Analisis Peningkatan Kualitas Produk Precast Concrete Dengan Pendekatan Statistical Process Control dan Quality Function Deployment
ISSN: 2337 - 4349
Seminar Nasional IENACO - 2017
ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PRECAST CONCRETE DENGAN
PENDEKATAN STATISTICAL PROCESS CONTROL DAN QUALITY FUNCTION
DEPLOYMENT
Heru Subiyakto1, Lukmandono2, Rony Prabowo3
1,2, 3
Program Studi Magister Teknik Industri, Fakultas Teknik Institut Teknologi Adhi Tama
Surabaya Jl. Arif Rahman Hakim 100, Surabaya
e-mail : herusubiyakto@yahoo.co.id
ABSTRAK
Tantangan perusahaan diberlakukan pasar bebas MEA saat ini adalah persaingan antar
negara ASEAN sendiri. Oleh karena itu untuk memenangkan dalam bisnis saat ini harus
memperhatikan customer. Customer satisfaction ini sangat efektif untuk kemajuan perusahan.
Persaingan bisnis ini salah satunya adalah dibidang produk konstruksi beton. PT. Saeti Beton
Pracetak merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur memproduksi
produk precast concrete, persaingan bisnis di industri manufaktur precast concrete sangat
kompetitif sehingga perusahaan harus mampu membuat produk yang berkualitas dengan
harga bersaing dan sesuai dengan selera pasar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengurangi
jumlah kecacatan dari produk yang dihasilkan dan mengembangkan produk sesuai dengan
keinginan konsumen dengan memperhatikan aspek voice of customer dan aspek teknis
perusahaan. Metode yang digunakan yaitu Statistical Process Control (SPC) dan Quality
Function Deployment (QFD). Penerapan metode SPC untuk menjamin produk yang dihasilkan
dalam kondisi kontrol kualitas, sedangkan penerapan metode QFD bahwa produk yang
dihasilkan sesuai dengan harapan dan keinginan konsumen. Responden dalam penelitian ini
adalah seluruh konsumen yang menggunakan produk precast concrete dari PT. Saeti Beton
Pracetak. Berdasarkan hasil observasi penelitian bahwa terdapat atribut kecatatan pada
produk precast concrete yang harus diselesaiakan diantaranya: produk tidak simetris, cacat
pada fisik, produk retak, produk kropos, dan produk bengkok. Hasil tersebut merupakan
prioritas yang harus dilakukan perbaikan terhadap kecacatan produk precast concr ete supaya
customer merasakan kepuasan terhadap penggunakan produk tersebut. Sedangkan hasil
penelitian yang mempengaruhi customer satisfaction terdapat atribut yaitu, kualitas produk
sesuai harapan, sistem pembayaran fleksibel, pengiriman sesuai permintaan.
Kata kunci : Concrete, Kualitas, Precast, , SPC, QFD
1. PENDAHULUAN
PT. Saeti Beton Pracetak dalam beberapa tahun ini mengalami penurunan kapasitas
permintaan dari pelanggan. Untuk mengetahui terjadinya penurunan permintaan maka perlu
dilakukan perbaikan dan mendengarkan keluhan konsumen. Proses produksi yang memperhatikan
kualitas akan menghasilkan produk yang bebas dari kerusakan. Menurut Sukardi dkk (2011),
perbaikan kualitas terhadap proses produksi harus dilakukan terus-menerus agar meminimalisir
kecacatan produk.
Salah satu perusahaan manufaktur adalah PT. Saeti Beton Pracetak yang berada di Gresik,
Jawa Timur. Berdasarkan data permintaan konsumen terjadi penurunan jumlah order yang diterima
dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016. Hal ini dapat menyebabkan pemenuhan target
penjualan tidak tercapai dan keuntungan perusahaan menurun. Sehingga perlu dilakukan evaluasi,
untuk mencari apa penyebab daripada adanya penurunan jumlah order yang terjadi di PT. Saeti
Beton Pracetak ini. Adapun gambar grafik ditunjukkan pada gambar 1 sebagai berikut:
499
ISSN: 2337 - 4349
Seminar Nasional IENACO - 2017
Gambar.1 Grafik jumlah Produk Precast Concrete
Gambar 1 Grafik Jumlah Produk Precast Concrete
Sumber : PT. Saeti Beton Pracetak
Khususnya pada Wilayah Provinsi Jawa Timur di era 1990 an perusahaan yang bergerak di
bidang industri manufaktur precast concrete masih dalam jumlah sedikit, mulai era 2000 an banyak
bermunculan perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur precast concrete dan di era
2010 an perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur precast concrete dalam kondisi
pasar yang jenuh dalam artian antara supply dan demand tidak berimbang. Untuk memenangkan
persaingan bisnis ini tidak hanya dengan usaha yang keras saja melainkan harus diimbangi dengan
menyediaan barang yang berkualitas dan yang berdaya saing tinggi serta dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Kondisi ini memicu PT. Saeti Beton Pracetak salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
industri manufaktur precast concrete yang sudah established sejak tahun 1989 untuk bersaing
dengan perusahaan yang bisnis utamanya sama. Untuk bisa memenangkan persaingan bisnis usaha
yang dilakukan adalah produk yang dihasilkan disesuaikan atau berpedoman pada kriteria-kriteria
standart kualitas yang bisa memenuhi kebutuhan konsumen. Produk yang dihasilkan tidak dalam
kondisi buruk atau cacat melainkan yang berkualitas dan produk yang diminati oleh konsumen.
