Pengelolaan tebu (Saccharum officinarum L.) di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, kendal dengan aspek khusus modifikasi budidaya untuk menurunkan salinitas

76

PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.)
DI PG CEPIRING, PT INDUSTRI GULA NUSANTARA,
KENDAL DENGAN ASPEK KHUSUS MODIFIKASI
BUDIDAYA UNTUK MENURUNKAN SALINITAS

ANTONIUS HARI KRISTANTO
A24070001

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

77

RINGKASAN

ANTONIUS


HARI

KRISTANTO.

Pengelolaan

Tebu

(Saccharum

Officinarum L.) di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, Kendal dengan
Aspek

Khusus

Modifikasi

Budidaya

untuk


Menurunkan

Salinitas.

(Dibimbing oleh PURWONO).
Program peningkatan produksi tebu dengan ektensifikasi menemui
berbagai kendala. Tingginya laju konversi lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian dan kompetisi dengan komoditas lain menjadi penghambat program ini.
Semakin sulitnya menemukan lahan untuk areal pertanaman tebu memaksa
berbagai pihak untuk menanam tebu di lahan marginal yang sulit untuk
pertanaman tebu, salah satu contohnya adalah lahan di dekat pesisir laut dengan
cekaman salinitas. Penanaman tebu di lahan tercekam salinitas membutuhkan
teknik budidaya yang khusus. Teknik budidaya ini bertujuan untuk mengurangi
tingginya kadar garam yang dapat menyebabkan cekaman fisiologi pada tebu.
Beberapa teknik budidaya khusus sebenarnya telah diterapkan, seperti pada kebun
tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut
dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui ukuran got yang lebih besar
untuk mengurangi kadar garam pada lahan sehingga memungkinkan tebu untuk
tumbuh dan berproduksi di lahan tersebut.

PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara adalah pabik gula dengan
produk gula kristal putih. Bahan baku yang dugunakan adalah tebu dan raw sugar.
Kapasitas pabik mencapai 1 800 TCD (ton cane per day). Luas area perkebunan
tebu mencapai 2 471 ha yang terbagi dalam beberapa pola kemitraan yaitu
kemitraan A, kemitraan B, dan tebu mandiri.
Upaya reklamasi lahan salin menggunakan metode kolam-alur (basinfurrow method). Berdasarkan pengamatan, perlakuan khusus yang diterapkan di
lahan tercekam salinitas dapat menurunkan tingkat salinitas lahan, namun
pertumbuhan tebu tetap terhambat pada fase vegetatif awal. Akibat hambatan
pertumbuhan tersebut, produktivitas tebu di lahan salin lebih rendah daripada
lahan nonsalin. Pada lahan salin menghasilkan 58.87 ton/ha sedangkan lahan
nonsalin 96.40 ton/ha. Meskipun produksinya rendah, usaha tani tebu di lahan

78
salin tetap menguntungkan dan tidak jauh berbeda dengan lahan nonsalin. Dengan
upaya yang telah dilakuan, usaha tani tebu di lahan salin tetap menguntungkan
sehingga budidaya tebu di lahan salin tetap dapat dilanjutkan. Saran penulis untuk
PT Industri Gula Nusantara menyangkut budidaya tebu di lahan salin adalah
penelitian lebih lanjut tentang penentuan dosis pemupukan khusus lahan salin dan
penambahan bahan kimia selain pupuk untuk membantu reklamasi lahan salin
dengan gipsum (CaSO4.2H2O).


79

PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.)
DI PG CEPIRING, PT INDUSTRI GULA NUSANTARA,
KENDAL DENGAN ASPEK KHUSUS MODIFIKASI
BUDIDAYA UNTUK MENURUNKAN SALINITAS

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ANTONIUS HARI KRISTANTO
A24070001

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011


80

Judul

: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.)
DI PG CEPIRING, PT INDUSTRI GULA
NUSANTARA, KENDAL DENGAN ASPEK
KHUSUS MODIFIKASI BUDIDAYA UNTUK
MENURUNKAN SALINITAS

Nama

: ANTONIUS HARI KRISTANTO

NIM

: A24070001

Menyetujui,
Pembimbing


Ir. Purwono, MS.
NIP 19580922 198203 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr.
NIP 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :………………..

81

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Punggur, Lampung Tengah pada tanggal 26 Januari
1990. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan
Drs. Andreas Sutrisno, M.M. dan Hartini, S.Pd.
Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis diantaranya TK Pertiwi

Punggur dan lulus pada tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri
3 Tanggulangin dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Punggur dan lulus pada tahun 2004.
Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kotagajah pada tahun 2007. Tahun
2007 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program S-1 Mayor-Minor, dengan
Mayor Agronomi dan Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, IPB, dan Minor Manajemen Fungsional.
Tahun 2008 penulis menjadi asisten praktikum Fisika Tingkat Persiapan
Bersama dan asisten matakuliah Agama Katolik (Tim Pendamping) sebagai
penaggung jawab kuliah. Penulis juga aktif di berbagai organisasi. Tahun 2007
sebagai anggota Paduan Suara Mahasiswa IPB (Agria Swara) dan Paduan Suara
Mahasiswa Katolik IPB (Pluela Domini). Tahun 2008 sebagai pengurus
HIMAGRON (Himpunan Mahasiswa Agronomi). Tahun 2009 sebagai Ketua
Divisi PSDM dan salah satu pendiri Koperasi Mahasiswa Agronomi dan
Hortikultura. Beberapa prestasi yang didapat penulis antara lain Program
Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh Dikti, yaitu di bidang penelitian,
pengabdian masyarakat, dan kewirausahaan pada tahun 2010 dan 2011.

82


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat
kasih dan karunia-Nya, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini, dan secara khusus kepada:
1. Ayahanda Andreas Sutrisno, Ibunda Hartini dan Kakak Andre Hari Wibowo
tercinta yang telah memberikan dukungan doa, moral, dan material selama
menjalani pendidikan.
2. Ir. Purwono, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan saran selama proses magang sampai dengan penyusunan
skripsi ini.
3. Direksi PT. Industri Gula Nusantara yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang.
4. Ibu Wahyu Ningsih selaku pemimbing lapang yang banyak memberi
bantuan, masukan, dukungan dan fasilitas selama kegiatan magang.
5. Bapak Giardi, Harimuladi, Judiman, Heriyono, Badawi, Ngaluwi, Rochmat,

Mbah Tunut, Mbah Roso, dan Mbah Wadji selaku staf Kantor Tanaman dan
staf lapang PT. IGN yang telah membantu dan mendampingi penulis selama
kegiatan magang berlangsung.
6. Tim Tanaman IGN : Bang Choirul, Mas Moko, Mas Agung, “Genk’e”
Mono, Anggi, mandor kecil (Eka, Agung, dan Salin) dan sinder muda (Mas
Hari dan Mas Adi) atas kebersamaan yang indah selama 4 bulan.
7. Partner magang dan PS, Bagus dan Manahan, atas kebersamaan dan
kerjasama selama magang dan bimbingan, “Ini baru awal perjuangan
panjang kita kawan”.
8. My Special one dan penghuni Perwira43 (Leo, Brury, Adit, abang-abang,
kakak-kakak, teman-teman dan adik-adik) atas dukungan dan kenangan tak
terlupakan.

