Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta: dengan Aspek Khusus Mempelajari Produktivitas Tiap Kategori Tanaman

(1)

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

DI PABRIK GULA MADUKISMO,

PT. MADUBARU, YOGYAKARTA:

DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI

PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN

OLEH

AHMAD HANIF FADIL

A24080183

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012


(2)

YOGYAKARTA.

Productivity in Various Categories of Sugarcane (Saccharum Officinarum L.) at The Madukismo Sugar Factory, The Madubaru Company, Yogyakarta.

Ahmad Hanif Fadil1 dan Purwono2 1

Mahasiswa, Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian IPB

2

Staf Pengajar, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

Abstract

The study of the productivity of the various ca tegories of sugarcane held in the Madukismo Millsworking area, Madubaru Company, Yogyakarta. This activity began in February 13 to May 14, 2012. The sample is taken at Sleman and Bantul district. The method used is the direct field observation, data from the division of plant productivity, as well as interviews with farmers. The results obtained on the productivity of down land is higher than up land. Differences in land characteristics influence the productivity of sugarcane. In addition, the downland productivity tended to decrease from the plant cane (PC) to ratoon crop (RC) in each subsequent season. For up land, there is higher productivity at ratoon cane I (RC 1) increase from low productivity in the plant cane (PC) and then back on every ratoon crop the following season. To overcome the low productivity of ratoon sugarcane needed to do the loading or replanting, or ratoon intensif nurse.


(3)

RINGKASAN

AHMAD HANIF FADIL. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta: dengan Aspek Khusus Mempelajari Produktivitas Tiap Kategori Tanaman (Dibimbing oleh PURWONO).

Kegiatan magang dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan profesional dalam memahami proses kerja nyata, meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis masalah-masalah yang ada di lapang, mempelajari pemeliharaan tanaman tebu dan menganalisis produktivitas tiap kategori tanaman. Kegiatan magang dilaksanakan di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta. Pada 13 Februari 2012 hingga 14 Mei 2012.

Kegiatan magang dilaksanakan dengan dua metode yaitu metode secara langsung dan secara tidak langsung. Metode secara langsung yang telah dilaksanakan selama magang meliputi kegiatan yang menyangkut aspek teknis dan manajerial, serta aspek khusus. Metode tidak langsung yang dilaksanakan selama magang adalah mengumpulkan data sekunder PG. Madukismo dan studi pustaka.

Aspek khusus, yaitu mahasiswa mempelajari produktivitas pada berbagai kategori tanaman. Data primer diperoleh dengan cara mengikuti kegiatan, melakukan pengamatan, wawancara langsung dengan petani dan pengambilan data dari divisi Bagian Tanaman. Data primer merupakan data produktivitas atau TCH (Ton Cane per Hectar) dari empat kategori tanaman, yaitu tanaman pertama (Plant Cane/PC), tanaman keprasan I (Ratoon Cane/RC1), tanaman keprasan II (Ratoon Cane /RC2), tanaman keprasan III (Ratoon Cane/RC3). Data yang diperoleh merupakan data dari pengamatan langsung di lapangan, serta data dari kepala Bina Sarana Tani (BST) yang berada di bawah naungan Bagian Tanaman PG. Madukismo.

Hasil yang diperoleh adalah produktivitas pada lahan sawah lebih tinggi dibandingkan lahan tegalan. Perbedaan karakteristik lahan mempengaruhi angka produktivitas tebu. Selain itu, pada lahan sawah produktivitas cenderung menurun


(4)

dari tanaman pertama (PC) hingga tanaman keprasan (RC) di setiap musim berikutnya. Untuk lahan tegalan, produktivitas naik dari tanaman pertama (PC) ke tanaman keprasan pertama (RC 1) kemudian menurun pada tanaman keprasan di setiap musim berikutnya.

Rendahnya produktivitas pada kategori tanaman keprasan ke 3 (RC 3) menyebabkan rendahnya keuntungan ekonomi. Untuk mengatasi rendahnya produktivitas tebu perlu dilakukannya rawat ratoon secara intensif dikarenakan biaya bongkar ratoon (replanting) mahal.


(5)

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU,

YOGYAKARTA:

DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI

PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

AHMAD HANIF FADIL

A24080183

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012


(6)

Judul

:

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum

officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO,

PT. MADUBARU, YOGYAKARTA: DENGAN

ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI

PRODUK-TIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN

Nama

:

AHMAD HANIF FADIL

NIM

: A24080183

Menyetujui : Pembimbing Skripsi

(Dr. Ir. Purwono, MS) NIP: 19580922 198203 1 001

Mengetahui: Ketua Departemen

(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr.) NIP : 19611101 198703 1 003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lamongan, Jawa Timur pada tanggal 11 Januari 1992. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Fatkhur Rohman dan Ibu Madaniyah. Tahun 2002 penulis lulus dari MI Mansyaul „Ulum, Lamongan. Kemudian pada tahun 2005 penulis lulus dari SMP Syeh Jamaluddin, Kembangbahu, Lamonga. Selanjutnya penulis menamatkan pendidikan di SMAN 1 Lamongan pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima menjadi mahasiswa Jurusan Agronomi dan Hortikultura IPB melalui seleksi jalur SPMB.

Selama menjadi mahasiswa di Depatemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, penulis aktif sebagai anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian (DPM A) pada periode kepengurusan tahun 2009-2010. Pada periode yang sama, penulis juga aktif dalam Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institu Pertanian Bogor (MPMKM IPB).


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta: dengan Aspek Khusus Mempelajari Produktivitas Tiap Kategori Tanaman. Skripsi ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program Sarjana pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Judul magang dipilih karena mengingat rendahnya produksi gula nasional yang diakibatkan menurunnya produktivitas tebu. Tebu keprasan memiliki produktivitas yang relatif rendah, sehingga perlu mempelajari produktivitas pada setiap kategori tanaman.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Kedua orang tua, Bapak dan Ibu dan ade Miftakhul Farikhah yang telah memberikan dukungan dalam bentuk moral serta material.

2. Dr. Ir. Purwono, MS selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Ir. Didy Soepandie, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang banyak kepada penulis.

4. Dr. Dwi Guntoro, SP. MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang banyak kepada penulis.

5. Dr. Ir. Abdul Qodir, MS selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan selama kegiatan akademik.

6. Ir. Rahmat Edi Cahyono selaku Direktur PT. Madubaru yang telah memberikan ijin pelaksanaan magang di PG. Madukismo.

7. Bapak Nugroho selaku staff Direktur serta Bapak dan Ibu Ponido yang telah menyediakan tempat magang.

8. Bapak M. Syaiful Anam selaku pembimbing lapang dan seluruh staf bagian tanaman yang telah membantu penulis selama melaksanakan kegiatan magang.


(9)

9. Kepada teman seperjuangan magang, Dinda Rizky Amalia. SP dan Dini Rosdianingsih. SP yang telah memberi dorongan dalam penyusunan skripsi ini.

10. Kepada seluruh teman-teman AGH 45. Terimaksih atas kenangan yang telah diberikan 3 tahun ini dan kerjasama selama kegiatan akademik. 11. Erick Raynalta, Saeful Ramadhan, Ulfah Fitriana Akbar, dan Boyce

Budiarto Nainggolan. Terimaksih atas persahabatan dan dukungannya selama ini.

12. Teman-teman Noes Camp Group. Terimaksih atas persahabatan dan dukungannya selama ini.

13. Serta semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Bogor, Oktober 2012 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani dan Morfologi Tanaman Tebu ... 3

Kategori Tanaman Tebu... 4

Tanaman pertama (plant cane)... 4

Tanaman keprasan (ratoon cane)... 5

METODE MAGANG ... 8

Waktu dan Tempat ... 8

Metode Pelaksanaan ... 8

Pengumpulan Data dan Informasi ... 9

Analisis Data ... 10

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN... 11

Sejarah PG. Madukismo... 11

Letak Geografi ... 12

Keadaan Iklim dan Tanah ... 12

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 13

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 14

Struktur Organisasi ... 16

Ketenagakerjaan ... 18

Hari Kerja dan Jam Kerja ... 19

PELAKSANAAN MAGANG ... 20

Aspek Teknis ... 20

Penetapan masa tanam... 20

Persiapan lahan... 20

Persiapan bahan tanam ... 22

Persiapan tanam dan penanaman ... 25

Pemeliharaan tanaman pertama ... 27

Pemeliharaan tanaman keprasan ... 34

Panen ... 35

Aspek Manajerial ... 41

Petugas Lapang Pabrik Gula ... 41

Sinder Kebun Wilayah ... 41

Sinder Kebun Bibit ... 42

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43


(11)

Pengolahan tanah ... 43

Pemupukan ... 43

Lahan sawah dan lahan tegalan... 44

Varietas ... 45

Aspek Manajerial ... 47

Sumber daya manusia ... 47

Pengelolaan tenaga kerja bagian tanaman... 48

Aspek Khusus ... 48

Produktivitas tebu pada lahan sawah... 48

Produktivitas tebu keprasan di lahan tegalan... 50

Perbedaan produktivitas ... 51

Pembahasan... 52

Produktivitas tebu pada lahan sawah... 52

Produktivitas tebu keprasan di lahan tegalan... 53

Perbedaan produktivitas ... 54

Produktivitas tanaman keprasan... 56

KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Keadaan Lahan Tebu Rakyat Kejasama di PG. Madukismo... 13

2 Luas Areal Tebu Rakyat Kejasama Binaan di PG. Madukismo... 14

3 Kesesuaian Varietas dan Masa Tanam... 15

4 Produksi PG. Madukismo Lima Tahun Terakhir... 15

5 Hubungan Tipologi Wilayah dengan Pola Tanam Varietas... 26

6 Data Jenis Gulma PG. Madukismo... 29

7 Produktivitas Tebu Lahan Sawah di Wilayah Kerja Kab. Sleman... 49

8 Produktivitas Tebu Lahan Sawah di Wilayah Kerja Kab. Bantul... 49

9 Produktivitas Tebu Lahan Tegalan di Wilayah Kerja Kab. Sleman... 50


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Pembuatan Got... 22

2 Panen Bibit... 24

3 Persiapan Penanaman Bibit... 25

4 Pembuatan Kasuran... 25

5 Pola Tanam Bibit... 26

6 Penutupan bibit... 27

7 Bahan Sulam... 28

8 Penggerek Pucuk Tebu (Scirpophaga excerptalis W.)... 31

9 Penggerek Batang Tebu (Chilo auricillius D.)... 32

10 Uret (Lepidiota stigma F., Euchlora viridis F.)... 33

11 Perbandingan produktivitas antara lahan sawah dan lahan tegalan di Kab. Sleman... 51

12 Perbandingan produktivitas antara lahan sawah dan lahan tegalan di Kab. Bantul... 51


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Jurnal Harian Kegiatan Magang di PG Madukismo ... 62

2 Peta Wilayah Kerja Rayon Bantul dan Gunung Kidul... 68

3 Peta Wilayah Kerja Rayon Kulonprogo, Magelang, dan Temanggung.. 69

4 Peta Wilayah Kerja Rayon Sleman... 70

5 Peta Wilayah Kerja Rayon Purworejo dan Kebumen... 71

6 Data Curah Hujan PG Madukismo 1995– 2011 ... 72

7 Struktur Organisasi PT. Madubaru... 73

8 Tabel Sample Produktivitas pada Lahan Sawah... 74

9 Tabel Sample Produktivitas pada Lahan Tegalan... 75

10 Analisis Usahatani Tebu di Lahan Sawah Kab. Bantul... 76


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gula merupakan salah satu bahan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, serta sumber kalori yang dapat dikonsumsi secara langsung. Sumber gula terbesar adalah tebu yang dibudidayakan secara intensif di daerah dengan iklim tropis. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan perkapita, gaya hidup dan industri pangan serta bioenergy yang menjadikan gula sebagai bahan baku maka kebutuhan gula juga terus meningkat.

