29
2.5 Studi Banding Fungsi Sejenis
2.5.1 Gedung Komunitas Salihara
Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 08 Agustus 2008, dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia.
Berlokasi di atas sebidang tanah seluas sekitar 3.800 m
2
di Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kompleks Komunitas Salihara terdiri atas tiga unit bangunan
utama: Teater Salihara, Galeri Salihara, dan ruang perkantoran. Saat ini, Teater blackbox Salihara adalah satu-satunya yang ada di Indonesia. Pada saat ini kompleks
Komunitas Salihara sedang diperluas dengan tambahan fasilitas untuk studio latihan, wisma seni dan amfiteater.
Komunitas Salihara dibentuk oleh sejumlah sastrawan, seniman, jurnalis, dan peminat seni. Sejak berdiri, Komunitas Salihara telah menampilkan berbagai macam acara seni
dan pemikiran; sebagian datang dari mancanegara, dan berkelas dunia pula.
Pernah didapuk sebagai “The Best Art Space” 2010 oleh majalah Time Out Jakarta dan sebagai satu dari “10 Tempat Terunik di Jakarta” 2010 versi Metro TV, arsitektur
Komunitas Salihara juga dinobatkan sebagai “Karya arsitektur yang menerapkan aspek ramah lingkungan” oleh Green Design Award 2009.
Saat ini Komunitas Salihara banyak dikunjungi oleh masyarakat yang ingin menikmati program-program kesenian dan pemikiran, klasik dan mutakhir, dan bermutu tinggi. Di
samping itu, Komunitas Salihara menjadi tempat berkumpul bagi berbagai kelompok minat—misalnya sastrawan, pembuat film, koreografer, arsitek muda, peminat filsafat,
penerjemah, pencinta buku, dan lain-lain.
Gambar 2.15 Gedung Salihara.
Universitas Sumatera Utara
30
Beberapa fasilitas atau ruang yang ada di bangunan ini adalah:
Teater Salihara, difungsikan sebagai ruang teater didalam bangunan. Galeri Salihara, difungsikan sebagai ruang pameran tetap dan pameran temporer.
Serambi Salihara atau ruang diskusi, dan kuliah umum. Teater atap Salihara, difungsikan ruang teater terbuka.
Kedai Kopitiam Oey Salihara, sebagai coffee shop didalam gedung ini. Ruang Arsip Salihara, difungsikan sebagai tempat penyimpanan dan pengolahan
data.
Gerai Salihara, difungsikan sebagai ruang penjualan pernak-pernik atau souvenir
dari karya para seniman. Komunitas Salihara dapat juga disebut pusat kebudayaan alternatif: ia tidak dimiliki
oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, ataupun kedutaan asing.
Gambar 2.16 Fasilitas-fasilitas pada bangunan Salihara.
Universitas Sumatera Utara
31
2.5.2 The Art Gallery of Alberta, Canada
Art Gallery of Alberta adalah museum seni premier provinsi. The AGA
mengembangkan dan menyajikan jadwal berputar pameran kontemporer dan sejarah dari Alberta, Kanada dan di seluruh dunia, bersama dengan program publik dan
pendidikan dan peristiwa yang menghubungkan orang-orang, seni dan ide-ide. Didirikan pada tahun 1924, Art Gallery of Alberta adalah lembaga budaya tertua di
Alberta, dan satu-satunya museum di provinsi semata-mata didedikasikan untuk pameran dan pelestarian seni dan budaya visual. Serta Art Gallery of Alberta
memelihara koleksi lebih dari 6.000 benda.
Gambar 2.17 The New Art Gallery of Alberta.
Universitas Sumatera Utara
32
The AGA baru ini menjalani proyek pembangunan besar kembali. Dirancang oleh arsitek Los Angeles Randall Stout, 85.000 kaki persegi 7.900 meter persegi baru
AGA dibuka untuk umum pada tanggal 31 Januari 2010. Dengan menggunakan Struktur seng yang dinamis, kaca dan baja, yang dirancang oleh arsitek Los Angeles
berbasis Randall Stout, mengambil inspirasi dari lingkungan utara unik Edmonton dan jaringan perkotaan. Galeri baru ini memiliki tiga lantai ruang pameran perdana, teras
yang berhadapan dengan kota Edmonton, Pusat Pendidikan Seni Singhmar, Zink restoran, AGA Shop, Teater Ledcor, Sewa Seni dan Galeri Penjualan.