83

9. Tim Pendamping IPB secara khusus “Densus08” (Eny, Lusi, Lisa, Brury,
Adian, Chisi, Rio, Manta, Sari, Bambang, Ayu, Ella, Arianti, Dika, Leo,
Ishak, dan Ulin), terimakasih atas kebersamaan dan kenangan indah tak
terlupakan, “Mari kita terus berproses dari sebuah kepompong, menjadi
kupu-kupu”.

10. Teman-teman Agronomi dan Hortrikultura angkatan 44 yang telah
memberikan semangat dan persahabatan yang tak terlupakan
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk bagi pihak
yang memerlukan, serta dapat mengembangkan ilmu pengetahuan.

Bogor, Juni 2011
Penulis

84

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan .............................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4

Botani dan Morfologi Tanaman Tebu .............................................................. 4
Ekologi Tanaman ............................................................................................. 5
Tanah Salin ...................................................................................................... 6
Pengaruh Salinitas Terhadap Tanaman ............................................................ 7
Upaya Pemanfaatan Tanah Salin ..................................................................... 8
METODE MAGANG ........................................................................................... 10
Tempat dan Waktu ......................................................................................... 10
Metode Pelaksanaan ....................................................................................... 10
Pengamatan dan Pengumpulan Data .............................................................. 11
Analisis Data .................................................................................................. 14
KEADAAN UMUM ............................................................................................. 15
Sejarah PG Cepiring ...................................................................................... 15
Letak Geografi atau Letak Wilayah Administratif ........................................ 16
Keadaan Iklim dan Tanah .............................................................................. 16
Luas Areal dan Tata Guna Lahan .................................................................. 17
Keadaan Tanaman dan Produksi .................................................................... 19
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ...................................................... 20
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ........................................................ 24
Aspek Teknis ................................................................................................. 24
Pembukaan lahan dan penanaman tebu ................................................ 24
Pemeliharaan tanaman tahun pertama .................................................. 29
Pemeliharaan tanaman keprasan ........................................................... 37
Pemanenan ............................................................................................ 38
Pengolahan gula .................................................................................... 42
Aspek Manajerial ........................................................................................... 46
Pengelolaan kegiatan lapang ................................................................ 46
Aspek Khusus ................................................................................................ 48
Kondisi salinitas kebun......................................................................... 48
Teknis budidaya tebu di lahan salin ..................................................... 49
Kondisi tebu di lanah salin ................................................................... 51
Pertumbuhan dan pembungaan tebu di lahan salin .............................. 52
Produktivitas tebu dan analisis usaha tani kebun tebu di lahan salin ... 53

87

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

Gambar 1 . Alur Pembukaan Lahan dan Penanaman Tebu ................................ 24
Gambar 2.

Got pada Saat Pembukaan Lahan .................................................... 27

Gambar 3.

Pembuatan Juringan Secara Manual (a) dan Juringan yang
Telah Selesai (b) .............................................................................. 28

Gambar 4.

Bibit Bagal Tebu 2 Mata .................................................................. 28

Gambar 5.

Penanaman Tebu .............................................................................. 29

Gambar 6 . Alur Pemeliharaan Tebu Tahun Pertama ......................................... 30
Gambar 7.

Pengairan Tebu dengan Metode Furrow Irrigation ........................ 32

Gambar 8.

Pekerjaan Kletek Tebu (a) dan Tebu yang Telah Dikletek (b) ........ 35

Gambar 9 . Alur Pemeliharaan Tebu Keprasan .................................................. 37
Gambar 10. Alur Pemanenan Tebu ..................................................................... 39
Gambar 11. Hand Refractometer untuk Pengukuran Brix Nira Tebu
di Lapang ......................................................................................... 40
Gambar 12. Penebangan Tebu ............................................................................. 41
Gambar 13. Pengangkutan Tebu ke Truk Angkutan (a) dan Kapasitas
Muatan Truk Angkutan (b) .............................................................. 42
Gambar 14. Skema Proses Pengolahan Tebu dan Raw Sugar PG Cepiring ........ 43
Gambar 15. Got Lahan Salin (a), Got Lahan Nonsalin (b), Penampang
Melintang Got Lahan salin (c), dan Penampang
Melintang Got Lahan Nonsalin (d) .................................................. 50

85

PEMBAHASAN ................................................................................................... 55
Aspek Teknis ................................................................................................. 55
Sistem tata air kebun ............................................................................ 55
Aspek Manajerial ........................................................................................... 57
Sistem kemitraan .................................................................................. 58
Kredit ketahanan pangan dan energi (KKP-E Tebu) ............................ 59
Sistem beli putus................................................................................... 61
Manajemen kemitraan .......................................................................... 63
Struktur organisasi bagian tanaman PG Cepiring ................................ 64
Aspek Khusus ................................................................................................ 64
Kondisi salinitas kebun......................................................................... 64
Teknis budidaya tebu di lahan salin ..................................................... 66
Kondisi tebu di lanah salin ................................................................... 66
Pertumbuhan dan pembungaan tebu di lahan salin .............................. 68
Produktivitas tebu dan analisis usaha tani kebun tebu di lahan salin ... 69
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 71
Kesimpulan .................................................................................................... 71
Saran .............................................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 73
LAMPIRAN .......................................................................................................... 75

