Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

(1)

PERBAIKAN RANCANGAN PRODUK MENGGUNAKAN

METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DAN DESIGN

FOR MANUFACTURING AND ASSEMBLY

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh Suryadi 1 0 0 4 0 3 0 4 7

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERBAIKAN RANCANGAN PRODUK MENGGUNAKAN

METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DAN DESIGN

FOR MANUFACTURING AND ASSEMBLY

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh SURYADI

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

(Ir. Rosnani Ginting, MT) (Erwin Sitorus, ST, MT)

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Pembuatan Laporan Tugas Sarjana ini merupakan langkah awal bagi penulis untuk mengenal lingkungan kerja serta menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama perkuliahan dan ditujukan untuk memenuhi syarat-syarat dan ketentuan dalam mengikuti kurikulum Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara guna melanjutkan ke penelitian dan penulisan laporan Tugas Sarjana.

Laporan Tugas Sarjana ini terdiri dari struktur pengerjaan dan dasar-dasar dari penelitian yang akan dilakukan di PT. Cakrawala Elecorindo. Laporan ini memaparkan tugas sarjana penulis yaitu “Perbaikan Rancangan Produk

Menggunakan Metode Quality Function Deployment dan Design for

Manufacturing and Assembly”.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Sarjana ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian demi kesempurnaan Laporan Tugas Sarjana ini. Akhir kata, penulis berharap agar Laporan ini berguna bagi kita semua.

Medan, Juni 2015 Penulis


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama proses penulisan Tugas Sarjana ini, penulis telah mendapatkan bimbingan dan dukungan yang besar, baik berupa materi, spiritual, informasi maupun administari dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Dosen Pembimbing I penulis, atas bimbingan dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Bapak Erwin Sitorus, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II penulis, atas bimbingan dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

5. Bapak Atak selaku Pembimbing Lapangan PT. Cakrawala Elecorindo yang telah memberikan bantuan berupa bimbingan serta informasi dan data selama melakukan penelitian di perusahaan.

6. Papa, Mama, kakak Apriyanti, abang ipar Sulaiman dan adik Trivera yang telah memberikan dukungan berupa doa, moral, maupun materi kepada penulis.


(5)

7. Rekan seperjuangan penulis pada saat penelitian, Arie, Ayu, Lisa, Fina, Cici, Adel, Novri, Rois dan Rini.

8. Sahabat-sahabat penulis, Marwin Alfredo, Calvin Chandra, Robert dan Arief Rifan yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan penulis pada saat melakukan tugas sarjana, Putra Jaya, Susanto, Jusco, Joseph, Calvin Setiawan, Ivana, dan Andy.

10.Teman-teman rekan kerja di Laboratorium Sistem Produksi, Hendro, Ayu, Fitri, Wahyuni, Ifra, Rizki, Julius, dan Andy Prima yang mendukung penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

11.Semua teman angkatan 2010 di Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

12.Bang Nurmansyah, Bang Mijo, Kak Dina, Kak Ani, dan Bang Ridho atas bantuan dan tenaga yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian Tugas Sarjana ini.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Kiranya laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2015


(6)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

ABSTRAK ... xxi

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-4 1.3. Tujuan Penelitian ... I-4 1.4. Manfaat Penelitian ... I-5 1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-6 1.6. Sistematika Penulisan Laporan ... I-6


(7)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-1 2.4. Daerah Pemasaran ... II-1 2.5. Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-2 2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-3 2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja & Jam Kerja ... II-6 2.5.3.1.Jumlah Tenaga Kerja... II-6 2.5.3.2.Jam Kerja ... II-6 2.5.4. Sistem Pengupahan & Fasilitas Lainnya ... II-6 2.6. Proses Produksi ... II-8 2.6.1. Bahan yang Digunakan ... II-8 2.6.1.1.Bahan Baku ... II-8 2.6.1.2.Bahan Tambahan ... II-9 2.6.1.3.Bahan Penolong ... II-10 2.6.2. Uraian Proses ... II-10 2.7. Mesin dan Peralatan... II-12 2.7.1. Mesin Produksi ... II-12


(8)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.7.2. Peralatan ... II-13 2.8. Utilitas ... II-14 2.9. Safety and Fire Protection ... II-14 2.10.Limbah ... II-14

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Proses Perancangan Produk ... III-1 3.2. Kansei Engineering ... III-1 3.3. QFD (Quality Function Deployment)... III-5 3.4. House of Quality (HOQ) ... III-9 3.5. DFMA (Design for Manufacturing and Assembly) ... III-11 3.6. Kuesioner ... III-14 3.7. Metode Sampling ... III-15 3.7.1. Populasi, Elemen dan Sampel ... III-15 3.7.2. Probability Sampling ... III-16 3.7.3. Non Probability Sampling ... III-18


(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.8. Validitas Data ... III-20 3.9. Reliabilitas Data ... III-21 3.10. Pengukuran Waktu ... III-22 3.11. Peta Kerja ... III-24 3.11.1. Definisi Peta Kerja ... III-24 3.11.2. Assembly Process Chart ... III-24 3.12. Struktur Produk ... III-25

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3 4.6. Rancangan Penelitian ... IV-3 4.7. Pengumpulan Data ... IV-6 4.7.1. Sumber Data ... IV-6 4.7.2. Metode Pengumpulan Data ... IV-7 4.8. Instrumen Penelitian ... IV-8 4.8.1. Bentuk Kuesioner ... IV-10


(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

4.8.2. Stopwatch ... IV-11 4.9. Populasi ... IV-11 4.10.Pengolahan Data... IV-14 4.10.1. Pengolahan Kansei Engineering ... IV-14 4.10.2. Membuat Matriks House of Quality (HoQ) ... IV-16 4.10.3. Perancangan Produk dengan Metode DFMA ... IV-19 4.11.Analisis Pemecahan Masalah ... IV-20 4.12.Kesimpulan dan Saran... IV-21

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner ... V-1 5.1.2. Rekapitulasi Kuesioner Pendahuluan ... V-1 5.1.3. Rekapitulasi Kuesioner Kansei ... V-4 5.1.4. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup ... V-46 5.1.5. Data Desain Produk Awal ... V-47 5.1.5.1. Bill of Material ... V-47 5.1.5.2. Proses Perakitan Blender ... V-48 5.1.5.3. Pengukuran Waktu ... V-53


(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.1.5.4. Pengukuran Waktu Proses Tiap Stasiun Kerja ... V-54 5.1.5.5. Penetapan Allowance (Kelonggaran Waktu) ... V-58 5.2. Pengolahan Data ... V-59 5.2.1. Pengolahan dengan Metode Kansei Engineering ... V-59 5.2.1.1. Penetapan Tujuan ... V-60 5.2.1.2. Pengumpulan Kata Kansei ... V-60 5.2.1.3. Penetapan Skala Semantic Differential dari

Kata Kansei ... V-61 5.2.1.4. Pengumpulan Sampel Produk ... V-61 5.2.1.5. Pengurutan Spesifikasi Produk ... V-62 5.2.1.6. Evaluasi Eksperimen ... V-64 5.2.1.7. Analisis Statistik ... V-64 5.2.1.8. Interpretasi dari Data yang Dianalisis ... V-68 5.2.2. Pengolahan Data QFD Fase I ... V-68 5.2.2.1. Uji Validitas Data ... V-68 5.2.2.2. Uji Reliabilitas Data ... V-72 5.2.3. Membangun Quality Function Deployment Fase I ... V-73 5.2.3.1. Menentukan Costumer Requirement ... V-73 5.2.3.2. Menentukan Tingkat Kepentingan ... V-74 5.2.3.3. Menentukan Karakteristik Teknis Produk ... V-75


(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2.3.4. Menetapkan Hubungan Antara Karakteristik

Teknis ... V-76 5.2.3.5. Menetapkan Tingkat Hubungan Antara

Karakteristik Teknis Produk Dengan Keinginan

Konsumen ... V-78 5.2.3.6. Menyusun Matriks Perencanaan ... V-79 5.2.3.7. Membangun Matriks House of Quality (HoQ)

Pertama Produk Blender ... V-81 5.2.4. Pengolahan Quality Function Deployment Fase II ... V-85 5.2.4.1. Menetapkan Karakteristik Teknis Prioritas

Berdasarkan QFD Fase I ... V-85 5.2.4.2. Menetapkan Part Kritis ... V-85 5.2.4.3. Menetapkan Hubungan antara Part Kritis ... V-85 5.2.4.4. Menetapkan Hubungan antara Karakteristik

Teknis dengan Part Kritis ... V-86 5.2.4.5. Menyusun Matriks Perencanaan ... V-87 5.2.5. Pengolahan dengan Metode Design for Manufacturing

and Assembly ... V-91 5.2.5.1. Pengolahan Waktu Perakitan ... V-91


(13)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2.5.1.2. Uji Kecukupan Data ... V-91 5.2.5.1.3. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu

Baku ... V-102 5.2.5.2. Perbaikan Rancangan dengan Metode DFMA ... V-104 5.2.5.3. Struktur Produk ... V-104 5.2.5.4. Evaluasi Komponen Penyusun Produk Serta

Pengembangan DFMA Worksheet dari Desain

Awal Produk ... V-106 5.2.5.5. Identifikasi Part yang dapat Dikembangkan,

Kombinasi dan Eliminasi ... V-108 5.2.5.6. Perbaikan Assembly Process Chart ... V-110 5.2.5.6.1. Assembly Process Chart Desain Awal ... V-110 5.2.5.6.2. Analisis Proses Perakitan dengan

Menggunakan 5W dan 1H ... V-112 5.2.5.6.3.Menggambarkan Assembly P r o c e s s

Chart Usulan dan S t r u k t u r P r o d u k

Usulan ... V-114 5.2.5.7. Pengembangan Lembar Kerja DFMA dari

Produk Hasil Rancangan ... V-119 5.2.5.8. Efisiensi Desain dan Jumlah Produk Standar ... V-120


(14)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2.5.9. Rancangan Produk Akhir DFMA... V-123

VI ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis Data Kuesioner ... VI-1 6.2. Analisis Pengukuran Waktu ... VI-2 6.3. Analisis QFD Fase I ... VI-2

