Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usahatani Kacang Panjang (Studi Kasus : Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi)

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI DAN PENDAPATAN

USAHATANI KACANG PANJANG

(Studi Kasus: Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi)

SKRIPSI

DEDE SAEPUL KAMIL H34104056

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ABSTRACT

Long Beans is one commodity that many consumption by society and ranks third from the types of vegetables that are consumed by the people of Indonesia. One of production center located in West Java and one of them is Sukabumi Based on the total area harvested vegetables in Sukabumi, commodity beans were the highest compared to other vegetable crop acreage to total crop area reached 27 percent of the total area harvested. Sukabumi consists of several sub-bean commodity producers, one of which is the District Nagrak. However, productivity in Sub Nagrak beans are low 8 tons per hectare is still below optimum productivity that can reach 15 to 20 tons per hectare.. Based on the above issues it is necessary to analyze what factors affecting bean productivity levels in Sub Nagrak and whether the farming activities in the District Nagrak is efficient. Based on the research that has been made known that the value of R / C ratio of the farm cash costs were 2.22 and R / C ratio of the total cost of 1.76 so that it can be said long bean farming activities efficiently and profitably, while production factors that influence including land, seed, fertilizer urea, TSP / SP 36, NPK, nutitions, labor, whereas no significant factors are pesticide.


(3)

RINGKASAN

DEDE SAEPUL KAMIL.2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usahatani Kacang Panjang (Studi Kasus : Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi), Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan NETTI TINAPRILLA).

Peningkatan akan konsumsi sayuran di Indonesia terus digalakan oleh pemerintah, hal ini dibuktikan dengan adanya program kegiatan September Horti Ceria 2012 dan adanya pembatasan impor komoditi hortikultura salah satunya sayuran guna meningkatkan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap produksi komoditi hortikultura khususnya sayuran. Salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah kacang panjang yang menempati urutan ketiga dari 21 jenis sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat. Kabupaten Sukabumi merupakan salah sentra produksi kacang panjang di Jawa Barat, namun dilihat dari tingkat rata-rata produktivitasnya,

Kabupaten Sukabumi memiliki tingkat produktivitas terendah dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Kecamatan Nagrak merupakan salah satu sentra produksi kacang panjang di Kabupaten Sukabumi, namun produktivitas rata-rata kacang panjang di Kecamatan Nagrak masih rendah, menurut anggota PPL rata-rata tingkat produktivitas kacang panjang mencapai 7,18 ton per hektar masih dibawah produktivitas optimalnya yang mampu mencapai 15-20 ton per hektar. Adanya kondisi seperti ini, maka sangat penting untuk mengetahui analisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi kacang panjang di Kecamatan Nagrak, dan selanjutnya akan timbul pertanyaan mengenai pendapatan yang diperoleh petani kacang panjang di Kecamatan Nagrak.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani kacang panjang di Kecamatan Nagrak. Tujuan penelitian ini secara kuhusus antara lain menganalisis pendapatan usahatani kacang panjang di Kecamatan Nagrak dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi kacang panjang. Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara purposive (sengaja) yaitu sampel dipilih secara sengaja dengan meminta rekomendasi dari ketua Kelompok Tani Harapan Jaya, jumlah sampel secara keseluruhan adalah sebanyaka 40 orang.

Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil beberapa faktor yang yang memepengaruhi usahatani, diantaranya : luas lahan, benih, urea, TSP/SP36, NPK, pupuk kandang, nutrisi, pestisida, dan tenaga kerja. Benih, TSP/SP 36, NPK, nutrisi dan tenaga kerja berkorelasi positif dan berpengaruh nyata, sedangkan pestisida berkorelasi positif namun tidak berpengaruh nyata. Pupuk urea dan pupuk kandang berkorelasi negatif dan nyata. Berdasarkan aspek pendapatan (pendapatan atas biaya tunai dan biaya total masing-masing sebesar Rp 22.912.738,7 dan Rp 17.944.453,7 dengan nilai R/C rasio atas biaya tunai yaitu 2,22 dan R/C atas biaya total yaitu 1,76


(4)

lebih besar dari satu, hal ini menunjukan bahwa kegiatan usahatani kacang panjang di Kecamatan Nagrak efisien dan menguntugkan.

Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu bahwa produksi usahatani kacang panjang dipengaruhi oleh luas lahan, benih, urea, TSP/SP 36, NPK, pupuk kandang, nutrisi, pestisida, dan tenaga kerja. Selain itu, berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani nilai R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total lebih besar dari satu yang berarti kegiatan usahatani kacang panjang di Kecamatan Nagrak efisien dan menguntungkan.


(5)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI DAN PENDAPATAN

USAHATANI KACANG PANJANG

(Studi Kasus : Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi)

DEDE SAEPUL KAMIL H34104056

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

PROGRAM ALIH JENIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(6)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usahatani Kacang Panjang (Studi Kasus : Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi)

Nama : Dede Saepul Kamil

NIM : H34104056

Menyetujui, Pembimbing

Dr.Ir.Netti Tinaprilla, MM Nip 19690410 199512 2 001

Mengetahui : Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, Ms Nip 19580908 198403 1 002


(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usahatani Kacang Panjang (Studi Kasus : Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi)” belum pernah diajukan pada perguruan tinggi lain atau lembaga lain untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali sebagai rujukan yang dinyatakan dalam naskah.

Bogor, Maret 2013

Dede Saepul Kamil H34104056


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dede Saepul Kamil kelahiran 16 Desember 1988 di Sukabumi dari Bapak Munawar Jamil dan Ibu Pupu Maspupah sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis mengawali pendidikan di SDN Pawenang 3 pada Tahun 1995 dan menyelesaikan sekolah dasar pada tahun 2001. Setelah itu melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 2 Nagrak dan melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 1 Cibadak. Pada tahun 2007 penulis diterima pada Program Diploma Institut Pertanian melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk)

Penulis memperoleh gelar Ahli Madya pada Tahun 2010 dari Program Keahlian Perencanaan dan Pengendalian Produksi Manufaktur dan Jasa (PPMJ) dengan predikat sangat memuaskan. Selama menjadi mahasiswa di Diploma IPB, penulis aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan Fieldtrip PPMJ 44 dan menjadi ketua panitia pada kegiatan yang diadakan mata kuliah soft skill goes to Cibodas. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana Alih Jenis Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Mannajemen Institut Pertanian Bogor.


(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT dengan segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usahatani Kacang Panjang” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penyusunan penelitian ini merupakan sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Alih Jenis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani kacang panjang. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memeberikan informasi bagi semua pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan sehingga diperlukan saran dan kritik demi kesempuranaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing atas saran dan masukannya serta semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

Dede Saepul Kamil


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak yang terkait. Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Dr.Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, mulai dari persiapan hingga penyelesaian skripsi ini.

2. Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen evaluator pada saat kolokium/seminar proposal penelitian yang telah memberikan kritik, saran dan masukan demi penyempurnaan skripsi ini.

3. Dr.Ir.Anna Fariyanti,MS selaku dosen penguji dalam sidang yang telah memberikan kritik, saran dan masukan demi penyempurnaan skripsi ini.

4. Dra. Yusalina, MM selaku penguji komisi akademik yang juga telah member banyak saran guna perbaikan skripsi ini.

5. Kedua orang tua yang telah memberikan dorongan dan semangat baik secara moril maupun materil.

6. Kedua adik tercinta (Virna Yuliantini dan M.Ivan Farhan Jamil) dan seluruh keluarga besar atas doa, perhatian serta dukungannya.

7. Hendra Fektoria selaku pembahas seminar skripsi atas saran, tukar pikiran, dan dukungan dalam bersama-sama menyelesaikan skripsi.

8. Dewinta Mia Sari dan Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan semangat. 9. Seluruh petani responden di Kecamatan Nagrak atas kesediaannya dalam

memberikan data dan informasi yang sangat berguna untuk penelitian ini.

Bogor, Maret 2013


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Gambaran Umum Kacang Panjang ... 9

2.2 Perkembangan Komoditi Kacang Panjang ... 9

2.3 Analisis Pendapatan Usahatani ... 10

2.4 Analisis Faktor-Faktor Produksi ... 11

2.5 Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu ... 12

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 13

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 13

3.1.1 Konsep Fungsi Produksi ... 13

3.1.2 Fungsi Produksi Cobb-Douglass ... 17

3.1.3 Penerimaan Usahatani ... 18

3.1.4 Biaya Usahatani ... 19

3.1.5 Pendapatan Usahatani ... 20

3.1.6 Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) ... 21

3.1.7 Konsep Usahatani ... 21

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 24

IV METODE PENELITIAN ... 26

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.2 Metode Penelitian ... 26

4.3 Metode Pengambilan Sampel ... 26

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 27

4.5 Jenis Data ... 27

4.5.1 Analisis Fungsi Produksi ... 27

4.5.2 Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Panjang ... 32

4.5.3 Analisis R/C Rasio ... 33


(12)

V GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN... 36

5.1 Keadaan Umum dan Geografis ... 36

5.2.Kependudukan dan Mata Pencaharian ... 36

5.3 Karakteristik Petani Responden ... 37

5.3.1 Status Usaha ... 37

5.3.2 Usia Responden ... 37

5.3.3 Pendidikan ... 38

5.3.4 Status Lahan ... 38

5.3.5 Pengalaman Usahatani ... 39

5.4 Kegiatan Budidaya Kacang Panjang di Lokasi Penelitian ... 39

5.4.1 Pengolahan Lahan ... 40

5.4.2 Penanaman ... 40

5.4.3 Pemeliharaan ... 41

5.4.4 Panen dan Pasca Panen ... 43

VI ANALISIS FAKTOR PRODUKSI KACANG PANJANG ... 44

6.1 Analisis Model Fungsi Produksi ... 44

6.1.1 Analisis Model Fungsi Produksi Kacang Panjang ... 44

6.1.2 Analisis Elastisitas Produksi Kacang Panjang ... 46

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KACANG PANJANG ... 51

7.1 Penerimaan Usahatani ... 51

7.2 Biaya Usahatani Kacang Panjang ... 51

7.3 Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Panjang ... 54

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

8.1 Kesimpulan ... 56

8.2 Saran ... 56


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Berdasarkan

Harga Berlaku di Indonesia Tahun 2010-2011 ... 2 2. Tingkat Konsumsi Per Kapita Sayuran di Indonesia