86

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

Tabel 1. Keadaan Iklim Selama 3 Tahun Terakhir di Wilayah PG Cepiring ..... 17
Tabel 2. Luas Areal (ha) PG Cepiring Berdasarkan Kategori Kebun ................ 17
Tabel 3. Luasan Kebun Bibit (ha) Berdasarkan Kategori Kebun Bibit .............. 18
Tabel 4. Produktivitas, Rendemen Tebu dan Produksi Gula Kristal
Putih (GKP) Selama 4 Tahun ............................................................... 20
Tabel 5. Produksi Gula Kristal Putih dengan Bahan Baku Raw Sugar
selama 4 tahun ...................................................................................... 20
Tabel 6. Jumlah Karyawan PG Cepiring Tahun 2011 ........................................ 22
Tabel 7. Analisis Salinitas Tanah Saat Tebu Berumur 31 MSK ........................ 48
Tabel 8. Tinggi Tanaman Tebu (cm), Jumlah Ruas, Diameter (cm), dan
Bobot Batang (kg) pada 27 MSK sampai 41 MSK .............................. 51
Tabel 9. Jumlah Batang Tebu per Meter dan Jumlah Sogolan ........................... 52
Tabel 10. Brix Nira Tebu di Lapang pada Umur 27 MSK dan 41 MSK .............. 52
Tabel 11. Pertumbuhan Tebu di Kebun Salin dan Nonsalin pada 27 MSK
sampai 41MSK ..................................................................................... 53
Tabel 12. Produktivitas Tebu (ton/ha) di Lahan Salin dan Nonsalin
Selama Tiga Musim Tanam.................................................................. 53
Tabel 13. Keuntungan Usaha Tani Tebu (Rp) di Kebun Salin dan Nonsalin
Masa Tanam 2010/2011 ....................................................................... 54
Tabel 14. Nilai KKP-E Setiap Tahapan Budidaya Tebu PC per Hektar .............. 60
Tabel 15. Curah Hujan Kebun Pidodo pada Stasiun Hujan Terdekat .................. 65

85

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1.

Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Kebun
PG Cepiring, PT. Industri Gula Nusantara, Kedal ....................................... 75

2.

Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun
PG Cepiring, PT. Industri Gula Nusantara, Kedal ....................................... 76

3.

Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Sinder di Kebun
PG Cepiring, PT. Industri Gula Nusantara, Kedal ....................................... 78

4.

Bobot Batang per Meter per Jenis Tebu Berdasarkan Diameter Batang
5 Tahun Terakhir .......................................................................................... 81

5.

Data Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2007-2009 di
Kabupaten Kendal ........................................................................................ 82

6.

Struktur Organisasi PG Cepiring PT Industri Gula Nusantara .................... 83

7.

Struktur Organisasi Bagian Tanaman PG Cepiring, PT Industri Gula
Nusantara...................................................................................................... 84

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah tanaman perkebunan penting di
Indonesia. Tebu merupakan tanaman keluarga rumput-rumputan (Graminae)
sebagai bahan baku pembuatan gula.
Dewasa ini masih terjadi masalah dalam kecukupan produksi gula untuk
kebutuhan dalam negeri. Dengan luas areal perkebunan tebu nasional sebesar
438 957 ha pada tahun 2008, Indonesia mampu memproduksi tebu segar sebesar
2 800 946 ton. Dengan rendemen rata-rata nasional sebesar 6.99% - 7.23%,
produksi gula dalam negeri baru sekitar 2.6 juta ton. Sementara itu, Indonesia
membutuhkan 4.85 juta ton gula yang terdiri dari 2.7 juta ton untuk konsumsi
langsung dan 2.15 juta ton untuk keperluan industri. Produksi gula menurun pada
tahun 2010 yaitu hanya sebesar 2.3 juta ton. Berdasarkan data tersebut poduksi
gula nasional sampai saat ini belum mencukupi kebutuhan gula nasional dan
Indonesia masih mengalami kekurangan gula (Kementrian Pertanian, 2011).
Kesenjangan antara produksi gula dan kebutuhan gula dalam negeri
membutuhkan upaya untuk mengatasinya. Salah satu upaya yang telah ditempuh
adalah meningkatkan produktivitas tebu. Peningkatan produktivitas tebu telah
dilakukan baik secara intensifikasi, maupun secara ekstensifikasi. Kegiatan
ekstensifikasi telah dilakukan pemerintah dengan berusaha menambah luas areal
pertanaman tebu. Berbagai fasilitas yang telah diberikan pemerintah kepada petani
tebu guna memenuhi tujuan tersebut antara lain program Kredit Ketahanan
Pangan dan Energi (KKP-E). Tujuan utama fasilitas tersebut adalah memicu
petani untuk menanam tebu di lahan pertanian mereka.
Program peningkatan produksi gula dengan ektensifikasi menemui
berbagai kendala. Tingginya laju konversi dan kempetisi dengan komoditas lain
merupakan penghambat program ini. Semakin sulitnya menemukan lahan untuk
areal pertanaman tebu memaksa berbagai pihak untuk menanam tebu di lahan
marginal yang sulit untuk pertanaman tebu, salah satu contohnya adalah lahan di
dekat pesisir laut dengan cekaman salinitas. Lahan marjinal didefinisikan sebagai
lahan yang mempunyai potensi rendah sampai sangat rendah untuk dimanfaatkan

2
sebagai lahan pertanian, namun dengan penerapan suatu teknologi dan sistem
pengelolaan yang tepat, potensi lahan tersebut dapat ditingkatkan menjadi lebih
produktif dan berkelanjutan (Alihamsyah dan Noor, 2003).
Lahan salin mempunyai potensi untuk dimanfaatkan menjadi pertanaman
tebu. Total lahan salin yang mencapai 0.44 juta ha di Indonesia merupakan
potensi untuk upaya ektensifikasi perkebunan tebu (Alihamsyah dan Noor, 2003).
Dengan luasan yang cukup besar tersebut, lahan salin dapat dikembangkan
menjadi perkebunan tebu untuk manambah produksi tebu Indonesia. Penambahan
produksi tebu akan meningkatkan produksi gula nasional untuk memenuhi
kebutuhan gula nasional.
Pertanaman tebu sudah merambah lahan marginal dengan cekaman
salinitas. Usaha perkebunan tebu di pulau Jawa yang didominasi oleh kebun tebu
rakyat banyak dilakukan di daerah pesisir laut utara. Salah satu contohnya adalah
perkebunan tebu di wilayah PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara (IGN) yang
terletak di Kendal, yaitu kabupaten di pesisir laut utara Jawa. Penggunaan lahan
yang dekat dengan laut kerap menimbulkan masalah cekaman salinitas di wilayah
PG Cepiring dan kebun tebu lain yang berada di wilayah jalur pantai utara.
Salinitas didefinisikan sebagai adanya garam terlarut dalam konsentrasi yang
berlebihan dalam larutan tanah.
Penanaman tebu di lahan tercekam salinitas membutuhkan teknik
budidaya yang khusus. Teknik budidaya ini bertujuan untuk mengurangi dampak
negatif dari tingginya kadar garam yang dapat menyebabkan cekaman fisiologi
pada tebu. Beberapa teknik budidaya khusus sebenarnya telah diterapakan, seperti
pada kebun tebu PG Cepiring. Teknik budidaya tersebut dilakukan untuk
mengurangi kadar garam pada lahan sehingga memungkinkan tebu untuk bertahan
dan tumbuh di lahan tersebut.
Kegiatan magang ini mempelajari pengelolaan perkebunan tebu serta
mempelajari budidaya, pertumbuhan dan produksi tebu di lahan tercekam salinitas
di PG Cepiring. Hasil yang didapat diharapkan menjadi referensi untuk diterapkan
di tempat lain berkenaan dengan budidaya tebu tercekam salinitas.