6.3.1. Analisis Matriks Variable Proses Perakitan Terhadap

Tingkat Kepentingan ... VI-3 6.3.2. Analisis Matriks Variabel Produk Terhadap Sales Point .... VI-4 6.3.3. Analisis Matriks Importance Weight dan Relative Weight . VI-5 6.3.4. Analisis Matriks Ukuran Kinerja Proses Perakitan ... VI-5 6.4. Analisis QFD Fase II ... VI-7 6.5. Analisis Metode DFMA ... VI-7

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-1


(15)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Data Permintaan Blender Periode 2013/2014 ... I-2 2.1. Bahan Baku Perakitan Produk Blender... II-8 2.2. Bahan Tambahan Perakitan Produk Blender ... II-9 5.1. Rekapitulasi Keluhan Penggunaan Blender ... V-2 5.2. Rekapitulasi Kuesioner Kansei Desain I... V-4 5.3. Rekapitulasi Kuesioner Kansei Desain II ... V-8 5.4. Rekapitulasi Kuesioner Kansei Desain III ... V-13 5.5. Rekapitulasi Kuesioner Kansei Desain IV ... V-18 5.6. Rekapitulasi Kuesioner Kansei Desain V ... V-23 5.7. Rekapitulasi Kuesioner Kansei Desain VI ... V-27 5.8. Rekapitulasi Kuesioner Kansei Desain VII ... V-32 5.9. Rekapitulasi Kuesioner Kansei Desain VIII ... V-37 5.10. Rekapitulasi Kuesioner Kansei Desain IX ... V-41 5.11. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup ... V-46 5.12. Bill of Material Produk Blender ... V-47 5.13. Uraian Proses Perakitan Blender ... V-49 5.14. Penilaian Rating Factor ... V-53 5.15. Data Pengukuran Waktu Operasi Perakitan Blender ... V-55 5.16. Perhitungan Allowance Masing-Masing Stasiun Kerja ... V-58 5.17. Pengumpulan Kata Kansei ... V-60


(16)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.18. Kata Kansei ... V-61 5.19. Skala Semantic Differential ... V-61 5.20. Pengurutan Desain dan Kategori Blender ... V-62 5.21. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Rata-Rata ... V-65 5.22. Nilai Utilitas Kuesioner Kansei ... V-67 5.23. Tabulasi Frekuensi Jawaban Responden ... V-69 5.24. Proporsi, Proporsi Kumulatif dan Nilai Z ... V-69 5.25. Nilai Densitas untuk Masing-Masing Nilai Z ... V-70 5.26. Nilai Scale Value untuk Masing-Masing Skala ... V-71 5.27. Hasil Perhitunga Validitas Derajat Kepentingan ... V-72 5.28. Perhitungan Varians Tiap Butir ... V-72 5.29. Customer Requirement (CR) terhadap Proses Perakitan Blender . V-74 5.30. Customer Importance (CI) terhadap Proses Perakitan Blender .... V-75 5.31. Karakteristik Teknis Produk Blender ... V-76 5.32. Nilai Sales Point Proses Perakitan Blender ... V-79 5.33. Nilai Importance dan Relative Weight ... V-81 5.34. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Elemen Kegiatan

Perakitan Blender ... V-94 5.35. Uji Kecukupan Data Elemen Kegiatan I ... V-98


(17)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.36. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Elemen Perakitan

Blender ... V-99 5.37. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku Proses Perakitan

Blender ... V-103 5.38. Identifikasi Komponen Penyusun Produk Blender ... V-106 5.39. Lembar Kerja DFMA dari Desain Awal Produk ... V-107 5.40. Identifikasi Komponen Penyusun Produk Blender ... V-109 5.41. Lembar Kerja DFMA dari Desain Usulan ... V-115 5.42. Lembar Kerja dan Biaya Perakitan Desain Usulan ... V-118 5.43. Tabel Efisiensi Desain Setelah Tahap DFMA ... V-122 5.44. Perbedaan Spesifikasi Blender ... V-125


(18)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1. Spesifikasi Blender ... I-2 2.1. Struktur Organisasi pada PT Cakrawala Elecorindo ... II-2 3.1. Langkah-Langkah Kansei Engineering ... III-2 3.2. House of Quality ... III-9 3.3 Struktur Produk ... III-26 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3 4.2. Langkah-langkah Proses Penelitian ... IV-5 4.3. Diagram Alir Pembuatan Kuesioner ... IV-10 4.4. Stopwatch ... IV-11 4.5. Langkah-langkah Kansei Engineering ... IV-14 4.6. Diagram Alir Pembangunan House of Quality Fase I ... IV-18 4.7. Blok Diagram Perancangan dan Perbaikan Produk ... IV-20 5.1. Hubungan Antar Karakteristik Teknik Produk Blender ... V-77 5.2. Matriks Antara CR dengan Karakteristik Teknis Blender ... V-78 5.3. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan

Perkiraan Biaya ... V-83 5.4. QFD Fase I Blender ... V-84 5.5. Hubungan Antar Part Kritis Produk Blender ... V-86


(19)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.6. Matriks Antara Karakteristik Teknis Prioritas dengan Part Kritis

Produk Blender ... V-87 5.7. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan

Perkiraan Biaya ... V-89 5.8. QFD Fase II Blender ... V-90 5.9. Peta Kontrol Waktu Siklus Elemen Kegiatan I... V-92 5.10. Struktur Produk Blender ... V-105 5.11. Assembly Process Chart Desain Awal ... V-111 5.12. Assembly Process Chart Usulan ... V-117 5.13. Struktur Produk Usulan... V-118 5.14. Design Awal Produk Blender 2GN... V-124 5.15. Rancangan Perbaikan Blender 2GN ... V-124 6.1. Ukuran Kinerja QFD Fase I ... VI-6 6.2. Design Awal Produk Blender 2GN... VI-8 6.3. Rancangan Perbaikan Blender 2GN ... VI-8


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Kuesioner Keluhan Kansei ... L-1 2. Kuesioner Kansei ... L-2 3. Kuesioner Tertutup ... L-3 4. Surat Permohonan Tugas Sarjana Halaman 1 ... L-4 5. Formulir Penetapan Tugas Sarjana Halaman 2 ... L-5 6. Tabel Nilai r Product Moment ... L-6 7. Tabel Normal ... L-7 8. Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana di PT. Cakrawala

Elecorindo ... L-8 9. Surat Balasan Penerimaan Riset Tugas Sarjana di PT.

Cakrawala Elecorindo... L-9 10. Surat Keputusan Tugas Sarjana Mahasiswa ... L-10 11. Berita Acara Laporan Tugas sarjana dengan Dosen

Pembimbing I ... L-11 12. Berita Acara Laporan Tugas sarjana dengan Dosen

Pembimbing II ... L-12 13. Berita Acara Laporan Tugas sarjana dengan Pembimbing


(21)

ABSTRAK

Perkembangan teknologi yang semakin canggih dari tahun ke tahun membuat perusahaan harus terus berinovasi terhadap produk yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan keinginan konsumen terhadap produk perusahaan terus berubah dan perusahaan harus cepat tanggap terhadap perubahan pasar. Perusahaan harus mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen serta mampu memenuhi permintaan konsumen yang selalu meningkat. PT. Cakrawala Elecorindo merupakan sebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang manufaktur elektronik rumah tangga yaitu blender. Permasalahan yang terjadi di PT. Cakrawala Elecorindo adalah adanya keluhan pelanggan terhadap produk blender serta lamanya waktu yang diperlukan dalam perakitan produk blender 2GN dengan rata-rata waktu proses perakitan sebuah blender selama 421,18 detik dan jumlah komponen produk blender yang banyak dengan jumlah komponen penyusun yang mencapai 34 unit. Untuk menyelesaikan masalah ini maka disebar kuesioner Kansei untuk mengetahui keluhan pelanggan terhadap produk blender dan kemudian menggunakan metode quality function deployment (QFD) untuk mengetahui keinginan konsumen terhadap produk blender serta part kritis dari blender yang akan diperbaiki dengan metode design for manufacturing and

assembly (DFMA). Dengan menggunakan kedua metode tersebut, maka akan

didapatkan hasil rancangan blender dimana terjadi penghematan waktu perakitan sebesar 0,24 menit/unit produk serta penghematan biaya perakitan sebesar Rp 1.309,61/unit produk blender.

Kata Kunci : kansei, quality function deployment (QFD), design for manufacturing and assembly (DFMA)


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin canggih dari tahun ke tahun membuat perusahaan harus terus berinovasi terhadap produk yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan keinginan konsumen terhadap produk perusahaan terus berubah dan perusahaan harus cepat tanggap terhadap perubahan pasar. Perusahaan harus mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen serta mampu memenuhi permintaan konsumen yang selalu meningkat.

PT. Cakrawala Elecorindo merupakan sebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang manufaktur elektronik rumah tangga. Blender 2GN merupakan hasil produksi perusahaan yang akan diangkat dalam penelitian karena tingginya permintaan pasar terhadap produk blender. Blender merupakan produk rumah tangga yang digunakan untuk menghaluskan dan menggiling makanan. Spesifikasi produk blender pada umumnya adalah wadah (jar), tutup blender (lid), mata pisau, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah spesifikasi blender pada umumnya :


(23)

Sumber : www.google.com

Gambar 1.1. Spesifikasi Blender

Jumlah permintaan produk blender 2GN tiap bulan berkisar antara 2.000-2.500 unit. Berikut ini adalah data jumlah permintaan blender 2GN selama periode 2013/2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1.


(24)

Tabel 1.1. Data Permintaan Produk Blender 2GN Periode 2013/2014

Bulan Jumlah (unit)

Agustus 1966

September 1758

Oktober 3047

November 1950

Desember 1743

Januari 2744

Februari 2364

Maret 1509

April 1471

Mei 3259

Juni 3627

Juli 3039

Sumber : PT Cakrawala Elecorindo

Permasalahan yang terjadi di PT. Cakrawala Elecorindo adalah adanya keluhan pelanggan terhadap produk blender serta lamanya waktu yang diperlukan dalam perakitan produk blender 2GN dengan rata-rata waktu proses perakitan sebuah blender selama 421,18 detik dan jumlah komponen produk blender yang banyak dengan jumlah komponen penyusun yang mencapai 34 unit. Oleh karena itu PT Cakrawala Elecorindo harus melakukan perancangan produk terhadap blender 2GN berdasarkan keluhan konsumen agar lebih efisien dari segi waktu dan biaya sehingga memenuhi permintaan konsumen.

