PERENCANAAN KARIR siswa smk DAN

PERENCANAAN KARIR DAN
RENCANA PEMBELAJARAN
Oleh: Iqbal Islami *)

ABSTRAK
Untuk pengembangan kariernya, setiap pegawai perlu melakukan manajemen karier. Salah satu
komponen dari manajemen karier adalah penyusunan perencanaan karier. Perencanan karir berisi
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai seorang pegawai dalam pengembangan kariernya dan juga
strategi untuk mencapainya. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai hendaknya bersifat menantang
namun tetap dapat dicapai. Untuk mengisi kesenjangan kompetensi antara kompetensi yang
dimiliki dengan standar kompetensi jabatan maka seorang pegawai juga perlu menyusun rencana
pembelajaran yang berisi rencana pembelajaran yang akan dilakukannya selama kurun waktu
sesuai dengan perencanaan kariernya. Kegiatan pembelajaran ini penting agar pada saatnya suatu
kompetensi dibutuhkan maka pegawai tersebut sudah memiliki dan menguasai kompetensi
tersebut dengan baik. Dalam penyusunan perencanaan karier dan rencana pembelajaran tersebut
seorang pegawai hendaknya mencari seorang mentor yang dapat memberikan nasihat dan umpan
balik atas perencanaan karier dan rencana pembelajaran yang dibuatnya serta pelaksanaannya.

A. Pendahuluan
Seorang pegawai pada suatu organisasi akan selalu dituntut untuk mampu melaksanakan
tugas dan fungsinya dengan baik. Apabila ia mampu untuk melaksanakan tugas dan

fungsinya dengan baik maka dia akan dinamakan sebagai pegawai yang kompeten. Untuk
menjadi pegawai yang kompeten maka seorang pegawai tentunya harus memiliki kompetensi
yang dipersyaratkan untuk jabatan tersebut atau standar kompetensi jabatan. Kompetensi
secara ringkas diartikan sebagai kumpulan perilaku, pengetahuan, dan keterampilan yang
harus ada dan diperlukan dalam suatu posisi jabatan agar
tugas dan fungsi jabatan tersebut dapat dilaksanakan secara
professional, efektif dan efisien.

Terdapat dua jenis

kompetensi yaitu soft competency dan hard competency.
Soft competency berkaitan dengan kemampuan untuk

mengelola proses pekerjaan dan membangun interaksi dengan orang lain. Sementara, hard
competency berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis suatu pekerjaan.

1

B. Assessment Center
Pada tingkat organisasi, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah dan sedang melaksanakan

reformasi birokrasi yang salah satu pilarnya adalah peningkatan disiplin dan manajemen
sumber daya manusia (SDM).

Terkait dengan pilar tersebut, Menteri Keuangan telah

menerbitkan peraturan nomor 47/PMK.01/2008 tentang Assessment Center Kementerian
Keuangan. Assessment Center (AC) dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik untuk
menilai kompetensi perilaku individu yang dipersyaratkan bagi keberhasilan dalam
pekerjaan, dengan menggunakan beragam metode dan teknik evaluasi, serta dilaksanakan
oleh beberapa assessor (seseorang yang melakukan penilaian berbasis kompetensi terhadap
assessee), serta diterapkan kepada lebih dari 1 (satu) orang assessee (pegawai/calon pejabat

yang akan diukur kompetensinya).
Komponen dari AC terdiri dari Kamus Kompetensi, Standar Kompetensi Jabatan (SKJ),
Metode dan Alat Ukur, dan Profil Kompetensi. AC di Kemenkeu dikembangkan dengan
tujuan untuk memperoleh informasi profil kompetensi setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Kemenkeu, dalam rangka Perencanaan Karier, Mutasi Jabatan, dan Pengembangan Pegawai
berbasis kompetensi.
Salah satu pertimbangan dalam perencanaan karier dan mutasi jabatan di lingkungan
Kemenkeu adalah dengan memperhatikan nilai Job Person Match (JPM) yaitu kesesuaian

