MODEL BIMBINGAN PENGEMBANGAN KARIR UNTUK SISWA TUNARUNGU :Studi Pengembangan Model Bimbingan Pengembangan Karir untuk Siswa Tunarungu di SLB-B Bandung.

(1)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI

Promotor Merangkap Ketua

Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd

Kopromotor Merangkap Sekretaris

Juang Sunanto, Ph.D

Anggota


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul MODEL BIMBINGAN PENGEMBANGAN KARIR UNTUK SISWA TUNARUNGU (Studi Pengembangan Model Bimbingan Pengembangan Karir untuk Siswa Tunarungu di SLB-B Bandung), ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat ilmiah dibuktikan dengan telah diperiksa (Scanning Plagiarisme) oleh tiem audit dari Sekolah PascaSarjana UPI tanggal 1 Agustus 2012 dan Tiem Komisi pada tanggal 22 Agustus 2012. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 7 Nopember 2012 Yang membuat pernyataan


(3)

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Disertasi yang berjudul : “Model Bimbingan Pengembangan Karir untuk Siswa Tunarungu di SLB-B Bandung“.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model bimbingan perkembangan karir yang memenuhi kebutuhan siswa tunarungu. Oleh sebab itu, pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian dan Pengembangan pendidkan (Educational

R & D). yaitu suatu bentuk penelitian untuk meningkatkan layanan bimbingan

pengembangan karir yang mengacu kepada tiga aspek pengembangan karir yaitu kompetensi 1) pengembangan karir siswa tunarungu memiliki kebutuhan, kesadaran diri potensi akan karir, indikator : (a) Kesadaran diri (self awareness), (b) Kesadaran pendidikan (educational awareness), (c) Kesadaran karier (career awareness), (d) Kesadaran ekonomi (economic awareness). Kompetensi 2) pengembangan karir siswa tunarungu mempunyai persepsi yang realistis tentang dunia kerja, indikator: (a) Pembuatan keputusan (decision making), (b) Kompetensi-kompetensi awal (beginning competencies). Kompetensi 3) pengembangan karir siswa tunarungu dapat menghubungkan dengan dunia kerja, indikator: (a) Keterampilan kecakapan bekerja (employability skills), (b) Sikap dan apresiasi (attitudes and appreciations) siswa tunarungu di SLB-B.


(4)

tentang Latar Belakang Penelitian, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Asumsi Penelitian, Metode Penelitian, Lokasi dan Sampel Penelitian. Bab II. Konsep Bimbingan Pengembangan Karir untuk Siswa Tunarungu terdiri dari: Ketunarunguan, Bimbingan Perkembangan Karir, Model Bimbingan Pengembangan Karir untuk Siswa Tunarungu. Bab III. Metode Penelitian, terdiri dari: Pendekatan dan Rancangan Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional, Pengembangan Alat Pengumpul Data, Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Prosedur dan Tahap-tahap Penelitian Metode Penelitian. Bab IV Hasil Penelitian, Pengembangan Model Hipotetik Bimbingan Pengembangan Karir untuk Siswa Tunarungu SLB-B, Efektivitas Model Bimbingan Pengembangan Karir dan Pembahasan Hasil Penelitian Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi. Harapan peneliti semoga disertasi bermanfaat bagi dunia pendidikan luar

biasa, khususnya bagi pelaksanaan bimbingan pengembangan karir untuk siswa

tunarungu di SLB-B, agar siswa tunarungu terpenuhi kebutuhannya dan

perkembangan karir agar bisa mandiri. Akhirnya mudah-mudahan Allah SWT

Melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya.

Amin

Bandung, 7 Nopember 2012

Promovendus


(5)

Alhamdulillahirabbilaalamiin, Promovendus panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan ijinnya promovendus dapat mengikuti pendidikan di PPS UPI dan menyelesaikan disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Dokter Pendidikan di Bidang Bimbingan dan Konseling.

Terwujudnya semua ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan dorongan dari beberapa pihak. Untuk itu sepantasnyalah jika pada kesempatan ini promovendus menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada : Yang terhormat Bapak Prof. Dr. H Sunaryo Kartadinata, M.Pd sebagai Rektor dan Promotor yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pemikiran, dorongan, arahan dan petunjuk yang sangat berharga sejak promovendus menempuh studi awal penulisan sampai menyelesaikan disertasi ini.

Yang terhormat Bapak Dr. Juang Sunanto. MA selaku ko-promotor, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh ketelitian dan kesabaran, serta memotivasi promovendus, sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.

Yang terhormat Bapak Dr. H Suherman. M.Pd. selaku anggota, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh ketelitian dan kesabaran, serta memotivasi promovendus, sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.

Yang terhormat Bapak Prof. Dr. Didi Suryadi,, M Ed. Sebagai Direktur PPS UPI, yang telah memberikan kemudahan-kemudahan selama menyelesaikan studi. Ungkapan yang sama disampaikan kepada Asisten Direktur I, dan II, seluruh staf


(6)

kepada promovendus dalam menyelesaikan perkuliahan.

Yang terhormat Bapak Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf L.N, sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling beserta seluruh Dosen Program Bimbingan dan Konseling dan Yang terhormat Bapak Dr. H Ahman, M Pd. Sebagai Pembimbing Akademik Program Bimbingan dan Konseling pada PPS UPI angkatan tahun 2008 yang telah memberikan bantuan, dorongan serta kesempatan untuk menyelesaikan disertasi ini.

Yang terhormat Bapak Prof. Dr. Didi Suryadi, M Ed. Bapak Dr. M. Solehuddin, M.Pd. M.A. Bapak Prof. Dr H.Rochman Natawidjaja, M.Pd. Bapak Dr. Ilfiandra, M.Pd. Sebagai Tiem Komisi PPS UPI, yang telah memberikan masukan untuk kesempurnaan disertasi ini .

Yang terhormat Bapak Prof. Dr. H. Ahman, M Pd, sebagai Dekan FIP, kepada Drs. Sunaryo, M.Pd, Drs.Zulkifli Sidiq, M.Pd, selaku ketua dan Seketaris Jurusan PLB yang telah memberikan kesempatan kepada promovendus untuk mengikuti pendidikan di PPS UPI.

Yang terhormat kepada rekan-rekan seluruh Dosen PLB FIP UPI, khususnya kepada yang telah memberikan dorongan doa serta teman berdiskusi dalam penyelesaian disertasi ini.

Yang terhormat Kepada Pimpinan-pimpinan ke lima SLB-B N Bandung, beserta staf guru-guru dan siswa yang telah memberikan kesempatan kepada promovendus yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama promovendus


(7)

dalam menempuh pendidikan pada PPS UPI Program Studi BP yang seangkatan karena kekompakannya, dan Staf Rektor,( Pa Haji, Pa Karyaman, Pa Budi) Staf Prodi Neng Yuli, serta Staf Jurusan PLB Ibu Lili, Eri yang telah membantu promovendus dalam segala administrasi.

Secara khusus ucapan terima kasih promovendus sampaikan kepada orang tua, Ayah handa H.Dudeh Sulaeman dan Ibunda Hj Ai Tuti Herawati, yang kasih sayangnya tidak pernah putus dan Do’anya selalu mengalir, serta adik-adik dan Emang/Bibi yang telah melimpahkan kasih sayang, do’a, dan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang tak terhingga promovendus sampaikan kepada istri tercinta Hj Yety Karyeti dan anak-anak tersayang, Shena Giantasya dan Ilyasa Kausar Fachri yang telah memberikan perhatian, dorongan doa dan kasih sayang selama promovendus menyelesaikan studi.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan serta do’a kepada promovendus. Semoga Allah SWT Yang Maha Pemurah membalasnya kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada promovendus, serta menjadikan amal yang shaleh, Amin Ya Robbal’aalamiin.


(8)

UNTUK SISWA TUNARUNGU

(Studi Pengembangan Model Bimbingan Pengembangan Karir untuk Siswa Tunarungu di SLB-B Bandung)

DUDI GUNAWAN

Penelitian ini diangkat dari fenomena lapangan, bahwa sebagian besar kebutuhan yang dirasakan siswa tunarungu tentang karir belum mendapatkan pemenuhan dalam pelaksanaannya dan belum terprogram secara baik, masih dikaitkan dengan program atau kegiatan mata pelajaran. Sementara itu tuntutan kebutuhan karir yang dirasakan siswa secara nyata masih terabaikan. Guru atau pembimbing masih mengalami kesukaran dalam merumuskan dan mengembangkan materi pelaksanaan bimbingan yang akan diimplementasikan. Untuk menjawab fenomena tersebut perlu diadakan studi yang terpercaya dengan cara memberikan gambaran yang jelas pada guru pembimbing tentang bagaimana model bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu di Sekolah Luar Biasa bagian Tunarungu di Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan rumusan model bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu di Sekolah Luar Biasa Bandung. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development), yang dimaksudkan untuk meningkatkan layanan bimbingan pengembangan karir yang mengacu kepada tiga aspek pengembangan karir yaitu 1) Kompetensi kebutuhan, dan kesadaran diri akan potensi karir, indikator: (a) Kesadaran diri (self awareness), (b) Kesadaran pendidikan (educational awareness), (c) Kesadaran karir (career

awareness), (d) Kesadaran ekonomi (economic awareness). 2) Kompetensi persepsi

yang realistis tentang dunia kerja, indikator: (a) Pembuatan keputusan (decision

making), (b) Kompetensi-kompetensi awal (beginning competencies). 3) Kompetensi

dapat menghubungkan dengan dunia kerja, indikator: (a) Keterampilan kecakapan bekerja (employability skills), (b) Sikap dan apresiasi (attitudes and appreciations). Penelitian ini mengikut sertakan guru kelas, guru keterampilan, guru pembimbing, dan kepala sekolah untuk merumuskan model bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu di Sekolah Luar Biasa di Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penerapan model bimbingan pengembangan karir efektif untuk mengembangkan karir siswa tunarungu di SLB-B. Indikator efektivitas ditandai oleh, 1) pemenuhan kebutuhan, kesadaran diri, pendidikan, karir, ekonomi pembuatan keputusan, keterampilan kecakapan bekerja, 2) pandangan yang realistis tentang dunia kerja, berkeinginan mengembangkan diri dalam karir, dan 3) mampu menghubungkan dirinya dengan dunia kerja, serta mempunyai sikap dan apresiasi. Model bimbingan pengembangan karir ini direkomundasikan untuk diimplementasikan di Sekolah Luar Biasa Spesialisasi tunarungu (SLB-B) Bandung. Kata Kunci: Model bimbingan pengembangan karir siswa tunarungu yang didasarkan


(9)

(A Study on The Career Developmen Guidance Model for Deaf Students in Bandun) DUDI GUNAWAN

This study is based on a fact that a majority of deaf students needs for their career have not been met and properly programmed since those needs are still connected with school programs or subjects. Career guidance needed by the students is still neglected. Teachers have difficulties planning and developing guidance materials to deliver to the students. To deal with this phenomenon, it is necessary to conduct a dependable study in order to clearly describe a career guidance model in Bandung Special Needs Schools for Deaf Students. This study is an effort to provide guidance teachers with information about the development of career development guidance model for career in the special needs school. This study adopts an educational research and development approach to improve career services that refer to (1) self-awareness, (2) educational awareness, (3) career awareness, (4) economic awareness, (5) secision making, (6) beginning competences, (7) employability skills, and (8) attitudes and appreciation of deaf students. This study involved classroom teachers, craft teachers, guidance teachers, and principals to design a career guidance model for the deaf students career development in special needs schools in Bandung. The findings show that the model has been effectively implemented for deaf students. The effectiveness was indicated by (1) self–awareness, educational awareness, career awareness, economic awareness, decision making, beginning competences, employability skills, and attitudes and appreciation, (2) realistic view of employment and career development, and (3) capability to link themselves with the employment. Based on the findings, it is necessary to apply a model of career guidance based on deaf student needs and objective conditions of the schools.