Permasalahan pada penelitian ini diselesaikan dengan menggunakan metode QFD. QFD1

1

Eshan S. Jaiwal. 2012. A Case Study on Quality function Deployment (QFD). India:Mewar University

(Quality Function Deployment) telah digunakan untuk menerjemahkan keinginan dan kebutuhan konsumen dalam karakteristik teknik dalam hal untuk meningkatkan kepuasan konsumen. QFD menggunakan House of


(25)

design sebagai gagasan untuk memenuhi keinginan konsumen dan membangun prioritas dari karakteristik teknik untuk memuaskan mereka.

Design for Manufacturing and Assembly (DFMA)2

1.2. Rumusan Masalah

adalah metode yang digunakan untuk mengurangi biaya produksi dengan meningkatkan proses manufaktur dan perakitannya. Metode DFMA mengacu kepada proses design rekayasa untuk mengoptimalkan hubungan antara material, part dan mengurangi waktu pemasaran dengan membuat produk itu lebih mudah dalam proses perakitan.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah adanya perbaikan terhadap rancangan produk blender 2GN sehingga lebih efisien dibandingkan dengan rancangan produk awal dari segi waktu dan biaya.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah perbaikan rancangan produk blender 2GN agar sesuai dengan keinginan konsumen.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah: 1. Mengidentifikasi keluhan konsumen terhadap produk blender dengan

menggunakan Kansei Engineering.

2. Mengidentifikasi karakteristik teknis dan keinginan konsumen dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD).

2 Jahangir Yadollhi. 2012. The Integration of QFD Technique, Value Engineering and Design for

Manufacture and Assembly (DFMA) during the Product Design Stage. Iran : Faculty of


(26)

3. Menemukan alternatif rancangan usulan untuk perbaikan produk dengan metode Design for Manufacturing and Assembly (DFMA).

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi mahasiswa

Mengaplikasikan teori yang diperoleh selama kuliah dan pada saat laboratorium di lapangan kerja sehingga mahasiswa dapat menganalisa dan mengevaluasi setiap permasalahan yang terjadi sebelum mahasiswa memasuki dunia kerja khususnya dalam hal perbaikan rancangan produk dengan metode

quality function deployment dan design for manufacturing and assembly untuk

perbaikan rancangan produk. 2. Manfaat bagi perusahaan

Sebagai masukan bagi perusahaan untuk menghasilkan produk yang efisien dan efektif dari segi waktu perakitan maupun biaya yang digunakan.

3. Bagi Departemen Teknik Industri USU

Untuk mempererat hubungan kerja sama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri USU.


(27)

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian hanya dilakukan untuk desain produk blender 2GN di PT Cakrawala Elecorindo.

2. Penelitian hanya dilakukan pada produk blender 2GN.

3. Metode yang digunakan adalah Quality Function Deployment (QFD) dan

Design for Manufacturing and Assembly (DFMA).

4. Analisis biaya (cost) yang dilakukan hanya pada biaya assembly. Asumsi dalam penelitian yang dilakukan adalah :

1. Produk blender 2GN di PT Cakrawala Elecorindo dengan desain saat ini masih tetap digemari pasar.

2. Tidak ada perubahan sistem produksi dan metode kerja selama penelitian dilaksanakan.

3. Operator dianggap telah menguasai pekerjaannya dalam proses produksi produk blender.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan tugas sarjana dapat dilihat sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari penelitian dilakukan, perumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian dan sistematika penulisan tugas sarjana.


(28)

Bab II gambaran umum PT. Cakrawala Elecorindo, ruang lingkup perusahaan, lokasi, struktur organisasi , tugas dan tanggung jawab, jumlah tenaga kerja dan jam kerja karyawan, dan sistem pengupahan,

Bab III Landasan Teori, berisi teori tentang metode Quality Function

Deployment (QFD), Design for Manufacture and Assembly (DFMA), pengukuran

waktu, kuisioner, teknik sampling, uji validitas dan reliabilitas data serta

assemmbly process chart.

Bab IV Metodologi Penelitian, menguraikan tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, kerangka berpikir, defenisi operasional, identifikasi variabel penelitian, instrumen pengumpulan data, populasi, teknik

sampling, sumber data, metode pengolahan data, blok diagram prosedur penelitian

dan pengolahan data dengan metode Quality Function Deployment (QFD), Design

for Manufacture and Assembly, pengolahan data, analisis pemecahan masalah

sampai kesimpulan dan saran.

Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisi pengumpulan data-data kuesioner, yang kemudian dilakukan pengolahan data yaitu validitas dan reliabilitas data, membangun matriks House of Quality (HOQ), perancangan produk dengan Design for Manufacture and Assembly dan perbaikan urutan pengerjaan produk dengan assembly process chart.

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, meliputi analisis pengolahan data kuesioner, analisis pengolahan matriks House of Quality serta analisis pengolahan QFD dengan Design for Manufacture and Assembly.


(29)

Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.


(30)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT Cakrawala Elecorindo yang beralamat di Jl. Pancing No. 8 Blok C Komplek Pergudangan MMTC. merupakan salah satu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang bergerak dibidang manufaktur barang elektronik.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Ruang lingkup bidang usaha PT Cakrawala Elecorindo yaitu memproduksi alat-alat elektronik rumah tangga yaitu rice cooker, blender dan setrika.

2.3. Lokasi Perusahaan

Lokasi PT Cakrawala Elecorindo terletak di Jl. Pancing No. 8 Blok C Komplek Pergudangan MMTC.

2.4. Daerah Pemasaran

PT Cakrawala Elecorindo memasarkan produknya ke beberapa supplier toko elektronik di wilayah kota Medan dan sebagian luar kota Medan.


(31)

2.5. Organisasi dan Manajemen 2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi pada PT. Cakrawala Elecorindo yaitu adalah struktur organisasi lini dan fungsional. Struktur organisasi lini dan fungsional adalah suatu bentuk organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada kepala unit dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu dan selanjutnya pimpinan tertinggi tadi masih memberikan wewenang kepada bagian yang sudah terspesialisasi untuk melaksanakan bidang pekerjaan operasional dan hasil tugasnya diserahkan kepada kepala unit terdahulu tanpa memandang eselon atau tingkatan. Struktur organisasi pada PT Cakrawala Elecorindo dengan jenis struktur organisasi lini dan fungsional dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Direktur

Kepala Gudang Bahan baku

Supervisor Barang Jadi

Manager Keuangan dan Pembelian Manager Pemasaran

Supervisor Gudang ½ Jadi

Manager Personalia

Kepala Bengkel & Tooling Kepala

Quality Control

Supervisor Spare part Manager Desain Manager

Produksi

Sumber: PT Cakrawala Elecorindo


(32)

2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian kerja dan tanggung jawab di PT Cakrawala Elecorindo merupakan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut yang saling diintegrasikan (koordinasi) antara satu jabatan dengan jabatan lainnya. Pembagian tugas dan tanggung jawab untuk masing-masing jabatan pada PT Cakrawala Elecorindo sesuai dengan struktur organisasi yaitu:

1. Direktur.

a. Menetapkan Tujuan,visi,dan misi perusahaan.

b. Menetapkan kebijakan mutu dan tujuan mutu perusahaan. 2. Manager Desain.

a. Merancang design produk.

b. Bertanggung jawab dalam melakukan pengembangan produk. c. Bertanggung jawab terhadap realisasi rancangan produk. 3. Manager Pemasaran.

a. Memantau informasi berkaitan dengan persepsi pelanggan dengan kinerja perusahaan yang telah mematuhi persyaratan pelanggan.

b. Bertanggung jawab dalam penyimpanan serta pemeliharaan dokumen dan rekaman mutu.

c. Bertanggung jawab terhadap realisasi sasaran mutu bagian pemasaran. 4. Manager Keuangan dan Pembelian.

a. Menentukan bahwa produk yang dibeli sesuai dengan persyaratan pembelian yang ditentukan.


(33)

b. Menilai dan memilih pemasok berdasarkan kemampuannya memasok produk sesuai dengan persyaratan perusahaan.

c. Bertanggung jawab dalam penyimpanan serta pemeliharaan dokumen dan rekaman mutu.

d. Bertanggung jawab terhadap realisasi sasaran mutu bagian pembelian. 5. Manager Produksi.

a. Melaksanakan dan meproduksi produk sesuai dengan design yang dirancang.

b. Memproduksi sesuai dengan permintaan.

c. Bertanggung jawab terhadap produk yang diproduksi 6. Manager Personalia.

a. Menetapkan kemampuan yang diperlukan bagian personil yang melaksanakan pekerjaan yang memenuhi persyaratan produk.

b. Menyediakan pelatihan atau melakukan tindakan lain untuk mencapai kemampuan yang diperlukan.

c. Menilai keefektifan tindakan yang dilakukan. 7. Kepala Bengkel & Tooling

a. Melaksanakan perawatan,perbaikan, penyediaan alat dan mesin. b. Membuat laporan perawatan perbaikan, penyediaan alat dan mesin. 8. Kepala Gudang Bahan Baku.

a. Mengimplementasikan prosedur sistem manajemen mutu kepada personil gudang bahan baku.


(34)

c. Mengatur pemakaian bahan, sumber daya manusia, peralatan dan inventaris perusahaan seefisien mungkin.

9. Kepala Quality Control

a. Bertanggung jawab terhadap tersedianya bahan baku dan sparepart.

b. Bertanggung jawab terhadap terpenuhinya pengiriman produk kepada pelanggan.

c. Bertanggung jawab terhadap penanganan keluhan pelanggan. 10. Supervisor Gudang ½ Jadi.

a. Mengimplementasikan prosedur sistem manajemen mutu kepada personil gudang ½ jadi.

b. Menjalin dan meningkatkan kerja sama yang baik antar bagian.

c. Mengatur pemakaian bahan, sumber daya manusia, peralatan dan inventaris perusahaan seekfektif dan seefisien mungkin.

11. Supervisor Gudang Barang Jadi.

a. Mengimplementasikan prosedur sistem manajemen mutu kepada personil gudang barang jadi.

b. Bertanggung jawab terhadap realisasi sasaran mutu bagian gudang barang jadi.

c. Bertanggung jawab terhadap penyimpanan serta pemeliharaan dokumen dan rekaman mutu.