Gambar 2.18 Bangunan Art Gallery of Alberta.
Gambar 2.19 Suasana interior bangunan Art Gallery of Alberta.
Universitas Sumatera Utara
33
Fasilitas pada bangunan ini adalah Stasiun art, teater, teater serbaguna, kelasstudio, gudang penyimpanan, souvenir shop, galeri aula besar, galeri café, galeri koleksi
khusus, galeri anak-anak, galeri fleksibel, galeri patung, galeri taman patung diatap, galeri outdoor, kantor, ruang rapat, dan ruang konferensi.
No. Studi Banding Kesimpulan
1 Galeri Salihara
Galeri yang berada di komplek salihara ini bukan hanya sebagai tempat pameran karya-karya seni,
melainkan tempat berkumpulnya berbagai kelompok minat,
misalnya sastrawan,
pembuat film,
koreografer, arsitek
muda, peminat
filsafat, penerjemah, pencinta buku, dan lain-lain..galeri ini
memiliki fasilitas yang lengkap seperti: teater, galeri, serambi ruang diskusi, kopi tiam oey, dan
gerai salihara.
2
The New Art Gallery of Alberta
Bangunan ini berfungsi sebagai museum dan galeri seni. Seing melakukan kegiatan pengembangan dan
pameran kontemporer dari sejarah Alberta, Kanada, dan dari seluruh dunia. Fasilitas yang ada pada galeri
ini adalah art station, teater, kelasstudio, gudang, souvenir shop, galeri aula besar, galeri café, galeri
khusus, galeri anak-anak, dapur, galeri fleksibel, galeri taman patung diatap, galeri outdoor, kantor,
ruang rapat, ruang konferensi.
Gambar 2.20 Suasana restoran dan galeri pada bangunan Art Gallery of Alberta.
Tabel 2.11 Tabel perbandingan bangunan Salihara dan The New Art Gallery of Alberta.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 Elaborasi Tema
3.1 Tema
Tema untuk proyek ini adalah Arsitektur Ikonik. 3.1.1 Pengertian
Pengertian Arsitektur
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan
lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur
lansekap, hingga
ke level
mikro yaitu
desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Pengertian Ikonik
Dalam sebuah arsitektur diperlukan sebuah identitas, dimana identitas tersebut menjadi pengenal pada sebuah bangunan. Arsitektur Ikonik, pencarian identitas
melalui metode ikonik tidak terlalu memperhatikan kedekatan analogi, metode ini jadi lebih fleksibel pemakaiannya terhadap lagam dan fungsi bangunan yang akan
dirancang. Hal ini berbeda dengan metode-metode lain yang biasanya terikat erat dengan lagam yang sedang berkembang pada masa perkembangnnya. Metode
ikonikme misalnya, terikat erat dengan lagam klasik yang kemudian di re-invent pada era post-modern, akan susah menerima pemikiran-pemikiran modern dan International
Style yang dengan keras menolak cultural background Phillip Jodidio, 1996. Konsekuensinya bangunan perkantoran terutama milik perusahaan multi nasional
yang biasa dirancang dengan lagam modern-Internasional Style akan susah untuk menerima metode perancangan simbolik. Hal ini tidak berlaku bagi metode ikonik, ada
begitu banyak contoh bangunan ikonik lintas lagam dan fungsi, dari era mitologi Yunani seperti gerbang Colossus of Rhodes, bangunan keagamaan era modern awal
seperti Little Church de Rochamp rancangan Le Corbusier, gedung perkantoran modern seperti ATT Building rancangan Philip Johnson, museum neo-klasik seperti
Bonnefanten Museum rancangan Aldo Rossi, hingga museum post modern seperti Imperial War Museum rancangan Daniel Libeskind.
Universitas Sumatera Utara