Kebutuhan gula nasional diperkirakan mencapai 5,7 juta ton di tahun 2014. Sementara itu, Produksi gula nasional dua tahun terakhir masing - masing tahun 2009 sebesar 2,6 juta ton dan tahun 2010 sebesar 2,29 juta ton. Untuk memenuhi kebutuhan gula tersebut diupayakan melalui Program Swasembada Gula Nasional. Sasaran tercapainya Swasembada Gula Nasional pada tahun 2014 adalah dengan target produksi hablur sebesar 3,571 juta ton dari existing dan 2,129 juta ton dari perluasan dan pembangunan PG baru. Salah satu misi untuk mencapai Swasembada Gula Nasional adalah dengan cara revitalisasi sektor on-farm yaitu perluasan areal dan peningkatan produktivitas gula (Drektorat Jendral Perkebunan, 2011).

Produksi gula nasional belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini dikarenakan produktivitas tebu di Indonesia masih sangat rendah. Rendahnya produktivitas merupakan konsekuensi logis merosotnya kualitas teknis budidaya yang ada di petani. Sementara itu peningkatan produktivitas dapat dilaksanakan dengan peningkatan tebu/ha dan rendemen. Teknik budidaya yang berpengaruh pada produktivitas tebu salah satunya adalah penggunaan sistem keprasan dengan frekuensi terlalu banyak (P3GI. 2008).

Tanaman tebu keprasan adalah tanaman tebu yang berasal dari tanaman yang telah dipanen sebelumnya, lalu tunggul-tunggulnya dipelihara kembali hingga menghasilkan tunas-tunas baru yang akan tumbuh menjadi tanaman baru pada musim tanam selanjutnya (Setyamidjaja dan Azharni, 1992). Penggunaan tanaman keprasan yang dilakukan berulang ulang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tebu di lapangan makin menunjukkan bentuk mengecil. Tentu saja


(16)

keadaan ini mengakibatkan turunnya produktivitas tebu (Kementerian Pertanian, 2011).

Perhitungan dan pembandingan produktivitas tanaman tebu pada setiap kategori tanaman sangat diperlukan agar dapat diketahui besarnya produktivitas dari setiap kategori tanaman dan batas maksimal dilakukannya pengeprasan pada tanaman tebu agar tidak mengalami penurunan produktivitas. Kategori tanaman dapat berupa tanaman pertama (Plant Cane/PC), tanaman keprasan pertama (Ratoon Cane 1/RC I), tanaman keprasan kedua (Ratoon Cane 2/RC II) dan seterusnya.

Tujuan

Tujuan dari kegiatan magang ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut.

Tujuan Umum :

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan profesional dalam memahami proses kerja nyata, serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis masalah masalah yang ada di lapang.

Tujuan Khusus :

Mempelajari pengelolaan dan pemeliharaan tanaman tebu serta menganalisis produktivitas tiap kategori tanaman.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tebu dan Morfologi Tebu

Tebu adalah salah satu jenis tanaman monokotil yang termasuk dalam famili Poaceae, yang masuk dalam kelompok Andropogoneae, dan masuk dalam genus Saccharum. Klasifikasi tanaman tebu menurut Daniel dan Roach (1987) adalah sebagai berikut:

Filum : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Familia : Poaceae

Group : Andropogoneae Genus : Saccharum

Spesies : Saccharum officinarum L.

Spesies tebu yang paling banyak dibudidayakan untuk dijadikan bahan baku gula adalah Saccharum officinarum L., karena kandungan sukrosanya yang tinggi dan rendah kandungan seratnya. Setyamidjaja dan Azharni (1992) menambahkan bahwa selain Saccharrum officinarum L masih ada empat spesies tebu lain yang masih termasuk ke dalam genus Saccharum, yaitu: Saccharum sinense, Saccharum barberi, Saccharum spontaneum, dan Saccharum robustum.

Morfologi tebu menurut Sastrowijono (1996) adalah sebagai berikut:

Batang

Pada batang tebu bagian luar merupakan kulit yang keras, sementara bagian dalam lunak yang mengandung nira. Batang tebu beruas ruas dan kedudukan ruas yang satu dengan yang lainnya tegak atau zig zag. Bentuk ruas dapat bervariasi sesuai varietasnya. Pada ruas tebu terdapat mata ruas, dimana mata ruas tersebut adalah kuncup tebu yang terletak pada buku ruas batang dan terlindung oleh pangkal pelepah. Batang tebu yang baik biasanya dengan tinggi 3 sampai 5 meter atau bahkan lebih.


(18)

Akar

Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumbuh dari mata tunas. Sementara itu, akar stek adalah akar yang tumbuh dari cincin akar batang dan masa hidupnya tidak lama.

Daun

Daun tebu terdiri dari helai daun dan pelepah daun tanpa tangkai daun. Daun berpangkal pada buku dan kedudukannya berseling kanan dan kiri. Pelepah daun menutupi batang, sehingga buku tidak terlihat.

Bunga

Bunga tebu merupakan malai berbentuk piramida dengan panjang 70 – 90 cm yang mengandung ribuan bunga kecil. Bunga tebu terdiri dari tenda bunga yakni tiga helai daun kelopak dan satu helai daun tajuk bunga, tiga benang sari dan satu bakal buah dengan kepala putik yang berbentuk bulu–bulu. Bunga yang masak, benang sarinya panjang sehingga kepala sari menggantung keluar dari tajuk bunga.

Kategori Tanaman Tebu

Tanaman pertama (plant cane)

Tanaman tebu pertama adalah tanaman dari bibit tebu pilihan yang ditanam dengan membongkar tanah dan meletakkan bibit tersebut sesuai kebutuhan penanaman. Teknik budidaya tanaman pertama (plant cane) di lahan kering antara lain dengan penetapan masa tanam, pembukaan lahan, penanaman, pemupukan, pembumbunan, dan klentek (PT Perkebunan Nusantara XI, 2010).

Pemilihan varietas yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman tebu. Setelah ditentukan jenis varietas yang baik, maka hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengadaan bibit. (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia, 2008).


(19)

Bibit yang digunakan dalam penanaman tanaman pertama ada dua yaitu:

1) Bibit bagal

Bibit bagal adalah bibit yang berasal dari KBD. Umumnya bibit bagal yang ditanam bermata tunas dua atau bermata tunas tiga. Untuk penanamannya mata tunas menghadap ke samping agar pertumbuhan mata tunas maksimal.

2) Bibit rayungan

Bibit yang telah tumbuh di kebun bibit, dan umumnya digunakan untuk lahan yang berpengairan cukup. Namun penggunaan bibit rayungan ini sangat sedikit sekali karena pertumbuhannya tidak seoptimal bibit bagal. Jika bermata (tunas) satu, maka batang bibit terpendam dengan tunas menghadap ke samping dan sedikit miring, + 45 derajat. Jika bibit rayungan bermata dua, maka batang bibit terpendam dengan tunas menghadap ke samping..

Produktivitas PC untuk lahan tegalan yang 100% mengandalkan air hujan pada umumnya dipengaruhi oleh masa tanam. Menurut Susila (2007) rendahnya produktivitas disebabkan oleh jadwal tanam dan tebang petani PC yang umumnya tidak pada umur optimal. Penetapan masa tanam yang tepat adalah berdasarkan kebutuhan air dalam masa pertumbuhan. Iklim tipe Oldeman, zona yang terbaik untuk tanaman tebu adalah tipe iklim C2 dan C3.

Tanaman keprasan (ratoon cane)

Tanaman tebu keprasan adalah tanaman tebu yang berasal dari tanaman yang telah dipanen sebelumnya, lalu tunggul-tunggulnya dipelihara kembali hingga menghasilkan tunas-tunas baru yang akan tumbuh menjadi tanaman baru pada musim tanam selanjutnya (Setyamidjaja dan Azharni, 1992).

Pengusahaan tebu dengan cara keprasan memberikan beberapa keuntungan diantaranya adalah: menghemat biaya untuk membuat lubang tanaman dan penyediaan bahan tanam (bibit), waktu relatif lebih singkat dari tebu pertamanya, lebih tahan terhadap kekeringan dan keadaan drainase yang kurang baik. Widodo (1999) menyatakan keuntungan dari penggunaan tanaman keprasan antara lain tebu dapat tumbuh baik karena perakaran telah beradaptasi dengan keadaan tanah, selain untuk menghemat pemakaian bibit, penggunaan tanaman keprasan juga menjaga kelestarian tanah.


(20)

Menurut Sutardjo (2002) sebelum proses pengeprasan sebaiknya lahan dialiri air terlebih dahulu agar bekas tanaman tebu yang akan dikepras tidak mudah terbongkar. Ada tiga bentuk pengeprasan :

a. Kepas bentuk rata

Bentuk pengeprasan ini merupakan hasil dengan menggunakan alat kepras mekanis stubble shaver.

b. Kepras bentuk U/ kepras miring

Bentuk pengeprasan ini dilakukan pada tanah ringan dan tanah yang mengandung pasir.

c. Kepras bentuk W

Umumnya bentuk pengeprasan ini dilakukan pada tanah-tanah berat yang mudah pecah bila musim kemarau.

Tanaman keprasan mengalami beberapa proses pertumbuhan. Berikut ini proses pertumbuhan yang dialami tanaman keprasan yaitu:

a) Perkecambahan

Seluruh mata tunas di batang tebu akan mulai berkecambah bila pucuknya dihilangkan. Perkecambahan mata tunas batang tebu segera terjadi setelah tebu ditebang. Pengamatan di tegalan Jawa menunjukkan tunas keprasan berkecambah pada 2–3 minggu setelah tebu dipotong. Jika dibandingkan dengan bibit tebu berkecambah yang berlangsung antara minggu ketiga sampai dengan kelima. jumlah kecambah keprasan lebih banyak daripada jumlah kecambah bibit tebu.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya jumlah kecambah keprasan antara lain kadar air dalam tanah, varietas tebu karena terdapat varietas yang besar frekuensi keprasannya, dan pengeprasan tebu. Pengeprasan tunggul tebu setelah ditebang sangat mencolok menaikkan jumlah kecambah tebu.

b)Pertunasan

Setelah mata tunas berkecambah, maka tebu akan bertunas atau mengeluarkan tunas anakan (tillers). Pertunasan pada keprasan berlangsung lebih cepat dan dengan laju pertunasan yang lebih besar daripada tebu baru. Tunas keprasan muncul dari batang sekunder dan tertier. Tunas anakan pada tebu baru adalah batang sekunder. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertunasan sama dengan yang berpengaruh terhadap perkecambahan.


