Analisis Pengaruh Risiko Likuiditas terhadap Return On Asset (ROA) Perbankan (studi kasus Bank Mandiri)

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH RISIKO LIKUIDITAS TERHADAP

RETURN ON ASSET

(ROA) PERBANKAN

(STUDI KASUS BANK MANDIRI)

OLEH

GIPSON HUTAHAEAN

080501118

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH RISIKO LIKUIDITAS TERHADAP

RETURN ON ASSET

(ROA) PERBANKAN

(STUDI KASUS BANK MANDIRI)

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh risiko likuiditas yang terdiri dari Likuiditas Total Asset (LTA), Likuiditas Asset Deposit (LAD) dan Financial Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Asset (ROA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh risiko likuiditas terhadap besarnya ROA pada Bank Mandiri.

Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari publikasi resmi yang berhubungan dengan penelitian dan dari laporan bulanan Bank Indonesia. Data yang digunakan adalah data time series Januari 2006 sampai Desember 2011. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Squared (OLS), model kelambanan (lag), dan analisis dummy musiman.

Hasil estimasi memperlihatkan bahwa dalam analisis regresi OLS diperoleh bahwa ketiga variabel bebas (LTA, LAD dan FDR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (ROA) pada tingkat kepercayaan 1%. Pada model kelambanan (lag) menunjukkan bahwa hanya FDR yang memiliki pengaruh signifikan pada tingkat probabilitas 5% dan 10% yaitu pada bulan mey sampai november. Sedangkan LTA dan LAD tidak signifikan mempengaruhi. Dan dari hasil regresi dummy musiman diperoleh bahwa terdapat pengaruh signifikan ketiga variabel bebas (LTA, LAD, dan FDR) terhadap ROA bank Mandiri, dimana dilihat dari tingkat probabilitas yang signifikan pada tingkat kepercayaan 1% dan 10%.


(3)

ABSTRACT

LIQUIDITY RISK ANALYSIS OF EFFECT OF RETURN ON

ASSET (ROA)

(

BANKING

CASE STUDY

MANDIRI BANKING)

Formulation of the problem in this study is how the effect of liquidity risk Liquidity total assets (LTA), Asset Liquidity Deposit (LAD) and the Financial Deposit Ratio (FDR) of the Return On Asset (ROA). The purpose of this study was to determine whether there is the effect of liquidity risk to the amount of ROA at Bank Mandiri.

The collection of secondary data obtained from official publications relating to research and from the monthly report of Bank Indonesia. The data used are time series data Desenber January 2006 until 2011.

The method used is a model of Ordinary Least Squared (OLS), inertia (lag), and seasonal dummy. Estimation results show that the OLS regression analysis found that three independent variables (LTA, LAD and FDR) have a significant effect on the dependent variable (ROA) at the 1% level of confidence. In the model of inertia (lag) showed that only FDR who had a significant effect on the probability level of 5% and 10% are in mey until november. While the LTA and the LAD is not significantly affected. And of seasonal dummy regression results obtained that there are three significant effects of independent variables (LTA, LAD, and FDR) against the ROA Bank Mandiri, which viewed from a significant level of probability on the confidence level of 1% and 10%.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana di program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Risiko Likuiditas terhadap Return On Asset (ROA) Perbankan (studi kasus Bank Mandiri)’’. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

Dengan kasih dan kerendahan hati Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan hormat yang sedalam-dalamnya kepada Ayahanda tercinta W.Hutahaean dan Ibunda tercinta R.br Pasaribu dan opung tersayang yang telah berjerih lelah, memberikan motivasi baik moril maupun materil, serta mendoakan penulis selama masa perkuliahan hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini. Serta kepada abang, kakak dan lae penulis yang telah juga ikut serta membantu penulis baik dalam hal motivasi, moril maupun materil sampai selesainya skripsi ini yaitu abangku Pak Lionel/mak lionel Hutahaean, kakakku mak Gerrard Hutahaean/lae manurung, mak Zevania Hutahaean/lae manik, kak Nova Hutahaean /lae silalahi, dan kak Rimbun Olifia Hutahaean.

Pada kesempatan ini, Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu, memberikan dukungan, memberikan


(5)

bimbingan, saran dan menjadi inspirasi bagi Penulis selama masa perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini, antara lain :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Wahyu Ario Utomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan.

4. Bapak Syarief Fauzie, SE, M.Ak, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan mulai dari awal pengerjaan skripsi sampai dengan selesainya skripsi ini.

5. Bapak Drs. A.Samad Zaino, Ms selaku Dosen Pembaca Penilai.

6. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan banyak ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Seluruh Staf Administrasi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.


(6)

8. Teman – teman mahasiswa Ekonomi Pembangunan 2008 serta UKM KMK USU, UKM KMK UP FE USU, dan NHKBP Padang Bulan yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan Doa kepada penulis untuk penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juli 2012 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Pengertian Bank ... 10

2.1.2 Risiko Usaha Bank ... 12

2.1.3 Pengertian Likuiditas ... 14

2.1.4 Jenis dan Sumber alat Likuid ... 16

2.1.5 Cadangan Likuiditas ... 17

2.1.6 Risiko Likuiditas ... 20

2.1.7 Kategori Risiko Likuiditas ... 21

2.1.8 Pengukuran Risiko Likuiditas ... 22

2.1.9 Fungsi, Tujuan dan Manfaat Pengelolaan Likuiditas ... 24

2.1.10 Manajemen Risiko Likuiditas ... 26

2.1.11 Prinsip-prinsip Manajemen dan Pengawasan Risiko Likuiditas yang baik (Basel Commitee on Bank Supervision) ... 27

2.1.12 Kebijakan Manajemen Likuiditas ... 30

2.1.13 Profitabilitas ... 33

2.1.14 Hubungaan antara Likuiditas dengan Profitabilitas ... 35

2.2 Penelitian Terdahulu ... 36

2.3 Kerangka Konseptual ... 37

2.4 Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Batasan Operasional ... 41

3.3 Defenisi operasional ... 41

3.4 Jenis data... 42

3.5 Metode pengumpulan data... 43

3.6 Teknik analisis ... 43

3.6.1 Ordinary Least Square (OLS) ... 43


(8)

3.6.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 45

3.6.2Model Kelambanan (Distributed Lag) ... 47

3.6.3 Model Analisis Musiman (Dummy) ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Gambaran Umum Perekonomian Indonesia ... 50

4.2 Gambaran Umum Perbankan Indonesia ... 51

4.3 Gambaran Umum Bank Mandiri ... 53

4.3.1 Gambaran Umum ROA Bank Mandiri ... 55

4.3.2 Gambaran Umum LTA Bank Mandiri ... 58

4.3.3 Gambaran Umum LAD Bank Mandiri ... 60

4.3.4 Gambaran Umum FDR Bank Mandiri ... 63

4.4 Analisis Data ... 66

4.4.1 Ordinary Least Square (OLS) ... 66

4.4.1.1 Interpretasi Model ... 66

4.4.1.2 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 67

4.4.1.3 Uji Asumsi Klasik ... 71

4.4.2 Uji Kelambanan (lag) ... 73

4.4.3 Analisis Pengaruh Musiman ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(9)

DAFTAR TABEL

No. TABEL JUDUL HALAMAN

2.1 Aktivitas terkait Risiko versus Hasil... 12

3.1 Lag untuk Variabel Bebas ... 45

4.1 Bank-Bank yang dilikuidasi Pemerintah ... 52

4.2 ROA Bank Mandiri ... 56

4.3 LTA Bank Mandiri ... 59

4.4 LAD Bank Mandiri ... 61

4.5 FDR Bank Mandiri ... 63

4.6 Regresi OLS ... 66

4.7 Multikolinearitas ... 71

4.8 Lag LTA ... 74

4.9 Lag LAD ... 75

4.10 Lag FDR ... 75


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. GAMBAR JUDUL HALAMAN

2.1 Kerangka Konseptual... 39

3.1 Grafik Uji DW... 48

4.1 Grafik Uji t-Statistik LTA... 68

4.2 Grafik Uji t-Statistik LAD... 69

4.3 Grafik Uji t-Statistik FDR... 70

4.4 Grafik Uji f... 71


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran JUDUL Halaman

1 Data Variabel Penelitian ... 81

2 Hasil Regresi linier LTA, LAD dan FDR.... 83

3 Hasil Regresi Uji Multikolinearitas ... 84

4 Hasil Regresi Model Kelambanan LTA... 85

5 Hasil Regresi Model Kelambanan LAD ... 86

6 Hasil Regresi Model Kelambanan FDR... 87

7 Hasil Regresi musiman... 88


(12)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH RISIKO LIKUIDITAS TERHADAP

RETURN ON ASSET

(ROA) PERBANKAN

(STUDI KASUS BANK MANDIRI)

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh risiko likuiditas yang terdiri dari Likuiditas Total Asset (LTA), Likuiditas Asset Deposit (LAD) dan Financial Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Asset (ROA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh risiko likuiditas terhadap besarnya ROA pada Bank Mandiri.

Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari publikasi resmi yang berhubungan dengan penelitian dan dari laporan bulanan Bank Indonesia. Data yang digunakan adalah data time series Januari 2006 sampai Desember 2011. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Squared (OLS), model kelambanan (lag), dan analisis dummy musiman.

Hasil estimasi memperlihatkan bahwa dalam analisis regresi OLS diperoleh bahwa ketiga variabel bebas (LTA, LAD dan FDR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (ROA) pada tingkat kepercayaan 1%. Pada model kelambanan (lag) menunjukkan bahwa hanya FDR yang memiliki pengaruh signifikan pada tingkat probabilitas 5% dan 10% yaitu pada bulan mey sampai november. Sedangkan LTA dan LAD tidak signifikan mempengaruhi. Dan dari hasil regresi dummy musiman diperoleh bahwa terdapat pengaruh signifikan ketiga variabel bebas (LTA, LAD, dan FDR) terhadap ROA bank Mandiri, dimana dilihat dari tingkat probabilitas yang signifikan pada tingkat kepercayaan 1% dan 10%.


(13)

ABSTRACT

LIQUIDITY RISK ANALYSIS OF EFFECT OF RETURN ON

ASSET (ROA)

(

BANKING

CASE STUDY

MANDIRI BANKING)

Formulation of the problem in this study is how the effect of liquidity risk Liquidity total assets (LTA), Asset Liquidity Deposit (LAD) and the Financial Deposit Ratio (FDR) of the Return On Asset (ROA). The purpose of this study was to determine whether there is the effect of liquidity risk to the amount of ROA at Bank Mandiri.