Periode 2005-2011 ... 3 3. Produksi, Luas Panen dan Rata-Rata Produktivitas

Kacang Panjang di Indonesia Pada Tahun 2009 - 2011 ... 3 4. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Daerah Sentra

Produksi Kacang Panjang di Provinsi Jawa Barat Tahun

2008-2011 ... 4 5. Luas Panen dan Jumlah Komoditi Hortikuktura di

Kabupaten Sukabumi Tahun 2011 ... 4 6. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Kacang

Panjang di Kabupaten Sukabumi Tahun 2010 -2011 ... 5 7. Luas Areal Tanam Sayuran di Kecamatan Nagrak Per

Hektar Tahun 2011 ... 6 8. Produksi Nasional Kacang Panjang Tahun 2008-2011 ... 10 9. Perhitungan Analisis Pendapatan dan R/C rasio

Usahatani Kacang Panjang ... 33 10. Potensi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian (KK)

di Kecamatan Nagrak Tahun 2012 ... 36 11. Karakteristik Responden Petani Kacang Panjang

Berdasarkan Status Usaha ... 37 12. Karakteristik Petani Responden di Kecamatan Nagrak

Berdasarkan Usia Pada Tahun 2012 ... 38 13. Karakteristik Responden Petani Kacang Panjang di

Kecamatan Nagrak Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada Tahun 2012... 38 14. Karakterisitik Responden Petani Kacang Panjang di

Kecamatan Nagrak Berdasarkan Status Lahan Pada

Tahun 2012 ... 39 15. Karakteristik Responden Petani Kacang Panjang di

Kecamatan Nagrak Berdasarkan Pengalaman Usahatani


(14)

16. Rata-Rata Penggunaan Faktor Produksi Per Hektar Per Satu Musim Tanam Pada Usahatani Kacang Panjang di

Kecamatan Nagrak Pada Tahun 2012 ... 44 17. Uji Signifikansi Model Produksi Usahatani Kacang

Panjang Satu Musim Tanam per Hektar di Kecamatan

Nagrak Pada Tahun 2012 ... 45 18. Hasil Parameter Penduga Fungsi Produksi Usahatani

Kacang Panjang perhektar satu musim tanam di

Kecamatan Nagrak Pada Tahun 2012 ... 46 19. Penerimaan Rata-rata per Satu Musim Tanam per

Hektar di Kecamatan Nagrak Tahun 2012 ... 51 20. Biaya Rata-Rata Usahatani Kacang Panjang Satu

Musim Tanam per Hektar di Kecamatan Nagrak ... 52 21. Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Panjang Satu


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva Produk Total, Produk Marginal, dan Produk

Rata-Rata ... 14 2. Kerangka Pemikiran Oprasional Analisis Pendapatan

dan Faktor-FaktorProduksi yang Mempengaruhi

Usahatani Kacang Panjang ... 25 3. Proses Pengikatan Ajir Oleh Petani Kacang Panjang ... 40 4. Benih Kacang Panjang yang Digunakan Petani

Kacang Panjang di Kecamatan Nagrak ... 41 5. Tanaman Kacang Panjang yang Ditanam Petani

Kacang Panjang di Kecamatan Nagrak ... 42 6. Kacang Panjang yang Sudah Siap di Jual Oleh Petani


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Harga Kacang di Pasar Induk Tradisional Tanah Tinggi

Tangerang Pada Tahun 2012 ... 61 2. Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kacang Panjang di

Kecamatan Nagrak Pada Tahun 2012 ... 62 3. Penggunaan Faktor-faktor Produksi Per Hektar di

Kecamatan Nagrak Pada Tahun 2012 ... 64 4. Penggunaan Peralatan Per Hektar Usahatani Kacang

Panjang di Kecamatan Nagrak ... 66 5. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani

Kacang Panjang di Kecamatan Nagrak dengan Metode

OLS ... 68 6. Uji Normalitas dan Homoskedastisitas Fungsi Produksi

Kacang Panjang di Kecamatan Nagrak... 69 7. Nilai Penyusutan Alat Pertanian Usahatani Kacang


(17)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam membangun perekonomian nasional, dan menjadi salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap PDB (Produk Domestik Bruto), hal ini dibuktikan dengan tingginya angka penyerapan tenaga kerja di bidang pertanian yaitu sebesar 39,33 juta jiwa lebih tinggi dengan dibandingkan sektor industri dan perdagangan yang mampu menyerap tenaga kerja yaitu masing-masing sebesar 14,54 dan 23,40 juta jiwa, sehingga sektor pertanian secara signifikan mampu mengurangi angka pengangguran di Indonesia. (BPS,2011).

Salah satu sub sektor pertanian adalah subsektor hortikultura. Sektor ini diarahkan untuk meningkatkan kebutuhan konsumsi, bahan baku industri, peningkatan ekspor dan subtitusi impor. Pada tahun 2010 hingga tahun 2011 PDB nasional hortikultura mengalami peningkatan yaitu sebesar 2,64 persen. Peningkatan PDB ini tercapai karena terjadinya peningkatan produksi di berbagai sentra dan kawasan, serta peningkatan luas areal produksi dan areal panen, sehingga berpengaruh positif pada meningkatnya PDB.

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 hingga tahun 2011 nilai PDB untuk beberapa komoditi hortikultura cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut mengindikasikan kelompok komoditi hortikultura mulai dikembangkan sebagai komponen pengusahaan beberapa pelaku bisnis di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari total PDB pada tahun 2011 komoditi buah-buahan masih mendominasi dan memberikan sumbangsih terbesar terhadap tingkat PDB nasional.

Namun dari segi pertumbuhan komoditi sayuran menunjukan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis komoditi yang lain yaitu sebesar 6,12 persen, peningkatan ini disebabkan adanya kecenderungan masyarakat dalam merubah pola konsumsi dari konsumsi makanan yang berlemak tinggi terutama dari bahan hewani beralih ke bahan nabati yang disebut vegetarian, hal ini


(18)

menunjukan bahwa komoditi sayuran mempunyai prospek yang bagus untuk diusahakan bagi para pelaku bisnis.

Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku di Indonesia Tahun 2010-2011

No Kelompok Komoditi

PDB (Milyar) Rata-Rata

Pertumbuhan (%)

2010 2011

1 Buah-buahan 45.482 46.735 2,75

2 Sayuran 31.224 33.136 6,12

3 Tanaman Obat 3.665 2.994 (18,30)

4 Tanaman Hias 6.173 5.983 (3,08)

Total 86.565 88.851

Sumber : Dirjen Hortikultura (2012), diolah

Kementrian pertanian dan Stakeholder Hortikultura menyelenggarakan bulan promosi Hortikultura atau dikenal dengan September Horti Ceria 2012. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kecintaan dan konsumsi masyarakat terhadap produk hortikultura nusantara salah satunya sayuran. Selain itu, FAO telah merekomendasikan konsumsi buah dan sayuran sebesar 65,75 kg per kapita per tahun, walaupun pada tahun 2012 tingkat konsumsi sayuran dan buah di Indonesia baru mencapai 40 kg per kapita per tahun1.

Dukungan pemerintah terhadap peningkatan konsumsi sayuran terus dilakukan dengan cara pembatasan impor produk buah dan sayuran, kegiatan ini bertujuan untuk mendukung agar produk sayuran dan buah-buahan dapat mendominasi pasar di Indonesia dan sekaligus meningkatkan citra dan memperkenalkan produk hortikultura di Indonesia salah satunya sayuran.

Salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah kacang panjang. Pada Tabel 2 dapat dilihat kacang panjang menempati urutan ketiga dari total jenis sayuran yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat, hal ini membuktikan bahwa kacang panjang menjadi salah satu komoditi yang banyak diminati oleh masyarakat, berikut adalah konsumsi per kapita empat jenis sayuran

1

Dirjen Hortikultura.Gerakan Peningkatan Konsumsi Sayuran .http ://www .deptan .go .id/news/detail


(19)

yang memiliki tingkat konsumsi paling tinggi di Indonesia. Berdasarkan Tabel 2 tingkat konsumsi kacang panjang cenderung mengalami peningkatan antara tahun 2005 hingga tahun 2011.

Tabel 2.Tingkat Konsumsi Per Kapita Sayuran di Indonesia Periode 2005-2011

No Komoditas Konsumsi per kapita (Kg/Th)

2005 2008 2011*

1 Kangkung 4,94 4,78 4,88

2 Bayam 4,78 4,00 4,23

3 Kacang panjang 3,69 3,80 3,97

4 Terung 2,55 2,91 3,05

Keterangan :* Angka Sementara Sumber : Dirjen Hortikultura, 2011

Berdasarkan data BPS tahun 2012, tingkat produksi kacang panjang nasional dari tahun 2008 hingga tahun 2011, cenderung mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2011 produksi kacang panjang mengalami penurunan, dikarenakan adanya penurunan tingkat luas areal panen kacang panjang, namun tingkat penurunan produksi kacang panjang tidak sarmpai menyentuh angka terendah seperti pada tahun 2008. Dilihat dari rata-rata tingkat produktivitas cenderung mengalami fluktuasi dan mengalami penurunan produktivitas pada tahun 2010.

