MANAJEMEN KARIR PADA JABATAN FUNGSIONAL DI KEMENTERIAN KEHUTANAN RI
MANAJEMEN KARIR PADA JABATAN FUNGSIONAL
DI KEMENTERIAN KEHUTANAN RI
Oleh
Wahyu Tri Kuncara
Analis Kepegawaian di Biro Kepegawaian Kemeterian Kehutanan RI
Abstrak
Agenda reformasi birokrasi yang diterapkan dilingkungan kementerian kehutanan
Republik Indonesia memasuki babak baru dengan menggunakan metode
restrukturisasi organisasi berbasis pada Personal Assesment Center (PAC) yang
menjadi sumber dan pondasi bagi penempatan jenjang karir pegawai. Karir
pegawai sangat ditentukan oleh kapasitas serta prfesionalisme pegawai dalam
menjalankan fungsi-fungsinya selaku aparatur negara. Dengan demikian,
menggunakan model PAC mampu mendorong para pegawai untuk terus
meningkatkan kemampuannya dalam menjalankan fungsinya tersebut.
Kata Kunci : Reformasi birokrasi, Personel Assessment Center,
Capacity Building
PENDAHULUAN
diperlukan orang-orang atau sumber
Kawasan hutan Indonesia yang
luasnya
mencapai
Ha
kompeten dan profesional di bidangnya.
merupakan karunia dan amanah Tuhan
Karenanya, keberadaan sumber daya
Yang Maha Esa yang harus dijaga.
manusia
Karunia yang diberikan-Nya, dipandang
lingkungan
sebagai
yang
amanah,
136
Juta
daya manusia aparatur kehutanan yang
karenanya
hutan
aparatur
kehutanan
Kementerian
memiliki
di
Kehutanan
kompetensi
yang
harus dijaga dan dikelola berdasarkan
memadai, professional dan berdaya
prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari
guna dalam melaksanakan tugas pokok
(sustainable forest management) dan
dan fungsinya mutlak diperlukan.
dimanfaatkan
dalam
rangka
dengan
akhlak
beribadah,
mulia
sebagai
perwujudan rasa syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Untuk mengurus,
mengelola, dan memanfaatkan sumber
daya hutan dengan baik berdasarkan
Pengembangan
karir
yang
profesional menjadi suatu kemestian
untuk dikembangkan dalam manajemen
aparatur sipil negara. Karena seperti
yang diamanahkan Undang-undang No.
8 tahun 1974 jo Undang-undang No. 43
prinsip pengelolaan hutan lestari, maka
90
tahun
1999
tentang
Pokok-pokok
memiliki tugas adalah melaksanakan
Kepegawaian, bahwa dalam rangka
tugas pokok dan menjalankan fungsinya
pengembangan karir, profesionalisme
berdasar pada prosedur kerja tertentu
dan
tentang
serta aturan-aturan baku yang telah
untuk
ditetapkan oleh institusi. Sedangkan
menduduki “jabatan fungsional” sebagai
jabatan fungsional untuk tingkat ahli
jabatan
melaksanakan
kompetensi
kemungkinan
diatur
seorang
yang
PNS
berbasis
pada
tugas
dan
fungsinya
profesionalitas. Hal ini juga dipertegas
dengan menggunakan metode, teknik
dalam penjelasan Peraturan Pemerintah
analisis,
No. 40 tahun 2010 tentang Perubahan
keahlian teknis tertentu yang didapat
Atas PP No. 16 tahun 1994 tentang
dari
Jabatan Fungsional PNS.
(sertifikasi).
Secara faktual, jabatan fungsional
ilmu
pelatihan
pengetahuan
khusus
serta
bersertifikat
Jabatan fungsional yang telah
di Indonesia pertama kali dibentuk di
diimplementasikan
saat kepemimpinan Presiden Suharto di
Kehutanan adalah sejumlah 26 jabatan
tahun 1994. Implementasinya dibentuk
fungsional yang terdiri dari jabatan
dalam Peraturan Pemerintah No. 16
fungsional Kehutanan (di bawah binaan
tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional
Kementrian Kehutanan) dan jabatan
PNS.
jabatan
fungsional Non Kehutanan (di luar
fungsional merupakan kedudukan yang
binaan Kementrian Kehutanan). Untuk
menunjukkan tugas dan tanggungjawab,
jabatan fungsional Kehutanan terdiri dari
wewenang dan hak seseorang PNS
tiga jabatan fungsional yang berada di
dalam satu satuan organisasi. Dimana
bawah binaan Kementrian Kehutanan
dalam
secara langsung, yaitu;
Dijelaskan
bahwa
pelaksanaan
didasarkan
pada
tugasnya
keterampilan
atau
keahlian tertentu yang bersifat mandiri
(Kemenhut, 2011).
Secara
garis
besar,
jabatan
(jenjang) yakni tingkat terampil dan ahli.
fungsional
Kementrian
a. Polisi Kehutanan;
b. Pengendali
Ekosistem
Hutan
(PEH); dan
fungsional ini terdiri dari dua tingkatan
Jabatan
oleh
tingkat
terampil
c. Penyuluh Kehutanan.
Sementara jabatan fungsional Non
Kehutanan yang merupakan jabatan
fungsional di luar binaan Kementrian
91
Kehutanan
terdiri
dari
23
jabatan
fungsional antara lain sebagai berikut:
Peneliti,
Widyaiswara,
Perencana,
Perancang
Peraturan
Perundang-
undangan,
Dokter,
Perawat,
Perawat
Apoteker,
Pranata
Pranata
Humas,
Fisioterapis,
Teknisi
Gigi,
Lab
Bidan,
Gigi,
Assisten
Kesehatan,
Arsiparis,
Litkayasa,
Surveyor
Dokter
Auditor,
Pemetaan,
Pranata
Komputer,
Pustakawan, Analis Kepegawaian.
Jumlah pejabat fungsional yang dimiliki
oleh Kementrian Kehutanan sampai
dengan tahun 2010 adalah sebanyak
6.949 pegawai yang tersebar dalam
berbagai jabatan fungsional yang ada,
seperti
terlihat
dalam
tabel
1.