(21)

c) Kematian tunas

Kematian tunas selalu terjadi dalam budidaya tebu. Terdapat berbagai alasan tentang penyebab kematian tunas keprasan. Varietas tebu dan jarak tanam serta hama-penyakit adalah penyebabnya. Terjadinya persaingan hara antara tunas tebu dan ketidak mampuan perakaran tunas keprasan menjangkau tanah bagi tunas-tunas yang berkecambah di atas permukaan tanah. Besarnya hasil panen keprasan sangat besar ditentukan oleh jumlah tunas keprasan pada saat tebu memanjang. Oleh karena itu penting untuk mempertahankan jumlah tunas keprasan pada saat tersebut, yakni pada umur tebu 5 – 6 bulan (Dinas Perkebunan Jawa Timur, 2005).


(22)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta pada 13 Februari 2012 hingga 14 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan dengan dua metode yaitu metode secara langsung dan secara tidak langsung. Metode secara langsung yang telah dilaksanakan selama magang meliputi kegiatan yang menyangkut aspek teknis dan manajerial, serta aspek khusus. Sementara itu metode tidak langsung dilaksanakan selama magang adalah mengumpulkan data sekunder PG. Madukismo dan studi pustaka. Metode secara langsung yang dilaksanakan sebagai berikut:

Aspek teknis

Pada aspek teknis mahasiswa bekerja langsung di lapangan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama tiga minggu. Kegiatan KHL meliputi pengolahan lahan (pemetaan lahan, pembajakan, pembuatan layout kebun), persiapan bahan tanam dalam penanaman, pembibitan. Pada kegiatan pemeliharaan yang diikuti yaitu pemupukan, pembumbunan, pengendalian gulma, klentek (roges), aplikasi pias. Pemanenan (tebang, muat angkut) dan pengolahan hasil. Selai itu mahasiswa juga menyusun jurnal harian yang diketahui pembimbing lapang dengan mencatat prestasi kerja yang diperoleh mahasiswa dan karyawan.

Aspek manajerial

Pada aspek manajerial pertama mahasiswa bekerja sebagai pendamping mandor selama tiga minggu. Kegiatan yang telah dilakukan adalah membantu mengawasi pekerjaan di kebun, membantu membuat perencanaan kebutuhan fisik, biaya, teknis untuk pekerjaan yang akan dilakukan, pembuatan jurnal (harian, mingguan, bulanan), dan hasil kegiatan di kebun.


(23)

Aspek manajerial kedua yang dilaksanakan mahasiswa adalah bekerja sebagai pendampin Sinder Kebun Wilayah (SKW) selama enam minggu. Kegiatan yang dilaksanakan adalah membantu mengelola dan megawasi pekerjaan tenaga kerja, mengamati dan membantu penyusunan laporan, mempelajari keadaan kebun, serta mempelajari dan menganalisis kegiatan adminitrasi kebun.

Aspek khusus

Aspek khusus, yaitu mahasiswa mempelajari produktivitas pada berbagai kategori tanaman. Data primer diperoleh dengan cara mengikuti kegiatan, melakukan pengamatan, wawancara langsung dengan petani dan pengambilan data dari divisi Bagian Tanaman. Data primer merupakan data produktivitas atau TTH (Ton Tebu per Hektar) dari empat kategori tanaman, yaitu tanaman pertama (Plant Cane/PC), tanaman keprasan I (Ratoon Cane/RC1), tanaman keprasan II (Ratoon Cane /RC2), tanaman keprasan III (Ratoon Cane/RC3).

Metode tidak langsung dilaksanakan dengan pengumpulan data sekunder yang yang meliputi sejarah dan perkembangan perusahaan, letak geografis dan topografi, keadaan iklim, kondisi lahan, kondisi tanaman, organisasi dan manajemen perusahaan. Selain itu pengumpulan data penunjang juga dibutuhkan melalui studi pustaka yang ada di perusahaan.

Pengumpulan Data dan Informasi

Melakukan pengamatan langsung

Data diambil dari 3 blok berdasarkan kategori tanaman yang sama yaitu kategori tanaman keprasan ke tiga. Setiap blok diamati satu petakan. Setiap petakan diamati 10 juring. Data primer yang didapat berupa data – data yang mempunyai pengaruh pada nilai produktivitas tebu yaitu:

1. Rata-rata jumlah tebu permeter juring 2. Rata-rata panjang batang tebu

3. Rata-rata bobot tebu per batang 4. Rata-rata diameter batang


(24)

Wawancara langsung dengan petani

Contoh yang diambil adalah petani penggarap sebanyak 12 orang petani dari 2 wilayah kerja yang masing-masing wilayah meliputi lahan sawah dan lahan tegalan, diambil 3 orang petani penggarap dari tiap-tiap wilayah.

Data dari Bagian Tanaman

Data yang diperoleh adalah data sejarah produktivitas dari lahan yang diambil sample, data diperoleh dari kantor Bina Sarana Tani (BST) Bagian Tanaman. Data sekunder yang didapat berupa arsip perusahaan meliputi:

a. Letak geografis dan topografi kebun b. Keadaan lingkungan tumbuh. c. Kondisi areal dan tanaman.

d. Organisasi dan manajemen perusahaan. e. Produktivitas gula.

Analisis Data dan Informasi

Seluruh data dan informasi yang diperoleh selama kegiatan magang dianalisis dengan menggunakan nilai rata-rata, persentase, dan perhitungan matematis sederhana lainnya. Pengolahan data juga dilakukan dengan menggunakan uji t-student dengan taraf 5%. Kemudian dibandingkan dengan standar kerja dan norma-norma baku dari setiap kegiatan yang berlaku.


(25)

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah PG. Madukismo

Pemerintah Hindia Belanda mendirikan 17 Pabrik Gula di Yogyakarta Sebelum kemerdekaan, yang semuanya berada dibawah kekasaan mereka. Pada tahun 1942 jepang masuk ke Indonesia dan mengambil alih kekuasaan termasuk semua pabrik gula yang ada di Yogyakarta. Keadaan seperti itu berlanjut sampai pada saat perang kemerdekaan, yang menyebabkan semua pabrik gula yang ada di Yogyakarta hancur menjadi puing-puing. Hal ini dikarenakan pabrik pabrik gula dijadikan markas para penjajah.

Saat pemerintahan Indonesia sudah berjalan normal tepatnya pada tahun 1950 Sri Sultan Hamengkubuwono IX memprakarsai pembangunan pabrik gula baru yang bertujuan untuk:

1. Menampung dan mempekerjakan mantan buruh pabrik gula 2. Menambah kesejahteraan rakyat yang berada di sekitar pabrik 3. Menamah pendapatan pemerintah pusat dan daerah

PG Madukismo mulai dibangun pada tahun 1955 dengan akta notaries perseroan terbatas dengan nama “Pabrik – Pabrik Gula Madubaru PT” ( P2G Madubaru PT). diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 28 mei 1958.

Pada tahun 1962 dilakukan program nasionalisasi oleh pemerintah dimana terjadi perubahan satus P2G Madubaru PT menjadi Perusahaan Negara di bawah pengawasan Badan Pimpinan Umum Perusahaan Negara. Status pabrik kembali menjadi Perseroan Terbatas pada 3 September 1968 dengan nama PT. Madubaru yang memperluas usaha dengan merambah pabrik spirtus Madukismo.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX menyetujui dikelolanya kembali PT. Madubaru oleh Pemerintah RI melalui Departemen Keuangan, dan Departemen Pertanian pada tanggal 4 Maret 1984. Pemerintah RI menunjuk PT. Rajawali Nasional Indonesia untuk mengelola PT Madubaru yang disahkan dengan tanda tangan kontrak manajemen oleh dirut PT RNI dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Pabrik gula Madukismo Pada awal berdiri memiliki kapastas giling sebesar 1.500 Ton Tebu per Hari (TTH), kemudian bertahap kapasitas pabrik ditingkatkan


(26)

menjadi 2.500 TTH pada tahun 1976 dan 3.300 TTH pada tahun 1993. Saat ini kapasitas giling di PG. Madukismo sudah 3.500 TTH, dimana produksi gula SHS 1 yang merupakan produk utama pabrik gula sekitar 40.000 ton tiap tahunnya. Produksi alkohol sekitar ± 2,5 juta liter pertahun dan spirtus sekitar 24.000 liter/hari. Pupuk yang dihasilkan sekitar ± 30 ton per tahun. Jumlah tersebut sangat bergantung pada jumlah tebu yang digiling di pabrik.

Letak Geografi

Secara geografi PG. Madukismo terletak pada 110°20‟ BT dan 7°56‟ LS pada ketinggian 84 m dpl. Lebih spesifik lagi, Parik Gula Madukismo terletak kurang lebih 5 km sebelah selatan kota Yogyakarta. Tepatnya di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pabrik Gula Madukismo menempati areal seluas 276.00 m2 dengan luas areal bangunan sekitar 51.000 m2.

Wilayah kerja PG. Madukismo terbagi menjadi empat rayon, yaitu pertama Rayon Bantul dan Gunung Kidul (BGK) yang secara geografis terletak pada 107°15‟-110°50‟ BT dan 7°35‟-8°09‟ LS seperti tercantum pada peta Rayon Bantul dan Gunung Kidul (Lampiran 2). Kemudian Rayon Kulonprogo, Magelang, dan Temanggung (KMT) yang secara geografis terletak pada 110o23‟ -110°12‟ BT dan 7°14‟-7°52 LS seperti yang tercantum pada peta Rayon KMT (Lampiran 3). Ke tiga adalah Rayon Sleman terletak pada 110° 15‟-110° 29‟ BT dan 7°34‟-7°47‟ LS seperti tercantum pada peta Rayon Sleman (Lampiran 4); serta yang ke empat adalah Rayon Purworejo dan Kebumen (PKB) yang secara geografis terletak pada 109°39‟-110°04‟ BT dan 07°30‟-07°42‟ LS seperti yang tercantum pada peta Rayon Purworejo dan Temanggung (Lampiran 5).

.

Keadaan Iklim dan Tanah

Wilayah kerja PG. Madukismo memiliki keadaan iklim yang menurut Oldemen masuk dalam Zone C atau beriklim agak basah, dengan curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun dan bulan kering pada bulan Juni – September serta bulan basah antara Nopember – Maret seperti yang tertera pada tabel curah hujan di


(27)

Lampiran 6. Sementara itu untuk wilayah kerja PG. Madukismo, keadaan iklim di rayon Bantul dan Gunung Kidul adalah untuk wilayah kerja Kab. Bantul Curah hujan rata-rata sebesar 1.954,43 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 103 hari/tahun. Bulan basah 7 bulan, sedangkan bulan kering berkisar 5 bulan. Wilayah Kabupaten Sleman termasuk beriklim tropis basah dengan musim hujan antara bulan Nopember – April dan musim kemarau antara bulan Mei–Oktober dengan curah hujan tahunan lebih dari 2000 mm/tahun.

Curah hujan di Kulonprogo rata-rata per tahunnya mencapai 2.150 mm, dengan rata-rata hari hujan sebanyak 106 hari per tahun atau 9 hari per bulan dengan curah hujan tertinggi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Agustus. Kabupaten Magelang termasuk B1 (Oldeman) dengan curah hujan rata–rata 2.186 mm/tahun dan jumlah hari hujan rata- rata 103 hari. Kelembaban antara 85 – 95 dengan suhu antara 16 - 26 o C. Kabupaten Temanggung Curah hujan rata-rata per tahun sebesar 2.163 mm/tahun, dengan suhu rata-rata 22o Celcius sampai dengan 23,6o Celcius.