3
Tujuan
Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah mengetahui dan memahami
pengelolaan perkebunan tebu secara nyata di lapangan serta mengaplikasikan dan
membandingkan teori yang telah dipelajari dengan kondisi nyata di lapangan.
Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah mempelajari modifikasi
teknik budidaya yang diterapkan di lahan tercekam salinitas, serta mengetahui
petumbuhan, produksi dan analisis usaha tani tebu di lahan tercekam salinitas
dengan teknik budidaya yang telah diterapkan oleh perusahaan.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Tanaman Tebu
Tebu (Saccharum officinarum) termasuk dalam kelas monokotiledon, ordo
Glumaceae, family Graminae dan genus Saccharum. Beberapa spesies tebu yang
lain

adalah

Saccharum

officianrum,

Saccharum

robustum,

Saccharum

spontaneum, dan Saccharum barberi. Saccarum officinarum merupakan spesies
tebu paling modern dan paling banyak dibudidayakan (James, 2004).
Menurut James (2004), tanaman tebu terbagi menjadi beberapa bagian
utama, yaitu akar, batang, daun, dan bunga. Tanaman tebu memiliki perakaran
serabut, yang dapat dibedakan menjadi akar primer dan akar sekundar. Akar
primer adalah akar yang tumbuh dari mata akar buku tunas stek batang bibit.
Karakteristik akar primer yaitu halus dan bercabang banyak. Sedangkan akar
sekunder adalah akar yang tumbuh dari mata akar dalam buku tunas yang tumbuh
dari stek bibit, bentuknya lebih besar, lunak, dan sedikit bercabang. Menurut
Supriyadi (1992) pertumbuhan akar ada yang tegak lurus ke bawah dan ada yang
mendatar dekat permukaan tanah.
Tebu memiliki tipe batang beruas-ruas. Di antara ruas-ruasnya terdapat
buku-buku ruas dan terletak mata tunas yang tumbuh menjadi pucuk tanaman
baru. Susunan ruas-ruas pada batang tebu dapat berliku atau lurus. Bentuk ruas
yang menyusun batang dibedakan menjadi enam bentuk, yaitu silindris, tong,
kelos, konis, konis berbalik, dan cembung cekung. Tinggi batang dipengaruhi oleh
baik buruknya pertumbuhan, jenis tebu maupun keadaan iklim. Tinggi tanaman
tebu antara 2-5 m. Pada pucuk batang tebu terdapat titik tumbuh yang penting
untuk pertumbuhan meninggi (Supriyadi, 1992).
Daun tebu terdiri atas dua bagian yaitu helai daun dan pelepah daun. Helai
daun berbentuk pita yang panjangnya 1-2 m (tergantung varietas dan keadaan
lingkungan),dan lebar 2-7 cm. Tebu tidak memiliki tangkai daun. Diantara
pelepah dan helaian daun terdapat sendi segitiga daun dan pada bagian sisi
dalamnya terdapat lidah daun yang membatasi helaian dan pelepah daun. Warna
daun tebu bermacam-macam ada yang hijau tua, hijau kekuningan, merah

5
keunguan dan lain-lain. Ujung daun tebu meruncing dan tepinya bergerigi
(James, 2004).
Bunga tersusun dalam malai yang terbentuk setelah pertumbuhan
vegetatif. Bunga berkembang pada pagi hari dengan jangka waktu pembungaan
pada satu malai berlangsung beragam antara 5 sampai 12 hari. Bunga tebu
termasuk bunga sempurna. Tangkai sari dan tepung sari menjurai keluar setelah
bunga cukup matang. Kepala putik berambut yang umumnya berwarna keunguan.
Buahnya termasuk buah padi-padian, bijinya berukuran kecil memiliki panjang
antara 1.0-1.5 mm dan lebar 0.5 mm (James, 2004).

Ekologi Tanaman
Menurut James (2002), tebu pada umumnya dapat tumbuh dengan baik
pada daerah yang memiliki iklim tropis dan sub tropis dengan daerah penyebaran
390 LU dan 350 LS. Dibutuhkan suhu rata-rata tahunan di atas 210 C, apabila
kuarang dari 200 C maka pertumbuhannya akan terhambat dan pertumbuhan akan
terhenti pada suhu 160 C. Suhu perkecambahan tunas stek tebu antara 32-380 C.
Suhu yang diperlukan untuk dapat menghasilkan sukrosa yang tinggi adalah
antara 26-270 C. Curah hujan tahunan yang dikehendaki adalah 1 500- 2 500 mm
per tahun dengan penyebaran merata. Kelembaban yang baik bagi pertanaman
tebu adalah 63-85%. Ketinggian tempat yang memenuhi syarat pertumbuhan tebu
adalah tidak lebih dari 600 m dpl.
Tanaman tebu menghendaki penyinaran matahari langsung. Penyinaran
matahari penting bagi tanaman tebu untuk pembentukan gula, tercapainya kadar
gula yang tinggi pada batang, dan mempercepat proses pemasakan. Menurut
Supriyadi (1992) kadar sukrosa tertinggi dapat dicapai pada penyinaran matahari
selama 7-9 jam per hari. Selain itu, menurut Siswoyo at al (2007), kandungan
sukrosa juga dipengaruhi oleh pascapanen tebu, yaitu penyimpanan. Intensitas
cahaya yang baik untuk fotosintesis tebu adalah 3 000-4 500 footcandle.
Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada tanah yang cukup subur, gembur
dan mudah menyerap serta melepaskan air. Menurut Sutardjo (2002) tanah yang
baik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah lempung liat dengan solum dalam atau
tanah lempung berpasir dengan lempung berdebu. Tebu dapat ditanam pada tanah

6
dengan kisaran pH 5.5-7.0. Pada pH di bawah 5.5 dapat menyebabkan perakaran
tanaman tidak dapat menyerap air sedangkan apabila tebu ditanam pada tanah
dengan pH di atas 7.0 tanaman akan sering kekurangan unsur fosfor .
Pertumbuhan

tebu

dibagi

menjadi

empat

tahap,

yaitu

tahap

perkecambahan, pemunculan anakan, pemanjangan batang, dan pengisian sukrosa
di batang (pemasakan). Kebutuhan air yang diperlukan pada setiap tahapan
berbeda. Fase awal pada perkecambahan dan pemunculan anakan membutuhkan
air sedang. Fase pemanjangan batang membutuhkan air yang cukup banyak. Fase
kemasakan membutukan air dengan jumlah sedikit. Fase perkecambahan dimulai
saat tanam sampai 1 BST. Fase pemunculan tunas pada 1-3 BST. Fase
pemanjangan batang pada 3-9 BST. Fase kemasakan pada 9-12 BST (Sutardjo,
2002)