Bila perusahaan sulit bersaing dalam harga, maka perusahaan lebih baik menggunakan kualitas
produk atau kualitas layanan dalam memenangkan persaingan (Zeithaml, 1990).
Strategi manufaktur yang digunakan adalah cost, delivey, flexibilitas dan quality .Kualitas,
Biaya, dan Pengiriman merupakan komponen-komponen yang dominan pada perusahaan yang
bergerak dibidang industri manufaktur precast concrete, ketiga komponen tersebut yang harus
dijadikan standart kebutuhan konsumen dengan demikian konsumen akan jadi loyal dan sulit
konsumen untuk berpaling pada produk yang lain. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk
mengendalikan kualitas serta mengatasi banyaknya cacat produk yaitu dengan statistical process
control sedangkan untuk mengukur kepuasan terhadap produk menggunakan quality function
deployment.
Menurut Kotler dan Keller (2007), produk didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga
dapat memuaskan suatu kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan. Oleh karena itu dalam
menawarkan produk harus memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan. Produk precast
concrete yang dikategorikan produk yang memiliki faktor kualitas negatif atau produk defect
sebagai berikut:
500
ISSN: 2337 - 4349
Seminar Nasional IENACO - 2017
Gambar 2 Cacat Sarang Tawon (honey comb)
Gambar 3 Cacat Kropos
Untuk mengendalikan kecacatan produk maka dapat dilakukan dengan menggunakan metode
yang tepat yaitu dengan mengunakan metode Statistical Process Control (SPC). Pengendalian
kualitas proses statistik (statistical process control) dilakukan dengan menggunakan alat bantu
statistik yang terdapat pada Statistical Process Control (SPC).,
Statistical Process Control (SPC).merupakan teknik penyelesaian problem yang
dipergunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisa, mengelola, dan memperbaiki produk
dan proses dengan menggunakan metode-metode statistik. Pengendalian kualitas statistik
(statistical quality control) sering disebut sebagai pengendalian proses statistik (statistical process
control). Jika produk yang dihasilkan dapat dikendalikan kualitas maka konsumen akan merasakan
kepuasan terhadap produk tersebut.
Adapaun alat ukur untuk kepuasan terhadap produk tersebut yaitu dengan quality function
deployment. Quality Function Deployment (penyebaran fungsi kualitas) merupakan suatu alat atau
metode yang dipergunakan untuk mengukur tingkat kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap
layanan yang diberikan oleh perusahaan baik berupa produk atau jasa. Fungsi dari pada quality
function deployment yaitu metode untuk menangkap dan menerjemahkan suara konsumen ( voice
of customer) kedalam karakteristik engineering produk atau jasa ( Paryani ,Maoudi And Cudney,
501
ISSN: 2337 - 4349
Seminar Nasional IENACO - 2017
dalam Poniman, 2016). Dalam mengidentifikasi suara konsumen maka dilakukan metode survey
atau kuesioner untuk mengetahui kebutuhan produk atau jasa yang mana yang harus didahulukan
untuk dilakukan peningkatan kualitas baik produk maupun jasa.