Keywords: Development of A Model Career Developing Guidance for Deaf Students in Bandung


(10)

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN --- i

PERNYATAAN --- ii

KATA PENGANTAR --- iii

UCAPAN TERIMA KASIH --- v

ABSTRAK --- viii

DAFTAR ISI --- x

DAFTAR TABEL --- --- xii

DAFTAR GAMBAR --- xiii

BAB I PENDAHULUAN --- 1

A. Latar Belakang Masalah --- 1

B. Rumusan Masalah--- 13

C. Tujuan Penelitian --- 15

D. Manfaat Penelitian --- 15

E. Asumsi Penelitian --- 16

F. Metode Penelitian

--- 18

G. Lokasi dan Sampel Penelitian --- 18

BAB II KONSEP BIMBINGAN PENGEMBANGAN KARIR UNTUK SISWA TUNARUNGU --- 20

A. Ketunarunguan --- 20

1. Definisi Tunarungu --- 20

2. Kebutuhan Siswa Tunarungu akan Karir --- 28

3. Permasalahan Siswa Tunarungu akan Karir --- 32

4. Pemeriksaan Tes Pendengaran --- 36


(11)

Tunarungu --- 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN--- 62

A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian --- 62

B. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional --- 65

C. Pengembangan Alat Pengumpul Data --- 70

D. Lokasi dan Subjek Penelitian --- 77

E. Teknik Pengumpulan Data ... 78

F. Prosedur dan Tahap-tahap Penelitian --- 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN --- 87

A. Hasil Penelitian --- 87

1. Pelaksanaan Bimbingan Pengembangan Karir di SLB-B-- 87

1) kebutuhan-kebutuhan siswa tunarungu... 90

2) permasalahan siswa tunarungu--- 96

3) hasil tes pendengaran --- 100

2. Mengembangkan model hipotetik bimbingan pengembangan karir --- 105

3. Model hipotetik bimbingan perkembangan karir di SLB-B- 115

4. Pengujian model bimbingan perkembangan karir --- 125

5. Model bimbingan perkembangan karir yang sudah diuji kelayakan --- 128

6. Efektivitas Model Bimbingan Pengembangan Karir untuk Siswa Tunarungu --- 140

B. Pembahasan Hasil Penelitian --- 156

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI --- 185

A. Kesimpulan --- 185

B. Rekomendasi --- 190


(12)

Tabel 3.1 : Kisi-kisi Instrumen Bimbingan Pengembangan Karir --- 71

Tabel 3.2 : Reliabel Statistik --- 76

Tabel 3.3 : Daftar Subjek Penelitian --- 78

Tabel 3.4 : Desain Kuasi Eksprerimen --- 81

Tabel 4.1 : Kerangka Model Hipotetik Bimbingan Pengembangan Karir Untuk Siswa Tunarungu --- 116

Tabel 4.2 : Satuan Layanan Bimbingan Pengembangan Karir Untuk Siswa Tunarungu --- 121

Tabel 4.3 : Kerangka Model Bimbingan Pengembangan Karir Untuk Siswa Tunarungu --- 129

Tabel 4.4 : Satuan Layanan Bimbingan Pengembangan Karir --- 136

Tabel 4.5 : Deskripsi Pre-tes dan Pos-tes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Model Bimbingan Pengembangan Karir --- 145

Tabel 4.6 : Tes Menggunakan Gain Eksperimen dan Gain Kontrol--- 149


(13)

Gambar 2.1: Diagram Alur Pikir Penelitian Model Konseptual

Bimbingan Pengembangan Karir untuk Siswa Tunarungu --- 61 Gambar 3.1: Bagan Tahapan Penelitian Model Bimbingan

Pengembangan Karir --- 86 Gambar 4.1: Grafik Contoh Hasil Test Audiogram Jenis

Ketunarunguannya Sensonineural --- 101

Gambar 4.2 : Grafik Contoh Hasil Test Audiogram Jenis

Ketunarunguannya Konduktif --- 101 Gambar 4.3: Grafik Contoh Hasil Test Audiogram Jenis

Ketunarunguan Campuran --- --- 102

Gambar 4.4: Grafik Perbandingan Nilai Presentase antara

Eksperimen dan Kontrol--- 148 Gambar 4.5 : Grafik :Besarnya Perbedaan antara

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol--- 149 Gambar 4.6: Gafik Gain Eksperimen dan Kontrol --- 151 Gambar 4.7: Model Bimbingan Pengembangan Karir untuk Siswa


(14)

DUDI GUNAWAN SULAEMAN, Lahir di Kota Bandung tanggal 21 Nopember 1962, hidup dibesarkan di lingkungan yang keras mengarah ke yang negatif (Terminal Cicaheum), tetapi berkat didikan dan bimbingan dari orang tua yang terhormat Ayahhanda: H. Dudeh Sulaeman dan Ibunda Hj Ai Tuti Herawati, Putra pertama dari tujuh bersaudara. Pada Tahun 1990 menikah dengan Hj Yeti Karyeti berasal dari Bandung, yang berprofesi sebagai karyawan PDAM Kota Bandung, dikaruniai dua orang anak Shena Giantasya (mahasiswa UPI Fakultas Pendidikan Akutansi Smt 7) dan Ilyasa Kausar Fachri (Siswa SMAN 10 Bandung Kelas X).

Jenjang Pendidikan formal yang ditempuh adalah TK Pelangi Cicaheum, SDN Cicaheum lulus tahun 1975, SMPN 17 Bandung lulus tahun 1978, SPGN I Bandung lulus tahun 1981, SGPLBN Bandung lulus tahun 1983, FIPPLB lulus tahun 1986 (Sarjana Pendikan Luar Biasa Spesialisasi Tunarungu), S2 (Magister Pendidikan) Program Studi Bimbingan dan Konseling (Pendidikan Khusus) lulus tahun 2004 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Pada tahun 2008 melanjutkan ke S3 (Program Doktoral) Bidang Bimbingan dan Konseling di Sekolah PascaSarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Alhamdulilah akan lulus tahun 2012.

Pengalaman kerja pada tahun 1983 sebagai tenaga sukwan di SLB-B Cicendo, tahun 1984 diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri sebagai guru SLB-B Pembina Tk Profinsi JawaBarat di Cimalaka Kabupaten Sumedang, Tahun 1989-1995. menjadi Dosen SGPLBN Bandung. Tahun 1995 sampai sekarang menjadi staf pengajar di Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Tambahan pengalaman kerja Tahun 2005 Promovendus merintis sekolah Usia Dini (TK/TPA Miftahul Manan di Cicaheum), sampai sekarang menjadi Kepala Sekolah. Menjadi Konsultan THT Depsos Profinsi JawaBarat, Sebagai Audolog (pemeriksa pendengaran), mengajar di Universitas Terbuka, sebagai nara sumber pendidikan luar biasa DEPDIKBUD tingkat profinsi maupun Nasional. Pengalaman berorganisasi di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Jurusan Pendidikan Luar Biasa, sebagai biro Kemahasiswaan tahun 2005-2011, dan tahun 2011 sampai sekarang Biro Akademik serta menangani anak-anak berkebutuhan khusus di Lab PLB menangani hambatan bicara. Tambahan lainnya di dalam melaksanakan pengabdian masyarakat aktif di BPOC (Badan Pembina Olahraga Cacad), dan pemberian penyuluhan pendidikan khusus dll.

Karya ilmiah yang dihasilkan berupa seminar, penelitian, pembuatan buku, artikel yang diterbitkan dalam jurnal Nasional dan Internasional.

Penghargaan yang diperoleh dari Presiden Republik Indonesia yaitu Satya Lencana Karya Satya dan dari Rektor UPI Karya Bakti Satya 10 tahun dan 20 tahun.


(15)

DUDI GUNAWAN SULAEMAN, Lahir Kota Bandung tanggal 21 Nopember 1962, hidup dibesarkan di lingkungan yang keras (Terminal Cicaheum). Putra pertama dari tujuh bersaudara pasangan Suami Istri H. Dudeh Sulaeman dan Hj Ai Tuti Herawati. Pada Tahun 1990 menikah dengan Hj Yeti Karyeti berasal dari Bandung, yang berprofesi sebagai karyawan PDAM Kota Bandung, dikaruniai dua orang anak: Shena Giantasya (mahasiswa UPI Fakultas Pendidikan Akutansi Smt 7) dan Ilyasa Kausar Fachri (Siswa SMAN 10 Bandung Kelas X).

Jenjang Pendidikan formal yang ditempuh adalah TK Pelangi Cicaheum, SDN Cicaheum lulus tahun 1975, SMPN 17 Bandung lulus tahun 1978, SPGN I Bandung lulus tahun 1981, SGPLBN Bandung lulus tahun 1983, FIPPLB lulus tahun 1986 (Sarjana Pendikan Luar Biasa Spesialisasi Tunarungu), S2 (Magister Pendidikan) Program Studi Bimbingan dan Konseling (Pendidikan Khusus) lulus tahun 2004 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Pada tahun 2008 melanjutkan ke S3 (Program Doktoral) Bidang Bimbingan dan Konseling di Sekolah


(16)

lulus tahun 2012.