Radiograper,
Instruktur,
Pemetaan,
Guru,
Pranata
Tabel. 1
Jumlah Pegawai yang Menduduki Jabatan Fungsional
Tahun 2010
Jenis Jabatan
Jumlah
No
Jenis Jabatan
Jumlah
Fungsional
Pegawai
No
Fungsional
Pegawai
1
Polisi Kehutanan
3.077
14
Pranata Humas
3
2
Pengendali Ekosistem Hutan
2.270
15
Arsiparis
52
3
Penyuluh Kehutanan
217
16
Auditor
130
4
Peneliti
400
17
Fisioterapis
1
5
Widyaiswara
167
18
Bidan
1
6
Perencana
9
19
Radiografer
1
7
Perencana Perundangan
10
20
Teknisi Litkayasa
8
Dokter
6
21
Instruktur
2
9
Dokter Gigi
9
22
Guru
38
10
Perawat
7
23
Suverveyor Pemetaan
19
11
Perawat Gigi
1
24
Pranata Komputer
45
12
Assisten Apoteker
1
25
Pustakawan
14
13
Pranata Lab Kesehatan
2
26
Analis Kepegawaian
20
Jumlah Total
342
6.949
Sumber: Biro Kepegawaian Kemenhut 2010
92
Jabatan fungsional pada dasarnya
Dimana pegawai-pegawai yang seharusnya
bersifat
mengerjakan tugas kerjanya sebagai tugas
professional dan mandiri serta memiliki
pokok dalam pelaksanaanya justru malah
berbagai macam keistimewaan dibanding
lebih banyak mengerjakan tugas tambahan,
dengan
sehingga tugas pokok dilupakan dan tidak
merupakan
jabatan
jabatan
yang
lainnya.
keistimewaan
tersebut antara lain adalah bahwa jabatan
terselesaikan dengan baik.
fungsional dapat naik pangkat dalam waktu
dua tahun jika seluruh persyaratannya telah
mencukupi. Tunjangan pun dapat diberikan
lebih
besar
dibanding
dengan
jabatan
lainnya. Dan keistimewaan lainnya lainnya
adalah dalam hal perolehan kepangkatan
(Kemenhut, 2011), dimana untuk jabatan
fungsional tertentu yang memiliki tingkat
keterampilan dengan ijazah Diploma III
dapat mencapai pangkat puncak Penata Tk.
I (Golongan III/d), sedangkan fungsional
umum yang memiliki ijazah D III hanya
dapat mencapai puncak Penata (Gol. III/c).
Begitupun
dengan
jabatan
fungsional
tertentu yang memiliki ijazah S1 dapat
Oleh
sebetulnya
karenanya,
cara
bagaimanakah
terbaik
untuk
menyelesaikan permasalahan implementasi
PP No. 40 tahun 2010 itu di Kementrian
Kehutanan?
memfokuskan
Maka
tulisan
ini
pembahasannya
akan
pada
pertanyaan terebut. Hal ini sangat penting
dilakukan karena mendesaknya agenda
reformasi birokrasi yang harus dilakukan di
lingkungan Kementerian Kehutanan, untuk
menjadikan kementerian kehutanan yang
lebih
professional
mewujudkan
yang
lestari
dalam
pembangunan
untuk
rangka
kehutanan
sebesar-besarnya
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
memiliki pangkat puncak sampai Pembina
Utama Muda (Gol. IV/c) atau setingkat
dengan
Pejabat
Struktural
Eselon
II
AGENDA
REFORMASI
SEBAGAI
PATOKAN
(Kemenhut, 2011).
Dalam upaya menjawab perumusan
Namun
sendiri
di
dalam
Kementrian
Kehutanan
implementasi
kebijakan
tentang jabatan fungsional seperti yang
diamanahkan dalam PP No. 40 tahun 2010
tersebut masih belum optimal. Hal ini
disebabkan karena unit-unit kerja dalam
organisasi
tidak
diberdayakan
sesuai
masalah di atas sebagai upaya menuju
profesionalisme kepegawaian di Kemeterian
Kehutanan
melakukan
diperlukan
strategi
pembaharuan.
untuk
Terdapat
beberapa agenda yang harus dilakukan
oleh
Kementerian
Kehutanan.
Agenda-
agenda tersebut adalah sebagai berikut:
dengan fungsinya seperti yang telah diatur
oleh standar operasional prosedur (SOP).
93
Restrukturisasi Organisasi
5. Meningkatkan kesejahteraan
melalui
Agenda utama yang harus dilakukan
perbaikan system renumerasi, system
oleh seorang pimpinan adalah merubah
asuransi dan jaminan hari tua bagi
paradigma kerja. Paradigma kerja yang
pegawai.
dikembangkan
saat
ini
dalam
jabatan
fungsional adalah mendahulukan pekerjaan
tambahan
seharusnya
dibanding
hal
pekerjaan
itu
pokok,
dikembalikan
ke
Kelima
organisasi
agenda
restrukturisasi
tersebut
akan
mewarnai
perubahan paradigma kinerja dari pegawai-
khittahnya yakni bekerja sesuai dengan
pegawai
tugas pokok dan fungsi pada masing-
Kementerian
masing jabatan fungsional yang diemban.
dilaksanakan semaksimal mungkin disertai
Selain itu terdapat agenda yang harus
pemahaman dan kesadaran bersama oleh
dilakukan oleh seorang pimpinan dalam
segenap sumber daya manuasia aparatur
memanfaatkan
kehutanan yang ada.