Pada proses Quality Function Deployment terdapat empat fase dalam pengembangan suatu
produk. Model empat fase ini menerjemahkan keinginan konsumen melalui beberapa tahap menuju
proses perancangan produk. Setiap fase mempunyai matriks yang memuat kolom vertikal dan
kolom horizontal. Kolom vertikal memuat tentang kebutuhan konsumen yang disebut “whats”, dan
kolom horizontal memuat tentang bagaimana mencapai kebutuhan konsumen tersebut yang disebut
“hows” (Ye Tian, 2011). Langkah pembuatan Quality Function Deployment dapat dikategorikan
menjadi 4 tahap, yaitu (M.Z & Nurcahyo, 2010). Adapun gambar model empat fase dalam proses
Quality Function Deployment adalah sebagai berikut:
Gambar 4 Model Empat Fase Dalam Qfd
2. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa
dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan
kejadian yang menjadi pusat perhatian unuk kemudian digambarkan sebagaimana adanya
(Sugiono: 2011) sedangkan populasi adalah produk precast concrete dan konsumen / pelanggan
seluruh PT. Saeti Beton Pracetak. Adapun pengambilan sampling dengan menggunakan metode
total sampling seluruh populasi menjadi anggota yang akan diamati sebagai sampel, dengan
pertimbangan karena sampel yang besar cenderung mendekati nilai yang sesungguhnya. Arikunto
(2002). Adapun metode pengumpulan data yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada
objek kecacatan produksi dan kuesioner yang disebarkan kepada konsumen untuk mengukur
kepuasan terhadap produk tersebut. Sedangkan analisa data yaitu dengan menggunakan Statistical
Process Control dan Quality Function Deployment
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
PT. Saeti Beton Pracetak merupakan perusahaan dalam bidang manufacturing precast
concrete. Penelitian ini dilakukan perusahaan cabang Surabaya yang berbagai jenis precast
concrete. Hasil pengamatan ini dilakaukan berdasarkan tingkat kecacatan produk dari bulan Januari
sampai Desember 2016. Kriteria defect pada produk precast conrete anatar lain : Dimensi Tidak
Presisi, Kropos, Joint Tidak Simetris, Kelurusan dan Retak. Adapun data check sheet hasil
pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut:
502
ISSN: 2337 - 4349
Seminar Nasional IENACO - 2017
Tabel 1 Jenis Defect Pada Produk Precast Concrete
Bulan
Jumlah
Produksi
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
989
10
140
2260
1644
711
1695
1580
314
228
2192
447
Dimensi
Tidak
Presisi
14
0
0
80
33
24
73
28
10
8
40
34
Jumlah
12210
344
Kropos
8
0
1
83
33
1
63
22
18
0
54
3
286
Jenis Cacat
Joint
Tidak
Kelurusan
Simetris
12
4
0
0
1
0
1
0
8
0
4
0
19
0
4
0
0
0
1
0
6
0
0
0
56
4
Retak
Jumlah
Produk
Cacat
0
0
0
2
0
0
0
1
0
0
0
0
38
0
2
166
74
29
155
55
28
9
100
37
3
693
Berdasarakan tabel diatas dapat dilihat bahawa defect yang tertinggi adalah dimensi tidak
presisi. Berdasarakan data terebut makan prioritas utama dalam melakukan perbaikan dan
pengendalian produk yaitu pada kriteria dimensi tidak presisi. Gambaran data dapat dilakukan
dengan histogram, yang menggambarkan terhadap produk cacat pada precast concrete. Adapun
gambar histogram sebagai berikut:
Gambar 5 Histogram Produk Cacat
Gambaran data dengan menggunakan control chart dapat dilihat bahwa terdapat 8 titik diluar
batas toleransi UCL dan LCL sehingga perbaikan harus segera dilakukan. Adapun batas diluar
toleransi yaitu bulan Februari, Maret, April, Juni , Juli, September , Oktober dan November.
Adapun gambar control chart sebagai berikut:
503
ISSN: 2337 - 4349
Seminar Nasional IENACO - 2017
Gambar 6 Control Chart Defect
Diagram Pareto adalah diagram yang digunakan untuk mengidentifikasi , mengurutkan dan
bekerja untuk menyisihkan kegagalan secara permanen. Dengan diagram ini maka akan diketahui
jenis kegagalan yang paling dominan. Pembuatan diagram Pareto diawali dengan menyusun tabel
frekuensi komulatif dari produk cacat
Tabel 2 Komulatif defect pada produk precast concrete
No
Jenis Cacat
Frekuensi
Persentase
Komulatif (%)
1
Dimensi Tidak Presisi
344
49,6 %
49,6 %
2
Kropos
286
41,3 %
90,9 %
3
Joint Tidak Simetris
56
8,1 %
99,0 %
4
Kelurusan
4
0,6 %
99,6 %
5
Retak
3
0,4 %
100 %
jumlah
693
100 %
Penyebab defect yang terjadi adalah pada kriteria dimensi tidak presisi, berdasarkan
pengamatan tersebut prosentasi kecacatan sebesar 49,6%. Faktor yang menyebabkan defect ini
dapat diminimalisir dikemuadian hari. Adapun gambar Pareto dapat dilihat sebagai berikut
Gambar 7 Pareto Diagram Jumlah Produk Defect
504
ISSN: 2337 - 4349
Seminar Nasional IENACO - 2017
Langkah - langkah antisipasi kecacatan dapat dilakukan dengan mencari sumber penyebab
terjadinya kecacatan. Adapun bantuan tools yang digunakan dapat dilakukan dengan menggunakan
diagram Cause-and-Effect Diagram. Adapun analisa Cause-and-Effect Diagram sebagai berikut:
pembuatan precast concrete
env ironment
Material
Personnel
kualitas bahan
kurang baik
kendala cuaca
kurang pengalaman
komposisi bahan
tidak imbang
kurang pelatihan
kendala pengiriman
bahan baku bany ak
campuran kerikil
kelalaian
penaruhan terlalu
keras
terjadi cacat mesin tetap
beropeasi
k ecacatan
precast
concrete
pengepresan tidak
rata
pengaw asan lemah
Methods
peralatan kurang bersih
prev entiv e mesin tidak
berjalan
Machines
Gambar 8 Cause-and-Effect Diagram
3.1 Analisa QFD
Berdasarkan hasil analisa spc maka pengembangan produk harus dilakukan perbaikan
terhadap hasil kecacatan tersebut. Qfd dalam penelitian ini untuk mengukur kepuasan konsumen
terhadap penggunaan precast concrete setelah dilakukan perbaikan dengan analisa kecacatan
terebut. Adapun hasil atribut – atribut dan nilai kepentingan konsumen.