Pengalaman kerja pada tahun 1983 sebagai tenaga sukwan di SLB-B Cicendo, tahun 1984 diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri sebagai guru SLB-B Pembina Tk Profinsi JawaBarat di Cimalaka Kabupaten Sumedang, Tahun 1989-1995. menjadi Dosen SGPLBN Bandung. Tahun 1995 sampai sekarang menjadi staf pengajar di Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Tambahan pengalaman kerja Tahun 2005 Promovendus merintis sekolah Usia Dini (TK/TPA Miftahul Manan di Cicaheum), sampai sekarang menjadi Kepala Sekolah. Menjadi Konsultan THT Depsos Profinsi JawaBarat, Sebagai Audolog (pemeriksa pendengaran), mengajar di Universitas Terbuka, sebagai nara sumber pendidikan luar biasa DEPDIKBUD tingkat profinsi maupun Nasional. Pengalaman berorganisasi di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Jurusan Pendidikan Luar Biasa, sebagai biro Kemahasiswaan tahun 2005-2011, dan tahun 2011 sampai sekarang Biro Akademik serta menangani anak-anak berkebutuhan khusus di Lab PLB menangani hambatan bicara. Tambahan lainnya di dalam melaksanakan pengabdian masyarakat aktif di BPOC (Badan Pembina Olahraga Cacad), dan pemberian penyuluhan pendidikan khusus dll.

Karya ilmiah yang dihasilkan berupa seminar, penelitian, pembuatan buku, artikel yang diterbitkan dalam jurnal Nasional dan Internasional.

Penghargaan yang diperoleh dari Presiden Republik Indonesia yaitu Satya Lencana Karya Satya dan dari Rektor UPI Karya Bakti Satya 10 tahun dan 20 tahun.


(17)

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Tunarungu merujuk pada suatu keadaan gangguan pendengaran yang dapat dibedakan ke dalam katagori deaf (tuli), dan hard of hearing (masih ada sisa pendengaran). Orang tuli adalah orang yang mempunyai gangguan pendengaran pada 70 dB ISO, atau lebih. Gangguan pendengaran dapat mempengaruhi pemahaman pada orang yang bicaranya pelan, walaupun telah menggunakan Hearing Aid, sedangkan orang yang tergolong yang mempunyai sisa pendengaran mempunyai gangguan pendengaran antara 35-69 dB ISO, hal tersebut dapat menyulitkan namun masih dapat memahami pembicaraan orang lain. (Pickering,1988:4).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tunarungu merupakan istilah umum untuk menunjukkan ketidakmampuan pendengaran (deaf) dan kekurangan pendengaran (hard of hearing) seseorang yang disebabkan oleh adanya kerusakan atau ketidak berfungsian pada alat pendengaran, sehingga mengakibatkan perkembangan bahasa terhambat dan memerlukan pelayanan khusus dalam mengembangkan potensinya.

Ketidak mampuan seorang tunarungu berbicara secara normal, bukan karena kerusakan mekanisme bicara tetapi karena tidak dapat mendengar dengan baik, sehingga menyebabkan siswa tunarungu mempunyai problem yang menyeluruh dalam berbicara. Siswa dengan kelainan pendengaran akan mengalami masalah : kerusakan dalam penyesuaian volume suara, kualitas


(19)

suara yang kurang menyenangkan, artikulasi bicara yang miskin, dan miskin dalam kalimat, ritme bicara. (Depdikbud,1975).

Dalam perkembangan bahasa mereka mengalami kesukaran mempelajari arti kata, sehingga mereka mengembangkan konsep melalui manipulasi gerak bibir. Karena ketunarunguan yang dialaminya, maka muncul perasaan harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain, akibatnya mereka tidak dapat menyesuaikan diri atau bahkan menarik diri dari lingkungan sosial sehingga mereka tidak dapat mewujudkan diri dalam kehidupannya. Sebagaimana layaknya orang normal, seorang tunarungu juga mempunyai kebutuhan antara lain: (1) cita-cita dalam kehidupannya, (2) ingin mendapatkan pendidikan dan ingin masa depan yang baik, (3) ingin berkeluarga dan mendapatkan pekerjaan yang layak, (4) ingin mendapatkan informasi/berkomunikasi tentang pekerjaan, (5) ingin ada yang memberikan motivasi bahwa keadaan dirinya tunarungu, (6) ingin ada bimbingan sebagai tempat berkonsultasi tentang pekerjaan, (7) ingin mempunyai pengetahuan /keterampilan yang menunjang untuk pekerjaan, (8) ingin ada pengakuan dari keluarga, masyarakat dan perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah.

Billi (penyandang tunarungu) menuturkan dalam Pikiran Rakyat 14 Juni 2012, masih banyak diskriminasi yang diterima teman-teman sesama tunarungu, khususnya dalam memperoleh pekerjaan. Penolakan dari perusahaan-perusahaan kala mengajukan lamaran pekerjaan karena kondisi fisik sebagai tunarungu (hambatan masalah komunikasi) masih tidak peduli. Terbatasnya kemampuan dan sempitnya peluang dalam mendapatkan


(20)

pekerjaan dimana hak-hak penyandang cacad masih belum terpenuhi padahal sudah ada peraturan yang mengaturnya seperti UU No 13 tahun 2003 tentang hak penyandang cacad untuk mendapatkan pekerjaan, UU No 4 tahun 1997 tentang kesejahteraan penyandang cacad dan Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No 10 tahun 2006 tentang penyelenggaraan pelindungan penyandang disabilitas.

Data empirik alumni SLB-B di Bandung dalam GERKATIN (Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) tahun 2011 memaparkan bahwa, siswa tunarungu yang sudah lulus di SLB-B yang belum bekerja sebanyak 75 %, yang sudah bekerja sebanyak 20 %, dan yang melanjutkan ke jenjang lebih tinggi sebanyak 5 %.

Berdasarkan data di atas, maka pihak sekolah sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan dan membentuk kemampuan diri siswa tunarungu untuk merencanakan masa depan. Namun, terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh pihak sekolah, anatara lain: bagaimana pihak sekolah dapat mengupayakan jaminan pendidikan lanjut? Dan bagaimana setelah peserta didik ini dapat menyelesaikan pendidikan di SLB-B ? Apakah mereka dapat bersaing dan memiliki karir yang layak di dunia yang memandang ketunarunguan sebagai sebuah kelainan, ketidakmampuan, dan bentuk-bentuk diskriminasi lainnya? Sampai saat ini hanya beberapa penyandang tunarungu yang mendapatkan kesempatan untuk bersaing dan memiliki karir yang layak. Sehubungan dengan hal tersebut, hasil penelitian Wagino (2002: 57)


(21)

menunjukkan, bahwa siswa tunarungu yang berhasil mengembangkan karirnya dengan baik hanya sebanyak 7%.

Berkenaan dengan permasalahan tunarungu di atas, maka upaya mempersiapkan penyandang tunarungu memasuki dunia kerja boleh dikatakan mutlak adanya, mengingat mereka akan kembali ke masyarakat dan hidup pada zaman yang terus berubah dengan cepat. Perubahan-perubahan itu mencakup seluruh segi kehidupan, yang membutuhkan kemampuan beradaptasi dan persaingan yang sangat ketat. Dengan demikian, siswa tunarungu dituntut mempunyai keterampilan yang dapat diandalkan untuk bekal hidupnya. Oleh karena itu, mengingat jenjang pendidikan mereka yang terbatas maka sejak awal pihak sekolah dituntut untuk memberikan pelayanan bimbingan pengembangan karir yang sesuai dengan kebutuhan siswa tunarungu.

Fakta di lapangan dalam pelaksanaan layanan bimbingan pengembangan karir di 5 (lima) SLB-B Kota Bandung menunjukkan beberapa permasalahan, antara lain: pertama, bimbingan secara khusus yang berkaitan dengan karir belum dilaksanakan secara sistematis mengacu kepada kebutuhan dan perkembangan karir; kedua, bimbingan kepada siswa tunarungu untuk penyaluran guna bekerja belum dilaksanakan; ketiga bimbingan pengembangan karir belum dikelola secara formal, tetapi masih dilaksanakan secara non formal; dan keempat, bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu yang sudah lulus belum diberikan bekal keterampilan yang mengarah kepada karir untuk hidup bermasyarakat. Namun demikian, pelaksanaan bimbingan yang dilaksanakan guru pada saat ini merupakan suatu kesinambungan dan


(22)

integrasi dalam keseluruhan program kurikulum pendidikan di SLB-B. Siswa tunarungu mengharapkan bimbingan pengembangan karir dapat diselenggarakan secara formal, karena hal ini sangat dibutuhkan oleh siswa tunarungu untuk menghadapi masa depan yang bisa mandiri. Dengan demikian, para guru mengharapkan adanya model bimbingan pengembangan karir yang bisa dijadikan acuan untuk membimbing siswa tunarungu akan karir dan bekal mengenai pengetahuan bimbingan pengembangan karir yang memadai. Selain itu, para guru juga mengharapkan bahwa dalam pelaksanaan bimbingan pengembangan karir harus dilaksanakan secara sistematis, lembaga hendaknya mempunyai data atau assesmen tentang kondisi siswa tunarungu dan mengetahui kebutuhan-kebutuhan siswa tunarungu mengenai karir terlebih dahulu. Dengan demikian, kebutuhan siswa tunarungu tentang karir tidak akan lagi kehilangan arah, karena sudah diarahkan/disalurkan oleh lembaga (SLB-B). Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan Khusus (2007:36) menyebutkan, bahwa kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler. Disamping itu, untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan guna mengembangkan kreaktivitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.


(23)

Fungsi bimbingan pengembangan karir di SLB-B adalah menyelenggarakan seluruh layanan bimbingan yang penekanannya pada pemberian informasi dan bantuan kepada siswa tunarungu dalam menyusun rencana pendidikan lanjutan dan rencana pilihan pekerjaan. Temuan empirik dalam penelitian Gunawan (2004) menunjukkan, bahwa siswa tunarungu di SLB-B Cicendo Bandung sangat membutuhkan layanan informasi karir. Keadaan ini menggambarkan bahwa tujuan pelayanan bimbingan di sekolah, khususnya pelayanan bimbingan karir adalah untuk membantu siswa dalam memahami diri sendiri, lingkungan kerja, nilai-nilai, hambatan-hambatan dan cara mengatasinya sampai pada bagaimana siswa dapat mengambil keputusan tentang masa depan pekerjaannya sehingga membuka wawasan dan cakrawala berfikir mereka.

Bagi siswa tunarungu yang telah memasuki jenjang SMPLB/ SMALB, rencana pendidikan dan pilihan pekerjaan tersebut merupakan dua hal yang berkaitan erat, karena sasaran tujuan ahir pendidikan lanjutan adalah untuk menentukan pekerjaaan. Dalam menentukan pendidikan lanjut dan menentukan pekerjaan ini bergantung kepada pribadi siswa tunarungu masing-masing dan kehidupan lingkungan yang berkembang. Era kehidupan yang berkembang merupakan tantangan yang akan memberikan pengaruh kepada siswa tunarungu dalam merencanakan karir, membuat keputusan karir, dan mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Oleh karena itu, bimbingan pengembangan karir ini tidak sekedar membantu siswa tunarungu dalam memilih jenjang karir yang akan digelutinya, namun juga membimbing pribadi


(24)

yang kuat untuk memasuki dunia kerja sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimilikinya.