antara level kompetensi pejabat dengan SKJ. Cara menghitung JPM adalah dengan
menghitung persentase perbandingan level kompetensi seorang pejabat dengan SKJ target.
Berdasarkan surat edaran Menteri Keuangan Nomor: SE- 109 /MK.1/2010 Tentang
Pemanfaatan Aassessment Center di lingkungan Kementerian Keuangan, nilai JPM yang
disyaratkan di Kemenkeu adalah minimum 70%.
Dengan manajemen SDM ini diharapkan Kemenkeu ke depannya akan dapat memiliki SDM
yang profesional dan mempunyai kompetensi yang tinggi yang akan mampu untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan kepada masyarakat. Prinsip peningkatan
manajemen SDM di Kemenkeu meliputi peningkatan kualitas, penempatan SDM yang
kompeten pada tempat dan waktu yang sesuai, sistem pola karier yang jelas dan terukur,
pengelolaan SDM berbasis kompetensi, serta keakuratan dan kecepatan penyajian informasi
SDM sesuai kebutuhan manajemen.

2

C. Kamus Kompetensi
Untuk kompetensi yang bersifat soft competency, Kemenkeu telah memiliki Kamus
Kompetensi (KK) yang berisi 35 jenis kompetensi yang penting untuk dapat melaksanakan
jabatan-jabatan di lingkungan Kemenkeu. Dalam bagian pengantar dari KK Kemenkeu
tersebut, kompetensi diartikan sebagai kemampuan (capability) atau keahlian (expertise)

yang lebih dari sekedar keterampilan (skill) belaka, namun merupakan hasil dari pengalaman
yang melibatkan pemahaman/pengetahuan, tindakan nyata, serta proses mental yang terjadi
dalam jangka waktu tertentu serta berulang-ulang sehingga menghasilkan kemampuan dan
keahlian dalam bidang tertentu. Jadi, kompetensi dibentuk oleh interaksi antara faktor
pengalaman dan faktor bawaan.
Kompetensi yang ada di dalam KK Kemenkeu dibagi ke dalam tiga kelompok (cluster )
kompetensi, yaitu kelompok kompetensi yang berhubungan dengan aspek thinking, working,
dan relating. Dalam bagian pengantar dari KK Kemenkeu dijelaskan bahwa pengelompokkan
tersebut bukanlah pengelompokkan yang terpisah-pisah yang memiliki batas-batas yang
tegas, namun merupakan cluster atau pengkategorisasian berdasarkan ciri-ciri yang menonjol
dan unik dan saling berhubungan satu sama lain.
Jenis-jenis kompetensi pada masing-masing cluster pada KK Kemenkeu dapat dilihat pada
tabel berikut.

3

Struktur KK Kemenkeu disusun terdiri dari Nama Kompetensi, Definisi Kompetensi, dan
Indikator Perilaku (key behavior ) dan Tingkat Kemahiran. Dalam KK Kemenkeu terdapat
empat tingkatan kemahiran pada setiap kompetensinya yaitu sebagai berikut.
1. Level 1 atau Entry Level = Dasar

2. Level 2 atau Eff ective Level = Efektif
3. Level 3 atau Mastery Level = Menguasai
4. Level 4 atau Expert Level = Ahli
Sebagai contoh, di samping ini
disajikan isi KK Kemenkeu untuk
kompetensi

yang

ke-18

yaitu

Integritas (Integrity).
Indikator Perilaku adalah perilaku
yang

seyogyanya

ditampilkan


mewakili kompetensi dan level
kompetensi

tertentu

yang

menunjukkan kinerja tertentu yang
harus

dimiliki

dalam

suatu

kompetensi untuk memastikan tugas
dilaksanakan
Indikator

diamati

dengan

perilaku
merupakan

kompetensi

perilaku

berhasil.

yang

dapat

komponen
yang


jika

ditunjukkan secara efektif, akan
menghasilkan kinerja yang baik dari
kompetensi perilaku itu sendiri.
Indikator perilaku dapat dipakai
untuk mengevaluasi secara mendalam kinerja individu dalam kompetensi perilaku dan
menuntun pengembangannya.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, KK Kemenkeu ini merupakan salah satu komponen dari
AC Kemenkeu. KK Kemenkeu ini dipakai untuk menyusun SKJ untuk masing-masing
jabatan di lingkungan Kemenkeu dan juga untuk digunakan untuk menilai kompetensi dari
pegawai yang sedang dinilai pada suatu assessment.
4

