Analisis pendapatan, nilai tambah dan kesempatan kerja usahatani sutera alam pada dua bentuk kemitraan di kabupaten Garut propinsi Jawa Barat

o ~i i j

ANALISIS PENDAPATAN, NILAI TAMBAH DAN
KESEMPATAN KERJA USAHATANI SUTERA ALAM
PADA DUA BENTUK KEMITRAAN DI KABUPATEN GARUT
PROPINSI JAWA BARAT

OIeh :

MUHLIS WINDARTO

JURUSAN E M U - E M U SOSIAL EKONOiMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997

RINGKASAN

MUHLIS WINDARTO. Analisis Pendapatan, Nilai Tambah Dan Kesempatan K e j a
Usahatani Sutera Alam Pada Dua Bentuk Kemitraan Di Kabupaten Gantt, Propinsi
Jawa Barat.


Dibimbing oleh W G A R A TAMBUNAN dan HEkMANTO

SIREGAR.

Kegiatan persuteraan alam merupakan kegiatan yang padat karya dan
mempunyai peranan besar dalam memperluas kesernpatan berusaha di sektor-sektor
pertanian, kehutanan, industri dan perdagangan

Kegiatan ini mempunyai rangkaian

yang cuLxp panjang yaitu dimulai dari penanaman murbei sebagai penghasil pakan ulat
sampai pemasaran hasilnya
Kabupaten Garut merupakan salah satu sentra sutera alam nasional, untuk
memenuhi kebutuhan sutera nasional

Di daerah ini telah dikernbangkan kegiatan

persuteraan dengan pola bapak angkat


Hadimya bapak angkat diharapkan mampu

rneningkatkan produksi kokon baik secara kualitas maupun kuantitas Bapak Angkat
yang telah aktif membantu meningkatkan kegiatan persuteraan di Kabupaten Garut
adalah PT Jado Wana Sutera Pratama dan PT Agro Makin ~Mulia
Peranan kedua bapak angkat tersebut walaupun belum optimal, namun telah
banyak membantu petani dalam pengadaan prasarana dan sarana produksi, pelatihan

angkat tersebut mampu menumbuhkan kembali semangat masyarakat untuk melakukan
usaha persuteraan alam
Pendapatan usahatani untuk petani wilayah binaan PT Jado Wana Sutera
Pratama per hektar per tahun sebesar Rp 846 737, kontribusinya terhadap pendapatan
keluarga sebesar 21.21 persen dengan nilai tambah per kilogram kokon sebesar
Rp 151 327, sedangkan untuk wilayah binaan PT Agro Makin Mulya sebesar
Rp 306 576, kontribusinya terhadap pendapatan keluarga sebesar 6.63 persen dengan
nilai tambah per kilogram kokon sebesar Rp 74 568.
Nilai penggunaan modal per kilogram kokon untuk petani wilayah binaan
PT Agro Makin Mulya adalah Rp 2 768 dan membutuhkan 1.50 HOK, sedangkan
untuk witayah binaan PT Jado Wana Sutera Pratama sebesar Rp 1 716 dengan
memerlukan 2.24 HOK

Tingkat efisiensi keragaan ekonomis untuk petani wilayah binaan PT Agro
Makin Mulya adalah sebagai berikut : PenerimaanlTotal Biaya adalah 1.38, Tingkat
Efisiensi sebesar 296.31 persen, Produktivitas Modal Tetapnya 0.60, dengan
Produktivitas Tenaga Kejanya 418.81 dan Intensitas Modal Tetapnya 695.25.
Sedangkan tingkat efisiensi keragaan ekonomis untuk petani wilayah binaan PT Jado
Wana Sutera Pratama adalah sebagai berikut : PenerimaanlTotal Biaya adalah 1.71,
Tingkat Efisiensi sebesar 508.69 persen, Produlctivitas Modal Tetapnya 1.02, dengan
Produktivitas Tenaga Kerjanya 502.23 dan Intensitas Modal Tetapnya 493.80.

Analisis regresi hngsi produksi kokon dari kedua wilayah binaan
memperlihatkan nilai R2 dan R2 (adj) yang cukup tinggi. Hal ini berarti bahwa faktorfaktor yang didentifikasikan baik dalam menjelaskan dan mengestimasi hngsi
produksi.
Nilai koefisien determinasi untuk wilayah binaan PT Jado Wana Sutera
Pratama adalah R2 = 98.40 % dan R~ (adj)

=

96.98 % dengan sebagian besar peubah

bebasnya nyata pada selang kepercayaan 80-99 %.


Sedangkan nilai koefisien

determinasi untuk wilayah binaan PT Agro Makin Mulya adalah R'
(adj)

=

= 83.43 %

dan R'

73.24 % dengan sebagian besar peubah bebasnya nyata pada selang

kepercayaan 80 %.
Dan hasil analisis regresi tedihat peningkatan pemakaian pupuk justm akan
mengurangi hasil produksi kokon. Sedangkan untuk pemakaian tenaga keja hanya di
wilayah binaan PT Agro Makin Mulya yang masih dapat ditingkatkan karena dari
analisis regresi terlihat bahwa pemakaian tenaga k e j a masih dapat meningkatkan
produksi kokon, berbeda halnya dengan di wilayah binaan PT Jado Wana Sutera

Pratama yang pemakaiannya hams dikurangi sebab jika dinaikkan penggunaan tenaga
kejanya akan mengurangi hasil kokon. Dari analisis regresi di kedua wilayah binaan
yang masih perlu ditingkatkan dalam proses produksi kokon adalah input faktor jumlah
boks per siklus, luas lahan murbei, dan frekuensi pemeliharaan per tahun, sedangkan
input lainnya pemakaiannya tidak perlu ditingkatkan karena akan mengurangi produksi

o ~i i j

ANALISIS PENDAPATAN, NILAI TAMBAH DAN
KESEMPATAN KERJA USAHATANI SUTERA ALAM
PADA DUA BENTUK KEMITRAAN DI KABUPATEN GARUT
PROPINSI JAWA BARAT

OIeh :

MUHLIS WINDARTO

JURUSAN E M U - E M U SOSIAL EKONOiMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1997

RINGKASAN

MUHLIS WINDARTO. Analisis Pendapatan, Nilai Tambah Dan Kesempatan K e j a
Usahatani Sutera Alam Pada Dua Bentuk Kemitraan Di Kabupaten Gantt, Propinsi
Jawa Barat.