sumberdaya
yang
ada
fungsional
di
lingkungan
Kehutanan
RI
jika
menjadikan kekuatan pembaharu dalam
Pelaksanaan restrukturisasi organisasi ini
organisasi, diantaranya:
tentu saja harus dilakukan sesuai dan
1. Menata kembali lembaga ataupun unit
kerja
berdasar
pada
prinsip
berdasarkan
rangka
objektif;
mencapai
system
mekasnisme
ketatalaksaan,
dan
prosedur
visi,
dan
misi
dan
kepemimpinannya
menentukan
jabatan;
pelaksanaan
government
organisasi
tujuan
dari
organisasi. Dalam hal ini, peran pemimpin
pelaksanaan tugas disemua tingkat
3. Mengoptimalkan
dari
untuk melakukan upaya perbaikan dalam
pengorganisasian yang rasional dan
2. Memperbaiki
kebutuhan
tingkat
akan
sangat
keberhasilan
agenda
dari
restrukturisasi
pemanfaatan
e-
organisasi ini. Di samping itu, tentu saja
mengelola
aset
semangat dan partisipasi segenap pihak di
dalam
(aset material maupun non material)
dalam
yang menjadi kekuatan utama dalam
pelaksanaan
memberikan pelayanan prima kepada
sangat menentukan. Agenda restrukturisasi
masyarakat;
system
ini tidak akan dapat terlaksana dan berjalan
manajemen
dengan baik sesuai tujuan manakala tidak
pengadaan
memperbaiki
dan
agenda
untuk
ini
mendukung
pastilah
juga
didukung oleh ketersediaan pemimpin yang
kepegawaian;
4. Menerapkan
organisasi
system
reward
dan
punishment secara proporsional; dan
baik dan partisipasi aktif positif dari segenap
sumber daya aparatur yang ada.
94
terhadap
Capacity Building Bagi Pegawai
Capacity
bulding
(peningkatan
kapasitas) menjadi hal yang sangat penting
dalam
upaya
Kehutanan
mewujudkan
yang
Kemeterian
professional
sesuai
dengan amanah yang diberikan oleh oleh
Negara
unatuk
melaksanakan
pembangunan hutan yang berkelanjutan
menuju masyarakat sejahtera. Capacity
building
diberikan
kepada
pegawai
pemegang jabatan fungsional dalam meniti
karirnya
dengan
tujuan
meningkatkan
kemampuan seseorang dalam memberikan
pelayanan yang baik sesuai dengan tujuan
organisasi,
mengerjakan
tugas
sesuai
dengan fungsinya serta tidak gagap dalam
menghadapi perubahan budaya organisasi
yang notabene berbasis teknologi.
Untuk
menjawab
organisasi,
serta
memperluas
jaringan kerja organisasi.
Perhatian penuh atas peningkatan
kapasitas
pegawai
dalam
upaya
memuluskan pencapaian tujuan organisasi
mesti dilakukan dan menjadi agenda utama
untuk perubahan budaya organisasi secara
berkesinambungan
dan
berkelanjutan.
Untuk itu dalam pelaksanaannya, harus
dilakukan dalam tiga tingkatan yakni di
tingkat individual, institusional, dan system
organisasi. Hal ini dilakukan untuk merubah
budaya kerja organisasi secara tersistem
dan terencana agar menghasilkan kualitas
terbaik bagi organisasi. Adapun ketiga
tingkatan capacity building tersebut dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Tingkatan individual dapat dilakukan
persoalan
yang
dengan
meningkatkan
keterampilan
Kemeterian
dan pengetahuan pegawai atas pokok-
Kehutanan, maka capacity building yang
pokok pekerjaan yang harus dilakukan.
dilakukan harus memperhatikan beberapa
Perlu
hal
building
tengah
dihadapi
sebagai
oleh
berikut:
pertama,
ditekankan
bahwa
dilakukan
bertujuan
untuk
perilaku
(tingkah
laku)
mengembangkan SDM aparatur kehutanan
merubah
dengan training, rekrutmen, dan pemutusan
pegawai dalam bekerja.
menajerial
2. Tingkatan
dalam organisasi. Kedua, mengatur struktur
dilakukan
organisasi secara proporsional yang dapat
merestrukturisasi
merubah gaya manajemen organisasi agar
Restrukturisasi
tidak
tujuan
menekankan
organisasi. Ketiga, meningkatkan aktifitas
aturan-aturan
organisasi (internal dan eksternal) dalam
terkait
upaya menumbuhkan kepercayaan publik
mekanisme
pegawai
professional
kaku
dalam
serta
mencapai
capacity
institusional
dapat
dengan
pula
cara
organisasi.
organisasi
pada
kerja
dengan
kerja
lebih
penyususnan
yang
mengikat
pengaturan
untuk
serta
mencapai
tujuan prganisasi.
95
3. Dan
system
organisasi
dilakukan
kemampuan
setiap
individu
pegawai.
dengan merubah kerangka kerja yang
Seluruh aktifitas dan hasil kerja pegawai
berhubungan
pengaturan
terekam dalam satu data dalam PAC yang
Artinya,
dikelola oleh orang-orang berkemampuan
dengan
kebijakan
organisasi.
menyesuaikan kondisi kerja dengan
khusus
fasilitas
bersertifikat. Artinya, pengelolaan PAC ini
kerja
yang
ada
untuk
ataupun
keahlian
khusus
dilakukan oleh para pegawai yang memiliki
mewujudkan cita-cita organisasi.
kemampuan ahli dalam bidang ini seperti
PENERAPAN
METODE
MENJARING
PAC
DAN
DALAM
MENGUKUR
KOMPETENSI PEGAWAI
merupakan sebuah metode yang digunakan
menilai
pegawai,
dan
serta
mengukur
potensi
membuat
prediksi
kesuksesan seseorang pada satu jabatan
tertentu melalui simulasi jabatan berdasar
kompetensi yang dimiliki. Dengan demikian,
PAC
yang
diterapkan
mewujudkan
khususnya
fungsional
bertujuan
profesionalisme
yang
di
Dalam PAC, scenario penempatan
karir dapat dilakukan sesuai kompetensi
PAC (Personel Assessment Center)
untuk
assessor.
menduduki
lingkungan
untuk
pegawai
jabatan
Kementerian
Kehutanan RI.
yang dimiliki oleh pegawai. Terlepas dari itu,
kredit poin yang diperoleh oleh pegawai
juga terekam dalam satu database yang
dikelola oleh assessor pengendali karir
pegawai. Hasil akhir yang diperoleh untuk
membuat
scenario
dilakukan
dengan tes tulis uji kompetensi serta
wawancara kepada yang bersangkutan.