Kondisi tanah di wilayah kerja PG. Madukismo memiliki topografi yang beragam dari datar hingga berbukit dengan kemiringan 3 – 8 derajat. Keadaan lahan sebagian besar merupakan tanah berat berpengairan lancar, yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Keadaan Lahan Tebu Rakyat Kejasama di PG. Madukismo

Keterangan Luas (hektar)

Tanah Berat Pengairan Lancar 1,122.46

Tanah Berat Pengairan Tidak Lancar 109.40

Tanah Ringan Pengairan Lancar 631.67

Tanah Ringan Pengairan Tidak Lancar -

Tanah Sedang Pengairan Lancar 631.70

Tanah Sedang Pengairan Tidak Lancar 38.75

Jumlah 2,533.98

Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Areal kebun di wilayah kerja PG. Madukismo adalah tebu rakyat (TR). Adapun lahan sewa adalah lahan yang dipergunakan untuk kebun bibit. Total luas


(28)

kebun bibit sekitar 200 hektar yang terdiri dari tiga hektar merupakan lahan milik pabrik sendiri yang digunakan untuk membudidayakan bibit pokok, bibit nenek, serta bibit induk, dan sisanya adalah kerjasama dengan petani tebu rakyat lewat program akselerasi. Keseluruhan areal KTG di PG. Madukismo merupakan TR (Tebu Rakyat) Kerja sama. Total luasan KTG Tebu Rakyat Kerjasama yang terdapat diwilayah di PG. Madukismo tahun 2011/2012 yaitu seluas 2,533.98 ha yang ditunjukkan di Tabel 2.

Tabel 2. Luas Areal Tebu Rakyat Kejasama Binaan di PG. Madukismo

Rayon Luas ( hektar )

Bantul dan Gunung Kidul (BGK) 1,103.20

Sleman 494.52

Kulonprogo, Magelang, dan Temanggung (KMT) 784.43

Purworejo dan Kebumen (PKB) 151.83

Jumlah 2,533.98

Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman tebu yang dibudidayakan di PG. Madukismo terbagi menjadi dua kategori, yaitu tanaman pertama (Plant Cane/PC) dan tanaman keprasan (Ratoon Cane/RC). Tanaman pertama merupakan tanaman yang ditanam di areal yang telah dilakukan pengolahan tanah dan dari bibit yang berasal dari KBD, sedangkan tanaman keprasan merupakan tanaman yang tumbuh dan berproduksi kembali dari hasil tebangan tanaman pertama. Di wilayah kerja PG. Madukismo pada umumnya dilaksanakan 3 – 5 kali pengeprasan.

Di PG. Madukismo terdapat dua jenis kebun tebu, yaitu Kebun Bibit dan Kebun Tebu Giling. Pada dasarnya pengelolaan kebun bibit dilakukan secara bertahap, yaitu Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI), dan Kebun Bibit Datar (KBD). Tebu Rakyat mandiri (TRM) di PG. Madukismo merupakan kebun yang pengelolaannya dilakukan oleh petani sendiri dan hasilnya diperuntukkan sebagai bahan baku produksi gula. TRM berbeda dengan TR Kerjasama, yang mana TR Kerjasama merupakan bentuk kerjasama antara petani dan pabrik untuk membudidayakan tebu. Tebu rakyat


(29)

kerjasama ini dilaksanakan dimana pabrik sebagai sarana untuk membina petani agar petani tersebut dapat menjadi petani mandiri.

Varietas tebu yang dibudidayakan di wilayah kerja PG. Madukismo merupakan varietas yang berasal dari P3GI dan pabrik gula lainnya. Varietas yang ditanam disesuaikan dengan karakteristik lahan, masa tanam, dan masa giling. Pada dasarnya komposisi varietas yang ditanam sesuai dengan masa giling. Berikut ini hubungan varietas dan masa tanam ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kesesuaian Varietas dan Masa Tanam

Kategori Kemasakan Varietas

Varietas masak awal (mei – juli) PS 862, PS 851, PS 881 Varietas masak awal tengah (juli – agustus) KK, PS 864, PS 921, PSJT 941 Varietas masak tengah akhir (agustus –

oktober) BL, PS 864, PS 951

Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)

PG. Madukismo memproduksi produk utama berupa gula dan hasil sampingan berupa tetes (molasses), blotong, abu ketel, dan ampas (bagase). Tetes digunakan sebagai bahan baku industri alkohol dan spirtus. Blotong dan abu ketel dimanfaatkan sebagai kompos yang digunakan oleh petani. Ampas digunakan kembali oleh pabrik gula sebagai bahan bakar. Produksi gula PG. Madukismo selama lima tahun terakhir mengalami penurunan, akan tetapi tidak signifikan (Tabel 4).

Tabel 4. Produksi PG. Madukismo Lima Tahun Terakhir

Tahun Areal ( Ha )

Produksi Tebu Rendemen

(%)

Produksi Hablur

Ku Ku/Ha Ku Ku/Ha

2007 7,000.13 5,600,107 800 6.80 381,068.24 54.44

2008 6,114.29 4,585,734 750 7.37 337,968.32 55.28

2009 6,677.59 4,780,076 716 6.80 325,042.75 48.68

2010 6,597.92 5,234,137 793 5.66 296,398.10 44.92

2011 6,681.75 4,152,391 621 6.73 279,456.20 41.82


(30)

Struktur Organisasi

PT. Madubaru dipimpin oleh seorang direktur yang dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh satuan pengawas intern (SPI) dan delapan kepala bagian yaitu: Kepala Bagian Tanaman, Kepala Bagian Instalasi, Kepala Bagian Pabrikasi, Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan, Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum, Kepala Bagian Pemasaran, Kepala Bagian Pabrik Spirtus. Struktur Organisasi PT. Madubaru terera pada Lampiran 7. Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab masing – masing :

1. Direktur bertugas mengelola unit produksi yang dipimpinnya secara keseluruhan sesuai dengan keputusan dan kebijakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Direktur bertanggung jawab untuk meningkatkan produksi. Tugas direktur adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan perusahaan

b. Menetapkan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan c. Menyusun rencana jangka panjang

d. Menetapkan kebijakan – kebijakan dan pedoman – pedoman penyusunan anggaran tahunan

e. Menetapkan rencana Rapat Umum Pemegang Saham

f. Melakukan manajemen yang meliputi keseluruhan kegiatan termasuk keputusan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Dewan Direksi.

g. Bertanggung jawab kepada direksi dan semua faktor produksi h. Mengevaluasi hasil kerja pabrik setiap tahunnya.

2. Satuan Pengawasan Intern (SPI)

a. Melakukan pengawasan melalui kegiatan audit, konsultasi, dan pembinaan terhadap setiap kegiatan dan fungsi organisasi.

b. Melakukan pengawasan atas pihak – pihak yang terkait dengan perusahaan atas persetujuan Direktur.

c. Melakukan audit investigasi terhadap aspek penuh dan bebas keseluruh fungsi, catatn dokumen, asset, dan karyawan.

d. Mengalokasikan sumberdaya dan menentukan lingkup kerja, serta menerapkan teknik – teknik audit.


(31)

3. Kepala Bagian Tanaman

Kepala bagian tanaman bertugas untuk melaksanakan kebijakan direksi dalam bidang berikut:

a. Penanaman dan Penyediaan bibit tebu. b. Perluasan areal tebu

c. Penyuluhan teknis penanaman tebu d. Rencana tebang dan angkut tebu

e. Kegiatan yang menyangkut penyediaan bahan baku berupa tebu.

f. Memimpin seksi yang berada dalam bagiannya guna mencapai tujuan dan sasaran yan ditetapkan perusahaan.

4. Kepala Bagian Instalasi

a. Bertanggung jab kepada Direktur di bidang instalasi.

b. Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bidang instalasi c. Meningkatkan efisiensi kerja alat produksi untuk kelangsungan proses. 5. Kepala Bagian Pabrikasi

a. Bertanggung jawab kepada direktur di bidang Pabrikasi

b. Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bidang produksi. c. Meningkatkan efisiensi proses dan menjaga kualitas produk (gula). 6. Kepala Bagian Pemasaran

a. Menyusun strategi pemasaran

b. Mengusahakan pengembangan pasar untuk produk – produk PT. Madu Baru.

c. Mengadakan perbaikan sistem pemasaran d. Menilai kinerja staff pemasaran.

e. Merencanakan dan mengawasi pengiriman barang dan proses penagihan. 7. Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan

a. Bertanggung jawab di bagian keuangan, tata usaha, keuangan, dan pengadaan barang perusahaan

b. Mengkoordinir dan memimpin kegiatan di bidang keuangan, anggaran, biaya produksi, kegiatan pembelian dan penjualan.

c. Mengkoordinir adminitrasi tebu rakyat dan timbangan tebu. d. Mengawasi hasil produksi di gudang gula.


(32)

8. Kepala Bagian Sumberdaya Manusia (SDM) dan Umum a. Bertanggung jawab di bagian tata usaha dan personalia

b. Mengkoordinasi dan memimpin kegiatan pengelolahan tenaga dan kesehatan karyawan.

c. Mengkoordinir kegiatan pendidikan bagi karyawan.

d. Bertanggung jawab pada kegiatan – kegiatan umum, seperti pengaturan dan penggunaan kendaraan dan koordinasi keamanan perusahaan.

9. Kepala Pabrik Spirtus/Alkohol

a. Mengkoordinir kegiatan produksi spirtus dan alkohol.

b. Melakukan evaluasi terhadap konsentrasi spirtus dan alkohol yang diinginkan pasar.

Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan unsur penting dalam berlangsungnya proses produksi di PG. Madukismo. Agar produksi perusahaan dapat ditingkatkan dari periode sebelumnya atau minimal sama seperti periode sebelumnya, maka dibutuhkan manajemen ketenaga kerjaan yang baik.

Tenaga kerja di PT. Madubaru dibedakan menjadi dua macam:

1. Tenaga kerja tetap

Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang dipekerjakan dalam waktu tidak tentu dan saat dimulai hubungan kerja, diawali dengan percobaan selama tiga bulan. Karyawan bekerja sepanjang tahun baik masa giling ataupun tidak. Tenaga kerja tetap dibedakan atas staff dan non staff.

2. Tenaga kerja PKWT ( perjanjian kerja waktu tertentu)

Tenaga kerja PKWT adalah tenaga kerja yang dipekerjakan untuk jangka waktu tertentu dan pada awal dimulainya hubungan kerja tanpa masa percobaan kerja. Karyawan jenis ini biasanya melamar pada saat musim giling dan hanya bekerja selama musim giling saja. Karyawan PKWT dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Karyawan PKWT dalam

Karyawan PKWT dalam adalah karyawan yang teribat langsung dala proses produksi, seperti karyawan penimbang tebu, karyawan unit


(33)

gilingan, dan karyawan unit masakan. Masa kerjanya hanya satu kali masa gilingan.

b. Karyawan PKWT luar

Karyawan PKWT luar bekerja pada bagian emplasemen, namun tidak terlibat langsung dengan proses produksi. Karyawan yang termasuk jenis ini antara lain adalah pekerja lintas rel, pekerja Derek tebu, supir, dan pembantu supir traktor, juru tulis gudang, dan pekerja pengambil contoh tebu untuk analisa di laboratorium. Masa bekerjanya sama dengan PKWT dalam aitu satu kali masa giling.