12. Supervisor Gudang Sparepart.

a. Mengimplementasikan prosedur sistem manajemen mutu kepada personil gudang sparepart.


(35)

b. Menjalin dan meningkatkan kerja sama yang baik antar bagian.

c. Bertanggung jawab terhadap realisasi sasaran mutu bagian gudang sparepart.

2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja & Jam Kerja 2.5.3.1.Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja pada PT Cakrawala Elecorindo sebanyak 92 orang pekerja tetap dan 27 orang pekerja tidak tetap.

2.5.3.2.Jam Kerja

Jam kerja PT Cakrawala Elecorindo terbagi menjadi 3 shift, yaitu sebagai berikut:

1. Shift I yaitu mulai dari jam 08:00 sampai jam 16:00 WIB, 2. Shift II yaitu mulai dari jam 16:00 sampai jam 24:00 WIB, 3. Shift III yaitu mulai dari jam 24:00 sampai jam 08:00 WIB. Pembagian kerja ini sudah termasuk 1 jam waktu istirahat.

2.5.4. Sistem Pengupahan & Fasilitas Lainnya

Sistem pengupahan PT Cakrawala Elecorindo ini berdasarkan status karyawan, yakni karyawan tetap dan karyawan tidak tetap (kontrak)

1. Karyawan tetap

Karyawan ini adalah tenaga kerja di kantor dan juga supervisor digaji secara bulanan.


(36)

2. Karyawan tidak tetap

Tenaga kerja ini adalah sebagian besar dari tenaga kerja langsung yang dibayar untuk masa tertentu yang besarnya sesuai dengan kesepakatan antara perusahaan dengan karyawan, sebagian besar pada bagian produksi dan sebagian lagi pada bagian pergudangan, yang mana gajinya sesuai dengan kontrak yang berlaku.

Pengupahan pada perusahaan ini terdiri dari: 1. Upah pokok

2. Upah lembur 3. Tunjangan jabatan

4. Tunjangan transpor, makan dan lain-lain

Penetapan upah pada dasarnya ditetapkan berdasarkan jabatan, keahlian, kecakapan, prestasi kerja dari karyawan yang bersangkutan, pajak atas upah menjadi tanggungan karyawan..

Fasilitas yang diberikan perusahaan berupa:

1. Jaminan kesehatan, kecelakaan, hari tua dan kematian dengan memberikan jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK).

2. Perusahaan menyadiakan prasarana yaitu koperasi, poliklinik, dan rumah ibadah.

3. Perusahaan juga memberikan cuti tahunan sebanyak 12 hari kerja per tahun kepada karyawannya.


(37)

2.6. Proses Produksi

2.6.1. Bahan yang Digunakan 2.6.1.1. Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan sebuah produk. Bahan baku yang digunakan oleh PT Cakrawala Elecorindo pada proses perakitan untuk jenis produk blender 2GN dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Bahan Baku Perakitan Produk Blender 2GN

No Nama Part Jumlah (unit)

1 Chasing atas 1

2 Chasing bawah 1

3 Tapak gelas 3

4 Tutup gelas 2

5 Sendok gelas 1

6 Kincir plastic 1

7 Motor 1

8 Pisau besar 1

9 Pisau kecil 1

10 Pisau sedang 1

11 Gelas besar 1

12 Gelas sedang 1

13 Gelas kecil 1

14 Kabel AC 1

15 Switch 1

16 Kaki karet mesin 2

17 Karet seal 3


(38)

Tabel 2.1. Bahan Baku Perakitan Produk Blender 2GN (Lanjutan)

No Nama Part Jumlah (unit)

19 Kincir karet 3

20 Joiner kabel 1

21 Baut dan sekrup Baut = 6,

sekrup = 4

22 Ring mika 3

Sumber: PT Cakrawala Elecorindo

2.6.1.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan untuk produk blender 2GN dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Bahan Tambahan Perakitan Produk Blender 2GN

No Nama Part Jumlah (unit)

1 Lembar petunjuk penggunaan

1

2 Kartu garansi 1

3 Stiker circuit breaker 1

4 Stiker segel 1

5 Plastik 1

6 Box kecil 1

7 Box packing 1 pc ( untuk 6

unit) Sumber: PT Cakrawala Elecorindo


(39)

2.6.1.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan ditambahkan ke dalam proses pembuatan produk yang mana komponennya tidak terdapat pada produk akhir. Bahan penolong yang digunakan adalah berupa

thinner yang digunakan untuk membersihkan blender.

2.6.2. Uraian Proses

Uraian proses perakitan blender 2GN pada PT Cakrawala Elecorindo adalah sebagai berikut:

1. Proses pemasangan switch dan dynamo terdiri dari

a. Dipasangkan switch pada chasing atas dan kunci dengan 2 buah sekrup ½”.

b. Dipasangkan stiker circuit breaker pada chasing atas.

c. Dipasang dynamo dan kunci dengan 4 buah baut M4x10mm.

d. Dipasang kabel AC, kabel warna coklat ke terminal on switch dan kabel warna hitam dari dynamo ke terminal off switch.

e. Dikupas insulasi kabel warna hitam dynamo, disambungkan ke kabel warna biru dari kabel AC, dipasang joiner kabel kemudian dilackband dan diarahkan ke samping bagian dalam chasing atas.

2. Proses pengetesan awal dinamo terdiri dari

a. Dihubungkan plug kabel AC ke tegangan listrik.

b. Ditekan switch ke posisi on dan diperhatikan suara serta penunjukan amperemeter antara 0,2 – 0,4 A.


(40)

c. Diberi glue pada kaki karet untuk chasing bawah. d. Ditempelkan kaki karet pada chasing bawah.

e. Dipasangkan chasing bawah dengan chasing atas lalu kunci dengan 4 buah sekrup ½”.

f. Diperiksa kondisi chasing atas dan bawah.

g. Diambil stiker segel kemudian ditempelkan pada bagian chasing bawah menutup lubang sekrup.

3. Proses pemasangan pisau terdiri dari:

a. Dibersihkan blender dengan menggunakan kain lap dan cairan pembersih.

b. Dipasangkan kincir pada as dynamo dengan cara memutar berlawanan arah jarum jam.

c. Dimasukkan blender kedalam plastik kemudian ikatkan ujung plastik. d. Dioleskan vaseline pada pisau besar kemudian dipasangkan pada tapak

gelas.

e. Dipasangkan ring hitam lalu ring putih kemudian dikunci dengan karet ban.

4. Proses pengetesan akhir dinamo terdiri dari:

a. Dimasukkan karet seal ke tapak gelas yang sudah dipasang pisau. b. Dipasang tapak gelas pada blender.

c. Dipasang gelas kecil pada tapak gelas.


(41)

e. Dihidupkan switch dan diperhatikan suara dynamo serta penunjukkan amperemeter pada posisi 0,4 – 0,6 A.

f. Dipasang gelas besar pada tapak pisau besar kemudian dibungkus dengan plastik.

g. Dipasang gelas kecil pada tapak pisau kecil kemudian dibungkus dengan plastik.

h. Dimasukkan gelas kecil kedalam gelas besar. 5. Proses packing terdiri dari :

a. Disiapkan karton kecil.

b. Dimasukkan bagian gelas besar. c. Dimasukkan bagian mesin blender.

d. Dimasukkan bagian gelas sedang di atas bagian mesin blender. e. Dimasukkan bagian tapak pisau sedang.

f. Dipasang sekat layer dimasukkan 2 buah tutup gelas dan 1 buah sendok. g. Dimasukkan kartu garansi dan petunjuk penggunaan.

h. Dipasang layer panjang dan tutup karton.

2.7. Mesin dan Peralatan 2.7.1. Mesin Produksi

Mesin produksi adalah mesin yang digunakan dan secara langsung terlibat dalam proses produksi dari bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi. Mesin-mesin produksi yang digunakan oleh PT Cakrawala Elecorindo adalah sebagai berikut:


(42)

1. Mesin moulding, berfungsi sebagai pencetak bahan rangka blender yang berupa plastic.

2. Mixer merupakan mesin pengaduk semua bahan plastik pembentuk rangka

dan body blender.

3. Bor listrik merupakan mesin yang digunakan untuk mengebor hasil cetakan molding plastik.

2.7.2. Peralatan

Peralatan yang digunakan oleh PT Cakrawala Elecorindo untuk memproduksi blender yaitu sebagai berikut:

1. Pengunci mur 2. Staples

3. Solder listrik 4. Tang potong 5. Tang jepit 6. Amperemeter 7. Kain lap bersih 8. Pensil

9. Spidol 10.Lakban


(43)

2.8. Utilitas

Utilitas merupakan unit pembantu produksi yang tidak terlibat secara langsung terhadap bahan baku, tetapi penunjang proses agar produksi dapat berjalan lancar. Utilitas yang terdapat pada PT Cakrawala Elecorindo untuk memproduksi blender yaitu :

1. Energi listrik sekitar 30.000 kWH per bulannya yang diperoleh dari PLN. 2. Air sekitar 100 m3 per bulannya dari PDAM Tirtanadi untuk menunjang

kegiatan proses produksi dan kebutuhan karyawan.

2.9. Safety and Fire Protection

Safety and Fire Protection pada PT Cakrawala Elecorindo telah didukung

dengan kegiatan keselamatan kerja yang dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) seperti kacamata, sarung tangan, sepatu boot, ear phone, dan masker dan untuk mengatasi bahaya kebakaran perusahaan juga dilengkapi dengan menggunakan alat pemadam api (protector).

2.10. Limbah

Limbah yang dihasilkan oleh PT Cakrawala Elecorindo dalam proses produksiya relatif kecil karena residu dari proses masih dapat digunakan kembali. Limbah yang berasal dari bagian produksi yang ada pada umumnya berupa limbah padat yaitu sisa pencetakan yang berbahan dasar plastik, yang nantinya di cetak kembali.


(44)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Proses Perancangan Produk3

3.2. Kansei Engineering

Proses perancangan produk merupakan sebuah set pengembangan produk yang menjadi suatu proses dalam pekerjaan bagian pemasaran dan visi bisnis. Set yang termasuk didalamnya yaitu memperbaiki visi ataupun tujuan produk ke dalam spesifikasi teknis, konsep pengembangan baru, dan perwujudan dari rekayasa produk baru. Pengembangan produk ini biasanya tidak memerlukan semua kegiatan bisnis dan manajemen keuangan dan juga kegiatan perluasan pemasaran dan proses pengembangan distribusi.