Tabel 3 Tingkat Kepentingan Konsumen
No
Atribut pernyataan
Average important
1
2
3
4
5
Produk yang dihasilkan berkualitas tinggi
Kesesuian produk atas permintaan konsumen
Ketersediaan produk saat permintaan urgent
Memiliki berbagai varian produk
Hasil produk simetris
Produk yang dihasilkan memiliki performa
yang tinggi
Produk tidak cacat retak dan kropos
4
4
4
5
5
Harga terjangkau
Sistem pembayaran lebih fleksibel
5
9
10
Pengiriman
dijanjikan
11
Kecepatan dan ketepatan pelayanan terhadap
konsumen
4
12
Kesopanan dan keramahan staf dalam melayani
konsumen
5
6
7
8
sesuai
dengan
505
waktu
4
4
4
yang
4
ISSN: 2337 - 4349
Seminar Nasional IENACO - 2017
Berdasarkan data tersebut diatas maka harapan konsumen terhadap perbaikan produk
memiliki nilai antara 4 sampai 5. Artinya bahwa konsumen menginginkan harapan produk yang
berkualitas tinggi. Sedangan prioritas perbaikan berdasarkan analisis quality function deployment
adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Komulatif Defect pada Produk Precast Concrete
Absolut
Score
Persentase Score
Ranking
Score
Standarisasi Material
146
29,92
1
Komposisi Material
100
20,49
2
Pelatihan Karyawan
50
10,25
3
Pejadwalan Maintenance
49
10,04
4
Kebersihan Cetakan
40
8,20
5
Quality Control Yang Ketat
39
7,99
6
Ruang Perawatan Beton
39
7,99
7
SDM Yang Berkualitas
25
5,12
8
Tecknical Correlation
Berdasarkan tabel tersebut urutan prioritas perbaikan adalah standarisasi material
menempati urutan pertama dengan nilai 146 dan terendah SDM yang berkualitas dengan score 25
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penyebab utama timbulnya cacat / produk defect pada produk precast concrete yaitu
kurang pengalaman, kurang pelatihan, kelalaian, kualitas bahan kurang baik, komposisi
bahan tidak imbang, bahan baku banyak campuran kerikil, kendala cuaca, kendala
pengiriman, pengawasan lemah , penyetakan tidak rata, peletakan terlalu keras, preventive
mesin tidak berjalan, peralatan kurang bersih dan terjadi cacat mesin tetap beropeasi.
2. Peningkatan kualitas produk dapat dilakukan dengan memperhatikan voice of customer
yang terdapat dua belas atribut customer important.
3. Strategi yang dapat dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan yaitu dengan
menerapkan pengendalian kualitas defect dengan metode SPC dan pengukuran kepuasan
dengan menggunakan QFD. Prioritas perbaikan harus dilakukan sesgera mungkin agar
produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan customer.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Kotler, Philip And Kevin Lane Keller. 2007. Marketing Manajment, New Jersey: Pearson Prestice
Hall,Inc
Nasution, Arman Hakim 2006. Manajemen Industri. Penerbit Andi Ofhset . Yogyakarta
Poniman, 2016. Upaya Peningkatan Pelayanan Jasa (Service Excellent) Terhadap Kepuasan
Konsumen Menggunakan Pendekatan Servqual Dan Quality Function Deployment (QFD).
Tesis Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung : CV Alfabeta
Sukardi, Effendi, U., Astuti, D.A. (2011), Aplikasi Six Sigma pada Pengujian Kualitas Produk di
UKM Keripik Apel Tinjauan dari Aspek Proses. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol.12, No.1,
Pp. 1-7.
Tian, Ye, 2011. Apply Quality Function Deployment Model In After-Sales Service Improvements:
Case Company X, Thesis Department Of Business Technology, Aalto University
Zeithaml,V.A.,M.J.Bitner,1990, Service Marketing, New Jersey: The McGraw-Hill Companies,
Inc.