Tanah Salin
Salinitas tanah adalah suatu kondisi dimana kadar garam terlarut tanah
mencapai tingkat meracuni tanaman (Santoso, 1993). Pada umumnya tanah salin
tergolong ordo Aridisol, yaitu tanah yang terbentuk pada daerah kering atau
dengan curah hujan rata-rata kurang dari 500 mm/tahun. Jumlah air hujan tidak
cukup untuk mengimbangi air yang hilang melalui tanah dan tanaman
(evapotranspirasi). Pada waktu air diuapkan ke udara, garam tertinggal di lapisan
permukaan. Proses akumulasi garam berlangsung terus yang disebut proses
salinisasi. Garam-garam yang diakumulasikan diantaranya adalah NaCl, Na2SO4,
CaCO3 dan MgCO3. Di daerah iklim basah (humid) salinisasi hanya terjadi di
delta sungai yang terpemgaruh air laut dan pantai yang telaknya rendah. Salinisasi
juga dapat terjadi secara setempat dan membentuk tanah salin tipe intrazonal,
seperti misalnya tanah-tanah yang direklamasi dari dasar laut dan tanah-tanah di
daerah pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut ( Tan, 1991).
Ciri kimia tanah salin tidak dapat didasarkan atas nilai pH saja. Tanah
salin mempunyai pH 8,5 atau lebih. Tanah salin ditentukan berdasarkan jumlah
garam terlarut dan garam yang dapat dipertukarkan. Parameter yang diukur adalah
daya hantar listrik (DHL) atau electrical conductivity (EC) untuk kandungan
garam dan presentase pertukaran garam atau exchangeable sodium percentage

7
(ESP). Tanah salin dicirikan oleh nilai EC lebih dari 4 mmho/cm pada 250C
dengan ESP kurang dari 15%, dan pH kurang dari 8,5 (Tan, 1991).
Proses salinisasi umumnya terjadi pada daerah iklim kering sampai agak
kering, berupa tanah-tanah yang biasanya ditumbuhi vegerasi Halophyta sampai
semak. Selama musim kering permukaan tanah ditutupi oleh efflorescense atau
kerak garam, yang larut di dalam air tanah setiap kali tanah tersebut basah. Proses
salinisasi terjadi tidak hanya karena curah hujan yang kurang untuk melarutkan
dan mencuci garam, tetapi juga karena penguapan yang menyebabkan
terkumpulnya garam dalam tanah dan dalam air tergenang di atas permukaan
tanah. Drainase yang buruk menyebabkan evaporasi lebih besar daripada
perkolasi. Hal ini merupakan faktor utama berlangsungnya proses salinasi.
Tentang lambatnya perkolasi air tanah, dapat disebabkan oleh keadaan tekstur
yang sangat halus, struktur mampat atau adanya lapisan padas kedap air. Sebagai
akibat perkolasi yang sangat menghambat, air yang menguap dari dalam tanah
akan menarik air tanah yang melarutkan garam keatas, sehingga waktu menguap
akan meninggalkan garam, berbentuk kerak di permukaan tanah atau lapisan yang
banyak mengandung garam yang disebut horizon silikan, atau kristal (Santoso,
1993).

Pengaruh Salinitas Terhadap Tanaman
Pengaruh utama salinitas terhadap tanaman adalah ganguan penyerapan air
(Shalhevet dan Bernstein, 1985). Konsentrasi yang tinggi dari garam-garam netral
seperti NaCl dan Na2SO4 akan mengganggu penyerapan air oleh tanaman. Hal ini
diakibatkan oleh tekanan osmotik yang tinggi dalam larutan tanah yang
melampaui tekanan osmosis dalam sel akar (Santoso, 1993).
Menurut Tan (1991), kepekatan garam yang tinggi menyebabkan tanaman
mengalami plasmolisis, sehingga air dalam tanaman bergerak keluar menuju
larutan

tanah.

Tanaman

yang

keracunan

garam

mengalami

hambatan

perpanjangan sel dan daun berwarna hijau kotor (berbintik hitam). Mekanisme
gangguan garam terhadap tanaman dapat melalui ketidakseimbangan hara.
Kelebihan bikarbonat

dapat menyebabkan kahat

Fe.

Kelebihan garam

8
menyebabkan kahat Ca dan Mg. Kondisi pH yang tinggi dapat menyebabkan
kelarutan unsur mikro berkurang, sehingga menyebabkan kahat unsur mikro.
Keberadaan ion Na dalam jumlah tinggi menyebabkan tanah tersuspensi.
Bila tanah dikeringkan seakan-akan menjadi gumpalan kompak dan keras, dan
membentuk lapisan keras dipermukaan. Hal ini menyebabakan penurunan
porositas tanah dan menghambat kelancaran udara, sehingga dapat menimbulkan
gangguan pertumbuhan tanaman.
Bahaya bagi tanaman bisa juga datang dari garam terlarut walaupun
konsentrasinya belum cukup untuk memengaruhi penyerapan air. Masuknya ion
unsur hara ke dalam bulu akar dipengaruhi oleh sifat dan konsentrasi ion lain yang
ada. Oleh karena itu, garam dapat menimbulkan kesulitan nutrisi tanaman karena
tanaman tidak mampu menyerap hara yang diperlukan dari tanah. Tanaman yang
tumbuh pada tanah salin terlihat terganggu dan mempunyai daun-daun tebal serta
warna daunnua hijau tua. Pengaruh salinitas pada tanaman pertama kali terlihat
pada penyebaran energi dari proses pertumbuhan dalam mempertahankan tingkat
tekanan osmosis yang berbeda. Proses yang pertama kali dari energi pertumbuhan
adalah penghambatan dari perpanjangan sel. Sel-sel daun secara kontinu akan
membelah tetapi tidak memanjang. Dari serangkaian kejadian, sebagian sel-sel
tiap unit daun dicirikan dengan warna hijau gelap yang disebabkan oleh tekanan
osmosis tanaman (Santoso, 1993).
Cekaman salinitas berakibat pada penurunan produksi tanaman, termasuk
pada tebu. Menurut Putri (2011), tebu tidak mengalami penurunan hasil pada nilai
EC tanah 1.7 dS/m. Ketika nilai EC tanah sebesar 3.3 dS/m akan menurunkan
hasil tebu sebesar 10 %. Hasil tebu akan menurun sebesar 25% pada nilai EC
tanah sebesar 6 dS/m. Penurunan hasil tebu lebih besar terjadi pada nilai EC 10.4
dS/m,yaitu sebesar 50%. Pada nilai EC 18.6 dS/m tebu tidak dapat bertahan
hidup.