Tabel 3. Produksi, Luas Panen dan Rata-Rata Produktivitas Kacang Panjang di Indonesia Pada Tahun 2009 - 2011

Tahun 2008 2009 2010 2011

Produksi (Ton) 455.524 483.793 489.449 458.307

Luas panen (Ha) 83.493 83.796 85.828 79.623

Rata-rata Produktivitas (Ton/Ha)

5,45 5,77 5,70 5,75

Sumber : BPS, 2012

Salah satu sentra produksi kacang panjang di Indonesia terdapat di provinsi Jawa Barat, adapun sentra-sentra produksi terbesar komoditi kacang panjang di Jawa Barat diantaranya terdapat di Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Garut. Berdasarkan Tabel 4 tingkat produktivitas kacang panjang tertinggi adalah Kabupaten Garut sebesar 11,59 ton per hektar, sedangkan tingkat produktivitas terendah adalah Kabupaten Sukabumi yaitu sebesar 7,76 ton per hektar dengan kecenderungan tingkat


(20)

padahal pada tahun 2010 Kabupaten Sukabumi merupakan penghasil produksi kacang panjang kedua terbesar setelah Kabupaten Garut dengan jumlah produksi kacang panjang sebesar 11.762 ton.

Tabel 4 Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Daerah Sentra Produksi Kacang Panjang di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2011

Kabupaten Produksi (Ton) dan Luas Panen (Ha) Rata-rata Produktivitas (Ton/Ha)

2008 2009 2010 2011

Sukabumi 10.281 (1.349) 9.134 (1.195) 11.762 (1.376) 8.683 (1.214) 7,76

Bogor 14.022

(1.529) 11.039 (1.264) 11.649 (1.501) 11.761 (1.261) 8,72

Garut 11.069

(1.072) 12.735 (937) 13.047 (1.183) 9.109 (772) 11,59

Cianjur 1.795

(1.047) 15.800 (1.231) 7.919 (930) 12.552 (969) 9,11

Keterangan : Angka dalam kurung () menunjukan luas panen Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2012 (diolah)

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu sentra produksi kacang panjang di Jawa Barat. Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat luas areal panen tanaman kacang panjang di Kabupaten Sukabumi seluas 2.342 hektar dan menjadi luas areal panen terbesar dibandingkan dengan komoditi sayuran lainnya yang ditanam di Kabupaten Sukabumi, dengan total luas panen sayuran di Kabupaten Sukabumi yaitu seluas 8.665 hektar.

Tabel 5. Luas Panen dan Jumlah Komoditi Hortikuktura di Kabupaten Sukabumi Tahun 2011

Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (ton)

Bawang Daun 332 28.871

Buncis 832 76.144

Cabe Besar 1.058 76.785

Kacang Panjang 2.342 158.013

Terung 565 78.117

Ketimun 942 107.236

Sawi 1.785 194.685

Tomat 809 134.509

Jumlah 8.665 854.360


(21)

Kabupaten Sukabumi terdiri atas 47 kecamatan yang tersebar dibeberapa daerah. Adapun sentra penghasil komoditas kacang panjang terdapat di lima Kecamatan diantaranya : Kecamatan Nagrak, Parung Kuda, Bojong Genteng, Warung Kiara dan Pelabuhan Ratu.

Tabel 6. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Kacang Panjang di Kabupaten Sukabumi Tahun 2010 -2011

Kecamatan

2010 2011

Rata-Rata Produktivitas

(ton/ha) Produksi

(Kw)

Luas Panen

(Ha)

Produksi (Kw)

Luas Panen (Ha)

Nagrak 2.649 26 5.625 135 7,18

Bojong Genteng

5.440 63 3.950 55 7,91 Parung Kuda 10.500 78 7.766 41 16,20 Pelabuhan

Ratu

4.965 31 5.140 34 15,57 Warung Kiara 5.596 60 7.700 99 8,55

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, 2012 (diolah)

Berdasarkan Tabel 6, kenaikan areal luas panen kacang panjang pada rentang waktu tahun 2010-2011 yang tertinggi adalah Kecamatan Nagrak dengan kenaikan luas areal panen seluas 109 ha, serta diikuti dengan kenaikan persentase produksi sebesar 112,34 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Warung Kiara dengan persentase kenaikan produksi sebesar 37,60 persen.

Selain itu berdasarkan Tabel 7, luas areal tanam komoditas kacang penjang memiliki tingkat luas areal tanam terbesar dibandingkan dengan jenis komoditas lainnya yang dibudidayakan di Kecamatan Nagrak. Hal ini menggambarkan bahwa komoditas kacang panjang banyak dibudidayakan di Kecamatan Nagrak dan penting untuk dikembangkan karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.


(22)

Tabel 7. Luas Areal Tanam Sayuran di Kecamatan Nagrak Per Hektar Tahun 2011

No Desa Kacang Panjang Caisin Mentimun

1 Kalaparea 13 10 11

2 Giri Jaya 9 8 5

3 Darmareja 11 7 4

4 Pawenang 19 13 15

5 B. Panjang 18 14 10

6 Cisarua 8 7 6

7 Cihanyawar 13 10 4

8 Nagrak Utara 7 8 3

9 Nagrak Selatan 9 8 4

10 Balaikambang 6 7 2

Jumlah 113 92 64

Sumber: Monografi Kecamatan Nagrak (2012)

1.2 Perumusan Masalah

Kecamatan Nagrak merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukabumi yang sebagian besar masyarakatnya mengusahakan kacang panjang sebagai komoditias utama pertaniannya. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 7, yang menggambarkan luas areal tanam kacang panjang dengan dua komoditas sayuran lainnya di Kecamatan Nagrak, dengan total luas areal tanam sebesar 113 hektar dan lebih tinggi dibandingkan dengan luas areal tanam caisin sebesar 92 hektar dan timun sebesar 64 hektar. Namun masih terdapat beberapa kendala yang dialami oleh para petani kacang panjang di Kecamatan Nagrak, yaitu tingkat produktivitas kacang panjang yang dihasilkan masih rendah.

Komoditas kacang panjang yang dibudidayakan di Kecamatan Nagrak memiliki rata-rata produktikvitas paling rendah dibandingkan dengan Kecamatan sentra penghasil kacang panjang lainnya, walaupun dilihat dari total kenaikan luas areal panen rentang waktu tahun 2010 hingga tahun 2011, Kecamatan Nagrak memiliki tingkat kenaikan tertinggi yaitu sebesar 109 hektar, sehingga menjadi Kecamatan yang mempunyai tingkat luas areal panen terbesar dibandingkan Kecamatan lainnya dengan total luas areal panen sebesar 135 hektar (Tabel 6). Namun peningkatan luas areal panen ini tidak serta merta meningkatkan produktivitas kacang panjang yang dihasilkan.


(23)

Tingkat rata-rata produktivitas kacang panjang yang dihasilkan di Kecamatan Nagrak yaitu sebesar 7,18 ton per hektar (Tabel 5). Menurut informasi yang didapatkan melalui Petugas Penyuluh Lapang (PPL) tingkat produktivitas kacang panjang di Kecamatan Nagrak masih bisa ditingkatkan dan optimalnya mampu mencapai 15-20 ton per hektar, kondisi ini menyebabkan adanya kesenjangan (Gap) yang akan berdampak pada tingkat pendapatan yang diperoleh petani.

Mengkaji permasalahan mengenai tingkat produktivitas sangat berkaitan erat dengan penggunaan faktor-faktor produksi di dalamnya. Kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi sangat menentukan jumlah produksi komoditi kacang panjang yang akan dihasilkan agar kegiatan usahatani yang dijalankan senantiasa dapat memberikan keuntungan, sehingga alokasi faktor-faktor produksi bisa berjalan lebih optimal. Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka yang menjadi pertanyaan yang akan dikaji pada penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani kacang panjang di Kecamatan Nagrak ?

2. Apakah usahatani kacang panjang yang dilakukan di Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi masih menguntungkan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi kegiatan usahatani kacang panjang di Kecamatan Nagrak

2. Menganalisis tingkat pendapatan petani kacang panjang di Kecamatan Nagrak 1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai masukan bagi para petani kacang panjang khususnya petani di Kecamatan Nagrak, selain itu kegiatan penelitian ini sekaligus dapat memberikan informasi bagi penulis serta mengembangkan wawasan dalam menangani permasalahan dibidang agribisnis.


(24)

Semoga hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sumber informasi dan bahan referensi bagi penelitian berikutnya

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Kegiatan penelitian ini hanya membahas tentang komoditi kacang panjang dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan usahatani kacang panjang dengan cara melakukan studi kasus para petani di Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi.


(25)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Kacang Panjang

Kacang panjang (vigna sinensis) adalah salah satu jenis tanaman hortikultura yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, baik sebagai sayuran maupun sebagai lalapan. Kacang panjang dapat tumbuh optimal pada jenis tanah latosol/lempung, subur, gembur serta banyak mengandung bahan organik dengan ketinggian kurang dari 800 m dpl. Suhu yang dibutuhkan untuk budidaya kacang panjang berkisar antara 20-30 derajat celcius dengan curah hujan 600-1.500 milimiter per tahun, selain itu tanaman ini mempunyai akar tanaman yang berbintil dan terdapat bakteri

rhizobium sp yang berfungsi untuk mengikat nitrogen bebas dari udara dan merubahnya menjadi bentuk yang dibutuhkan tanaman, oleh karena itu tanaman kacang panjang ini tidak terlalu membutuhkan banyak pupuk yang mengandung unsur N terlalu tinggi (Salanti 2008).

Untuk mendapatkan produksi yang optimal, dibutuhkan benih kacang panjang yang berkualitas dengan ciri-ciri mempunyai daya kecambah 85 persen, tidak rusak atau cacat dan tidak mengandung wabah hama dan penyakit atau bisa menggunakan benih kacang panjang hibrida yang sudah terjamin kualitasnya. Adapun jarak tanam yang dibutuhkan untuk membudidayakan kacang panjang sekitar 20 x 50 centimeter atau 30 x 40 centimeter dengan kebutuhan benih 10-15 kilogram per hektar dengan waktu tanam sepanjang musim selama air tanahnya memadai, karena tumbuhan kacang panjang memerlukan banyak air agar pertumbuhan tanamannya optimal. Umur panen kacang panjang berkisar antara 3-4,5 bulan. (Rikmawati, 2011).