506
Seminar Nasional IENACO - 2017
ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PRECAST CONCRETE DENGAN
PENDEKATAN STATISTICAL PROCESS CONTROL DAN QUALITY FUNCTION
DEPLOYMENT
Heru Subiyakto1, Lukmandono2, Rony Prabowo3
1,2, 3
Program Studi Magister Teknik Industri, Fakultas Teknik Institut Teknologi Adhi Tama
Surabaya Jl. Arif Rahman Hakim 100, Surabaya
e-mail : herusubiyakto@yahoo.co.id
ABSTRAK
Tantangan perusahaan diberlakukan pasar bebas MEA saat ini adalah persaingan antar
negara ASEAN sendiri. Oleh karena itu untuk memenangkan dalam bisnis saat ini harus
memperhatikan customer. Customer satisfaction ini sangat efektif untuk kemajuan perusahan.
Persaingan bisnis ini salah satunya adalah dibidang produk konstruksi beton. PT. Saeti Beton
Pracetak merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur memproduksi
produk precast concrete, persaingan bisnis di industri manufaktur precast concrete sangat
kompetitif sehingga perusahaan harus mampu membuat produk yang berkualitas dengan
harga bersaing dan sesuai dengan selera pasar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengurangi
jumlah kecacatan dari produk yang dihasilkan dan mengembangkan produk sesuai dengan
keinginan konsumen dengan memperhatikan aspek voice of customer dan aspek teknis
perusahaan. Metode yang digunakan yaitu Statistical Process Control (SPC) dan Quality
Function Deployment (QFD). Penerapan metode SPC untuk menjamin produk yang dihasilkan
dalam kondisi kontrol kualitas, sedangkan penerapan metode QFD bahwa produk yang
dihasilkan sesuai dengan harapan dan keinginan konsumen. Responden dalam penelitian ini
adalah seluruh konsumen yang menggunakan produk precast concrete dari PT. Saeti Beton
Pracetak. Berdasarkan hasil observasi penelitian bahwa terdapat atribut kecatatan pada
produk precast concrete yang harus diselesaiakan diantaranya: produk tidak simetris, cacat
pada fisik, produk retak, produk kropos, dan produk bengkok. Hasil tersebut merupakan
prioritas yang harus dilakukan perbaikan terhadap kecacatan produk precast concr ete supaya
customer merasakan kepuasan terhadap penggunakan produk tersebut. Sedangkan hasil
penelitian yang mempengaruhi customer satisfaction terdapat atribut yaitu, kualitas produk
sesuai harapan, sistem pembayaran fleksibel, pengiriman sesuai permintaan.
Kata kunci : Concrete, Kualitas, Precast, , SPC, QFD
1. PENDAHULUAN
PT. Saeti Beton Pracetak dalam beberapa tahun ini mengalami penurunan kapasitas
permintaan dari pelanggan. Untuk mengetahui terjadinya penurunan permintaan maka perlu
dilakukan perbaikan dan mendengarkan keluhan konsumen. Proses produksi yang memperhatikan
kualitas akan menghasilkan produk yang bebas dari kerusakan. Menurut Sukardi dkk (2011),
perbaikan kualitas terhadap proses produksi harus dilakukan terus-menerus agar meminimalisir
kecacatan produk.
Salah satu perusahaan manufaktur adalah PT. Saeti Beton Pracetak yang berada di Gresik,
Jawa Timur. Berdasarkan data permintaan konsumen terjadi penurunan jumlah order yang diterima
dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016. Hal ini dapat menyebabkan pemenuhan target
penjualan tidak tercapai dan keuntungan perusahaan menurun. Sehingga perlu dilakukan evaluasi,
untuk mencari apa penyebab daripada adanya penurunan jumlah order yang terjadi di PT. Saeti
Beton Pracetak ini. Adapun gambar grafik ditunjukkan pada gambar 1 sebagai berikut:
499
ISSN: 2337 - 4349
Seminar Nasional IENACO - 2017
Gambar.1 Grafik jumlah Produk Precast Concrete
Gambar 1 Grafik Jumlah Produk Precast Concrete
Sumber : PT. Saeti Beton Pracetak
Khususnya pada Wilayah Provinsi Jawa Timur di era 1990 an perusahaan yang bergerak di
bidang industri manufaktur precast concrete masih dalam jumlah sedikit, mulai era 2000 an banyak
bermunculan perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur precast concrete dan di era
2010 an perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur precast concrete dalam kondisi
pasar yang jenuh dalam artian antara supply dan demand tidak berimbang. Untuk memenangkan
persaingan bisnis ini tidak hanya dengan usaha yang keras saja melainkan harus diimbangi dengan
menyediaan barang yang berkualitas dan yang berdaya saing tinggi serta dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Kondisi ini memicu PT. Saeti Beton Pracetak salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
industri manufaktur precast concrete yang sudah established sejak tahun 1989 untuk bersaing
dengan perusahaan yang bisnis utamanya sama. Untuk bisa memenangkan persaingan bisnis usaha
yang dilakukan adalah produk yang dihasilkan disesuaikan atau berpedoman pada kriteria-kriteria
standart kualitas yang bisa memenuhi kebutuhan konsumen. Produk yang dihasilkan tidak dalam
kondisi buruk atau cacat melainkan yang berkualitas dan produk yang diminati oleh konsumen.
