Rapat Tahunan FRI XVII Rekomendasi

20 Komisi Keamanan: 1. Rektor UNHAN Laks. Madya TNI Dr. Desi Albert Mamahit, M.Sc 2. Rektor HANG TUAH Laksda TNI Purn Ir. Sudirman, SIP, SE, MAP 3. Dekan FISIP Universitas Sumatera Utara Prof. Badaruddin, M.Si

b. Rapat Tahunan FRI XVII

Rapat Temu Tahunan XVII merupakan rapat pertemuan yang dihadiri oleh anggota Forum Rektor Indonesia serta pimpinan perguruan tinggi lainnya yang ada di Indonesia yang menjadi undangan. Agenda utamanya adalah mendengarkan laporan Pembicara Komisis Keamanan dengan tim perumus FRI USU 21 pertanggungjawaban oleh Ketua Forum Rektor Indonesia tahun 2014 Prof. Ravik Karsidi, MS yang juga sebagai Rektor Universitas Sebelas Maret Solo UNS dan telah diterima oleh seluruh peserta yang hadir. Kemudian dilanjutkan dengan agenda pemilihan Ketua Forum Rektor tahun 2016 dengan kandidat tunggal adalah Rektor Universitas Negeri Yogyakarta UNY. Secara aklamasi Prof. Rohmat Wahab terpilih oleh para peserta yang hadir. Dengan terpilihnya Ketua FRI 2016 maka acara selesai dengan sambutan dari Ketua FRI 2015 Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH, M.ScCTM, Sp.AK. Acara dilanjutkan dengan mendengarkan Pimpinan Rapat Temu Tahunan FRI XVII 2015 22 sambutan penutupan oleh Walikota Medan H Dzulmi Eldin di Gedung Auditorium Kampus USU.

c. Rekomendasi

Tahun 2015 merupakan tahun yang strategis bagi pembangunan Indonesia. Tahun ini merupakan penerapan pertama dari RPJMN 2015-2019 yang diturunkan dari visi misi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla Nawa Cita yang mencanangkan kembali pentingnya pembangunan sektor kemaritiman. Penegasan kembali terhadap pentingnya sektor kemaritiman merupakan upaya mengembalikan semangat Indonesia sebagai bangsa bahari yang sudah tersemai sejak cukup lama, namun agak terlupakan. Berkaitan Walikota Medan memberikan sambutan penutupan 23 dengan itu, maka Forum Rektor Indonesia merekomendasikan hal-hal sebagai: Pertama, sudah sejak lama entitas bangsa Indonesia diyakini sebagai bagian dari peradaban maritim. Budaya maritim sebenarnya telah meletakkan pondasi bangsa ini sebagai bangsa kosmopolit dan lentur terhadap masuknya beragam peradaban luar. Namun sudah cukup lama entitas sebagai bangsa maritim dan lautan sudah mulai terlupakan, sebaliknya selama ini paradigma pembangunan Indonesia cenderung mengacu kepada budaya daratan . Oleh sebab itu, kini saatnya spirit kemaritiman dikembalikan dalam rangka mendukung terwujudnya bangsa yang jaya dan maju. Kedua, Indonesia sebagai negara maritim pada hakekatnya adalah negara industri yang maju dengan kemampuan perdagangan laut yang tidak tertandingi. Kemampuan maritim ini pernah dicontohkan oleh kerajaan Sriwijaya, Tidore, Ternate, Demak, dan Majapahit di masa lalu, dimana penguasaan terhadap samudra telah menjadikan perdagangan lintas bangsa yang maju sehingga transaksi komoditi yang bernilai ekonomi tinggi. Oleh karena itu konektivitas antara wilayah tol laut adalah kebijakan yang tepat karena hal 24 tersebut dapat mendorong pertumbuhan industri galangan kapal, pelabuhan, transportasi laut, mineral lepas pantai, dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial kota-kota pantai yang dilintasi alur pelayaran dengan rute tetap maupun pelayaran rakyat. Ketiga, untuk mempercepat proses internalisasi dan aplikasi budaya maritim perlu segera dirumuskan kurikulum pendidikan kemaritiman dalam civic education di pendidikan tingkat dasar dan menengah, serta meningkatkan kecintaan tanah air mahasiswa yang berbasis kemaritiman. Keempat, kehadiran negara diperlukan dalam menyuburkan pluralitas bangsa dan harus dikelola untuk Para undangan yang hadir 25 mewujudkan bangsa yang besar agar menjadi kokoh menapaki masa depannya. Kelima, penerapan otonomi daerah dirasakan belum menghasilkan penguatan demokrasi lokal. Partisipasi rakyat di permukaan tampak menggeliat, tetapi sesungguhnya masih lebih merupakan mobilisasi dari patronase politik yang kian menguat di daerah. Tidak dipungkiri di beberapa daerah telah melahirkan pemimpin yang merakyat, berkarakter dan visioner, tetapi ke depan diperlukan ruang yang lebih besar lagi untuk menghasilkan pemimpin yang otentik di aras lokal yang lebih baik. Keenam, pertikaian elit politik yang sedang terjadi akhir-akhir ini sungguh telah menggelisahkan masyarakat luas. Oleh karena itu FRI meminta kepada semua masyarakat untuk mencermati peristiwa ini dengan obyektif, dan diharapkan kepada elit politik supaya memperhatikan dengan sungguh-sungguh tentang pentingnya persatuan karena tanpa kesatuan elit politik, dikhawatirkan akan memicu ketidakstabilan politik yang berakibat kepada kemunduran demokrasi dan rakyat akan menjadi korban. 26 Ketujuh, pertikaian elit yang sedang berlangsung pada saat ini harus segera dihentikan dan diminta kembali ke cita-cita pendiri bangsa yaitu membawa bangsa yang maju, sejahtera, dan bermartabat. Untuk itu Presiden diharapkan segera membentuk tim khusus yang independen untuk membantu memecahkan masalah tersebut.

d. City Tour