D. Standar Kompetensi Jabatan
Seperti telah diuraikan sebelumnya standar kompetensi jabatan (SKJ) adalah kompetensi dan
tingkat kompetensi yang dipersyaratkan, agar pemegang jabatan mampu melaksanakan
pekerjaan dengan baik. Berdasarkan lingkup penerapannya, kompetensi yang ada pada KK
Kemenkeu dapat dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut.
1. Kompetensi Umum yaitu


kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap PNS

Kemenkeu.
2. Kompetensi Inti yaitu kompetensi yang harus dimiliki setiap pejabat sesuai jenjang
eselonnya.
3. Kompetensi Khusus yaitu kompetensi yang harus dimiliki masing-masing pejabat
sesuai dengan jabatan yang dipangkunya.
Di Kemenkeu, setiap jabatan telah ditetapkan SKJ-nya. Sebagai contoh, untuk jabatan eselon
II dan III, SKJ-nya telah ditetapkan masing-masing dengan keputusan Menteri Keuangan
Nomor 343/KMK.01/2011 Tentang Standar Kompetensi Jabatan Eselon II di Lingkungan
Kementerian Keuangan dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 348/KMK.01/2011
Tentang Standar Kompetensi Jabatan Eselon III di Lingkungan Kementerian Keuangan.
Contoh SKJ Eselon II

5

Contoh SKJ Eselon III

SKJ inilah yang nantinya akan digunakan oleh assessor sebagai dasar untuk menilai

kesesuaian profil kompetensi atau JPM para pejabat di lingkungan Kemenkeu. Berdasarkan
hasil assessment akan dapat diketahui secara terukur dan objektif kesenjangan kompetensi
dari masing-masing individu dengan SKJ-nya.
Secara organisasi kesenjangan kompetensi tersebut antara lain akan diisi dengan
mengikutsertakan pejabat tersebut pada diklat berbasis kompetensi. Hasil assessment juga
dapat dipakai untuk menempatkan pegawai sesuai dengan memperhatikan kompetensi yang
sangat menonjol dan menyusun talent pool (manajemen talenta) atau mapping SDM.

E. Perencanaan Karier
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karier diartikan sebagai perkembangan dan
kemajuan di kehidupan pekerjaan, jabatan, dsb. Terkait dengan karier tersebut, seorang
pegawai

tentu

mengharapkan

kariernya

akan


meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Dalam
rangka pengembangan karier tersebut, maka setiap
pegawai perlu untuk melakukan career management
(manajemen karier) yang salah satu komponennya
adalah membuat career planning (perencanaan
karier) individual. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh Jim Rohn seorang motivator dan
penulis terkenal

tentang pentingnya perencanaan

dalam kehidupan yaitu “If you don’t design your own life plan, chances are you’ll fall into
6

someone else’s plan. And guess what they have planned for you? Not much.” Oleh sebab itu,
seorang pegawai yang ingin mengembangkan kariernya harus membuat perencanan karier
(PK) individualnya sendiri agar kariernya tidak terombang-ambing dipengaruhi oleh rencanarencana orang lain yang tentu saja tidak akan banyak memberikan manfaat baginya.
PK individu berisi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai seorang pegawai dalam
pengembangan kariernya dan juga strategi untuk mencapainya. Salah satu alat yang dapat
digunakan dalam mencapai tujuan dan sasaran tersebut adalah dengan membuat learning
plan (rencana pembelajaran) individual. Untuk seorang pegawai, rencana pembelajaran (RP)