Bila perusahaan sulit bersaing dalam harga, maka perusahaan lebih baik menggunakan kualitas
produk atau kualitas layanan dalam memenangkan persaingan (Zeithaml, 1990).
Strategi manufaktur yang digunakan adalah cost, delivey, flexibilitas dan quality .Kualitas,
Biaya, dan Pengiriman merupakan komponen-komponen yang dominan pada perusahaan yang
bergerak dibidang industri manufaktur precast concrete, ketiga komponen tersebut yang harus
dijadikan standart kebutuhan konsumen dengan demikian konsumen akan jadi loyal dan sulit
konsumen untuk berpaling pada produk yang lain. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk
mengendalikan kualitas serta mengatasi banyaknya cacat produk yaitu dengan statistical process
control sedangkan untuk mengukur kepuasan terhadap produk menggunakan quality function
deployment.
Menurut Kotler dan Keller (2007), produk didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga
dapat memuaskan suatu kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan. Oleh karena itu dalam
menawarkan produk harus memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan. Produk precast
concrete yang dikategorikan produk yang memiliki faktor kualitas negatif atau produk defect
sebagai berikut:
500
ISSN: 2337 - 4349
Seminar Nasional IENACO - 2017
Gambar 2 Cacat Sarang Tawon (honey comb)
Gambar 3 Cacat Kropos
Untuk mengendalikan kecacatan produk maka dapat dilakukan dengan menggunakan metode
yang tepat yaitu dengan mengunakan metode Statistical Process Control (SPC). Pengendalian
kualitas proses statistik (statistical process control) dilakukan dengan menggunakan alat bantu
statistik yang terdapat pada Statistical Process Control (SPC).,
Statistical Process Control (SPC).merupakan teknik penyelesaian problem yang
dipergunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisa, mengelola, dan memperbaiki produk
dan proses dengan menggunakan metode-metode statistik. Pengendalian kualitas statistik
(statistical quality control) sering disebut sebagai pengendalian proses statistik (statistical process
control). Jika produk yang dihasilkan dapat dikendalikan kualitas maka konsumen akan merasakan
kepuasan terhadap produk tersebut.
Adapaun alat ukur untuk kepuasan terhadap produk tersebut yaitu dengan quality function
deployment. Quality Function Deployment (penyebaran fungsi kualitas) merupakan suatu alat atau
metode yang dipergunakan untuk mengukur tingkat kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap
layanan yang diberikan oleh perusahaan baik berupa produk atau jasa. Fungsi dari pada quality
function deployment yaitu metode untuk menangkap dan menerjemahkan suara konsumen ( voice
of customer) kedalam karakteristik engineering produk atau jasa ( Paryani ,Maoudi And Cudney,
501
ISSN: 2337 - 4349
Seminar Nasional IENACO - 2017
dalam Poniman, 2016). Dalam mengidentifikasi suara konsumen maka dilakukan metode survey
atau kuesioner untuk mengetahui kebutuhan produk atau jasa yang mana yang harus didahulukan
untuk dilakukan peningkatan kualitas baik produk maupun jasa.