Upaya Pemanfaatan Tanah Salin
Drainase yang baik diperlukan dalam pemanfaatan tanah-tanah salin
(reklamasi tanah salin). Dalam proses reklamasi sangat penting untuk mengusir
kelebihan garam dari zone akar. Hal ini hanya dapat dikerjakan dengan

9
penggunaan air secukupnya untuk mencuci garam ke dalam lapisan tanah bagian
bawah. Dengan kondisi drainase yang tidak baik, penambahan air yang banyak
akan meningkatkan permukaan air tanah dan menyebabkan meningkatnya
akumulasi garam di tanah permukaan, sehingga akan memperburuk kondisi tanah
salin. Drainase yang cukup harus disediakan untuk mereduksi permukaan air
tanah hingga di bawah zone akar tanaman, yaitu tidak kurang dari 2.4-3 m di
bawah permukaan tanah (Santoso, 1993).
Metode reklamasi tradisional adalah metode telaga (ponding) yaitu
membuat parit lebar di sekeliling lahan. Kedalaman air 0,3 m atau lebih
diharapkan dapat menampung garam yang tercuci dari tanah. Metode ini relatif
kurang efektif karena laju pengurangan garam berjalan sangat lambat.
Metode pencucian yang lebih efektif adalah metode kolam-alur (basinfurrow method). Tanah diratakan dan air irigasi dilewatkan melalui parit yang
dibuat di sekeliling lahan. Air dipertahankan sekitar seminggu sampai seluruh
lahan dapat diresapi air. Kepekatan garam dalam tanah menurun karna pencucian
aliran air irigasi. Kebutuhan air dengan metode ini lebih sedikit daripada metode
telaga.
Ion garam divalen (umunya Ca) diharapkan tersedia selama reklamasi.
Untuk itu diperlukan penambahan gipsum (CaSO4.2H2O). Penambahan gipsum
dapat mencapai beberapa ton per hektar dan dapat diulang setelah 2 atau 5 tahun
atau sesuai kadar sodium tanah.
Bila pencucian tidak mungkin dilakukan, misalnya air tidak tersedia, maka
upaya mencari tanaman yang toleran garam adalah jalan yang terbaik. Rekayasa
para pemulia tanaman sangat berperan dalam menciptakan varietas-verietas yang
toleran garam ( Dirjen Pendidikan Tinggi, 1991).

10

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di PG Cepiring, PT Industri Gula
Nusantara, Kendal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Februari sampai 14 Juni 2011.
Kegiatan pengamatan aspek khusus dilaksanakan di kebun Pidodo, yaitu kebun
dengan salinitas tinggi, dan kebun Gondang, yaitu kebun dengan kondisi yang
normal. Kegiatan pengamatan aspek khusus dilaksanakan selama kegiatan
magang.

Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan magang terdiri atas kerja lapang dan
pengamatan langsung. Kegiatan kerja lapang yang dilakukan yaitu pada aspek
teknis dan manajerial. Kegiatan pengamatan langsung mendapatkan data primer
yang akan membantu menganalisis aspek khusus yang akan diperdalam.
Kegiatan kerja lapang pada aspek teknis yaitu menjadi karyawan harian
lepas (KHL) selama satu bulan. Kegiatan yang dilakukan mengikuti semua tugas
lapang yang diperintahkan sesuai dengan kebutuhan kebun. Kegiatan meliputi
pembukaan dan pengolahan lahan, persiapan dan penyediaan bahan tanam,
penanaman, irigasi, perawatan, taksasi, dan pemanenan tebu (Tabel Lampiran 1).
Kegiatan kerja lapang pada aspek manajerial adalah menjadi pendamping
mandor dan menjadi pendamping sinder. Kegiatan sebagai menjadi pendamping
mandor dilakukan selama satu bulan. Kegiatan yang dilakukan adalah membantu
mengawasi karyawan harian pada setiap kegiatan budidaya tanaman di lapangan,
membuat analisis pada setiap kegiatan di lapangan, membantu memotivasi
karyawan, dan membantu mengorganisasi karyawan pada setiap pekerjaan (Tabel
Lampiran 2).
Kegiatan sebagai pendamping sinder dilakukan selama dua bulan.
Kegiatan yang dilakukan adalah mempelajari kegiatan di tingkat bagian kebun,
memonitor hasil kegiatan kebun, mempelajari kegiatan administrasi kebun.
Kegiatan juga meliputi manajemen kebun kemitraan beserta pembiayaannya

11
melalui Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Tebu (KKP-E Tebu). Kegiatan ini
meliputi pengukuran luas kebun pengajuan dan membantu administrasi dalam
pencairan kredit KKP-E kepada petani mitra (Tabel Lampiran 3).
Aspek khusus yang diperdalam adalah modifikasi teknik budidaya di lahan
salin. Pengamatan dilakukan di kebun Pidodo yang termasuk kebun salin.
Pegamatan meliputi teknik budidaya dan keadaan tebu. Pengamatan juga
dilakukan pada kebun Gondang sebagai kebun nonsalin dengan parameter
pengamatan yang sama dengan pengamatan di kebun Pidodo.

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Kegiatan magang juga meliputi pengumpulan data yang akan membantu
menganalisis aspek khusus yang akan diperdalam. Pengumpulan data dilakukan
dengan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode tidak
langsung untuk data sekunder.
Pengamatan dan analisis dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan
produktivitas tebu dengan cekaman salinitas, serta teknik budidaya yang
diterapkan di kebun tersebut. Pengamatan tebu yang tercekam salinitas ini
dilakukan di kebun Pidodo, yaitu kebun di pesisir pantai utara Jawa yang berjarak
1 km dari pantai, sehingga terkendala dengan salinitas yang tinggi.
Pengamatan juga dilakukan pada kebun yang tidak terkendala salinitas
sebagai pembanding. Variabel pengamatan di kebun ini sama seperti yang
diterapkan di kebun terkendala salinitas. Pengamatan tebu sebagai pembanding ini
dilakukan di kebun Gondang, yaitu kebun sawah tadah hujan yang tidak
terkendala dengan salinitas.
Pengamatan di kedua kebun dilakukan pada satu blok untuk masingmasing kebun. Setiap blok diambil satu petak contoh. Setiap petak contoh diambil
lima bak tanam tebu sebagai ulangan. Setiap bak tanam tebu diambil empat
juringan contoh. Setiap juringan contoh terdapat satu tanaman contoh, sehingga
terdapat empat tanaman contoh pada setiap ulangan. Kategori tanaman yang
diamati adalah variatas Bululawang (BL) dengan kategori RC I (Ratoon Cane)
atau tebu keprasan pertama.