Hari Kerja dan Jam Kerja

Hari kerja dan jam kerja yang diberlakukan di PG. Madukismo ditentukan berdasarkan masa giling, yaitu dalam masa giling (DMG) dan luar masa giling (LMG). Dalam masa giling (DMG), kegiatan produksi berlangsung selama 24 jam, terutama di dalam pabrik, sehingga dibutuhkan pengaturan tenaga kerja (shift) agar proses produksi tetap berjalan. Pelaksanaan jam kerja membagi tenaga kerja menjadi tiga shift, yaitu pagi, siang, dan malam. Pergantian shift dilaksanakan 7 hari sekali.

Berikut ini jadwal kerja untuk mandor (Mandor Riet teller, NPP, Laoratorium, Tobong, Gamping pemurnian, penguapan , dan masakan)

Shift Pagi 05.30 – 13.30 WIB Shift Siang 13.30 – 21.30 WIB Shift Malam 21.30 – 05.30 WIB

Pada saat luar masa giling (LMG), dimana tidak berlangsungnya kegiatan produksi, maka pada masa ini kegiatan perusahaan berjalan dengan normal dengan pembagian hari dan jam kerja sebagai berikut :

Hari Senin-Kamis 06.30 - 15.00 WIB (jam istirahat 12.00-13.00) Hari Jumat 06.30 - 12.00 WIB (jam istirahat 11.00-13.00) Hari Sabtu 06.30 - 12.00 WIB


(34)

PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Penetapan masa tanam

Produktivitas tebu dan gula sangat dipengaruhi oleh bulan tanam yang optimal. Bulan tanam yang optimal adalah bulan Mei sampai Agustus. Namun, untuk wilayah kerja lahan tegalan dikarenakan sulitnya mendapatkan air di bulan Mei sampai Agustus, maka umumnya ditanam di masa akhir yaitu September sampai Desember.

Persiapan lahan

Pelaksanaan persiapan lahan di PG. Maduksimo adalah mencakup kegiatan kegiatan sebagai berikut

1. Bersih kebun

Kegiatan ini dilakukan pada areal lahan bekas tanaman lainnya pada musim tanam sebelumnya atau bekas kebun tebu bibit atau kebun tebu giling pada tahun sebelumnya. Bersih kebun dilakukan dengan cara membakar sampah sisa-sisa tanaman sebelumnya.

2. Pengolahan tanah

Kegiatan pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki media tumbuh yang sesuai bagi tanaman tebu sehingga pertumbuhan akar tebu lebih optimal, karena perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, serta menekan pertumbuhan gulma.

Pelaksanaan pengolahan tanah di PG. Madukismo terdiri atas pembajakan I, rotavaktor dan pengkairan. Pembajakan I bertujuan untuk memotong dan membongkar bagal tebu yang tersisa dalam tanah. Arah pembajakan I adalah tegak lurus terhadap arah juringan tanaman tebu sebelumnya. Selain itu tujuan bajak I adalah menekan pertumbuhan gulma dengan membalik dan membenamkannya ke dalam tanah serta memperbaiki aerasi tanah agar tebu dapat tumbuh dengan baik. Kedalaman optimal pembajakan I antara 30 – 40 cm. Kegiatan pembajakan dilakukan dengan


(35)

menggunakan traktor dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4 piringan, atau dengan implement bajak piring 5 piringan.

Pelaksanaan kegiatan rotavaktor sama dengan pembajakan I yang membedakan kedua kegiatan tersebut adalah arah pembajakan dan piringan yang digunakan. Rotavator memiliki arah tegak lurus terhadap arah pembajakan I atau sejajar dengan arah juringan sebelumnya, tujuan utama dari rotafaktor adalah memecah bongkahan tanah dan meremahkan tanah hasil. jika keadaan tanah kering atau tidak terjadi hujan, Pembajakan I dan rotafaktor dapat dilakukan bersamaan dalam hari yang sama.

Pengkairan adalah kegiatan pembuatan alur tanam atau lubang juringan yaitu sebagai tempat tumbuh bibit tebu. Kegiatan pengkairan dilakukan sehari setelah kegiatan pembajakan I dan pembajakan II selesai. Implement yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat kair dengan tiga mata yang dipasangkan dengan traktor. Kedalaman juringan yaitu 25 – 30 cm dengan jarak pusak ke pusat (PKP) 100 – 130. Pengkairan akan terbentuk daerah head land yaitu bagian tanah tang tidak dapat terjangkau oleh traktor, pengerjaan ini akan diselesaikan secara manual dengan cangkul.

3. Pembuatan got.

Tujuan dilakukannya pembuatan got adalah menyediakan saluran irigasi dan saluran drainase atau pembuangan air. Saluran drainase sangat penting dalam budidaya tebu terutama pada lahan sawah, dan tidak terkecuali pada lahan tegalan.

Pekerjaan pembuatan got diawali dengan pembuatan got keliling, got mujur dan yang terakhir adalah pembuatan got malang. Got keliling yaitu got yang mengelilingi lahan. Got keliling dibuat lebih dalam daripada got mujur dan got malang, karena fungsi dari got keliling adalah membuang kelebihan air dari dalam lahan keluar kebun dan masuk ke saluran buangan besar secara cepat dan efektif. Untuk lahan sawah kedalaman got sangat diperlukan untuk menjaga kondisi air agar tidak menyebabkan busuk pada bibit dan stres pada tanaman yang sudah tua. Kedalaman got keliling 80 cm dengan lebar 50 cm. Got mujur dibuat setelah pembuatan got keliling selesai. Got mujur dibuat dengan posisi sejajar dengan barisan tanaman


(36)

tebu nantinya. Kedalaman got mujur 70 cm dengan lebar 50 cm. Got malang adalah got yang terakhir dibuat. Posisi got malang tegak lurus dengan barisan tebu. Kedalaman got malang yaitu 60 cm dengan lebar 50 cm. Jarak antar got malang sekitar 10 m, tergantung dari kondisi dari air lahan. Kedalaman dari ketiga got tersebut selisih 10 cm, hal ini bertujuan agar kelebihan air pada lahan dapat dengan mudah mengalir keluar dari kebun. Pembuatan got untuk lahan kering biasanya dilakukan dengan mekanisasi kecuali got keliling (Gambar 1 A). Sementara itu got pada lahan sawah dibuat relatif lebih dalah karena digunakan untuk mengontrol air (Gambar 1 B).

(A) (B)

Gambar 1. Pembuatan Got: A. Pembuatan Got pada Lahan Tegalan B. Got pada Lahan Sawah

Persiapan bahan tanam

Di wilayah kerja PG. Madukismo, bibit yang ditanam untuk KTG (kebun tebu gling) adalah bibit yang berasal dari KBD (kebun bibit datar) yang dikelola oleh pabrik gula. bagian Tanaman di (BST) Bina Sarana Tani. atau dikelola oleh petani dengan suatu perjanjian dengan pihak pabrik gula yang biasa disebut dengan KBD Kerjasama.

Bibit yang ada di PG. Maduksimo berasal dari P3GI (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia) Pasuruan. Prosedur penyediaan bibit di PG. Maduksimo adalah penyediaan bibit berjenjang dengan empat jenjang pembibitan. Bibit yang berasal dari P3GI adalah kebun bibit pokok utama yang seanjutnya diserahkan ke PG. Madukismo berupa kebun bibit pokok. Selanjutnya akan


(37)

ditebang dan ditanam kembali menjadi KBN (kebun bibit nenek) dengan proporsi 1/7 dari luasan kebun bibit pokok. Dari kebun bibit nenek akan memasuki jenjang berikutnya ke kebun bibit induk (KBI) dan selanjutnya ke kebun bibit datar (KBD).

Terdapat standar mutu kebun bibit, standar tersebut adalah kemurnian varietas dimana KBPU/KBP harus bebas dari campuran varietas lain. Selain itu juga terdapat standar kesehatan tanaman yang antara lain: Serangan penggerek pucuk kurang dari 5%, Serangan penggerek batang kurang daari 2%, Serangan penyakit noda daun (karat daun, daun hangus, noda kuning) kurang dari 10%. Bibit siap ditebang setelah umur enam sampai tujuh bulan. Kebutuhan bahan tanam dari KBD Untuk KTG adalah dengan proporsi 1/9, artinya sembilan hektar KTG bisa dicukupi dengan satu hektar kebun bibit datar.

Bibit menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan hasil dari pengusahaan tebu. Kriteria bibit yang baik antara lain adalah bibit yang sudah cukup umur yaitu brumur 6 – 8 BST, memiliki tingkat kemurnian minimal 5%, sehat (bebas dari hama dan penyakit), mempunyai daya tumbuh lebih dari 90 %, dan habitus batang normal sesuai dengan varietasnya.

KBD pada dasarnya pengelolaanya sama dengan kebun tebu giling (KTG). Perbedaan tersebut diantaranya adalah pada KBD tidak dilakukan klentek. Hal ini bertujuan agar mata tunas tetap terlindungi selama tebang dan angkut bibit serta mencegah kehilangan air pada bibit. Kegiatan menanam tebu dari bibit bagal meliputi kegiatan sebagai berikut:

1. Tebang bibit dan angkut bibit.

Kegiatan tebang bibit dilakukan pada perjalanan jenjang kebun bibit yang telah ditetapkan oleh pihak pabrik gula. Jumlah dan varietas bibit yang ditebang disesesuaikan dengan kebutuhan jenjang selanjutnya. Tebang bibit dilaksanakan dengan menggunakan golok tebang (Gambar 2 A). Penebanagan diusahakan rata dengan permukaan tanah atau sering disebut tebang mepet tanah (TMT) serta memotong bagian pucuknya. Stek batang tebu kemudian diikat, satu ikat biasanya terdiri dari 20 – 25 batang. Prestasi kerja mahasiswa 0.007 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.017 ha/HOK.


(38)

Kegiatan angkut bibit adalah kegiatan mengangkut bibit dari kebun bibit ke kebun bibit selanjtnya atau Kebun Tebu Giling (KTG) yang telah siap untuk melaksanakan penanaman. Pertama bibit dimuat dari lahan ke Truk (Gambar 2B). Pengangkutan bibit dilakukan dengan menggunakan truk dengan kapasitas 7 – 8 ton. Setelah itu, dilakukan pembongkaran bibit dari truk ke lahan untuk selanjutnya diecer. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan satu hari sebelum dilakukannya penanaman.

(A) (B)

Gambar 2. Panen Bibit : A. Tebang Bibit B Angkut Bibit;

2. Penempatan, klentek, dan pemotongan bibit

Penempatan bibit merupakan kegiatan menempatkan bibit ke beberapa blok di sekitar kebun, agar proses penanaman lebih efisien (Gambar 3A). selanjutnya dilakukan kegiatan klentek, yaitu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan menghilangkan pelepah daun kering yang masih menempel dari bibit batang tebu. Klentek bibit dilakukan secara manual tanpa alat bantu seperti pisau, agar mencegah terjadinya kerusakan pada mata tunas. Klentek dilaksanakan di lahan yang akan ditanami (Gambar 3 B). Setelah bibit diklentek, kegiatan selanjunya adalah pemotongan (Gambar 3 C). Pemotongan bertujuan untuk membagi stek batang tebu menjadi bibit bagal 2 – 3 mata tunas. Panjang bibit bagal kurang lebih 40 cm.


