Latar Belakang 2. Laporan Pertanggung Jawaban FRI 2015

7 II. KONVENSI KAMPUS VIII TEMU TAHUNAN XVII

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia dengan karakteristik sosial budaya kemaritiman, bukanlah merupakan fenomena baru. Fakta sejarah menunjukan bahwa fenomena kehidupan kemaritiman, pelayaran dan perikanan beserta kelembagaan formal dan informal yang menyertainya merupakan kontinuitas dari proses perkembangan kemaritiman Indonesia sejak zaman Sriwijaya dan Majapahit nusantara. Keperkasaan dan kejayaan nenek moyang kita di laut haruslah menjadi penyemangat generasi sekarang dan yang akan datang. Sejarah maritim memiliki korelasi yang kuat dengan sejarah Indonesia. Sebab wilayah Indonesia dahulu berkembang dari sektor kemaritiman. Mayoritas kerajaan di Nusantara yang bercorak maritim menunjukkan bahwa kehidupan leluhur kita amat tergantung pada sektor bahari. Baik dalam hal pelayaran antar pulau, pemanfaatan sumber daya alam laut, hingga perdagangan melalui jalur laut dengan 8 pedagang dari daerah lain maupun pedagang dari maca negara. Bentuk implementasinya masa kini, bukan hanya sekedar berlayar, tetapi bagaimana bangsa Indonesia dengan luas wilayahnya dua per tiga adalah lautan dapat dimanfaatkan demi kesejahteraan pembangunan bangsa. Maritim dalam arti luas mungkin saja dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mempunyai kepentingan dengan laut sebagai hamparan air asin yang sangat luas yang menutupi permukaan bumi. Maritim, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai berkenaan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut. Geoffrey Till dalam bukunya, Seapower, menyatakan bahwa maritim ada kalanya dimaksudkan hanya berhubungan dengan angkatan laut, kadang-kadang diartikan juga sebagai angkatan laut dalam hubungannya dengan kekuatan darat dan udara, kadang-kadang diartikan pula sebagai angkatan laut dalam konteks yang lebih luas yaitu dalam kaitannya dengan semua kegiatan yang berhubungan dengan komersial dan penggunaan nonmiliter terhadap laut. Bahkan, kadang-kadang istilah 9 maritim diartikan sebagai meliputi ketiga aspek di atas. Maritime sendiri diartikan sebagai: connected with the sea, especially in relation to seafaring commercial or military activity atau living or found in or near the sea atau bordering on the sea . Lebih jauh Geoffrey Till mengatakan bahwa seapower bukan hanya tentang apa yang diperlukan untuk dapat mengendalikan dan memanfaatkan laut, tetapi juga merupakan kapasitas untuk memengaruhi tingkah laku pihak lain atau sesuatu yang dikerjakan orang di laut atau dari laut. Pengertian ini mendefinisikan seapower dalam terminologi hasil, tujuan, bukan cara. Dilihat dari kepentingan nasional, memandang laut dalam konteks posisi geografi adalah geopolitik yang perlu dikembangkan. Hanya dengan mendefinisikan kelautan secara tepat baca: maritim, kita dapat merintis jalan untuk turut mengambil keuntungan dari volume perdagangan dunia yang melewati laut Indonesia, yang konon mencapai angka fantastis yaitu US 1.500 triliun dan akan bertambah pada masa yang akan datang. Dilihat dari perspektif ketahanan Nasional bahwa pengembangan kekuatan nasional untuk menghadapi 10 segala macam ancaman dan gangguan bagi kelangsungan hidup bangsa harus dilakukan secara integral dengan dimensi pembangunan di sektor kelautan. Lingkungan laut atau maritim mempunyai lima dimensi yang saling berhubungan meliputi: Pertama Dimensi Ekonomi. Penggunaan laut sebagai media perhubungan, transportasi dan perdagangan telah dimanfaatkan sejak dahulu hinga sekarang, dan hampir 99,5 pergerakan roda perekonomian di dunia adalah melewati jalur laut, volume muatan meningkat delapan kali sejak tahun 1945 dan kecenderungan semakin meningkat sampai sekarang. Telah diyakini bahwa perdagangan lewat laut yang terpadat adalah melalui Selat Malaka atau melalui jalur alternatif ALKI