Materi Dialog Nasional FIP Sambutan-Sambutan Sambutan Ketua Presidium DKN – Hariadi Kartodihardjo

Dokumen ini hasil dari Dialog Nasional FIP yang diselenggarakan oleh 3 Dewan Kehutanan Nasional DKN

B. Materi Dialog Nasional FIP

Materi yang akan dibahas dalam Dialog Nasional FIP ini mencakup: 1. Penjelasan pandangan umum DKN terhadap kebijakan kehutanan dan program investasi kehutanan Indonesia. 2. Pengarahan mengenai substansi terkait program investasi kehutanan Indonesia dan fungsi panitia pengarah SC yang dibentuk Menteri Kehutanan. 3. Pemaparan mengenai perkembangan terkini dari program, substansi kegiatan dalam kerangka proyek investasi kehutanan yang dijalankan Kementerian Kehutanan RI, 4. Pemaparan dari Mitra Strategis DKN mengenai peran dan perkembangan terkini program investasi kehutanan di masing-masing lembaga. 5. Pemaparan pandangan DKN atas program investasi kehutanan Indonesia serta posisi dan peran DKN ke depan, 6. Pemaparan hasil sosialisasi dan fasilitasi DGM di Indonesia yang dihasilkan pada Pertemuan Nasional DGM. 7. Pemaparan dari perwakilan signatories yang tentang pandangan dan sikapnya terhadap FIP Indonesia. 8. Perumusan dan penetapan hasil dialog.

