan kain tenun ikat.
Penggunaan ATMB dalam proses produksi
menyebabkan rendahnya produksi dan kualitas kain yang dihasilkan.
mempengaruhi nilai penjualan dan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Hal ini
Oleh
mencakup proses produksi kain tenun polos dan kain tenun ikat. (2) Menganalisis nilai
tambah yang diperoleh dari pengolahan benang sutera alam menjadi kain tenun polos
dan kain tenun ikat. (3) Menganalisis titik impas penjualan kain tenun polos dan kain
tenun ikat, serta kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. (4) Menganalisis
pengaruh perubahan volume penjualan, biaya tetap, dan biaya variabel terhadap titik
impas dan kemampuan pemsahaan dalarn memperoleh laba.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis nilai tambah, analisis titik impas.
analisis kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan analisis sensitivitas.
Pengolahan benang sutera alam menjadi kain tenun polos dan kain tenun ikat
telah dapat menciptakan nilai tambah, yaitu masing-masing sebesar Rp 99 102.67 dan
Rp 205 183.58 per kilogram benang sutera alarn. Dalam kaitannya dengan tingkat
penjualan menunjukkan bahwa penjualan kain tenun polos dan kain tenun ikat pada.
tahun 1995, telah melampaui penjualan pada tingkat impas.
Hal ini menunjukkan
bahwa usaha pertenunan kain tenun polos dan kain tenun ikat telah dapat memberikan
keuntungan terhadap perusahaan.
Sedangkan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dari penjualan kain tenun polos lebih tinggi dibandingkan pada kain
tenun ikat, yaitu masing-masing sebesar 22.20 persen dan 21.1 1 persen. Tingginya
kemampuan memperoleh laba pada penjualan kain tenun polos antara lain disebabkan
karena penjualan kain tenun polos lebih tinggi dibandingkan kain tenun ikat.
Dari hasil analisis sensitivitas, peningkatan volume penjualan sebesar 24.8
persen (cateris paribus) dapat meningkatkan kernampuan
perusahaan dala~n
memperoleh laba dari penjualan kain tenun polos dan kain tenun ikat. Sedangkan
peningkatan biaya tetap dan biaya variabel sebesar 7.4 persen (cateris paribus) dapat
rnenurunkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dimana penurunan
kemampuan memperoleh laba akibat peningkatan biaya variabel lebih besar
dibandingkan penurunan kemampuan memperoleh laba akibat peningkatan biaya tetap.
Selanjutnya, penurunan biaya tetap dan biaya variabel sebesar 7.4 persen (cateris
paribus) dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dimana
peningkatan kemampuan memperoleh laba akibat penurunan biaya variabel lebih besar
dibandingkan peningkatan kemampuan memperoleh laba akibat penurunan biaya tetap.
Untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari
penjualan kain tenun ikat, perusahaan sebaiknya lebih meningkatkan produksi dan
penjualan kain tenun ikat. Peningkatan produksi ini hams disertai dengan peningkatan
diversifikasi motif kain dan membuat motif yang
irp
to date sehingga dapat memenuhi
selera konsumen yang lebih beragam dan memperluas daerah pemasaran. Selain itu,
perusahaan perlu lebih mengefisienkan penggunaan faktor produksi tenaga kerja
langsung dan bahan baku karena perubahan kedua jenis biaya tersebut mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan kemampuan memperoleh laba.
Sedangkan bagi perusahaan pertenunan kain sutera alam yang lainnya, disarankan
untuk mengembangkan kain tenun ikat karena telah dapat menciptakan nilai tambah
yang cukup besar sehingga dengan berkembangnya usaha tersebut diharapkan dapat
meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pendapatan penduduk.
Dalam upaya pengembangan sutera alam Indonesia, maka perlu diadakan studi
banding antara industri pertenunan kain sutera alam yang menggunakan ATBM
dengan industri pertenunan kain sutera alam yang menggunakan ATM. Selain itu,
perlu diadakan penelitian sutera alam terpadu mulai industri hulu sampai industri hilir.
ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN DAN
TITIK IMPAS PENJUALAN KAIN SUTERA ALAM
(Studi Kasus pada Perusahaan Sutera Alam
"AMAN SAHURI", Kabupaten Garut,
Jawa Barat)
Oleh
Y AT1 NURY AT1
A 29 1205
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sajana Pertanian pada Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
-
~~~
- -~-~
-
-
-
~--
-
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1996