2.2 Perkembangan Komoditi Kacang Panjang

Tanaman kacang panjang merupakan salah satu jenis sayuran yang cukup populer di masyarakat Indonesia dikarenakan komoditi kacang panjang sangat mudah untuk didapatkan dan menjadi salah satu lalapan maupun sayuran yang sering disajikan dalam bentuk masakan oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan data BPS (2011), selama beberapa tahun terakhir periode antara tahun 2008 sampai 2010


(26)

pada tahun 2011 produksi kacang panjang sedikit mengalami penurunan, namun penurunan tingkat produksi kacang panjang tidak sampai menyentuh angka terendah seperti pada tahun 2008, data lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Produksi Nasional Kacang Panjang Tahun 2008-2011

Tahun Produksi (Ton)

2008 455.524

2009 483.793

2010 488.174

2011 458.307

Sumber : BPS (2012)

2.3 Analisis Pendapatan Usahatani

Keberhasilan suatu usahatani yang dilakukan bisa dinilai berdasarkan seberapa besar tingkat pendapatan yang diperoleh petani. Penelitian mengenai analisis pendapatan telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah kriting di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor oleh Siregar (2011), penelitian analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani caisim di Desa Ciaruteun Llir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor oleh Prathama (2012), penelitian yang dilakukan oleh Sujana (2010) mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani tomat di Desa Lebak Ciwidey, Kabupaten Bandung dan analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di Kabupaten Tegal oleh Pasaribu (2007).

Berdasarkan penelitian mengenai analisis pendapatan yang dilakukan oleh keempat peneliti tersebut menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan terhadap cabai merah kriting di desa Citapen, Caisin di Desa Cibungbulang, usahatani tomat di Ciwidey dan wortel di Kabupaten Tegal dikatakan efisien dan menguntungkan untuk diusahakan, dikarenakan hasil perhitungan R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total lebih besar dari 1, serta pendapatan atas biaya total dan biaya tunai yang menunjukkan nilai yang cukup besar, walaupun terdapat perbedaan pendapatan yang cukup besar diantara ketiga komoditi. Perbedaan pendapatan tersebut terutama dipengaruhi oleh nilai komoditi yang diusahakan, namun dapat ditarik kesimpulan


(27)

bahwa kegiatan usahatani untuk komoditi sayuran berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ketiga peneliti tersebut masih menguntungkan.

2.4 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Tingkat produksi yang dihasilkan suatu komoditi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang digunakan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Prathama (2012), mengenai analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani caisim di Desa Ciaruteun Llir, Analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi cabai merah keriting di Desa Citapen oleh Siregar (2011) , Sujana (2010) mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani tomat di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung dan Pasaribu (2007) mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di Kabupaten Tegal.

Alat analisis yang digunakan oleh Sujana, Siregar dan Pasaribu adalah analisis

Cobb-Douglass, dimana dalam penelitian yang dijelaskan oleh ketiga peneliti, masing-masing menjelaskan bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi berpengaruh atau berkorelasi terhadap masing-masing komoditi yang dijelaskan oleh ketiga peneliti tersebut. Tingkat korelasi tersebut dijelaskan berdasarkan nilai uji F yang diperoleh masing-masing peneliti menunjukan nilai F-hitungnya lebih besar dibandingkan F-tabel , hal ini menunjukan bahwa faktor produksi secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi komoditas yang dihasilkan.

Adapun faktor-faktor produksi yang dijelaskan oleh Prathama (2012), analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani caisim di Desa Ciaruteun Llir, Analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi cabai merah keriting di Desa Citapen oleh Siregar (2011), Sujana (2010) mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani tomat di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung dan Pasaribu (2007) mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di


(28)

Pengaruh nyata dari setiap parameter dapat diketahui dengan melihat nilai t-hitung pada setiap variabel independennya, jika nilai t-t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa setiap variabel independen berpengaruh nyata terhadap produksi. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Prathama, Sujana, Siregar dan Pasaribu menunjukan bahwa koefisien determinasi (R2) pada usahatani dari masing-masing komoditi caisim, wortel, cabai merah keriting dan tomat yang dijelaskan oleh keempat peneliti menunjukan nilai yang lebih besar dari 50 persen dimana nilai tersebut mengartikan bahwa model yang dihasilkan layak untuk meramalkan kondisi kedepan secara akurat.

2.5 Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan referensi dari kegiatan penelitian sebelumnya penulis mencoba untuk menganalisis pendapatan dan faktor-faktor produksi kacang panjang di Kecamatan Nagrak. Adapun persamaan mendasar dari penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh oleh Siregar (2011), mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi cabai merah keriting di Desa Citapen, Sujana (2010) mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani tomat di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung dan Pasaribu (2007) mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di Kabupaten Tegal adalah persamaan mengenai alat analisis pendapatan yaitu analisis R/C ratio dan alat analisis fungsi produksi Cobb-Douglass, serta penentuan faktor-faktor produksi berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan acuan untuk menganalisis faktor-faktor produksi untuk kegiatan usahatani kacang panjang. Sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan penulis yaitu lokasi penelitian yang berbeda, komoditi yang berbeda serta petani atau responden yang digunakan juga berbeda sehingga hasil yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini juga berbeda.


(29)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Fungsi Produksi

Lipsey et al. (1986), menyatakan bahwa fungsi produksi merupakan hubungan antara faktor produksi yang digunakan sebagai input dalam proses produksi dengan jumlah output yang dihasilkan (pada suatu waktu dan tingkat teknologi tertentu). Menurut Soekartawi (2011), notasi fungsi produksi dapat dituliskan sebgai berikut :

Y = f (X1, X2, X3……Xn)

Produksi Y dipengaruhi oleh sejumlah masukan atau input X1, X2, X3…..Xn,

dimana masukan atau input tersebut dapat dikategorikan menjadi, yaitu :

a. Input yang dapat dikuasai oleh petani seperti luas tanah, jumlah pupuk, tenaga kerja dan lain-lain.

b. Input yang tidak dapat dikuasai oleh petani misalnya iklim

Untuk mengukur tingkat produktivitas dari suatu produksi dapat digunakan dua tolak ukur yaitu produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (PR). Menurut Lipsey et al (1986), produk rata-rata didefinisikan sebagai produk total per satu satuan produksi variabel. Sedangkan produk marjinal didefinisikan sebagai perubahan dari produk total yang disebabkan oleh perubahan satu unit faktor produksi.

Perubahan suatu produksi bisa disebabkan oleh adanya penggunaan faktor produksi dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Hastuti dan Rahim (1986), mendefinisikan elastisitas produksi sebagai persentase perbandingan dari hasil produksi atau output sebagai akibat dari persentase perubahan dari input atau faktor produksi, atau dengan kata lain persentase perubahan hasil atau produk pertanian dibandingkan dengan persentase perubahan input atau korbanan.


(30)

Sumber : Lipsey et al, 1986

1. Pada waktu kurva produksi total naik, kurva produksi rata-rata dan kurva produksi marjinal bisa naik bisa turun.

2. Pada waktu kurva produksi total mencapai titik balik (titik A), kurva produksi marjinal mencapai maksimum. Titik dimana kurva produksi marjinal mencapai maksimum merupakan titik mulai menurunnya produksi marjinal mencapai maksimum merupakan titik mulai menurunnya produksi marjinal

3. Produksi marjinal sama dengan nol pada waktu kurva produksi total mencapai maksimum

Gambar 1. Kurva Produk Total, Produk Marginal, dan Produk Rata-Rata

(Output)

(Input)

Y

X (Input) (Output)


(31)

4. Produksi rata-rata akan mencapai maksimum pada waktu kurva produksi total menyinggung garis lurus yang ditarik melalui titik (0,0). Titik produksi rata-rata maksimum merupakan titik mulai menurunnya produksi rata-rata

5. Kurva produksi rata-rata bergerak naik selama kurva produksi marjinal berada diatas kurva produksi rata-rata. Kurva produksi marjinal akan memotong kurva produksi rata-rata di titik produksi rata-rata maksimum. Pada waktu kurva produksi rata-rata menurun, kurva produksi marjinal akan selalu berada di bawah kurva produksi rata-rata.

Hubungan masukan dan produksi pertanian mengikuti kaidah kenaikan hasil yang berkurang (The Law Of Diminishing Returns). Jika suatu faktor produksi variabel dengan jumlah tertentu ditambahkan terus menerus pada sejumlah faktor produksi yang tetap, akhirnya akan dicapai suatu keadaan dimana setiap penambahan satu unit faktor produksi variabel akan menghasilkan tambahan produksi yang besarnya semakin berkurang (Lipsey et al.1986).

Menurut Lipsey et al (1986), elastisitas produksi, didefinisikan sebagai persentase perubahan output yang diakibatkan oleh perubahan input.

1) Elastisitas produksi lebih dari satu (Ep>1)

Elastisitas produksi lebih dari satu dicapai pada waktu kurva produksi marjinal berada diatas kurva produksi rata-rata yang menunjukan kenaikan hasil yang bertambah. Setiap penambahan input satu persen dalam proporsi atau perbandingan yang tetap akan menyebabkan kenaikan output yang lebih besar dari satu persen dan keuntungan masih bisa ditingkatkan. Jadi di daerah increasing return to scale belum tercapai pendapatan yang maksimum karena pendapatan masih bisa diperbesar apabila pemakaian input variabel dinaikan

2) Elastisitas produksi sama dengan satu (Ep=1)

Elastisitas produksi sama dengan satu dicapai pada saat produksi rata-rata maksimum (PR=PM). Pada daerah ini, kenaikan satu persen input dalam proporsi yang tetap akan menghasilkan kenaikan output sebesar satu persen atau constant return to scale.