Hasil akhir ini diolah dan dicocokkan
dengan rekap data yang diperoleh dari
rekam jejak kerja selama menjadi pegawai
dilingkungan
Secara teknis, PAC yang diterapkan
jabatan
kemudian
kementerian
disimulasikan
kehutanan
oleh
assessor
dalam organisasi menggunakan teknologi
untuk melihat kecocokan dalam satu posisi
informasi
jabatan.
yang
perkembangan
terekam
ada
sesuai
zaman.
adalah
rekam
secara
keseluruhan
sesuai
dengan
Data-data
jejak
yang
jenis
dengan
yang
pegawai
dikumpulkan
pekerjaan.
Jika
diperuntukkan pada jabatan fungsional,
maka pengelompokannya pada seluruh
pegawai
fungsional.
Tujuannya
untuk
memudahkan
adalah
Penilaian Berbasis Poin
Selain
Kementrian
Kepegawaian
itu
Sekretariat
Kehutanan
harus
Jenderal
melalui
Biro
memberlakukan
system penilaian berbasis poin sebagai
turunan
dari
penerapan
metode
PAC.
pengendalian
96
Dimana
dengan
ada
Hal ini sebetulnya sudah dilakukan di
sebagai
Kementrian Kehutanan mengacu kepada
acuannya. Pertama, ketika tugas pejabat
PP No. 40 Tahun 2010 tetapi dalam
fungsional (baik tugas poko maupun tugas
pelaksaannya
tambahan
Dimana kredit poin sangat sulit didapatkan
beberapa
system
aturan
sesuai
poin
ini
penilaian
butir-butir
kegiatan
masihlah
apabila
baik dan benar, maka poin angka kredit
melaksanakan pekerjaan atau tugas yang
yang didapat oleh akan rendah bahdalam
sesuai
penilaian capaian angka kredit dan evaluasi
fungsionalnya,
kinerjanya akan bernilai rendah atau kosong
kemampuan individu pejabat fungsional
dan dianggap telah tidak melaksanakan
atau tidak „diberikannya‟ kesempatan bagi
tugas dan pekerjaan dengan baik.
pejabat fungsional untuk melakukan tugas
adanya
bagi
pejabat
kerja
ditetapkan
dengan
penilaian
prestasi
fungsional
angka
kredit
yang
oleh
pejabat yang berwenang. Angka kredit
pegawai
optimal.
fungsionalnya) tidak terselesaikan dengan
Kedua,
seorang
belum
dengan
butir-butir
karena;
kegiatan
rendahnya
fungsional. Maka dalam tataran praktis
Kementrian Kehutanan perlu melakukan
permberdayaan
terhadap
para
1. Pemberian peran
kegiatan dan/ atau akumulasi nilai butir-butir
2. Penempatan dalam jabatan
kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat
3. Motivasi pimpinan
fungsional dalam rangka pembinaan karier
bersangkutan. Butir-butir kegiatan
yang
dinilai
adalah
tugas-tugas
yang
dilaksanakan oleh setiap pejabat fungsional
yang terdiri atas tugas utama (tugas pokok)
dan tugas penunjang, yaitu tugas-tugas
yang bersifat menunjang pelaksanan tugas
utama. Tugas utama adalah tugas-tugas
yang tercantum dalam uraian tugas (job
description) yang ada pada setiap jabatan,
sedangkan tugas penunjang tugas pokok
adalah kegiatan-kegiatan pejabat fungsional
di luar tugas pokok yang pada umumnya
pejabat
fungsional melalui:
merupakan satuan nilai dari tiap butir
yang
tidak
Pemberdayaan
seperti
yang
dimaksud di atas merupakan suatu usaha
atau upaya untuk lebih memberdayakan
pejabat
fungsional
wewenang,
dan
berupa
kompetensi,
tanggungjawab
dalam
meningkatkan kinerja organisasi. Karena
memang implementasi dan pengelolaan
Pejabat
Fungsional
berbasis
kinerja
merupakan kata kunci yang utama untuk
mewujudkannya. Angka kredit harus benarbenar
dapat
dipastikan
sebagai
representasi ukuran kinerja factual yang
member manfaat bagi pencapaian misi unit
bersifat tugas kemasyarakatan (Waskito,
2011).
97
kerja dan bukan hanya seekdar cerminan
kecukupan syarat administraitif saja.
PENUTUP
Peraturan
Jumlah PNS Kementerian Kehutanan
yang
Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun
2010 tentang Perubahan Atas
PP No. 16 tahun 1994 tentang
Jabatan Fungsional PNS.
meniti
karier
melalui
jabatan
fungsional adalah sejumlah sebanyak 6.949
Menteri Kehutanan Nomor
P.40/Menhut-II/2010
tentang
Organisasi
dan
Tatakerja
Kementerian Kehutanan.
orang. Menyangkut karir, implementasinya
masihlah menyisakan masalah, dimana
unit-unit
kerja
dalam
organisasi
tidak
diberdayakan sesuai dengan SOP. Maka
sebagai
bentuk
manajerialnya
pembaharuan
Kementerian
Kehutanan
seharusnya melakukan beberapa langkah
strategis, yaitu melakukan restrukturisasi
organisasi, capacity building bagi pegawai,
penerapan PAC, dan melakukan penilaian
berbasis poin kepada pegawai-pegawainya.
DAFTAR PUSTAKA
Harun Waskito. Jabatan Fungsional Menuju
PNS
Profesional.
Dalam;
Buletrin Planologi: Volume 7
Edisi Agustus 2011.
Kementrian
Kehutanan.
2011.
Pemberdayaan
Jabatan
Fungsional Non Kehutanan di
Kementrian
Kehutanan
RI;
dalam Majalah Info SDM
Kementerian Kehutanan.