individu tersebut berisi rencana pembelajaran yang akan dilakukannya selama periode
tertentu untuk mempelajari dan menguasai kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan jabatan yang menjadi tujuan pada rencana karier yang telah dibuatnya.
Penyusunan PK secara individual dan mandiri ini diperlukan agar seorang pegawai
mempunyai kendali dalam pengembangan karier dan pribadinya. PK ini juga diperlukan agar
seorang pegawai dapat memelihara dan meningkatkan daya jualnya sebagai pegawai.
Dalam penyusunan PK, hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan dengan jelas
tujuan dan sasaran karier yang ingin dicapainya. Tujuan yang baik harus bersifat menantang
namun dapat dicapai (challenging but attainable). Artinya, tujuan tersebut untuk
mencapainya memerlukan kerja cerdas dan kerja keras namun untuk mencapainya bukanlah
sesuatu yang tidak mungkin. Salah satu contoh pertanyaan yang dapat digunakan untuk dapat
membantu menetapkan tujuan adalah pertanyaan “Akan menjadi apa saya dalam 10 tahun
yang akan datang?”. Jawaban atas pertanyaan tersebut merupakan tujuan yang hendak dicapai
serang pegawai dalam rentang waktu 10 tahun ke depan.
Berdasarkan periode waktu untuk mencapainya, tujuan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu
sebagai berikut.
1. Tujuan jangka pendek (satu sampai dua tahun). Tujuan jangka pendek ini biasanya
bersifat spesifik dan terbatas ruang lingkupnya. Tujuan jangka pendek harus terkait
dengan tujuan karier yang lebih panjang jangka waktunya. Sebagai contoh, seorang
pelaksana yang telah bekerja tiga tahun menetapkan tujuan jangka pendeknya adalah
naik grade satu tingkat dalam waktu satu atau dua tahun ke depan. Harus dipastikan
bahwa tujuan ini adalah tujuan yang dapat tercapai.

7

2. Tujuan jangka menengah (tiga sampai 10 tahun). Tujuan jangka menengah ini bersifat
kurang spesifik dan mengandung lebih banyak pilihan dibandingkan tujuan jangka
pendek.

Sebagai contoh, seorang pelaksana yang telah bekerja tiga tahun

menetapkan tujuan jangka jangka menengahnya adalah ingin mencapai jabatan eselon
IV sebagai kepala subbagian keuangan pada suatu kantor pelayanan dalam waktu 4
tahun ke depan dan menjadi kepala kantor dari suatu kantor pelayanan dalam waktu 8
tahun ke depan. Tujuan jangka menengah ini harus terkait dengan tujuan jangka
panjang yang hendak dicapai. Dengan kata lain, pencapaian tujuan jangka menengah
ini merupakan bagian dari langkah untuk mencapai tujuan jangka panjang.
3. Tujuan jangka panjang (lebih dari 10 tahun). Tujuan jangka panjang ini lebih sulit
untuk diformulasikan karena begitu banyaknya variabel yang tidak diketahui di masa
yang akan datang. Oleh sebab itu, tujuan jangka panjang ini dapat bersifat tidak
terlalu spesifik dan lebih mudah untuk diubah seiring dengan perkembangan keadaan
sejalan dengan berjalannya waktu dan perkembangan kariernya. Sebagai contoh,
seorang pelaksana yang telah bekerja tiga tahun menetapkan tujuan jangka jangka
panjangnya misalnya adalah ingin menduduki jabatan eselon II sebagai seorang
direktur atau kepala kantor wilayah pada unit eselon I yang sekarang atau pada unit
eselon I yang berbeda atau bahkan pada kementerian yang berbeda dalam jangka
waktu 12 tahun ke depan.
Dalam penyusunan PK ini seorang pegawai akan sangat membantu sekali apabia ia
mndapatkan bantuan dari seorang mentor. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wanberg, Welsh, & Hezlett (2003)

sebagaimana dikutip oleh Presidential Task Force

Centering On Mentoring, American Psychological Association (APA), disimpulkan bahwa

individu-individu yang mempunyai mentor akan lebih puas dan lebih berkomitmen terhadap
profesinya dibandingkan dengan individu-individu yang tidak mempunyai mentor. Lebih jauh
lagi, individu-individu yang mempunyai mentor seringkali memperoleh penilaian kinerja
yang lebih tinggi, gaji yang lebih tinggi, dan karir yang lebih cepat dibandingkan individuindividu yang tidak mempunyai mentor.
Seorang mentor adalah individu yang mempunyai keahlian, kemampuan, dan kesediaan
untuk membantu mengembangkan karir dari mentee-nya. Seorang mentor biasanya adalah
orang yang lebih berpengalaman dan lebih ahli dibandingkan mentee-nya. Seringkali seorang
mentor adalah seorang pejabat senior dalam suatu organisasi yang dapat dan mau berbagi