Kunci pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan adalah dengan mengembangkan produk dan perbaikan produk secara terus menerus. Perusahaan mempunyai resiko akan kehilangan pasar jika tidak melakukan inovasi, karena pada dasarnya produk-produk baru dan produk yang mempunyai kualitas lebih baik yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan.

4

Kansei Engineering adalah jenis teknologi yang menerjemahkan perasaan

pelanggan kedalam spesifikasi desain. Tim peneliti dan pengembangan menangkap perasaan pelanggan, yang disebut kansei, analisis data kansei

3 Kevin Otto, Product Design. (Cet I: New York: Prentice Hall, 2001), h. 5-7


(45)

menggunakan psikologis, ergonomis, medis, atau metode rekayasa, dan desain produk baru berdasarkan analisis informasi. Kansei engineering adalah proses teknologi dan rekayasa dari data kansei untuk merancang spesifikasi.

Langkah-langkah dalam kansei engineering dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Langkah-Langkah Kansei Engineering

Penjelasan terhadap langkah-langkah Kansei Engineering adalah sebagai berikut :

1. Decision of Strategy

Seorang kansei engineer mendengarkan klien CEO atau manajer R&D perusahaan dan memahami strategi pengembangan produk baru perusahaan. Bagi seorang kansei engineer hal yang paling penting adalah untuk memahami apa kebutuhan perusahaan yang ingin dimiliki dan apa yang akan memberikan mereka kepuasan tertinggi dalam pengembangan produk baru.


(46)

2. Collection of Kansei Words

Kansei engineer mengumpulkan kata-kata kansei terkait dengan domain produk setelah memahami strategi perusahaan klien. Seperti disintesis dari majalah terkait, surat kabar bisnis, atau informasi penjualan tentang emosi pelanggan dan pendapatnya. Kata-kata kansei adalah kata sifat, kata benda, kata kerja atau kadang-kadang kalimat. Indah, elegan, premium, cerdas, sederhana, besar, warna-warni, merah, biru, persegi, mudah untuk membuka, dan sebagainya adalah semua kata kansei. Disarankan untuk pertama kali mengumpulkan banyak kata kansei dan kemudian menguranginya menjadi sejumlah kecil kata-kata yang sangat penting dan relevan.

3. Develop an SD scale

Skala SD ( semantic differential ) adalah skala pengukuran psikologis yang dirancang oleh CE Osgood dan rekan-rekannya (Osgood et al dalam Nagamichi, 1957). Skala SD digunakan untuk membuat struktur bahasa psikologis. Osgood mengatur kata-kata positif dan negatif pada kedua sisi garis horizontal. Misalnya, indah jelek diatur pada kedua sisi tetapi kansei engineering dimaksudkan untuk mencapai desain yang baik, bukan desain jelek. Kansei engineer mengatur kata-kata kansei positif dan negatif di kedua sisi skala seperti indah - tidak indah. Skala SD terdiri dari beberapa skala,yaitu 5 skala, 7 skala, 9 skala, dan 11 skala, tapi 5 skala yang paling mudah untuk dipahami dan yang paling mudah untuk digunakan.


(47)

4. Collection of Product Samples

Kansei Engineer harus mengumpulkan produk yang mirip dengan produk yang ditargetkan. Kansei engineer mengumpulkan banyak botol shampoo serupa dari pasar jika produk yang ditargetkan adalah botol shampo. Kansei engineer mengumpulkan banyak kendaraan penumpang jika desain eksterior otomotif mobil penumpang sekitar 20 atau 25 sampel biasanya cukup.

5. Make A list of Item / Category

Barang/kategori yang terkait dengan spesifikasi desain akhir: Item menyiratkan item desain produk sampel, dan kategori berarti detail dari item desain misalnya, warna, bentuk, ukuran, kebulatan, dan sebagainya adalah contoh dari item, dan merah, kuning, hijau, biru, dan sebagainya adalah kategori untuk item warna. Kansei engineer harus sangat berhati-hati mengkategorikan sampel produk. Klasifikasi sangat detil terhadap item dan kategori akan mengarah pada desain yang sukses.

6. Evaluation Experiment

Langkah keenam adalah mengevaluasi eksperimen. Subyek menerima instruksi dan mengevaluasi masing-masing sampel dengan skala SD 5 point kata-kata kansei.

7. Statistical Analysis

Evaluasi data dilakukan dengan menggunakan analisis conjoint.. 8. Intrepretation of the Analyzed Data

Analisis statistik memiliki properti interpretasi tertentu. Koefisien korelasi menunjukkan kesamaan arti antara setiap kata kansei, dan PCA mampu


(48)

menunjukkan kepada kita posisi saling terkait antara kansei dan produk sampel. Analisis faktor menunjukkan struktur psikologis kata kansei terkait dengan dipilih lingkup produk dan produk sampel posisi berhubungan dengan struktur kansei. QTI atau PLS memberitahu kita kata-kata kansei apa yang sejenis dengan spesifikasi desain kemudian ditafsirkan data dan diintegrasikan ke dalam sifat desain produk.

9. Explanation of the Data to Designer

Langkah yang paling penting adalah kolaborasi dengan desainer produk. Kansei Engineer harus menjelaskan data yang dianalisis dan diinterpretasikan untuk desainer. Kansei engineer harus memotivasi dan merangsang desainer untuk memahami interpretasi data akhir dan untuk menarik keluar ide desain baru perancang desain emosional di luar data.

10. Check the new design idea

Periksa ide desain baru. Terakhir, kansei engineer harus mengevaluasi apakah produk baru yang dirancang akan cocok dengan emosi pelanggan dan apakah itu mengungkapkan desain emosional dan jika tidak, dia harus memotivasi desainer untuk ide desain intrinsik yang lebih baik.

3.3. QFD (Quality Function Deployment)5

QFD adalah suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa dengan memahami kebutuhan konsumen kemudian menghubungkannya dengan ketentuan teknis untuk menghasilkan suatu barang atau jasa pada setiap tahap


(49)

pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan. Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin, yang mana kebutuhan dan keinginan mereka dijadikan sebagai titik awal (starting

point) dari proses QFD. Oleh karena itu maka QFD disebut sebagai voice of customer. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa pelanggan tidak selalu puas

dengan suatu produk meskipun produk tersebut telah dihasilkan dengan sempurna. Langkah-langkah dari QFD adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi kebutuhan konsumen

Metode ini dimulai dengan pengidentifikasian pelanggan dan pandangan mereka terhadap kebutuhan dan atribut produk yang diinginkan.

2. Menentukan tingkat kepentingan konsumen

Perancang perlu mengetahui atribut dari desain produk yang merupakan hal penting yang mempengaruhi persepsi konsumen dari produk yang dimiliki dan hal penting untuk menerapkan tingkat kepentingan relatif dari para pelanggan. 3. Menentukan karakteristik teknis

Menentukan karakteristik teknis dari produk berdasarkan kebutuhan konsumen.

4. Menentukan hubungan antara karakteristik teknis

Menentukan hubungan antara setiap karakteristik teknis produk. 5. Menentukan matriks hubungan / relation matrix

Pemeriksaan yang dilakukan melalui sel-sel matriks digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik teknis yang mempengaruhi atribut produk.


(50)

Matriks perencanaan berisi tentang informasi terhadap nilai importence weigth dan relative weight dari atribut kebutuhan pelanggan

7. Membangun matriks house of quality

Membangun matriks house of quality berdasarkan data-data yang telah didapatkan pada langkah-langkah sebelumnya.

Tahap pembangunan matriks Design Deployment pada QFD fase II adalah6

1. Menetapkan karakteristik-karakteristik teknis produk berdasarkan prioritas karakteristik teknis dari revisi QFD fase 1.

:

2. Menetapkan part kritis.

3. Menetapkan hubungan antara part kritis.

4. Menetapkan tingkat hubungan antara karakteristik teknis dengan part kritis.. 5. Menyusun matriks perencanaan.

6. Membangun matriks design depolyment. 7. Menentukan bobot kepentingan desain.

8. Penentuan usulan rancangan perbaikan produk

Manfaat dari QFD adalah sebagai berikut:

1. QFD memusatkan rancangan produk dan jasa baru pada kebutuhan pelanggan. QFD memastikan bahwa kebutuhan pelanggan dipahami dan proses desain didorong oleh kebutuhan pelanggan yang objektif dari teknologi.


(51)

2. QFD mengutamakan kegiatan-kegiatan desain. QFD memastikan bahwa proses desain dipusatkan pada kebutuhan pelanggan yang paling berarti.

3. QFD menganalisis kinerja produk perusahaan yang utama untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan utama.

4. Berfokus pada upaya rancangan, hal tersebut akan mengurangi lamanya waktu yang diperlukan untuk daur rancangan secara keseluruhan sehingga dapat mengurangi waktu untuk memasarkan produk-produk baru. Perkiraan-perkiraan terbaru memperlihatkan adanya penghematan antara sepertiga sampai setengah dibandingkan sebelum dilakukan QFD.

5. QFD mengurangi banyaknya perubahan desain setelah dikeluarkan dengan memastikan upaya yang difokuskan pada tahap perencanaan untuk mengurangi biaya mengenalkan desain baru.

6. QFD mendorong terselenggaranya tim kerja dan melewati rintangan antar bagian dengan melibatkan pemasaran, rekayasa teknik, dan pabrikasi sejak awal proyek. Setiap anggota tim kerja sama pentingnya dan memiliki sesuatu untuk disumbangkan kepada proses.

7. QFD menyediakan suatu cara untuk membuat dokumentasi proses dan menyediakan suatu dasar yang kukuh untuk mengambil keputusan rancangan. QFD sangat membantu menjaga proyek tehadap perubahan-perubahan personalia yang tidak dapat diperkirakan lebih dulu.