Undang-undang Nomor 43 tahun 1999
tentang
Perubahan
Atas
Undang-undang Nomor 8 tahun
1974
tentang
Pokok-pokok
Kepegawaian.
98
DI KEMENTERIAN KEHUTANAN RI
Oleh
Wahyu Tri Kuncara
Analis Kepegawaian di Biro Kepegawaian Kemeterian Kehutanan RI
Abstrak
Agenda reformasi birokrasi yang diterapkan dilingkungan kementerian kehutanan
Republik Indonesia memasuki babak baru dengan menggunakan metode
restrukturisasi organisasi berbasis pada Personal Assesment Center (PAC) yang
menjadi sumber dan pondasi bagi penempatan jenjang karir pegawai. Karir
pegawai sangat ditentukan oleh kapasitas serta prfesionalisme pegawai dalam
menjalankan fungsi-fungsinya selaku aparatur negara. Dengan demikian,
menggunakan model PAC mampu mendorong para pegawai untuk terus
meningkatkan kemampuannya dalam menjalankan fungsinya tersebut.
Kata Kunci : Reformasi birokrasi, Personel Assessment Center,
Capacity Building
PENDAHULUAN
diperlukan orang-orang atau sumber
Kawasan hutan Indonesia yang
luasnya
mencapai
Ha
kompeten dan profesional di bidangnya.
merupakan karunia dan amanah Tuhan
Karenanya, keberadaan sumber daya
Yang Maha Esa yang harus dijaga.
manusia
Karunia yang diberikan-Nya, dipandang
lingkungan
sebagai
yang
amanah,
136
Juta
daya manusia aparatur kehutanan yang
karenanya
hutan
aparatur
kehutanan
Kementerian
memiliki
di
Kehutanan
kompetensi
yang
harus dijaga dan dikelola berdasarkan
memadai, professional dan berdaya
prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari
guna dalam melaksanakan tugas pokok
(sustainable forest management) dan
dan fungsinya mutlak diperlukan.
dimanfaatkan
dalam
rangka
dengan
akhlak
beribadah,
mulia
sebagai
perwujudan rasa syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Untuk mengurus,
mengelola, dan memanfaatkan sumber
daya hutan dengan baik berdasarkan
Pengembangan
karir
yang
profesional menjadi suatu kemestian
untuk dikembangkan dalam manajemen
aparatur sipil negara. Karena seperti
yang diamanahkan Undang-undang No.
8 tahun 1974 jo Undang-undang No. 43
prinsip pengelolaan hutan lestari, maka
90
tahun
1999
tentang
Pokok-pokok
memiliki tugas adalah melaksanakan
Kepegawaian, bahwa dalam rangka
tugas pokok dan menjalankan fungsinya
pengembangan karir, profesionalisme
berdasar pada prosedur kerja tertentu
dan
tentang
serta aturan-aturan baku yang telah
untuk
ditetapkan oleh institusi. Sedangkan
menduduki “jabatan fungsional” sebagai
jabatan fungsional untuk tingkat ahli
jabatan
melaksanakan
kompetensi
kemungkinan
diatur
seorang
yang
PNS
berbasis
pada
tugas
dan
fungsinya
profesionalitas. Hal ini juga dipertegas
dengan menggunakan metode, teknik
dalam penjelasan Peraturan Pemerintah
analisis,
No. 40 tahun 2010 tentang Perubahan
keahlian teknis tertentu yang didapat
Atas PP No. 16 tahun 1994 tentang
dari
Jabatan Fungsional PNS.
(sertifikasi).
Secara faktual, jabatan fungsional
ilmu
pelatihan
pengetahuan
khusus
serta
bersertifikat
Jabatan fungsional yang telah
di Indonesia pertama kali dibentuk di
diimplementasikan
saat kepemimpinan Presiden Suharto di
Kehutanan adalah sejumlah 26 jabatan
tahun 1994. Implementasinya dibentuk
fungsional yang terdiri dari jabatan
dalam Peraturan Pemerintah No. 16
fungsional Kehutanan (di bawah binaan
tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional
Kementrian Kehutanan) dan jabatan
PNS.
jabatan
fungsional Non Kehutanan (di luar
fungsional merupakan kedudukan yang
binaan Kementrian Kehutanan). Untuk
menunjukkan tugas dan tanggungjawab,
jabatan fungsional Kehutanan terdiri dari
wewenang dan hak seseorang PNS
tiga jabatan fungsional yang berada di
dalam satu satuan organisasi. Dimana
bawah binaan Kementrian Kehutanan
dalam
secara langsung, yaitu;
Dijelaskan
bahwa
pelaksanaan
didasarkan
pada
tugasnya
keterampilan
atau
keahlian tertentu yang bersifat mandiri
(Kemenhut, 2011).
Secara
garis
besar,
jabatan
(jenjang) yakni tingkat terampil dan ahli.
fungsional
Kementrian
a. Polisi Kehutanan;
b. Pengendali
Ekosistem
Hutan
(PEH); dan
fungsional ini terdiri dari dua tingkatan
Jabatan
oleh
tingkat
terampil
c. Penyuluh Kehutanan.
Sementara jabatan fungsional Non
Kehutanan yang merupakan jabatan
fungsional di luar binaan Kementrian
91
Kehutanan
terdiri
dari
23
jabatan
fungsional antara lain sebagai berikut:
Peneliti,
Widyaiswara,
Perencana,
Perancang
Peraturan
Perundang-
undangan,
Dokter,
Perawat,
Perawat
Apoteker,
Pranata
Pranata
Humas,
Fisioterapis,
Teknisi
Gigi,
Lab
Bidan,
Gigi,
Assisten
Kesehatan,
Arsiparis,
Litkayasa,
Surveyor
Dokter
Auditor,
Pemetaan,
Pranata
Komputer,
Pustakawan, Analis Kepegawaian.
Jumlah pejabat fungsional yang dimiliki
oleh Kementrian Kehutanan sampai
dengan tahun 2010 adalah sebanyak
6.949 pegawai yang tersebar dalam
berbagai jabatan fungsional yang ada,
seperti
terlihat
dalam
tabel
1.