I, II, III. Kedua, Dimensi Politik dimana perubahan dimensi politik dari lingkungan maritim berkembang sangat tajam semenjak tahun 1970-an. Bagi sejumlah besar Negara pantai, khususnya bagi dunia ketiga, perairan yang berbatasan dengan pantai memberikan prospek satu-satunya untuk perluasan. Tuntutan kedaulatan sering merupakan tindakan politik untuk mendapatkan konsekuensi ekonomi daripada sekedar perhitungan jangka panjang tentang untung dan ruginya. Perselisihan atas perbatasan laut seringkali lebih 11 dimotivasi oleh simbol politik dari perhitungan biaya dan manfaatnya. Ketiga, Dimensi Hukum. Basis dimensi hukum dalam lingkungan maritim adalah Konvensi PBB tentang Hukum Laut Internasional UNCLOS 1982. Kecenderungan dari penekanan hukum di laut sekarang lebih banyak difokuskan pada masalah lingkungan hal mana dapat berakibat pembatasan gerakan kapal dan mengurangi hak Negara bendera, disamping itu ada kebutuhan untuk penertiban lebih efektif atas rezim yang ada khususnya yang berhubungan masalah perikanan dan perdagangan narkoba secara illegal, Keempat Dimensi Militer. Di laut dimensi militer selalu berkembang mengikuti perkembangan teknologi, sehingga profesionalisme Angkatan Laut suatu Negara selalu dikaitkan dengan penguasaan dan penggunaan teknologi yang mutakhir. Filosofi Angkatan Laut adalah senjata yang diawaki, berbeda dengan filosofi manusia yang dipersenjatai. Kelima, Dimensi Fisik yaitu pemahaman terhadap lingkungan fisik menyeluruh dimana kekuatan maritim akan beroperasi sangat penting, seperti kondisi geografi, hidro oseanografi. Daerah Operasi kekuatan maritim mulai dari perairan dalam laut bebas Blue Waters ke perairan yang lebih dangkal Green Waters 12 sampai ke perairan pedalaman, muara dan sungai Brown Waters. Corong strategis berbatasan atau dimiliki oleh negara-negara pantai yang berdekatan. Seperti selat Malaka, dimiliki oleh Indonesia, Malaysia dan Singapura. Oleh karena itu konsep Joint Security akan mudah diterima dan diterapkan di antara negara-negara pantai tersebut. Dari berbagai dimensi tersebut diatas apabila disinergikan secara baik maka akan dapat menciptakan suatu kekuatan laut yang tangguh seapower, dimana parameternya mengarah pada tiga elemen operasional yaitu unsur kekuatan militer fighting instruments, penggerak roda perekonomian di laut merchant shipping dan pangkalan atau pelabuhan bases. Tahun 2014 merupakan tahun bahari, dimana sektor kemaritiman menjadi sektor utama dalam pembangunan nasional hal ini terlihat dengan kebijakan Presiden Joko Widodo dengan adanya Menko Kemaritiman serta nomenklatur Menteri Kelautan dan Perikanan. Pekerjaan besar ini harus di dukung oleh semua komponen masyarakat Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Sektor kelautan dan 13 perikanan merupakan sektor yang belum terkelola dengan optimal karena masih terfokus pada sektor pertanian dan industri. Melalui agenda pertemuan Forum Rektor Indonesia sebagai kaum intelektual setidaknya dapat memberikan kajian, pemikiran dan agenda aksi yang jelas terhadap pembangunan Nasional terutama dalam bidang kemaritiman agar potensi kelautan dapat dibangun dan dirancang berdasarkan kedaulatan rakyat. Oleh sebab itu, Forum Rektor Indonesia merasa ikut serta dan berperan untuk memberikan kontribusi terbaiknya pada negara dan bangsa melalui penyelenggaraan Konvensi Kampus XI dan Temu Tahunan XVII Forum Rektor Indonesia Tahun 2015 dengan mengangkat Tema Besar Menegakkan Kedaulatan Indonesia sebagai Negara Kepulauan menuju Negara Maritim Bermartabat . Konvensi Kampus dan Temu Tahunan FRI digelar pada tanggal 23 s.d. 25 Januari 2015 di Universitas Sumatera Utara USU Medan. Pertemuan ini dihadiri 700 pimpinan perguruan tinggi dari berbagai universitas, politeknik dan sekolah tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dalam pembangunan di sektor kemaritiman demi masa depan kelautan Indonesia. 14

B. KEGIATAN a.