Sementara itu, bimbingan pengembangan karir merupakan suatu proses bantuan kepada siswa tunarungu yang membutuhkan pengembangan karir sesuai dengan kebutuhannya, cara memahami diri, memahami berbagai jenis karir, memilih menentukan karir yang sesuai dengan keadaan dirinya, tuntutan yang berkembang dan tantangan yang ada di lingkungan, serta merealisasikan pilihan karir dengan mengatasi permasalahan yang ditemukan. Pernyataan National Guidance Assosiation (dalam Wijaya, 1994) menyebutkan, bahwa bimbingan karir adalah suatu proses pemberian bantuan atau layanan penerangan/informasi, pengalaman dan nasihat kepada individu untuk memilih, menyiapkan, menyesuaikan dan menetapkan dirinya dalam suatu pekerjaan. Guru bimbingan dan konseling (konselor) dalam layanan bimbingan karir kepada siswa tunarungu mempunyai tugas memberikan bantuan berupa informasi mengenai pendidikan lanjutan, dan perencanaan pekerjaan, sesuai dengan minat dan kemampuan siswa tunarungu, pemberian nasihat atau pemecahan masalah tentang hambatan-hambatan yang mungkin dialami, dan memahami dirinya serta nilai-nilai merencanakan masa depan.

Disebutkan pula dalam KTSP Pendidikan Khusus (2007:36) bahwa kegiatan pengembangan diri berupaya untuk memberikan pelayanan konseling difasilitasi/dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstra kurikuler yang dapat dibina oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya. Kegiatan-kegitan tersebut dilakukan


(25)

untuk mengembangkan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Sementara, Program pendidikan yang telah digariskan secara yuridis formal oleh pemerintah merupakan salah satu setting diselenggarakannya pendidikan khusus, diperuntukkan bagi peserta didik yang menyandang kelainan, khususnya kelainan pendengaran dan bicara (tunarungu), tetapi seluruhnya diselenggarakan oleh sekolah luar biasa bagian B (SLB-B). Salah satu kegiatan pendidikan dan kepedulian dalam penelitian ini adalah layanan pengembangan diri, khususnya bimbingan karir.

Thomas Ellis (dalam Nurihsan J: 1990) menyebutkan, bahwa model bimbingan menekankan tiga aspek pengembangan diri, yaitu: (a) pengembangan pemahaman diri dan keterampilan-keterampilan antar pribadi, (b) pengembangan peran-peran dalam berbagai setting dan peristiwa kehidupan, (c) pengembangan perencanaan karir kehidupan.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, menunjukkan bahwa model bimbingan secara umum menekankan tiga aspek pengembangan diri bagi peneliti dalam merumuskan model dan mengambil salah satu aspek pengembangan diri, yaitu: pengembangan perencanaan karir kehidupan, model bimbingan perkembangan karir yang berfokus pada upaya membantu siswa tunarungu dalam memenuhi kebutuhan, pemenuhan keputusan-keputusan yang dibuat dan pelayanan merenanakan kehidupan siswa. Bimbingan pengembangan karir ini membantu siswa tunarungu dalam memahami berbagai jenis pekerjaan dan industri yang ada di dunia kerja, membantu mengembangkan keterampilan dalam mengumpulkan informasi dari berbagai


(26)

sumber yang relevan dan menggunakannya untuk membuat keputusan yang rasional, dan mendorong siswa dalam menganalisis nilai-nilai pribadi yang ada kaitannya dengan prospek perencanaan dan keputusan karir hidupnya.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka model bimbingan pengembangan karir (Developing a Guidance Model) bertujuan untuk menentukan kebutuhan siswa dan mengevaluasi keefektivan operasional model. Model ini mencakup 4 (empat) tahap kegiatan, yaitu: pendahuluan, perencanaan, pengembangan dan keefektifan. Tahapan-tahapan ini harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut, antara lain: (1) pelaksanaan bimbingan pengembangan karir di SLB-B yang terdiri atas: a) kebutuhan-kebutuhan yang menunjang akan karir, b) pemasalahan siswa tunarungu, dan c) mengadakan test pendengaran untuk mengetahui ambang pendengaran tiap siswa tunarungu; (2) mengembangkan model hipotetik bimbingan pengembangan karir yang terdiri atas: a) model hipotetik bimbingan pengembangan karir di SLB-B, b) pengujian model hipotetik bimbingan pengembangan karir, dan c) model hipotetik bimbingan pengembangan karir yang sudah diuji kelayakan; (3) efektivitas model bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu guna memenuhi kebutuhannya dan perkembangan karir.

Model bimbingan pengembangan karir tersebut dirancang berdasarkan pendekatan perkembangan karir yang fokus pada kebutuhan, kekuatan, kesadaran diri, kesadaran pendididkan, kesadaran karir, kesadaran ekonomi, minat dan isu-isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan karir siswa


(27)

tunarungu dan menunjukkan bagian penting dan intergal dari keseluruhan program pendidikan. Selain itu, bimbingan karir dengan pendekatan perkembangan karir ini didasarkan pada upaya pencapaian tugas perkembangan siswa tunarungu dalam karir.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, model bimbingan pengembangan karir ini merupakan salah satu tujuan dalam mengembangkan karir siswa tunarungu untuk membentuk pengembangan karir yang dapat terbangunnya kekuatan kebutuhan, kesadaran diri siswa tunarungu, kesadaran diri, kesadaran pendididkan, kesadaran karir, kesadaran ekonomi, minat dan isu-isu di lingkungan sekitar. Maka dari itu, pendekatan perkembangan karir ini akan lebih mudah memenuhi kebutuhan siswa tunarungu dalam perkembangan karir. Untuk mencapai itu semua, pelaksanaan bimbingan karir di SLB-B dalam mengembangkan karir siswa tunarungu ini masih perlu diteliti melalui proses bantuan dari konselor yang khusus menangani siswa tunarungu (konseli) secara kesinambungan. Hal ini dilakukan agar dapat membantu siswa tunarungu dalam pemenuhan kebutuhan, pembuatan perencanaan dan pengambilan keputusan yang tepat dalam membangun kehidupan pada masa yang akan datang.

Adapun prinsip-prinsip utama dalam upaya proses pengambilan keputusan dan pemeliharaan suatu karir individu membutuhkan perkembangan. Maka dari itu, perkembangan karir merupakan dasar batas kemampuan individu untuk melakukan perencanaan, karena perencanaan karir seorang merupakan implementasi dari tahap perkembangan karir.


(28)

Model bimbingan pengembangan karir ini dapat dilihat dari keseluruhan perkembangan karir, antara lain: 1) pengembangan karir siswa tunarungu yang memiliki kebutuhan dan kesadaran diri potensi akan karir; 2) pengembangan karir siswa tunarungu yang mempunyai persepsi realistis tentang dunia kerja; dan 3) pengembangan karir siswa tunarungu yang dapat menghubungkan dengan dunia kerja.

Berdasarkan ketiga aspek perkembangan karir di atas, maka dapat digunakan sebagai acuan dalam merumuskan model bimbingan perkembangan karir yang merupakan dasar bagi upaya pelaksanaan pengembangan karir, pemenuhan kebutuhan siswa tunarungu, penentuan pengembangan karir siswa tunarungu, dan pengevaluasian dalam keefektifan operasional model. Oleh karena itu, penerapan model ini sangat penting untuk memberikan alternatif permasalahan bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu di SLB-B Bandung.

Berdasarkan pengamatan awal dalam pelaksanaan bimbingan pengembangan karir di SLB-B diperoleh gambaran, antara lain: (1) lulusan SLB-B tidak memiliki arah karir yang jelas, mereka dibiarkan terjun dan bersaing dalam kerasnya kehidupan sosial. Padahal beberapa jenis dan lapangan pekerjaan sebenarnya terbuka bagi mereka, contohnya : pekerjaan atau perusahaan yang memberikan peluang kerja seperti PT Maspion, PT INTI, dan Mc Donat; (2) siswa tunarungu secara teoretis sangat potensial untuk dikembangkan dalam berbagai keterampilan, terutama dalam hal keterampilan vokasional, karena dalam hal-hal lain siswa tunarungu tidak berbeda dengan


(29)

siswa-siswa pada umumnya, atau secara fisik mereka tidak menunjukkan sesuatu kekurangan; (3) permasalahan lainnya yang dihadapi oleh SLB-B sekarang ini dilapangan adalah belum tersedianya konselor yang khusus untuk menangani siswa tunarungu serta program bimbingan pengembangan karir yang belum sistematis. Hal-hal tersebutlah yang dapat menyebabkan terjadinya tenaga konselor yang berpendidikan formal dalam bidang itu belum ada, karena belum adanya konselor husus dalam bimbingan pengembangan karir yang dilaksanakan oleh seorang guru secara non formal (di luar jam sekolah). Hal ini mengindikasikan bahwa perlu adanya pelaksanaan bimbingan pengembangan karir bagi siswa tunarungu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan karir dan kebutuhan lapangan kerja (kebutuhan pasar) bagi mereka yang ditangani oleh pembimbing khusus; dan (4) dalam pelaksanaan bimbingan perkembangan karir perlu adanya kerjasama dengan departemen-departemen terkait seperti: Kementrian Perindustrian, Kementrian Tenaga Kerja serta Kementrian lainnya. Hal ini dilakukan untuk memantapkan keterampilan yang diberikan pihak sekolah sehingga lebih profesional. Masalahnya adalah model bimbingan pengembangan karir yang harus dikuasai dan disiapkan sejak dini itu tampaknya belum dikelola secara serius.

Fenomena yang muncul dari lulusan SLB-B Bandung adalah terdapat banyak siswa tunarungu yang kehilangan arah untuk bekerja, karena tidak diarahkan/disalurkan oleh lembaga tersebut, tidak ada pembimbing khusus dan tanpa rencana yang jelas sehingga ujung-ujungnya hanya membebani orang tua. Oleh karena itu, implementasi dan pengembangan model bimbingan


(30)

pengembangan karir untuk siswa tunarungu di SLB-B Bandung itu dapat membantu mengembangkan kebutuhan dan perkembangan karir mereka. Model bimbingan perkembangan karir ini merupakan model yang tepat untuk siswa tunarungu, karena salah satu tujuannya adalah menjadikan mereka dapat memenuhi kebutuhan dan menyadarkan potensi diri mereka terhadap karir, mempunyai persepsi yang realistis tentang dunia kerja, serta dapat menghubungkan mereka dengan dunia kerja.