Pada proses Quality Function Deployment terdapat empat fase dalam pengembangan suatu
produk. Model empat fase ini menerjemahkan keinginan konsumen melalui beberapa tahap menuju
proses perancangan produk. Setiap fase mempunyai matriks yang memuat kolom vertikal dan
kolom horizontal. Kolom vertikal memuat tentang kebutuhan konsumen yang disebut “whats”, dan
kolom horizontal memuat tentang bagaimana mencapai kebutuhan konsumen tersebut yang disebut
“hows” (Ye Tian, 2011). Langkah pembuatan Quality Function Deployment dapat dikategorikan
menjadi 4 tahap, yaitu (M.Z & Nurcahyo, 2010). Adapun gambar model empat fase dalam proses
Quality Function Deployment adalah sebagai berikut:
Gambar 4 Model Empat Fase Dalam Qfd
2. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa
dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan
kejadian yang menjadi pusat perhatian unuk kemudian digambarkan sebagaimana adanya
(Sugiono: 2011) sedangkan populasi adalah produk precast concrete dan konsumen / pelanggan
seluruh PT. Saeti Beton Pracetak. Adapun pengambilan sampling dengan menggunakan metode
total sampling seluruh populasi menjadi anggota yang akan diamati sebagai sampel, dengan
pertimbangan karena sampel yang besar cenderung mendekati nilai yang sesungguhnya. Arikunto
(2002). Adapun metode pengumpulan data yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada
objek kecacatan produksi dan kuesioner yang disebarkan kepada konsumen untuk mengukur
kepuasan terhadap produk tersebut. Sedangkan analisa data yaitu dengan menggunakan Statistical
Process Control dan Quality Function Deployment
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
PT. Saeti Beton Pracetak merupakan perusahaan dalam bidang manufacturing precast
concrete. Penelitian ini dilakukan perusahaan cabang Surabaya yang berbagai jenis precast
concrete. Hasil pengamatan ini dilakaukan berdasarkan tingkat kecacatan produk dari bulan Januari
sampai Desember 2016. Kriteria defect pada produk precast conrete anatar lain : Dimensi Tidak
Presisi, Kropos, Joint Tidak Simetris, Kelurusan dan Retak. Adapun data check sheet hasil
pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut:
502
ISSN: 2337 - 4349
Seminar Nasional IENACO - 2017
Tabel 1 Jenis Defect Pada Produk Precast Concrete
Bulan
Jumlah
Produksi
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
989
10
140
2260
1644
711
1695
1580
314
228
2192
447
Dimensi
Tidak
Presisi
14
0
0
80
33
24
73
28
10
8
40
34
Jumlah
12210
344
Kropos
8
0
1
83
33
1
63
22
18
0
54
3
286
Jenis Cacat
Joint
Tidak
Kelurusan
Simetris
12
4
0
0
1
0
1
0
8
0
4
0
19
0
4
0
0
0
1
0
6
0
0
0
56
4
Retak
Jumlah
Produk
Cacat
0
0
0
2
0
0
0
1
0
0
0
0
38
0
2
166
74
29
155
55
28
9
100
37
3
693
Berdasarakan tabel diatas dapat dilihat bahawa defect yang tertinggi adalah dimensi tidak
presisi. Berdasarakan data terebut makan prioritas utama dalam melakukan perbaikan dan
pengendalian produk yaitu pada kriteria dimensi tidak presisi. Gambaran data dapat dilakukan
dengan histogram, yang menggambarkan terhadap produk cacat pada precast concrete. Adapun
gambar histogram sebagai berikut:
Gambar 5 Histogram Produk Cacat
Gambaran data dengan menggunakan control chart dapat dilihat bahwa terdapat 8 titik diluar
batas toleransi UCL dan LCL sehingga perbaikan harus segera dilakukan. Adapun batas diluar
toleransi yaitu bulan Februari, Maret, April, Juni , Juli, September , Oktober dan November.
Adapun gambar control chart sebagai berikut:
503
ISSN: 2337 - 4349
Seminar Nasional IENACO - 2017
Gambar 6 Control Chart Defect
Diagram Pareto adalah diagram yang digunakan untuk mengidentifikasi , mengurutkan dan
bekerja untuk menyisihkan kegagalan secara permanen. Dengan diagram ini maka akan diketahui
jenis kegagalan yang paling dominan. Pembuatan diagram Pareto diawali dengan menyusun tabel
frekuensi komulatif dari produk cacat
Tabel 2 Komulatif defect pada produk precast concrete
No
Jenis Cacat
Frekuensi
Persentase
Komulatif (%)
1
Dimensi Tidak Presisi
344
49,6 %
49,6 %
2
Kropos
286
41,3 %
90,9 %
3
Joint Tidak Simetris
56
8,1 %
99,0 %
4
Kelurusan
4
0,6 %
99,6 %
5
Retak
3
0,4 %
100 %
jumlah
693
100 %
Penyebab defect yang terjadi adalah pada kriteria dimensi tidak presisi, berdasarkan
pengamatan tersebut prosentasi kecacatan sebesar 49,6%. Faktor yang menyebabkan defect ini
dapat diminimalisir dikemuadian hari. Adapun gambar Pareto dapat dilihat sebagai berikut
Gambar 7 Pareto Diagram Jumlah Produk Defect
504
ISSN: 2337 - 4349
Seminar Nasional IENACO - 2017
Langkah - langkah antisipasi kecacatan dapat dilakukan dengan mencari sumber penyebab
terjadinya kecacatan. Adapun bantuan tools yang digunakan dapat dilakukan dengan menggunakan
diagram Cause-and-Effect Diagram. Adapun analisa Cause-and-Effect Diagram sebagai berikut:
pembuatan precast concrete
env ironment
Material
Personnel
kualitas bahan
kurang baik
kendala cuaca
kurang pengalaman
komposisi bahan
tidak imbang
kurang pelatihan
kendala pengiriman
bahan baku bany ak
campuran kerikil
kelalaian
penaruhan terlalu
keras
terjadi cacat mesin tetap
beropeasi
k ecacatan
precast
concrete
pengepresan tidak
rata
pengaw asan lemah
Methods
peralatan kurang bersih
prev entiv e mesin tidak
berjalan
Machines
Gambar 8 Cause-and-Effect Diagram
3.1 Analisa QFD
Berdasarkan hasil analisa spc maka pengembangan produk harus dilakukan perbaikan
terhadap hasil kecacatan tersebut. Qfd dalam penelitian ini untuk mengukur kepuasan konsumen
terhadap penggunaan precast concrete setelah dilakukan perbaikan dengan analisa kecacatan
terebut. Adapun hasil atribut – atribut dan nilai kepentingan konsumen.
