Keragaman Serangga Pengunjung Bunga Jantan Kelapa Sawit .. (Elaeis guineensis Jacq.)

KERAGAMA SERA GGA PE GU JU G BU GA JA TA
KELAPA SAWIT (
Jacq.)

GA ISA KUSUMAWARDHA I

DEPARTEME BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PE GETAHUA ALAM
I STITUT PERTA IA BOGOR
BOGOR
2011

ABSTRAK
GANISA KUSUMAWARDHANI. Keragaman Serangga Pengunjung Bunga Jantan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.). Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan DJOKO PRIJONO.
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang
menjadi sumber penghasil devisa nonmigas di Indonesia. Kelapa sawit merupakan tanaman
berumah satu atau monoecious, yang artinya dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga
betina. Pada umumnya, dalam satu pohon tidak ditemukan bunga jantan dan betina yang mekar
bersamaan. Perbedaan waktu mekar bunga kelapa sawit menyebabkan bunga tersebut memerlukan
penyerbukan silang dengan bantuan serangga. Kumbang Elaeidobius kamerunicus merupakan

serangga penyerbuk kelapa sawit yang efektif karena bersifat spesifik dan beradaptasi baik pada
musim basah dan kering. Penelitian ini bertujuan mempelajari keragaman serangga yang
mengunjungi bunga jantan kelapa sawit, selain E.kamerunicus. Pengamatan dilakukan selama 10
menit dengan fix sample method. Pengamatan tersebut dilakukan selama 3 hari setiap bulannya,
yaitu Mei, Juni, dan Juli 2011. Selama pengamatan dicatat nama spesies dan jumlah individu
serangga yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit serta dilakukan pengukuran unsur cuaca,
yaitu suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya. Identifikasi seranggga dilakukan di laboratorium.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa selain E. kamerunicus, serangga pengunjung bunga jantan
kelapa sawit di PTPN VIII, AFD IV Toge, Kebun Cikasungka Bogor, yaitu Rhynchomyia,
Scaptodrosophila (Diptera), Diplatys, Forficula (Dermaptera), Camponotus, Dolichoderus,
Cerapachys, Crematogaster, dan Heteroponera (Hymenoptera). Serangga pengunjung dominan
ialah Scaptodrosophila. Serangga anggota Hymenoptera dan Dermaptera yang ditemukan
termasuk serangga predator. Serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit yang diamati
memiliki keragaman dan kemerataan yang rendah (H’ = 0,59 dan E = 0,27).
Kata kunci: kelapa sawit, Elaeidobius kamerunicus, serangga pengunjung bunga, keragaman.

ABSTRACT
GANISA KUSUMAWARDHANI. The Diversity of Insects Visiting Male Flowers of Oil Palm
(Elaeis guineensis Jacq.). Supervised by TRI ATMOWIDI and DJOKO PRIJONO.
Oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) is one of the plantation crops that became the source of

non=oil foreign exchange earner in Indonesia. Oil palm is monoecious plant, in which the same
tree bears male and female flowers. Generally a male and female flowers do not bloom
simultaneously. Consequently, cross=pollination with weevils help is needed. A weevil species,
Elaeidobius kamerunicus is an effective pollinating insect of oil palm because it is specific and
well adapted either in wet or dry seasons. The objective of this research was to study the diversity
of insects that visit male flowers of oil palm besides E. kamerunicus. The observations were
conducted during three days in each month, ie May, June and July 2011 for 10 minutes using fix
sample method. During the observation, the name and the number of individual species of insects
visiting the male flowers of oil palm were recorded. Performance of weather elements, ie
temperature, humidity, and light intensity were measured. Further, insects identification were
conducted in the laboratory. Results showed that, besides E. kamerunicus, in PTPN VIII, AFD IV
Toge, Garden Cikasungka Bogor were found Rhynchomyia, Scaptodrosophila (Diptera), Diplatys,
Forficula (Dermaptera), Camponotus, Dolichoderus, Cerapachys, Crematogaster, and
Heteroponera (Hymenoptera). Scaptodrosophila was the dominant visitor insect. Dermaptera and
Hymenoptera were predatory insects. The diversity and evennes of insects visiting male flowers of
oil palm were low (H’ = 0,59 and E = 0,27).
Key words: oil palm, Elaeidobius kamerunicus, flower=visiting insects, diversity.

KERAGAMA SERA GGA PE GU JU G BU GA JA TA
KELAPA SAWIT (

Jacq.)

GA ISA KUSUMAWARDHA I

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEME BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PE GETAHUA ALAM
I STITUT PERTA IA BOGOR
BOGOR
2011

Judul
Nama
NIM

: Keragaman Serangga Pengunjung Bunga Jantan Kelapa Sawit

.. (Elaeis guineensis Jacq.)
: Ganisa Kusumawardhani
: G34070063

Menyetujui,

Dr. Tri Atmowidi, M.Si.
Pembimbing I

Ir. Djoko Prijono, MAgrSc.
Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.
Ketua Departemen Biologi

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia=Nya, sehingga
karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian dengan judul “Keragaman Serangga Pengunjung
Bunga Jantan Kelapa Sawit” ini dilaksanakan mulai Februari sampai Juli 2011. Penelitian ini
dilaksanakan atas izin dari perkebunan kelapa sawit Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara
(PTPN) VIII.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Tri Atmowidi, M.Si. dan Ir. Djoko Prijono,
MAgrSc. atas bimbingan dan arahan yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Ir. Machmud Natasaputra selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan yang telah
bersedia menguji dan memberikan saran saat ujian dan penulisan karya ilmiah. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada Bapak Dodi, Bapak Heri, Bapak Firman, Bapak Awang, Bapak
Adang, Bapak Jaya, serta seluruh pegawai PTPN VIII, AFD IV Toge, Kebun Cikasungka Bogor
atas bantuannya selama pengamatan di lapangan, Ibu Tini, Ibu Ani, teman=teman dan dosen di
Laboratorium Zoologi, atas bantuan dan saran selama penulis melakukan penelitian ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang selalu memberi doa dan dukungan, serta
teman=teman Departemen Biologi khususnya angkatan 44 yang telah memberi bantuan, doa, dan
semangat.
Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.

Bogor, Agustus 2011


Ganisa Kusumawardhani

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur Provinsi Jawa Barat pada tanggal 31 Agustus 1989 dari
pasangan Yayat Sudrajat dan Dedeh Juhaeti. Penulis merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di SDN Nagrak pada tahun
2001, SMPN 1 Cianjur pada tahun 2004, dan SMAN 1 Cianjur pada tahun 2007. Setelah itu,
penulis melanjutkan pendidikan tinggi pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB.
Penulis mempunyai pengalaman sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Biologi Dasar
pada tahun 2009 dan 2011, serta Fungsi Hayati Hewan pada tahun 2011. Penulis jug aktif dalam
Himpunan Mahasiswa Biologi sebagai Anggota Pengembangan Sumber Daya Manusia tahun 2009
dan Badan Pengurus Harian tahun 2010 serta berpartisipasi dalam berbagai aktivitas
keorganisasian di antaranya sebagai Ketua Pelaksana acara “Pelatihan Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM) Mahasiswa Biologi” tahun 2009. Selama menempuh studi di Departemen
Biologi, penulis melakukan penelitian dalam studi lapang mengenai ragam cendawan
entomopatogen di Cangkuang Sukabumi pada tahun 2009 dan praktik lapang di Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan) Agribisnis Bunga Potong “Seruni Citra Resmi” Cianjur mengenai
teknologi perbenihan bunga krisan pada tahun 2010.