8

pengetahuan, pengalaman, dan juga membukakan jalan atau kesempatan bagi mentee-nya
yang tidak mungkin diperoleh tanpa dukungan dari mentornya.
Bentuk hubungan antara mentor dan mentee sangat bervariasi dan fleksibel baik dalam
bentuk maupun fungsinya sebagaimana dijelaskan oleh Presidential Task Force Centering
On Mentoring, APA. Secara ringkas bentuk hubungan pada program mentoring dapat

dikelompokkan menjadi bentuk hubungan yang formal dan hubungan yang informal. Pada
hubungan mentoring yang bersifat formal maka program mentoring tersebut merupakan
program resmi dari suatu organisasi dan berjalan dengan dukungan penuh dari organisasinya.
Sebaliknya, pada hubungan mentoring yang bersifat informal, hubungan antara mentor dan
mentee-nya terjadi tanpa keterlibatan organisasi secara resmi. Menurut Noe, dalam

praktiknya, kebanyakan hubungan mentor dan mentee adalah hubungan yang bersifat
informal

F. Rencana Pembelajaran
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ada pada PK-nya, maka seorang pegawai perlu
untuk menyusun rencana pembelajaran (RP) yang sesuai dengan PK-nya tersebut. RP
merupakan sebuah dokumen yang bersifat individual yang
berisi rencana tindak (action plan) berupa pembelajaran
yang akan dilakukan seseorang dalam rangka mencapai
tujuan pengembangan karir atau profesinya. RP ini dapat
berfungsi sebagai alat yang berguna dalam perencanaan dan
pengelolaan pengembangan karir atau profesinya. Secara
umum, suatu RP akan berisi tiga hal: (1) tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai; (2) strategi dan langkahlangkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran; dan (3) kriteria yang akan digunakan untuk
menilai pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan adanya RP ini, seorang pegawai dapat
mengidentifikasi, mengukur, dan menilai apa yang telah ia peroleh dari berbagai kegiatan dan
pengalaman pembelajaran yang dilakukannya.
Untuk menentukan tujuan pembelajaran (learning objective) yang ingin dicapai, seorang
pegawai dapat melakukannya dengan melihat:

9

1. tujuan dan sasaran karier yang hendak dicapainya seperti yang telah ditentukan pada
PK-nya;
2. kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki untuk dapat melaksanakan tugas pada
suatu jabatan yang ingin dicapainya dengan baik atau SKJ; dan
3. penilaian atau evaluasi atas kompetensi yang dimiliki saat ini.
Berdasarkan SKJ dan hasil penilaian atas kompetensi yang dimiliki saat ini , kemudian dapat
ditentukan kesenjangan kompetensi (competency gap) yang ada saat ini. Selanjutnya, dengan
berpedoman pada kesenjangan kompetensi tersebut maka seorang pegawai akan dapat
membuat rencana kegiatan-kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan selama kurun waktu
yang sesuai dengan PK-nya. Dengan demikian pada saatnya kompetensi tersebut dibutuhkan
maka pegawai tersebut sudah memiliki dan menguasai kompetensi tersebut dengan baik.
Kompetensi merupakan kumpulan dari tiga hal yaitu perilaku, pengetahuan, dan
keterampilan. Oleh sebab itu, tujuan pembelajaran (TP) seseoarang dalam rangka
peningkatan karier biasanya akan mencakup tiga hal tersebut dan dinyatakan dalam bentuk
kata kerja. Dengan demikian, suatu TP dapat berupa:
1. memperoleh atau memahami pengetahuan baru;
2. mengembangkan atau menguasi keterampilan baru; dan
3. meningkatkan atau mengubah perilaku untuk pengembangan pribadi dan profesional.
Agar efektif maka suatu TP harus bersifat SMART: specific, measurable, achievable,
realistic, dan timely.