(39)

(A) (B) (C) Gambar 3. Persiapan Penanaman Bibit:

A. Penempatan Bibit; B. Klentek Bibit; C. Pemotongan Bibit

Persiapan tanam dan penanaman

1. Pembuatan kasuran

Pembuatan kasuran dilakukan untuk menyediakan media dimana tebu ditanam lebih optimal dalam merangsang pertumbuhan akar. Pembuatan kasuran dapat dilakukan bersamaan dengan klentek dan pemotongan bibit. Pembuatan kasuran dapat dilaksanakan secara manual dengan menggunakan cangkul (Gambar 4) atau sekaligus saat pembuatan juringan dengan menggunakan traktor.

Gambar 4. Pembuatan Kasuran

2. Penanaman bibit

Sebelum penanaman, perlu dilakukannya pemilihan jenis atau varietas tebu yang memenuhi kriteria kesesuaian dengan lahan yang akan ditanami dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Tipologi wilayah, varietas dan masa tanam dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.


(40)

Tabel 5. Hubungan antara Tipologi Wilayah dengan Pola Tanam Varietas. Tipologi Wilayah Pola Tanam Varietas

Jenis Tanah Status Pengairan Status Drainase Awal Musim Kemarau (Pola I)

Awal Musim Penghujan (Pola II) Berat Irigasi Lancar PS 851; PS 863; PS

864; PS 921; PS 951

- Berat Irigasi Jelek PS 864; PS 921; PS

951

-

Berat Tadah Hujan Lancar - PS 864; PS 951

Berat Tadah Hujan Jelek - PS 864; PS 921

Ringan Irigasi Lancar PS 851; PS 862; BL -

Ringan Irigasi Jelek PS 864; PS 921 -

Ringan Tadah Hujan Lancar - PS 851; PS 864 Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)

Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa penentuan varietas juga didasarkan pada waktu tanam sehingga waktu panen akan bersamaan dengan waktu giling. Kegiatan tanam di lahan sawah dapat dilakukan sepanjang tahun karena tidak terdapat hambatan pengairan. Untuk lahan kering penanaman dilaksanakan jika sudah memasuki musim hujan, yaitu bulan Oktober sampai Desember.

kegiatan selanjutnya adalah kegiatan penanaman dengan bahan bibit bagal tebu yang telah tersedia. Sistem tanam bibit yang digunakan petani adalah double planting (Gambar 5 A) diujung juringan yang bertujuan untuk cadangan sulam, dan selebihnya adalah sistem tanam over lapping (Gambar 5 B) biasanya dilakukan pada musim hujan atau pada lahan dengan ketersediaan air optimal. Jenis bibit yang digunakan petani pada umunya merupakan bibit bagal tiga ruas dengan dua mata tunas.

(A) (B)


(41)

3. Pengairan

Pengairan perlu dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kelembaban tanah, mempermudah penanaman, marangsang perkecambahan bibit sehingga diharapkan pertumbuhan bibit yang merata. Pengaiaran diusahakan tidak lebih dari satu hari untuk mencegah terjadinya busuk pada bibit. Kegiatan ini dilaksanakan pada lahan sawah beririgasi atau lahan tegalan yang dekat dengan aliran air.

4. Penutupan bibit

Penutupan bibit adalah kegiatan menutup bibit dengan menggunakan tanah yang gembur atau remah setebal 5 – 10 cm. penutupan bibit dilaksanakan dengan menggunakan cangkul. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mencegah kehilangan air dan menjaga kelembaban pada bibit serta menjaga mata tunas agar tidak rusak (Gambar 6).

Gambar 6. Penutupan Bibit

Pemeliharaan tanaman pertama

Pemeliharaan tanaman pertama tebu di wilayah kerja PG. Madukismo adalah sebagai berikut:

1. Penyulaman.

Kosongnya barisan tebu pada juringan perlu dilakukan penanaman ulang. Penyulaman adalah kegiatan menanam kembali bibit pada bagian barisan yang kosong karena terjadi kematian rumpun atau bibit yang telah ditanam mati. Pada umunya penyebab kematian rumpun adalah serangan hama dan penyakit atau tidak dapat bersaing dengan pertumbuhan gulma. Barisan kosong yang memiliki panjang lebih dari setengah meter harus dilakukan


(42)

penyulaman. Penyulaman dilakukan pada saat tebu berumur 3 – 4 minggu. Bibit yang digunakan sebagai bahan sulam adalah bibit dederan berumur sekitar 3 mingu (Gambar 7). Penyulaman juga dapat dilakukan dengan memecah rumpun atau memindahkan rumpun.

Gambar 7. Bibit Dederan

2. Pengairan

Pengairan pada lahan kering atau tegalan hanya dengan bergantung pada air hujan. Oleh karena itu penanaman pada lahan kering sebaiknya dilaksanakan pada bulan Oktober, November dan Desember. Pengairan pada lahan sawah dilakukan 3 sampai 4 kali. Pengairan pertama dilakukan pada saat tanam dengan tujuan merangsang perakaran pada bibit. Pengairan kedua dapat dilakukan dilakukan pada saat tebu berumur 10 sampai 15 hari. Pengairan ketiga dan keempat dilaksanakan bersamaan atau sebelum pemupukan I dan II, yaitu pada saat tebu berumur 30 dan 60 hari.

3. Pengendalian gulma

Kegiatan mengurangi jumlah gulma yang terdapat di lahan bertujuan untuk mengurangi kompitisi antara tanaman tebu dengan gulma. Kompetisi tersebut dapat berupa penyerapan unsur hara, pemanfaatan ruang, sinar matahari, dan air. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh adanya keberadaan gulma di perkebunan tebu relaitf cukup besar. Pelaksanaan dangir adalah secara manual oleh buruh dengan menggunakan cangkul karena kegiatan ini biasanya dilaksanakan bersamaan dengan bumbun dan sebelum pemupukan. Kegiatan pengendalian tergantung kondisi pertumbuhan gulma di lahan. Namun diutamakan sampai tebu berumur 4


(43)

bulan lahan harus bebas dari gulma karena setelah 4 bulan maka tajuk tebu sudah menutupi lahan sehingga pertumbuhan gulma relatif lebih rendah. Pengendalian gulma secara manual dipengaruhi faktor tesedianya tenaga kerja dan kurang terserapnya aplikasi herbisida Prestasi kerja mahasiswa 0.02 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.031 ha/HOK. Gulma yang tumbuh di lahan tebu terdiri dari golongan gulma daun lebar, golongan daun sempit atau rumput, dan golongan teki (Tabel 6).

Tabel 6. Data Jenis Gulma PG. Madukismo Jenis

Gulma

Kerapatan Tinggi Kerapatan Sedang

Kerapatan Kurang Daun Lebar Amaranthus

Mimosa invisa Euphorbia heterophylla Centrosema pubescens Ageratum conyzoides Portulaca oleraceae Commelina benghalensis Daun Sempit Cynodon dactylon Echinochloa colonum Panicum repens

Eleusine indica Imperata cylindrical Teki-tekian Cyperus sp. Cyperus rotundus

Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)

4. Pemupukan

Kegiatan pemupukan bertujuan untuk pemberian atau penambahan bahan-bahan yang dibutuhkan tanaman ke tanah untuk melengkapi keadaan unsur hara dalam tanah yang tidak cukup terkandung didalamnya. Untuk Plant Cane (PC) mengajurkan dosis 5 ku/ha ZA dan phonska 5 ku/ha. Pemupukan berdasarkan waktu aplikasinya terdiri dari pemupukan I dan pemupukan II. Pemupukan I dilaksanakan ketika tebu berumur 4 minggu dengan dosis setengah dari dosis total yaitu 2.5 ku/ha ZA dan 2.5 ku/ha Ponska (NPK). Pemupukan II dilaksanakan pada saat tebu berumur 2 bulan. Dosis pemupukan II sama dengan pemupukan I. Untuk lahan kering, pemupukan biasanya dilaksanakan dengan menunggu datangnya hujan. Aplikasi pupuk disebarkan secara manual di atas permukaan tanah setelah itu pupuk ditutupi tanah. Pemupukan diberikan di bagian samping barisan tanaman, pemupukan I dan II diaplikasikan pada bagian yang berlawanan. Pencampuran pupuk dilaksanakan agar pupuk yang diaplikasikan ke lahan homogen atau sama dosisnya.


(44)

Penambahan pupuk dapat dilakukan jika tampak nyata hasil pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman. Jika pertumbuhan tidak optimal setelah pemberian pupuk maka pemberian pupuk selanjutnya dikurangi dan dikonversikan ke tanaman yang pertumbuhannya optimal. Tidak optimalnya pertumbuhan biasanya disebakan oleh faktor lingkungan seperti kekeringan dan solum tanah dangkal.

5. Pembumbunan

Pembumbunan juga disebut tambah tanah. Kegiatan penimbunan tanah pada barisan tanaman dengan cara memindahkan tanah ke pangkal tebu. Pembubunan dilakukan tiga kali. Pembubunan I dilaksanakan pada tebu berumur 30 – 35 hari, pembumbunan I bertujuan untuk merangsang pertumbuhan anakan dan menutup pupuk I serta menekan pertumbuhan gulma. Pembumbunan II dilaksanakan pada tebu berumur 60 sampai 70 hari, pembumbunan II bertujuan untuk menambah media perakaran tanaman, menutup pupuk II dan juga untuk menekan pertumbuhan tumbuhnya anakan tersier dan kuarter. Pembumbunan III dilaksanakan pada tebu berumur sekitar 75 sampai 90 hari, pembubunan III bertujuan agar akar dibagian ruas atas tumbuh, melancarkan aliran air hujan, dan memperkokoh batang tebu agar tidak mudah roboh. Prestasi kerja mahasiswa 0.024 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.051 ha/HOK.

6. Klentek

Klentek merupakan kegiatan mengelupas daun-daun kering yang masih menempel pada tanaman. kegiatan ini bertujuan untuk sanitasi kebun dan mencegah tumbuh dan berkembangnya hama dan penyakit, memperkokoh batang tebu, memperbaiki aerasi udara, memperbanyak masuknya sinar matahari, dan mapermudah pelaksanaan tebang. Kegiatan klentek dilakukan dua kali, klentek pertama bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar dan klentek II dilaksanakan menjelang panen yang bertujuan untuk memenuhi standar panen pabrik gula. Prestasi kerja mahasiswa 0.035 ha/HOK dan prsetasi kerja buruh 0.069 ha/HOK.


(45)

7. Pengendalian hama dan penyakit

Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi dampak yang merugikan yang berupa penurunan hasil panen akibat dari serangan hama dan penyakit.. Pengendalian hama di PG. Madukismo dilakukan secara manual, kimiawi, biologis, dan kultur teknis. Hama utama yang terdapat di wilayah PG. Madukismo diantara lain penggerek pucuk, penggerek batang, dan uret.

Penggerek Pucuk Tebu (Scirpophaga excerptalis W.)

Serangan hama ini memiliki gejala yaitu terdapat deretan lubang berwarna coklat pada daun yang ditembus larva. Serangan lanjut terlihat pada ibu tulang daun dimana tampak adanya lorong gerek yang berwarna coklat. Kematian tanaman dapat terjadi apabila serangan mencapai titik tumbuh ditandai dengan mengeringnya daun-daun muda yang masih menggulung (Gambar 8 A). Pencegahan dilakukan degan menggunakan bibit yang bebas dari penggerek, menanam varietas yang tahan, dan menjaga kebersihan dari tanaman gelagah (Saccharum spontaneum L.). Pengendalian secara biologis dilakukan dengan parasit telur Trichogramma japonicum (Gambar 8 B). Pelepasan telur dilakukan dua bulan sekali dimulai sejak tanaman berumur 2 bulan sampai 4 bulan.