C. Sambutan-Sambutan Sambutan Ketua Presidium DKN – Hariadi Kartodihardjo

Hariadi menjelaskan posisi DKN dalam FIP. Baginya FIP bukan sekadar urusan investasi uang, di sana ada semangat untuk melakukan peningkatan kapasitas masyarakat. Karena itu, perlu dilakukan sejumlah kajian prakondisi untuk memastikan risiko investasi sangat rendah, terutama melihat kaitan proyek investasi dengan persoalan muncul di lapangan. Karena itulah, DKN ikut terlibat dalam penyiapan pra kondisi investasi seperti FIP. Kegiatan DKN tak hanya memfasilitasi program FIP, ada banyak kolaborasi dan peran aktif DKN di bidang lain. DKN memiliki empat prioritas kerja, pertama DKN melihat ada persoalan yang mendasar terkait dengan kawasan hutan. DKN diwakili ketua presidium menjadi koordinator percepatan pengukuhan kawasan hutan di bawah koordinasi UKP4. Tugasnya memastikan bagaimana kebijakan terkait P47 dan P44. DKN mencoba intervensi cara kerja Panitia tata batas dan pengukuhan kawasan hutan. Kedua, terkait bisnis usaha dan investasi, DKN sedang mengevaluasi mereview kebijakan perijinan. DKN bersama Dirjen PUK pernah mengadakan acara di Surabaya untuk menelaah poin penting yang bisa dilakukan di pihak regulator terkait dengan KPH di masa depan. DKN mencoba menganalisis merelasikan persoalan saat ini dengan yang akan datang, termasuk aspek high cost economy yang tinggi. Acara itu dihadiri kantor dinas Kehutanan di Kalteng dan Papua. DKN sepakat KPH menjadi kebijakan yang tepat, tapi persoalan sekarang adalah persoalan kapasitas. Revisi UU Pemeritahan Daerah yang tengah dilakukan DPR juga akan berpengaruh pada PP. Untuk Simpulan ● FIP bertujuan untuk mengurangi hambatan pelaksanaan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan REDD serta untuk meningkatkan kapasitas tentang REDD dan pengelolaan hutan lestari di tingkat lokal serta provinsi. ● Kementerian Kehutanan telah meminta DKN untuk terlibat dalam tugas-tugas fasilitasi dialog terkait program investasi kehutanan. ● Keluaran acara Dialog Nasional FIP ini adalah adanya pemahaman bersama atas program investasi kehutanan secara utuh dan kaitan dengan kebijakan kehutanan nasional di Indonesia. Dokumen ini hasil dari Dialog Nasional FIP yang diselenggarakan oleh 4 Dewan Kehutanan Nasional DKN itu semua kalangan butuh masukan tentang bagaimana cara menanggulangi problem itu. Terkait konteks ini, pembicaraan tarif dana reboisasi dan PSDH, ekspor kayu bulat secara terbatas. Hasilnya, Menteri keuangan bisa menerima, kini tinggal urusan teknis. Ketiga, DKN sangat aktif mendukung pelaksanaan nota kesepahaman bersama NKB yang dikoordinasikan KPK. Ada pertemuan bilateral antara KPK, BPN, Mendagri, dan lainnya. DKN mengikuti proses itu, memastikan koordinasi antarlembaga dan kementrian untuk fokus program dikoordinasi oleh KPK. KPK memgambil peran itu karena lembaga itu memiliki program pencegahan korupsi. Dalam waktu dekat ini, naskah sudah jadi, NKB bisa dipelajari termasuk respon putusan MK. Keempat, mediasi konflik. DKN memegang beberapa pengaduan konflik riil, bagaimana solusi atas konflik. Demikian sejumlah kerja yang tengah diperankan oleh DKN. Haryadi menegaskan DKN bukan konsultan, tapi organisasi yang dibentuk berdasar UU No 411999 dimana ada ketentuan yang mengharuskan suatu forum yang menjadi partner pemerintah dalam sektor kehutanan. Berdasar ketentuan itu, DKN memiliki tiga ranah kerja: i mereview kebijakan dan memberikan rekomendasi ke pemerintah; ii mediasi perselisihan konflik, termasuk konflik kebijakan; iii evaluasi kinerja sektor kehutanan. Untuk membahas kelanjutan FIP, menurut Haryadi, pembicaraan harus lebih rinci supaya tidak ada salah interpretasi yang ujung-ujungnya menganggap DKN sebagai konsultan. Dalam pengambilan keputusan, DKN menggunakan mekanisme komisi, misalnya acara ini diwadahi dalam komisi lingkungan dan perubahan iklim. Jadi, Ketua Presidium tak bisa bekerja tanpa mandat dari komisi. Haryadi menutup sambutan dengan mengucapkan terimakasih pada Kementerian dan DKN yang menyelenggarakan pertemuan. Sambutan Komite Pengarah FIP Kementerian Kehutanan Agus Sarsito hadir mewakili Hadi Daryanto selaku Komite Pengarah FIP untuk menyampaikan penjelasan program. Kementrian kehutanan mengucapkan terimakasih atas dukungan DKN yang menjembatani pertemuan ini. Agus menyampaikan pemerintah Indonesia, khususnya Kementrian Kehutanan sangat serius melihat perubahan iklim karena sebagai negara kepulauan yang hidupnya di sektor pertanian, sangat rentan dengan perubahaan iklim. Meski Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen per tahun namun Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi dari efek rumah kaca sebesar 26 persen secara mandiri tanpa bantuan Internasional. Apabila mendapatkan bantuan internasional, Pemerintah Indonesia mampu menurunkan emisi hingga 41 persen. Simpulan ● FIP bukan sekadar urusan investasi uang, di sana ada semangat untuk melakukan peningkatan kapasitas