(32)

3) Elastisitas produksi diantara nol dan satu (0 < Ep < 1)

Pada daerah ini penambahan input sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan input sebesar satu persen dan paling rendah nol persen tergantung harga input dan outputnya. Di daerah ini akan dicapai pendapatan yang maksimum. Daerah produksi ini disebut daerah produksi rasional

4) Elastisitas produksi sama dengan nol (Ep=0)

Elastisitas produksi sama dengan nol dicapai pada waktu produksi total mencapai maksimum atau pada waktu produksi marjinal sama dengan nol

5) Elastisitas produksi kurang dari nol (Ep<0)

Elastisitas produksi kurang dari nol dicapai pada waktu produksi total menurun atau pada waktu produk marjinalnya negatif. Pada daerah ini, penambahan pemakaian input akan menyebabkan penurunan produksi total. Daerah produksi ini disebut daerah produksi yang tidak rasional.

Pemilihan model fungsi produksi yang baik dan benar hendaknya fungsi tersebut memenuhi syarat sebagai berikut (Soekartawi, 2011) :

1. Bentuk model fungsi produksi itu dapat dipertanggungjawabkan.

2. Bentuk model fungsi produksi itu mempunyai dasar yang logik secara fisik maupun ekonomi.

3. Mudah dianalisis.

4. Mempunyai implikasi ekonomi.

Berbagai macam model fungsi produksi menurut Soekartawi (2011), antara lain : Fungsi Produksi Polinominal Kuadratik, Fungsi Produksi Transedental, dan Fungsi Produksi Cobb-Douglass.

Fungsi produksi polinominal kuadratik mempunyai nilai maksimum. Nilai maksimum akan tercapai bila turunan pertama dari fungsi tersebut sama dengan nol. Fungsi produksi transendental mampu menggambarkan fungsi dimana produk marjinal dapat menaik, menurun, dan menurun dalam negatif (Negative Marginal Product). Kelemahan yang dimiliki oleh fungsi transdental yaitu model tidak dapat digunakan apabila terdapat faktor produksi yang nilainya nol. Fungsi produksi Cobb-Douglass memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu a) perhitungannya, b)


(33)

model ini dapat dibuat dalam bentuk linier, c) pada model ini koefisien pangkatnya menunjukkan besarnya elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi, d) dari penjumlahan koefisien elastisitas masing-masing faktor produksi, dalam fungsi produksi menunjukkan fungsi skala usaha. Kelemahan-kelemahan umum yang ditemukan dalam fungsi produksi Cobb-Douglass diantaranya adalah kesalahan pengukuran variabel akan menyebabkan besarnya elastisitas menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan data tidak boleh ada yang nol atau negatif (Soekartawi, 2011) 3.1.2 Fungsi Produksi Cobb-Douglass

Menurut Hastuti dan Rahim (2008) mengemukakan bahwa produksi hasil komoditas (on-farm) sering disebut korbanan produksi karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan komoditas pertanian. Oleh karena itu untuk menghasilkan suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi (input) dan komoditas (output), hubungan antara input dan output disebut dengan factor relationship. Secara matematik, dapat dituliskan dengan menggunakan analisis fungsi produksi Cobb-Douglass. Fungsi produksi Cobb-Douglass adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel (variabel bebas/independent variable dan variabel tidak bebas/ dependent variable). Beberapa alasan memilih fungsi Cobb-Douglass diantaranya (Soekartawi,1990) :

1. Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglass dapat dibentuk kedalam bentuk linier

2. Hasil pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglass akan menghasilkan koefisien regresi sekaligus menunjukan besaran elastisitas

3. Besaran elastisitas sekaligus menunjukan tingkat return to scale

4. Merupakan pendugaan terhadap keadaan skala usaha dari proses produksi yang berlangsung

5. Bentuk linier dari fungsi Cobb-Douglass ditransformasikan dalam bentuk log e (ln) dalam bentuk tersebut variasi data menjadi sangat kecil, hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya heterokedastisitas


(34)

Secara matematis persamaan fungsi produksi Cobb-Douglass dapat ditulis sebagai berikut :

Y = b0 X1b1 X2b2 ...Xnbneu

dimana :

Y = produksi X = input produksi

b = besaran yang akan diduga u = kesalahan

e = logaritma natural (e = 2,718)

Untuk menaksir parameternya harus ditransformaskan kedalam bentuk double logaritma natural (Ln) sehingga merupakan bentuk linier berganda yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ln Y = ln b0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 ...bn Ln Xn + u

dimana :

Y : produksi komoditas pertanian bo : intercep/konstanta

b1 .bn : koefisien arah regresi masing-masing input produksi X1....Xn X1.Xn : input produksi

u : ganggguan stokhastik atau kesalahan (disturbance term) Nilai b1, b2, b3,...bn pada fungsi produksi Cobb-Douglass adalah sekaligus

menunjukan elastisitas X terhadap Y. Menurut Soekartawi (1990), penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglass selalu dilogaritmakan dalam bentuk fungsi linier, maka terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglass, yaitu :

1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol

2. Perlu asumsi tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan 3. Tiap variabel X adalah perfect competition

4. Perbedaan lokasi seperti iklim sudah tercakup pada kesalahan (u) 3.1.3 Penerimaan Usahatani

Soekartawi et al. (2011), berpendapat bahwa penerimaan dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku, mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani


(35)

benih, digunkan untuk pembayaran, dan yang disimpan. Sedangkan menurut Suratiyah (2008), penerimaan usahatani adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari ushatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran kembali (Rp). Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut :

TR = Y x Py

Dimana : TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam satu tahun Py = Harga Y

Menurut Soekartawi et al. (2011), beberapa istilah yang sering digunakan dalam melihat penerimaan usahatani adalah :

1. Penerimaan tunai usahatani yang didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai tidak mencakup yang berupa benda, sehingga nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani, penerimaan tunai usahatani yang tidak berasal dari penjualan produk usahatani seperti pinjaman tunai harus ditambahkan

2. Penerimaan tunai luar usahatani, yang berarti penerimaan yang diperoleh dari luar aktivitas usahatani seperti upah yang diperoleh dari luar usahatani

3. Penerimaan kotor usahatani yang didefinisikan sebagai penerimaan dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun atau satu musim, baik yang dijual (tunai) maupun yang tidak dijual (seperti konsumsi keluarga, bibit, pakan, ternak). Penerimaan kotor juga sama dengan pendapatan kotor atau nilai produksi.

3.1.4 Biaya Usahatani

Kegiatan usahatani seringkali tidak terlepas dari adanya pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk kegiatan produksi yang besarnya biaya tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang digunakannya. Komponen biaya tersebut dapat dipisahkan menjadi biaya tunai, biaya tidak tunai, sedangkan penjumlahan dari komponen biaya tunai dan tidak tunai disebut biaya total. Menurut Soekartawi et al. (2011), biaya tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani, sedangkan biaya


(36)

total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani.

Adapun biaya total usahatani dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Menurut Suratiyah (2008), biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi, sedangkan biaya tidak tetap (variable cost) yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi. Sedangkan menurut Soekartawi et al. (2011) biaya tetap (fixed cost) ialah biaya usahatani yang besar kecilnya tidak bergantung dari besar kecilnya output yang diperoleh dan biaya tidak tetap (variable cost) didefinisikan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang besar kecilnya dipengaruhi oleh perolehan output

3.1.5 Pendapatan Usahatani

Soekartawi et al. (2011), menjelaskan bahwa terdapat beberapa definisi yang digunakan untuk melihat analisis pendapatan usahatani diantaranya :

1. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual dengan jangka waktu pembukuan umumnya setahun.

2. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) yaitu selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai usahatani dan merupakan kemampuan suatu usahatani untuk menghasilkan uang tunai

3. Pendapatan bersih usahatani (net farm income) merupakan selisih anatara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani.

Suratiyah (2008), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor intern dan ekstern. Faktor intern usahtani yang mempengaruhi pendapatan usahatani yaitu kesuburan lahan, luas lahan garapan, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan modal dalam usahatani, penggunaan input teknologi, pola tanam, lokasi tanaman, fragmentasi


(37)

dan tingkat pengetahuan maupun keterampilan petani dan tenaga kerja. Adapun yang mempengaruhi faktor ekstern usahatani diantaranya sarana transportasi, sistem tataniaga, penemuan teknologi baru, fasilitas irigasi, tingkat harga output dan input, ketersediaan lembaga perkreditan, adat istiadat masyarakat dan kebijakan pemerintah. 3.1.6 Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)

Pendapatan merupakan tolak ukur dalam melakukan kegiatan usahatani, selain mengukur tingkat pendapatan mutlak dapat pula tingkat keberhasilan usahatani itu diukur berdasarkan tingkat efisiensi pendapatan yaitu penerimaan untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau imbangan penerimaan dan biaya atau R/C rasio (revenue and cost ratio). Analisis ini digunakan untuk mengukur keuntungan relatif yang diperoleh dari suatu kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial, dimana R/C dapat menunjukan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran dalam satu satuan biaya.

3.1.7 Konsep Usahatani

Menurut Prawirokusumo dalam Soekartawi et al (2011) usahatani merupakan suatu kegiatan bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, peternakan, perikanan. Sedangkan menurut Hastuti dan Rahim (2008), usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinyu untuk menghasilkan produk yang tinggi sehingga pendapatan usahanya meningkat. Suratiyah (2008), mengkalasifikasikan usahatani sebagai berikut :

1. Corak dan Sifat

Menurut corak dan sifat dibagi menjadi dua, yakni komersial dan subsistence. Usahatani komersial telah memperhatikan kualitas serta kuantitas produk sedangkan usahatani subsistence hanya memenuhi kebutuhan sendiri.