Radiograper,
Instruktur,
Pemetaan,
Guru,
Pranata
Tabel. 1
Jumlah Pegawai yang Menduduki Jabatan Fungsional
Tahun 2010
Jenis Jabatan
Jumlah
No
Jenis Jabatan
Jumlah
Fungsional
Pegawai
No
Fungsional
Pegawai
1
Polisi Kehutanan
3.077
14
Pranata Humas
3
2
Pengendali Ekosistem Hutan
2.270
15
Arsiparis
52
3
Penyuluh Kehutanan
217
16
Auditor
130
4
Peneliti
400
17
Fisioterapis
1
5
Widyaiswara
167
18
Bidan
1
6
Perencana
9
19
Radiografer
1
7
Perencana Perundangan
10
20
Teknisi Litkayasa
8
Dokter
6
21
Instruktur
2
9
Dokter Gigi
9
22
Guru
38
10
Perawat
7
23
Suverveyor Pemetaan
19
11
Perawat Gigi
1
24
Pranata Komputer
45
12
Assisten Apoteker
1
25
Pustakawan
14
13
Pranata Lab Kesehatan
2
26
Analis Kepegawaian
20
Jumlah Total
342
6.949
Sumber: Biro Kepegawaian Kemenhut 2010
92
Jabatan fungsional pada dasarnya
Dimana pegawai-pegawai yang seharusnya
bersifat
mengerjakan tugas kerjanya sebagai tugas
professional dan mandiri serta memiliki
pokok dalam pelaksanaanya justru malah
berbagai macam keistimewaan dibanding
lebih banyak mengerjakan tugas tambahan,
dengan
sehingga tugas pokok dilupakan dan tidak
merupakan
jabatan
jabatan
yang
lainnya.
keistimewaan
tersebut antara lain adalah bahwa jabatan
terselesaikan dengan baik.
fungsional dapat naik pangkat dalam waktu
dua tahun jika seluruh persyaratannya telah
mencukupi. Tunjangan pun dapat diberikan
lebih
besar
dibanding
dengan
jabatan
lainnya. Dan keistimewaan lainnya lainnya
adalah dalam hal perolehan kepangkatan
(Kemenhut, 2011), dimana untuk jabatan
fungsional tertentu yang memiliki tingkat
keterampilan dengan ijazah Diploma III
dapat mencapai pangkat puncak Penata Tk.
I (Golongan III/d), sedangkan fungsional
umum yang memiliki ijazah D III hanya
dapat mencapai puncak Penata (Gol. III/c).
Begitupun
dengan
jabatan
fungsional
tertentu yang memiliki ijazah S1 dapat
Oleh
sebetulnya
karenanya,
cara
bagaimanakah
terbaik
untuk
menyelesaikan permasalahan implementasi
PP No. 40 tahun 2010 itu di Kementrian
Kehutanan?
memfokuskan
Maka
tulisan
ini
pembahasannya
akan
pada
pertanyaan terebut. Hal ini sangat penting
dilakukan karena mendesaknya agenda
reformasi birokrasi yang harus dilakukan di
lingkungan Kementerian Kehutanan, untuk
menjadikan kementerian kehutanan yang
lebih
professional
mewujudkan
yang
lestari
dalam
pembangunan
untuk
rangka
kehutanan
sebesar-besarnya
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
memiliki pangkat puncak sampai Pembina
Utama Muda (Gol. IV/c) atau setingkat
dengan
Pejabat
Struktural
Eselon
II
AGENDA
REFORMASI
SEBAGAI
PATOKAN
(Kemenhut, 2011).
Dalam upaya menjawab perumusan
Namun
sendiri
di
dalam
Kementrian
Kehutanan
implementasi
kebijakan
tentang jabatan fungsional seperti yang
diamanahkan dalam PP No. 40 tahun 2010
tersebut masih belum optimal. Hal ini
disebabkan karena unit-unit kerja dalam
organisasi
tidak
diberdayakan
sesuai
masalah di atas sebagai upaya menuju
profesionalisme kepegawaian di Kemeterian
Kehutanan
melakukan
diperlukan
strategi
pembaharuan.
untuk
Terdapat
beberapa agenda yang harus dilakukan
oleh
Kementerian
Kehutanan.
Agenda-
agenda tersebut adalah sebagai berikut:
dengan fungsinya seperti yang telah diatur
oleh standar operasional prosedur (SOP).
93
Restrukturisasi Organisasi
5. Meningkatkan kesejahteraan
melalui
Agenda utama yang harus dilakukan
perbaikan system renumerasi, system
oleh seorang pimpinan adalah merubah
asuransi dan jaminan hari tua bagi
paradigma kerja. Paradigma kerja yang
pegawai.
dikembangkan
saat
ini
dalam
jabatan
fungsional adalah mendahulukan pekerjaan
tambahan
seharusnya
dibanding
hal
pekerjaan
itu
pokok,
dikembalikan
ke
Kelima
organisasi
agenda
restrukturisasi
tersebut
akan
mewarnai
perubahan paradigma kinerja dari pegawai-
khittahnya yakni bekerja sesuai dengan
pegawai
tugas pokok dan fungsi pada masing-
Kementerian
masing jabatan fungsional yang diemban.
dilaksanakan semaksimal mungkin disertai
Selain itu terdapat agenda yang harus
pemahaman dan kesadaran bersama oleh
dilakukan oleh seorang pimpinan dalam
segenap sumber daya manuasia aparatur
memanfaatkan
kehutanan yang ada.