masyarakat. DKN melihat adanya kebutuhan untuk memastikan risiko investasi sangat rendah. Karena itu, DKN ikut terlibat dalam penyiapan pra kondisi investasi seperti FIP. ● Ada empat priorias kerja DKN, yaitu percepatan pengukuhan kawasan hutan di bawah koordinasi UKP4, mengevaluasi dan meninjau ulang kebijakan perijinan, mendukung pelaksanaan nota kesepahaman bersama NKB yang dikoordinasikan KPK, serta memediasi konflik. ● DKN bukan konsultan, melainkan organisasi yang dibentuk berdasar UU No 411999 di mana ada ketentuan yang mengharuskan suatu forum yang menjadi partner pemerintah dalam sektor kehutanan. Dokumen ini hasil dari Dialog Nasional FIP yang diselenggarakan oleh 5 Dewan Kehutanan Nasional DKN Terkait penurunan emisi, pemerintah Indonesia aktif terlibat dalam penyiapan mekanisme REDD+ sedari awal. Awalnya REDD saja, wacana REDD berulir tahun 2005, inisiatif IFCA dengan dukungan bank dunia dan pemerintah Inggris, Australia serta Jerman. IFCA mempubilaksikan laporan REDD COP13 di Bali tahun 2007 yang menjadi tonggak bersejarah peran Indonesia dalam perubahan iklim. COP mengahsilkan Bali Actionplan dan perubahan REDD menjadi REDD+. Menurut Agus Program FIP seharusnya dimulai setelah FCPF selesai karena gagasan FIP untuk us scale demonstration activity. Agar tidak overlap perlu diketahui apa yang bisa dilakukan FIP sebelum UNFCPF selesai. FCPF yang berjalan sejak tahun 2011 belum selesai. Sementara UNREDD sudah selesai tahun 2012. UNREDD berjalan efektif dengan dana yang tersedia US 5.6 juta, untuk FPCP US 3.6 juta. Dana untuk FIP cukup besar, tapi dibandingkan UNREDD dan FCPF cukup signifikan perbedaannya. Proses FIP di Indinesia cukup panjang, disepakati terdiri dari 3 proyek besar tapi jika proyek akan dikembangkan bisa saja ada perubahan. FIP Mendorong SDM lestari berbasis masyarakat dan mengembangkan kelembagaan. Memperkuat usaha sektor keuhutanan. Masing-masing proyek ada alokasi dana US 17.5 juta, dan untuk sektor swasta hanya US 2.5 juta. Rencana FIP distujui sub committe metting sejak tahun 2012. Dalam masa persiapan yang difasilitasi DKN, diharapkan para pemangku kepentingan mendukung FIP, termasuk rekan-rekan CSO. Karena FIP merupakan proyek pemerintah maka implementasinya akan dikoordinasikan Kementerian Kehutanan, di bawah Sekretariat Jenderal akan dibentuk unit pengelola FIP yang didukung sejumlah tenaga ahli. Pelaksananan FIP akan dilakukan oleh Komite Pengarah SC. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 224menhutII2013 tentang pembentukan SC FIP, Ketuanya adalah Sekjen Kemenhut, Wakil Ketua Kabag Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Anggota Bapenas, UKP4 dan DKN. Sementara MDBs tidak masuk SC tetapi sebagai Observer. Tugas SC adalah membantu Pemerintah RI menyusun perencanaan pelaksanaan FIP di Indonesia. Kedua, melakukan pengawasan serta menilai laporan kemajuan dan evaluasi, bekerjasama dengan MDBs memastikan kerja sesuai standar atau tidak. SC diminta melakukan pertemuan sedikitnya 3 bulan sekali. FIP sangat memperhatikan kepentingan masyarakat adat dan lokal, dengan mengalokasikan dana US 500 juta untuk DGM, termasuk US 6.5 juta untuk Indonesia. DGM juga untuk meningkatkan kapsitas masyarakat adatlokal serta meningkatkan partisipasi mereka di FIP dan REDD+ di tingkat lokal maupun nasional. Pertemuan sebelumnya fokus membahas DGM, dan menyepakati peran DGM bersinergi dengan FIP, saling mendukung dan melengkapi. Kemenhut menghargai proses-proses selama ini, serta peran DKN menjembatani Kemenhut dengan CSO. DKN sebagai lembaga multipihak dianggap penting. DKN yang terdiri dari banyak kamar diharapkan sekatnya tidak terlalu solid. Kemenhut juga berharap DKN berperan menjembatani berbagai kepentingan sehingga bisa menyatukan pandangan agar bisa berjalan secara efektif. FIP dan FCPF sudah berjalan lama sehingga jangan sampai proses yang panjang diperpanjang lagi dengan perdebatan yang tidak perlu. Akan lebih baik jika memikirkan bagaimana kita berkontribusi pada pembangunan di Indonesia. Kiranya sudah jelas peran masing-masing dalam FIP dan bagaimana menjalankannya dengan baik dan benar. Pemerintah tidak bisa menjalankan semuanya sendiri, tetapi rekan-rekan CSO dan berbagai kamar di DKN punya peran yang signifikan, mengawal FIP ke depan supaya berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Forest Investment Plan sudah dilalui dan sudah diendors, yang penting bagaimana desain proyek yang difasilitasi Bank Dunia, ADB dan IFC yang sebentar lagi dimulai ini, kita bisa bersinergi. Sekat harus dibuka, kita punya kesempatan bertemu dengan teman-teman MDBs untuk membahas bagaimana FIP berjalan, dan bagaimana pelaksanaannya dalam bentuk proyek bisa menjawab persoalan. Dengan demikian kita bisa menjalankan FIP dengan baik. Dokumen ini hasil dari Dialog Nasional FIP yang diselenggarakan oleh 6 Dewan Kehutanan Nasional DKN Dialog nasional FIP secara resmi dibuka.

II. Panel Pemaparan Substansi