(52)

3.4. House of Quality (HOQ)7

A

Customer Needs and Benefits

D

Relationships

- What do the customer requirement mean to the manufaktur

- Where are the interactions between relationships

F Technical Matrix - Technical Response Priorities - Competitive Technical Benchmarks - Technical Targets

B Planning Matrix

- Importance to Customer - Current Satisfaction Performance - Competitive Satisfaction Performance - Goal

- Improvement Ratio - Sales Point - Raw Weight - Normalized Raw Weight C

Technical Response (Technical Requirement)

E Technical Correlations

The house of quality adalah suatu kerangka kerja atas pendekatan dalam

mendesain manajemen yang dikenal sebagai Quality Function Deployment (QFD). (Cohen,L.,1995)

The House of Quality memperlihatkan struktur untuk mendesain dan

membentuk suatu siklus, dan bentuknya menyerupai sebuah rumah. Kunci dalam membangun HOQ adalah difokuskan kepada kebutuhan pelanggan, sehingga proses desain dan pengembangannya lebih sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan daripada teknologi inovasi. Komponen penting dalam menyusun QFD-The House of Quality dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. House of Quality Sumber : Lou Cohen (1995)

7 Lou Cohen, Quality Function Deployment:How to Make QFD Work for You,(USA :


(53)

Keterangan dari setiap bagiannya adalah sebagai berikut (Lou Cohen, 1995) : 1. Customer need

Customer need berisi daftar semua kebutuhan dan harapan pelanggan yang

biasanya ditentukan dengan penelitian secara kualitatif. Cara mengetahui suara pelanggan dapat dilakukan dengan wawancara langsung dengan pelanggan untuk mengetahui keinginan, harapan, keluhan, maupun saran pelanggan, dan dapat juga dilakukan dengan pembagian kuisioner.

2. Planning matrix

Planning matrix merupakan matriks perencanaan produk yang berisikan data

kuantitatif kebutuhan konsumen dan tujuan-tujuan performansi yang hendak dicapai.

3. Technical response

Technical response merupakan parameter teknik yang memberikan gambaran

bagaimana cara tim pengembangan produk/jasa pelayanan dalam merespon kebutuhan dan keinginan konsumen. Suara konsumen yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif harus diterjemahkan ke dalam suara pengembang (voice

of developer).

4. Relationship

Relationship menunjukkan hubungan antara parameter teknik dengan

kebutuhan dan keinginan konsumen yang telah dimodelkan dalam QFD. Hubungan tersebut merupakan dari tim pengembangan yang dapat bersifat kuat, moderat, dan lemah atau tidak ada hubungannya.


(54)

5. Technical corelation

Technical corelation menggambarkan hubungan yang terjadi antar respon

teknis yang dapat dibedakan menjadi korelasi positif sangat kuat, positif cukup kuat, negatif sangat kuat serta tidak ada hubungannya.

6. Technical matrix

Technical matrix berisi informasi berupa prioritas dari aspek teknis produk

serta target teknis yang direncanakan berdasarkan competitive benchmark untuk tujuan pengembangan kualitas produk.

3.5. DFMA (Design for Manufacturing and Assembly)8

Dalam melakukan pemilihan suatu konsep produk, biaya merupakan satu kriteria untuk pengambilan keputusan, walaupun perkiraan biaya pada tahap ini sangatlah subyektif dan merupakan pendekatan. Metode DFM terdiri dari 5 langkah dan dapat dilakukan beberapa kali (iteratif) sampai tim mengganggap rancangan sudah cukup baik :

Kebutuhan pelanggan dan spesifikasi produk berguna untuk menuntun fase pengembangan konsep, tetapi pada aktivitas pengembangan selanjutnya, tim sering kesulitan untuk mengaitkan kebutuhan dan spesifikasi dengan isu-isu desain tertentu yang mereka hadapi. Banyak tim yang mempraktekkan metode

Design for X (DFX), di mana X bisa saja berhubungan dengan salah satu dari

lusinan kriteria kualitas seperti reliabilitas, kekuatan, kemampuan layanan, pengaruh terhadap lingkungan atau kemampuan manufaktur.

8 Boothroyd, G., Dewhurst, P. dan Knight, W, Product Design for Manufacture and Assembly.


(55)

1. Memperkirakan biaya manufaktur 2. Mengurangi biaya komponen 3. Mengurangi biaya perakitan

4. Mengurangi biaya pendukung produksi

5. Mempertimbangkan pengaruh keputusan DFM pada faktor-faktor lainnya. Menurut Boothroyd-Dewhurst (2002), efisiensi proses perakitan sebuah produk dalam sebuah perusahaan tergantung pada dua hal yang saling berinteraksi, yaitu antara manusia (operator perakitan) ataupun robot (jika sistem telah terotomasi) dengan produk yang akan dirakit itu sendiri.

Penerapan DFA lebih mengarah pada analisis kemudahan perakitan secara spesifik. Syan dan Swift menuliskan bahwa tujuan DFA adalah :

1. Mendapatkan jumlah komponen seminimal mungkin

2. Mengoptimalkan kemampuan perakitan atau assemblability dari setiap komponen

3. Mengoptimalkan kemampuan penanganan atau handlability dari komponen dan perakitan

4. Meningkatkan kualitas, meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya perakitan.

Metode Boothroyd-Dewhurst adalah salah satu metode yang dapat digunakan dalam menerapkan DFA. Pada saat dilakukan proses perakitan, penanganandan penggabungan setiap komponen dipertimbangkan secara terpisah. Metode ini menghitung nilai efisiensi perancangan berdasarkan taraf kesulitan dan nilai guna dari setiap gerakan perakitan.


(56)

Langkah-langkah analisis desain secara manual dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Mendapatkan informasi terbaik tentang produk atau perakitan

2. Menentukan bagian-bagian perakitan (membayangkan bagaimana perakitan tersebut dilakukan) dan mengidentifikasikan setiap item dari produk menurut urutan perakitan.

3. Membuat dan mengisi lembar kerja yang merumuskan proses perakitan secara detail dari produk yang dirancang.

4. Merancang ulang produk tersebut.

Pertama-tama, komponen yang memiliki jumlah identifikasi tertinggi dirakit pada fixture kerja kemudian dilanjutkan dengan komponen yang tersisa satu per satu. Perancangan ulang dilakukan sambil mengisi lembar kerja untuk produk rancang ulang. Perlu diperhatikan bahwa pengisian lembar kerja dilakukan per baris untuk setiap komponen yang terlibat dalam perancangan perakitan ulang produk.

5. Menghitung efisiensi desain perakitan manual dengan cara (Boothroyd & Dewhurst, 2002) :

EM=(3 x NM) TM dimana :

EM = efisiensi desain manual NM= jumlah komponen teoritis TM= total waktu perakitan manual


(57)

Efisiensi desain perakitan tersebut menunjukkan perbandingan antara estimasi waktu perakitan produk redesign dengan waktu ideal perakitan produk sebelumnya. Waktu ideal didapatkan dengan mengasumsikan bahwa setiap komponen mudah untuk ditangani dan digabungkan.

3.6. Kuesioner9

1. Adanya subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian. Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Syarat utama pengisian kuesioner adalah pertanyaan yang jelas dan mengarah ke tujuan.

Ada empat komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu:

2. Adanya ajakan, yaitu permohonan dari peneliti untuk turut serta mengisi secara aktif dan objektif pertayaan maupun pernyataan yang tersedia.

3. Adanya petunjuk pengiisian kuiioner, dimana petunjuk yang tersedia harus mudah dimengerti.

4. Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat pengisian jawaban, baik secara tertutup, semi tertutup, maupun terbuka.

Perancangan kuesioner yang baik perlu dipahami prinsip-prinsip yang terkait dengan cara penulisan pertanyaan (wording of quetions), cara pengukuran yaitu mengkatagorikan, membuat skala dan mengkodekan (catagorized, scaled

9


(58)

and coded) jawaban dari responden dan kerapian (general appearance) kuesioner

tersebut.

3.7. Metode Sampling10

3.7.1. Populasi, Elemen dan Sampel

Sampling adalah metode pengumpulan data yang sangat populer karena

memanfaatkannya yang demikian besar dalam penghematan sumberdaya waktu dan biaya dalam kegiatan pengumpulan data. Sampling sering dilawankan dengan sensus yaitu metode pengumpulan data secara menyeluruh yaitu seluruh sumber data ditelusuri dan setiap elemen data yang dibutuhkan diambil. Metode sensus memang menghasilkan data lebih lengkap tetapi tidak sedikit kendala yang dihadapi dengan menggunakan metode ini.

11

Objek penelitian dapat bermacam-macam baik berbentuk fisik seperti manusia secara keseluruhan, manusia dalam kelomok tertentu, perusahaan pelanggan, tanaman, dan lain-lain maupun non-fisik seperti perilaku, kepemimpinan, peristiwa dan lain-lain. Karena penelitian harus mengungkap masalah yang dihadapi oleh objek tersebut maka perlu diketahui batasan (boundary) dari objek tersebut. Objek penelitian adalah sebuah perusahaan yang sedang bermasalah dalam hal produktivitas karyawannya dan boundary dari objek penelitian tersebut adalah keseluruhan karyawan yang terkena masalah produktivitas. Boundary dari objek ini disebut populasi. Populasi ialah

10Sukaria Sinulingga. Metodologi Penelitian. Edisi III. (Medan: USU Press, 2011), h: 189


(59)

keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti.

Elemen adalah setiap anggota dari populasi dimanaseluruh elemen yang membentuk satu kesatuan karakteristik adalah populasi dan setiap unit dari populasi tersebut adalah elemen dari populasi. Sampel adalah sebuah subset dari populasi. Subset terdiri dari sejumlah elemen dari populasi ditarik sebagai sampel melalui mekanisme tertentu dengan tujuan tertentu. Elemen yang ditarik dari populasi disebut sebagai sebuah sampel apabila karakteristik yang dimiliki oleh gabungan dari seluruh elemen-elemen yang ditarik tersebut merepresentasikan karakteristik dari populasi.

Sampling ialah proses penarikan sampel dari populasi melalui mekanisme

tertentu melalui mana karakteristik populasi dapat diketahui dan didekati. Kata mekanisme tertentu mengandung makna bahwa baik jumlah elemen yang ditarik mapun cara penarikan harus mengikuti atau memenuhi aturan tertentu agar sampel yang diperoleh mampu merepresentasikan karakteristik populasi dari mana sampel tersebut diambil atau ditarik.