Sumber: Bina Sarana Tani PG. Madukismo.

(A) (B)

Gambar 8. A. Penggerek Pucuk Tebu Scirpophaga excerptalis W. B. Parasit Telur Trichogramma japonicum (Pias)

Dosis pelepasan sebanyak 20 pias/ha. Pelepasan pias dilakukan di pagi hari karena telur parasit akan menetas jika tekena panas matahari, dan aplikasi pias adalah secara acak. Pengendalian secara manual juga dapat


(46)

dilakukan dengan cara memotong pucuk tebu dimulai dari pucuk hingga ke bawah sedikit demi sedikit kirakira 2 cm sehingga akan didapat larvanya. Pengendalian dengan cara ini dilaksanakan pada tanaman berumur antara 1.5 – 2 bulan.

Penggerek Batang Tebu (Chilo auricillius D.)

Gejala yang ditimbulkan dari hama ini diantaranya tampak bercakbercak putih transparan berbentuk bulat oval pada daun, dengan kulit luar daun tidak ditembus (Gambar 9). Pada bagian dalam pelepah dan ruas batang terdapat lorong gerekan yang terkadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering. Pada umumnya dalam satu batang terdapat lebih dari satu ulat penggerek.

Pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan bibit yang bebas dari penggerek, menanam varietas yang tahan, dan menjaga kebersihan kebun dari tanaman gelagah dan rumput-rumputan. Pengendalian dilakukan dengan pelepasan parasit telur dari spesies Trichogramma nanum, Trichogramma minatum dan/atau Trichogramma australicum. Pelaksanaannya sama dengan penggerek pucuk.

Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012) Gambar 9. Penggerek Batang Tebu Chilo auricillius D. Uret (Lepidiota stigma F., Euchlora viridis F.)

Uret adalah hama terganas di PG. Madukismo, yang mana hama tersebut menyerang akar dari tanaman tebu. Gejala tanaman yang terserang uret menyerupai gejala-gejala kekurangan air. Daun mula-mula menguning kemudian layu selanjutnya kering dan akhirnya mati. Jika tanaman dicabut, maka di sekitar perakaran tanaman terdapat uret dan pada bagian


(47)

pangkal batang terdapat luka-luka bekas gerekan (Gambar 12). Pada serangan berat terpaksa harus dilakukan tanam ulang. Tanaman terserang uret mudah roboh. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menanam tebu pada pola tanam awal karena serangan uret terjadi di awal tahun yaitu sekitar bulan Februari, sehingga diharapkan tanaan tebu sudah dewasa saat uret menyerang dan kehilangan hasil karena serangan uret diharapkan tidak melebihi ambang ekonomi. Pengendalian juga dapat dilakukan dengan pembongkaran tunggul-tunggul sisa tanaman tebu. Pengendalian secara manual dilakukan dengan cara menangkap uret dengan membongkar tanah, lalu dibunuh. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penaburan insektisida granular/powder ke dalam juringan bersamaan dengan saat tanam. Insektisida yang bisa digunakan antara lain Furadan 3 G (50 – 100 kg/ha), Rhocap 10 G (30 kg/ha), Rugby 10 G ( 30 kg/ha).

Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012) Gambar 10. Uret (Lepidiota stigma F., Euchlora viridis F.)

Pengendalian penyakit tebu di PG. Madukismo dilakukan dengan cara pencegahan. Pencegahan penyebaran penyakit antara lain dengan cara menanam varietas tebu tahan penyakit, menjaga sanitasi kebun, dan memilih bibit dari KBD yang sehat serta jika perlu lakukan sterilisasi peralatan budidaya seperti pisau panen dan alat lainnya dengan alkohol 70% dan perlakuan air panas pada bibit yang akan ditanam. Penyakit utama yang terdapat di PG. Madukismo antara lain penyakit mosaik, penyakit pokahbung, penyakit karat, penyakit luka api, dan penyakit pembuluh. Tanaman yang terserang penyakit dapat ditanggulangi dengan


(48)

cara mengambil bagian tanaman yang terserang penyakit lalu membakarnya. Pengawasan terhadap serangan penyakit sangat diperlukan agar tidak terjadi serangan yang besar.

Pemeliharaan tanaman keprasan

Tanaman keprasan atau disebut juga Ratoon Cane (RC) merupakan tanaman yang tumbuh setelah tanaman pertama ditebang. Pada tanaman keprasan tidak dilakukan pengolahan lahan dan penanaman. Tindakan pemeliharaan pada tanaman keprasan relatif sama dengan pemeliharaan tanaman pertama, namun terdapat beberapa tindakan budidaya yang membedakannya. Pemeliharaan tanaman keprasan meliputi pembersihan lahan sampai penebangan.

1. Pembersihan lahan

Kegiatan membersihkan lahan dari kotoran sisa daun dan batang yang tidak terpakai hasil tebangan sebelumnya. Kotoran tersebut berpotensi menjadi inang dari hama dan penyakit. Pembersihan lahan dilakukan dengan cara mengumpulkan kotoran dan sisa tanaman yang berada pada juringan.

2. Pengeprasan

Pengeprasan adalah kegiatan memotong sisa batang tebu yang ditebang sebelumnya yang menyisakan batang tebu di permukaan tanah. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merangsang inisiasi tunas-tunas baru yang berasal dari mata yang berada di bawah permukaan tanah. Untuk menghasilkan tanaman yang seragam, pengeprasan dilakukan dengan cara memotong guludan dengan cangkul sehingga tanah agak rata dan tanaman dikepras pada pangkal batangnya. Pengeparasan paling lambat dilakukan satu minggu setelah tebang.

3. Penyulaman

Penyulaman dilakukan jika pada juring terdapat kekosongan lebih dari 50 cm. Penyulaman pada tanaman keprasan dikerjakan paling lambat 5 hari setelah pengeprasan. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan bibit bagal 2 mata tunas. Kegiatan sangat penting untuk mempertahankan produktivitas pada tanaman keprasan.


(49)

4. Putus akar

Putus akar adalah kegiatan yang bertujuan untuk memotong perakaran tua agar dapat merangsang pertumbuhan akar baru sehingga penyerapan unsur hara tetap efisien. Selain itu putus akar juga bertujuan untuk menggemburkan tanah dan memperbaiki aerasi di sekitar perakaran tanaman. Putus akar dilakukan secara manual dengan cangkul atau dengan bajak traktor atau kombinasi dari keduanya. Putus akar dengan menggunakan cangkul lebih efisien daripada dengan bajak traktor, hal ini dikarenakan cangkul dapat menjangkau bagian-bagian yang tidak dapat dijangkau oleh bajak traktor.

5. Pengairan

Pada tanaman keprasan dilaksanakan tiga kali, pengairan hanya dapat dilakukan pada lahan sawah atau tegalan yang beririgasi teknis. Untuk lahan kering pengairan sangat bergantung pada hujan. Pengairan I dilaksanakan pada tanaman berumur 2 – 3 minggu. Pengairan II dan III dilaksanakan sebelum pemupukan I dan II, yaitu saat tanaman berumur 1 bulan dan 2 bulan.

6. Pemupukan

Di PG. Madukismo, dosis pemupukan pada tanaman keprasan tidak sama dengan tanaman pertama, yaitu pupuk madros organic dengan dosis 11 ku/ha dan 5 ku/ha ZA serta 3 ku/ha Ponska. Cara dan waktu pemupukan sama dengan tanaman pertama yaitu saat tanaman tebu berumur 3 – 4 minggu atau 1 bulan dan 60 – 70 hari. Dosis pemupukan I dan II yaitu 2.5 ku/ha ZA dan 1 ku/ha Ponska. Pupuk dicampur agar dosis yang didapat semua tanaman homogen. Prestasi kerja mahasiswa 0.13 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.31 ha/HOK.

Panen

Panen merupakan kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya tanaman tebu. Faktor utama yang menentukan waktu panen adalah analisis kemasakan dan jadwal giling pabrik gula. Tahapan kegiatan persiapan yang dilaksanakan PG. Madukismo menjelang kegiatan panen adalah taksasi produksi, analisis kemasakan, analisis pendahuluan, tebang dan angkut.


(50)

1. Taksasi produksi

Taksasi produksi adalah perhitungan perkiraan produksi yang akan dicapai pabrik gula. sehingga perlu dilakukannya persiapan seperti kebutuhan jumlah tenaga kerja, bahan, peralatan dan lamanya hari giling. Di PG. Madukismo terdapat dua macam taksasi produksi yaitu taksasi Desember dan Taksasi Maret.

Taksasi Desember adalah taksasi yang dilaksanakan saat kegiatan budidaya tebu telah berakhir yaitu saat pembumbunan akhir. Dalam taksasi Desember hanya menghitung bobot batang karena tanaman belum tumbuh optimal. Maka hasil taksasi Desember biasanya tidak dapat dijadikan perkiraan produksi. Sementara itu taksasi maret adalah taksasi yang dilaksanakan pada bulan Maret. Angka hasil taksasi Maret yang akan dijadikan angka perkiraan produksi yang akan dicapai. Variabel yang dihitung dalam taksasi maret antara lain tinggi batang, bobot batang, jumlah ruas dan jumlah batang per juringan. Sehingga rumus taksiran produksi per ha adalah sebagai berikut :

Taksasi Produksi = jumlah batang per juring rata-rata x panjang batang rata-rata x bobot batang per meter x jumlah juring per petak lahan.

Tinggi batang diukur dari permukaan tanah sampai cincin teratas atau ruas sebelum pucuk. Jumlah ruas yang dihitung sama dengan tinggi batang yaitu dari ruas terbawah (permukaan tanah) sampai cincin teratas. Untuk jumlah batang per juringan, hanya batang yang sehat dan yang dipastikan tumbuh saja yang dihitung. Penentuan pengambilan contoh untuk taksasi produksi adalah 10 juringan di tiap petak lahan.

2. Analisis kemasakan

Analisis kemasakan adalah kegiatan sebelum penebangan untuk menentukan tingkat kemasakan tebu pada satu petak, tebu dianggap masak jika nilai brix pada batang atas atau ruas batang teratas lebih dari sama dengan 14. Kegiatan ini dilakukan oleh mandor pabrik gula dan langsung dilaksanakan dilapang dengan menggunakan alat hand brix refractometer.


(51)

Tebu yang sudah memenuhi syarat kemasakan akan dipersiapkan untuk ditebang.

Sementara itu, analisis pendahuluan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan perkembangan rendemen dan tingkat kemasakan pada setiap wilayah yang ada di semua rayon di wilayah kerja PG. Madukismo. Tujuan dari analisis pendahuluan adalah untuk mengetahui potensi rendemen (kadar gula) yang akan diperoleh oleh pabrik gula. Hasil perhitungan analisis pendahuluan digunakan untuk pertimbangan dalam penyusunan jadwal tebang berdasakan tingkat kemasakan tebu.