12
Penentuan contoh dilakukan dengan metode acak dan sistematis,
disesuaikan dengan keadaan kebun dan homogenitasnya (Mantra dan Kasto,
2008). Blok dan petak contoh dipilih secara acak. Bak contoh untuk kebun
Gondang dipilih secara sistematis karena lingkungan yang homogen. Bak contoh
untuk kebun Pidodo dipilih dengan menyesuaikan keadaan lahan karena tingkat
homogenitasnya yang rendah dan kondisi kebun yang sulit terjangkau. Penentuan
juringan dan tanaman contoh untuk kedua kebun dilakukaan dengan cara
sistematis.
Beberapa variable pengamatan yang dilakukan meliputi :
a. Tinggi Batang
Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tebu contoh dari
permukaan tanah sampai titik tumbuh tanaman tebu. Pengamatan dilakukan
pada 27, 31, 35, dan 39 MSK (minggu setelah keprasan).
b. Diameter batang
Pengamatan

dilakukan

dengan

mengukur

diameter

batang

tebu

menggunakan jangka sorong. Diameter batang yang diambil adalah diameter
yang terbesar pada bagian batang tebu contoh. Pengamatan dilakukan pada 27,
31, 35, dan 39 MSK.
c. Jumlah ruas batang
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah ruas batang tebu mulai
dari permukan tanah sampai titik tumbuh tebu. Pengamatan dilakukan pada 27,
31, 35, dan 39 MSK.
d. Jumlah batang dan jumlah sogolan per meter juringan
Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung jumlah batang tebu dan
sogolan yang terdapat pada juringan contoh kemudian membaginya dengan
panjang juringan tersebut dalam satuan meter. Pengamatan jumlah batang
dilakukan pada 27 MSK sementara jumlah sogolan pada 41 MSK.
e. Umur Berbunga
Pengamatan dilakukan pada umur tebu saat bunga pertama kali muncul.
f. Brix nira
Pengukuran brix nira dilakukan di lapangan menggunakan alat Hand
Refractometer pada bagian batang atas, tengah dan bawah. Nilai brix batang

13
contoh adalah rata-rata dari ketiga nilai brix tersebut. Pengukuran brix nira
dilakukan pada lima batang tebu yang diambil secara acak pada setiap bak
tanam contoh pada setiap kebun. Pengamatan dilakukan pada 27 MSK dan 41
MSK.
g. Electronic Conductivity (EC) dan salinitas tanah
Pengukuran EC dan salinitas tanah dilakukan pada komposit tanah kedua
kebun. Pengukuran EC tanah dan salinitas tanah dilakukan di Laboratorium
Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor.
h. Tata Layout Kebun
Dilakukan pengamatan langsung terhadap tata layout kebun. Pengukuran
dilakukan pada lebar dan dalam got keliling, got malang, dan got mujur.
i. Produktivitas
Data produktivitas kebun didapat dari studi arsip bagian tanaman serta
wawancara dengan mandor dan sinder kebun. Data produktivitas mencakup
produktivitas kategori PC, RC1, dan produktivitas RC2 selama tiga tahun.
j. Analisis Usaha Tani
Analisis usaha tani dilakukan pada kebun contoh dengan memasukkan
rencana anggaran kebun pada masa tanam 2010/2011, produktivitas kabun
berdasarkan taksasi maret, serta besaran biaya kebun dan harga produk gula dan
tetes yang berlaku sesuai standar perusahaan. Analisis dilakukan pada setiap blok
pada kebun contoh menurut kategori tanaman yang ada.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan berkonsultasi dengan pihak
manajemen perusahaan. Data sekunder yang diperlukan meliputi :
a. Produksi tebu, gula, dan rendemen.
Data meliputi produksi tebu, produksi gula, dan rendemen tebu. Data
mencakup semua kebun milik PG termasuk kebun Pidodo dan Gondang yang
digunakan dalam analisis aspek khusus. Data produksi tebu juga mencakup
produksi tebu tahun ini berdasarkan taksasi Maret.
b. Penyebaran lokasi kebun.
Data meliputi kebun yang dimiliki perusahaan, penyebarannya dilapangan,
serta pembagian kebun.
c. Laporan giling

14
Informasi meliputi data giling pabrik setiap hari, yaitu jumlah tebu yang
digiling, produksi gula dan rendemen tebu setelah digiling.
d. Keadaan umum perusahaan
Informasi yang meliputi sejarah dan kondisi umum perusahaan.
e. Keadaan lahan
Informasi keadaan lahan perkebunan meliputi jenis tanah, tekstur dan struktur
tanah.
f. Iklim
Informasi mengenai tipe iklim, curah hujan rata-rata bulanan dan tahunan,
jumlah bulan basah, bulan kering dan jumlah hari hujan.
g. Kondisi umum pertanaman
Informasi tentang luas pertanaman, varietas, dan produksi tebu.
h. Organisasi dan manajemen perusahaan
Informasi tentang struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawabnya.

Analisis Data
Data yang diperoleh dari variebel pengamatan dianalisis menggunakan
analisis statistika, yaitu uji t dan analisis deskriptif.

15

KEADAAN UMUM

Sejarah PG Cepiring
Pabrik gula Cepiring didirikan tahun 1835 oleh Pemerintah Hindia
Belanda dengan nama Kendalsche Suiker Onderneming sebagai suatu perseroan
di atas tanah seluas 1 298 594 m2. Rehabilitasi pabrik pertama dilakukan tahun
1917 dengan menyempurnakan proses defekasi. Rehabilitasi yang kedua
dilakukan pada tahun 1926 dengan mengganti proses pemunian dari cara defekasi
menjadi karbonatasi rangkap.
Pabik gula Cepiring menjadi milik pemerintah Indonesia setelah
kemerdekaan Indonesia. PG Cepiring dikoordinir oleh Pusat Perkebunan Negara
(PPN) pada masa transisi kemerdekaan. Pada tahun 1968, PNP diubah menjadi
Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) dan PG Cepiring di bawah pengawasan
PNP XV di Semarang. Kemudian tahun 1973, PNP XV diubah statusnya menjadi
PTP XV (Persero) dan tahun 1981, PTP XV digabung dengan PTP XVI menjadi
PTP XV – XVI (Persero) yang berpusat di Surakarta.
PG Cepiring beroperasi dan mengalami masa kejayaan, hingga pada tahun
1998 terpaksa berhenti beroperasi. Hal ini dikarenakan kekurangan bahan baku
tebu akibat persaingan lahan dengan komoditas pertanian lain, sehingga tidak
memenuhi kapasitas giling dan biaya operasional.
PG Cepiring mulai direnovasi dibawah manajemen PT Industri Gula
Nusantara (IGN) dan diresmikan pada tahun 2008, setelah berhenti beroperasi
selama 10 tahun. PT IGN merupakan perusahaan patungan antara PT Multi Manis
Mandiri (MMM) dan PT Perkebunan Nusantara IX (PTPN IX) dengan
kepemilikan saham sebesar 70% untuk PT MMM dan 30% untuk PTPN IX. PG
Cepiring direnovasi bangunan dan mesinnya dengan menggunakan dua macam
bahan baku, yaitu tebu dan raw sugar. PG Cepiring melakukan giling perdana
untuk kedua bahan baku tersebut pada tahun 2008. Hingga saat ini PG Cepiring
tetap beroperasi dengan menggiling bahan baku tebu pada masa panen dan bahan
baku raw sugar diluar masa panen tebu.