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................

vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................................
Tujuan ....................................................................................................................
Waktu dan Tempat ..................................................................................................


1
1
1

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan ......................................................................................................
Metode ...................................................................................................................

1
1

HASIL .................................................................................................................................

2

PEMBAHASAN ................................................................................................................

5

SIMPULAN .......................................................................................................................


7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................

7

LAMPIRAN .........................................................................................................................

9

DAFTAR TABEL
Halaman
.
1 Jumlah ordo, famili, genus, indeks keragaman, dan indeks kemerataan serangga
..pengunjung bunga jantan kelapa sawit ..........................................................................
2 Jenis=jenis serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit .........................................
3 Data unsur cuaca di lokasi pengamatan pada bulan Mei, Juni, dan Juli 2011 ...............

2

3
4

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Serangga=serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit ...........................................
2 Jumlah serangga dalam kaitannya dengan suhu udara, kelembapan nisbi, dan intensitas
cahaya . ...........................................................................................................................

3
4

DAFTAR LAMPIRA
Halaman
1 Peta perkebunan kelapa sawit PTPN VIII, AFD IV Toge, Kebun Cikasungka
Bogor .........................................................................................................................

10

1

PE DAHULUA
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
merupakan salah satu tanaman perkebunan
yang menjadi sumber penghasil devisa
nonmigas di Indonesia. Tanaman tropis ini
merupakan tanaman perkebunan dengan luas
tanam terbesar, yaitu mencapai 4.520.600 ha
dari total luas perkebunan Indonesia sebesar
7.511.063 ha (BPS 2009).
Tanaman kelapa sawit ialah tanaman
berumah satu atau monoecious, yang artinya
dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan
bunga betina. Pada umumnya dalam satu
pohon tidak ditemukan bunga jantan dan
betina yang mekar bersamaan. Perbedaan
waktu
mekar
bunga
kelapa
sawit
menyebabkan bunga tersebut memerlukan
penyerbukan silang (Tandon et al. 2001).
Penyerbukan silang kelapa sawit memerlukan
perantara yang efektif, yaitu menggunakan
serangga penyerbuk. Serangga yang diketahui
efektif dalam penyerbukan kelapa sawit ialah
kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera: Curculionidae) (Syed et al.
1982).
Kumbang E. kamerunicus merupakan
serangga penyerbuk kelapa sawit yang efektif
karena bersifat spesifik dan beradaptasi baik
pada musim basah dan kering. Hutahuruk et
al. (1982) melaporkan bahwa penyerbukan
yang dilakukan oleh kumbang E. kamerunicus
meningkatkan produksi buah kelapa sawit dari
44% menjadi 75%. Kumbang E. kamerunicus
memiliki panjang tubuh ± 4 mm dan lebar
tubuh ± 1,5 mm, serta memiliki pergerakan
lincah, mampu terbang jauh, dan berkembang
biak dengan cepat (Satyawibawa &
Widyastuti 1992). Kumbang E. kamerunicus
merupakan serangga yang bersifat monofag,
sehingga hanya dapat makan dan berkembang
biak dengan baik pada satu jenis tanaman
inang, khususnya bunga jantan kelapa sawit
(Hutahuruk et al. 1982).
Serangga lainnya yang dapat berperan
sebagai penyerbuk kelapa sawit antara lain
ngengat Pyroderces sp. dan Thrips
hawaiinensis Morgan. Kedua jenis serangga
tersebut dilaporkan sebagai penyerbuk kelapa
sawit di kebun Kertarahardja Lebak dan
Kertajaya PIR=BUN V, Banten Selatan
(Pardede 1990).
Penyerbukan terjadi ketika kumbang
berkunjung ke bunga jantan dan pada saat
hinggap serbuk sari akan melekat di tubuhnya.
Serbuk sari akan terlepas ketika kumbang
berkunjung ke bunga betina yang mekar

(reseptif) dan menyerbuki bunga tersebut.
Kumbang jantan mampu membawa sekitar
235 serbuk sari, sedangkan kumbang betina
mampu membawa sekitar 56 serbuk sari.
(Syed 1982).
Warna dan bentuk bunga, serbuk sari,
nektar, serta faktor lingkungan berpengaruh
pada keragaman serangga yang berkunjung
(Dafni 1992). Berdasarkan pengamatan
Pereira (2002) yang dilakukan di perkebunan
kelapa sawit Kosta Rika sebelah selatan,
diperoleh 11 spesies serangga pengunjung
bunga kelapa sawit, yaitu E. kamerunicus, 5
spesies lalat, 2 spesies lebah, 2 spesies
tabuhan, dan 1 spesies semut. Di antara 11
spesies serangga tersebut, yang paling
dominan ialah E. kamerunicus diikuti
kelompok semut, lalat, dan tabuhan. Tidak
semua serangga yang mengunjungi bunga
berperan sebagai penyerbuk. Beberapa
serangga
mengunjungi
bunga
untuk
mendapatkan sumber makanan (Kevan 1999).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mempelajari
keragaman serangga yang mengunjungi bunga
jantan kelapa sawit, selain E. kamerunicus.
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan dari Februari
sampai Juli 2011 di perkebunan kelapa sawit
Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara
(PTPN) VIII, Afdeling (AFD) IV Toge,
Kebun Cikasungka Bogor. Identifikasi
spesimen serangga dilakukan di Laboratorium
Biosistematika
dan
Ekologi
Hewan,
Departemen Biologi, Fakultas MIPA, IPB,
dan di Laboratorium Entomologi, Bidang
Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, Bogor.