sumberdaya
yang
ada
fungsional
di
lingkungan
Kehutanan
RI
jika
menjadikan kekuatan pembaharu dalam
Pelaksanaan restrukturisasi organisasi ini
organisasi, diantaranya:
tentu saja harus dilakukan sesuai dan
1. Menata kembali lembaga ataupun unit
kerja
berdasar
pada
prinsip
berdasarkan
rangka
objektif;
mencapai
system
mekasnisme
ketatalaksaan,
dan
prosedur
visi,
dan
misi
dan
kepemimpinannya
menentukan
jabatan;
pelaksanaan
government
organisasi
tujuan
dari
organisasi. Dalam hal ini, peran pemimpin
pelaksanaan tugas disemua tingkat
3. Mengoptimalkan
dari
untuk melakukan upaya perbaikan dalam
pengorganisasian yang rasional dan
2. Memperbaiki
kebutuhan
tingkat
akan
sangat
keberhasilan
agenda
dari
restrukturisasi
pemanfaatan
e-
organisasi ini. Di samping itu, tentu saja
mengelola
aset
semangat dan partisipasi segenap pihak di
dalam
(aset material maupun non material)
dalam
yang menjadi kekuatan utama dalam
pelaksanaan
memberikan pelayanan prima kepada
sangat menentukan. Agenda restrukturisasi
masyarakat;
system
ini tidak akan dapat terlaksana dan berjalan
manajemen
dengan baik sesuai tujuan manakala tidak
pengadaan
memperbaiki
dan
agenda
untuk
ini
mendukung
pastilah
juga
didukung oleh ketersediaan pemimpin yang
kepegawaian;
4. Menerapkan
organisasi
system
reward
dan
punishment secara proporsional; dan
baik dan partisipasi aktif positif dari segenap
sumber daya aparatur yang ada.
94
terhadap
Capacity Building Bagi Pegawai
Capacity
bulding
(peningkatan
kapasitas) menjadi hal yang sangat penting
dalam
upaya
Kehutanan
mewujudkan
yang
Kemeterian
professional
sesuai
dengan amanah yang diberikan oleh oleh
Negara
unatuk
melaksanakan
pembangunan hutan yang berkelanjutan
menuju masyarakat sejahtera. Capacity
building
diberikan
kepada
pegawai
pemegang jabatan fungsional dalam meniti
karirnya
dengan
tujuan
meningkatkan
kemampuan seseorang dalam memberikan
pelayanan yang baik sesuai dengan tujuan
organisasi,
mengerjakan
tugas
sesuai
dengan fungsinya serta tidak gagap dalam
menghadapi perubahan budaya organisasi
yang notabene berbasis teknologi.
Untuk
menjawab
organisasi,
serta
memperluas
jaringan kerja organisasi.
Perhatian penuh atas peningkatan
kapasitas
pegawai
dalam
upaya
memuluskan pencapaian tujuan organisasi
mesti dilakukan dan menjadi agenda utama
untuk perubahan budaya organisasi secara
berkesinambungan
dan
berkelanjutan.
Untuk itu dalam pelaksanaannya, harus
dilakukan dalam tiga tingkatan yakni di
tingkat individual, institusional, dan system
organisasi. Hal ini dilakukan untuk merubah
budaya kerja organisasi secara tersistem
dan terencana agar menghasilkan kualitas
terbaik bagi organisasi. Adapun ketiga
tingkatan capacity building tersebut dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Tingkatan individual dapat dilakukan
persoalan
yang
dengan
meningkatkan
keterampilan
Kemeterian
dan pengetahuan pegawai atas pokok-
Kehutanan, maka capacity building yang
pokok pekerjaan yang harus dilakukan.
dilakukan harus memperhatikan beberapa
Perlu
hal
building
tengah
dihadapi
sebagai
oleh
berikut:
pertama,
ditekankan
bahwa
dilakukan
bertujuan
untuk
perilaku
(tingkah
laku)
mengembangkan SDM aparatur kehutanan
merubah
dengan training, rekrutmen, dan pemutusan
pegawai dalam bekerja.
menajerial
2. Tingkatan
dalam organisasi. Kedua, mengatur struktur
dilakukan
organisasi secara proporsional yang dapat
merestrukturisasi
merubah gaya manajemen organisasi agar
Restrukturisasi
tidak
tujuan
menekankan
organisasi. Ketiga, meningkatkan aktifitas
aturan-aturan
organisasi (internal dan eksternal) dalam
terkait
upaya menumbuhkan kepercayaan publik
mekanisme
pegawai
professional
kaku
dalam
serta
mencapai
capacity
institusional
dapat
dengan
pula
cara
organisasi.
organisasi
pada
kerja
dengan
kerja
lebih
penyususnan
yang
mengikat
pengaturan
untuk
serta
mencapai
tujuan prganisasi.
95
3. Dan
system
organisasi
dilakukan
kemampuan
setiap
individu
pegawai.
dengan merubah kerangka kerja yang
Seluruh aktifitas dan hasil kerja pegawai
berhubungan
pengaturan
terekam dalam satu data dalam PAC yang
Artinya,
dikelola oleh orang-orang berkemampuan
dengan
kebijakan
organisasi.
menyesuaikan kondisi kerja dengan
khusus
fasilitas
bersertifikat. Artinya, pengelolaan PAC ini
kerja
yang
ada
untuk
ataupun
keahlian
khusus
dilakukan oleh para pegawai yang memiliki
mewujudkan cita-cita organisasi.
kemampuan ahli dalam bidang ini seperti
PENERAPAN
METODE
MENJARING
PAC
DAN
DALAM
MENGUKUR
KOMPETENSI PEGAWAI
merupakan sebuah metode yang digunakan
menilai
pegawai,
dan
serta
mengukur
potensi
membuat
prediksi
kesuksesan seseorang pada satu jabatan
tertentu melalui simulasi jabatan berdasar
kompetensi yang dimiliki. Dengan demikian,
PAC
yang
diterapkan
mewujudkan
khususnya
fungsional
bertujuan
profesionalisme
yang
di
Dalam PAC, scenario penempatan
karir dapat dilakukan sesuai kompetensi
PAC (Personel Assessment Center)
untuk
assessor.
menduduki
lingkungan
untuk
pegawai
jabatan
Kementerian
Kehutanan RI.
yang dimiliki oleh pegawai. Terlepas dari itu,
kredit poin yang diperoleh oleh pegawai
juga terekam dalam satu database yang
dikelola oleh assessor pengendali karir
pegawai. Hasil akhir yang diperoleh untuk
membuat
scenario
dilakukan
dengan tes tulis uji kompetensi serta
wawancara kepada yang bersangkutan.