1. Specific (spesifik) artinya suatu TP harus cukup terinci dan langsung pada sasaran.
Hindari penggunaan kata-kata yang ambigu seperti menyenangi, menyadari, dan
sejenisnya. Gunakan kata kerja yang lebih nyata atau konkret seperti menghasilkan,
melaksanakan, melakukan, dan sebagainya
2. Measurable (dapat diukur) artinya suatu TP harus dapat diukur untuk menilai
pencapainya. Apabila mungkin TP tersebut dinyatakan secara kuantitatif misalnya
TP-nya adalah meningkatkan keterampilan komunikasi tertulis dengan ukuran mampu
menulis satu tulisan formal setiap bulannya.
3. Achievable (dapat dicapai) artinya pegawai yang menetapkan TP tersebut mempunyai
kemampuan untuk mencapainya. Dengan lain perkataan, suatu TP harus sudah
mempertimbangkan akan adanya keterbatasan-keterbatasan yang mungkin ada atau
timbul baik internal maupun eksternal.
10

4. Realistic (realistis) artinya suatu TP juga harus bersifat realistis, artinya pegawai
tersebut mempunyai sumber daya dan alat untuk mencapai TP tersebut.
5. Timeliness (ketepatwaktuan) artinya suatu TP juga harus ada kerangka waktunya
sehingga dapat diukur ketepatwaktuan pencapaiannya.
Langkah selanjutnya setelah menentukan TP adalah membuat learning strategy (strategi
pembelajaran) yaitu suatu rencana yang berisi cara atau kegiatan yang akan dilakukan uncuk
mencapai suatu TP. Berikut ini disajikan satu contoh TP berikut strategi pembelajaran yang
akan dilakukan untuk mencapai TP tersebut.
Tujuaan Pembelajaran
Meningkatkan
keterampilan komunikasi
tertulis berupa menulis
artikel
setiap
bulan
menimal satu artikel
dalam waktu satu tahun

Strategi Pembelajaran
1. Mengikuti pelatihan pendek bagaimana cara menulis
artikel yang baik.
2. Membaca minimum dua buah buku dan sepuluh artikel
dengan topik bagaimana cara menulis artikel yang
baik.
3. Menulis sebuah artikel dan meminta umpan balik dari
orang yang mempunyai keterampilan tinggi atau ahli
dalam penulisan artikel.
4. Mempelajari kembali bidang-bidang yang memerlukan
perbaikan seperti masalah tata bahasa, pilihan kata,
kalimat efektif, dll sesuai dengan masukan yang
diterima.
5. Memperbaiki kembali artikel yang telah dibuat sesuai
dengan masukan yang diterima dan meminta masukan
kembali dari ahlinya mengenai bidang-bidang yang
masih perlu perbaikan.
6. Menulis kembali artikel baru untuk mempraktikkan
apa yang telah dipelajari dan kembali meminta
masukan dari ahlinya.
7. Mengulangi langkah keenam sampai dengan ruang
untuk melakukan perbaikan sudah sangat minimal.
8. Membiasakan untuk menulis artikel miminal satu
artikel setiap bulannya

Langkah terakhir dalam penyusunan RP adalah menentukan kriteria untuk mengevaluasi atau
menilai pencapaian tujuan pembelajaran. Evaluasi ini dilakukan untuk menentukan apakah
suatu tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum. Secara lebih spesifik, evaluasi ini
dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti “Apakah yang telah saya ketahui
sekarang?”, “Keterampilan apa yang telah saya mampu lakukan sekarang?”, atau “Perilaku
apa yang telah berubah pada saya sekarang?”. Penilaian ini penting dilakukan untuk

11

memastikan apakah tujuan pembelajaran telah tercapai dan berarti proses pembelajaran telah
terjadi. Contoh tabel evaluasi atas tujuan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.
Tujuaan Pembelajaran

Evaluasi

Meningkatkan
keterampilan komunikasi
tertulis berupa menulis
artikel
setiap
bulan
minimal
satu
artikel
dalam waktu satu tahun

1. Jumlah perbaikan atas artikel yang dinilai oleh ahlinya
semakin sedikit dan semakin tidak material.
2. Umpan balik yang semakin baik dari ahlinya atas
kualitas penulisan artikel yang telah dilakukan.
3. Meningkatnya tingkat keyakinan untuk dapat menulis
artikel dengan baik.
4. Mempunyai kebiasaan untuk selalu menulis minimal
satu artikel dalam satu bulan.