2. Organisasi


(38)

a) Usaha individual adalah usahatani yang seluruh proses dikerjakan oleh petani sendiri beserta keluarganya mulai dari perencanaan, mengolah tanah hingga pemasaran ditentukan sendiri.

b) Usaha kolektif ialah usahatani yang seluruh proses produksinya dikerjakan bersama oleh suatu kelompok kemudian hasilnya dibagi dalam bentuk natura maupun keuntungan.

c) Usaha kooperatif ialah usahatani yang tiap prosesnya dikerjakan secara individual, hanya pada beberapa keegiatan yang dianggap penting dikerjakan oleh kelompok.

3. Pola

Menurut polanya, usahatani dibagi menjadi tiga, yakni khusus, tidak khusus, dan campuran

a) Usahatani khusus ialah usahatani yang hanya mengusahakan satu cabang usahatani saja, misalnya usahatani peternakan, usahatani perikanan atau usahatani tanaman pangan.

b) Usahatani tidak khusus ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama-sama, tetapi dengan batas yang tegas.

c) Usahatani campuran ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa batas yang tegas.

4. Tipe

Menurut tipenya, usahatani dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan komoditas yang diusahakan, misalnya usahatani ayam, usahatani kambing, dan usahatani jagung. Tiap jenis ternak dan tanaman dapat merupakan tipe usahatani.

Kegiatan usahatani sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor produksi, menurut Hastuti dan Rahim (2008), beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian dijelaskan sebagai berikut :

1. Lahan Pertanian

Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan yang digarap atau ditanami maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.


(39)

2. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian. Tenaga kerja harus mempunyai kualitas berpikir yang maju seperti petani yang mampu mengadopsi inovasi-inovasi baru, terutama dalam menggunakan teknologi untuk pencapaian komoditas bagus sehingga mempunyai nilai jual komoditas tinggi. Ukuran tenaga dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK) atau hari kerja orang (HKO)

3. Modal

Dalam kegiatan proses tersebut modal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap (variable cost). Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin, dan peralatan pertanian di mana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses produksi, sedangkan modal tidak tetap terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.

4. Pupuk

Pupuk merupakan faktor yang sangat essensial bagi tanaman, terdapat dua jenis pupuk yang digunakan untuk tanaman diantaranya pupuk organik dan anorganik. 5. Pestisida

Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi hama dan penyakit yang menyerangnya. Pestisida merupakan racun yang mengandung zat-zat aktif sebagai pembasmi hama dan penyakit pada tanaman.

6. Bibit

Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas, bibit yang unggul biasanya tahan terhadap penyakit, hasil komoditasnya berkualitas tinggi dibandingkan dengan komoditas lain sehingga harganya dapat bersaing pasar.

7. Teknologi

Penggunaan teknologi dapat menciptakan rekayasa perlakuan terhadap tanaman dan dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi.


(40)

8. Manajemen

Dalam usahatani modern, peranan manajemen menjadi sangat penting dalam mengelola produksi komoditas pertanian, mulai dari perencanaan (planning), pengendalian (controlling) dan evaluasi (evaluation).

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Kacang panjang merupakan salah satu komoditi sayuran yang banyak dibudidayakan para petani di Kecamatan Nagrak. Hal ini tidak terlepas dari letak geografis di Kecamatan Nagrak yang cocok untuk kegiatan budidaya sayuran khususnya kacang panjang. Kemampuan produksi kacang panjang di wilayah Kecamatan Nagrak masih terbilang rendah dibandingkan di wilayah Kecamatan lainnya yang menjadi sentra produksi kacang panjang, tingkat produktivitas rata-rata komoditi kacang panjang di wilayah Kecamatan Nagrak rata-rata mencapai 7,18 ton per hektar, padahal tingkat produktivitas optimalnya mampu mencapai 15-20 ton per hektar. Tingkat produktivitas yang tidak optimal ini sangat berkaitan erat dengan penggunaan input-input faktor produksi yang digunkan yang dapat berimplikasi terhadap tingkat pendapatan yang diperoleh oleh petani pembudidaya kacang panjang.

Peningkatan pendapatan petani kacang panjang dapat dicapai jika para petani mampu mengendalikan input-input produksi, hal itu dapat dilakukan dengan cara mengetahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produktivitas kacang panjang. Hasil analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi kacang panjang diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi para petani kacang panjang. Berdasarkan uraian diatas maka kerangka pemikiran oprasional dapat dilihat seperti pada Gambar 2.


(41)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usahatani Kacang Panjang

Produktivitas kacang panjang di Kecamatan Nagrak masih rendah Faktor-faktor produksi kacang panjang i. Benih

j. Pupuk kandang k. Pupuk urea l. Pupuk Sp 36 m. Pupuk NPK n. Nutrisi o. Pestisida

p. Tenaga kerja

Pendapatan usahatani kacang panjang Analisis fungsi produksi Cobb-Douglass

Hasil dan rekomendasi penggunaan faktor-faktor produksi guna meningkatkan pendapatan petani Penerimaan Usahatani Kacang

Panjang

Harga Output Kacang Panjang Harga input produksi

kacang panjang a. Benih

b. Pupuk kandang c. Pupuk urea d. Pupuk Sp 36 e. Pupuk NPK f. Nutrisi g. Pestisida

h. Tenaga kerja Biaya input produksi

kacang panjang

Efisiensi

R/C biaya tunai R/C biaya total

Biaya Tunai Biaya Diperitungkan

π Tunai π Total


(42)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Kecamatan Nagrak, lokasi ini dipilih karena merupakan salah satu sentra produksi kacang panjang di Kabupaten Sukabumi dan dilakukan secara purposive (sengaja), kegiatan pengumpulan dan pengolahan data akan dilakukan pada bulan Desember 2012 – Januari 2013. Selain itu, penentuan lokasi Kecamatan Nagrak sebagai lokasi penelitian dikarenakan sebagian besar penduduk di daerah ini bermata pencaharian sebagai petani dan letak geografis yang cocok untuk kegiatan budidaya sayuran khususnya kacang panjang yang selalu dibudidayakan oleh sebagian besar petani sepanjang musim.

4.2 Metode Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan dan wawancara langsung kepada petani kacang panjang di lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur terkait yang diperoleh dari buku, artikel, jurnal, internet, hasil-hasil penelitian terdahulu serta instansi atau dinas yang terkait seperti Departemen Tanaman Pangan Sukabumi, Data Monografi Kecamatan Nagrak, Badan Pusat Statistik, Perpustakaan Pusat Institut Pertanian Bogor dan literatul lainnya.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan responden dilakukan menggunakan metode purposive sampling

dengan cara sengaja meminta rekomendasi dari ketua kelompok tani Harapan Jaya, dengan pertimbangan bahwa ketua kelompok tani Harapan Jaya lebih mengetahui dan mengenal kondisi para petani kacang panjang di tempat penelitian.

Sampel dipilih dengan kriteria pemilihan petani responden yang rutin menanam kacang panjang setiap tahunnya serta mempunyai pengalaman diatas tiga tahun dalam melakukan kegiatan budidaya kacang panjang. Dalam penelitian ini jumlah responden yang diambil adalah 40 petani kacang panjang. Jumlah tersebut sudah dianggap dapat merepresentasikan keadaan petani kacang panjang di


(43)

Kecamatan Nagrak, serta telah memenuhi persyaratan dari suatu metode penelitian yaitu minimal sebanyak 30 orang sesuai dengan sebaran normalnya.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung dan menggunakan metode kuesioner. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kegiatan usahatani kacang panjang untuk periode satu musim tanam pada bulan September 2012 – Desember 2012. Pengamatan langsung (observasi) dilakukan dengan cara mengamati kegiatan ushatani kacang panjang dilokasi penelitian, kegiatan observasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi proses serta aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan usahatani kacang panjang. Selanjutnya adalah melakukan kegiatan wawancara dengan para petani kacang panjang, hal ini bertujuan mengumpulkan serta melengkapi informasi dari kegiatan pengamatan langsung di lokasi penelitian.

4.5 Jenis Data

Data primer dan sekunder yang diperoleh kemudian dianalisis dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif kemudian diolah dengan menggunakan bantuan pemrograman komputer misalnya Microsoft Excel, Minitab 14. Analisis kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang pendapatan dan penggunaan faktor-faktor produksi usahatani di lokasi penelitian.

4.5.1 Analisis Fungsi Produksi

Pada kegiatan penelitian ini fungsi produksi yang digunakan untuk analisis produksi kacang panjang dapat diduga dengan menggunakan analisis fungsi produksi

Cobb-Douglass. Fungsi produksi Cobb-Douglass merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel dimana variabel dependen yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X) (Soekartawi, 1990). Adapun tahap-tahap dalam menganalisis fungsi produksi adalah sebagai berikut :


(44)

penentuan variabel dependen yang digunakan merujuk pada penelitian terdahulu yang meneliti komoditas sayuran. Adapun faktor-faktor produksi yang digunakan meliputi benih, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP, Pupuk NPK, pestisida, nutrisi, tenaga kerja. Penggunaan lahan pada kegiatan penelitian kali ini tidak dimasukan kedalam model dikarenakan terdapat masalah multikolinier, sehingga fungsi produksi disini dirubah menjadi fungsi produktivitas.