B. Rumusan Masalah

Keberadaan pelaksanaan bimbingan pengembangan karir sebagai bagian yang integral dari keseluruhan proses pendidikan, dimaksudkan untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan, yaitu mengantarkan siswa mencapai perkembangan yang optimal. Oleh karena itu, model bimbingan pengembangan karir tidak terlepas dari keseluruhan rangkaian program pendidikan. Model bimbingan pengembangan karir harus mampu mendukung dan mampu berperan penuh terhadap pencapian tujuan pendidikan yang diinginkan.

Model bimbingan pengembangan karir berdasarkan pendekatan perkembangan karir merupakan bimbingan yang dirancang dengan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhannya dan pengembangan karir, antara lain: kebutuhan, kesadaran diri akan potensi karir, mempunyai persepsi yang realistis tentang dunia kerja, serta dapat menghubungkan siswa tunarungu dengan dunia kerja.

Model bimbingan perkembangan karir dalam penelitian ini berdasarkan pendekatan bimbingan pengembangan karir melalui proses bantuan dari


(31)

konselor pada siswa tunarungu (konseli) dilihat dari kebutuhan dan perkembangan karirnya secara kesinambungan, agar dapat membantu membuat perencanaan dan keputusan yang tepat guna membangun kehidupan mereka pada masa yang akan datang.

Fenomena tersebut dapat dimaknai sebagai petunjuk yang mengandung implikasi bahwa model bimbingan pengembangan karir ini hendaknya disusun berdasarkan keseluruhan perkembangan karir, penelitian model bimbingan pengembangan karir yang diberikan kepada siswa tunarungu yang mempunyai kekurangan/hambatan pendengaran. Hal ini dapat dilaksanakan kepada siswa secara menyeluruh melalui tiga aspek perkembangan karir, yaitu: pertama, memiliki kebutuhan, kesadaran potensi diri akan karir; kedua, siswa tunarungu mempunyai persepsi yang realistis tentang dunia kerja; dan ketiga, siswa tunarungu dapat menghubungkan diri dengan dunia kerja.

Berdasarkan pada model bimbingan pengembangan karir yang dirumuskan sebagai dasar dalam perkembangan karir siswa tunarungu dilihat dari kebutuhan dan perkembangan karir, maka model ini disusun dengan melibatkan semua komponen, yakni tenaga pendidik, orang tua dan lembaga terkait. Model bimbingan pengembangan karir di SLB-B Bandung harus menjadi bagian yang integral dari program sekolah dan model bimbingan pengembangan karir yang dirancang untuk melayani semua siswa tunarungu dan gembangkan karir masa depan mereka. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(32)

1. Bagaimanakah data objektif dalam pelaksanaan bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu di SLB-B?

2. Bagaimanakah rumusan model bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu di SLB-B?

3. Bagaimanakah efektifitas model bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu di SLB-B ?

C. Tujuan Penelitian

Dengan demikian, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan model bimbingan pengembangan karir dalam membantu siswa tunarungu mengembangkan karir yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan karir mereka pada masa yang akan datang. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh data secara objektif pelaksanaan bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu di SLB-B.

2. Mendapatkan model bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu di SLB-B.

3. Mengetahui efektivitas model bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu di SLB-B.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dijadikan rujukan atau pola bagi konselor/guru sebagai petugas/pelaksanaan di lapangan yang terorganisir dan sistematis dalam menangani bimbingan perkembangan karir, sehingga dapat menunjang siswa tunarungu dalam memenuhi kebutuhan dan


(33)

perkembangan karir, mempunyai kesadaran diri, pengetahuan, keterampilan dan mempersiapkan diri mereka memasuki dunia kerja yang mandiri.

Implementasi model bimbingan perkembangan karir ini dapat menunjang siswa tunarungu dalam memenuhi kebutuhan, kesadaran diri potensi akan karir, mempunyai persepsi yang realistis tentang dunia kerja, dapat menghubungkan diri mereka dengan dunia kerja.

Manfaat penelitian ini secara praktis sebagai bahan masukkan bagi SLB-B, orang tua dan perusahaan-perusahaan untuk memahami kebutuhan-kebutuhan karir siswa tunarungu, sehingga mampu menciptakan iklim yang kondusif terhadap optimalisasi pencapaian tugas-tugas perkembangan karir bagi mereka.

Sementara, manfaat secara teoritis sebagai upaya pengkajian konseptual tentang model bimbingan perkembangan karir untuk siswa tunarungu yang diharapkan bermanfaat untuk SLB-B dalam rangka pelaksanaan bimbingan perkembangan karir siswa yang ditangani secara sungguh-sungguh tanpa adanya anggapan bahwa mereka tidak mempunyai potensi untuk berkarir karena keterhambatan dalam pendengaran. Selain itu, adanya perhatian dari lembaga bahwa siswa tunarungu juga mempunyai keinginan, kebutuhan, dan potensi yang sama agar dapat mengenyam karir secara mandiri.

E. Asumsi Penelitian

Pada bagian ini, peneliti mengemukakan asumsi dasar yang merupakan titik tolak pemikiran dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut :


(34)

1. Faktor keberhasilan model bimbingan pengembangan karir salah satunya ditentukan oleh pelaksanaan bimbingan pengembangan karir yang sistematis dan mengacu pada tuntutan kebutuhan siswa tunarungu dan perkembangan karir.

2. Siswa tunarungu memiliki kemampuan dalam perencanaan karir pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan, minat, bakat dan kemampuan, mempunyai kesadaran diri, kesadaran pendidikan, kesadaran karir, kesadaran ekonomi, pembuatan keputusan, kompetensi-kompetensi awal, keterampilan kecakapan bekerja, dan sikap apresiasi.

3. Perkembangan siswa tunarungu merupakan proses seumur hidup yang terjadi berdasarkan hukum perkembangan manusia yang bersifat kontinum dan intervensi kepada perkembangan siswa tunarungu dalam bentuk bimbingan pengembangan karir yang efektif. Hal ini tampak apabila diperhatikan elemen-elemen tahapan dan aspek kontinum yang dominan dalam perkembangan karir siswa tunarungu. Dan aspek dominan itu merupakan elemen yang perlu dikembangkan pada saat yang tepat dalam proses perkembangan karir secara keseluruhan. Elemen-elemen perkembangan

karir tersebut dapat dijelaskan oleh Kartadinata. (1988: 238) yang

menyebutkan kedelapan unsur elemen-elemen perkembangan karir, ialah sebagai berikut: kesadaran diri (self awareness), kesadaran pendidikan (educational awareness), kesadaran karir (career awareness), kesadaran ekonomi (economic awareness), pembuatan keputusan (decision making), kompetensi-kompetensi awal (beginning competencies), keterampilan


(35)

kecakapan bekerja (employability skills), sikap dan apresiasi (attitudes and

appreciations).

4. Kebutuhan, permasalahan siswa tunarungu (karakteristik, minat, bakat), dan perkembangan karir mereka, antara lain: kesadaran diri, kesadaran pendidikan, kesadaran karir, kesadaran ekonomi, pembuatan keputusan, kompetensi-kompetensi awal, keterampilan kecakapan bekerja, dan sikap apresiasi siswa tunarungu merupakan aspek penting yang perlu dipahami secara mendalam oleh konselor dalam upaya menyusun model bimbingan perkembangan karir. Super menyebutkan bahwa perkembangan karir dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berada dalam diri individu (internal) seperti kecerdasan, bakat khusus, minat dan yang ada diluar individu

(eksternal) yaitu aspek-aspek lingkungan sosial-ekonomi seperti lingkungan

masyarakat, sekolah dan keadaan ekonomi.

5. Penyusunan model bimbingan perkembangan karir mengacu kepada keseluruhan perkembangan karir, antara lain: 1) siswa tunarungu memenuhi kebutuhan, kesadaran diri akan potensi karir; 2) siswa tunarungu mempunyai persepsi yang realistis tentang dunia kerja; dan 3) siswa tunarungu dapat menghubungkan diri mereka dengan dunia kerja.

F. Metode Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan model bimbingan pengembangan karir terhadap siswa tunarungu di SLB-B. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dan pengembangan


(36)

(Research and Development). Sugiono (2012: 407) menyatakan, bahwa metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian dan pengembangan di atas, dilakukan secara operasional dibagi dalam 4 tahap yang saling berkaitan, yaitu: (1) Studi Pendahuluan (2) Perencanaan, (3) Pengembangan Model, dan (4) Evaluasi.

G. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan siswa di SLBN B pada jenjang SMPLB /SMALB yang ada di Kota Bandung. SLB-B Negeri Cicendo Bandung, B Silih Asih (Ujung Berung), B Tut Wuri (Cijerah), SLB-B Suka Pura (Kiaracondong), dan SLSLB-B-SLB-B SLB-Budaya SLB-Bangsa (Kopo). Pemilihan lokasi penelitian SLB-B Bandung tersebut didasarkan atas kelayakan sekolah dilihat dari sistem pengelolaan sekolah, sarana, jumlah siswa, staf akademik serta sekolah yang bertatus akreditasi A dan B. Sampel Responden (subjek) dalam penelitian ini adalah siswa tunarungu yang aktif di SLB-B Bandung pada jenjang SMPLB/SMALB yang ada di SLB-B Negeri Cicendo Bandung, SLB-B Silih Asih (Ujung Berung), SLB-B TutWuri (Cijerah), SLB-B SukaPura (Kiaracondong), dan SLB-B Budaya Bangsa (Kopo).


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini akan mengkaji dan membuat model bimbingan perkembangan karir untuk siswa tunarungu dengan menggunakan metodologi penelitian dan pengembangan (Research and Development). Sugiono (2012: 407) mengisyaratkan bahwa metode penelitian dan pengembangan digunakan untuk menghasilkan dan menguji keefektifan produk, yaitu model bimbingan perkembangan karir untuk siswa tunarungu.

Untuk menghasilkan model bimbingan pengembangan karir berdasarkan data empirik, maka penelitian ini dilaksanakan di sekolah luar biasa pada siswa tunarungu melalui kajian studi kepustakaan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan model yang secara sistematis diuji keefektifannnya pada siswa tunarungu di SLB-B. Menurut Sukmadinata (2007:166) Penelitian dan pengembangan merupakan metode penghubung atau pemutus kesenjangan antara penelitian dasar dengan penelitian terapan. Sering dihadapi adanya kesenjangan antara hasil-hasil penelitian dasar yang bersifat teoritis dengan penelitian yang bersifat praktis. Kesenjangam ini dapat dihilangkan atau disambungkan dengan penelitian dan pengembangan. Dengan demikian jenis penelitian ini terkait dan saling mendukung satu sama lain.