BAHA DA METODE
Alat dan Bahan
Bahan utama yang digunakan ialah bunga
jantan kelapa sawit dan etanol. Alat=alat yang
digunakan, yaitu tabung koleksi, pinset, lup,
kertas label, kamera, kotak serangga, jarum,
kuas, cawan petri, luxmeter, termohigrometer,
dan mikroskop stereo.
Metode
Pengamatan Komunitas
Serangga.
Pengamatan dilakukan selama 10 menit
dengan fix sample method (Dafni 1992).
Pengamatan dimulai pukul 08:30 sampai
10:30. Pengamatan tersebut dilakukan selama
3 hari setiap bulannya, yaitu Mei, Juni, dan

2
Juli 2011. Selama pengamatan dicatat nama
spesies dan jumlah individu serangga yang
mengunjungi bunga jantan kelapa sawit.
Dilakukan juga pengukuran unsur cuaca, yaitu
suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya.
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui
jenis serangga pengunjung bunga jantan
kelapa sawit, selain E. kamerunicus.
Identifikasi
Serangga.
Identifikasi
serangga
dilakukan
di
Laboratorium
Biosistematika
dan
Ekologi
Hewan,
Departemen Biologi, Fakultas MIPA, IPB,
dan di Laboratorium Entomologi, Bidang
Zoologi, Pusat Penelitian (LIPI), Bogor.
Identifikasi serangga berdasarkan Burr (1910),
Foote et al. (1993), Kurahashi et al. (1997),
Oosterbroek (1998), Shattuck (2000), serta
Triplehorn dan Johnson (2005).
Analisis Data. Data komunitas serangga
ditampilkan dalam tabel. Hubungan antara
komunitas serangga dengan unsur cuaca
dianalisis dengan metode scatter plot, regresi,
dan korelasi Pearson menggunakan program
SigmaPlot versi 10.0. Indeks keragaman
serangga dihitung berdasarkan indeks
Shannon dan nilai kemerataan (evenness/ E)
(Krebs 1999).
H' = = Σ Pi ln Pi
Pi = ni/N
E = H'/ln S
H’:..indeks keragaman Shannon
ni’:..jumlah individu dalam takson ke=i
N’:..jumlah total individu dalam semua takson
E’:..indeks kemerataan
S’:..jumlah genus

HASIL
Serangga2Serangga Pengunjung Bunga
Jantan Kelapa Sawit
Serangga yang ditemukan berkunjung ke
bunga jantan kelapa sawit tergolong dalam 3
ordo, 5 famili, dan 9 genus. Jumlah serangga
pengunjung pada bulan Juni (1.344 individu)
lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Juli
(1180 individu) dan bulan Mei (1175
individu). Secara umum, keragaman serangga
pengunjung paling tinggi terjadi pada bulan
Juni (H’ = 0,71, E = 0,40), kemudian bulan
Juli (H’ = 0,44, E = 0,23), dan bulan Mei (H’
= 0,38, E = 0,18) (Tabel 1).
Serangga pengunjung bunga jantan kelapa
sawit didominasi oleh Diptera (2 genus, 2
famili), kemudian Dermaptera (2 genus, 2
famili), dan Hymenoptera (5 genus, 1 famili)
(Tabel 2). Ordo Diptera yang ditemukan
termasuk anggota famili Calliphoridae dan
Drosophilidae. Serangga yang ditemukan dari
famili Calliphoridae ialah Rhynchomyia
(Gambar 1a), sedangkan serangga yang
ditemukan dari famili Drosophilidae ialah
Scaptodrosophila (Gambar 1b). Serangga lain
yang ditemukan sebagai pengunjung bunga
jantan kelapa sawit berasal dari ordo
Dermaptera,
yaitu
Diplatys
(famili
Pygidicranidae) (Gambar 1c) dan Forficula
(famili Forficulidae) (Gambar 1d).
Selain anggota Diptera dan Dermaptera,
serangga lain yang ditemukan berkunjung ke
bunga jantan kelapa sawit ialah semut yang
berasal dari ordo Hymenoptera dan tergolong
famili
Formicidae.
Keragaman
semut
pengunjung bunga jantan kelapa sawit, yaitu
Camponotus (subfamili Formicinae) (Gambar
1e), Dolichoderus (subfamili Dolichoderinae)
(Gambar
1f),
Cerapachys
(subfamili
Cerapahynae) (Gambar 1g), Crematogaster
(subfamili Myrmicinae) (Gambar 1h), dan
Heteroponera
(subfamilli
Ponerinae)
(Gambar 1i).

Tabel 1 .Jumlah ordo, famili, genus, indeks keragaman, dan indeks kemerataan serangga
.pengunjung bunga jantan kelapa sawit
Tingkat takson
Ordo
Famili
Genus
Individu
H'
E

Jumlah
Mei
3
5
8
1175
0,38
0,18

Juni
3
5
6
1344
0,71
0,40

Juli
3
5
7
1180
0,44
0,23

Total
3
5
9
3699
0,59
0,27

3
Tabel 2 Jenis=jenis serangg
erangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit
Ordo
Famili
Genus
Diptera
Calliphoridae
Rhynchomyia
Drosophilidae
Scaptodrosophila
Dermaptera
Pygidicranidae
Diplatys
Forficulidae
Forficula
Hymenoptera
Formicidae
Camponotus
Dolichoderus
Cerapachys
Crematogaster
Heteroponera

(a)

Gambar..1

Jumlah individu
Mei

Juni

Juli

Total

19

8

9

36

>1080

>1080

>1080

>3240

3

111

26

140

1

123

17

141

56
0
4
6
6

0
0
0
12
10

10
22
16
0
0

66
22
20
18
16

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

(g)

(h)

(i)

Serangga=se
serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit
sawit: Rhynchomyia (a),
..Scaptodros
drosophila (b), Diplatys (c), Forficula (d), Camponotus
otus (e), Dolichoderus (f),
..Cerapachys
chys (g), Crematogaster (h), Heteroponera (i)

4
Peningkatan suhu lingkungan menyebab=
kan peningkatan yang nyata (p = 0,03) pada
jumlah serangga yang mengunjungi bunga
jantan kelapa sawit dengan koefisien korelasi
sebesar
0,209.
Namun
berdasarkan
pengamatan unsur cuaca lainnya, peningkatan
kelembapan udara dan intensitas cahaya
menyebabkan penurunan yang tidak nyata (p
= 0,924 dan p = 0,364) pada jumlah serangga
yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit
dengan koefisien korelasi masing=masing
=0,009 dan =0,088 (Gambar 2).

Hubungan Jumlah Serangga Pegunjung
dan Unsur Cuaca
Unsur cuaca yang diamati meliputi suhu
udara, kelembapan nisbi udara, dan intensitas
cahaya. Berdasarkan hasil pengamatan, suhu
udara berkisar antara 25,8=32,3 °C,
kelembapan udara berkisar antara 60,5%=
84,1%, sedangkan intensitas cahaya berkisar
antara 1.050=5.730 lux (Tabel 3). Jumlah
serangga pengunjung bunga jantan kelapa
sawit paling banyak ditemukan pada kisaran
suhu udara 29=30 °C, kelembapan nisbi udara
65%=75%, dan intensitas cahaya 3.000=4.000
lux.