2. Analisis regresi

Model dari fungsi produksi Cobb-Douglass dapat ditulis sebagai berikut : Y = b0 X1b1 X2b2...Xnbneu

dimana :

Y = produktivitas kacang panjang X = input produksi

b = besaran yang akan diduga u = kesalahan

e = logaritma natural (e = 2,718)

Selanjutnya persamaan tersebut kemudian diubah dalam bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Adapun bentuk linier berganda rumus diatas setelah dilogaritmakan adalah :

Ln Y = ln b0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 + b5 Ln X5 + b6 Ln X6

+ b7 Ln X7 + b8 Ln X8 + u

dimana : Y : produktivitas kacang panjang (kg) bo : intercep/konstanta

b1 .b8 : koefisien arah regresi masing-masing produksi X1....X8 X1 : Benih (gr)

X2 : pupuk urea (kg)

X3 : pupuk Sp 36 (kg)

X4 : pupuk NPK (kg)

X5 : Pupuk kandang (kg)

X6 : Nutrisi (lt)

X7 : Pestisida (lt)

X8 : Tenaga kerja (HOK)


(45)

Menurut Gujarati (2006), untuk mendapatkan koefisien regresi (parameter) linier terbaik yang tidak bias maka harus memenuhi kriteria syarat metode penduga

Ordinary Least Square (OLS). Adapun asumsi OLS tersebut diantaranya : 1) Model linier dalam koefisien (parameter)

2) Tidak terdapat multikolinier dalam variabel independen

3) Komponen error tidak berpola acak/random, menyebar normal dengan nilai tengah nol, ragamnya homogen (Homoskedastisitas)

Selanjutnya dengan menggunakan regresi linier berganda dapat diketahui besarnya nilai t-hitung, F-hitung, dan R2. Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing parameter bebas (Xn) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas (Y). Sedangkan nilai F-hitung digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas X1,X2,X3,X4,X5,X6,X7,X8, secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

variabel Y, jika diperleh hasil F-hitung lebih besar dari F-tabel maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel Y. Koefisien determinasi R2 digunakan untuk mengukur tingkat kesesuian model dugaan, yang merupakan

ukuran deskriptif tingkat kesesuian antara data aktual dengan ramalannya, semakin tinggi nilai R2 maka semakin akurat antara data aktual dengan ramalannya.

1. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesa ini dilakukan untuk hasil dari model fungsi produksi yang dihasilkan dari pengolahan data, pengujian yang dilakukan meliputi :

A.Pengujian terhadap model penduga

Pengujian ini untuk mengetaui bersama-sama apakah faktor-faktor produksi berpengaruh nyata terhadap produksi kacang panjang.

Hipotesis :

H0 : b1 = b2 =...= bi = 0


(46)

Uji statistik yang digunakan adalah uji F:

Keterangan:

k = Jumlah variabel termasuk intersept n = Jumlah pengamatan atau responden Kriteria uji:

F-hitung > F-tabel (k-1),n-k) pada taraf nyata α : tolak H0

F-hitung < F-tabel (k-1, n-k) pada taraf nyata α : terima H0

Jika F-hitung > F-tabel (k-1),n-k) pada taraf nyata α, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi, sedangkan jika F-hitung < F-tabel (k-1, n-k) pada taraf nyata α, maka variabel secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Untuk memperkuat pengujian, dihitung besarnya koefisien determinasi (R2), semakin tinggi nilai R2 berarti model dugaan yang diperoleh semakin akurat untuk meramalkan variabel dependent, atau dengan kata lain tingkat kesesuian antara data aktual dengan ramalannya semakin besar. Perhitungan koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut:

Nilai R2 maksimal adalah 1 dan minimal adalah 0. Nilai R2 mengukur besarnya keragaman total data yang dapat dijelaskan oleh model, sisanya (1-R2) dijelaskan oleh komponen eror.

B.Pengujian untuk masing-masing parameter

Pengujian untuk masing-masing parameter yaitu uji-t yang menguji secara statistik bagaimana pengaruh nyata dari setiap variabel bebas (X) yang digunakan secara terpisah terhadap variabel variabel tidak bebas (Y).

t-hitung > t-tabel (α, n-k-1) maka tolak H0

t-hitung < t-tabel (α, n-k-1) maka terima H0

dimana :


(47)

1) Jika tolak H0, artinya variabel bebas yang digunakan berpengaruh nyata terhadap

variabel tidak bebas dari nilai produksi dalam model

2) Jika terima H0, artinya variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

tidak bebas (produksi)

Apabila tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat nilai P, dengan kriteria sebagai berikut :

1) P-value < α, maka variabel yang diuji (faktor produksi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (produksi)

2) P-value > α, maka variabel yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (produksi)

C.Pengujian Homoskedastisitas

Homoskedastisitas adalah kondisi dimana komponen error pada model regresi memiliki ragam yang sama untuk setiap variabel independen. Asumsi ini dapat dilihat berdasarkan tingkat penyebaran nilai-nilai residual terhadap nilai-nilai prediksi. Jika penyebarannya tidak membentuk pola yang sistematis seperti linier atau kuadratik, maka keadaan asumsi tersebut telah terpenuhi, jika asumsi ini tidak terpenuhi maka hasil uji signifikansi koefisien regresi disetiap variabel independen tidak valid atau akurat.

D.Pengujian Multikolinieritas

Multikolinieritas dapat diartikan adanya hubungan linier diantara variabel independen. Uji signifikansi koefisien regresi menjadi tidak valid, jika terdapat hubungan linier antar variabel independen, terdapat banyak cara untuk menguji adanya multikolinier, yaitu dengan koefisien determinasi (R2) yang tinggi namun dari uji-t banyak variabel bebas yang tidak signifikan atau dapat juga diukur dengan

Variance Inflation Faktor (VIF) , Jika VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa model dugaan ada multikoliniearitas dan jika VIF < 10 maka model dugaan terbebas dari adanya multikolinieritas.


(48)

4.5.2 Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Panjang

Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total.

Perhitungan pendapatan atas biaya total adalah sebagai berikut : Pd = TR - TC

Pd = (PxQ) – (Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan) dimana :

Pd = Pendapatan total usahatani kacang panjang TR = Penerimaan total

TC = Biaya total P = Harga Jual (Rp) Q = Total Produksi (Kg)

Perhitungan pendapatan tunai dapat dituliskan sebagai berikut : Pd tunai = TR – Biaya tunai

dimana :

TR = Penerimaan total

Perhitungan total penerimaan didapat dari perkalian antara rata-rata harga jual dengan total produksi. Dalam penelitian ini harga jual yang digunakan merupakan harga jual rata-rata komoditas kacang panjang masing-masing petani responden sepanjang periode panen terkahir. Biaya tunai pada kegiatan usahatani kacang panjang meliputi biaya sarana produksi ( pupuk kandang, urea, NPK, TSP, nutrisi, benih, pestisida), tenaga kerja luar keluarga (TKLK), tali rafia, ajir, sewa lahan dan pajak, sedangkan biaya diperhitungkan meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), penyusutan peralatan, lahan milik sendiri. Analisis pendapatan usahatani kacang panjang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan dan keuntungan yang diperoleh oleh petani responden yang ada di Kecamatan Nagrak. Perhitungan analisis pendapatan dan R/C rasio dapat dilihat pada Tabel 9.


(49)

Tabel 9. Perhitungan Analisis Pendapatan dan R/C rasio Usahatani Kacang Panjang

Keterangan Jumlah Satuan Harga (Rp) Nilai (Rp)

A Penerimaan Tunai C Total Penerimaan D Biaya Tunai

- Pupuk kandang - Pupuk urea - Pupuk SP 36

- Benih kacang panjang - Pupuk NPK

- Pestisida -Nutrisi - Tenaga kerja - Tali rafia - Ajir -Sewa lahan -Pajak lahan -Iuran irigasi Total Biaya Tunai E Biaya diperhitungkan

- Lahan

- Penyusutan peralatan -Tenaga kerja dalam keluarga Total Biaya diperhitungkan F Total Biaya (D+F)

G Pendapatan atas biaya tunai (A-D)

H Pendapatan atas biaya total (C-F)

I R/C rasio atas biaya tunai (A/D)

J R/C atas biaya total (C/F)

4.5.3 Analisis R/C Rasio

Analisis R/C rasio merupakan perbandingan antara nilai output dan input

usahatani, analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usahatani yang dijalankan cukup menguntungkan atau tidak, selain itu analisis ini juga digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi usahatani. Analisis R/C rasio dibedakan menjadi dua yaitu R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Berikut formulasi perhitungan R/C rasio :

R/C rasio atas biaya tunai = Total Penerimaan Biaya Tunai R/C rasio atas biaya total = Total Penerimaan


(50)

R/C rasio merupakan besarnya penerimaan untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Semakin tinggi nilai R/C maka semakin efisien kegiatan usahatani yang dijalankan. Kriteria penelitian dari hasil perhitungan R/C rasio sebagai berikut :

a. R/C rasio > 1, menunjukan bahwa dalam suatu usaha setiap satu rupiah biaya akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari satu rupiah, dengan kata lain usaha tersebut dikatakan lebih efisien

b. R/C rasio = 1, menunjukan bahwa dalam suatu usaha setiap satu rupiah biaya akan menghasilkan penerimaan yang sama dengan satu rupiah, bisa dikatakan usaha tersebut efisien

c. R/C rasio < 1, menunjukan bahwa dalam suatu usaha setiap satu rupiah biaya akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari satu rupiah, dengan kata lain usaha tersebut tidak efisien.

4.5.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kacang panjang di Kecamatan Nagrak diantaranya:

1. Benih kacang panjang (X1)

b1>0 artinya semakin banyak benih yang digunakan dalam kegiatan produksi maka akan semakin tinggi produksi kacang panjang

2. Pupuk urea (X2),

b2>0 artinya semakin banyak pupuk urea yang digunakan maka semakin tinggi produksi kacang panjang yang dihasilkan.

3. Pupuk SP 36 (X3)

b3>0 artinya semakin banyak pupuk Sp 36 yang digunakan maka semakin tinggi produksi kacang panjang yang dihasilkan.

4. Pupuk NPK (X4)

b4>0 artinya semakin banyak pupuk NPK yang digunakan maka semakin tinggi produksi kacang panjang yang dihasilkan.


(51)

5. Pupuk kandang (X5)

b5>0 artinya semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi, maka semakin tingkat produksi kacang panjang yang dihasilkan. Pupuk kandang merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam meningkatkan kualitas tanaman.

6. Nutrisi (X6)

b6>0 artinya semakin banyak nutrisi yang digunakan maka semakin tinggi produksi kacang panjang yang dihasilkan.

7. Pestisida (X7)

b7>0 artinya semakin banyak pestisida yang digunakan maka semakin tinggi produksi kacang panjang

8. Tenaga kerja (X8)

b8>0 artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan produksi maka semkain tinggi tingkat produksi kacang panjang yang dihasilkan.


(52)

V GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

5.1 Keadaan Umum dan Geografis

Kecamatan Nagrak merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sukabumi. Secara geografis berada disebelah utara kantor pemerintah Kabupaten Sukabumi dengan radius ± 69 km dari arah ibukota pelabuahn ratu, 150 km dari ibukota propinsi serta 65 kilometer dari kedudukan bakorwil di bogor. Kecamatan Nagrak memiliki luas wilayah 7.209,48 hektar yang terdiri dari 10 Desa. Desa tersebut meliputi Kalaparea, Giri Jaya, Darmareja, Pawenang, Babakan Panjang, Cisarua, Cihanyawar, Nagrak Utara, Nagrak Selatan, Balaikambang.

5.2. Kependudukan dan Mata Pencaharian

Jumlah penduduk dalam wilayah Kecamatan Nagrak berdasarkan angka penduduk pada tahun 2012, yang terdiri dari sepuluh desa adalah sebanyak 76.424 orang. Terdiri dari 36.865 orang laki-laki dan 39.559 orang perempuan. Jumlah kepala keluarga (KK) di Kecamatan Nagrak adalah 21.671 dengan kepadatan penduduk 11,1 jiwa per Km persegi. Mata Pencaharian penduduk Kecamatan Nagrak beraneka ragam, yaitu sebagai petani tanaman pangan, peternak, petani ikan, buruh tani, dan non petani. Potensi penduduk berdasarkan mata pencaharian, dapat dilihat dalam Tabel 10.

Tabel 10.Potensi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian (KK) di Kecamatan Nagrak Tahun 2012

Desa Tanaman

Pangan

Peternak Perke bunan

Perikanan Buruh tani

Non-Petani

Jumlah (KK)

Kalaparea 705 21 - 3 955 629 2313

Girijaya 840 20 - 4 1170 605 2639

Darmareja 1169 31 - - 476 233 1909

Pawenang 912 13 - 2 465 254 1646

Bbk. Panjang 740 15 - 5 573 179 1512

Cisarua 390 15 - - 722 1752 2879

Cihanjawar 801 9 - 3 292 328 1433

Nagrak Utara 1105 155 - - 1305 1223 3788

Nagrak Selatan

906 9 - 15 125 677 1732

Balaikambang 750 10 - - 734 326 1820

Jumlah 8318 298 - 32 6817 6206 21671


(1)

Ujang

Herman 7000.00 357.94 7142.86 48.57 88.57 157.14 5714.29 0.71 0.86 Ukat 9271.43 405.03 8571.43 54.29 128.57 208.57 4285.71 0.71 0.71 Farid 10672.73 497.75 9454.55 45.45 109.09 154.55 4000.00 1.36 0.45 Pudin 9586.67 546.13 7666.67 66.67 116.67 233.33 5000.00 1.67 1.00 Miftah 10566.67 472.27 10000.00 41.67 108.33 141.67 4166.67 1.67 0.67 Edeng 9250.00 591.20 7500.00 50.00 90.00 125.00 2500.00 1.25 0.50 Saepudin 11077.78 915.56 8888.89 44.44 111.11 111.11 6666.67 2.78 0.56 Engkos 11175.00 679.20 7500.00 50.00 125.00 150.00 6000.00 1.50 0.50 Ganda 8628.00 464.64 10000.00 60.00 120.00 144.00 6000.00 1.00 0.80 Sasmita 11068.57 556.40 8571.43 42.86 142.86 148.57 3714.29 1.43 0.71 Mustofa 9021.74 408.35 6956.52 32.61 102.17 141.30 3478.26 0.87 0.43 Baedi 8684.00 526.72 10000.00 40.00 106.00 90.00 3500.00 0.50 0.60 Utis 12360.00 561.07 13333.33 66.67 126.67 200.00 8666.67 1.67 1.00 Tato

alwatony 9213.79 386.21 7931.03 44.83 103.45 148.28 5172.41 0.86 1.03 Sumer 13421.05 632.63 10526.32 52.63 157.89 157.89 8947.37 1.58 1.32 amat 11026.67 646.40 10000.00 66.67 133.33 200.00 8000.00 1.67 1.33 Rata-rata 9762.35 527.04 8790.25 58.02 119.13 158.42 5320.08 1.51 0.81


(2)

Lampiran 4.

Penggunaan Peralatan Per Hektar Usahatani Kacang Panjang di

Kecamatan Nagrak

No Nama

Penggunaan Peralatan Sebenarnya

Penggunaan Peralatan Per Hektar Luas Lahan (ha) Tali Rafia (Golong) Ajir Batang) Ajir (Batang) Tali Rafia (golong)

1 Ajud 0.13 2 1200 9231 15

2 Herman 0.15 2 1500 10000 13

3 Ade ridwan 0.35 6 4000 8163 12

4 Ojat 0.3 5 3200 8649 14

5 Sandy 0.28 4 2100 7500 14

6 Babas 0.42 6 4400 9362 13

7 Sobari 0.2 3 2100 10500 15

8 Nanang 0.21 3 2000 9524 14

9 Rohman 0.15 3 1600 10667 20

10 Ambey 0.5 8 5200 10400 16

11 Falah 0.08 2 1100 13750 25

12 Isep 0.19 3 2300 12105 16

13 Munawar Jamil 0.29 4 2400 8276 14

14 Aub 0.15 2 1500 10000 13

15 Sukar 0.33 4 3800 11515 12

16 Icang 0.42 5 4000 9524 12

17 Ade Sukar 0.2 3 2700 12273 14

18 Iyad 0.26 4 1900 7308 15

19 Mamat 0.25 4 2900 11600 16

20 Lili Jamili 0.37 5 3000 8108 14

21 Abas R 0.35 5 3600 10286 14

22 Sihabudin 0.25 3 2600 10400 12

23 Irwan 0.45 6 4700 10444 13

24 Unus 0.24 3 2300 9583 13

25 Ujang Herman 0.35 4 3500 10000 11

26 Ukat 0.35 5 3700 10571 14

27 Farid 0.55 7 5500 10000 13

28 Pudin 0.3 3 2950 9833 10

29 Miftah 0.6 8 5700 8260 12

30 Edeng 0.2 3 2400 12000 15

31 Saepudin 0.09 2 900 10000 22


(3)

34 Sasmita 0.35 5 3500 10000 14

35 Mustofa 0.46 8 4200 9130 17

36 Baedi 0.5 8 4900 9800 16

37 Utis 0.15 3 1600 10667 20

38 Tato alwatony 0.29 4 2300 7931 14

39 Sumer 0.19 2 1350 7105 11

40 Amat 0.15 3 1400 8235 18


(4)

Lampiran 5

. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani Kacang Panjang di

Kecamatan Nagrak dengan Metode OLS

The regression equation is

Produksi = 3.36 + 0.221 Tenaga Kerja + 0.362 Benih - 0.351 Urea + 0.501 TSP + 0.198 NPK - 0.0989 Pupuk Kandang + 0.0784 Nutrisi

+ 0.0262 Pestisida

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 3.3617 0.7385 4.55 0.000 Tenaga Kerja 0.22146 0.07467 2.97 0.006 2.7 Benih 0.36182 0.06991 5.18 0.000 1.3 Urea -0.35066 0.04668 -7.51 0.000 2.1 TSP 0.50135 0.06923 7.24 0.000 2.5 NPK 0.19777 0.06069 3.26 0.003 1.9 Pupuk Kandang -0.09894 0.04152 -2.38 0.023 1.7 Nutrisi 0.07836 0.03911 2.00 0.054 2.5 Pestisida 0.02617 0.03093 0.85 0.404 1.3

S = 0.0639359 R-Sq = 87.9% R-Sq(adj) = 84.7%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 8 0.91800 0.11475 28.07 0.000 Residual Error 31 0.12672 0.00409

Total 39 1.04472

Durbin-Watson statistic = 1.47287


(5)

Fitted Value R e s id u a l 9.5 9.4 9.3 9.2 9.1 9.0 8.9 8.8 0.10 0.05 0.00 -0.05 -0.10

Residuals Versus the Fitted Values

(response is Produksi) Residual P e rc e n t 0.10 0.05 0.00 -0.05 -0.10 -0.15 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1

Normal Probability Plot of the Residuals

(response is Produksi)

Lampiran 6.

Uji Normalitas dan Homoskedastisitas Fungsi Produksi Kacang

Panjang di Kecamatan Nagrak


(6)

Lampiran 7.

Nilai Penyusutan Alat Pertanian Usahatani Kacang Panjang di

Kecamatan nagrak Tahun 2012

No

Alat

Jumlah

Harga Beli

(Rp)

Umur

(Tahun)

Jumlah Penyusutan/thn

(Rp/thn)

1

Cangkul

5

62.000

4

77.500

2

Koret

4

32.000

4

32.000

3

Sprayer

2

460.000

5

184.000

4

Ember

4

16.000

3

21.333

5

Garpu

5

76.000

4

95.000

6

Drum Plastik

2

250.000

3

166.667

Jumlah Penyusutan per tahun

576.500