Dengan melakukan evaluasi ini maka seorang pegawai dapat memonitor
perkembangan pencapaian TP yang ada pada RP. Secara berkala seorang pegawai
harus melakukan evaluasi atas RP-nya dan melakukan penyesuaian atau pun
perubahan sejalan dengan perubahan TP sebagai akibat adanya perubahan sasaran atau
tujuan karier pada PK-nya.
G. Kesimpulan
Assessment Center di Kemenkeu dikembangkan dengan tujuan untuk memperoleh informasi

profil kompetensi setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kemenkeu, dalam rangka Perencanaan
Karier, Mutasi Jabatan, dan Pengembangan Pegawai berbasis kompetensi.
Dalam rangka pengembangan kariernya, setiap pegawai di lingkungan Kemenkeu perlu untuk
melakukan career management (manajemen karier). Salah satu komponen dari manajemen
karier adalah menyusun

career planning (perencanaan karier). Perencanan karir (PK)

individu berisi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai seorang pegawai dalam pengembangan
kariernya dan juga strategi untuk mencapainya. PK yang dibuat ada yang bersifat jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang sesuai dengan jangka waktu dari tujuan atau
sasaran yang ingin dicapai. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai harus bersifat menantang
namun tetap dapat dicapai.
Berdasarkan standar kompetensi jabatan (SKJ) yang berisi jenis kompetensi dan tingkatan
kompetensi yang harus dimilikinya untuk dapat melaksanakan tugas pada suatu jabatan yang
ingin dicapainya dengan baik dan membandingkannya dengan penilaian atau evaluasi atas

12

kompetensi yang dimiliki saat ini, maka seorang pegawai dapat menentukan kesenjangan
kompetensi (competency gap) yang ada saat ini. Selanjutnya, dengan berpedoman pada
kesenjangan kompetensi tersebut, pegawai tersebut akan dapat membuat learning plan
(rencana pembelajaran). Rencana pembelajaran (RP) berisi rencana kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan selama kurun waktu yang sesuai dengan PK-nya agar
pada saatnya suatu kompetensi dibutuhkan maka pegawai tersebut sudah dapat memiliki dan
menguasai kompetensi tersebut dengan baik.
Suatu RP akan berisi tiga hal yaitu tujuan pembelajaran (TP) yang ingin dicapai, strategi
dan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai TP, dan kriteria yang akan
digunakan untuk menilai atau mengevaluasi pencapaian TP. Karena kompetensi merupakan
kumpulan dari tiga hal yaitu perilaku, pengetahuan, dan keterampilan maka TP biasanya
akan mencakup tiga hal tersebut yaitu memperoleh atau memahami pengetahuan baru,
mengembangkan atau menguasi keterampilan baru, dan

meningkatkan atau mengubah

perilaku untuk pengembangan pribadi dan profesional.
Dengan melakukan evaluasi pencapaian TP, maka seorang pegawai dapat memonitor
perkembangan hasil dari RP-nya. Secara berkala seorang pegawai juga harus melakukan
evaluasi atas RP-nya dan melakukan penyesuaian atau pun perubahan sejalan dengan
perubahan TP sebagai akibat adanya perubahan sasaran atau tujuan karier pada PK-nya
Seorang pegawai yang melakukan penyusunan PK dan RP dan melaksanakannya akan sangat
terbantu sekali apabila ia dapat didampingi oleh seorang mentor yang dapat memberikan
nasihat dan umpan balik atas PK dan RP serta pelaksanaannya.
*) Penulis adalah Widyaiswara Madya pada Pusdiklat PPSDM

13

Daftar Pustaka:
1.

Centering On Mentoring, 2006 Presidential Task Force, American Psychological Association ,
Introduction to Mentoring - A Guide for Mentors and Mentees

2.

Experiential Education, Faculty of Social Sciences, Mc Master University, September 2009,
Experiential Education’s Guide To: Creating Learning Plans And Learning Objectives

3.

Kementerian Keuangan RI, Kamus Kompetensi, 2007

4.

Noe, Raymond A, Employee Training and Development, edisi ke-5, Mc-Graw Hill Irwin, 2010

5.

Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Career_management, diakses tanggal 18 Januari 2013

6.

Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Learning_Plan, diakses tanggal 18 Januari 2013

7.

http://www.reform.depkeu.go.id/data/news/file/PengAssUtkSDMDepkeu.htm,

Penggunaan

Assessment Center untuk Pengembangan SDM di Departemen Keuangan, diakses tanggal 20 Januari
2013
8.

http://www.reform.depkeu.go.id/mainmenu.php?module=assessment, , diakses tanggal 20 Januari 2013

14