Hasil akhir ini diolah dan dicocokkan
dengan rekap data yang diperoleh dari
rekam jejak kerja selama menjadi pegawai
dilingkungan
Secara teknis, PAC yang diterapkan
jabatan
kemudian
kementerian
disimulasikan
kehutanan
oleh
assessor
dalam organisasi menggunakan teknologi
untuk melihat kecocokan dalam satu posisi
informasi
jabatan.
yang
perkembangan
terekam
ada
sesuai
zaman.
adalah
rekam
secara
keseluruhan
sesuai
dengan
Data-data
jejak
yang
jenis
dengan
yang
pegawai
dikumpulkan
pekerjaan.
Jika
diperuntukkan pada jabatan fungsional,
maka pengelompokannya pada seluruh
pegawai
fungsional.
Tujuannya
untuk
memudahkan
adalah
Penilaian Berbasis Poin
Selain
Kementrian
Kepegawaian
itu
Sekretariat
Kehutanan
harus
Jenderal
melalui
Biro
memberlakukan
system penilaian berbasis poin sebagai
turunan
dari
penerapan
metode
PAC.
pengendalian
96
Dimana
dengan
ada
Hal ini sebetulnya sudah dilakukan di
sebagai
Kementrian Kehutanan mengacu kepada
acuannya. Pertama, ketika tugas pejabat
PP No. 40 Tahun 2010 tetapi dalam
fungsional (baik tugas poko maupun tugas
pelaksaannya
tambahan
Dimana kredit poin sangat sulit didapatkan
beberapa
system
aturan
sesuai
poin
ini
penilaian
butir-butir
kegiatan
masihlah
apabila
baik dan benar, maka poin angka kredit
melaksanakan pekerjaan atau tugas yang
yang didapat oleh akan rendah bahdalam
sesuai
penilaian capaian angka kredit dan evaluasi
fungsionalnya,
kinerjanya akan bernilai rendah atau kosong
kemampuan individu pejabat fungsional
dan dianggap telah tidak melaksanakan
atau tidak „diberikannya‟ kesempatan bagi
tugas dan pekerjaan dengan baik.
pejabat fungsional untuk melakukan tugas
adanya
bagi
pejabat
kerja
ditetapkan
dengan
penilaian
prestasi
fungsional
angka
kredit
yang
oleh
pejabat yang berwenang. Angka kredit
pegawai
optimal.
fungsionalnya) tidak terselesaikan dengan
Kedua,
seorang
belum
dengan
butir-butir
karena;
kegiatan
rendahnya
fungsional. Maka dalam tataran praktis
Kementrian Kehutanan perlu melakukan
permberdayaan
terhadap
para
1. Pemberian peran
kegiatan dan/ atau akumulasi nilai butir-butir
2. Penempatan dalam jabatan
kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat
3. Motivasi pimpinan
fungsional dalam rangka pembinaan karier
bersangkutan. Butir-butir kegiatan
yang
dinilai
adalah
tugas-tugas
yang
dilaksanakan oleh setiap pejabat fungsional
yang terdiri atas tugas utama (tugas pokok)
dan tugas penunjang, yaitu tugas-tugas
yang bersifat menunjang pelaksanan tugas
utama. Tugas utama adalah tugas-tugas
yang tercantum dalam uraian tugas (job
description) yang ada pada setiap jabatan,
sedangkan tugas penunjang tugas pokok
adalah kegiatan-kegiatan pejabat fungsional
di luar tugas pokok yang pada umumnya
pejabat
fungsional melalui:
merupakan satuan nilai dari tiap butir
yang
tidak
Pemberdayaan
seperti
yang
dimaksud di atas merupakan suatu usaha
atau upaya untuk lebih memberdayakan
pejabat
fungsional
wewenang,
dan
berupa
kompetensi,
tanggungjawab
dalam
meningkatkan kinerja organisasi. Karena
memang implementasi dan pengelolaan
Pejabat
Fungsional
berbasis
kinerja
merupakan kata kunci yang utama untuk
mewujudkannya. Angka kredit harus benarbenar
dapat
dipastikan
sebagai
representasi ukuran kinerja factual yang
member manfaat bagi pencapaian misi unit
bersifat tugas kemasyarakatan (Waskito,
2011).
97
kerja dan bukan hanya seekdar cerminan
kecukupan syarat administraitif saja.
PENUTUP
Peraturan
Jumlah PNS Kementerian Kehutanan
yang
Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun
2010 tentang Perubahan Atas
PP No. 16 tahun 1994 tentang
Jabatan Fungsional PNS.
meniti
karier
melalui
jabatan
fungsional adalah sejumlah sebanyak 6.949
Menteri Kehutanan Nomor
P.40/Menhut-II/2010
tentang
Organisasi
dan
Tatakerja
Kementerian Kehutanan.
orang. Menyangkut karir, implementasinya
masihlah menyisakan masalah, dimana
unit-unit
kerja
dalam
organisasi
tidak
diberdayakan sesuai dengan SOP. Maka
sebagai
bentuk
manajerialnya
pembaharuan
Kementerian
Kehutanan
seharusnya melakukan beberapa langkah
strategis, yaitu melakukan restrukturisasi
organisasi, capacity building bagi pegawai,
penerapan PAC, dan melakukan penilaian
berbasis poin kepada pegawai-pegawainya.
DAFTAR PUSTAKA
Harun Waskito. Jabatan Fungsional Menuju
PNS
Profesional.
Dalam;
Buletrin Planologi: Volume 7
Edisi Agustus 2011.
Kementrian
Kehutanan.
2011.
Pemberdayaan
Jabatan
Fungsional Non Kehutanan di
Kementrian
Kehutanan
RI;
dalam Majalah Info SDM
Kementerian Kehutanan.
Undang-undang Nomor 43 tahun 1999
tentang
Perubahan
Atas
Undang-undang Nomor 8 tahun
1974
tentang
Pokok-pokok
Kepegawaian.
98