3.7.2. Probability Sampling12

Probability sampling adalah metode pengambilan sampel dimana setiap

elemen dari populasi diberi kesempatan yang untuk ditarik menjadi anggota dari sampel. Rancangan atau metode propability sampling ini digunakan apabila faktor keterwakilan (representiveness) oleh sampel terhadap populasi sangant


(60)

dibutuhkan dalam penelitian antara lain agar hasil penelitian dapat digeneralisasi secara lebih luas. Pemilihan atas lima metode penarikan samel yang telah disebutkan di atas tergantung pada banyak faktor, antara lain yang utama ialah luasnya cakupan generalisasi yang diinginkan, ketersediaan waktu, maksud dan tujuan penelitian (tipe masalah yang ingin dicari jawabannya).

Teknik sampling yang berada dalam lingkup probabilistik sampling adalah sebagai berikut:

1. Simple Random Sampling

Simple random sampling yang sering juga disebut unrestricted probability

sampling, setiap elemen dari populasi memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Simple random sampling dikatakan tidak terbatas (unrestricted) karena semua elemen diperlakukan sama dalam arti semuanya mempunyai kesempatan terpilih yang sama walaupun karakteristik masing-masing anggota mungkin tidak sama. Simple

random sampling memiliki bias yang relatif kecil dan memberikan

kemampuan generalisasi yang tinggi. Penggunaan metode ini terbatas pada kondisi populasi yang memiliki elemen dengan karakteristik atau property yang tidak berfluktuasi besar.

2. Systematic Sampling

Systematic sampling adalah suatu metode pengambilan sampel dengan cara

menarik elemen setiap kelipatan ke-n dari populasi mulai dari urutan yang dipilih secara acak diantara nomor 1 hingga n. Metode Systematic sampling pada umumnya digunakan dalam pemeriksaan mutu proses atau produk


(61)

dalam industri manufaktur yang bersifat continue dan flow process seperti industri penyulingan minyak, industri semen, pupuk dan lain-lain sejenisnya. 3. Stratified Random Sampling

Penarikan sampel menurut metode stratified random sampling merupakan perluasan sekaligus mengatasi kelemahan dari metode simple random

sampling. Strata elemen dalam populasi mendapat perhatian sehingga

populasi dibagi sesuai dengan strata yang ada.Strata dalam populasi dibagi sesuai dengan sasaran penelitian.

4. Cluster Sampling

Populasi pada kebanyakan kasus berada dalam keadaan seperti terkotak-kotak menunjukkan karakteristik yang berbeda. Misalnya suatu wilayah dihuni oleh penduduk yang bersifat multi-kultur.

5. Area Sampling

Area sampling sangat mirip bahkan sering digabung dalam cluster sampling. Area sampling memiliki perbedaan dengan cluster sampling yaitu cluster dari

populasi adalah perbedaan lokasi geografis dari populasi.

3.7.3. Non-Probability Sampling13

Non-probability sampling adalah teknik sampling dimana setiap elemen

populasi yang akan ditarik menjadi anggota sampel tidak berdasarkan pada probabilitas yang melekat pada setiap elemen tetapi berdasarkan karakteristik

13Ibid, h: 201-202


(62)

khusus masing-masing elemen. Model dari metode sampling yang non-probabilistik ini adalah convinience sampling dan purposive sampling.

1. Convinience Sampling

Convinience sampling adalah suatu metode sampling dimana para

respondennya adalah orang-orang yang secara sukarela menawarkan diri (conviniencely avaiable) dengan alasan masing-masing.

2. Purposive Sampling

Purposive sampling adalah metode sampling non-probability yang

menggunakan orang-orang tertentu (specific target-group) sebagai sumber data/informasi.Orang-orang tertentu yang dimaksud disini adalah individu atau kelompok yang karena pengetahuan, pengalaman, jabatan dan lain-lain yang dimilikinya menjadikan individu atau kelompok tersebut perlu dijadikan sumber informasi. Individu atau kelompok khusus ini langsung dicatat namanya sebagai reponden tanpa melalui proses seleksi secara random.

Purposive sampling dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu judgement sampling dan quota sampling. Judgement sampling adalah tipe pertama dari purposive sampling, responden terlebih dahulu dipilih berdasarkan

pertimbangan tertentu misalnya karena kemampuannya atau kelebihannya diantara orang-orang lain dalam memberikan data dan informasi yang bersifat khusus yang dibutuhkan peneliti.

Quota Sampling adalah tipe kedua purposive sampling dimana

kelompok-kelompok tertentu dijadikan reponden (sumber data/informasi) untuk memenuhi kuota yang telah ditetapkan.


(63)

3.8. Validitas Data14

Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Literatur membedakan validitas instrumen atas dua tipe yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajat keakurasian rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang baik termasuk rancangan pengumpulan data akan dapat mengidentifikasi sumber data yang tepat dan alat/instrumen pengumpulan data yang juga tepat. Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi hasil penelitian jika dilakukan generalisasi dan diterapkan pada populasi dari mana data penelitian diambil.

Pengujian validitas instrumen dapat dilakukan melalui analisis korelasi (correlational analysis). Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yaitu sebagai berikut:

�= � ∑ �� −(∑ �)(∑ �)

�[� ∑ �2−(∑ �)2][� ∑ �2−(∑ �)2]

Dimana, r = koefisien korelasi antara X dan Y X = skor variabel independen X Y = skor variabel independen Y

14Ibid., h. 226-229


(64)

3.9. Reliabilitas Data15

Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tersebut. Dua ukuran yang umum digunakan untuk mengetahui derajat reliabilitas atau kehandalan instrumen pengumpulan data, yaitu stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen.

Stabilitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan derajat kestabilan instrumen terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen tersebut artinya jika instrumen tersebut digunakan dalam pengukuran variabel yang sama dalam waktu yang berbeda dan memberikan hasil yang sama makan dikatakan stabilitas instrumen tersebut cukup baik.

Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian terhadap kedua karakteristik dari instrumen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode.Untuk pengujian stabilitas instrumen terdapat dua macam uji yaitu

test-retest reliability dan parallel-form reliability. Pengukuran konsistensi internal

instrumen pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interitem

consistency reliability dan split-half reliability. Salah satu alat test yang sering

digunakan dalam pengujian konsistensi internal instrumen ialah Koefisien Alpha

Cronbach. Koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur reliabilitas

instrumen yang pertanyaannya menggunakan skor dalam rentangan tertentu. Rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien tersebut ialah :

15 Ibid., h. 240-251


(65)

        −     − =

t b k k r 2 2 1 1 σ σ dimana,

k = jumlah butir pertanyaanc

yi

2

σ = varians butir pertanyaan

x

2

σ = varians total butir pertanyaan

3.10. Pengukuran Waktu16

1. Menentukan waktu dan perencanaan kerja

Pengukuran waktu digunakan untuk mendapatkan waktu yang diperlukan oleh operator yang terlatih dan memenuhi kualifikasi untuk bekerja dalam keadaan normal menyelesaikan tugas tertentu. Pengukuran waktu digunakan untuk mengukur pekerjaan. Hasil dari pengukuran waktu adalah waktu ketika seorang operator cocok dengan pekerjaan dan terlatih dalam metode yang spesifik dalam bekerja apakah bekerja dalam keadaan normal atau standar. Waktu yang dihasilkan dinamakan waktu standar dari operasi.

Pengukuran waktu memiliki tujuan dalam penggunaannya sebagai berikut:

2. Menentukan standar biaya dan penentuan biaya awal

3. Memperkirakan biaya dari produksi sebelum memproduksi produk tersebut.

16 Ralph M. Barnes, Motion and Time Study Design and Measurement of Work (7th Edition,John


(66)

4. Menentukan efektivitas mesin, jumlah mesin dari satu operator, dan keseimbangan dari lintasan produksi baik secara manual ataupun melalui

conveyor

5. Menentukan waktu standar yang digunakan sebagai standar pembayaran antara karyawan langsung dan karyawan tidak langsung

6. Menentukan waktu standar yang digunakan sebagai dasar kontrol gaji karyawan.

17

17 Ibid. p 274.

Sebuah keputusan dibuat dengan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian yang digunakan untuk menentukan jumlah pengamatan yang diperlukan. Tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian ±5% digunakan dalam pengukuran waktu. Pernyataan tersebut berarti kesempatan total 95 dari 100 dimana rata-rata dari sampel dari elemen tidak mengalami kesalahan lebih dari ±5% dari waktu sebenarnya.

�′ = 40�� ∑ �2−(∑ �)2

∑ � �

2

Dimana N’ adalah jumlah pengamatan yang diperlukan untuk memprediksi waktu sebenarnya dengan tingkat ketelitian ±5% dan tingkat kepercayaan 95%.


(67)

3.11. Peta Kerja18

3.11.2. Assembly Process Chart 3.11.1. Definisi Peta Kerja

Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas. Peta–peta kerja ini menunjukkan semua langkah atau kejadian yang dialami oleh benda kerja dari mulai masuk ke pabrik yang berbentuk bahan baku, kemudian menggambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti : transportasi operasi, pemeriksaan dan perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap atau produk setengah jadi.

Pekerjaan dalam usaha memperbaiki metode kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan dengan menggunakan peta kerja ini.. Perbaikan metode kerja ditujukan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan. Jadi dengan demikian peta kerja ini merupakan alat yang baik untuk menganalisa suatu pekerjaan sehingga, akan mudah untuk menganalisa dan memperbaiki kesalahan, dan akan sangat bermanfaat dalam perencanaan sistem kerja.

19

Jenis khusus dari bagan proses, kadang-kadang disebut bagan proses perakitan, berguna untuk menunjukkan situasi seperti berikut: ketika beberapa bagian diproses secara terpisah dan kemudian dirakit dan diproses bersama-sama, ketika suatu produk dibongkar dan komponen diproses lebih lanjut, untuk

18 Ibid., h. 35-36

19 Barnes, Ralph M. Motion and Time Study Design and Measurement of Work. (Edisi 7; New


(68)

menunjukkan sebuah divisi dalam aliran kerja, seperti tindakan yang terpisah pada salinan yang berbeda dari bentuk kantor.