The collection of secondary data obtained from official publications relating to research and from the monthly report of Bank Indonesia. The data used are time series data Desenber January 2006 until 2011.

The method used is a model of Ordinary Least Squared (OLS), inertia (lag), and seasonal dummy. Estimation results show that the OLS regression analysis found that three independent variables (LTA, LAD and FDR) have a significant effect on the dependent variable (ROA) at the 1% level of confidence. In the model of inertia (lag) showed that only FDR who had a significant effect on the probability level of 5% and 10% are in mey until november. While the LTA and the LAD is not significantly affected. And of seasonal dummy regression results obtained that there are three significant effects of independent variables (LTA, LAD, and FDR) against the ROA Bank Mandiri, which viewed from a significant level of probability on the confidence level of 1% and 10%.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dengan arus globalisasi yang luar biasa derasnya yang diakselerasi oleh perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan komputerisasi yang tidak terbayangkan sebelumnya, sektor perbankan menjadi sektor dengan eksposur risiko yang tinggi. Lalu lintas dana bisa berpindah dari satu kota ke kota lain, dari satu negara ke negara lain, dari satu benua ke benua lain hanya dalam hitungan detik. Mengakibatkan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan sehingga meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola perbankan yang sehat (Good Corporate Goverment)( Dendawijaya Lukman, 2000).

Otoritas dan analisis keuangan dunia telah mengamati dengan cermat krisis yang terjadi di Asia pada tahun 1998 yang secara keseluruhan melumpuhkan perekonomian banyak negara termasuk Indonesia. Dan masalah tersebut tidak terlepas dari dunia perbankan. Tingkat kepercayaan masyarakat akan dunia perbankan sebagai lembaga intermediasi berkurang drastis, mengakibatkan para pemilik dana menarik dananya secara besar-besaran (rush), yang otomatis mengganggu sistem kinerja perbankan, sehingga persediaan dana untuk disalurkan kembali ke masyarakat minim atau dalam arti bank tidak sanggup lagi memenuhi permintaan masyarakat akan kebutuhan dana, terkhusus dana jangka pendek (likuid) yang mengakibatkan timbulnya banyak risiko yang harus di hadapai oleh perbankan sendiri. Penarikan dana yang tidak wajar menyebabkan terganggunya likuiditas suatu bank, yang berpengaruh terhadap tingkat profit, berpengaruh terhadap kinerja perbankan, dan yang otomatis


(15)

berpengaruh terhadap perekonomian nasional dan bahkan secara global berpengaruh terhadap perekonomian dunia.

Namun dengan berjalannya waktu, sebagai suatu institusi bisnis, perbankan di indonesia mulai berbenah diri, belajar dari kesalahan sebelumnya, dan berusaha kembali untuk menjadi satu-satunya lembaga kepercayaan masyarakat yang walaupun memerlukan waktu yang cukup panjang.

Dalam perjalanannya, perbankan nasional, baik milik pemerintah maupun swasta telah memberi andil yang amat penting dalam pembangunan nasional, khususnya pembangunan disektor ekonomi. Seiring dengan itu, berkembang pula aspek keilmuan yang menjadikan perbankan sebagai bidang kajian, yang makin memperkaya khazanah keilmuan kita (Sugiharto, 2007)

Perbankan adalah industri yang sarat peluang sekaligus sarat risiko pada sisi lain. Perbankan bukan tempat yang tepat bagi penghindar risiko. Tetapi sebaliknya, perbankan penuh dengan risiko. Bank sebagai institusi yang memiliki izin untuk melakukan banyak aktivitas, memiliki peluang yang sangat luas dalam memperoleh pendapatan (income). Namun didalam menjalankan aktivitasnya, untuk memperoleh pendapatan perbankan selalu dihadapkan pada risiko. Pada dasarnya risiko melekat pada seluruh aktivitas bank, produk dan layanan terkait dengan uang. Sehingga sektor perbankan jelas sangat memerlukan adanya sebuah distribusi risiko yang efisien. Tingkat efisiensi dalam distribusi risiko inilah yang nantinya menentukan alokasi sumber daya dana di dalam perekonomian. Oleh karena itu, pelaku sektor perbankan dituntut untuk mampu secara efektif mengelola risiko yang dihadapinya. Risiko yang terjadi dapat menimbulkan


(16)

kerugian bagi bank jika tidak dideteksi serta tidak dikelola sebagaimana mestinya. Untuk itu bank harus mengerti dan mengenal risiko-risiko yang mungkin timbul dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Eksekutif dalam manajemen bank serta seluruh pihak terkait harus mengetahui risiko-risiko yang mungkin timbul dalam melaksanakan kegiatan usahanya, serta mengetahui bagaimana dan kapan risiko tersebut muncul untuk dapat mengambil tindakan yang tepat. Suatu risiko tidak harus selalu dihindari pada semua keadaan, namun semestinya dikelola dengan baik tanpa harus mengurangi hasil yang ingin dicapai. Perbankan dihadapkan pada berbagai risiko usaha yang harus dikelola sehingga dapat meminimalisir potensi kerugian. Risiko yang dikelola dengan baik dapat memberikan manfaat didalam menghasilkan laba yang lebih baik (Kasidi, 2010).

Tuntutan pengelolaan risiko semakin besar dengan adanya penetapan standar-standar internasional oleh Bank For Internasional Settlements (BIS) dalam bentuk Basel 1 dan Basel 2 Accord. Perbankan indonesia mau tidak mau harus mulai masuk ke dalam era pengelolaan risiko secara terpadu. Jelas hal ini merupakan sebuah transisi yang tidak mudah, sebuah transisi yang memerlukan investasi besar, terutama dalam pembangunan sistem internal pengelolaan risiko, serta dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan teknologi informasi dan komputerisasi di bidang risiko. Sehingga dalam kegiatan operasionalnya, bank dihadapkan pada dua sisi yaitu bank harus menjaga penarikan dana dari sumber daya yang dititipkan (funding), seperti giro, tabungan dan simpanan lainnya. Sementara disisi lainnya bank harus menjaga penarikan permintaan dana seperti pembiayaan yang diberikan (lending). Maka sebuah perbankan harus


(17)

cakap dalam mengelola kinerja keuangan, agar terhindar dari risiko-risiko perbankan sehingga menjadi lembaga keuangan yang dipercayakan masyarakat sebagai lembaga intermediasi (Idroes Ferry dan Sugiarto, 2006).

Oleh karena itu bank wajib menyediakan likuiditas dengan cukup dan mengelolanya dengan baik, karena apabila likuiditas tersebut terlalu kecil maka akan mengganggu kegiatan operasional bank, namun demikian likuiditas juga tidak boleh terlalu besar, karena apabila jumlah liku

Likuiditas adalah perhatian utama dalam lingkungan perbankan. Bank tanpa likuiditas yang cukup untuk memenuhi penarikan dana para deposan menyebabkan kerugian bahkan risikonya berdampak kepada ketidakpercayaan nasabah, yang berakibat pada penarikan dana besar-besaran.

iditas terlalu besar maka akan menurunkan efisiensi bank sehingga berdampak pada rendahnya tingkat profitabilitas.

Setiap bank mempunyai kemampuan yang berbeda-beda didalam menjaga setiap risiko yang mungkin akan terjadi. Banyak teknik dan strategi pengelolaan yang dilakukan setiap bank, yang otomatis memberikan dampak yang berbeda-beda juga terhadap tingkat profitabilitasnya. Ada bank yang sudah mapan, dan ada juga yang dalam proses pembelajaran, yaitu dapat kita lihat dari segi kemampuan bank tersebut didalam pencapaian labanya. Salah satu bank yang ada dalam tingkat perolehan laba tertinggi di indonesia adalah bank Mandiri sebagai salah satu badan usaha milik negara (BUMN).

Bank Mandiri sebagai bank persero milik pemerintah memiliki sejarah yang panjang dalam proses berdirinya. Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober


(18)

1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah, yaitu bank Bumi Daya, bank Dagang Negara, bank Exim and Bapindo, dilebur menjadi bank Mandiri. Masing-masing dari keempat bank tersebut memainkan peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia.

Sama seperti bank-bank konvensional lainnya, didalam mengemban fungsi sebagai lembaga kepercayaan masyarakat, bank Mandiri pastinya tidak terhindar dari risiko-risiko perbankan. Didalam menciptakan manajemen keuangan yang baik, bank Mandiri tidak terlepas dari kegagalan-kegagalan.

Seiring dengan berjalannya waktu, bank Mandiri menjadi sebuah BUMN yang mampu berbenah diri, memiliki kinerja terbaik saat ini, dan menjadi bank terbaik di indonesia, dimana dilihat dari permodalannya. Semuanya itu tidak terlepas dari sistem manajemen perusahaan yang baik, pengelolaan risiko yang bagus, yang menciptakan kinerja perusahaan yang baik. Kinerja yang bagus adalah mencakup segala sesuatunya didalam perbankan, tentang nasabah, pembiayaan, rasio-rasio dan juga risiko-risiko yang pastinya akan timbul.

Salah satu dari risiko tersebut yang sangat krusial adalah risiko likuiditas. Risiko likuiditas timbul sebagai akibat dari terjadinya penarikan besar-besaran dalam waktu yang singkat utang-utang bank (liability withdrawals). Liquidity risk ini dapat juga terjadi dalam situasi yang normal, khususnya apabila terjadi mismatced atau kesenjangan antara sisi aktiva dan passiva bank dalam jangka waktu yang pendek. Untuk itu bank harus memiliki suatu kebijakan dan praktek manajemen risiko likuiditas yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengukur,


(19)

memonitor serta mengendalikan risiko likuiditas sehingga dapat meminimalisir dampaknya pada tingkat yang dapat ditoleransi (risk tolerance).

Terdapat suatu trade off antara kebutuhan likuiditas dan profitabilitas bank. Kekurangan likuiditas bank akan mengakibatkan bank mengalami kebangkrutan lebih cepat, sedangkan jika kelebihan likuiditas juga berbahaya, yaitu profitabilitas yang rendah, yang pada akhirnya berujung pada hal yang sama (Riki Antariksa, 2005).

Untuk melihat berapa besar risiko likuiditas terhadap Return On Asset (ROA) bank Mandiri, adalah dengan menggunakan tiga indikator yaitu Likuididtas Total Aset (LTA), Likuiditas Aset Deposit (LAD) dan Financial Deposit Ratio (FDR). Dan selanjutnya melalui analisis regresi akan diketahui apakah variabel bebas menyebabkan ROA bertambah/positip atau sebaliknya berkurang/negatif yang dilihat dari kinerja perusahaan melalui laporan keuangan bulanan. Analisis pengaruh risiko likuiditas (LTA, LAD dan FDR) terhadap Return On Asset bank Mandiri merupakan hal yang penting bagi manajemen risiko bank Mandiri. Likuiditas bank Mandiri sebagian besar sangat tergantung pada perolehan dana pihak ketiga baik berupa investment account maupun current account, yang akan disalurkan kedalam berbagai bentuk pembiayaan sesuai peraturan-peraturan perbankan konvensional sebagai lembaga intermediasi. Setiap risiko yang terjadi merupakan hal yang harus diketahui dengan benar sehingga pihak manajemen risiko mampu meminimalisasi pengaruh dari sebuah risiko dan bahkan dengan adanya risisko akan semakin menumbuhkan semangat kerja yang pada akhirnya menyebabkan profitabilitas meningkat.


(20)

Dalam ilmu ekonomi, ketergantungan suatu variabel Y (variabel terikat) atas variabel X (variabel bebas) jarang bersifat seketika. Sangat sering terjadi Y bereaksi dengan X dengan suatu selang waktu (lag). Jika pengaruh variabel bebas tersebut selama beberapa periode waktu, maka model yang terbentuk disebut dengan model distributed-lag (Gujarati, 2004). Tingkat signifikansi pengaruh dalam selang waktu tersebut tentu berbeda-beda. Selain itu, dalam ilmu ekonomi terdapat pembahasan gejala adanya deret waktu ekonomi yang didasarkan pada data bulanan atau triwulanan yang menunjukkan pola musiman yang teratur (Gujarati, 2004). Contohnya pada musim kemarau penjualan minuman dingin meningkat, dan pada musim panen harga hasil pertanian menurun. Jika pola ini diketahui berubah dalam waktu lama, maka berbagai keputusan yang menguntungkan dapat diambil.

Dari uraian di atas, jika ada pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas (ROA), maka dapat diperkirakan tidak akan terjadi seketika. Alasannya adalah, diperlukan waktu untuk memperoleh likuiditas dan mengalihkannya menjadi kegiatan yang menghasilkan keuntungan (profit), sehingga dibutuhkan suatu tenggang waktu (time lag). Sedangkan untuk mempertajam analisis, dengan mengetahui pola musim yang ada, maka diharapkan pengambilan keputusan dapat lebih terarah, misalnya pada bulan berapa pengaruh risiko likuiditas lebih tinggi daripada bulan lainnya (musiman).

Pada umumnya rasio-rasio finansial diklasifikasikan menjadi 4 macam yaitu rasio likuiditas atau liquidity risk, rasio laverage, rasio aktivitas atau activity risk, dan risiko keuntungan atau profitability ratio (Kasmir, 2008).


(21)

Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan investasi. Indikator yang bisa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas bank adalah ROE (return on equity) dan ROA (return on assets). Dan dalam penelitian ini menggunakan Return On Aset (ROA) sebagai variabel terikat (dependent variable).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “Analisis Risiko Likuiditas terhadap ROA (Return On Asset) Perbankan” (studi kasus pada PT Bank Mandiri).

1. 2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh Likuiditas Total Aset (LTA) terhadap Return On Aset (ROA)?

2. Bagaimana pengaruh Likuiditas Aset Deposit (LAD) terhadap Return On Aset (ROA)?

3. Bagaimana pengaruh Finansial Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Aset (ROA)?

4. Bagaimana pengaruh risiko likuiditas dalam bentuk kelambanan (lag) terhadap Return On Aset (ROA)?

5. Bagaimana pengaruh musiman pada risiko likuiditas terhadap Return On Aset (ROA)?

1.3 Tujuan Penelitian


(22)

1. Apakah terdapat pengaruh Likuiditas Total Aset (LTA) terhadap Return On Aset (ROA)

2. Apakah terdapat pengaruh Likuiditas Aset Deposit (LAD) terhadap Return On Aset (ROA)

3. Apakah terdapat pengaruh Financial Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Aset (ROA)

4. Apakah terdapat pengaruh risiko likuiditas dalam bentuk kelambanan (lag) terhadap Return On Aset (ROA)

5. Apakah terdapat pengaruh musiman pada risiko likuiditas terhadap Return On Asert (ROA).

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu yang peneliti tekuni.

2. Bagi peneliti selanjutnya sebagai tambahan informasi dan tambahan literatur.

3. Sebagai tambahan informasi dan tambahan literatur bagi Mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan.

4. Bagi perusahaan perbankan sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan kegiatan usahanya, demi tercapainya profit yang maksimal.


(23)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank

Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran, setoran dan sebagainya (Rivai, Andria dan Ferry N. Idroes, 2007).

Pengertian Bank menurut pasal 1 undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang nomor 10 Tahun 1998 adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak (Idroes Ferry, 2008).

Adapun pengertian Bank menurut Global Association of Risk Professionals (GARP) dan Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (BSMR, 2005) Bank adalah suatu lembaga yang telah memperoleh izin untuk melakukan kegiatan utama menerima deposito, memberikan pinjaman, menerima dan menerbitkan cek.


(24)

Pengertian Bank menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Bank adalah lembaga keuangan, pencipta uang, pengumpul dana dan penyalur kredit, pelaksana lalu lintas pembayaran, stabilisator moneter serta dinamisator pertumbuhan (Hasibuan 2001).

Dari pengertian-pengertian diatas dapat dijelaskan secara luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah didunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas.

Menurut Undang-Undang pokok perbankan No. 7 Tahun 1992 dan disempurnakan dengan Undang-Undang perbankan No. 10 Tahun 1998, jenis perbankan terdiri dari :

1. Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.


(25)

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2.1.2 Risiko Usaha Bank

Risiko usaha atau business risk bank merupakan tingkat ketidakpastian mengenai pendapatan yang diperkirakan akan diterima. Pendapatan dalam hal ini adalah keuntungan bank. Semakin tinggi ketidakpastian pendapatan yang diperoleh suatu bank, semakin besar kemungkinan risiko dihadapi dan semakin tinggi pula premi risiko atau bunga yang diinginkan (Idroes Ferry, 2008).

Tabel 2.1. Aktivitas Terkait Risiko Versus Hasil

Risiko menurun Risiko tetap Risiko meningkat

Hasil meningkat Hasil tetap Hasil menurun Maksimalkan aktivitas Tingkatkan Aktivitas Lakukan Aktivitas secara Hati-hati Tingkatkan Aktivitas Lakukan Aktivitas secara Hati-hati Turunkan Aktivitas Lakukan Aktivitas secara Hati-hati Turunkan Aktivitas Hentikan Aktivitas

Sumber: Manajemen Risiko Perbankan

Risiko usaha yang sering dihadapi bank antara lain sebagai berikut: a. Risiko kredit (credit atau default risk)

Merupakan suatu risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diperoleh dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan.

b. Risiko investasi (Investment risk)

Berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian akibat suatu penurunan nilai portofolio surat-surat berharga, misalnya obligasi dan surat-surat


(26)

berharga lainnya yang dimiliki bank. Nilai surat-surat berharga tersebut bergerak berlawanan arah dengan tingkat bunga umum. Bila tingkat bunga menurun, harga-harga obligasi atau surat-surat berharga lainnya mengalami kenaikan dan akan menaikkan nilai portofolionya, begitu pula sebaliknya.

c. Risiko likuiditas (Liquidity risk)

Merupakan risiko yang dihadapi dalam rangka memenuhi permintaan kredit dan semua penarikan dana oleh nasabah pada suatu waktu.

d. Risiko operasional (Operating risk)

Efektifitas system, prosedur, dan pengendalian dalam menjalankan kegiatan operasional yang berpengaruh terhadap kelancaran jalannya operasi usaha dan tingkat pelayanan bank kepada nasabah.

e. Risiko penyelewengan (Fraud risk)

Risiko penyelewengan atau penggelapan berkaitan dengan kerugian-kerugian yang dapat terjadi akibat ketidakjujuran, penipuan, atau moral dan perilaku yang kurang baik dari pejabat, karyawan dan nasabah bank.

f. Risiko fidusia (Fiduciary risk)

Risiko fidusia ini akan timbul akibat usaha bank dalam memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali amanat baik untuk individu maupun badan usaha. Secara historis hubungan fidusia mengatur bahwa wali amanat atau trustee dalam hal ini bank, harus melaksanakan kegiatannya secara konsisten disertai dengan kebijakan-kebijakan secara sehat dan rasional.


(27)

g. Risiko tingkat bunga (interest rate risk)

Risiko yang timbul akibat berubahnya tingkat bunga yang pada gilirannya akan menurunkan nilai pasar surat-surat berharga dan pada saat yang sama, bank membutuhkan likuiditas.

h. Risiko solvensi( Solvency risk)

Risiko yang disebabkan oleh ruginya beberapa aset yang pada gilirannya menurunkan posisi modal bank.

i. Risiko valuta asing (Foreign currency risk)

Risiko ini terutama dihadapi oleh bank-bank devisa yang melakukan transaksi dalam valuta asing, baik dari sisi aktiva maupun dari sisi passiva. Perubahan nilai valuta asing terhadap rupiah misalnya dapat mempengaruhi kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya dalam valuta asing.

j. Risiko persaingan (Competitive risk)

Produk-produk yang ditawarkan bank hampir seluruhnya bersifat homogen, sehingga persaingan antar bank lebih berfokus pada kemampuan bank memberikan pelayanan kepada nasabah secara professional dan paling baik.

2.1.3 Pengertian Likuiditas

Likuiditas merupakan salah satu indikator kesehatan perbankan, merupakan penentu apakah bank tersebut mampu membayar kembali kewajiban-kewajiban kepada deposannya. Secara teoritis, bagi perbankan likuiditas merupakan "darah" bagi kehidupan. Apabila bank mengalami kekeringan likuiditas, maka bank ini tengah dihadapkan pada persoalan serius yang harus segera diselesaikan. Kalau tidak, maka besar kemungkinan bank akan dilikuidasi


(28)

karena secara teknis bank dinilai tidak layak beroperasi (Dendawijaya Lukman, 2000).

Secara umum, pengertian Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan atau dalam hal ini industri Perbankan, dalam membayar semua kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan aset-aset lancar atau likuid yang dimiliki oleh suatu industri tersebut. Secara lebih spesifik, likuiditas adalah kesanggupan bank menyediakan alat-alat lancar seperti Kas, Giro pada bank Indonesia, Giro pada bank lain, penempatan pada bank lain, guna membayar kembali titipan yang telah jatuh tempo dan memberikan pinjaman kepada Masyarakat yang memerlukan. Masalah likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi. Perusahaan yang memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya disebut perusahaan yang likuid (Riyanto, 2002).

Perusahaan yang tidak likuid mengakibatkan meningkatnya risiko operasional, yang pada gilirannya dapat mengancam keberlangsungan usaha perusahaan tersebut. Risiko likuiditas ini dapat dinilai oleh para investor dalam menghitung appropriate risk-adjusted discounted rate. Hal tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi harga yang diberikan oleh investor terhadap saham perusahaan tersebut (Kasidi, 2010).

Beberapa pengertian likuiditas dalam perspektif perbankan dapat dijelaskan sebagai berikut: Josep E.Burns menyatakan likuiditas bank adalah berkaitan dengan kemampuan suatu bank untuk menghimpun sejumlah tertentu dana dengan biaya tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan, Oliver


(29)

G. Wood,Jr menjelaskan likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan memenuhi permintaan kredit tanpa ada penundaan. Dan juga William M. Glavin menyatakan bahwa likuiditas berarti memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajiban.

2.1.4 Jenis dan Sumber Alat Likuid

Menurut terminologi yang berlaku umum dalam dunia perbankan, dapat disebutkan bahwa jenis-jenis aktiva lancar (likuid) yang dimiliki oleh bank adalah:

1. Kas atau uang tunai (kertas dan logam) yang tersimpan dalam brankas (khasanah) bank bersangkutan.

2. Saldo dana milik bank tersebut yang terdapat pada Bank Sentral (Saldo Giro BI)

3. Tagihan atau deposito pada bank lain, termasuk bank koresponden

4. Chek yang diterima, tetapi masih dalam proses penguangan pada Bank Sentral dan bank korespoden.

Dalam dunia perbankan, keempat jenis alat/ harta likuid tersebut sering disebut posisi uang (money position) bank yang bersangkutan pada saat tertentu. Adapun menurut sumbernya, suatu bank dapat memperoleh alat-alat likuid yang diperlukan tersebut diatas dari berbagai sumber, yaitu :

a. Asset bank yang akan segera jatuh tempo

Kredit pinjaman kepada debitur atau cicilan pinjaman yang akan jatuh tempo dapat dianggap sebagai sumber likuiditas. Oleh karena itu, dalam kondisi


(30)

kebijakan uang ketat, posisi likuiditas suatu bank akan rawan apabila keseluruhan portofolio kreditnya masuk kategori kredit tanpa jatuh tempo ( evergreen). Surat-surat berharga, instrumen pasar uang seperti bank Acceptance, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan sertifikat deposito pada bank lain yang akan segera jatuh tempo, dapat pula dianggap sebagai sumber likuiditas.

b. Pasar Uang

Pasar uang adalah sumber likuiditas bank. Namun harus diakui bahwa tidak setiap bank mempunyai kemampuan untuk masuk ke pasar uang. Hal ini sangat dipengaruhi oleh besarnya suatu bank dan persepsi pasar uang atas Credit Worthiness bank tersebut. Dalam hal ini, para investor yang meminjamkan uangnya ke bank akan melakukan analisa yang mendalam dan selektif terhadap tingkat dan konsistensi perkembangan pendapatan bank, kualitas aset, reputasi kesehatan manajemen, dan kekuatan modal bank.

c. Sindikasi kredit

Pembentukan sindikasi kredit, selain bertujuan menyiasati legal lending limit (3L) dan menyebarkan risiko, juga bertujuan untuk menjalin hubungan dengan bank-bank lain. Dengan demikian, ketika mengalami kesulitan likuiditas maka bank tersebut dapat menyidikasi sebagian portofolio kreditnya kepada bank lain untuk mengatasi masalah tersebut.

2.1.5 Cadangan likuiditas

Khusunya bank yang tidak dapat segera memperoleh dana pada saat diperlukan, bank tersebut biasanya membentuk cadangan likuiditas. Cadangan


(31)

likuiditas biasanya dibentuk dengan cara memelihara saldo kas dan giro bank Indonesia pada batas maksimal yang diperbolehkan (Kasidi, 2010).

Jika dilakukan klasifikasi jenis alat likuid menurut post pembukuan dalam neraca, alat likuid yang dimasukkan kedalam pos-pos tertentu ini adalah saldo masing-masing jenis alat likuid pada tanggal terakhir pada masa laporan likuiditas. Dalam hal ini, jenis alat likuid dimasukkan pada pos-pos aktiva, sedangkan kewajiban-kewajiban kepada pihak ketiga yang harus ditutup dengan alat likuid tersebut dimasukkan pada pos-pos pasiva. Klasifikasi masing-masing pos tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

Aktiva

Aktiva terdiri dari:

1. Kas, yang dimasukkan kedalam pos ini adalah uang kartal yang ada dalam kas berupa uang kertas, uang logam dan commemorative coin yang dikeluarkan oleh Bank Sentral (Bank Indonesia) menurut nilai nominal dan menjadi alat pembayaran yang sah di Indonesia.

2. Bank Indonesia yaitu semua simpanan/tagihan bank bersangkutan dalam Rupiah kepada bank Indonesia, seperti saldo giro bank Indonesia dan lainnya.

3. Surat-surat berharga dan tagihan lainnya dalam klasifikasi tersedia untuk dijual. Yang termasuk golongan ini adalah surat-surat berharga dalam rupiah yang dibeli atau dimiliki oleh bank bersangkutan, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), saham,


(32)

obligasi dan bukti tagihan lainnya yang belum diuangkan, termasuk tagihan yang timbul karena akseptasi wesel dan penjualan SBPU.

4. Antar bank aktiva yaitu semua jenis simpanan dan tagihan bank bersangkutan kepada bank atau lembaga keuangan bukan bank (LKBB) lainnya di Indonesia, seperti Giro, Call Money, surat berharga, deposit on call, deposito berjangka, sertifikat deposito, pinjaman yang diberikan, pembiayaan bersama, penyertaan, dana pelunasan obligasi dan lain-lain.

Pasiva

Passiva terdiri dari:

1. Giro yaitu simpanan-simpanan dalam rupiah oleh pihak ketiga bukan bank, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. 2. Simpanan berjangka yang kurang dari tiga bulan yaitu simpanan dalam

bentuk deposito berjangka, deposito asuransi dan deposit on call dalam rupiah pihak ketiga bukan bank, yang penarikannya dapat dilakukan menurut suatu jangka waktu tertentu yang disepakati.

3. Tabungan yaitu simpanan dalam rupiah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan cara tertentu, misalnya dengan menggunakan buku tabungan, slip penarikan (bukan cek) dan kartu ATM. 4. Antar bank pasiva yaitu semua jenis kewajiban bank bersangkutan dalam

mata uang rupiah kepada bank atau LKBB lainnya, seperti giro, call money, surat berharga, deposit on call, deposito berjangka, pinjaman yang diterima, pembiayaan bersama dan lainnya.


(33)

5. Kewajiban lainnya yang segera jatuh tempo yaitu semua kewajiban dalam rupiah yang setiap saat dapat ditagih oleh pemiliknya dan harus segera dibayar, misalnya kiriman uang.

2.1.6 Risiko likuiditas

Secara umum risiko likuiditas adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dana (Cash Flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai. Risiko yang antara lain disebabkan karena bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo/waktu, terutama dana jangka pendek. Apabila bank tidak mampu memenuhi kebutuhan dana dengan segera untuk memenuhi kebutuhan transaksi sehari-hari, maupun guna memenuhi kebutuhan dana yang mendesak maka muncullah risisko likuiditas . Dari sudut aktiva likuiditas, risiko likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah seluruh asset menjadi bentuk tunai (Cash). Dari sudut passiva likuiditas, risiko likuiditas adalah kemampuan bank memenuhi kebutuhan dana melaui peningkatan portofolio reliabilitas (Idroes Ferry dan Sugiarto, 2006).

Risiko likuiditas juga terjadi akibat dari adanya kesenjangan antara sumber pendanaan yang pada umumnya berjangka pendek dan aktiva yang pada umumnya berjangka panjang. Apabila kesenjangan tersebut cukup besar maka akan menurunkan kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Oleh karena itu untuk mengantisipasi terjadinya risiko likuiditas, maka diperlukan manajemen likuiditas. Dengan adanya manajemen likuiditas (ALMA) tersebut, semakin disadari betapa pentingnya suatu bank mengelola likuiditas secara baik, terutama untuk memperkecil risiko likuiditas yang disebabkan oleh


(34)

adanya kekurangan dana sehingga dalam memenuhi kewajibannya, bank terpaksa harus mencari dana dengan suku bunga yang lebih tinggi dari suku bunga pasar, atau bank terpaksa menjual sebagian asetnya dengan risiko menderita rugi yang relatif besar. Hal tersebut akan memengaruhi pendapatan bank (Idroes Ferry, Sugiarto, 2006).

Oleh karena itu bank wajib menyediakan likuiditas tersebut dengan cukup dan mengelolanya dengan baik, karena apabila likuiditas terlalu kecil maka akan mengganggu kegiatan operasional bank, namun demikian likuiditas juga tidak boleh terlalu besar, karena apabila terlalu besar akan menurunkan efisiensi bank sehingga berdampak pada rendahnya tingkat profitabilitas.

2.1.7 Kategori Risiko Likuiditas

1. Risiko Likuiditas Pasar/risiko likuiditas asset (asset liquidity risk)

Risiko yang timbul karena bank tidak mampu melakukan offsetting potition tertentu dengan harga pasar kerena kondisi likuiditas pasar tidak memadai atau gangguan pasar (market disruption). Risiko ini timbul adalah ketika suatu transaksi tidak dapat dilaksanakan pada harga pasar, yang terjadi akibat besarnya nilai transaksi relatif terhadap besarnya pasar. Likiuiditas dapat menyebabkan pengaruh yang substansial bagi harga pasar. Suatu pasar yang likuid memiliki sejumlah penggerak pasar dan dukungan dalam suatu volume tinggi dsari suatu bisnis. Likuiditas yang tinggi cenderung akan menaikkan harga (Greuning Hennie Van dan Bratanovic Sonja Brajovic, 2009).


(35)

2. Risiko Likuiditas Pendanaan (funding liquidity risk)

Sering juga disebut dengan cash flow risk , yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain. Atau karena ketidakmampuan memenuhi kewajiban jatuh tempo sehingga mengakibatkan likuidasi.

Besar kecilnya risiko likuiditas ditentukan antara lain oleh:

a. Kecermatan dalam perencanaan arus kas atau arus dana berdasarkan prediksi pembiayaan dan prediksi pertumbuhan dana, termasuk mencermati tingkat fluktuasi dana.

b. Ketepatan dalam mengatur struktur dana termasuk kecukupan dana-dana. c. Ketersediaan aset yang siap dikonfersikan menjadi kas.

d. Kemampuan menciptakan akses kepasar antar bank atau sumber dana lainnya, termasuk fasilitas lender of last resort. Oleh karena itu untuk mengantisipasi terjadinya risiko likuiditas, maka diperlukan manajemen likuiditas, dimana pengelolaan likuiditas bank juga merupakan bagian dari pengelolaan liabilitas.

2.1.8 Pengukuran Risiko Likuiditas

Pengelolaan risiko likuiditas adalah kemampuan yang berkesinambungan untuk mengakomodasi jatuh tempo dan penarikan kewajiban, serta membiayai pertumbuhan aktiva dan untuk memenuhi kewajiban pada Suku Bunga Pasar yang layak. Risiko Likuiditas Bank timbul dikarenakan dua hal yaitu funding risk dan interest risk. funding risk (risiko pendanaan) terjadi apabila dana bank tidak dapat memenuhi kewajibannya. Hal ini dikarenakan antara lain oleh rush (aktiva dan passiva), atau maturity profile yang tidak diketahui. Interest risk atau risiko


(36)

bunga terjadi karena adanya berbagai variasi tingkat suku bunga dalam aset maupun kewajiban dapat menimbulkan ketidakpastian tingkat keuntungan yang akan diperoleh (Kasidi, 2010).

Risiko likuiditas dilihat dari tiga indikator sebagai berikut:

1. Likuiditas Total Aset( LTA)

Menurut Antariksa (2005) Liquid asset to Total Asset (LTA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aset likuid yang ada daritotal aset yang dimiliki. Menurut Guspiati (2008) rasio LTA mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas, karena jika kas yang tersedia pada sebuah bank terlalu besar, menandakan tidak efesiensinya kondisi bank tersebut.

LTA =

Total Aset aset likuid

2. Likuiditas Aset Deposit( LAD)

Menurut Guspiati (2008) Liquid Asset to Deposit (LAD) menunjukkan kemampuan bank untuk membayar kembali simpanan para deposan dengan alat-alat yang paling likuid yang dimiliki pihak bank. Semakin besar rasio LAD menunjukkan posisi likuiditas membaik yang menandakan rendahnya risiko likuiditas, namun berdampak pada menurunnya tingkat profitabilitas bank.

LAD =

Deposit Aset likuid

3. Financing Deposit Ratio (FDR)

Menurut Gozali (2007) Financing to Deposit Ratio (FDR) mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas karena semakin besar pembiayaan maka pendapatan yang diperoleh naik, karena pendapatan naik secara otomatis laba juga


(37)

mengalami kenaikan. Meningkatnya laba, maka profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Asset (ROA) juga akan meningkat, karena laba merupakan komponen yang membentuk Return on Asset (ROA) (Dewi, 2010).

Kebutuhan likuiditas setiap bank berbeda-beda tergantung antara lain pada kekhususan usaha bank, besarnya bank dan sebagainya. Oleh karena itu untuk menilai cukup tidaknya likuiditas suatu bank dengan menggunakan ukuran financing deposito to ratio (FDR), yaitu dengan memperhitungkan berbagai aspek yang berkaitan dengan kewajibannya, seperti antisipasi atas pemberian jaminan bank yang pada gilirannya akan menjadi kewajiban pada bank. Apabila hasil pengukuran jauh berada diatas target dan limit bank tersebut maka dapat dikatakan bahwa bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya akan menimbulkan beban biaya yang besar. Sebaliknya bila berada dibawah target dan limitnya, maka bank tersebut dapat memelihara alat likuid yang berlebihan dan ini akan menimbulkan tekanan terhadap pendapatan bank berupa tingginya biaya pemeliharaan kas yang menganggur (idle money). Dari uraian diatas maka dapat dikatakan Financing Deposit to Ratio (FDE) adalah perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan dengan simpanan masyarakat.

FDR=

Dana masyarakat

Pembiayaan yang diberikan

2.1.9 Fungsi, tujuan dan manfaat pengelolaan likuiditas

Pengelolaan likuiditas merupakan faktor yang sangat penting dalam operasional perbankan, bahkan sangat menentukan suatu bank untuk bertahan dan berkembang dalam persaingan usaha yang semakin kompetitif. Tujuan dan manfaat dari pengelolaan likuiditas suatu bank secara garis besar (Kasmir, 2007)


(38)

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu)

2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiaban yang berumur dibawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.

3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.

4.Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

6. Sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.

7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.

9. Menjadikan alat pemicu bagi pihak manajemen untuk meperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.


(39)

Pengelolaan likuiditas merupakan faktor yang sangat penting dalam operasional perbankan, bahkan sangat menentukan bagi kemampuan suatu bank untuk bertahan dan berkembang dalam persaingan usaha yang semakin kompetitif.

2.1.10 Manajemen risiko likuiditas

Likuiditas menggambarkan kemampuan bank untuk mengakomodasi penarikan deposit dan kewajiban lain secara efisien dan untuk menutup peningkatan dana dalam pinjaman serta portofolio investasi. Sebuah bank yang memiliki potensi likuiditas yang memadai ketika ia dapat memperoleh dana yang diperlukan (dengan meningkatkan kewajiban, mengamankan, atau menjual aset) dengan segera dan dengan biaya yang masuk akal. Harga likuiditas adalah fungsi kondisi pasar dan persepsi pasar terhadap risiko institusi peminjam.

Dalam pembukaan naskah perundingan pada juni 2008, Basel committee on Bank Supervision menyatakan hal-hal sebagai berikut:

a. Likuiditas adalah kemampuan bank untuk mendanai peningkatan aset dan memenuhi kewajiban yang muncul, tanpa mengakibatkan kerugian besar. b. Peranan dasar bank dalam perubahan waktu jatuh tempo dari deposito jangka

pendek ke jangka panjang membuat bank rentan terhadap risiko likuiditas, baik yang bersifat institusi spesifik maupun yang memengaruhi pasar secara keseluruhan.

c. Setiap transaksi atau komitmen keuangan secara virtual memiliki implikasi terhadap likuiditas bank.


(40)

d. Manajemen risiko likuiditas yang efektif dapat memastikan kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban arus kas, yang tidak pasti karena kewajiban tersebut dipengaruhi peristiwa-peristiwa eksternal dan perilaku-perilaku agen lainnya.

e. Manajemen risiko likuiditas merupakan hal yang paling penting karena baik buruknya manajemen risiko likuiditas di satu institusi dapat memberikan dampak terhadap seluruh system di perbankan.

f. Perkembangan pasar keuangan pada dekade sebelumnya telah meningkatkan kompleksitas risiko likuiditas dan manajemennya.

Manajemen risiko likuiditas menjadi pusat kepercayaan dalam system perbankan, karena bank-bank komersial merupakan institusi yang sangat berpengaruh dengan rasio aset dan modal inti. Oleh karena itu, manajemen risiko likuiditas mengatasi likuiditas pasar bukan kepuasan. Implikasi risiko likuiditas tersebut adalah : suatu bank dapat memiliki dana actual, tetapi dana tersebut memadai untuk memenuhi kewajibannya. Risiko likuiditas biasanya dikelola oleh Asset-Liability Manajement Committee (ALCO) bank, yang harus memiliki pemahaman mengenai adanya hubungan antara likuiditas dan pasar lain serta risiko kredit dalam neraca (Hennie van Greuning dan Sonja Brajovic, 2009).

2.1.11 Prinsip-prinsip Manajemen dan pengawasan risiko likuiditas yang baik (Basel Committee on Bank Supervision)

Manajemen risiko likuiditas menjadi pusat kepercayaan dalam sistem perbankan, karena bank-bank komersial merupakan institusi yang sangat berpengaruh dengan rasio aset dan modal inti. Pentingnya likuiditas melebihi


(41)

institusi individu, karena kerugian likuiditas di satu institusi dapat memengaruhi keseluruhan sistem. Berikut prinsip-prinsip manajemen dan pengawasan risiko likuiditas yang baik (Hennie van Greuning dan Sonja Brajovic, 2009):

1. Bank bertanggung jawab atas manajemen risiko likuiditas yang baik. 2. Bank harus mengungkapkan toleransi risiko likuiditas dengan tepat untuk

strategi bisnis dan perananya dalam system keuangan yang jelas.

3. Manajemen senior harus mengembangkan suatu strategi, kebijakan dan praktik untuk mengelola risiko likuiditas dengan toleransi risiko dan untuk memastikan bahwa bank tersebut mempertahankan likuiditas yang memadai.

4. Bank harus menggabungkan biaya likuiditas, manfaat dan risiko dalam harga produk, ukuran kinerja dan proses persetujuan produk baru untuk semua aktivitas bisnis yang penting (di dalam dan diluar neraca), sehingga mensejajarkan insentif pengambilan risiko dari setiap bisnis dengan pemaparan risiko likuiditasnya untuk bank secara keseluruhan.

5. Bank harus memiliki proses identifikasi, pengukuran, pengawasan dan pemeriksaan risiko likuiditas yang baik.

6. Bank harus mengelola pemaparan risiko likuiditas dan kebutuhan dana secara aktif di dalam dan di seluruh badan hukum, aktivitas-aktivitas bisnis dan mata uang, dengan mempertimbangkan batasan hukum, peraturan dan operasional terhadap transferabilitas likuiditas.

7. Bank harus membangun strategi pendanaan yang memberikan diversifikasi efektif dalam sumber dan tujuan pendanaan.


(42)

8. Bank harus aktif dalam mengatur posisi likuiditas dan risikonya untuk memenuhi pembayaran dan pemenuhan kewajiban tepat waktu dalam kondisi normal dan tertekan sehingga berkontribusi terhadap fungsi system pembayaran dan penyelesaian yang lancar.

9. Bank harus aktif mengelola posisi jaminannya, dengan mebedakan antara aset yang dibebankan dan yang tidak dibebankan.

10. Bank harus melakukan uji tekanan berdasarkan variasi scenario tekanan yang bersifat institusi spesifik dan pasar luas untuk mengidentifikasi sumber-sumber ketegangan likuiditas dan untuk memastikan bahwa risiko yang terjadi tetap berada pada tingkat yang dapat ditolelir.

11. Bank harus memiliki rencana kemungkina pendanaan formal yang secara jelas menentukan srategi untuk mengatasi kerugian likuiditas dalam situasi darurat.

12. Bank harus mempertahankan pengamanan harta lancar yang tidak dibebankan dan berkualitas tinggi untuk disimpan sebagai jaminan terhadap keadaan likuiditas yang tidak aman, termasuk yang melibatkan kerugian atau kerusakan sumber-sumber dana yang aman dan tidak aman. 13. Bank harus memberikan informasi kepada publik secara berkala sehingga

pelaku pasar mampu mebuat penilaian mengenai baik atau tidaknya kerangka manajemen risiko likuiditas dan posisi likuiditas bank tersebut. 14. Para pengawas harus melakukan penilaian yang komprehensif mengenai

keseluruhan kerangka manajemen risiko likuiditas dan posisi likuiditas untuk menentukan apakah mereka memberikan tingkat fleksibilitas yang


(43)

cukup terhadap tekanan likuiditas yang diakibatkan oleh peranan bank dalam system keuangan.

15. Para pengawas harus memperbaiki penilaian berkala mereka mengenai kerangka manajemen risiko likuiditas dan posisi likuiditas suatu bank dengan memantau kombinasi laporan internal, laporan prudensial dan informasi pasar.

16. Para pengawas harus terlibat dalam tindakan perbaikan yang efektif dan tepat waktu, yang dilakukan oleh bank untuk mengatasi efisiensi dalam proses-proses manajemen risiko likuiditas atau posisi likuiditas bank tersebut.

17. Para pengawas harus berkomunikasi dengan pengawas dan pihak berwenang lainnya, seperti bank sentral, di dalam luar negeri, untuk memfasilitasi kerjasama yang efektif berkaitan dengan pengawasan dan kesalahan risiko likuiditas.

2.1.12 Kebijakan Manajemen Likuiditas

Dalam operasi harian, manajemen likuiditas di capai melalui manajemen aset bank. Dalam istilah menengah, likuiditas juga di tangani melalui manajemen struktur kewajiban bank. Tingkat likuiditas yang di anggap cukup bagi suatu bank bisa saja tidak memadai bagi bank lain. Suatu posisi likuiditas bank tertentu juga dapat bervariasi mulai dari yang memadai hingga tidak memadai berdasarkan kebutuhan dana yang diantisipasi pada setiap waktu. Penilaian mengenai kecukupan posisi likuiditas memerlukan analisis persyaratan dana historis bank, posisi likuiditasnya saat ini dan kebutuhan dana di masa mendatang,


(44)

pilihan-pilihan yang dimilikinya untuk mengurangi kebutuhan dana atau memperoleh dana tambahan, beserta sumber dananya.

Jumlah harta atau aset lancar yang siap dipasarkan harus dimiliki oleh suatu bank bergantung pada stabilitas struktur simpanannya dan potensi pengembangan portofolio pinjaman cepat. Umumnya, jika deposit terdiri dari rekening-rekening kecil yang stabil, maka suatu bank memerlukan likuiditas yang relatif kecil. Posisi likuiditas yang lebih tinggi biasanya diperlukan ketika porsi substansial portofolio pinjaman terdiri dari pinjaman besar jangka panjang, ketika bank memiliki konsentrasi deposit yang cukup tinggi. Kebutuhan akan likuiditas biasanya ditentukan oleh konstruksi tingkat jatuh tempo yang terdiri dari pemasukan dan pengeluaran kas yang diharapkan selama periode waktu tertentu. Perbedaan antara pemasukan dan pengeluaran dalam setiap periode ( yakni kelebihan atau kekurangan dana) memberikan titik awal untuk mengukur keuntungan atau kerugian likuiditas suatu bank setiap waktu (Hennie van Greuning dan Sonja Brajovic, 2009).

Kerangka manajemen risiko likuiditas memiliki tiga aspek, yaitu: 1. pengukuran dan pengelolaan persyaratan dana bersih

2. akses pasar

3. dan rencana tak terduga.

Meramalkan peristiwa yang mungkin terjadi di masa mendatang merupakan bagian yang terpenting dari perencanaan likuiditas dan manajemen risiko. Analisis persyaratan dana bersih melibatkan konstruksi jenjang dan perhitungan dana yang lebih kumulatif atau defisit dana pada tanggal-tanggal


(45)

tertentu. Bank harus mengestimasikan arus kas yang mereka harapkan secara berkala bukan hanya berfokus pada periode kontraktual selama kas masuk atau keluar.

Suatu evaluasi apakah suatu bank cukup lancar atau tidak bergantung pada perilaku arus kas dalam kondisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, manajemen risiko likuiditas melibatkan beragam skenario. Skenario going concern ditetapkan sebagai tolok ukur untuk neraca yang berkaitan dengan arus kas selama aliran bisnis normal. Skenario ini biasanya diterapkan pada manajemen penggunaan deposit oleh bank. Skenario kedua berkaitan dengan likuiditas bank dalam situasi krisis ketika bagian signifikan dari kewajibannya tidak dapat diperbaharui kembali atau diganti yang mengaplikasikan kontraksi neraca bank. Skenario ini berkaitan dengan banyaknya peraturan likuiditas yang ada atau ukuran likuiditas pengawas.

Skenario ketiga merujuk pada krisis pasar umum, dimana likuiditas berpengaruh pada seluruh system perbankan, atau setidaknya dalam bagian perbankan yang signifikan. Manajemen likuiditas dalam skenario ini dipredikasi pada kualitas kredit, dengan perbedaan signifikan dalam akses dana antar bank. Dari sudut pandang manajemen likuiditas, asumsi implisit yang mungkin muncul adalah bank sentral akan memastikan akses terhadap dana tersebut dalam beberapa bentuk. Malahan, bank sentral telah menanamkan suatu kepentingan dalam mempelajari skenario ini karena kebutuhan akan hal tersebut menciptakan jaminan total likuiditas bagi sektor perbankan, dan cara-cara yang dapat dilakukan


(46)

dalam menyebarkan beban masalah likuiditas pada bank-bank besar (Hennie van Greuning dan Sonja Brajovic, 2009).

2.1.13 Profitabilitas

Profit merupakan salah satu tujuan fundamental bisnis perbankan untuk memperoleh keuntungan optimal dengan jalan memberikan layanan jasa keuangan kepada masyarakat. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian, investor jangka panjang akan berkepentingan dengan analisis profitabilitas, misalnya pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar diterima dalam bentuk deviden. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan dapat diukur dalam ratio. Rasio profitabilitas merupakan salah satu bagian dari analisa laporan keuangan. Rasio profitabilitas adalah ratio yang digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen perusahaan secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan besarnya laba yang diperoleh dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Profitabilitas menunjukkan bagaimana kemampuan perusahaan tersebut dengan seluruh sumber daya yang dimiliki seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, dan sebagainya untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Ratio profitabilitas dianggap sebagai alat yang valid dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena ratio profitabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi yang sesuai dengan tingkat risiko. Efisiensi baru dapat diketahui jika profit dibandingkan dengan kekayaan atau modal yang digunakan untuk menghasilkan profit tersebut. Dengan demikian perusahaan tidak hanya


(47)

memperhatikan bagaimana usaha untuk memperbesar profit tetapi yang lebih penting adalah mencari usaha untuk meningkatkan profitabilitasnya (Sartono, 2001).

Ada dua ratio yang biasa digunakan dalam mengukur besarnya profitabilitas yaitu sebagai berikut:

Return On Assets (ROA)

Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari total aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada satu periode tertentu. Ratio ini dapat dihitung dengan cara:

ROA = ���������

�����������x 100% Return On Equity (ROE)

Profitabilitas merupakan dasar dari adanya keterkaitan antara efisiensi operasasional dengan kualitas jasa yang dihasilkan oleh suatu bank. Profitabilitas adalah ukuran spesifik dari performance sebuah bank, dimana ia merupakan tujuan dari manajemen perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang saham, optimalisasi dari berbagai tingkat return, dan meminimalisasi risiko yang ada. Tujuan analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh suatu bank.

ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income. Semakin tinggi return semakin baik, berarti deviden yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai retained earning juga semakin besar.


(48)

ROE = ���������

�����������x 100% 2.1.14 Hubungan antara Likuiditas dengan Profitabilitas

Likuiditas dan profitabilitas merupakan dua faktor yang jika dihubungkan akan saling mempengaruhi. Beberapa pendapat mengenai hubungan antara likuiditas dengan profitabilitas yaitu: Edward W. Reed dan Edward K. Gill (1995: 173) menyatakan bahwa profit bank yang dihasilkan tergantung pada kesehatan ekonomi komunitas yang dilayaninya, selain itu juga dengan hasil yang diperoleh dari aset merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan profit. Veitzhal (2007: 719) menyatakan bahwa jika bank mampu menjaga likuiditas maka kepercayaan masyarakat tetap terjaga sehingga nasabah tetap mempercayakan transaksi keuangan melalui bank dan bank dapat mempertahankan tingkat keuntungan yang optimal. Taswan (2006: 95) menyatakan bahwa persoalan manajemen adalah persoalan dilematis, kalau bank menghendaki untuk memelihara likuiditas yang tinggi maka profit akan turun, begitu juga sebaliknya jika bank menginginkan memelihara likuiditas yang rendah maka profit akan mengalami kenaikan.


(49)

2.2 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Riki Antariksa (2005) Berger (1995) Gokhan Gunai (1998) Europan Central Bank (2002) Analisis Pengaruh Risiko Likuiditas terhadap Profitabilitas Perbankan Hubungan antara ROE dan capital asset ratio studi kasus bank-bank di AS selama periode 1983-1992. Faktor-faktor risiko apa saja yang

mempengaruhi profitabilitas pada bank-bank swasta di Turki. Menjelaskan hubungan risiko dan profitabilitas Variabel Independen yaitu Likuiditas Total Aset (LTA), Likuiditas Aset Deposit (LAD) dan Financial Deposit Ratio (FDR), variabel dependennya adalah ROA dan ROE.

Variabel yang digunakan adalah hubungan antara

Capital asset ratio

dengan ROE.

Melihat risiko-risiko yang mempengaruhi profitabilitas pada bank-bank di Turki.

Risiko dan Profitabilita

Metode analisis regresi linier dengan uji kelambanan (lag) dan analisis

musiman (dummy

variabeli) Metode yang digunakan adalah model analisis Kausalitas Granger. Model regresi linier. Model regresi. Hasil penelitiaqn menunjukkan bahwa secara statistik risiko likuiditas yang diwakili aoleh (LTA, LAD dan FDR) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROE dan capital to assetratio cenderung memiliki hubungan positif.

Terdapat risiko likuiditas sebagai salah satu variabel, namun karena terdapat masalah

multikolinearitas di antara variabel, maka diajukan model kedua dengan menghilangkan variabel risiko

likuiditas. Dengan kata lain,risiko likuidtas walaupun berpengaruh secara signifikan, namun tidak merupaka faktor yang dihitung dalam permodelan.

Risiko tingkat suku

bunga akibat

ketidaksesuaian dalam tanggal penelitian, dapat

memanifestasikan

risiko dalam

pembiayaan kembali (reinvestasi risiko) dan nilai dari risiko pasar. Tapi dengan bertindak

sebagai risk-bearing

maturity and liquidity transformer, bank juga


(50)

Molyneux

(1992) Hubungan

antara tingkat likuiditas dengan profitabilitas Profitabilitas dan likuiditas

Model regresi .

dapat memperoleh hasil kembali dan ini

karena langsung

berhubungan dengan profitabilitas. Memiliki aset yang lebih likuid atau lebih baik yang cocok dengan profil arus kas dari aktiva dan

kewajiban akan

mengurangi risiko

likuiditas, tetapi juga profitabilitas bank.

Hasil penelitian menunjukkan

hubungan negatif yang signifikan antara likuiditas dan profitabilitas.

2.3 Kerangka Konseptual

Profitabilitas adalah hal yang menggambarkan kemampuan setiap perusahaan untuk menghasilkan laba. Performa manajerial dari suatu perusahaan dapat dikatakan baik apabila tingkat profitabilitas perusahaan yang dikelolanya tinggi atau maksimal, dimana profitabilitas umumnya diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolok ukur keberhasilan perusahaan seperti jumlah aktiva perusahaan, penjualan dan investasi. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan yang bersangkutan (Rivai, Andria dan Ferry N. Idroes, 2007).

Untuk meningkatkan profit perbankan, adalah hal yang sangat sulit melihat sangat banyaknya risiko-risiko yang dihadapi. Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan


(51)

kerugian. Risiko tidak cukup di hindari, tapi harus di hadapi dengan cara-cara yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Risiko dapat datang setiap saat, sehingga untuk itu, agar risiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, harus dikelola secara baik dan benar (Kasidi, 2010).

Pada dasarnya suatu perusahaan perbankan tidak akan terlepas dari yang namanya risiko. Ketika sebuah bank menjalankan usahanya seperti melakukan pinjaman, baik itu pinjaman jangka pendek (short term borrowing) ataupun pinjaman jangka panjang (long term borrowing), dilain sisi perusahaan juga harus melakukan pembiayaan baik pembiayaan jangka pendek (short term lending) ataupun pembiayaan jangka panjang (long term lending), dan kedua hal tersebut harus selalu diseimbangkan dengan baik, agar operasional perusahaan berjalan dengan lancar .

Adapun risiko yang dihadapi misalnya pinjaman jangka pendek (short term borrowing) yang segera harus dilunasi tentunya dengan menggunakan aset lancar, dimana saat yang bersamaan, perusahaan harus melakukan pembiayaan terkusus pembiayaan jangka pendek (short term lending) yang juga dari aset yang sama. Kemana aset tersebut paling banyak digunakan sehingga tidak menimbulkan banyak risiko, oleh karena itu pihak manajemen harus dengan jeli memikirkan, berapa besar pinjaman dan berapa besar pembiayaan yang nantinya akan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas perusahaan.

Identifikasi terhadap upaya-upaya manajemen bank didalam melakukan pengawasan terhadap timbulnya risiko-risiko perbankan terkusus risiko likuiditas, sehingga berpengaruh positip terhadap profitabilitas perbankan dapat dinilai


(52)

melalui analisis terhadap: Likuiditas Total Aset (LTA), Likuiditas Aset Deposit (LAD), Dan Financial Deposit Ratio (FDR).

Ketiga variabel bebas, Likuiditas Total Aset (LTA), Likuiditas Aset Deposit (LAD) dan Financial Deposit Ratio (FDR) masing – masing akan menunjukkan bagaimana pengaruh risiko likuiditas terhadap Return On Asset (ROA) perbankan, dan selanjutnya untuk melihat pengaruh risiko likuiditas terhadap ROA perbankan dengan menggunakan metode distribusi lag (model kelambanan), yaitu apakah ada pengaruh dari kelambanan tersebut terhadap profit perbankan. Dan juga digunakan variabel musiman untuk melihat apakah terdapat pengaruh musiman terhadap ROA bank Mandiri, dan dimusim yang mana variabel bebas lebih signifikan pengaruhnya terhadap variabel terikat melalui analisis dummy.

Adapun gambaran keterkaitan antara variabel terikat dengan variabel bebas dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

LTA

LAD

FDR

RETURN ON


(53)

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh Likuiditas Total Aset (LTA) terhadap Return On Aset pada bank mandiri

2. Terdapat pengaruh Likuiditas Aset Deposit (LAD) terhadap Return On Aset (ROA) pada bank mandiri.

3. Terdapat pengaruh Financial Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Aset (ROA) pada bank mandiri.

4. Terdapat pengaruh risiko likuiditas dalam bentuk kelambanan (lag) terhadap profitabilitas bank mandiri.

5. Terdapat pengaruh musiman pada risiko likuiditas terhadap Profitabilitas bank mandiri .


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi empiris guna memecahkan masalah dan menguji hipotesis dari penelitian. Data dan informasi yang tepat dan relevan dengan masalah yang dibahas diharapkan dapat menggambarkan kesimpulan yang lebih baik dan bermutu. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai proses data tersebut serta rencana pengolahannya.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu bentuk penelitian yang meneliti data dalam bentuk angka-angka.

3.2 Batasan Operasional

Batasan yang akan diteliti adalah Likuiditas Total Asset (LTA), Likuiditas Asset Deposit (LAD) dan Financial Deposit Ratio (FDR).

3.3 Defenisi Operasional a. Return On Aset (ROA)

ROA adalah rasio antara pendapatan bersih bank setelah pajak dengan aktiva yang merupakan indikator pengukuran kemampuan manajemen bank untuk memperoleh profitabilitas secara keseluruhan.

ROA = Pendapatan Bersih setelah Pajak

Total Aktiva


(55)

b. Likuiditas Total Aset (LTA)

Likuiditas Total Aset adalah perbandingan antara aset-aset yang likuid terhadap jumlah total dari aset suatu laporan keuangan.

LTA =

Total Aset aset likuid

c. Likuiditas Aset Deposit (LAD)

Likuiditas Aset Deposit adalah perbandingan antara aset-aset yang likuid terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat yang terdiri dari tabungan, giro dan simpanan berjangka.

LAD =

Deposit Aset likuid

d. Financial Deposit Ratio (FDR)

Financial Deposit Ratio adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. FDR ditentukan oleh perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup giro, deposito (simpanan berjangka), dan tabungan.

FDR =

Deposit

Pembiayaan

3.4 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka selama tahun 2006 - 2011 dalam data bulanan yaitu sebanyak 72 bulan.


(56)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kepustakaan (library research), yang diperoleh dari publikasi resmi yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu dari laporan keuangan bulanan Bank Indonesia. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah laporan neraca dan laporan laba rugi Bank Mandiri dari tahun 2006 – 2011 yaitu sebanyak 72 bulan.

3.6 Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika. Teknik analisis yang digunakan adalah model kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square atau OLS), model kelambanan (distributed lag) dan analisis musiman (dummy).

3.6.1 Ordinary Least Square (OLS)

Pertama sekali diperkenalkan oleh Carl Friedrich Gauss (jerman) yang intinya adalah mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut. Hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan antar variabel terikat dengan variabel-variabel bebas.

Secara umum model regresi linier sederhana dapat dinyatakan sebagai berikut:

Y = b0+ b1 X1 + b2 X2 + b3X3 Dimana:

+ e

Y = Return On Asset (ROA)

X1 =

X

Likuiditas Total Asset (LTA)

2

X

= Likuiditas Asset Deposit (LAD)

3

b

= Financial Deposit Ratio (FDR) 0 = Konstanta (Intercept)


(57)

b1, b2, b3

e = Faktor residu (error term)

= Penaksir/Koefisien regresi parsial

Hipotesis yang diajukan berdasarkan teori ekonomi adalah:

��

��1 > 0, artinya jika X1 (

��

��2 > 0, artinya jika X

Likuiditas Total Asset) meningkat maka Y (Return On Asset) akan mengalami kenaikan, cateris paribus.

2 (

��

��3 > 0, artinya jika X

Likuidita Asset Deposit) meningkat maka Y (Return On Asset) akan mengalami kenaikan, cateris paribus.

3 (

3.6.1.1 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

Financial Deposit Ratio) meningkat maka Y (Return On Asset) akan mengalami kenaikan, cateris paribus.

1. Koefisien Determinasi (R2

Koefisien determinasi (R

) 2

) merupakan unsur ikhtisar yang mengatakan seberapa baik garis regresi sampel mencocokkan data. Koefisien determinasi menyatakan proporsi variasi dalam variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas yang terdapat dalam model. Besarnya nilai R2 adalah 0 ≤ R² ≤1. R2 sebesar 1 berarti suatu kecocokan sempurna, sedangkan R2

2. Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t)

yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Uji Statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : b1 = 0, artinya suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.


(58)

Ha : b1

Kriteria yang digunakan dalam menentukan signifikan atau tidaknya suatu variabel dalam penelitian adalah sebagai berikut:

≠ 0, artinya suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

1. H0

2. H

diterima apabila t-statistik < nilai t-kritis (α), maka variabel independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

a

3. Uji f-Statistik (Uji Simultan)

diterima apabila t-statistik > nilai t-kritis (α), maka variabel independen signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Uji F-Statistik ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

1. Ho diterima jika F-hitung < F-tabel, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

2. Ha diterima jika F-hitung > F-tabel, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

3.6.1.2 Uji Asumsi Klasik 1. Multikolinearitas

Sebuah model regresi dikatakan terkena multikolinearitas apabila terjadi hubungan linier yang sempurna diantara beberapa atau semua variabel bebas dari suatu model regresi. Multikolinearitas sering kali diduga ketika R2 tinggi, tetapi tak satupun atau sangat sedikit koefisien regresi parsial yang secara individual penting secara statistic atas dasar pengujian t yang konvensional.


(59)

Pendeteksian multikolinearitas dapat dilakukan dengan cara:

1. Korelasi antar variabel, semakin tinggi nilai koefisien korelasi menunjukkan bahwa korelasi antar variabel sangat erat, dan dapat diduga bahwa terdapat multikolinearitas antar variabel dalam model.

2. Korelasi parsial, yaitu dengan estimasi regresi terhadap model awal dan kemudian dibandingkan dengan estimasi regresi untuk variabel lain dengan mengubah variabel dependennya dan kemudian membandingkan nilai R2

2. Uji Normalitas

nya.

Untuk menguji apakah data telah berdistribusi normal dengan menggunakan JB-test yaitu dengan melihat angka probabilitynya. Apabila angka probabilitynya > 0,05 maka data berdistribusi normal, sebaliknya apabila angka probabilitynya < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

3. Autokorelasi

Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Apabila ada gangguan antara anggota serangkaian observasi pada data runtun waktu maka akan muncul autokorelasi. Cara mendeteksi autokorelasi antara lain:

1. Uji Durbin Watson (Uji-DW) 2. Langrange Multiplier (LM-Test)

Dalam penelitian ini, ada tidaknya autokorelasi akan dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson (Uji-DW).


(60)

Gambar 3.1: Grafik Uji DW

Sumber: Hasil olahan eviews

Keterangan: 1.H0

d < d

= Tidak ada autokorelasi positif 1 = Tolak H0

d > d

(ada autokorelasi positif)

U = Tidak menolak H0

d

(tidak ada autokorelasi positif) 1 < d < dU

2. H

= Pengujian tidak meyakinkan 0

d > 4- d

= Tidak ada serial korelasi negatif 1 = Tolak H0

d > 4- d

(ada serial korelasi negatif) u = Tidak menolak H0

4- d

(tidak ada korelasi negatif) u < d < 4- d1 = pengujian tidak meyakinkan

3.6.2 Model Kelambanan (Distributed Lag)

Model kelambanan adalah model regresi yang memasukkan tidak hanya nilai sekarang (t/current), tetapi juga nilai kelambanan (lag) dari variabel independent/bebas (Agus Widarjono, Ekonometrika Teori dan Aplikasi). Alasan mengapa menggunakan model kelambanan adalah karena dampak dari risiko likuiditas perbankan biasanya ada yang tidak secara langsung berdampak pada profitabilitas perbankan, tetapi memerlukan waktu (lag) misalnya enam sampai duabelas bulan.

Autokorelasi (-)

Tanpa kesimpulan Tanpa kesimpulan

Autokorelasi (+)

H0 diterima


(1)

Lampiran 3: Hasil Regresi Uji Multikolinearitas

FDR LAD LTA

FDR 1.000000 -0.138071 -0.407292 LAD -0.138071 1.000000 0.890770 LTA -0.407292 0.890770 1.000000 Sumber: Hasil olahan eviews


(2)

Lampiran 4: Grafik Uji Normality

Sumber: Hasil olahan eviews 0

2 4 6 8 10 12

-1.0 -0.5 -0.0 0.5 1.0

Series: Residuals

Sample 2006M01 2011M12 Observations 71

Mean -1.66e-16 Median -0.036736 Maximum 1.216814 Minimum -1.195709 Std. Dev. 0.490784 Skewness 0.130998 Kurtosis 3.145108 Jarque-Bera 0.265359 Probability 0.875746


(3)

Lampiran 5: Hasil Regresi Model kelambanan (lag) LTA Dependent Variable: ROA

Method: Least Squares Date: 06/08/12 Time: 16:23

Sample (adjusted): 2009M01 2011M12 Included observations: 60 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.307327 1.570711 -0.195661 0.8466

LTA(-1) 4.235081 9.075206 0.466665 0.6451

LTA(-2) -0.714270 9.604119 -0.074371 0.9414

LTA(-3) 1.227624 10.29049 0.119297 0.9061

LTA(-4) 7.397960 10.13127 0.730211 0.4726

LTA(-5) -0.662738 10.57191 -0.062689 0.9506

LTA(-6) -2.877529 10.95266 -0.262724 0.7951

LTA(-7) -0.217602 11.17977 -0.019464 0.9846

LTA(-8) 5.491387 10.23523 0.536518 0.5968

LTA(-9) 2.071721 9.027342 0.229494 0.8205

LTA(-10) -3.560627 9.006542 -0.395338 0.6962 LTA(-11) -4.576123 9.029924 -0.506773 0.6171

LTA(-12) 1.767080 7.119812 0.248192 0.8062

R-squared 0.188938 Mean dependent var 1.230833

Adjusted R-squared -0.234225 S.D. dependent var 0.668099 S.E. of regression 0.742229 Akaike info criterion 2.515880 Sum squared resid 12.67079 Schwarz criterion 3.087706

Log likelihood -32.28584 F-statistic 0.446490

Durbin-Watson stat 0.286590 Prob(F-statistic) 0.925770 Sumber: Hasil olahan eviews


(4)

Lampiran 6: Hasil Regresi Model kelambanan (lag) LAD Dependent Variable: ROA

Method: Least Squares Date: 06/21/12 Time: 23:38

Sample (adjusted): 2009M01 2011M12 Included observations: 60 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.056296 1.276943 0.044087 0.965200

LAD(-1) 1.006156 3.198733 0.314548 0.401005

LAD(-2) 1.589980 3.156543 0.503709 0.457819

LAD(-3) -0.181695 3.158440 -0.057527 0.519895

LAD(-4) 4.919945 3.469042 1.418243 0.125323

LAD(-5) 1.009247 3.525064 0.286306 0.146756

LAD(-6) 1.071548 3.528619 0.303674 0.216153

LAD(-7) -0.694714 3.495716 -0.198733 0.332316

LAD(-8) 2.378312 3.462197 0.686937 0.439936

LAD(-9) 1.871061 3.355291 0.557645 0.494399

LAD(-10) -0.916474 3.096324 -0.295988 0.496646 LAD(-11) -3.475356 3.089862 -1.124761 0.307762 LAD(-12) -3.112550 2.929739 -1.062398 0.329462

R-squared 0.388403 Mean dependent var 1.230833

Adjusted R-squared 0.069309 S.D. dependent var 0.668099 S.E. of regression 0.644531 Akaike info criterion 2.233609 Sum squared resid 9.554657 Schwarz criterion 2.805435

Log likelihood -27.20496 F-statistic 1.217206

Durbin-Watson stat 0.238746 Prob(F-statistic) 0.329462


(5)

Lampiran 7: Hasil Regresi Model kelambanan (lag) FDR

Dependent Variable: ROA Method: Least Squares Date: 06/21/12 Time: 23:44

Sample (adjusted): 2009M01 2011M12 Included observations: 60 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -4.837662 2.066445 -2.341056 0.028300

FDR(-1) -0.768381 1.765223 -0.435288 0.208233 FDR(-2) -1.354714 1.719753 -0.787738 0.492998 FDR(-3) -2.134674 1.708117 -1.249724 0.803548

FDR(-4) 3.937328 1.826376 2.155815 0.146121

FDR(-5) 3.892289 1.838413 2.117200 0.039942

FDR(-6) 3.040117 1.834906 1.656824 0.028022

FDR(-7) 0.549118 1.835295 0.299199 0.054848

FDR(-8) 0.811985 1.858207 0.436972 0.072977

FDR(-9) 1.107408 1.842900 0.600905 0.083104

FDR(-10) 1.010414 1.757768 0.574828 0.074833

FDR(-11) 0.148319 1.771127 0.083743 0.056196

FDR(-12) -0.915331 1.815885 -0.504069 0.124709

R-squared 0.474574 Mean dependent var 1.230833

Adjusted R-squared 0.200439 S.D. dependent var 0.668099 S.E. of regression 0.597402 Akaike info criterion 2.081744 Sum squared resid 8.208449 Schwarz criterion 2.653571

Log likelihood -24.47140 F-statistic 1.731169


(6)

Lampiran 8 : Hasil regresi Dummy Musiman Dependent Variable: ROA

Method: Least Squares Date: 06/13/12 Time: 01:55 Sample: 2006M01 2011M12 Included observations: 72

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D1 1.164833 0.301606 3.862107 0.0003

D2 1.131667 0.301606 3.752140 0.0004

D3 1.111667 0.301606 3.685828 0.0005

D4 1.071667 0.301606 3.553205 0.0007

D5 1.046667 0.301606 3.470315 0.0010

D6 0.990000 0.301606 3.282432 0.0017

D7 0.948333 0.301606 3.144282 0.0026

D8 0.943333 0.301606 3.127704 0.0027

D9 0.895000 0.301606 2.967451 0.0043

D10 0.843333 0.301606 2.796146 0.0069

D11 0.508333 0.301606 1.685424 0.0970

R-squared -0.190224 Mean dependent var 0.980819

Adjusted R-squared -0.385342 S.D. dependent var 0.627678 S.E. of regression 0.738780 Akaike info criterion 2.372130

Sum squared resid 33.29355 Schwarz criterion 2.719954

Log likelihood -74.39668 Durbin-Watson stat 0.776850


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh ROA (Return On Asset), Pertumbuhan Laba, Komponen Arus Kas dan Harga Saham Terhadap Volume Perdagangan Saham Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

10 138 91

Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 44 97

Pengaruh Return on Asset (ROA), Earning per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham : Studi Empiris di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012

0 35 85

Perbandingan Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Banking Ratio antara Bank Pemerintah dengan Bank Swasta yang Go Public pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 30 86

Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Return on Asset ( ROA) pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar yang di BEI

25 198 91

Analisis pengaruh profitabilitas perbankan syariah, suku bunga bank indonesia dan deposito mudharabah terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia periode 2009-2013

0 6 151

Analisis Pengaruh Return On Asset Biaya

0 1 12

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank - Analisis Pengaruh Risiko Likuiditas terhadap Return On Asset (ROA) Perbankan (studi kasus Bank Mandiri)

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Risiko Likuiditas terhadap Return On Asset (ROA) Perbankan (studi kasus Bank Mandiri)

0 0 9

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH RISIKO LIKUIDITAS TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PERBANKAN (STUDI KASUS BANK MANDIRI)

0 0 11