Tabel 3 Data unsur cuaca di lokasi pengamatan pada bulan Mei, Juni, dan Juli 2011
Mei 2011 a

Juni 2011 a

Juli 2011 a

Suhu udara (˚C)

29,06 (26,30=32,30)

29,01 (26,00=31,40)

28,86 (25,80=31,20)

Kelembapan nisbi (%)

77,02 (68,60=84,10)

70,46 (64,20=74,30)

65,47 (60,50=76,00)

Intensitas cahaya (lux)

3.427 (1.700=5.730)

2.917 (1.470=4.240)

3.236 (1.050=5.080)

Unsur cuaca

25

Jumlah serangga (individu)

Nilai di dalam tabel merupakan nilai rata=rata setiap unsur cuaca dan angka di dalam kurung
merupakan nilai minimum dan maksimum.

y = =13,5+0,614x
r = 0,209
r2 = 0,043681
p = 0,03

20
15
10
5
0
25

26

27

28

29

30

31

32

25

y = 4,74=0,0070x
r = =0,009
r2 = 0,000081
p = 0,924

20
15
10
5
0
55

33

60

65

70

75

80

85

90

Kelembapan udara (%)

Suhu (˚C)
Jumlah serangga (individu)

Jumlah serangga (individu)

a

25

y = 5,55=0,000407x
r = =0,088
r2 = 0,364
p = 0,364

20
15
10
5
0
0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Intensitas cahaya (lux)
Gambar 2 Jumlah serangga dalam kaitannya dengan suhu udara (a), kelembapan nisbi (b), dan
. intensitas cahaya (c). Data di atas tidak termasuk Scaptodrosophila.

5
PEMBAHASA
Jenis=jenis serangga yang ditemukan
mengunjungi bunga jantan kelapa sawit
termasuk dalam tiga ordo, yaitu Diptera
(famili: Drosophilidae dan Callliphoridae),
Dermaptera (famili: Pygidicranidae dan
Forficulidae), serta Hymenoptera (famili:
Formicidae). Berdasarkan kriteria Krebs
(1999), indeks keragaman jenis serangga
pengunjung yang diamati tergolong kategori
rendah dengan nilai H’30 individu), sehingga untuk dapat

dihitung indeks keragamannya digunakan
angka
30
individu.
Scaptodrosophila
memiliki ciri=ciri ukuran tubuh 1,5 mm,
venasi sayapnya memiliki subcostal yang
normal atau tidak membentuk lekukan, serta
sel basal dan distal medial tidak dipisahkan
oleh crossvein (Foote et al. 1993). Selama ini,
Scaptodrosophila diketahui sebagai serangga
pengunjung pada bunga Colocasia esculenta
(Okada & Carson 1980).
Anggota Diptera lain yang ditemukan
sebagai serangga pengunjung ialah dari famili
Calliphoridae. Calliphoridae memiliki ciri
berupa vibrissa dan ampulla yang membesar,
terdapat rambut=rambut pada bagian meron,
serta tidak terdapat tonjolan di bawah
subscutellum (Oosterbroek 1998). Genus yang
ditemukan dari famili tersebut ialah
Rhynchomyia yang memiliki venasi sayap
dasar ditumbuhi rambut=rambut (Foote et al.
1993), arista berbentuk pubescent atau
plumose, dan propleuron tidak ditumbuhi
rambut=rambut (Kurahashi et al. 1997). Raju
dan Ezradanam (2002) melaporkan famili
Calliphoridae sebagai serangga pengunjung
jarak pagar di India. Menurut Kalshoven
(1981), beberapa spesies Calliphoridae
merupakan predator serangga, pemakan
bangkai, dan berperan sebagai serangga
penyerbuk. Calliphoridae pemakan bangkai
meletakkan telur pada tubuh hewan yang mati
dan larvanya hidup di bangkai serta memakan
jaringan hewan yang membusuk (Triplehorn
& Johnson 2005). Berdasarkan hasil
pengamatan, Rhynchomyia mengunjungi
bunga jantan kelapa sawit dalam waktu
singkat, akan tetapi berulang=ulang.
Serangga lain yang ditemukan sebagai
pengunjung bunga jantan kelapa sawit ialah
dari ordo Dermaptera, yaitu Diplatys (famili
Pygidicranidae) dan Forficula (famili
Forficulidae). Serangga tersebut paling
banyak ditemukan di tempat kering. Menurut
Kalshoven (1981), salah satu habitat dari
anggota Dermaptera ialah pada buah kelapa
sawit yang padat. Selain itu, serangga tersebut
dapat berperan sebagai predator yang
memangsa larva serangga dan serangga=
serangga kecil lainnya.
Pygidicranidae memiliki ciri=ciri antena
terdiri atas 20 ruas, ruas tarsus yang kedua
meluas ke arah distal di bawah yang ketiga,
dan arolium seperti bantalan yang besar di
antara kuku=kuku tarsus (Triplehorn &
Johnson 2005). Serangga yang ditemukan dari
famili tersebut ialah Diplatys yang memiliki
ciri=ciri antena terdiri atas 20 ruas, ruas kelima

6
berbentuk silinder dan lebih panjang dari ruas
lainnya (Burr 1910).
Forficulidae memiliki ciri=ciri warna tubuh
cokelat kekuningan, antena terdiri atas 12
ruas, ruas tarsus kedua membesar, lebih lebar
daripada ruas yang ketiga, dan tanpa sikat
rambut di bawahnya (Triplehorn & Johnson
2005). Serangga yang ditemukan dari famili
tersebut ialah Forficula. Forficula memiliki
ciri=ciri meso= dan metasternum tidak
menyempit, berbentuk menyerupai kotak, dan
ramping. Bagian tengah abdomen lebih besar
dibandingkan dengan bagian apeks (Burr
1910). Menurut Setiawan (2010), Forficula
auricularia merupakan predator larva
Brontispa longissima yang termasuk dalam
ordo Coleoptera dan berperan sebagai hama
tanaman kelapa.
Semut
(Hymenoptera:
Formicidae)
merupakan serangga yang paling dominan di
perkebunan kelapa sawit (Pfeiffer et al.
2008). Formicidae memiliki ciri=ciri terdapat
penggentingan (pengecilan) ruas kedua atau
ketiga berupa petiol dan postpetiol, bentuk
mandibula segitiga atau memanjang, dan
antena terdiri atas 4=12 ruas (Triplehorn &
Johnson 2005). Terdapat 53 spesies semut
yang ditemukan di perkebunan kelapa sawit di
Malaysia (Pfeiffer et al. 2008). Sebagian besar
jenis semut adalah predator utama pada
serangga lain. Semut memakan telur, larva,
pupa maupun serangga dewasa (Mele & Cuc
2004). Rianti (2008) melaporkan bahwa
semut tidak efektif sebagai serangga
penyerbuk pada penyerbukan silang karena
kemampuannya
yang
hanya
dapat
memindahkan serbuk sari dari satu bunga ke
bunga lain dalam satu tanaman. Semut
mengunjungi bunga untuk mencari pakan
berupa nektar kemudian membawanya ke
dalam sarang (Triplehorn & Johnson 2005).
Berdasarkan hasil pengamatan, jenis semut
yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit
ialah Camponotus (subfamili Formicinae),
Dolichoderus (subfamili Dolichoderinae),
Cerapachys
(subfamili
Cerapachynae),
Crematogaster (subfamili Myrmicinae), dan
Heteroponera (subfamili Ponerinae).
Formicinae merupakan subfamili semut
yang dapat dijumpai di berbagai lokasi dunia
(Triplehorn & Johnson 2005). Formicinae
memiliki petiol, tidak memiliki sengat, dan
memiliki asidopor dengan duri=duri pendek
pada ujung hipopigium (Shattuck 2000).
Genus yang ditemukan ialah Camponotus
yang memiliki ciri=ciri antena terdiri atas 12
ruas, kantung antena terletak jauh dari klipeus,
dan tergit pada ruas pertama gaster kecil