Dibimbing oleh W G A R A TAMBUNAN dan HEkMANTO

SIREGAR.

Kegiatan persuteraan alam merupakan kegiatan yang padat karya dan
mempunyai peranan besar dalam memperluas kesernpatan berusaha di sektor-sektor
pertanian, kehutanan, industri dan perdagangan

Kegiatan ini mempunyai rangkaian

yang cuLxp panjang yaitu dimulai dari penanaman murbei sebagai penghasil pakan ulat
sampai pemasaran hasilnya

Kabupaten Garut merupakan salah satu sentra sutera alam nasional, untuk
memenuhi kebutuhan sutera nasional

Di daerah ini telah dikernbangkan kegiatan

persuteraan dengan pola bapak angkat

Hadimya bapak angkat diharapkan mampu

rneningkatkan produksi kokon baik secara kualitas maupun kuantitas Bapak Angkat
yang telah aktif membantu meningkatkan kegiatan persuteraan di Kabupaten Garut
adalah PT Jado Wana Sutera Pratama dan PT Agro Makin ~Mulia
Peranan kedua bapak angkat tersebut walaupun belum optimal, namun telah
banyak membantu petani dalam pengadaan prasarana dan sarana produksi, pelatihan

angkat tersebut mampu menumbuhkan kembali semangat masyarakat untuk melakukan
usaha persuteraan alam
Pendapatan usahatani untuk petani wilayah binaan PT Jado Wana Sutera
Pratama per hektar per tahun sebesar Rp 846 737, kontribusinya terhadap pendapatan
keluarga sebesar 21.21 persen dengan nilai tambah per kilogram kokon sebesar

Rp 151 327, sedangkan untuk wilayah binaan PT Agro Makin Mulya sebesar
Rp 306 576, kontribusinya terhadap pendapatan keluarga sebesar 6.63 persen dengan
nilai tambah per kilogram kokon sebesar Rp 74 568.
Nilai penggunaan modal per kilogram kokon untuk petani wilayah binaan
PT Agro Makin Mulya adalah Rp 2 768 dan membutuhkan 1.50 HOK, sedangkan
untuk witayah binaan PT Jado Wana Sutera Pratama sebesar Rp 1 716 dengan
memerlukan 2.24 HOK
Tingkat efisiensi keragaan ekonomis untuk petani wilayah binaan PT Agro
Makin Mulya adalah sebagai berikut : PenerimaanlTotal Biaya adalah 1.38, Tingkat
Efisiensi sebesar 296.31 persen, Produktivitas Modal Tetapnya 0.60, dengan
Produktivitas Tenaga Kejanya 418.81 dan Intensitas Modal Tetapnya 695.25.
Sedangkan tingkat efisiensi keragaan ekonomis untuk petani wilayah binaan PT Jado
Wana Sutera Pratama adalah sebagai berikut : PenerimaanlTotal Biaya adalah 1.71,
Tingkat Efisiensi sebesar 508.69 persen, Produlctivitas Modal Tetapnya 1.02, dengan
Produktivitas Tenaga Kerjanya 502.23 dan Intensitas Modal Tetapnya 493.80.

Analisis regresi hngsi produksi kokon dari kedua wilayah binaan
memperlihatkan nilai R2 dan R2 (adj) yang cukup tinggi. Hal ini berarti bahwa faktorfaktor yang didentifikasikan baik dalam menjelaskan dan mengestimasi hngsi
produksi.
Nilai koefisien determinasi untuk wilayah binaan PT Jado Wana Sutera

Pratama adalah R2 = 98.40 % dan R~ (adj)

=

96.98 % dengan sebagian besar peubah

bebasnya nyata pada selang kepercayaan 80-99 %.

Sedangkan nilai koefisien

determinasi untuk wilayah binaan PT Agro Makin Mulya adalah R'
(adj)

=

= 83.43 %

dan R'

73.24 % dengan sebagian besar peubah bebasnya nyata pada selang


kepercayaan 80 %.
Dan hasil analisis regresi tedihat peningkatan pemakaian pupuk justm akan
mengurangi hasil produksi kokon. Sedangkan untuk pemakaian tenaga keja hanya di
wilayah binaan PT Agro Makin Mulya yang masih dapat ditingkatkan karena dari
analisis regresi terlihat bahwa pemakaian tenaga k e j a masih dapat meningkatkan
produksi kokon, berbeda halnya dengan di wilayah binaan PT Jado Wana Sutera
Pratama yang pemakaiannya hams dikurangi sebab jika dinaikkan penggunaan tenaga
kejanya akan mengurangi hasil kokon. Dari analisis regresi di kedua wilayah binaan
yang masih perlu ditingkatkan dalam proses produksi kokon adalah input faktor jumlah
boks per siklus, luas lahan murbei, dan frekuensi pemeliharaan per tahun, sedangkan
input lainnya pemakaiannya tidak perlu ditingkatkan karena akan mengurangi produksi