Analisis pendahuluan potensi kebun, kegiatan ini dilakukan dengan pengambilan contoh tebu pada luasan minimal 2 hektar di setap wilayah kerja PG. Madukismo yang memiliki kehomogenan dalam hal jenis tebu, jenis bibit, waktu tanam, serta keadaan tanah. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah mencari perkiraan tingkat kemasakan dan potensi rendemen pada setiap kebun di masing - masing wilayah. Kegiatan dilaksanakan dengan menggunakan gilingan contoh.

Analisis pendahuluan diawali dengan pengambilan batang tebu contoh, biasanya diambil 10 batang tebu sebagai ulangan pada setiap 2 hektar petak amatan. Kemudian batang-batang tebu tersebut satu persatu diukur tinggi batangnya. Selanjutnya batang tebu ditimbang, diukur brixnya dengan alat hand brix refactometer untuk memperoleh angka brix koreksi dengan rumus :

Brix Koreksi = Brix Sebelum Koreksi + Koreksi Suhu (Tabel) Kemudian batang tebu digiling dengan gilingan contoh. Nira hasil gilingan dianalisis untuk mengetahui nilai pol. Nira tersebut kemudian diambil 100 ml, lalu ditambahkan Pb Asetat sebanyak 5 ml. Nira disaring dengan kertas saring. Hasil saringan kemudian dimasukkan ke alat Polbuis untuk diukur dengan Polarimeter agar mendapatkan pembacaan angka pol. Dari angka tersebut akan diperoleh angka potensi rendemen dengan rumus sebagai berikut :

% pol = 110 x Angka pol terbaca x 26 100 x BJ x 100


(52)

Nilai Nira = Pol % - 0.4 x (Brix Koreksi Pol %) Rendemen = Nilai Nira x 0.67

Hubungannya dengan penebangan, analisis pendahuluan digunaka untuk menentukan Faktor Kemasakan (FK), Koesien Peningkatan (K.P), Koesien Daya Tahan(K.D.T). Dengan rumus masing-masing sebagai berikut.

FK = Rd. Bawah Rd. Atas x 100 % Rd. Bawah

Di PG. Madukismo, tebu dianggap masak jika FK < 25, idealnya FK = 0 dimana Rendemen atas = Redemen bawah.

K.P = Rd. n x 100 % Rd. n 2

Tebu layak tebang jika K.P sudah menurun dari angka 100, jika K.P masih berada pada angka > 100 maka tebu masih bisa ditahan.

K.D.T = H.K bagian bawah (a.a) x 100 % H.K bagian bawah (a.a 2)

Jika K.D.T masih berada pada angka di atas 100 maka tebu masih dapat ditahan. Jika K.D.T berada pada angka = 100 maka tebu disarankan untuk ditebang. Jika K.D.T bedara pada angka < 100 maka tebu sudah harus ditebang.

3. Tebang dan angkut

Kegiatan terakhir yang dilakukan pada budidaya tebu selama satu musim adalah kegiatan tebang dan angkut. Cara penebangan yaitu batang tebu yang ditebang sebatas permukaan tanah atau menyisakan batang sepanjang 15 – 20 cm. Batang yang telah ditebang dibersihkan dari pucuk, daun hijau, dan daun kering. Hasil tebangan harus bersih dari akar, tanah, sogolan dan brondolan untuk memenuhi syarat mutu tebu. Batang yang telah bersih kemudian diikat setiap 20 – 30 batang untuk memudahkan pengangkutan.

Batang yang selesai diikat kemudian diangkut dengan menggunakan truk. Pengangkutan tebu juga dapat menggunakan lori. Truk atau lori yang akan memasuki implasemen akan diperiksa terlebih dahulu di pos I (pos gawang). Hanya tebu yang memenuhi syarat yang diijinkan masuk ke


(1)

Tabel Curah Hujan PG. Madukismo

Curah

Hujan (mm) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Spt Okt Nop Des Jumlah

1995 363 692 417 159 20 215 17 0 5 75 568 454 2985

1996 452 324 157 142 10 5 0 6 0 198 97 386 1777

1997 269 234 69 129 5 0 0 1 0 0 5 234 946

1998 200 380 409 329 70 216 144 26 45 301 324 403 2847

1999 439 314 341 265 171 2 40 0 45 9 316 288 2230

2000 321 600 446 296 55 117 0 0 0 195 493 131 2654

2001 439 329 446 289 83 96 15 0 0 198 427 172 2494

2002 366 562 164 203 94 0 0 0 0 32 220 433 2074

2003 277 521 356 48 105 6 0 0 0 92 284 360 2049

2004 329 257 338 0 77 11 30 0 0 20 182 442 1686

2005 381 336 201 143 0 61 24 0 0 76 82 637 1941

2006 436 238 493 321 191 0 0 0 0 0 50 410 2139

2007 89 346 335 244 53 42 5 0 0 85 168 687 2054

2008 232 368 407 178 46 22 0 0 0 172 464 298 2187

2009 269 344 176 177 179 31 0 0 3 68 153 118 1518

2010 162 199 378 165 304 129 83 182 315 510 263 529 3219

Rata-rata 314 377.75 320.81 193 91.43 59.56 22.37 13.43 25.81 126.93 256 373.87


(2)

Lampiran 7. Struktur Organisasi PT. Madubaru

Kabag Pabrikasi Kabag

Pemasaran Kabag

Instalasi Staf Direktur

Khusus TLD Kabag SDM &

Umum

Kepala Pabrik Spiritus KEPALA SPI

DIREKTUR SEK DEKOM

PENASEHAT DEWAN KOMISARIS

Kabag Akt. & Keu

Kabag Tanaman

Rayon

Bantul dan Gunung Kidul

Seksi BST Rayon

PKB Seksi

Tebang Angkut Rayon

KMT Rayon

Sleman


(3)

Lampiran 8

Data Sample Produktivitas Tanaman Tebu di Lahan Sawah

Wilayah Kerja Kab. Sleman (ton/ha)

Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)

Wilayah Kerja Kab. Bantul (ton/ha)

Sumber : Bina Sarana Tani PG.. Madukismo, Bantul (2012)

Kebun Luas Areal

(Ha)

Produktivitas (Ton/Ha) PC

(2008)

RC1 (2009)

RC2 (2010)

RC3 (2011)

Kln Jowah 1 76.3 76 89 50

Beji A 3,05 44.3 60.5 75 71.5

Muntuk 2,89 108.3 125.3 119.3 88.6

Rata-rata 76.3 87.26 94.43 70.03

Kebun Luas Areal

(Ha)

Produktivitas (Ton/Ha) PC

(2008)

RC1 (2009)

RC2 (2010)

RC3 ( 2011)

Jowilan 2,91 116.1 116.9 116.8 83,1

Sroyo 5,93 97.1 78.1 59.9 47.7

Jayan 3,18 87 62.5 56.1 42


(4)

Lampiran 9

Data Sample Produktivitas Tanaman Tebu di Lahan Tegalan

Wilayah Kerja Kab. Sleman (ton/ha)

Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)

Wilayah Kerja Kab. Bantul (ton/ha)

Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)

Kebun Luas Areal

(Ha)

Produktivitas (Ton/Ha) PC

(2008)

RC1 (2009)

RC2 (2010)

RC3 (2011)

Klidon 4.65 53.7 78.2 49.3 54

Pajangan 2.39 41.8 70.1 56.1 51.2

Sambrembe 1.52 35.4 55.5 61.1 46.7

Rata – rata 43.63 67.93 55.5 50.63

Kebun Luas Areal

(Ha)

Produktivitas (Ton/Ha) PC

(2008)

RC1 (2009)

RC2 (2010)

RC3 (2011)

Jati Klinting 1.1 48.8 93.4 56 55.8

Beji A 3.18 19.5 45.7 49.8 52.8

Muntuk 2.28 38.6 53.5 49.6 41.8


(5)

Analisis usaha tani tebu di Lahan Sawah pada Kab. Bantul

Pengeluaran (Rp)

PC RC 1 RC 2 RC 3

Persiapan 100.000 100.000 100.000 100.000

Buka Tanah 1.500.000 - - -

Tanam 600.000 - - -

Kepras - 600.000 600.000 600.000

Putus akar 250.000 250.000 250.000

Sulam 200.000 200.000 200.000

Pupuk ( I dan II ) 500.000 500.000 500.000 500.000

Dangir ( 2 kali ) 500.000 500.000 500.000 500.000

Pengairan ( 3 kali ) 750.000 750.000 750.000 750.000

Bumbun ( 3 kali ) 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000

Pemeliharaan Got 600.000 600.000 600.000 600.000

Kletek ( 2 kali ) 600.000 600.000 600.000 600.000

Tebang Angkut 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 - Bibit ( 45 x 70 ku ) 3.150.000

- Pupuk 1.700.000 1.700.000 1.700.000 1.700.000

- Obat-obat -

Jumlah 1166..005500..00000 0 11.850.000 11.850.000 11.850.000 Pendapatan (Rp)

Taksasi produksi (ton) 100.06 85.83 77.6 57.6

Hasil Gula (kg) (x Rendemen 7 %)

7004.2 6008.1 5432 4032

x Harga gula (8500) 59.535.700 51.068.850 46.172.000 32.256.000 x Bagi hasil PG (66%) 39.293.562 33.705.441 30.473.520 21.288.960

Tetes (2,5 %) 2501.15 2145.75 1940 1440

Harga tetes (x 1000) 2.501.500 2.145.750 1.940.000 1.440.000 Jumlah 41.795.062 35.851.191 32.413.520 22.728.960 SHU 25.745.062 24.001.191 20.563.520 10.878.960


(6)

Lampiran 11

Analisis usaha tani tebu lahan tegalan di Kab. Sleman

Pengeluaran (Rp)

PC RC 1 RC 2 RC 3

Persiapan 100.000 100.000 100.000 100.000

Buka Tanah 1.000.000 - - -

Tanam 600.000 - - -

kepras - 600.000 600.000 600.000

Putus akar 250.000 250.000 250.000

Sulam 200.000 200.000 200.000

Pupuk ( I dan II ) 500.000 500.000 500.000 500.000

Dangir ( 2 kali ) 500.000 500.000 500.000 500.000

Pengairan ( 3 kali ) 750.000 750.000 750.000 750.000

Bumbun ( 3 kali ) 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000

Pemeliharaan Got 600.000 600.000 600.000 600.000

Kletek ( 2 kali ) 600.000 600.000 600.000 600.000

Tebang Angkut 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 - Bibit ( 45 x 70 ku ) 3.150.000

- Pupuk 1.700.000 1.700.000 1.700.000 1.700.000

- Obat-obat -

Jumlah 1155..555500..00000 0 11.850.000 11.850.000 11.850.000 Pendapatan (Rp)

PC RC 1 RC 2 RC 3

Taksasi produksi (ton) 43.53 67.93 55.5 50.63

Hasil Gula (kg) (x Rendemen 7 %)

3047,1 4755,1 3885 3544,1

x Harga gula (8500) 25.900.350 40.418.350 33.022.500 30.124.850 x Bagi hasil PG (66%) 17.094.231 26.676.111 21.794.850 19.882.401

Tetes (2,5 %) 1088,25 1698,25 1387,5 1265,75

Harga tetes (x 1000) 1.088.250 1.698.250 1.387.500 1.265.750 Jumlah 18.182.481 28.374.361 23.182.350 21.148.151 SHU 2.632.481 16.524.361 11.332.350 9.298.151