(Shattuck 2000). Almeida dan Figueiredo
(2003) melaporkan bahwa Camponotus
mencari pakan nektar pada bunga anggrek
tetapi
tidak
berpengaruh
terhadap
penyerbukan
bunga
tersebut.
Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa Camponotus
berperan sebagai predator kumbang E.
kamerunicus.
Subfamili
Dolichoderinae
memiliki
anggota yang dapat ditemukan di berbagai
tipe ekosistem (Shattuck 2000). Subfamili
Dolichoderinae memiliki petiol, tidak
memiliki sengat, dan pada ujung hipopigium
tidak ditumbuhi duri=duri pendek (Shattuck
2000). Semut yang berhasil dikoleksi dari
subfamili tersebut ialah Dolichoderus yang
memiliki ciri=ciri bentuk petiol seperti bulatan
atau tonjolan yang mengarah ke anterior,
memiliki palpus yang pendek, dan bagian
belakang propodeum rata (Shattuck 2000).
Semut ini biasanya membuat sarang di tanah
dan pohon. Aktivitas Dolichoderus mencari
pakan sebagai predator, scavenger, dan
pengumpul embun madu dari Homoptera
(Shattuck 2000).
Subfamili
Cerapachynae
umumnya
tersebar di wilayah tropis dan subtropis di
dunia sebagai spesialis pemakan semut
lainnya (Shattuck 2000). Cerapachynae
memiliki petiol, pigidium dan hipopigium
ditumbuhi duri=duri pendek, serta terdapat
pemisah yang tipis antara ruas pertama dan
kedua gaster (Shattuck 2000). Genus yang
ditemukan
ialah
Cerapachys,
yang
merupakan spesies berukuran kecil dengan
koloni tersebar di permukaan tanah
membentuk satu sarang dengan beberapa
pekerja (Shattuck 2000). Ciri utama
Cerapachys ialah empat ruas terakhir gaster
membentuk sambungan lekukan yang terlihat
halus (Shattuck 2000).
Myrmicinae merupakan subfamili terbesar
dan tersebar luas di seluruh dunia (kecuali
daerah kutub utara dan kutub selatan) (Wilson
1971). Myrmicinae memiliki petiol dan
postpetiol, mandibula berbentuk segitiga,
mata kecil dan bulat, serta pronotum menyatu
dengan mesonotum (Shattuck 2000). Genus
yang terkoleksi ialah Crematogaster, yang
biasanya memakan nektar dan embun madu
yang diproduksi Homoptera (Kalshoven
1981). Crematogaster memiliki ciri=ciri
antena terdiri atas 11 ruas dan terletak di atas
mata,
postpetiol
bersentuhan
dengan
permukaan atas gaster, serta tidak terdapat
duri pada bagian petiol (Shattuck 2000). Raju
dan Ezradanam (2002) melaporkan bahwa
Crematogaster berperan sebagai serangga

7
pengunjung bunga jarak pagar dan membawa
serbuk sari yang menempel pada bagian
ventral dan dorsal tubuhnya. Selain itu,
serangga ini juga diketahui mencari pakan
berupa nektar bunga jarak pagar.
Ponerinae merupakan subfamili semut
yang
terspesialisasi
sebagai
predator
(Triplehorn & Johnson 2005). Beberapa
anggota subfamili ini bersarang di tanah
(Hashimoto 2003). Ponerinae memiliki petiol,
pigidium dan hipopigium tidak ditumbuhi
duri=duri pendek, serta terdapat pemisah yang
tipis antara ruas pertama dan kedua gaster
(Shattuck 2000). Genus yang ditemukan ialah
Heteroponera yang memiliki ciri=ciri mata
besar, terdapat pemisah antara mesosoma dan
petiol serta antara petiol dan gaster, tibia pada
kaki belakang memiliki dua taji, serta
memiliki cakar yang sederhana (Shattuck
2000).
Menurut Krebs (1978), derajat naik
turunnya keragaman jenis dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan, di antaranya suhu udara,
kelembapan,
dan
intensitas
cahaya.
Berdasarkan pengamatan,
suhu
udara
berpengaruh terhadap jumlah serangga
pengunjung bunga jantan kelapa sawit.
Serangga termasuk organisme poikilotermik
sehingga suhu tubuh dipengaruhi dan
mengikuti perubahan suhu udara (Triplehorn
& Johnson 2005). Menurut Speight et al.
(1999),
suhu
udara
mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitas
serangga. Suhu diatas 44 ˚C dapat
menyebabkan serangga mati (Chapman 1982).
Kelembapan merupakan faktor penting
yang mempengaruhi distribusi, aktivitas, dan
perkembangan serangga. Hampir semua
serangga dapat hidup di setiap kisaran
kelembapan karena serangga dapat mengatur
keseimbangan air dalam tubuh mereka. Akan
tetapi, kenaikan atau penurunan kelembapan
yang ekstrim dapat menyebabkan serangga
mati (Chapman 1982).
Unsur cuaca lain yang berpengaruh
terhadap aktivitas serangga ialah cahaya.
Cahaya mempengaruhi aktivitas serangga
untuk membantu mendapatkan makanan dan
menentukan tempat tinggal. Setiap serangga
memerlukan intensitas cahaya yang berbeda
untuk aktivitasnya (Triplehorn & Johnson
2005). Berdasarkan hasil pengamatan,
kelembapan dan intensitas cahaya tidak
berpengaruh terhadap jumlah serangga yang
berkunjung ke bunga jantan kelapa sawit. Hal
tersebut terjadi karena pengamatan hanya
dilakukan pada pagi hari, sehingga fluktuasi

kelembapan dan intensitas cahaya tidak terlalu
besar.
SIMPULA
Serangga pengunjung bunga jantan kelapa
sawit yang diamati di PTPN VIII, AFD IV
Toge, Kebun Cikasungka Bogor, memiliki
keragaman dan kemerataan yang rendah.
Selain E. kamerunicus, serangga pengunjung
bunga jantan kelapa sawit yang ditemukan,
yaitu
Rhynchomyia,
Scaptodrosophila
(Diptera), Diplatys, Forficula (Dermaptera),
Camponotus, Dolichoderus, Cerapachys,
Crematogaster,
dan
Heteroponera
(Hymenoptera).
Serangga
pengunjung
dominan ialah Scaptodrosophila. Serangga
anggota Hymenoptera dan Dermaptera yang
ditemukan termasuk serangga predator.