Sebuah penyelidikan atas semua harus menjadi yang pertama dibuat, karena seluruh operasi atau serangkaian operasi dapat dihilangkan dengan cara ini. Untuk kaleng, itu akan membuang-buang waktu untuk melakukan studi rinci pembersihan dan penyemprotan operasi dengan memperbaiki ide mereka, hanya untuk menemukan kemudian bahwa mereka semua bisa dihilangkan. Kerumitan pada proses manufaktur, grafik proses dapat dibangun dengan cara yang sama dan melayani tujuan yang sama seperti yang di contoh yang diberikan. Contoh yang kadang-kadang diinginkan untuk memasukkan foto-foto tempat kerja atau satu set kunci dari gerakan pada titik yang tepat pada tabel. Kadang-kadang nilai waktu ditempatkan berlawanan setiap operasi.

3.12. Struktur Produk20

20 Sukaria Sinulingga, Pengantar Teknik Industri, Graha Ilmu, Yogyakarta, cet 1, 2008, hlm. 96. Struktur produk (product structure) menjelaskan secara diagram bagaimana produk akhir yang akan diproduksi disusun dari komponen-komponennya. Struktur produk pada umumnya dibuat oleh Bagian Desain dan Rekayasa. Misalkan produk yang akan dibuat adalah sebuah produk yang dirakit dari 4 komponen dengan struktur produk (product structure) yang dapat dilihat pada Gambar 3.3.


(69)

FP

SA-1 P

Q R

R1 R2 R3

W/C 500

W/C 400

W/C 200 W/C 100 W/C 100

W/C 300 W/C 100

W/C 300

W/C 200

Sumber : Sukaria Sinulingga (2008)

Gambar 3.3. Struktur Produk

Keterangan symbol pada Gambar 3.3. yaitu:

FP = Finished Product yang dirakit dari Part P dan SA-1 pada W/C 500 P = Manufactured part yang dihasilkan melalui proses operasi pada tiga stasiun kerja yaitu W/C 100, W/C 200 dan W/C 300

SA-1 = Sub-assembly yang dirakit proses operasi W/C 400 dari Part Q dan R Q = Manufactured part yang dihasilkan melalui proses operasi pada W/C 300

R = Part yang dihasilkan oleh proses operasi di stasiun kerja W/C 100 dan W/C 200


(70)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Cakrawala Elecorindo yang bergerak dalam bidang produksi manufaktur elektronik rumah tangga. Perusahaan PT Cakrawala Elecorindo berlokasi di Jalan Pancing Komplek Pergudangan No 8 Blok C MMTC. Penelitian dilakukan dari bulan September 2014 sampai dengan bulan Juli 2015.

4.2. Jenis Penelitian21

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual untuk mendapatkan kebenaran.

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah desain produk blender 2GN di PT Cakrawala Elecorindo.


(71)

4.4. Variabel Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian akan diperlukan variabel-variabel yang mempengaruhi proses penelitian. Adapun variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen

a. Part/komponen, yaitu banyaknya part/komponen yang digunakan untuk menyusun setiap unit produk yaitu :

i. Berat blender ii. Material blender iii. Warna blender iv. Tombol kecepatan

v. Jenis pisau blender

vi. Rubber gasket (karet gelas)

vii. Wadah gelas blender

b. Rancangan produk usulan merupakan variabel yang mempengaruhi waktu perakitan dari produk blender

c. Waktu perakitan merupakan lama waktu atau proses untuk merakit produk blender yang diukur dengan menggunakan metode stopwatch time study. 2. Variabel Dependen

a. Rancangan Produk

Rancangan produk merupakan hasil perancangan dengan menggunakan metode-metode penyelesaian masalah dan faktor-faktor yang mempengaruhi perancangan produk tersebut.


(72)

4.5. Kerangka Konseptual Penelitian

Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedianya sebuah perancangan kerangka berpikir yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis. Kerangka berpikir inilah yang merupakan landasan awal dalam melaksanakan penelitian. Adapun kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1. Berat blender Warna blender Jenis pisau blender Material blender Rubber gasket Tombol kecepatan Waktu Perakitan Rancangan Produk Usulan Wadah gelas blender Jumlah Komponen Rancangan Produk Karakteristik Produk

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

4.6. Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pada awal penelitian dilakukan studi pendahuluan untuk mengetahui kondisi perusahaan, proses produksi, dan informasi pendukung yang diperlukan serta


(1)

6.4. Analisis QFD Fase II

Part kritis yang didapatkan dari wawancara dengan pihak perusahaan yaitu PT Cakrawala Elecorindo adalah karakteristik part atau komponen yang paling utama dalam perakitan blender. Part kritis dari proses perakitan produk blender berdasarkan wawancara dengan pihak manajemen perusahaan adalah durability pisau blender, dimensi blender, dimensi pisau blender, desain wadah blender, jumlah komponen pada blender, jumlah baut dan jumlah pisau blender. Part kritis produk kemudian dilakukan perhitungan untuk memperoleh nilai ukuran kinerja berupa tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya.

Pengolahan data yang dilakukan mendapatkan bahwa karakteristik teknis proses perakitan dengan tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya tertinggi adalah jumlah komponen pada blender.43

6.5. Analisis Metode DFMA44

43 Chang Lin Yang, et.al. 2002. Integrating the Thinking Process into the Product Design Chain 44 Boothroyd, G., Dewhurst, P. dan Knight, W. Op.cit. h. 93

Desain awal blender memberikan efisiensi desain awal sebesar 24,21%. Perbaikan dengan metode DFMA terhadap produk blender meningkatkan efisiensi desain perbaikan menjadi 25,1 %. Gambar design produk awal blender 2GN dan rancangan perbaikan blender 2GN dapat dilihat pada Gambar 6.2. dan 6.3.


(2)

Gambar 6.2. Design Awal Produk Blender 2GN


(3)

Spesifikasi produk awal dan produk usulan dapat dilihat pada Tabel 6.5. Tabel 6.5. Perbandingan Spesifikasi Produk Setelah Tahap DFMA

No Kriteria Produk Awal Produk Usulan

1 Dimensi blender 190 x 235 x 319 mm 190 x 235 x 319 mm

2 Berat blender 2 kg 2 kg

3 Warna blender Hijau Hijau

4 Jumlah sekrup 2 buah Menggunakan

fasteners

5 Jenis tombol On/Off On/Off,1,2,3

6 Jumlah elemen kerja 34 33

7 Waktu perakitan 7,02 menit 6,78 menit

8 Jumlah produksi yang

dihasilkan 59 unit 62 unit

9 Biaya perakitan Rp 37.864 Rp 36.555

10 Efisiensi design 24,21 % 25,1 %

Sumber: Hasil pengolahan data

Hasil pada tabel 6.5. menunjukkan bahwa perbaikan terhadap desain blender mengalami penghematan waktu perakitan sebesar 0,24 menit/unit produk, peningkatan efisiensi desain sebesar 0,89%, peningkatan jumlah produksi sebesar 3 unit/hari dan penghematan biaya perakitan sebesar Rp 1.309,61/unit produk blender.


(4)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian ini yaitu :

1. Berdasarkan hasil pengolahan Kansei Engineering maka design terpilih untuk produk blender yang diinginkan konsumen adalah design II yang memiliki 4 kategori dengan nilai utilitas terbesar.

2. Karakteristik teknis yang menjadi prioritas perbaikan berdasarkan house of quality QFD Fase I yaitu jumlah komponen dan part kritis yang diperbaiki berdasarkan house of quality QFD Fase II yaitu jumlah komponen blender. 3. Perbaikan rancangan produk dengan metode Design for Manufacture and

Assembly menghasilkan rancangan produk blender yang mengalami penghematan waktu perakitan sebesar 0,24 menit/unit produk, peningkatan efisiensi desain sebesar 0,89%, peningkatan jumlah produksi sebesar 3 unit/hari dan penghematan biaya perakitan sebesar Rp 1.309,61/unit produk blender.

7.2 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu :

1. Penelitian selanjutnya disarankan agar mempertimbangkan produk pesaing yang sejenis serta menambah metode lain sehingga hasil yang dicapai lebih baik.


(5)

2. Metode kerja sebaiknya diperbaiki oleh perusahaan agar urutan proses lebih optimal sehingga didapat waktu dan biaya perakitan minimum.

3. Pihak perusahaan sebaiknya terus melakukan pengembangan produk sehingga keinginan konsumen dapat terpenuhi.

4. Kerjasama perusahaan dengan pihak Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia hendaknya terus ditingkatkan sebagai partisipasi perusahaan dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia yang lebih baik.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Barnes, Ralph M. 1980. Motion and Time Study Design and Measurement of Work. 7th Edition Canada : John Wiley and Sons.

Boothroyd, G., Dewhurst, P. dan Knight, W. 2002. Product Design for Manufacture and Assembly. New York : Marcel Dekker.

Cohen , Lou 1995. Quality Function Deployment : How to Make QFd Work for You. USA : Addison-Wesley Publishing Company.

Day, Ronald G. Quality Function Deployment. Milwauke : ASQC Quality Press. Ginting, Rosnani. 2010. Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jaiwal, Eshan S. 2012. A Case Study on Quality function Deployment (QFD). India : Mewar University.

Nagamachi, Mitsuo. 2011. Kansei/Affective Engineering. USA:Taylor and Francis Group.

Otto, Kevin. 2001. Product Design. New York: Prentice Hall.

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.

Yadollhi, Jahangir. 2012. The Integration of QFD Technique, Value Engineering and Design for Manufacture and Assembly (DFMA) during the Product Design Stage. Iran : Faculty of Entrepreneurship, Tehran University.


Dokumen yang terkait

Perancangan Sistem Pendukung Keputusan dalam Perbaikan Rancangan Menggunakan Quality Function Deployment dan Design For Manufacturing

0 42 70

Perbaikan Rancangan Produk Parabola dengan Menggunakan Integrasi Metode Quality Function Deployment, Axiomatic Design dan Design For Manufacture and Assembly pada PT. Bintang Persada Satelit

6 18 61

Perbaikan Rancangan Produk Spring Bed dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Design for Manufacturing and Assembly (DFMA) di PT Ocean Centra Furnindo

6 67 255

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

0 0 20

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

0 0 1

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

0 0 8

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

0 0 14

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

0 0 1

Perbaikan Rancangan Produk Spring Bed dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Design for Manufacturing and Assembly (DFMA) di PT Ocean Centra Furnindo

0 0 34

PERBAIKAN RANCANGAN PRODUK SPRING BED DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN DESIGN FOR MANUFACTURING AND ASSEMBLY (DFMA) DI PT OCEAN CENTRA FURNINDO

0 0 21