7
B. Identifikasi Masalah dan Fokus Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Sebagai bagian dari proses pengembangan dan peningkatan mutu Sumber Daya Manusia SDM, institusi pelatihan memiliki beberapa fungsi
utama atau peran strategis yang berkaitan dengan fungsi dan peran institusi pendidikan. Kedua institusi ini
memiliki kemandirian yang terpisah dalam perannya. Karena itu, istilah “diklat” yang dikenakan pada institusi pelatihan
sebenarnya mengaburkan konsep kemandirian dan otonomi peran tersebut. Apalagi jika istilah tersebut distigmatisasi dalam paradigma lama birokrasi
sebagai bukan ‘tempat basah’. Kesadaran baru yang mulai timbul dalam birokrasi Indonesia tentang urgensi peningkatan mutu SDM birokrasi publik
seyogyanya mengubah paradigma tersebut. SDM birokrasi yang dihasilkan dengan perlakuan khusus berkelanjutan yang perlakuan ini
adalah syarat mutlak bagi upaya mutu SDM birokrasi.
Jika institusi pendidikan memberikan tampilan, institusi kerja memberi peluang profesional, maka institusi pelatihan terjembatani. Sudah menjadi
rahasia umum bahwa ada kesenjangan antara teori yang dikuliahkan di institusi pendidikan dengan praktek yang diajarkan di institusi kerja. Istilah
‘siap pakai’ menunjukkan paradigma ideal yang diinginkan kedua pihak, namun sulit diwujudkan. Institusi kerja, apalagi institusi birokrasi publik,
berkecimpung dalam dunia praktis yang konkrit, luas dan kompleks. Semakin kompleks realitas yang dihadapi dan inilah kecenderungan dunia kini, semakin
jauh institusi kerja dengan kajian teori pada institusi pendidikan. Dengan
8
demikian, maka fungsi dan peran institusi pelatihan adalah lebih daripada sekedar memberi sertifikat untuk menambah angka kredit guna kenaikan
pangkat. Sisi lain, institusi pendidikan cenderung terikat pada kurikulum nasional
yang juga kewalahan mengejar pesatnya perkembangan iptek global. Di sinilah pelatihan dapat berperan sebagai jembatan praktis dengan merekrut
para praktisi dan institusi kerja untuk melatih para lulusan institusi pendidikan agar lebih ‘siap pakai’. Dalam menjalankan peran ini institusi pelatihan tentu
harus dilengkapi dengan berbagai sarana pendukung yang memungkinkan pemantauan perkembangan iptek global paling mutakhir, serta fasilitas
pelatihan yang memungkinkan penguasaan keterampilan dan iptek. Ini berimplikasi pada anggaran, namun bertahap ke depan akan menghasilkan
keluaran SDM birokrasi yang lebih bermutu. Semua keterampilan, termasuk keterampilan intelektual, membutuhkan
proses penajaman terus-menerus, seperti pisau yang harus selalu diasah agar dapat berfungsi baik. Para profesional seperti pemusik, pemain sirkus, dan
akrobat, petinju harus berlatih tiap hari untuk tetap mempertahankan tingkat keterampilannya. Para olahragawan harus memasuki pusat pelatihan training
center menjelang suatu pertandingan. Institusi pelatihan berfungsi sebagai batu asah keterampilan skill whetstone seperti itu. Efisiensi dan efektivitas
kerja erat berkaitan dengan tingkat keterampilan yang dimiliki pekerja. Profesional dengan keterampilan tinggi akan bekerja dengan efisiensi dan
efektivitas yang lebih tinggi daripada pekerja dengan keterampilan rendah.
9
Dari kondisi yang telah dipaparkan di atas, maka identifikasi masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah:
a. Prakondisi untuk penyusun pola pembinaan Karir pegawai adalah perlu
disusunnya: 1.
Klasifikasi jabatan PNS 2.
Standar Kompetensi Jabatan PNS 3.
Standar penilaian yang berorientasi Kinerja. b.
Instrumen yang mutlak harus dipersiapkan untuk menyusun pola Karir PNS adalah:
1. Misi, sasaran organisasi yang dapat dijadikan dalam prosedur
organisasi yang jelas dengan menegakkan prinsip-prinsip rasionalisasi, efektivitas dan efisiensi;
2. Peta jabatan yang mengacu pada misi sasaran, struktur kewenangan
organisasi dan spesifikasi jabatan. 3.
Alur Karir yang disusun berdasarkan peta jabatan 4.
Rencana suksesi sucsession plan yang terbuka bagi PNS sesuai dengan kompetensi jabatannya.
2. Fokus Penelitian