DAFTAR PUSTAKA
Almeida AM, Figueiredo RA. 2003. Ants visit
nectaries of Epidendrum denticulatum
(Orchidaceae) in a Brazilian rainforest:
effects on herbivory and pollination.. Braz
J Biol 63: 551=558.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Luas
tanaman perkebunan besar menurut jenis
tanaman.[Internet]..http://www.bps.go.id/t
absub/view.php?tabel=1&daftar=1&id
subyek¬ab=1 [21 Juli 2011].
Burr M. 1910. The Fauna of British India:
Dermaptera. London: Fleet Street.
Chapman RF. 1982. The Insects: Structure
and Function. 3rd ed. Cambridge: Harvard
Univ Pr.
Dafni A. 1992. Pollination Ecology: A
Practical Approach. Oxford: Oxford Univ
Pr.
Dennis SH. 1994. Agricultural Entomology.
Oregon: Timber Pr.
Dobson HEM. 1994. Floral volatiles in insect
biology. Di dalam: Bernays E, editor.
Insect-Plant Interactions. Vol 5. Boca
Raton: CRC Pr. hlm 63=87.
Foote RH et al.. 1993. Manual of /earctic
Diptera. Vol II. Ottawa: Canada
Communication Group Pub.
Free JB. 1993. Insect Pollination of Crops.
London: Academic Press.
Hashimoto Y. 2003. Manual for Bornean Ant
(Formicidae) Identification. Kinabalu:
Darwin Initiative.
Hutahuruk CH, Sipayung A, Soedharto PS.
1982. Elaeidobius kamerunicus F. hasil uji

8
kekhususan inang dan peranannya sebagai
penyerbuk kelapa sawit. Bul PPM 3:7=21.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in
Indonesia. Laan PA van der, penerjemah.
Jakarta:
Ichtiar
Baru=van
Hoeve.
Terjemahan dari: De Plagen van de
Cultuurgewassen in Indonesie.
Kevan PG. 1999. Pollinators as bioindicators
of the state of the environment: species,
activity and diversity. Agric Ecosyst
Environ 74:373=393.
Krebs. 1978. Ecology: The Experimental
Analysis of Distribution and Abundance.
3rd ed. New York: Harper and Row.
Krebs. 1999. Ecological Methodology. New
York: Harper and Row.
Kurahashi H, Benjaphong N, Omar B. 1997.
Blow
Flies
(Insecta:
Diptera:
Calliphoridae) of Malaysia and Singapore.
Raffles Bull Zool Supl 5: 1=88.
Lajis NH, Hussein MY, Toia RF. 1985.
Extraction and identification of the main
compound present in Elaeis guineensis
flower volatiles. Pertanika 8:105=108.
Mele PV, Cuc NTT. 2004. Semut Sahabat
Petani: Meningkatkan Hasil Buah-Buahan
dan Menjaga Kelestarian Lingkungan
Bersama Semut Rangrang. Rahayu S,
penerjemah. Jakarta: World Agroforestry
Centre. Terjemahan dari: Ants as Friends:
Improving Your Tree Crops with Weaver
Ants.
Okada T, Carson HL. 1980. Drosophilidae
associated with flowers in Papua New
Guinea II Alocasia. Pac Insects 22:217=
236.
Oosterbroek P. 1998. The Families of Diptera
of the Malay Archipelago. Boston: Brill.
Pardede D. 1990. Indigenous pollinator
insects of oil palm at Kertarahardja Lebak
and Kertajaya estates nucleus estate
smallholder project V South Banten. Bul
Perkeb 21:213=223.
Pereira H. 2002. Pollination in a green desert:
Oil palm pollination in Southern Costa
Rica. Bull Center Conserv Biol 4:6=9.

Pfeiffer M, Tuck CH, Lay TC. 2008.
Exploring arboreal ant community
composition and co=occurrence patterns in
plantations of oil palm Elaeis guineensis in
Borneo
and
Peninsular
Malaysia.
Ecography 31:21=32.
Raju AJS, Ezradanam V. 2002. Pollination
ecology and fruiting behavior in a
monoecious species, Jatropha curcas L.
(Euphorbiaceae). Curr Sci 83:1395=1398.
Rianti P. 2008. Keragaman, perilaku
kunjungan, dan efektivitas serangga
penyerbuk tanaman Jarak pagar (Jatropha
curcas L.: Euphorbiaceae). [tesis]. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Satyawibawa I, Widyastuti YE. 1992. Kelapa
Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Setiawan A. 2010. Uji predasi cecopet
(Forficula auricularia) (Dermaptera:
Forficulidae) terhadap larva dan imago
Brontispa longissima Gestro. (Coleoptera:
Chrysomelidae) di laboratorium. [skripsi].
Medan: Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara.
Shattuck SO. 2000. Australian Ants: Their
Biology and Identification. Melbourne:
CSIRO Pub.
Speight MR, Hunter MD, Watt AD. 1999.
Ecology of Insects: Concepts and
Applications. London: Blackwell Science.
Syed RA, Law IH, Corley RHV. 1982. Insect
pollination of oil palm introduction,
establishment, and pollinating efficiency
of Elaeidobius kamerunicus in Malaysia.
Planter 58: 547=561.
Tandon R, Manohara TN, Nijalingappa BHM,
Shivanna KR. 2001. Pollination and
pollen=pistil interaction in oil palm, Elaeis
guineensis. Ann Bot 87:831=838.
Triplehorn CA, Johnson NF. 2005. Borror
and Delong’s Introduction to the Study of
Insects. 7th ed. Pacific Grove: Thomson
Brook/Cole.
Wilson EO. 1971. The Insects Societies.
Cambridge: Belknap Pr.

9

LAMPIRAN

10

Lampiran 1 Peta perkebunan kelapa sawit PTPN VIII, AFD IV Toge, Kebun Cikasungka Bogor.

Keterangan:

Bagian yang berwarna merah ialah lokasi pengamatan serangga
pengunjung bunga jantan kelapa sawit.

ABSTRAK
GANISA KUSUMAWARDHANI. Keragaman Serangga Pengunjung Bunga Jantan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.). Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan DJOKO PRIJONO.
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang
menjadi sumber penghasil devisa nonmigas di Indonesia. Kelapa sawit merupakan tanaman
berumah satu atau monoecious, yang artinya dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga
betina. Pada umumnya, dalam satu pohon tidak ditemukan bunga jantan dan betina yang mekar
bersamaan. Perbedaan waktu mekar bunga kelapa sawit menyebabkan bunga tersebut memerlukan
penyerbukan silang dengan bantuan serangga. Kumbang Elaeidobius kamerunicus merupakan
serangga penyerbuk kelapa sawit yang efektif karena bersifat spesifik dan beradaptasi baik pada
musim basah dan kering. Penelitian ini bertujuan mempelajari keragaman serangga yang
mengunjungi bunga jantan kelapa sawit, selain E.kamerunicus. Pengamatan dilakukan selama 10
menit dengan fix sample method. Pengamatan tersebut dilakukan selama 3 hari setiap bulannya,
yaitu Mei, Juni, dan Juli 2011. Selama pengamatan dicatat nama spesies dan jumlah individu
serangga yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit serta dilakukan pengukuran unsur cuaca,
yaitu suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya. Identifikasi seranggga dilakukan di laboratorium.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa selain E. kamerunicus, serangga pengunjung bunga jantan
kelapa sawit di PTPN VIII, AFD IV Toge, Kebun Cikasungka Bogor, yaitu Rhynchomyia,
Scaptodrosophila (Diptera), Diplatys, Forficula (Dermaptera), Camponotus, Dolichoderus,
Cerapachys, Crematogaster, dan Heteroponera (Hymenoptera). Serangga pengunjung dominan
ialah Scaptodrosophila. Serangga anggota Hymenoptera dan Dermaptera yang ditemukan
termasuk serangga predator. Serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit yang diamati
memiliki keragaman dan kemerataan yang rendah (H’ = 0,59 dan E = 0,27).
Kata kunci: kelapa sawit, Elaeidobius kamerunicus, serangga pengunjung bunga, keragaman.

