BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang diurakan pada Bab IV maka dapat disimpulkan bahwa proses perumusan kebijakan sertifikasi pendidik bagi
guru dalam jabatan mengikuti model rasional legal dengan preferensi nilai utama yakni peningkatan kesejahteraan guru. Proses perumusan kebijakan tersebut
berjalan melalui proses-proses politikpublik, legislasiyurisdiksi, administratif birokratis-manajerial dan mobilisasisosialisasi sehingga menghasilkan keputusan
kebijakan yang bersifat strategis dalam bentuk undang-undang dan peraturan pemerintah, dan kebijakan spesifik dalam bentuk peraturan menteri. Dalam proses
perumusan kebijakan yang melibatkan aktor formal struktural dan non-formal non-struktural itu
telah diperhitungkan sumberdaya
pendukung dan
mengantisipasi konsekuensinya meskipun kurang komprehensif. Deskripsi secara rinci dari kesimpulan pokok tersebut dapat disajikan dalam
uraian ringkas seperti berikut ini.
1. Penyebab kontroversi kebijakan sertifikasi pendidik
Sumber permasalahan atau kontroversi dari kebijakan sertifikasi pendidik pada dasarnya dikarenakan pengambil kebijakan belum taat hukum atau belum
mampu menjalankan tertib hukum. Kondisi tersebut dapat dijelaskan dari rincian penyebab kontroversi berikut ini:
a Sertifikasi pendidik pada awalnya dirancang untuk diberlakukan bagi calon guru atau guru baru, bukan bagi guru dalam jabatan.
343 b Proses perumusan kebijakan sertifikasi pendidik berjalan lamban, tidak sesuai
dengan tenggat waktu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. c Terdapat loncatan tata urut peraturan perundang-undangan, meskipun
dipandang masih sejalan dengan asas kepatuhan hukum rechmatigheid dan kebermanfaatan doelmatigheid dalam penyelenggaraan negara.
d Terdapat ketidak-konsistenan inconsistencies aturan pelaksanaan sertifikasi dengan maksud pokok untuk meningkatkan kesejahteraan guru.
e Penyediaan dana atau anggaran, bentuk dan mekanisme penyaluran tunjangan profesi dalam bentuk bantuan sosial bertentangan dengan sistem keuangan
negara, dan hak profesional guru. f Kemauan politik political will penyelenggara negara dalam mengalokasikan
anggaran sertifikasi, dan komitmen dan kapasitas birokrasi belum dapat meyakinkan bahwa anggaran yang besar untuk sektor pendidikan dapat
memberikan kembalian rate of return yang sepadan, dan sekaligus dapat mendukung kemajuan sektor-sektor lain.
2. Proses perumusan kebijakan sertifikasi pendidik
Kebijakan sertifikasi pendidik, termasuk kebijakan sertifikasi bagi guru dalam jabatan merupakan bagian dari kebijakan pendidikan yang didisain dalam
bentuk peraturan perundang-undangan, dengan tata urut: undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan menteri. Perumusan kebijakan sertifikasi
pendidik itu berjalan sesuai dengan mekanisme penyusunan peraturan perundang- undangan yang berlaku, melalui proses-proses politik atau publik, legislasi atau
yurisdiksi, administratif atau birokratis-manajerial, dan sosialisasi atau mobilisasi.
344 Dengan demikian proses perumusan kebijakan sertifikasi pendidik tersebut
menggunakan model rasional legal.
3. Bentuk dan isi kebijakan sertifikasi pendidik