1. Menghambat sistem pembentukan hemoglobin Hb sehingga menyebabkan
anemia. 2.
Menimbulkan kerusakan otak, dengan gejala epilepsy, halusinasi dan delirum keadaan pikiran tidak waras atau kegila-gilaan.
3. Menyebabkan pucat, lesu, hilang semangat.
4. Menyebabkan sakit perut dan susah buang air besar.
5. Menyebabkan peningkatan permiabilitas kebocoran pembuluh darah.
6. Gangguan menstruasi dan menyebabkan ibu hamil bisa keguguran.
7. Mengakibatkan gangguan fungsi adrenal kelenjar.
8. Bersifat karsinogenik penyebab kanker dalam dosis tinggi.
Lebih lajut, toksisitas keracunan timbal juga bersifat kronis dan akut. Dimana toksisitas kronis sering dijumpai pada pekerja tambang atau pemurnian logam,
pembuatan baterai, percetakan, pelapis logam dan pengecatan. Sedangkan toksisitas akut bisa terjadi jika timbal Pb masuk ke dalam tubuh seseorang
melalui makanan minuman atau menghirup gas Pb dalam waktu yang relatif pendek dengan dosis atau kadar yang tinggi. Widowati, W.2008
2.5.5.1. Pencegahan Toksisitas Timbal Pb
Berbagai upaya untuk mencegah dan menghindari efek toksik Pb antara lain : 1.
Melakukan tes medis Pb dalam darah, terutama bagi pekerja yang beresiko terpapar Pb.
Universitas Sumatera Utara
2. Menghindari penggunaan peralatan-peralatan dapur atau tempat makanan atau
minuman yang mengandung Pb keramik berglasur, wadah atau kaleng yang dipatri atau mengandung cat.
3. Pemantauan kadar Pb di udara dan kadar Pb dalam makanan atau minuman secara
berkesinambungan. 4.
Mencegah anak menelan atau menjilat mainan bercat atau berbahan mengandung cat.
5. Tidak makan, tidak minum, tidak merokok di kawasan yang tercemar Pb.
6. Menyediakan fasilitas ruang makan yang terpisah dari lokasi pencemaran Pb.
7. Tempat penyimpanan makanan atau minuman tertutup sehingga tidak kontak
dengan debu atau asap Pb. 8.
Mengurangi emisi gas buang yang mengandung Pb, baik dari kendaraan bermotor maupun industri.
9. Bagi para pekerja yang kontak dengan Pb sebaiknya mereka menggunakan
peralatan standar keamanan dan keselamatan kerja. Widowati,W. 2008
2.5.5.2. Pengobatan Toksisitas Timbal Pb
Untuk mengurangi efek toksiknya pada orang yang telah terpapar Pb, dapat menggunakan kelator, yang antara lain adalah BAL Britis Anti Lewisite, CaNa
2
EDTA dan penicillamin.
Walaupun terjadi efek samping seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, tetapi kelator yang digunakan itu dapat mengikat Pb dan memindahkannya dari molekul
Universitas Sumatera Utara
biologis aktif serta membentuk senyawa kompleks yang larut dalam air dan lebih mudah diekskresikan melalui urin. Widowati,W. 2008.
Begitupun dalam hal pemberian kelator, harus ditentukan lebih dulu kadar Pb darah. Adapun ketiga kelator BAL, CaNa
2
EDTA dan Penicilamine biasa diberikan kepada penderita dengan kadar Pb darah 0,5-0,6 pp.
Caranya adalah dengan mengkombinasikan CaNa
2
EDTA dan BAL dimercaprolyang diberikan, kemudian menyusul pemberian penicillamine untuk
pengobatan jangka panjang. Atau dengan cara, CaNa
2
EDTA pada dosis tertentu di bagi dalam 2 kali pemberian perhari, baik melelui infus dan lainnya, selama 5 hari berturut-turut. Barulah
setelah pemberian CaNa
2
EDTA berlangsung selama 4 jam BAL dimercaprol pun diberikan.
Cara ini biasa diulang kembali sesudah pengobatan dihentikan 2 hari. Setiap cara pengobatan dengan menggunakan CaNa
2
EDTA maupun BAL dimercaprol, hendaknya jangan melebihi dari dosis yang ditetapkan, dan produksi
urinpun harus tetap dipantau, karena biasanya pengeluaran Pb melalui urin selalu terjadi selama berlangsungnya infus awal.
BAL dimercaprol dengan dosis tertentu yang diberikan setiap 4 jam selama 48 jam, kemudian setiap 6 jam selama 48 jam berikutnya, dan akhirnya setiap 6 – 12 jam
selama 17 hari serta mengkombinasikannya dengan CaNa
2
EDTA, sebenarnya akan memperoleh hasil yang lebih efektif. Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat