3 penelitian ini untuk mengetahui bahasa yang digunakan di lingkungan, Taman
Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Bogdan dan Tylor dalam Margono 2010:36
mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Subjek penelitian ini adalah santri di Taman Pendidikan Alquran
Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten. Objek yang dikaji adalah kesantunan berbahasa yang dituturan santri. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ungkapan yang mengandung penanda kesantunan berbahasa. Sumber data dalam penelitian ini yaitu santri yang bertuturan dengan ustadnya di
Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik simak bebas libat cakap,
yaitu peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa atau tuturan yang digunakan oleh informan. Penelitian ini peneliti tidak berperan
untuk pembentukan atau pemunculan data. Peneliti hanya menyimak dialog yang terjadi Mahsun, 2011:91. Penelitian ini menggunakan trianggulasi
teoretis karena dalam menganalisis data yang berupa tuturan antara santri dengan ustad yang sedang berkomunikasi menggunakan Prinsip kesantunan
yang sesuai dengan masalah yang dikaji Maryadi, dkk, 2011: 14.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Realisasi Bentuk Kesantunan Berbahasa antara Santri dengan Ustad
Dalam Kegiatan Taman Pendidikan Alquran Alazhar Puluhan, Jatinom, Klaten.
4 a.
Kesantunan dalam Memohon
1 Kesantunan memohon
1 Lomba sholat, oleh ya mas? Mohon mas. ‘Lomba sholat boleh ya mas? Mohon mas.’
Konteks : Dituturkan oleh santri yang berumur 11 tahun yang sedang berada di depan masjid dengan
ustad yang sedang melatih santrinya untuk lomba. Santri tersebut ingin mengikuti
perlombaan itu dan memohon kepada ustad yang mengampu.
Tuturan 1 terdapat ungkapan mohon sebagai penanda kesantunan pada saat bertutur dengan mitra tutur. Terdapatnya
ungkapan mohon tersebut dapat dikatan bahwa tuturan itu mengandung kesantunan permohonan, dengan itu tuturan tersebut
dinyatakan menjadi lebih santun daripada tidak menggunakan penanda kesantunan.
2 Kesantunan meminta
2 Mbak aku jaluk wulang kowe ya. ‘Mbak aku minta diajar kamu ya .’
Konteks : Dituturkan oleh santri umur 9 tahun yang Sedang berada di kelas, meminta kepada ustad
yang sedang duduk santai untuk mengajarkan iqro kepadanya.
Tuturan 2 tuturan penutur kepada mitra tutur tersebut terdapat ungkapan jaluk minta sebagai pena nda kesantunan
meminta. Terdapatnya penanda kesantunan meminta tersebut dapat dikatakan bahwa tuturan itu menjadi lebih santun daripada tidak
terdapat penanda kesantunan. Kesantunan dalam memohon terdapat dua penanda
kesantunan yaitu penanda kesantunan memohon dan penanda kesantunan meminta. Kedua penanda kesantunan tersebut
5 mempunyai makna yang hampir sama, karena sama-sama
menginginkan mendapat sesuatu dari mitra tutur. Penanda kesantunan memohon lebih santun dikarenakan permintaan yang
dituturkan oleh penutur lebih menghormati mitra tutur atau bisa dikatakan meminta dengan hormat. Sedangkan penanda kesantunan
meminta hanya mengharapkan mendapat sesuatu saja. b.
Kesantunan dalam Mengajak
1 Kesantunan Mengajak
Penanda kesantunan mengajak biasanya ditandai dengan tuturan mari atau ayo , kedua macam penanda kesantunan itu
masing-masing memiliki makna mengajak. Seperti pada tuturan- tuturan sebagai berikut.
3 S ampun mbak, ayo mbak nang masj id. ‘Sudah mbak, ayo mbak ke masjid .’
Konteks : Dituturkan oleh santri berumur 11 tahun, pada saat di kelas mengajak ustad untuk pergi latihan
ke masjid, karena sudah selesai membaca. Tuturan 3 tuturan penutur kepada mitra tutur tersebut
terdapat ungkapan ayo sebagai penanda kesantunan mengajak. Terdapatnya penanda kesantunan tersebut dapat menjadikan lebih
santun sebuah tuturan, daripada tidak terdapat penanda kesantunan akan menjadikan sebuah tuturan menjadi kurang santun.
2 Kesantunan Membujuk
Makna membujuk di dalam bahasa Indonesia, biasanya diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo. Selain itu biasanya
juga diikutin perkataan rayuan agar mitra tutur bisa luluh. 4 Iya mbak, karo jileh RPAI oleh ra mbak? Oleh ya, dingo
golekki jawaban, ya mbak? ‘Iya mbak, sama pinjam RPAI boleh tidak mbak? Boleh
6 ya, buat mencari jawabannya , ya mbak?’
Konteks : Dituturkan oleh santri berumur 12 tahun yang sedang berada di kantor untuk mengambil LKS
dan membujuk ustad agar meminjami RPAI untuk mencari jawaban dalam LKS.
Tuturan 4 tuturan penutur kepada mitra tutur tersebut terdapat ungkapan Oleh ya boleh ya, mewakili penanda
kesantunan membujuk. Terdapatnya penanda kesantunan tersebut membuat tuturan menjadi lebih santun.
3 Kesantunan Mendesak
Tuturan dengan makna mendesak biasanya menggunakan kata harap atau harus, untuk memberi penekanan maksud desakan
tersebut. Tuturan mendesak, seolah-olah penutur mengharuskan mitra tutur untuk melakukan suatu perbuatan yang diinginkan oleh
penutur. 5 Kudu kowe og mas, ya mas.
‘Harus kamu mas, ya mas.’ Konteks : Dituturkan oleh santri be rumur 9 tahun yang
sudah selesai mengerjakan tugas dari ustad kemudian akan minta nilai, pada waktu itu ustad
akan keluar dari kelas. Tuturan 5 tuturan penutur kepada mitra tutur ditemukan
ungkapan kudu harus tuturan tersebut terdapat penanda kesantunan mendesak. Tuturan mendesak penutur megharuskan
mitra tutur untuk melakukan permintaannya, dalam penanda kesantunan mendesak relatif kurang santun karena penutur
memaksa mitra tutur.
7 Kesantunan dalam mengajak terdiri dari 3 penanda
kesantunan yakni, penanda kesantunan mengajak, membujuk dan mendesak. Dari penanda kesantunan tersebut dapat dilihat bahwa
penanda kesantunan mendesak mempunyai kadar kesantunan yang sangat rendah, sedangkan penanda kesantunan membujuk dan
mengajak masih dalam kadar kesantunan lebih santun. Seperti pada tuturan 3 dalam penanda kesantunan mengajak menggunakan
penanda ungkapan ayo. Tuturan 4 dalam penanda kesantunan membujuk menggunakan ungkapan rayuan untuk membujuk mitra
tutur yang menjadikan tutur an masih tergolong santun. Tuturan 5 dalam penanda kesantunan mendesak menggunakan penanda
ungkapan kudu harus, ungkapan tersebut menjadikan tuturan menjadi kurang santun karena penutur memaksa mitra tutur.
c.
Kesantunan dalam Menyilakan
Makna menyilakan dalam bahasa Indonesia, biasanya digunakan dengan penanda kesantunan silakan. Terdapat pada tuturan
sebagai berikut. 6 Niki mbak pun selesai, mang tonton riyen .
‘Ini mbak sudah selesai, silahkan lihat dulu.’ Konteks : Dituturkan oleh santri berumur 10 tahun kepada
ustad yang sedang duduk di kantor menulis presensi.
Tuturan 6 tuturan penutur kepada mitra tutur terdapat ungkapan mang silahkan, adanya ungkapan tersebut tuturan terdapat
penanda kesantunan me nyilakan. Adanya penanda kesantunan tersebut tuturan dapat menjadi lebih santun. Kesantunan menyilakan rata-rata
tuturan itu lebih santun karena menyuruh orang dengan bahasa yang halus.
8 d.
Kesantunan dalam Menolak
Makna menolak dalam bahasa Indonesia, biasanya ditandai dengan kata jangan . Terdapat pada tuturan sebagai berikut.
7 Aja mbak Nisa mas aku wegah, kowe wae. ‘Jangan mbak Nisa mas saya gak mau, kamu saja.’
Konteks : Dituturkan oleh santri berumur 8 tahun yang sedang minta diajar oleh ustad di kelas, sedangkan ustad
sedang duduk baru selesai menyimak santri secara bergiliran.
Tuturan 7 tuturan penutur kepada mitra tutur terdapat ungkapan aja jangan yang bermaksud menolak tawaran mitra tutur.
Adanya ungkapan tersebut tuturan ditemukan penanda kesantunan menolak. Penanda kesantunan menolak menjadi lebih santun ketika
dalam menuturkan denga n nada rendah dan pelan, pada tuturan dilakukan dengan nada tinggi sehingga menjadi kurang santun tuturan
tersebut.
2. Skala Kesantunan Berbahasa