Metode penelitian dan pengembangan ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif bersama-sama untuk mempeloleh data secara terpadu dan saling mendukung. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui


(38)

kondisi empirik, penyelenggaraan pelaksanaan bimbingan pengembangan karir di Sekolah Luar Biasa bagian Tunarungu (SLB-B). Sementara, pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengkaji pengukuran keefektifan bimbingan pengembangan karir untuk mengembangkan karir siswa tunarungu. Sejalan dengan hal tersebut, Sugiyono (2012: 37-38) mengatakan bahwa metode kualitatif dan kuantitatif keberadaannya tidak perlu dipertentangkan karena keduanya justru saling melengkapi (complement each other). Metode penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk penelitian yang masalahnya sudah jelas, dan umumnya dilakukan pada populasi yang luas sehingga hasil penelitian kurang mendalam. Sementara itu penelitian kualitatif cocok digunakan untuk meneliti dimana masalah belum jelas, dilakukan pada situasi sosial yang tidak luas, sehingga hasil penelitian lebih mendalam dan bermakna. Metode kuantitatif cocok untuk menguji hipotesis/teori, sedangkan metode kualitatif cocok untuk menemukan hipotesis/teori.

Metode kualitatif dan kuantitatif dipilih karena data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif dan kuantitatif yang saling melengkapi, sehingga tampak sempurna. Data kualitatif diperoleh secara deskriptif yang dilaksanakan dalam penelitian awal, yakni mengakaji kondisi objektif di lapangan tentang pelaksanaan bimbingan pengembangan karir. Dalam hal ini meliputi: kebutuhan, permasalahan siswa tunarungu pengembangan karir, dilanjutkan uji evaluatif dengan uji rasional (oleh dua pakar dari akademisi yang ahli dalam pendidikan tunarungu), uji keterbacaan (oleh guru dan siswa tunarungu), dan uji kepraktisan (dilakukan


(39)

berdiskusi/seminar dengan kepala sekolah, guru, orang tua, masyarakat). Sedangkan data secara kuantitatif menggunakan uji eksperimen dengan desain pre-tes dan pos-tes dilaksanakan untuk menguji efektivitas model bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu.

Pelaksanaan penelitian dan pengembangan untuk mengembangkan model bimbingan pengembangan karir digunakan dengan cara deskriptif, evaluatif dan eksperimental. Sukmadinata (2007:167) menyatakan, bahwa:

Metode penelitian deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk memnghimpun data tentang kondisi yang ada mencakup: 1) kondisi produk-produk yang sudah ada sebagai bahan perbandingan atau bahan dasar (embrio) untuk produk yang akan dikembangkan; 2) kondisi pihak pengguna seperti sekolah; 3) kondisi faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan dan penggunaan dari produk yang akan dihasilkan. Metode Evaluatif, digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian uji coba, dan setiap kegiatan uji coba diadakan evaluasi, baik evaluasi hasil maupun proses. Berdasarkan temua-temuan hasil uji coba diadakan penyempurnaan-penyempurnaan. Metode Eksperimen digunakan untuk menguji keampuhan dari produk yang dihasilkan. Walaupun dalam tahap uji coba telah ada evaluasi (pengukuran), tetapi pengukuran tersebut masih dalam rangka pengembangan produk, belum ada kelompok pembanding, Dalam eksperimen telah diadakan pengukuran selain pada kelompok eksperimen juga pada kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak atau random. Perbandingan hasil eksperimen pada kedua kelompok tersebut dapat menunjukkan tingkat keampuhan dari produk yang dihasilkan.

Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan dan penelitian ini dapat menghasilkan produk berupa model bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu dengan menggunakan rancangan desain campuran kualitatif dan kuantitatif. Semantara, data kualitatif dikumpulkan secara deskriptif yang dilaksanakan pada awal penelitian untuk mengakaji kondisi objektif di lapangan tentang bagaimana pelaksanaan bimbingan pengembangan


(40)

karir untuk siswa tunarungu di SLB-B yang berkenaan dengan kebutuhan, permasalahan siswa tunarungu dan perkembangan karir. Untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna, maka model bimbingan pengembangan karir ini dapat dikembangkan melalui evaluatif dengan uji rasional (oleh dua pakar dari akademisi yang ahli dalam pendidikan tunarungu), uji keterbacaan (oleh guru dan siswa tunarungu), dan uji kepraktisan (dilakukan berdiskusi/seminar dengan kepala sekolah, guru, orang tua, masyarakat). Selain itu, agar hasil penlitian ini lebih mendalam dan akurat maka digunakan data secara kuantitatif, yaitu dengan cara melaksanakan penelitian metode eksperimen. Sejalan dengan hal tersebut, Sugiono (2012:112) mengatakan, bahwa ciri dari

True Experimental Desiagn adalah sampel yang digunakan baik untuk

eksperimen maupun untuk kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Jadi, cirinya adanya kelompok kontrol dan sampel dipilih secar random. Penelitian ini menggunakan salah satu yang terdapat dalam True

Experimental Desiagn, yaitu pretest-posttest control group design dengan

desain pre-tes dan pos- tes yang digunakan untuk menguji model yang diimplementasikan guna memperoleh efektivitas model bimbingan pengembangan karir bagi siswa tunarungu.

B.

Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

Sebelum dikemukakan definisi operasional dalam penelitian model bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu, akan dijelaskan definisi konseptual terlebih dahulu, yakni :


(41)

1. Bimbingan Pengembangan Karir

Bimbingan adalah suatu proses layanan, bantuan dan pendekatan kepada individu agar dapat memahami diri, memahami dunia kerja, merencanakan karir dan mengambil keputusan karir secara tepat dalam memasuki kehidupan dimasa yang akan datang. Frank W. Miller (1961) dalam Sukmadinata (2007 :9) mendefinisikan, bahwa ”bimbingan merupakan proses membantu individu agar memiliki pemahaman diri dan pengarahkan diri, agar dapat menyesuaikan diri secara maksimal dalam kehidupan di sekolah, rumah dan masyarakat. Selanjutnya, Traxler mengatakan, bahwa “bimbingan merupakan bantuan yang memungkinkan tiap individu dapat memahami kemampuan-kemamapuan dan minatnya, mengembangkan diri secara optimal, menyesuaikan diri dengan tuntutan kehidupan, dan akhirnya menjadi individu utuh dan matang yang mampu membimbing diri sendiri, sebagai warga yang sesuai dengan harapan masyarakat”.

Berdasarkan pandangan Frank W. Miller dan Traxler di atas, maka tampak bahwa meskipun bimbingan dipandang sebagai proses membantu individu agar memiliki pemahaman diri dan pengarahkan diri, agar dapat menyesuaikan diri secara maksimal dalam kehidupan di sekolah, rumah dan masyarakat, namun dalam pengertian tersebut juga digambarkan adanya suatu bantuan kepada individu untuk mengembangkan secara optimal. Dalam penelitian ini secara operasional bimbingan dipandang sebagai suatu proses bantuan yang diberikan kepada siswa tunarungu dalam menentukan pilihan dan penyesuaian yang tepat dalam kehidupannya yang optimal serta


(42)

mempersiapkan siswa tunarungu untuk memenuhi kebutuhannya, kesadaran diri potensi akan karir, persepsi yang realistis tentang dunia kerja dan menghubungkan dengan dunia kerja.

Perkembangan yang diartikan adalah sebagai perubahan segala yang ada pada manusia baik dalam perubahan fisik, stuktur, dan ukuran. Hurlock (1996: 2) menyebutkan, bahwa istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progesif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan atau perubahan di dalam penelitian ini secara operasional adalah siswa tunarungu selama hidupnya yang ingin mempunyai perubahan dalam karir sehingga dapat mengembangkan secara optimal baik bagi dirinya maupun masyarakat. Esensi strategi ini untuk membantu siswa tunarungu dalam mengembangkan karir yang diharapkan yang terletak pada pengembangan karir.

Karir adalah perjalanan yang di lalui seseorang selama hidupnya dan semua pekerjaan atau jabatan yang di pegang selama kehidupan kerja. Menurut Greenhaus (dalam Irianto, 2001:93) menyebutkan, bahwa terdapat dua pendekatan untuk memahami makna karir, yaitu: Pendekatan memandang karir sebagai pemilikan (a property) dan/atau dari occupation atau organisasi. Pendekatan ini memandang bahwa karir sebagai jalur mobilitas di dalam organisasi yang tunggal seperti jalur karir di dalam fungsi marketing, yaitu menjadi sales representative, manajer produk, manajer marketing distrik, manajer marketing regional, dan wakil presiden divisional marketing dengan berbagai macam tugas dan fungsi pada setiap jabatan. Secara operasional karir


(43)

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya perjalanan siswa tunarungu selama hidupnya dan semua pekerjaan atau jabatan yang di pegang selama kehidupan kerja dikemudian hari.

Pengembangan karir yang dimaksud adalah ketiga teori yang dikembangkan berdasarkan menurut para ahli, anatara lain: Donald E. Super bersama Jordan (Dillar, 1985:19-20), Dave E Redokopp dalam Darmawani, E.

at al (2010), dan Kartadinata (1988: 238). Pada perkembangan karir pertama,

Donald E. Super bersama Jordan (Dillar, 1985:19-20) menyebutkan konsep diri berkembang melalui proses identifikasi terhadap sosok kunci (key figures) di lingkungan keluarga dan sekolah. Kebutuhan dan fantasi sangatlah dominan pada perkembangan karir kedua, menurut Dave E Redokopp dalam Darmawani, E. at al. (2010). Pada teori perkembangan ini dijelaskan, bahwa minat dan kapasitas menjadi lebih penting dengan meningkatkan keterlibatan sosial serta realitas. Sedangkan perkembangan karir ketiga, yakni menurut Kartadinata. (1988: 238) yang menyebutkan bahwa: a) kesadaran diri (self

awareness), kesadaran pendidikan (educational awareness), kesadaran karier (career awareness), kesadaran ekonomi (economic awareness), pembuatan

keputusan (decision making), kompetensi-kompetensi awal (beginning

competencies), keterampilan kecakapan bekerja (employability skills), sikap

dan apresiasi (attitudes and appreciations).

Secara operasional perkembangan karir di atas dipilih sebagai suatu proses perkembangan yang berarti serangkaian perubahan karir siswa tunarungu, pengembangan karir ini saling mendukung satu sama lain, sebagai


(44)

akibat dari proses kematangan dan pengalaman mengembangkan perkembangan karirnya agar siswa tunarungu memiliki kebutuhan, kesadaran diri potensi akan karir, mempunyai persepsi yang realistis tentang dunia kerja, menghubungkan dengan dunia kerja.