16
Letak Geografi atau Letak Wilayah Administratif
PT Industri Gula Nusantara adalah perusahaan perkebunan tebu dengan
pabrik gula yang terletak di Cepiring, Kendal. Areal perkebunan tebu yang
dimiliki mencakup tebu dengan sistem kemitraan pola A (KMA), sistem
kemitraan pola B (KMB) dan sistem kemitraan pola D (KMD).
Kebun KMA dan KMB tersebar di wilayah Kabupaten Kendal sampai
Kabupaten Semarang. Kebun tebu yang terletak di Kabupaten Kendal meyebar
pada kecamatan Patebon di wilayah utara, Kecamatan Weleri, Cepiring, sampai
Kecamatan Sukorejoi di wilayah selatan. Kebun tebu di Kabupaten Semarang
menyebar pada Kecamatan Kedung Pane di wilayah barat sampai kecamatan
Bergas di wilayah timur. Secara umum letak geografis kebun milik PG Cepiring
terletak di antara 60 32’ LS – 60 18’LS dan 1090 40’ BT– 1100 18’ BT untuk
wilayah Kabupaten Kendal.
Ketinggian kebun tebu berkisar antara 0 mdpl sampai lebih dari 1000
mdpl. Kebun dengan ketinggian 0-100 mdpl mencakup kebun di Kecamatan
Cepiring, Patebon, Kaliwungu, Rowosari dan Weleri. Kebun dengan ketingian
101-500 mdpl terdapat di Kecamatan Limbanganan. Kebun dengan ketinggian
501-1000 mdpl terdapat di Kecamatan Boja, Pegandon, Gemuh serta kebun di
wilayah Kebupaten Semarang. Sedangkan kebun dengan ketinggian lebih dari
1000 mdpl terdapat di Kecamatan Plantugan, Pageruyung, Singorejo, Sukorejo,
Patean, Boja, dan Limbangan pada kebun Bergas.
Topografi kebun tebu bervariasi, yaitu topografi datar pada kebun sawah
tadah hujan dan irigasi teknis, sampai topografi bergelombang pada kebun
tegalan. Tingkat kemiringan kebun sawah tadah hujan dan sawah irigasi teknis
kurang dari 25%. Tingkat kemiringan kebun tegalan lebih bervariasi, yaitu antara
0% - daiatas 45%. Kebun dengan tingkat kemiringan yang tinggi dalah kebun
tegalan yang terdapat di daerah bergunung sampai berbukit.

Keadaan Iklim dan Tanah
Secara umum keadaan iklim di wilayah PG Cepiring memiliki curah hujan
yang cukup tinggi (Tabel 1). Musim kemarau terjadi sekitar bulan Juni sampai
dengan Oktober karena pada saat itu arus angin tidak banyak mengandung uap air.

17
Sebaliknya mulai bulan Novenber hingga Mei arus angin banyak mengandung
uap air sehingga terjadi musim hujan (PBS Kendal, 2010).
Tabel 1. Keadaan Iklim Selama 3 Tahun Terakhir di Wilayah PG Cepiring
Tahun
Curah Hujan Tahunan
2007
1 473
2008
2 802
2009
2 131
Sumber : BPS Kabupaten Kendal

Hari Hujan Tahunan
83
127
105

Jenis tanah yang ada di PC Cepiring sebagian besar adalah tanah berat.
Secara umum, tanah yang ada termasuk jenis tanah endapan atau tanah alluvial.
Sangat sedikit batuan muda yang ada pada lapisan tanah. Lapisan olah tanah
cukup dalam. Pada beberapa kebun terdapat kandungan liat yang tinggi sehingga
drainase tanah tidak terlalu baik dan akan bermasalah ketika musim penghujan.
Pada kebun di daerah pesisir, kandungan pasir lebih banyak sehingga drainase
tanah lebih baik dari pada kebun lain yang jauh dari pantai.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Terdapat beberapa jenis kebun tebu berdasarkan sistem kemitraan yang
diterapkan. Pola kemitraan yang diterapkan antara lain pola kemitraan A (KMA),
pola kemitraan B (KMB), dan pola kemitraan D (KMD) atau tebu mandiri.
Kebun KMA adalah kebun kemitraan dengan pola bagi hasil di awal. Kebun
KMB adalah kebun kemitraan dengan pola bagi hasil yang dilakukan setelah
panen tebu. Kebun KMD (mandiri) adalah kebun dengan keseluruhan teknik
budidaya dan pembiayaan dilakukan oleh petani.
Total luas kebun tebu milik perusahaan mengalami peningkatan sejak awal
berdirinya IGN. Besarnya luasan tebu pada masing-masing kategori kebun dapat
dilihat pada Tebel 2. Total luasan untuk tabu giling belum mencukupi kapasitas
giling pabrik yang mencapai 1 800 TCD (ton cane per day). Untuk mencukupi
kebutuhan tebu tersebut, banyak dipenuhi oleh kiriman tebu KMD. Tebu kiriman
petani tersebut berasal dari berbagai daerah antara lain Pati, Rembang, Kudus dan
Jepara.
Tabel 2. Luas Areal PG Cepiring Berdasarkan Kategori Kebun

18
Kategori Kebun
KMA
KMB
Tebu Mandiri
Total
…………………...….…ha……….......................……..
2008
26
74
101
201
2009
155
164
547
866
2010
185
259
1 389
1 833
2011
236
282
1 953
2 471
Sumber : Kantor Tanaman, PT Industri Gula Nusantara
Masa Tanam

Kebun yang dimiliki oleh PG Cepiring terdiri dari kebun produksi dan
kebun bibit. Kebun bibit diterapkan pada kebun implasemen dan kebun lain yang
terdapat di area cakupan PG Cepiring. Sistem kebun bibit yang diterapkan adalah