ABSTRACT
GANISA KUSUMAWARDHANI. The Diversity of Insects Visiting Male Flowers of Oil Palm
(Elaeis guineensis Jacq.). Supervised by TRI ATMOWIDI and DJOKO PRIJONO.
Oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) is one of the plantation crops that became the source of
non=oil foreign exchange earner in Indonesia. Oil palm is monoecious plant, in which the same
tree bears male and female flowers. Generally a male and female flowers do not bloom
simultaneously. Consequently, cross=pollination with weevils help is needed. A weevil species,
Elaeidobius kamerunicus is an effective pollinating insect of oil palm because it is specific and
well adapted either in wet or dry seasons. The objective of this research was to study the diversity
of insects that visit male flowers of oil palm besides E. kamerunicus. The observations were
conducted during three days in each month, ie May, June and July 2011 for 10 minutes using fix
sample method. During the observation, the name and the number of individual species of insects
visiting the male flowers of oil palm were recorded. Performance of weather elements, ie
temperature, humidity, and light intensity were measured. Further, insects identification were
conducted in the laboratory. Results showed that, besides E. kamerunicus, in PTPN VIII, AFD IV
Toge, Garden Cikasungka Bogor were found Rhynchomyia, Scaptodrosophila (Diptera), Diplatys,
Forficula (Dermaptera), Camponotus, Dolichoderus, Cerapachys, Crematogaster, and
Heteroponera (Hymenoptera). Scaptodrosophila was the dominant visitor insect. Dermaptera and
Hymenoptera were predatory insects. The diversity and evennes of insects visiting male flowers of
oil palm were low (H’ = 0,59 and E = 0,27).
Key words: oil palm, Elaeidobius kamerunicus, flower=visiting insects, diversity.

1
PE DAHULUA
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
merupakan salah satu tanaman perkebunan
yang menjadi sumber penghasil devisa
nonmigas di Indonesia. Tanaman tropis ini
merupakan tanaman perkebunan dengan luas
tanam terbesar, yaitu mencapai 4.520.600 ha
dari total luas perkebunan Indonesia sebesar
7.511.063 ha (BPS 2009).
Tanaman kelapa sawit ialah tanaman
berumah satu atau monoecious, yang artinya
dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan
bunga betina. Pada umumnya dalam satu
pohon tidak ditemukan bunga jantan dan
betina yang mekar bersamaan. Perbedaan
waktu
mekar
bunga
kelapa
sawit
menyebabkan bunga tersebut memerlukan
penyerbukan silang (Tandon et al. 2001).
Penyerbukan silang kelapa sawit memerlukan
perantara yang efektif, yaitu menggunakan
serangga penyerbuk. Serangga yang diketahui
efektif dalam penyerbukan kelapa sawit ialah
kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera: Curculionidae) (Syed et al.
1982).
Kumbang E. kamerunicus merupakan
serangga penyerbuk kelapa sawit yang efektif
karena bersifat spesifik dan beradaptasi baik
pada musim basah dan kering. Hutahuruk et
al. (1982) melaporkan bahwa penyerbukan
yang dilakukan oleh kumbang E. kamerunicus
meningkatkan produksi buah kelapa sawit dari
44% menjadi 75%. Kumbang E. kamerunicus
memiliki panjang tubuh ± 4 mm dan lebar
tubuh ± 1,5 mm, serta memiliki pergerakan
lincah, mampu terbang jauh, dan berkembang
biak dengan cepat (Satyawibawa &
Widyastuti 1992). Kumbang E. kamerunicus
merupakan serangga yang bersifat monofag,
sehingga hanya dapat makan dan berkembang
biak dengan baik pada satu jenis tanaman
inang, khususnya bunga jantan kelapa sawit
(Hutahuruk et al. 1982).
Serangga lainnya yang dapat berperan
sebagai penyerbuk kelapa sawit antara lain
ngengat Pyroderces sp. dan Thrips
hawaiinensis Morgan. Kedua jenis serangga
tersebut dilaporkan sebagai penyerbuk kelapa
sawit di kebun Kertarahardja Lebak dan
Kertajaya PIR=BUN V, Banten Selatan
(Pardede 1990).
Penyerbukan terjadi ketika kumbang
berkunjung ke bunga jantan dan pada saat
hinggap serbuk sari akan melekat di tubuhnya.
Serbuk sari akan terlepas ketika kumbang
berkunjung ke bunga betina yang mekar

(reseptif) dan menyerbuki bunga tersebut.
Kumbang jantan mampu membawa sekitar
235 serbuk sari, sedangkan kumbang betina
mampu membawa sekitar 56 serbuk sari.
(Syed 1982).
Warna dan bentuk bunga, serbuk sari,
nektar, serta faktor lingkungan berpengaruh
pada keragaman serangga yang berkunjung
(Dafni 1992). Berdasarkan pengamatan
Pereira (2002) yang dilakukan di perkebunan
kelapa sawit Kosta Rika sebelah selatan,
diperoleh 11 spesies serangga pengunjung
bunga kelapa sawit, yaitu E. kamerunicus, 5
spesies lalat, 2 spesies lebah, 2 spesies
tabuhan, dan 1 spesies semut. Di antara 11
spesies serangga tersebut, yang paling
dominan ialah E. kamerunicus diikuti
kelompok semut, lalat, dan tabuhan. Tidak
semua serangga yang mengunjungi bunga
berperan sebagai penyerbuk. Beberapa
serangga
mengunjungi
bunga
untuk
mendapatkan sumber makanan (Kevan 1999).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mempelajari
keragaman serangga yang mengunjungi bunga
jantan kelapa sawit, selain E. kamerunicus.
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan dari Februari
sampai Juli 2011 di perkebunan kelapa sawit
Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara
(PTPN) VIII, Afdeling (AFD) IV Toge,
Kebun Cikasungka Bogor. Identifikasi
spesimen serangga dilakukan di Laboratorium
Biosistematika
dan
Ekologi
Hewan,
Departemen Biologi, Fakultas MIPA, IPB,
dan di Laboratorium Entomologi, Bidang
Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, Bogor.

BAHA DA METODE
Alat dan Bahan
Bahan utama yang digunakan ialah bunga
jantan kelapa sawit dan etanol. Alat=alat yang
digunakan, yaitu tabung koleksi, pinset, lup,
kertas label, kamera, kotak serangga, jarum,
kuas, cawan petri, luxmeter, termohigrometer,
dan mikroskop stereo.
Metode
Pengamatan Komunitas
Serangga.
Pengamatan dilakukan selama 10 menit
dengan fix sample method (Dafni 1992).
Pengamatan dimulai pukul 08:30 sampai
10:30. Pengamatan tersebut dilakukan selama
3 hari setiap bulannya, yaitu Mei, Juni, dan

1
PE DAHULUA
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
merupakan salah satu tanaman perkebunan
yang menjadi sumber penghasil devisa
nonmigas di Indonesia. Tanaman tropis ini
merupakan tanaman perkebunan dengan luas
tanam terbesar, yaitu mencapai 4.520.600 ha
dari total luas perkebunan Indonesia sebesar
7.511.063 ha (BPS 2009).
Tanaman kelapa sawit ialah tanaman
berumah satu atau monoecious, yang artinya
dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan
bunga betina. Pada umumnya dalam satu
pohon tidak ditemukan bunga jantan dan
betina yang mekar bersamaan. Perbedaan
waktu
mekar
bunga
kelapa
sawit
menyebabkan bunga tersebut memerlukan
penyerbukan silang (Tandon et al. 2001).
Penyerbukan silang kelapa sawit memerlukan
perantara yang efektif, yaitu menggunakan
serangga penyerbuk. Serangga yang diketahui
efektif dalam penyerbukan kelapa sawit ialah
kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera: Curculionidae) (Syed et al.
1982).
Kumbang E. kamerunicus merupakan
serangga penyerbuk kelapa sawit yang efektif
karena bersifat spesifik dan beradaptasi baik
pada musim basah dan kering. Hutahuruk et
al. (1982) melaporkan bahwa penyerbukan
yang dilakukan oleh kumbang E. kamerunicus
meningkatkan produksi buah kelapa sawit dari
44% menjadi 75%. Kumbang E. kamerunicus
memiliki panjang tubuh ± 4 mm dan lebar
tubuh ± 1,5 mm, serta memiliki pergerakan
lincah, mampu terbang jauh, dan berkembang
biak dengan cepat (Satyawibawa &
Widyastuti 1992). Kumbang E. kamerunicus
merupakan serangga yang bersifat monofag,
sehingga hanya dapat makan dan berkembang
biak dengan baik pada satu jenis tanaman
inang, khususnya bunga jantan kelapa sawit
(Hutahuruk et al. 1982).
Serangga lainnya yang dapat berperan
sebagai penyerbuk kelapa sawit antara lain
ngengat Pyroderces sp. dan Thrips
hawaiinensis Morgan. Kedua jenis serangga
tersebut dilaporkan sebagai penyerbuk kelapa
sawit di kebun Kertarahardja Lebak dan
Kertajaya PIR=BUN V, Banten Selatan
(Pardede 1990).
Penyerbukan terjadi ketika kumbang
berkunjung ke bunga jantan dan pada saat
hinggap serbuk sari akan melekat di tubuhnya.
Serbuk sari akan terlepas ketika kumbang
berkunjung ke bunga betina yang mekar

(reseptif) dan menyerbuki bunga tersebut.
Kumbang jantan mampu membawa sekitar
235 serbuk sari, sedangkan kumbang betina
mampu membawa sekitar 56 serbuk sari.
(Syed 1982).
Warna dan bentuk bunga, serbuk sari,
nektar, serta faktor lingkungan berpengaruh
pada keragaman serangga yang berkunjung
(Dafni 1992). Berdasarkan pengamatan
Pereira (2002) yang dilakukan di perkebunan
kelapa sawit Kosta Rika sebelah selatan,
diperoleh 11 spesies serangga pengunjung
bunga kelapa sawit, yaitu E. kamerunicus, 5
spesies lalat, 2 spesies lebah, 2 spesies
tabuhan, dan 1 spesies semut. Di antara 11
spesies serangga tersebut, yang paling
dominan ialah E. kamerunicus diikuti
kelompok semut, lalat, dan tabuhan. Tidak
semua serangga yang mengunjungi bunga
berperan sebagai penyerbuk. Beberapa
serangga
mengunjungi
bunga
untuk
mendapatkan sumber makanan (Kevan 1999).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mempelajari
keragaman serangga yang mengunjungi bunga
jantan kelapa sawit, selain E. kamerunicus.
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan dari Februari
sampai Juli 2011 di perkebunan kelapa sawit
Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara
(PTPN) VIII, Afdeling (AFD) IV Toge,
Kebun Cikasungka Bogor. Identifikasi
spesimen serangga dilakukan di Laboratorium
Biosistematika
dan
Ekologi
Hewan,
Departemen Biologi, Fakultas MIPA, IPB,
dan di Laboratorium Entomologi, Bidang
Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, Bogor.

BAHA DA METODE
Alat dan Bahan
Bahan utama yang digunakan ialah bunga
jantan kelapa sawit dan etanol. Alat=alat yang
digunakan, yaitu tabung koleksi, pinset, lup,
kertas label, kamera, kotak serangga, jarum,
kuas, cawan petri, luxmeter, termohigrometer,
dan mikroskop stereo.
Metode
Pengamatan Komunitas
Serangga.
Pengamatan dilakukan selama 10 menit
dengan fix sample method (Dafni 1992).
Pengamatan dimulai pukul 08:30 sampai
10:30. Pengamatan tersebut dilakukan selama
3 hari setiap bulannya, yaitu Mei, Juni, dan

2
Juli 2011. Selama pengamatan dicatat nama
spesies dan jumlah individu serangga yang
mengunjungi bunga jantan kelapa sawit.
Dilakukan juga pengukuran unsur cuaca, yaitu
suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya.
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui
jenis serangga pengunjung bunga jantan
kelapa sawit, selain E. kamerunicus.
Identifikasi
Serangga.
Identifikasi
serangga
dilakukan
di
Laboratorium
Biosistematika
dan
Ekologi
Hewan,
Departemen Biologi, Fakultas MIPA, IPB,
dan di Laboratorium Entomologi, Bidang
Zoologi, Pusat Penelitian (LIPI), Bogor.
Identifikasi serangga berdasarkan Burr (1910),
Foote et al. (1993), Kurahashi et al. (1997),
Oosterbroek (1998), Shattuck (2000), serta
Triplehorn dan Johnson (2005).
Analisis Data. Data komunitas serangga
ditampilkan dalam tabel. Hubungan antara
komunitas serangga dengan unsur cuaca
dianalisis dengan metode scatter plot, regresi,
dan korelasi Pearson menggunakan program
SigmaPlot versi 10.0. Indeks keragaman
s

Dokumen yang terkait

Keragaman Genetik Tiga Populasi Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Tipe Pisifera Berdasarkan Marka RAPD

1 74 54

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Pengaruh Pemberian Limbah Kalapa sawit (Sludge) dan Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guinsensis Jacq) di Pembibitan Awal

0 25 95

Indeks Keragaman Jenis Serangga pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) di Kebun Rambutan

1 58 50

Studi keanekaragaman serangga di Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineenis Jack.) di PTPN III, Huta Padang, Kabupaten Asahan

2 51 76

Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

6 115 51

Studi Biologi Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera : Curculionidae) Elaeis guineensis Jacq. Di Laboratorium

1 55 44

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75