Tabel 3 Tingkat Kepentingan Konsumen
No
Atribut pernyataan
Average important
1
2
3
4
5
Produk yang dihasilkan berkualitas tinggi
Kesesuian produk atas permintaan konsumen
Ketersediaan produk saat permintaan urgent
Memiliki berbagai varian produk
Hasil produk simetris
Produk yang dihasilkan memiliki performa
yang tinggi
Produk tidak cacat retak dan kropos
4
4
4
5
5
Harga terjangkau
Sistem pembayaran lebih fleksibel
5
9
10
Pengiriman
dijanjikan
11
Kecepatan dan ketepatan pelayanan terhadap
konsumen
4
12
Kesopanan dan keramahan staf dalam melayani
konsumen
5
6
7
8
sesuai
dengan
505
waktu
4
4
4
yang
4
ISSN: 2337 - 4349
Seminar Nasional IENACO - 2017
Berdasarkan data tersebut diatas maka harapan konsumen terhadap perbaikan produk
memiliki nilai antara 4 sampai 5. Artinya bahwa konsumen menginginkan harapan produk yang
berkualitas tinggi. Sedangan prioritas perbaikan berdasarkan analisis quality function deployment
adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Komulatif Defect pada Produk Precast Concrete
Absolut
Score
Persentase Score
Ranking
Score
Standarisasi Material
146
29,92
1
Komposisi Material
100
20,49
2
Pelatihan Karyawan
50
10,25
3
Pejadwalan Maintenance
49
10,04
4
Kebersihan Cetakan
40
8,20
5
Quality Control Yang Ketat
39
7,99
6
Ruang Perawatan Beton
39
7,99
7
SDM Yang Berkualitas
25
5,12
8
Tecknical Correlation
Berdasarkan tabel tersebut urutan prioritas perbaikan adalah standarisasi material
menempati urutan pertama dengan nilai 146 dan terendah SDM yang berkualitas dengan score 25
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penyebab utama timbulnya cacat / produk defect pada produk precast concrete yaitu
kurang pengalaman, kurang pelatihan, kelalaian, kualitas bahan kurang baik, komposisi
bahan tidak imbang, bahan baku banyak campuran kerikil, kendala cuaca, kendala
pengiriman, pengawasan lemah , penyetakan tidak rata, peletakan terlalu keras, preventive
mesin tidak berjalan, peralatan kurang bersih dan terjadi cacat mesin tetap beropeasi.
2. Peningkatan kualitas produk dapat dilakukan dengan memperhatikan voice of customer
yang terdapat dua belas atribut customer important.
3. Strategi yang dapat dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan yaitu dengan
menerapkan pengendalian kualitas defect dengan metode SPC dan pengukuran kepuasan
dengan menggunakan QFD. Prioritas perbaikan harus dilakukan sesgera mungkin agar
produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan customer.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Kotler, Philip And Kevin Lane Keller. 2007. Marketing Manajment, New Jersey: Pearson Prestice
Hall,Inc
Nasution, Arman Hakim 2006. Manajemen Industri. Penerbit Andi Ofhset . Yogyakarta
Poniman, 2016. Upaya Peningkatan Pelayanan Jasa (Service Excellent) Terhadap Kepuasan
Konsumen Menggunakan Pendekatan Servqual Dan Quality Function Deployment (QFD).
Tesis Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung : CV Alfabeta
Sukardi, Effendi, U., Astuti, D.A. (2011), Aplikasi Six Sigma pada Pengujian Kualitas Produk di
UKM Keripik Apel Tinjauan dari Aspek Proses. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol.12, No.1,
Pp. 1-7.
Tian, Ye, 2011. Apply Quality Function Deployment Model In After-Sales Service Improvements:
Case Company X, Thesis Department Of Business Technology, Aalto University
Zeithaml,V.A.,M.J.Bitner,1990, Service Marketing, New Jersey: The McGraw-Hill Companies,
Inc.
506