Bimbingan perkembangan karir adalah upaya memberikan bantuan yang dirumuskan dengan memfokuskan pada kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan karir antara lain: kesadaran diri potensi akan karir, persepsi yang realistis tentang dunia kerja dan menghubungkan dengan dunia kerja yang berkaitan dengan perkembangan karir siswa tunarungu merupakan bagian terpenting dari keseluruhan model bimbingan perkembangan karir.

Secara operasional bimbingan perkembangan karir bagi siswa tunarungu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan karir baik yang saat ini ataupun untuk masa depan, agar siswa tunarungu mampu mengoptimalkan potensi akan karir, persepsi yang realistis tentang dunia kerja dan mencapai kemandirian dalam kehidupan yang penuh persaingan.

Pada dasarnya siswa tunarungu dalam penelitian ini adalah orang yang mengalami gangguan pendengaran yang terdiri dari tuli (deaf) dan kurang dengar (Hard of hearing). Orang yang tuli (deaf) adalah orang yang mengalami ketidak mampuan mendengar bunyi atau suara pada intensitas tinggi berkisar 70 dB atau lebih akan mengakibatkan kesulitan dalam memproses informasi bahasa melalui pendengarannya sehingga ia tidak dapat memahami pembicaraan orang lain baik dengan memakai maupun tidak memakai alat bantu dengar (hearing aid). Sedangkan orang yang kurang dengar (hard of


(45)

hearing) adalah orang yang mengalami kekurang mampuan mendengar

bunyi/suara pada intensitas sedang sekitar 35 s/d 69 dB yang biasanya memakai alat bantu dengar (hearing aid) untuk memproses informasi bunyi/suara yang masuk sehingga bisa memahaminya.

Secara operasional siswa tunarungu adalah orang yang mengalami hambatan pendengaran baik yang tuli sedang atau tuli total memerlukan bimbingan pengembangan karir untuk memenuhi kebutuhan dan pengembangan karir dimasa depannya guna mengembangkan secara optimal dan bisa mandiri.

C. PengembanganAlat Pengumpul Data

1. Alat Pengumpul Data (Instrumen Penelitian)

Berdasarkan data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, dikembangkan dua instrumen tentang asesmen dan pengembangan karir, yaitu: a. Instrumen assesmen, untuk mengetahui jenis layanan bimbingan

pengembangan karir yang dibutuhkan siswa tunarungu, mengetahui permasalahan siswa tunarungu tentang karir baik karakteristik ketunarunguan, penyebab ketunarunguan, dan mengadakan test pendengaran (menggunakan Audiometer) untuk mengetahui ambang pendengaran tiap anak tunarungu yang dapat menunjang karir (audiogram dapat dilihat pada lampiran).

b. Instrumen model hipotetik bimbingan pengembangan karir untuk mengetahui kebutuhan dan perkembangan karir, peneliti mengambil rujukan


(46)

ke tiga pendapat ahli mengenai perkembangan karir sebagai kerangka teoritis, yakni: Donald E. Super bersama Jordan (Dillar, 1985:19-20), Dave E Redokopp (dalam Darmawani, E. at al. 2010) dan Kartadinata (1988: 238). (dapat dilihat Bab II hal 44), antara lain kompetensi kebutuhan, kesadaran diri potensi akan karir, indikator: (kesadaran diri, pemahaman diri, kesadaran pendidikan, kesadaran karir, kesadaran ekonomi), kompetensi: persepsi yang realistis tentang dunia kerja, indikator: (pembuatan keputusan, kompetensi-kompetensi awal), dan kompetensi: menghubungkan dengan dunia kerja, indikator: (keterampilan kecakapan kerja, sikap dan apresiasi kepuasan diri dan sosial).

Beberapa hal yang terkait dengan pelaksanaan bimbingan pengembangan karir di SLB-B, data dikumpulkan melalui assesmen, wawancara, maupun instrumen, instrumen bimbingan pengembangan karir diberikan pada siswa dengan pembuatankisi-kisi instrument.

Berikut ini adalah uraian kisi-kisi instrumen:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Bimbingan Pengembangan Karir

NO INDIKATOR ASPEK ITEM KET

1 Kesadaran diri (self

awareness),

a. Kebutuhan-kebutuhan

b. Kekuatan kelemahan pribadinya c. Identitas diri (self-identitas) d. Pengetahuan tentang diri tentang

karir

e. Keputusan karir

10 item 1-10

2. Kesadaran pendidikan (educonal

awareness

a.Pengetahuan tentang keterampilan b. Penguasaan keterampilan

cTujuan karir melalui pendidikan d.Keberhasilan pendidikan dasar


(47)

NO INDIKATOR ASPEK ITEM KET

karir

e.Identitas karir 3 Kesadaran karir

(career awareness),

a. Pemahaman akan dunia kerja b. karir bermakna bagi kehidupan c. identitas karir

d. kemajuan karir e. perkembangan karir

10 item 21-30

4. Kesadaran ekonomi (economic

awareness),

a.hubungan karir tentang ekonimi b. pola-pola hidup

c. pola-pola pekerjaan d. pola-pola pendidikan

e. bimbiongan karir membantu ekonomi

10 item 31-40

5. Pembuatan

keputusan (decision

making),

a.membantu keputusan karir b. alternatif keputusan c. menilai

10 item 41-50

6 Kompetensi-kompetensi awal (beginning

competencies)

a. keterampilan kognitif b. identitas tujuan c. identitas tugas d. identitas prosedur

e. identitas melaksanakan tugas

10 item 51-60

7. Keterampilan kecakapan bekerja (employability

skills),

a. tugas keterampilan yang tepat b. penempatan yang tepat/cocok

10 item 61-70

8. Sikap dan apresiasi (attitudes and

appreciations)

a. peran dan karir

b.kepuasan diri dalam karir di masyarakat

c. apresiasi pendidikan dan karir d. nilai-nilai perasaan karir e. partisifasi

10 item 71-80

2. Penimbangan Instrumen

Instrumen yang ditimbang secara khusus adalah bimbingan pengembangan karir. Untuk memperoleh item pengembangan karir yang layak pakai, setiap item yang dikembangkan (80 item) dikoreksi (judgemen) oleh


(48)

pakar dari akademisi maupun praktisi, untuk mengukur kelayakan dasar-dasar konsep atau teori yang digunakan dalam model, serta ditimbang untuk dikaji secara rasional kelayakan model, baik dari segi redaksi, isi pernyataan, serta ditelaah sesuai dengan item tiap-tiap aspek. yang diungkap pada model ini antara lain kebutuhan-kebutuhannya, kesadaran diri, pemahaman diri, kesadaran pendidikan, karir, ekonomi, pembuatan keputusan, keterampilan kecakapan kerja, sikap dan apresiasi kepuasan diri dan sosial.

3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Pengujian validitas instrumen model bimbingan pengembangan karir dimaksudkan untuk mengetahui kevalidan model yang akan peneliti laksanakan. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan sesuatu instrumen (Sugiono,2012:173). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) secara valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur atau sahih yang mempunyai validitas tinggi.

Dengan demikian, untuk validasi instrumen yang diolah maka dihitung berdasarkan rumus :

rxy =

 

 ] ) ( ][ ) ( [ ) )( ( 2 2 2 2 y y N x x N y x xy N Dimana :

rxy = korelasi antara variabel x dan y

X = skor butir Y = skor total


(49)

Suatu indikator dikatakan valid dengan ketentuan (Arikunto, 2006:184) adalah sebagai berikut :

a) Hasil jika t hitung positif, dan t hitung > t tabel, maka butir soal valid rhitung > rtabel = valid.

b) Hasil jika t hitung negatif, dan t hitung < t tabel, maka butir soal tidak valid

rhitung < rtabel = tidak valid.

Uji validitas yang peneliti laksanakan ada 8 (delapan) aspek menjadi 80 item, hasil yang dicapai dalam pengujian validitas dengan menggunakan korelasi product moment rxy untuk mencari atau menghitung thitung, ambil

contoh salah satu item dalam instrumen bimbingan pengembangan karir yang valid dan Tidak Valid.

(1) Mengenai aspek ke satu kesadaran diri item 1 s/d 10, kesepuluh item semuanya valid, indikator akan kebutuhan karir contoh pertanyaan item 3, saya membutuhkan pengetahuan keterampilan yang dapat mengembangkan karir 0.534 > 0.396 (valid).

(2) Mengenai kesadaran ekonomi item 31 s/d 40, enam item tidak valid dijawab oleh siswa tunarungu dapat disimpulkan bahwa indikator kesadaran ekonomi tidak valid contoh pertanyan no 40, keterampilan dalam menghasilkan jasa atau produk yang memiliki nilai ekonomis.-0.302<0.396 (tidak valid).

Perhitungan validitas butir soal yang lainnya yang berjumlah 78 item digunakan bantuan perhitungan program Metod Successive Interval (MSI) Design by: www.azuarjuliandi.com (Azuar - UMSU – Medan). untuk


(50)

transformasi data ordinal ke interval, kebutuhan untuk pegujian hipotesis digunakan data interval (data hasil penelitian). Proses perhitungan uji validitas dapat di lihat pada tabel lampiran.

4. Uji Reliabilitas Instrumen

Setelah diuji validitas ke 80 item instrumen model bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu, selanjutnya instrumen tersebut diuji berdasarkan tingkat reabilitasnya. Apabila item itu mempunyai korelasi yang baik dan tinggi, maka menunjukkan bahwa item tersebut memililki validitas yang tinggi. Dalam analisis item ini, Masrun (1979) menyatakan bahwa teknik korelasi untuk menentukan validasi item ini sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Selanjutnya, dalam memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi Masrun menyatakan bahwa “item yang mempunyai korelasi yang positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah apabila r =0,3. Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. (Sugiono,2012:188). Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), (Sugiono , 2012:185). Rumus (Kuder Richardson) KR 21

                 t kst M k M 2 ) ( 1 1 -k k rij Keterangan :


(51)

k = Jumlah item dalam instrumen M = mean skor total

s2i = Varian total

Data reliability untuk membandingkan data valid atau tidak valid R hitung

(korelasio item total korelasi) untuk nila R tabel dengan N = 25 dengan tarap

kesalahan 5 % diperoleh nilai 0,396, jika R hitung lebih besar dari R tabel maka

valid. Tetapi jika R hitung lebih kecil dari R tabel maka tidak valid

Hasil reabilitas instrumen model bimbingan pengembangan karir diperoleh data yang valid dari 80 item berjumlah 69 valid, tidak valid berjumlah 11 item dengan itu dari tarap kesalahan 5 % dari 80 item, Instrumen model bimbingan pengembangan karir reliabel mengandung arti bahwa instrumen tersebut baik sehingga mampu mengungkap data yang dapat dipercaya tentang model bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu.

