Penyamun, Perampok, dan Perampok

B B u u k k u u G G u r r u u K K K e e l a a a s s X X X I I 40 pencurian kedua, yakni potong tangan kanan untuk pencurian pertama dan potong kaki kiri untuk pencurian kedua, sedangkan untuk pencurian ketiga dan seterusnya hukumannya adalah ta zir. Nisab kadar Barang yang Dicuri Para ulama berbeda pendapat terkait nisab kadar minimal barang yang dicuri. - Menurut mazhab ana i nishab barang curian adalah dirham - Menurut jumhur ulama nishab barang curian adalah dinar emas, atau tiga dirham perak. Pencuri yang Dimaa ϐkan Ulama sepakat bahwa pemilik barang yang dicuri dapat memaa kan pencurinya, sehingga pencuri bebas dari had sebelum perkaranya sampai ke pengadilan. Karena had pencuri merupakan hak hamba hak pemilik barang yang dicuri . Jika perkaranya sudah sampai ke pengadilan, maka had pencuri pindah dari hak hamba ke hak Allah. Dalam situasi semisal ini, had tersebut tidak dapat gugur walaupun pemilik barang yang dicuri memaa kan pencuri.

6. Penyamun, Perampok, dan Perampok

Penyamun, perampok, dan perompak adalah istilah yang digunakan untuk pengertian mengambil harta orang lain dengan menggunakan jalur kekerasan atau mengancamnya dengan senjata dan terkadang disertai dengan pembunuhan . Perbedaannya hanya ada pada tempat kejadiannya; menyamun dan merampok di darat sedangkan merompak di laut Hukum Penyamun, Perampok, dan Perompak Seperti diketahui merampok, menyamun dan merompak merupakan kejahatan yang bersifat mengancam harta dan jiwa. Kala seseorang merampas harta orang lain, dosanya bisa lebih besar dari dosa seorang pencuri. Karena dalam praktik perampasan harta ada unsur kekerasan. Had Perampok, Penyamun, dan Perompak ad perampok, penyamun, dan perompak berupa: potong tangan dan kaki secara menyilang, disalib, dibunuh dan diasingkan dari tempat kediamannya. Kemudian para ulama berbeda pendapat mengenai had yang disebutkan dalam ayat tersebut, apakah ia bersifat tauzî’î dimana satu hukuman disesuaikan FI K KI H H H H K K u r ri k k ku u lu u m m 2 20 1 3 3 41 dengan perbuatan yang dilakukan seseorang, atau had tersebut bersifat takhyîrî sehingga seorang hakim bisa memilih salah satu dari beberapa pilihan hukuman yang ada. Jumhurul ulama sepakat bahwa hukuman yang dimaksudkan dalam surat al-Maidah ayat bersifat tauzî’î. Karenanya, had dijatuhkan sesuai dengan kadar kejahatan yang dilakukan seseorang. Berikut simpulan akhir pendapat mayoritas ulama terkait had yang ditetapkan untuk perampok, penyamun, dan perompak: Jika seseorang merampas harta orang lain dan membunuhnya maka hadnya adalah dihukum mati kemudian disalib. Jika seseorang tidak sempat merampas harta orang lain akan tetapi ia membunuhnya maka hadnya adalah dihukum mati. Jika seseorang merampas harta orang lain dan tidak membunuhnya maka hadnya adalah dihukum potong tangan dan kaki secara menyilang. Jika seseorang tidak merampas harta orang lain dan tidak juga membunuhnya semisal kala ia hanya ingin menakut-nakuti, atau kala ia akan melancarkan aksi jahatnya ia tertangkap lebih dulu, dalam keadaan seperti ini, ia dijatuhi hukuman had dengan dipenjarakan atau diasingkan ke luar wilayahnya.

7. Bunghat Pemberontak