Suatu variabel dikatakan reliabel, apabila (Nurgiyantoro, 2004: 352) :

1. Hasil α ≥ 0,60 = reliabel.

2. Hasil α < 0,60 = tidak reliabel.

Tabel 3.2

Reliabel statistik

KR 21 Spearman Brown

(Split half N of Items

0 .967

69

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh hasil KR 21 Spearman Brown (Split half), 0.967 hal ini menunjukkan bahwa 0.967 > 0.600 berarti


(52)

pernyataan-pernyataan ini realibel dan dapat dilakukan untuk penelitian selanjutnya. Kegiatan validasi pengumpulan data ini dilaksanakan bersamaan dengan uji kelayakan model bimbingan pengembangan karir.

D.

Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian, ditetapkan di SLB-B yang ada di Kota Bandung sebagai subyek penelitian. Dasar penetapan SLB-B sebagai subyek penelitian adalah sekolah yang khusus mendidik anak yang mempunyai kelainan pendengaran (tunarungu) yang ada di Kota Bandung, dan sudah banyak meluluskan siswa tunarungu yang bisa mandiri serta sekolah tersebut sebagai contoh bagi sekolah lainnya di dalam pengembangan pendidikan tunarungu. Pemilihan subjek penelitian didasarkan atas pertimbangan mampu memberikan informasi guna penelitian.

Menurut Moleong (1993: 165-166) “diantara pertimbangan yang diambil peneliti adalah subjek yang dipilih dianggap mampu memberikan informasi seluas mungkin mengenai fenomena yang terjadi sesuai fokus penelitian”.

Subyek penelitian ini terdiri dari 5 sekolah (SLB-B), siswa tunarungu jenjang lanjutan SMPLB/ SMALB berjumlah 50 orang, Kepala sekolah 5 orang, guru pembimbing 5 orang, wali kelas 5 orang, dan orang tua siswa 5 orang.


(53)

Tabel 3.3

Daftar Subjek Penelitian

SLB-B Nama SLB-B Silih Asih (Uber) SLB-B Tut Wuri (Cijerah) SLB=B Suka Pura (Kircon) SLB-B Cicendo SLB-B Budaya Bangsa (kopo) Jumlah

Siswa 9 10 9 12 10 50

Guru kelas 1 1 1 1 1 5

Guru pembimbing

1 1 1 1 1 5

Orang tua 1 1 1 1 1 5

Kep Sek 1 1 1 1 1 5

Jumlah 70

Berdasarkan tabel di atas, maka subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa tunarungu, kepala sekolah, guru kelas, guru pembimbing dan orang tua untuk mendukung pengembangan model bimbingan pengembangan karir.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini memerlukan data dengan cara pengelolaan yang digunakan dalam beberapa teknik pengumpulan data melalui observasi (pengamatan), wawancara, angket dan dekumentasi, disimpulkan secara deskriptif sesuai denga tujuan penelitian, dan karakteristik data yang digunakan.


(54)

1. Analisis Deskriptif

Menganalisis data hasil studi pendahuluan baik data yang bersifat kuantitatif maupun data kualitatif digunakan dengan teknik analisis deskriptif. Temuan-temuan penelitian yang diuraikan meliputi sebagai berikut :

(a) frofil pelaksanaan layanan bimbingan pengembangan karir mengenai kebutuhan-kebutuhan, pemasalahan siswa tunarungu, karakteristik tunarungu, penyebab ketunarunguan, dan mengadakan test pendengaran untuk mengetahui ambang pendengaran tiap anak tunarungu.

(b)frofil bimbingan pengembangan karir, yang berorentasi tiga perkembangan karir menurut ahli peneliti menetapkan untuk mengetahui kebutuhan dan perkembangan karir, antara lain kompetensi: kebutuhan-kebutuhan, kesadaran diri potensi akan karir indikator: (kesadaran diri, pemahaman diri, kesadaran pendidikan, kesadaran karir, kesadaran ekonomi), kompetensi: persepsi yang realistis tentang dunia kerja, indikator: (pembuatan keputusan, kompetensi-kompetensi awal), dan kompetensi: menghubungkan dengan dunia kerja, indikator: (keterampilan kecakapan kerja, sikap dan apresiasi kepuasan diri dan sosial).

2. Analisis Statistik

Teknik analisis statistik digunakan untuk penguji efektivitas model bimbingan pengembangan karir dengan menggunakan desain kuasai eksperimen. Penerapan model bimbingan pengembangan karir dengan motode kuasi eksprerimen pola pre-test-post test. Untuk mengetahui apakah perbedaan dua rerata antara skor pengembangkan karir siswa tunarungu test awal, dengan


(55)

skor pengembangkan karir siswa tunarungu test akhir. Sugiono (2012: 112) menyatakan bahwa pola pretest-posttest control group design dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random (R), kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. kelompok eksperimen 25 0rang siswa SLB-B dan pada kelompok kontrol 25 orang siswa SLSLB-B-SLB-B, dengan pemberian bimbingan pengembangan karir kepada kelompok eksperimen. Efektivitas dilakukan dengan membandingkan rerata skor bimbingan pengembangan karir pada test awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dan membandingkan rerata skor akhir kelompok treatment (eksperimen) dan rerata skor akhir kelompok kontrol. Hasil validitas pada aspek efektifitas desain dan implementasi model, menjadi bahan konklusi dan rekomendasi model akhir yang telah teruji (tested model).

Skor pre-test dan post-test diperoleh dalam desain kuasi eksprerimen. Desain ini dipilih dalam rangka menguji efektifitas model bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu. Efektivitas model bimbingan pengembangan karir dimaksudkan untuk ketercapaian tujuan berupa mengembangkan karir siswa tunarungu. Emerson dalam Handayaningrat (1996:16) menyatakan, bahwa “efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan”. Jadi, apabila tujuan tersebut telah dicapai, baru dapat dikatakan efektif.

(Diposkan oleh Al-Bantany-112 di 23:18irfan_childgone@yahoo.com). Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:


(56)

Tabel 3.4

Desain Kuasi Eksprerimen

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen O 1 X O 2

Kontrol O 3 - O 4

Keterangan :

Non R : Pilihan subjek pada kelompok eksprerimen dan kelompok kontrol, random.

O 1 : test awal pada kelompok eksprerimen X : perlakuaan (treatment)

O 2 : test akhir (post-test) setelah diberikan bimbingan Pengembangan karir pada kelompok eksprerimen

O 3 : test awal pada kelompok kontrol O 4 : test akhir pada kelompok kontrol

Untuk membuktikan penelitian berupa pengujian efektivitas model bimbingan pengembangan karir, maka digunakan teknik uji beda rata-rata

(t-test). Menurut Sugiono (2012:333) t-test digunakan untuk menguji 2 sampel

yang berkorelasi, dengan menggunakan data interval atau rasio. Berdasarkan pengujian model bimbingan pengembangan karir untuk siswa tunarungu tersebut, analisis data secara keseluruhan dilakukan menggunakan bantuan seperangkat lunak SPSS 17,0 for Windows.

F. Prosedur dan Tahap-tahap Penelitian

Prosedur penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan dalam penelitian ini ada 10 (sepuluh) langkah sesuai dengan pendapat ahli, yaitu: Borg and Gall (dalam Sukmadinata, 2007:169) terdiri dari : 1) Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting); 2) Perencanaan


(1)

---

11 Memberikan pelaksanaan layanan bimbingan, dengan keterampilan dan pengetahuan tentang karir yang sesuai potensi, bakat minat --- --- 12 Diberikan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan yang diberikan

--- ---

13 Menyalurkan/menempatkan kaum tunarungu ke perusahaan-perusahaan atau dapat berwirausaha --- 14 Memberikan informasi tentang lingkungan pekerjaan dalam kehidupan

--- 15 Membawa langsung siswa tunarungu ke tempat pekerjaan --- --- 16 Mampu mengatasi masalah pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari

--- 17 Mengevaluasi sampai dimana keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan karir---

18 Memonitor keperusahaan-perusahan, pekerjaan yang sedang dijalaninya oleh siawa tunarungu akan karir

--- ---

Bandung Oktober 2011


(2)

Dudi Gunawan, 2012

Model Bimbingan Pengembangan Karir Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu


(3)

(4)

Dudi Gunawan, 2012

Model Bimbingan Pengembangan Karir Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No Siswa Keterangan

1 Adi Sopyan Kelas XI

2 Adit Kelas XI

3 Agus Priatna Kelas XI

4 Anita Kelas XII

5 Tatang Kelas X

6 Elgia Kelas XI

7 Risa G Kelas IX

8 Reni S Kelas IX

9 Syaliha Kelas IX

10 Putra Kelas IX

11 Adi Sopyan Kelas IX

12 Iray Kelas IX

13 Alen Kelas IX

14 Rifqi Kelas IX

15 Egi Sagita Kelas XI

16 Akbar Senjaya Kelas XI

17 ADITYA Kelas XI

18 TATANG KOMAR Kelas X

19 RIKI SODIKIN Kelas XII

20 NANA ROSIANA Kelas XII

21 NENDEN LESTARI Kelas XII

22 IKHSAN MAULANA Kelas X

23 NALENDRA

ANDHIKA P.

Kelas X

24 Ahmad Iyan Sopyan Kelas X


(5)

2). Siswa Tunarungu yang mengikuti Pre-test dan Pso-test :

KELOMPOK KONTROL

No Siswa Keterangan

1 FERIBA Alumni SLB-B

2 NURMALA Alumni SLB-B

3 VERRELCO EYKEN

FRANS K.

Alumni SLB-B

4 NITA ARIARNI

JUNITA

Alumni SLB-B

5 RHEIN GUSTIARA P. Alumni SLB-B

6 NENI Alumni SLB-B

7 ANDRIYANTO Alumni SLB-B

8 KEVIN ANDRIAN

SURYADI

Alumni SLB-B

9 BERNAT R. Alumni SLB-B

10 RIMA EVA Alumni SLB-B

11 FAHMI Alumni SLB-B

12 ANRIANTO

GOENAWAN

Alumni SLB-B

13 HARIS BUDI UTOMO Alumni SLB-B

14 MAY SUHAYA Alumni SLB-B

15 HEDI SUSANTO Alumni SLB-B

16 WIRANTI TRI

LESTARI

Alumni SLB-B

17 GAI ALIA RAHZEN Alumni SLB-B

18 BENI SYAPUTRA Alumni SLB-B

19 SHINTA

KUSUMANINGRUM

Alumni SLB-B

20 Anwal Padil Alumni SLB-B

21 Anita Mei Lestari Alumni SLB-B

22 Andrianto Alumni SLB-B

23 Andika Alumni SLB-B

24 Alya Nurul Fauziah Alumni SLB-B


(6)

Dudi Gunawan, 2012

Model Bimbingan Pengembangan Karir Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu