Analisis Tingkat Inflasi dan Tingkat Pengangguran di Kota Medan
Lampiran 1.Data inflasi dan pengangguran
Tahun Periode Inflasi Pengangguran
2005
I 5,257 3,768
II 5,571 3,333
III 5,884 2,897
IV 6,198 2,461
2006 I 3,081 3,513
II 2,022 3,673
III 0,963 3,832
IV 0,096 3,991
2007 I 1,563 3,671
II 1,591 3,639
III 1,629 3,606
IV 1,647 3,573
2008 I 2,263 3,402
II 2,525 3,314
III 2,789 3,226
IV 3,052 3,138
2009 I 1,417 3,456
II 0,921 3,530
III 0,424 3,605
IV 0,072 3,679
2010 I 1,447 3,386
II 1,757 3,313
III 2,067 3,241
IV 2,377 3,168
2011 I 1,270 2,786
II 1,013 2,591
III 0,756 2,394
IV 0,499 2,198
2012 I 0,924 2,345
II 0,939 2,287
III 0,955 2,228
IV 0,971 2,169
2013 I 1,932 2,411
II 2,325 2,472
III 2,719 2,533
IV 3,113 2,594
2014 I 2,233 2,420
II 2,118 2,386
III 2,002 2,353
(2)
Lampiran 2Output Analisis Linier Berganda
Analisis Linier Berganda
Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.129 1.273 1.672
X -.024 .414 -.009 -.058 .954
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.129 1.273 1.672 .103
(3)
Hasil Uji Koefesien Determinasi (R2) Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
(4)
DAFTAR PUSTAKA
P.Todaro, michael. 1995. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga edisi ke 4,
Erlangga, Jakarta.
P.Todaro, michael. 1998. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga edisi ke 6,
Erlangga, Jakarta.
Dra. Afrida BR,M.S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Arief, Seritua. 1996. Teori Ekonomi Mikro Dan Makro Lanjutan, Raja Gafindo Persada, Jakarta Utara.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Spss. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Horesh, Tamir Agmun Reuven. 1994. Inflasi, Disinflasi, Dan Keputusan Keuangan, Rineka Cipta, Jakarta.
Simanjuntak, Payaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.
Daulay, Murni. 2010. Metodologi Penelitian Ekonomi, USU Press, Medan.
Santoso, Rokhedi Priyo. 2012.Ekonomi Sumber Daya Manusia Dan
Ketenagakerjaan, UPP SITM YKPN, Yogyakarta.
Jurnal dan Artikel :
Irdam Ahmad, Hubungan Antara Inflasi Dengan Tingkat Pengangguran, Pengujian Kurva Philips Dengan Data Indonesia, 1976-2006,
Muhammad Iqbal Surya Pratiko dan Lucky Rachmawati, Pengaruh tingkat pengangguran terhadap inflasi dikota surabaya,
Rovia Nugrahani Pramesthi, Pengaruh pengangguran dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten trenggalek, tahun 2010
(5)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Berdasarkan sifatnya, jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang
bersifat angka atau bilangan. Data-data yang diambil akan membantu dalam
penyajian hasil penelitian nanti. Dan juga menggunakan metode deskriptif yang
mendeskripsikan fenomena beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
Waktu penelitian akan dimulai pada bulan juli dan agustus 2016.
3.3. Definisi Operasional
1. Pengangguran
Pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari
pekerjaan.Dinyatakan dalam persen.
2. Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga–harga umum secara terus-menerus.
3.4. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data skunder dengan deret waktu tahunan (time
series) dari tahun 2005 sampai 2014. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),
Skripsi, Jurnal, Website yang relevan serta buletin-buletin penelitian dan hal-hal lain
(6)
3.5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan
data dalam penelitian ini.Dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi,
yaitu pengumpulan data dengan melakukan pencatatan dari buku atau literature untuk
memperoleh data yang dibutuhkan. Data yang akan dicatat yaitu inflasi dan
pengangguran di kota Medan dari tahun 2005-2014.
3.6. Teknik Analisis Data 1.Uji t (Uji Parsial)
Uji T dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen (tingkat upah
dan angkatan kerja) secara parsial terhadap variabel dependen (pengangguran).
Adapun hipotesis statistik pengujian sebagai berikut:
Ho : b1 = 0 (tidak ada pengaruh tingkat upah dan angkatan kerja terhadap
pengangguran).
H1 : b1 ≠ 0 (ada pengaruh tingkat upah dan angkatan kerja terhadap pengangguran).
2.Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien yang mengukur seberapa jauh pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen.Semakin tinggi nilai R² maka semakin baik pengaruh
(7)
Ciri-ciri dari R²:
a.Jumlah nilai R² tidak pernah negatif.
(8)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Letak Geografis
Kota Medan adalah
gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para
wisatawan untuk menuju objek wisata
wisata Orangutan di
wisata, serta
dengan waterboom Theme Park.
Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km 2 ) atau 3,6% dari
keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan
kota/kabupaten lainya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi
dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak
pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu
topografi kota Medan cenderung miring keutara dan berada pada ketinggian 2,5 -
37,5 meter diatas permukaan laut.
Secara administratif , wilayah kota medan hampir secara keseluruhan
(9)
Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang
diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.Kabupaten Deli
Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA),
Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota
Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli
Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing
Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi
mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling
menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.
Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat
Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk)
kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar
negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong
perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun
(10)
Gambar 4.1 Peta Kota Medan
(11)
4.1.2 Data Inflasi dan Pengangguran Kota Medan
Inflasi dan pengangguran dikota Medan selalu mengalami perubahan setiap
periode dan tahunnya seperti yang ditunjukan pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Data Inflasi dan Pengangguran
Tahun Periode Inflasi Pengangguran
2005
I 5,257 3,768
II 5,571 3,333
III 5,884 2,897
IV 6,198 2,461
2006 I 3,081 3,513
II 2,022 3,673
III 0,963 3,832
IV 0,096 3,991
2007 I 1,563 3,671
II 1,591 3,639
III 1,629 3,606
IV 1,647 3,573
2008 I 2,263 3,402
II 2,525 3,314
III 2,789 3,226
IV 3,052 3,138
2009 I 1,417 3,456
II 0,921 3,530
III 0,424 3,605
IV 0,072 3,679
2010 I 1,447 3,386
II 1,757 3,313
III 2,067 3,241
IV 2,377 3,168
2011 I 1,270 2,786
II 1,013 2,591
III 0,756 2,394
IV 0,499 2,198
2012 I 0,924 2,345
II 0,939 2,287
III 0,955 2,228
IV 0,971 2,169
2013 I 1,932 2,411
II 2,325 2,472
III 2,719 2,533
IV 3,113 2,594
2014 I 2,233 2,420
II 2,118 2,386
III 2,002 2,353
(12)
4.2 Analisis Linier Berganda
Analisis linier berganda dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 dengan tujuan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel Inflasi (X)terhadap variabel
terikat yaitu Pengangguran (Y).
Tabel 4.2
Analisis Linier Berganda
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.2 dari hasil estimasi yang di uji, maka persamaan analisis regresi
linier berganda dalam penelitian ini adalah:
Y = 2,129 + -0,024 X1
Berdasarkan persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.129 1.273 1.672
X -.024 .414 -.009 -.058 .954
(13)
a. Konstanta (a) = 2,129, ini menunjukkan harga constant, dimana jika variabel Inflasi (X) = 0, maka Pengangguran = 2,129 (naik sebesar 2,129
persen)
b. Koefisien X = -0,024, ini berarti bahwa variabel Inflasi (X) berpengaruh negatif terhadap Pengangguran, atau dengan kata lain jika Inflasi (X) meningkat sebesar
satu-satuan, maka Pengangguran akan berkurang sebesar 0,024. Koefesien bernilai negatif
artinya terjadi hubungan negatif antara variabel Inflasi dengan Pengangguran,
semakin meningkatInflasi maka akan semakin menurun Pengangguran.
4.3 Uji Hipotesis
4.3.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu
variabel bebas secara parsial (individual) terhadap variasi variabel terikat. Kriteria
pengujiannya adalah :
Ho : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dansignifikan
dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Ho : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kriteria pengambilan keputusan adalah:
(14)
Ho ditolak jika t hitung > t tabel pada α= 5% Hasil pengujian adalah :
Tingkat kesalahan (α) = 5% dan derajat kebebasan (df) = (n-k) n = jumlah sampel, n = 40
k = jumlah variabel yang digunakan, k = 2
Derajat kebebasan / degree of freedom (df) =(n-k) = 40 - 2 = 38
Uji-t yang dilakukan adalah uji satu arah, maka ttabel yang digunakan adalah
t0,05(38) = 1,686
Tabel 4.3
Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah) Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.129 1.273 1.672 .103
X -.024 .414 -.009 -.058 .954
(15)
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa:
1. Variabel Inflasi (X)
Nilai thitung variabel Inflasi adalah -0,058 dan nilai ttabel 1,686 maka
thitung<ttabel(-0,058< 1,686) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Inflasi
berpengaruh negatif dan tidak signifikan (0,95< 0,05) secara parsial terhadap
pengangguran. Artinya, jika variabel inflasi ditingkatkan sebesar satu satuan, maka
pengangguran akan menurun sebesar -0,024.
4.3.2 Pengujian Koefesien Determinasi (R2)
Pengujian koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur proporsi atau
persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat.Koefisien
determinasi berkisar antara nol sampai satu (0 ≤ R² ≥ 1). Jika R² semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah
besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin
kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan
(16)
Tabel 4.5
Hasil Uji Koefesien Determinasi (R2) Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .009a .000 .026 1.49034
a. Predictors: (Constant), X
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa :
1. R = 0,009 berarti hubungan antara variabel inflasi (X), terhadap pengangguran (Y)
sebesar 0,9%. Artinya hubungannya sangat lemah.
2. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,026 berarti variabel pengangguran (Y) dapat dijelaskan oleh variabel inflasi (X) sebesar 2,6%.
3. Standard Error of Estimated (Standar Deviasi) artinya mengukur variasi dari nilai yang diprediksi. Dalam penelitian ini standar deviasinya sebesar1.49034.Semakin
(17)
4.4 Pembahasan
Menurut Sukirno “inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang
berlaku dalam suatu perekonomian”.
Didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut, inflasi dibedakan menjadi beberapa
macam, yaitu :
a. Inflasi ringan ( dibawah 10 % setahun)
b. Inflasi sedang ( antara 10% - 30% setahun)
c. Inflasi berat ( antara 30% - 100% setahun)
d. Hiper inflasi (diatas 100% setahun)
Menurut Sukirno Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya.
Faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah :
a.Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja.
b.Struktur Lapangan Kerja tidak seimbang
c.Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak
seimbang.
d.Meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam seluruh struktur
angkatan kerja Indonesia
(18)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh yang
negatif dan tidak signifikan terhadap pengangguran.Hal ini dibuktikan dengan nilai
koefisien regresi yang bernilai negatif -0,024dan nilai thitung (-0,058) yang lebih kecil
dari nilai ttabel (1,686) dengan tingkat signifikansi 0,954. Artinya jika inflasi
ditingkatkan sebesar satu-satuan, maka pengangguran juga akan mengalami
penurunan sebesar -0,024.
Dari nilai R dapat diketahui bahwa hubungan inflasi dan pengangguran sangat
lemah, yaitu hanya 0,9 %. Berarti dikota Medan inflasi tidak begitu berhubungan
dengan pengangguran
Dari nilai Adjusted R Square dapat diketahui bahwa pengangguran hanya dapat dijelaskan oleh inflasi sebesar 2,6%. Hal ini berarti inflasi tidak begitu berpengaruh
terhadap pengangguran dikota Medan.
.Dari uji yang telah peneliti lakukan dapat diketahui bahwa teori kurva Philips
tidak bisa diterapkan di Kota Medan, karena inflasi tidak berpengaruh signifikan
(19)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil analisis estimasi regresi berganda 0.945 > 0.005 membuktikan bahwa
tingkat inflasi adanya pengaruh ngatif dan tidak signifikan terhadap pengangguran.
Dengan hasil estimasi tersebut membuktikan bahwa curva Philips tidak bisa
diterapkan di kota Medan dari tahun 2005 – 2014.
2. Dari hasil estimasi uji t didapat -0,058< 1,686 membuktikan bahwa adanya
hubungan negatif dan tidak signifikan tingkat inflasi terhadap pengangguran.
Dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan timbal balik
tingkat inflasi terhadap pengangguran di kota Medan.
3. Pada hasil analisis koefisien determinasi didapat nilai Adjusted R Square sebesar 0,026 berarti 2,6% variabel tingkat pengangguran (Y) dapat dijelaskan oleh
variabel tingkat inflasi (X). Sedangkan sisanya 97,4% dapat dijelaskan oleh
(20)
5.2 Saran
1. Saran ditujukan tidak hanya pada pemerintah, tetapi juga pada para mahasiswa
pada umumnya, dan mahasiswa Ekonomi pada khususnya yang dianggap sebagai
calon penerus bangsa, dan juga sebagai Social Control agar setiap periode mengkaji
hubungan antara komponen-komponen yang terkait antara inflasi dan pengangguran,
sehingga pola antara indikator tersebut dapat terbaca untuk bisa membantu
langkah-langkah yang perlu di ambil oleh pemerintah guna mengatasi pengangguran dan
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Landasan Teori
2.1.1 Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga –harga umum barang- barang secara
terus-menerus. Menurut Sukirno “inflasi merupakan suatu proses kenaikan
harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian”.
Didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut, inflasi dibedakan menjadi beberapa
macam, yaitu :
a. Inflasi ringan ( dibawah 10 % setahun)
b. Inflasi sedang ( antara 10% - 30% setahun)
c. Inflasi berat ( antara 30% - 100% setahun)
d. Hiper inflasi (diatas 100% setahun)
Didasarkan pada sebab – sebab awal terjadinya inflasi terbagi atas :
a.Demand Full Inflation, adalah inflasi yang timbul akibat adanya tekanan permintaan agregat berbagai jenis barang yang mana hal ini diilustraikan dengan
bergesernya kurva permintaan
b.Cost Push Inflation, adalah inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi.
(22)
1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar
pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada
pasar pertama atas suatu komoditas.
2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal
dengan PDB atas dasar harga konstan.
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok
pengeluaran (berdasarkanthe Classification of individual consumption by purpose
( COICOP), yaitu :
1. Kelompok Bahan Makanan
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3. Kelompok Perumahan
4. Kelompok Sandang
5. Kelompok Kesehatan
6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
Pada umumnya inflasi disebabkan oleh dua faktor berikut :
1.Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan–
(23)
akibat dari meningkatnya pendapatan yang diterima oleh pelaku ekonomi akan
menimbulkan kenaikan konsumsi barang dan jasa. Tetapi sebaliknya, perusahaan -
perusahaan tidak dapat menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan permintaan
konsumen, maka hasilnya akan timbul kelangkaan terhadap barang tersebut.
Kelangkaan barang tersebut menjadikan perusahaan–perusahaan itu untuk menahan
barang yang mereka pasarkan dan hanya menjual kepada para pembeli yang bersedia
membayar pada harga yang lebih tinggi. Berdasarkan ilustrasi tersebut lah yang akan
mengakibatkan kenaikan harga–harga yang disebut dengan inflasi.
2.Pekerja–pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah.
Apabila para pengusaha mengalami kesukaran dalam mencari tambahan pekerja
untuk menambah produksinya, pekerja – pekerja yang ada akan mendorong untuk
menuntut kenaikan upah. Apabila tuntutan kenaikan upah berlaku secara meluas,
akan terjadi kenaikan biaya produksi dari berbagai barang dan jasa yang dihasilkan
dalam perekonomian. Kenaikan biaya produksi tersebut akan mendorong
perusahaan–perusahaan menaikan harga – harga barang mereka.
Tetapi kedua masalah tersebut hanya berlaku apabila perekonomian sudah
mendekati tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Dengan kata lain bahwa
perekonomian sudah sangat maju.
Disamping dari pada itu semua, sebenarnya ada penyebab lain dari timbulnya
inflasi, yakni kenaikan harga–harga barang impor, Penambahan penawaran uang yang
(24)
kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang
bertanggung jawab.
2.1.2 Teori Ketenagakerjaan 2.1.2.1 Teori Klasik Adam Smith
Adam smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang
kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga
melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula
pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai
dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh.
2.1.2.2 Teori Malthus
Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai
pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran
ekonomi. Thomas Robert Malthus mengungkapkan bahwa manusia berkembang jauh
lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil pertanian untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur, sedangkan
produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung.
Malthus juga berpendapat bahwa jumlah penduduk yang tinggi pasti
mengakibatkan turunnya produksi perkepala dan satu-satunya cara untuk
(25)
penduduk. Beberapa jalan keluar yang ditawarkan oleh malthus adalah dengan
menunda usia perkawinan dan mengurangi jumlah anak.
2.1.2.3 Teori Keynes
John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan
pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para
pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha
memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah.
Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai keynes kecil
sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan
sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat,yang
pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan
berkurang.Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunya harga-harga.
Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor ( marginal value of productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam mempekerjakan labor akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu
besar maka kurva nilai produktivitas hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah
tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang
ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan kurva
nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja yang
(26)
2.1.3 Pengangguran
Menurut Sukirno Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya.
Menurut Simanjuntak Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia
angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
Menurut Menakertrans Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja, sedang
mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha baru, dan tidak mencari pekerjaan
karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja
atau tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan defenisi tersebut maka penganggura
dapat di bedakan menjadi tiga macam yaitu :
a.Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu
b.Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja
setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35
(27)
c.Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh – sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran jenis ini cukup
banyak karena memeang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha
secara maksimal.
Macam – macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan
menjadi beberapa jenis, yaitu :
a.Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment) adalah pengngguran yang
diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian
atau siklus ekonomi
b.Pengangguran Struktural (Struktural Unemployment) adalah pengangguran
yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam
jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa
kemungkinan, seperti : akibat permintaan berkurang, akibat kemajuan dan
penggunaan teknologi dan akibat kebijakan pemerintah
c.Pengangguran Friksional (Frictioal Unemployment) adalah pengangguran yang
muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja.
Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela
d.Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian
musim misalanya pergantian musim tanam ke musim panen
e.Pengangguran teknonologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan
(28)
f.Pengangguran Siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian. Pengangguran siklu terjadi akibat kurangnnya
permintaan masyarakat (agregat demand).
Faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah :
a.Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja.
b.Struktur Lapangan Kerja tidak seimbang
c.Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik
tidak seimbang.Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar dari
pada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum
tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang
tersedia.
d.Meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam seluruh
struktur angkatan kerja Indonesia
e.Penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.
Masalah ketenagakerjaan di indonesia sekarangini sudah mencapai kondisi
yang cukup memprihatinkan, antara lain ditandai oleh jumlah pengangguran dan
setengah pengagguran yang besar, pendapatan relatif rendah dan kurang merata.
Berikut ini adalah kerugian-kerugian sebagaimana ditimbulkan oleh
pengangguran;
(29)
2) Turunnya penerimaan Negara
3) Tidak meratanya distribusi pendapatan nasional
4) Peningkatan biaya sosial.
Cara paling utama untuk mengatasi pengangguran adalah melakukan
perluasan kesempatan kerja.Sejumlah upaya dapat dilakukan untuk mengatasi
pengangguran.Meskipun demikian, upaya itu juga berbeda-beda tergantung pada jinis
pengangguran itu.
Berikut ini cara mengatasi penganguran yaitu:
1) Peningkatan mobilitas tenaga kerja dan modal
2) Pengelolaan permintaan masyarakat
3) Penyediaan informasi tentang kebutuhan tenaga kerja
4) Program pendidikan dan pelatihan kerja
5)Pengiriman tenaga kerja ke luar negri
(30)
2.1.3 Kurva Phillips
Hubugan terbalik (tradeoff) antara penganguran dan inflasi disebut kurva
phillips. Semakin tinggi tingkat pengangguran maka semakin rendah tingkat inflasi.
Dalam hal ini pengangguran sebagai output dan menerjemahkan inflasi sebagai
perubahan harga. Kondisi dimana secara simultan pengangguran tinggi dan diikuti
inflasi yang tinggi disebut sebagai stagflasi3. Kurva Phillips menunjukkan hubungan
antara inflasi dengan pengangguran.Dalam jangka pendek, penurunan satu tingkat
berarti menaikkan yang lainnya.Tetapi kurva Phillips jangka pendek cenderung
bergeser terus selama inflasi yang diharapkan dan faktor lainnya berubah.
Teori inflasi modern berpijak pada konsep NAIRU, yaitu tingkat
pengangguran terendah yang dapat dinikmati tanpa resiko kenaikan inflasi.Hal ini
mewakili tingkat pengangguran dari sumber daya dimana pekerja dan produk pasar
berada dalam keseimbangan inflasi.Berdasarkan teori NAIRU, tidak ada pertukaran
permanen antara pengangguran dan inflasi, dan kurva Phillips jangka panjang adalah
vertikal.
(31)
Gambar 2.1.
Kurva Phillips
A.W. Phillips menggambarkan bagaimana sebaran hubungan antara inflasi
dengantingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi
merupakancerminan dari adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya
permintaan agregat, maka sesuai dengan teori permintaan, jika permintaan naik maka
harga akan naik. Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi
permintaantersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah
tenaga kerja (asumsinya tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang dapat
meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan
(32)
2.1.4 Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran
Dalam jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan
perekonomian, namun dalam jangka panjang, tingkat inflasi yang tinggi dapat
memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga
barang domestik relatif lebih mahal dibanding dengan harga barang impor.
Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yg relatif lebih murah.
Harga yang lebih mahal menyebabkan turunnya daya saing barang domestik di pasar
internasional. Hal ini berdampak pada nilai ekspor cenderung turun, sebaliknya nilai
impor cenderung naik.
Kurang bersaingnya harga barang jasa domestik menyebabkan rendahnya
permintaan terhadap produk dalam negeri. Produksi menjadi dikurangi. Sejumlah
pengusaha akan mengurangi produksi. Produksi berkurang akan menyebabkan
sejumlah pekerja kehilangan pekerjaan.
Para ekonom berpendapat bahwa tingkat inflasi yang terlalu tinggi merupakan
indikasi awal memburuknya perekonomian suata negara. Tingkat inflasi yang tinggi
dapat mendorong bank sentral menaikkan tingkat bunga. Hal ini menyebabkan
terjadinya kontraksi atau pertumbuhan negatif di sektor rill. Dampak yang jauh
adalah pengangguran menjadi semakin tinggi. Dengan demikian, tingkat inflasi dan
tingkat pengangguran merupakan dua parameter yang dapat digunakan untuk
(33)
Hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran untuk jangka
pendek dapat dijelaskan dengan menggunakan kurva philip yang dikemukakan oleh
ekonom bernama A.W.Philips.
Kurva ini digunakan oleh philips ketika melakukan pengamatan terhadap
korelasi antara pengangguran dengan upah dan inflasi di negara inggris. Hubungan
tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran yang mempersentasikan kurva philips
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.2
Hubungan Inflasi Dan Pengangguran
Dari gambar diatas diketahui bahwa tingkat inflasi dan tingkat pengangguran
(34)
pengangguran akan menjadi rendah. Atau sebaliknya, pengangguran akan menjadi
tinggi jika perekonomian suata negara mengalami inflasi yang rendah.
2.1.5 Teori Permintaan
Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai
tingkat harga selama periode waktu tertentu.Singkatnya permintaan adalah banyaknya
jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu
pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan:
1. Harga barang itu sendiri jika harga suatu barang semakin murah, maka
permintaan terhadap barang itu bertambah.
2. Harga barang lain yang terkait berpengaruh apabila terdapat 2 barang yang
saling keterkaitannya dapat bersifat subtisusi (pengganti) dan bersifat
komplemen (penggenap).
3. Tingkat pendapatan perkapita dapat mencerminkan daya beli makin tinggi
tingkat pendapatan daya beli makin kuat sehingga permintaan terhadap suatu
barang meningkat.
4. Selera atau kebiasaan tinggi rendahnya suatu permintaan ditentukan oleh
selera atau kebiasaan dari pola hidup suatu masyarakat.
5. Jumlah penduduk semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera
atau kebiasaan akan kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar
(35)
6. Perkiraan harga di masa mendatang bila kita memperkirakan bahwa harga
suatu barang akan naik, adalah lebih baik membeli barang tersebut sekarang,
sehingga mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini guna
menghemat belanja di masa depan.
7. Distribusi pendapatan tingkat pendapatan perkapita bisa memberikan
kesimpulan yang salah bila distribusi pendapatan buruk. Jika distribusi
pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga
permintaan terhadap suatu barang menurun.
8. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan. Bujukan para penjual untuk
membeli barang besar sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat.
Usaha-usaha promosi kepada pembeli sering mendorong orang untuk
membeli banyak daripada biasanya.
Hukum permintaan
Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan:
“Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang meningkat. ”
(36)
Kurva Permintaan
Kurva permintaan dapat didefinisikan sebagai “Suatu kurva yang
menggambarkan fat hubungan antara hubungan antara harga suatu barang tertentu
dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli. ”Kurva permintaan
berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri ke kanan bawah.Kurva yang
demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta yang
mempunyai sifat hubungan sifat terbalik.
Gambar 2.3
(37)
Teori Permintaan Dapat dinyatakan :
“Perbandingan lurus antara permintaan terhadap harganya yaitu apabila permintaan
naik, maka harga relatif akan naik, sebaliknya bila permintaan turun, maka harga
reliatf akan turun. ”
Faktor-faktor yang dapat menggeser kurva permintaan :
a. Faktor harga perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga
barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun.
b. Faktor bukan harga kurva permintaan bergerak kekanan, Perubahan
sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta
menjadi makin tinggi atau makin menurun atau kekiri apabila terdapat
perubahan-perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh
faktor-faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu
akan menyebabkan kurva permintaan akan pindah kekanan atau kekiri.
2.1.6 Teori Penawaran
Teori penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan atau
jual pada berbagai tingkat harga selama satu periode waktu tertentu. Faktor-faktor
yang mempengaruhi penawaran:
1. Harga barang itu sendiri jika harga suatu barang naik, maka produsen
cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan. Hal ini kembali
(38)
2. Harga barang lain yang terkait apabila harga barang subtitusi naik, maka
penawaran suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk
barang komplemen, dapat dinyatakan bahwa apabila harga barang komplemen
naik, maka penawaran suatu barang berkurang atau sebaliknya.
3. Harga faktor produksi, kenaikan harga faktor produksi akan menyebabkan
perusahaan memproduksi outputnya lebih sedikit dengan jumlah anggaran
yang tetap yang nantinya akan mengurangi laba perusahaan sehingga
produsen akan pindah ke industri lain dan akan mengakibatkan berkurangnya
penawaran barang.
4. Biaya produksi kenaikan harga input juga mempengaruhi biaya produksi. Bila
biaya produksi meningkat, maka produsen akan mengurangi hasil
produksinya, berarti penawaran barang berkurang.
5. Teknologi produksi kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya
produksi, dan menciptakan barang-barang baru sehingga menyebabkan
kenaikan dalam penawaran barang.
6. Jumlah pedagang atau penjual apabila jumlah penjual suatu produk tertentu
semakin banyak, maka penawaran barang tersebut akan bertambah.
7. Tujuan perusahaan, Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba buka
hasil produksinya. Akibatnya tiap produsen tidak berusaha untuk
memanfaatkan kapasitas produksinya secara maksimum. Tetapi akan
menggunakannya pada tingkat produksi yang akan memberikan keuntungan
(39)
8. Kebijakan pemerintah, Kebijakan pemerintah untuk mengurangi komoditas
impor menyebabkan supply dan keperluan akan kebutuhan tersebut dipenuhi
sendiri sehingga dapat meningkatkan penawaran.
Kurva Penawaran
“Semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan
ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang, semakin
sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan ”.
Kurva penawaran dapat didefinisikan sebagai :
“Yaitu suatu kurva yang menunjukkan hubungan diantara harga suatu barang tertentu
dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan”.
Gambar 2.4
(40)
Faktor-faktor yang dapat menggeser kurva penawaran:
a. Kalau penawaran bertambah diakibatkan oleh faktor-faktor di luar harga,
maka supply bergeser kekiri atas.
b. Kalau berkurang kurva supply bergeser kekiri atas.
c. Terbentuknya harga pasar ditentukan oleh mekanisme pasar.
Keseimbangan permintaan dan penawaran dalam ilmu ekonomi, harga
keseimbangan atau harga ekuilibrium adalah harga yang terbentuk pada titik
pertemuan kurva permintaan dan kurva penawaran. Terbentuknya harga dan kuantitas
keseimbangan di pasar merupakan hasil kesepakatan antara pembeli (konsumen) dan
penjual (produsen) di mana kuantitas yang diminta dan yang ditawarkan sama
besarnya. Jika keseimbangan ini telah tercapai, biasanya titik keseimbangan ini akan
bertahan lama dan menjadi patokan pihak pembeli dan pihak penjual dalam
menetukan harga.
Dengan kata lain, Harga keseimbangan adalah harga dimana baik konsumen
maupun produsen sama-sama tidak ingin menambah atau mengurangi jumlah yang
dikonsumsi atau dijual. Permintaan sama dengan penawaran. Jika harga dibawah
harga keseimbangan terjadi kelebihan permintaan. Sebab permintaan akan meningkat,
(41)
keseimbangan terjadi kelebihan penawaran jumlah penawaran meningkat jumlah
permintaan menurun.
Perubahan Keseimbangan Pasar
Perubahan keseimbangan pasar terjadi bila ada perubahan di sisi permntaan
atau penawaran. Jika faktor yang menyebabkan perubahan adalah harga,
keseimbangan akan kembali ke titik awal. Tetapi jika yang berubah adalah
faktor-faktor ceteris paribus seperti teknologi untuk sisi penawaran atau pendapatan untuk
sisi permintaan keseimbangan tidak kembali ke titik awal.
Gambar 2.5
Kurva perubahan keseimbangan pasar
a. Jika harga berubah, terjadi kelebihan penawaran yang menyebabkan harga
(42)
b. urva penawaran bergeser kekanan karena perubahan teknologi. Titik
keseimbangan bergeser dari Eo ke E1.
c. Kurva permintaan bergeser kekanan karena perubahan pendapatan. Titik
(43)
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama, Judul, Tahun Metode Hasil 1 Irdam
Ahmad,Hubungan
Antara Inflasi
Dengan Tingkat
Pengangguran ;
Pengujian Kurva
Philips Dengan Data
Indonesia,
1976-2006,
Uji Stasionaritas (Unit-root Test),
Uji Kausalitas (Granger Causality Test),
Uji Kointegrasi (Cointegration Test),
Error Correction Model (ECM)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teori kurva Phillips yang menyebutkan adanya trade off atau hubungan negatif antara inflasi dengan tingkat pengangguran ternyata tidak terbukti dengan menggunakan data Indonesia tahun 1976-2006.
2 Muhammad Iqbal Surya Pratiko dan Lucky Rachmawati, Pengaruh tingkat pengangguran
terhadap inflasi dikota surabaya,
Menggunakan metode VAR (vector autoregressive)
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel inflasi dikota surabaya. 2) melalui analisis vector autoregressive, justru angka inflasi yang mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel pengangguran di kota surabaya. Variabel inflasi justru berpengaruh secara negatif terhadap variabel pengangguran.
3 Rovia Nugrahani Pramesthi, Pengaruh pengangguran dan inflasi terhadap pertumbuhan
ekonomi di kabupaten trenggalek, tahun 2010
Menggunakan metode analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis).
1.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengangguran berpengaruh negatif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi.
2. Inflasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
3. Pengangguran dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
(44)
2.3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.6 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis
Ho diterima: Inflasi mempengaruhi Pengangguran
Ha ditolak : Inflasi tidak mempengaruhi Pengangguran
Produksi(Output)
Aggregate Supply Aggregate
Demand
Tingkat Pengangguran Tingkat
(45)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Hubungan antara inflasi dan pengangguran mulai menarik perhatian para
ekonom pada akhir tahun 1950an, ketika A W Phillips dalam tulisannya dengan judul
The Relationship Between Unemployment and The Rate of Change of Money Wage Rate in the United Kingdom yang dimuat pada jurnal Economica, menunjukkan adanya hubungan negatif antara kenaikan tingkat upah dengan tingkat pengangguran
(yang kemudian dikenal dengan nama kurva Phillips). Penelitian Phillips yang
menggunakan data laju perubahan upah dan pengangguran di Inggris selama tahun
1861-1913, menunjukkan bahwa jika terjadi inflasi yang tercermin dari kenaikan
tingkat upah yang tinggi akan dapat menyebabkan menurunnya tingkat
pengangguran. Sebaliknya, tingkat pengangguran yang tinggi akan disertai dengan
menurunnya tingkat upah (upah menjadi rendah).
Penelitian yang sama kemudian dilanjutkan dengan menggunakan data
periode tahun 1948-1957 yang juga menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian
(46)
pengangguran semakin banyak dilakukan dan hasilnya menunjukkan adanya trade off
antara tingkat inflasi dengan pengangguran, yang mempunyai implikasi bahwa jika
laju inflasi ditekan menjadi lebih rendah maka tingkat pengangguran cenderung
semakin tinggi, dan sebaliknya.
Keadaan ini berarti penciptaan kesempatan kerja dan kestabilan harga tidak
dapat terjadi bersama-sama. Kalau pemerintah menghendaki kestabilan harga, maka
harus mau menanggung beban tingkat pengangguran yang tinggi. Demikian pula
sebaliknya, jika pemerintah mau menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas,
maka konsekuensinya angka inflasi akan cenderung lebih tinggi. Kedua pilihan
tersebut tentu saja sama-sama sulit untuk dilakukan. Padahal tingkat inflasi yang
rendah bersama-sama dengan tingkat pengangguran yang juga rendah, disamping
pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh
setiap negara, dan selalu menjadi prioritas dalam pembangunan ekonomi.
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat
banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat
Indonesia pantas disebut sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam maupun
sumber daya manusianya. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan untuk
perekonomian di Indonesia. Namun faktanya sekarang, banyak warga Indonesia yang
(47)
Pertumbuhan penduduk yang lebih besar berakibat pada jumlah penduduk
yang besar yang akan meningkatkan luasnya pasar domestik. Misalnya, permintaan
akan kebutuhan papan, pangan, dan sandang di masyarakat. Disisi lain, jumlah
penduduk yang besar telah membawa akibat jumlah angkatan kerja yang semakin
besar pula. Hal ini berarti semakin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjaan
atau menganggur.Dengan keadaan seperti ini, mewujudkan pembangunan ekonomi
merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk mengatasi masalah
pengangguran, menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan perkapita
penduduk dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Salah satu tujuan
pembangunan nasional adalah penyediaan lapangan kerja untuk mengejar
pertumbuhan angkatan kerja terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia yang
peningkatan jumlah angkatan kerjanya tidak disertai dengan tersedianya lapangan
pekerjaan yang cukup.Hal ini menimbulkan tingkat pengangguran yang cukup tinggi.
Perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi pada pertengahan 1997
membuat kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Padahal masalah
pengangguran erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan
ekonomi ada, otomatis penyarapan tenaga kerja juga ada. Setiap pertumbuhan 1 %,
tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika pertumbuhan ekonomi
setiap tahunnya hanya mampu menyerap tenaga kerja lebih kecil dari jumlah pencari
(48)
pekerjaan dan menimbulkan jumlah pengangguran di indonesia bertambah setiap
tahunnya.
Pengangguran adalah kegiatan seseorang yang sedang tidak bekerja dan pada
saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan seperti mereka yang belum
pernah bekerja dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan, mereka yang
sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan bekerja dan
sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah
lapangan kerja yang ada. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan
masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah-masalah sosial lainnya.
Pengangguran merupakan masalah makro ekonomi yang mempengaruhi
manusia secara langsung dan merupakan yang paling berat.Bagi kebanyakan orang,
kehilangan pekerjaan berarti menurunkan standar kehidupan dan tekanan
psikologis.Masalah Pengangguran dalam hal ini adalah keadaan terkendalanya
pemenuhan hak atas kesejahteraan dan hak atas pekerjaan.Tingginya angka
pengangguran dapat membawa bangsa berada pada kehancuran yang sulit
dihindarkan. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan
(49)
Secara ekonomi makro, pengangguran menjadi permasalahan pokok baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.Pengangguran dapat terjadi sebagai
akibat dari tingginya tingkat perubahan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan
adanya lapangan pekerjaan yang cukup luas serta penyerapan tenaga kerja yang
cenderung kecil persentasenya, hal ini disebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan
penciptaan lapangan kerja untuk menampung tenaga kerja yang siap bekerja. Atau
dengan kata lain, di dalam pasar tenaga kerja jumlah penawaran akan tenaga kerja
yang ada lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah permintaan tenaga kerja.
Pengangguran ini merupakan masalah yang selalu menjadi persoalan di
Sumatera utara yang sulit untuk dipecahkan. Hal ini mengingat jumlah kepadatan
penduduk di Sumatera utara yang terus bertambah dan tidak diiringi dengan
tingginya permintaan akan tenaga kerja dan kurangnya jumlah lapangan pekerjaan
yang ada. Jumlah penduduk yang besar telah membawa akibat jumlah angkatan kerja
yang semakin besar pula.Hal ini berarti semakin besar pula jumlah orang yang
mencari pekerjaan atau menganggur.
Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu
perekonomian. Semua negara di dunia selalu menghadapi permasalahan inflasi ini.
Oleh karena itu, tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah satu
ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah ekonomi yang dihadapi suatu negara.
Bagi negara yang perekonomiannya baik, tingkat inflasi yang terjadi berkisar antara
(50)
rendah sedangkan tingkat inflasi yang tinggi berkisar lebih dari 30 persen . Namun
ada juga negara yang menghadapi tingkat inflasi yang sangat tinggi,yang disebut
dengan hiper inflasi (hyper inflation). Jika suatu negara mengalami hiper inflasi bisa dipastikan jumlah pengangguran di negara tersebut akan bertambah secara drastis.
Karena dengan kenaikan harga-harga di semua sektor, maka perusahaan-perusahaan
akan mengambil kebijakan mengurangi biaya untuk memproduksi barang atau jasa
dengan cara mengurangi pegawai atau tenaga kerja. Akibatnya, angka pengangguran
yang tinggi tidak dapat dihindari dan dapat membuat perekonomian negara tersebut
mengalami kemunduran.
Pada tahun 1990-an, Pemerintahan Soeharto juga sebenarnya telah mampu
menjaga tingkat inflasi dengan rata-rata di bawah 10%. Hanya saja ketika memasuki
masa krisis moneter Indonesia dan Asia 1997 Inflasi kembali meningkat menjadi
11,10% dan kemudian melompat menjadi 77,63% pada tahun 1998, di mana saat itu
nilai tukar rupiah juga anjlok dari Rp 2.909,- per dolar AS (1997) menjadi Rp
10.014,- per dolar AS (1998). Setelah itu Pemerintahan Habibie melakukan kebijakan
moneter yang sangat ketat dan menghasilkan tingkat inflasi yang (paling) rendah
yang pernah dicapai yaitu sebesar 2,01% pada tahun 1999.
Selanjutnya pada tahun 2000 hingga 2006 Inflasi terus terjadi dengan nilai
yang terbilang tinggi, yaitu dengan rata-rata mencapai 10%. Inflasi tahun 2005
dengan nilai sebesar 17,11% adalah inflasi tertinggi pasca krisis moneter Indonesia
(51)
diperkirakan menjadi faktor utama tingginya inflasi tahun 2005. Tingginya harga
minyak di pasar internasional menyebakan Pemerintah berusaha untuk
menghapuskan subsidi BBM. Hal tersebut sangat mempengaruhi kondisi makro
ekonomi Indonesia mengingat konsumsi BBM mencapai 47.4 % (tahun 2000) dari
total konsumsi energi Indonesia.
Inflasi bergerak pada angka yang sangat mendekati yaitu 6,60% (2006) dan
6,59% (2007). Bila saja inflasi yang terjadi pada tahun 2005 dapat diabaikan dengan
alasan bahwa BBM sebagai faktor utama yang mempengaruhi inflasi tahun 2005
berada diluar kendali Pemerintah, maka tingkat inflasi dalam 2000-2006 tahun
terakhir dapat dikatakan cukup terkendali.
Pemerintah (pasca reformasi) sepertinya telah berusaha keras menjaga tingkat
inflasi, namun berbagai tekanan dari dalam dan luar negeri pasca reformasi (1997)
masih sangat tinggi mempengaruhi pergerakan perekonomian Indonesia. Inflasi yang
terjadi di Indonesia masih cukup tinggi apabila dibandingkan dengan tingkat inflasi
Malaysia dan Thailand yang berkisar 2%, bahkan Singapura yang berada di bawah
1%. Bila sektor-sektor riil dalam negeri tidak dibangkitkan maka upaya di sektor
moneter menjaga kestabilan makro ekonomi dalam jangka panjang hanya akan
menjadi hal yang sia-sia.
Terjadi inflasi sebesar 3,35 persen sepanjang 2015, dari Januari hingga
(52)
desember 2015 tumbuh juga sebesar 3,35 persen.Bila dibedah lebih dalam, untuk
komponen inti inflasi yang terjadi adalah sebesar 3,95 persen baik untuk 2015
maupun secara year-on-year antara Desember 2015 dan 2014.Inflasi komponen inti adalah komponen inflasi yang cenderung menetap atau di dalam pergerakan inflasi
dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, yaitu:
1. Interaksi permintaan-penawaran
2. Lingkungan eksternal: Nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra
dagang
3. Ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen
Sementara lebih spesifik pada Desember 2015, terjadi inflasi sebesar 0,96
persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 122,99. Dari 82 kota yang
IHK-nya diukur, seluruhnya mengalami inflasi.Inflasi tertinggi terjadi di Merauke
yaitu 2,87 persen dengan IHK 131,04 dan terendah terjadi di Cirebon yaitu 0,27
persen dengan IHK 118,94.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, empat kota indeks
harga konsumen (IHK) mengalami
0,77perse
(53)
Namun dari sisi andil, Medan merupakan kota penyumbang inflasi tertinggi
selama Januari– Maret 2016. Sebab, andil Medan terhadap inflasi mencapai 82%.
Karena itu jika harga bahan kebutuhan pokok naik di kota ini, akan membuat inflasi
tinggi.Dengan besaran inflasi pada periode ini, maka secara year on year (yoy) angka
inflasi di Sumut sebesar 7,16% yang juga jauh lebih tinggi dari nasional yang hanya
4,45%.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menetapkan aturan membatasi
penjualan ke luar daerah. Sebab, banyak produk pertanian Sumut dijual ke daerah lain
padahal kebutuhan di sini juga tidak mencukupi.
Jumlah penduduk yang terus berkembang pesat menunjukan bahwafenomena
pengangguran sudah menjadi hal yang biasa tetapi menjadi masalahbagi
perekonomian suatu negara. Untuk tahun 2010, tercatat bahwa sekitar 143.366 orang
jumlah pengangguran di Kota Medan dengan tingkat kemiskinan8.58%.
Selama kurun waktu 2006–2010, tingkat pengangguran terbuka di kota Medan
mengalami sedikit penurunan, yakni dari 15.01% pada tahun 2006 menjadi13.11% di
tahun 2010. Hal ini memberikan gambaran bahwa dari 100 orang yangtermasuk
angkatan kerja pada tahun 2010 masih terdapat sekitar lebih kurang 15orang yang
menganggur. Angka pengangguran ini relative tinggi dan hal lain masih perlu
(54)
memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga dapat hidup layak dan tidak menjadi beban
sosial maupun muntuk mendorong mereka supaya dapat aktif secara ekonomi.
Jumlah angkatan kerja yang tinggi dan tidak sebanding dengan kesempatan kerja
yang tersedia menyebabkan tidak tertampunya seluruh angkatan kerja yang ada.
Untuk itu, kebijakan anggaran pada masa yang akan datang seharusnya lebih
menitikberatkan dan meningkatkan anggaran di bidang ekonomi dan investasi di
samping bidang-bidang yang lainnya.
Melalui uraian diatas, dengan berbagai permasalahan berkaitan dengan
pengangguran, serta fenomena ekonomi yang terjadi didalamnya. Penulis tertarik dan
ingin melihat sejauh mana hubungan pengangguran dengan inflasi. Oleh karena itu,
penelitian ini mengambil judul “Analisis Tingkat Inflasi dan Tingkat Pengangguran
di Kota Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana tingkat Inflasi dikota medan?
2) Bagaimana tingkat Pengangguran dikota medan?
3) Bagaimana hubungan Inflasi dan Pengangguran dikota Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat inflasi, tingkat
pengangguran dan bagaimana hubungan tingkat inflasi dan pengangguran dikota
(55)
1.4 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya maupun yang secara langsung terkait didalamnya. Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah:
1) Untuk Pengambilan Kebijakan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
pemerintah provinsi dalam menentukan kebijakan.
2) Untuk Masyarakat
Memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak yang terkait dan
berkepentingan, serta hasil dari penelitian ini sebagai referensi atau acuan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
3) Untuk Peneliti
Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dalam menerapkan teori yang
(56)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat inflasi
terhadap pengangguran di Kota Medan periode tahun 2005-2014. Tingkat Inflasi
menjadi variabel independen. Pengangguran menjadi variabel dependen.
Data dari penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Jenis data
yang digunakan adalah data sekunder selama periode tahun 2005-2014. Alat
analisis data yang digunakan yaitu metode regresi linear berganda, uji t dan uji r²
dengan bantuan program komputer SPSS Versi 16.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi memiliki pengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap pengangguran. Hal ini membuktikan bahwa
teori kurva Philips tidak bisa diterapkan di Kota Medan.
(57)
ABSTRACT
This research aimed to analyze the effect of inflation on the unemployment rate in the city of Medan year period 2005-2014. Inflation becomes the independent variable. Unemployment is a dependent variable.
Data from this research were obtained from the Central Bureau of Statistics. The data used is secondary data for the year period of 2005-2014. Data analysis tool used is multiple linear regression analysis, t test and r² with the help of a computer program SPSS Version 16.
The results of this research indicate that the inflation rate has a negative effect and not significant for unemployment. This proves that the Philips curve theory can not be applied in medan city.
(58)
SKRIPSI
ANALISIS TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT
PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN
OLEH
DOLI ZULFIRMAN SIPAHUTAR
120501180
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
(59)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat inflasi
terhadap pengangguran di Kota Medan periode tahun 2005-2014. Tingkat Inflasi
menjadi variabel independen. Pengangguran menjadi variabel dependen.
Data dari penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Jenis data
yang digunakan adalah data sekunder selama periode tahun 2005-2014. Alat
analisis data yang digunakan yaitu metode regresi linear berganda, uji t dan uji r²
dengan bantuan program komputer SPSS Versi 16.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi memiliki pengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap pengangguran. Hal ini membuktikan bahwa
teori kurva Philips tidak bisa diterapkan di Kota Medan.
(60)
ABSTRACT
This research aimed to analyze the effect of inflation on the unemployment rate in the city of Medan year period 2005-2014. Inflation becomes the independent variable. Unemployment is a dependent variable.
Data from this research were obtained from the Central Bureau of Statistics. The data used is secondary data for the year period of 2005-2014. Data analysis tool used is multiple linear regression analysis, t test and r² with the help of a computer program SPSS Version 16.
The results of this research indicate that the inflation rate has a negative effect and not significant for unemployment. This proves that the Philips curve theory can not be applied in medan city.
(61)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Karunia-Nya yang selalu menyertai penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana dari Program Strata I Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul
skripsi ini adalah: “Analisis Tingkat Inflasi dan Tingkat Pengangguran di Kota
Medan”.
Peneliti telah banyak mendapatkan bimbingan, nasihat, dan dorongan dari
Orangtua tercinta Ayah H. Abdul Rasyid Sipahutar,SE dan Ibu Hj. Yusnaini,S.pd,
kakak Rayuani dan abang Ardiansyah, beserta kedua adik saya Mhd.
Muazzansyah, Abdillah Ananda, selama perkuliahan hingga penelitian skripsi ini
selesai. Dalam kesempatan ini, Peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ramli,SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim
Nasution, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi
(62)
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D dan Bapak Paidi Hidayat, SE,
M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Hasan Basri Tarmizi, SU sebagai dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran yang baik
mulai dari awal penulisan hingga selesainya skrispsi ini.
5. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier Hsb, MP sebagai Dosen Penguji I yang
telah memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyempurnaan
skripsi ini.
6. Ibu Inggrita Gusti Sari NST, SE, M.Si sebagai Dosen Penguji II yang telah
memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Pengajar dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi
Pembangunan untuk segala jasa-jasanya selama perkuliahan.
8. Seluruh staff dan karyawan Badan Pusat Statistik yang telah memberikan
data-data yang terkait dengan penelitian skripsi ini.
9. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, khususnya kepada teman-teman Departemen S1-
Ekonomi Pembangunan angkatan 2012 Deri Marsal, Rizki Maulana, Fajar
Syahputra, Mhd. Reza Erdiansyah, Winda Gea, Rizki Diana Sari, Yola
Anggia, Alfira Khairani dan lain-lain yang namanya tidak bisa saya
sebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan dukungan, kerja
(63)
10.Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman Qinthar
Ramadhan, Ahmad Tirmizi, Rianly Catra Nugraha, Irzan Ginting, Tantri
Nazareva Agustian tersayang, Riza Fanny Meutia, Fira Musdalifa, Nova
Andriani, Intan Permata Sari, Mhd. Irvan, Rifqi Nabil, Fachrul Lutfhi, dan
lain-lain yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih
telah memberikan dukungan, kerja sama, inspirasi dan kebersamaan
selama ini. Sukses buat kita semua.
11.Beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima
kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.
Semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Besar membalas budi dan pengorbanan yang diberikan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Dengan segala kerendahan hati, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya, khususnya kepada rekan-rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.
Medan,………..
Peneliti,
DoliZulfirman Sipahutar
(64)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Landasan Teori ... 11
(65)
2.1.2 Teori Ketenagakerjaan ... 14
2.1.2.1 Teori Klasik Adam Smith ... 14
2.1.2.2 Teori Malthus ... 14
2.1.2.3 Teori Keynes ... 15
2.1.3 Pengangguran ... 16
2.1.4 Kurva Philips ... 19
2.1.5 Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran ... 21
2.1.6 Teori Permintaan ... 23
2.1.7 Teori Penawaran... 25
2.2 Penelitian Terdahulu ... 29
2.3 Kerangka Konseptual ... 30
2.4 Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
3.1 Jenis Penelitian ... 31
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
3.3 Defenisi Operasional ... 31
(66)
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 32
3.6 Teknik Analisis Data ... 32
1.Uji t (Uji Parsial) ... 32
2. Koefisien Determinasi (R²) ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 34
4.1.1 Letak Geografis ... 34
4.1.2 Data Inflasi dan Pengangguran ... 37
4.2 Analisis Linier Berganda ... 38
4.3 Uji Hipotesis ... 39
4.3.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 39
4.3.2 Pengujian Koefesien Determinasi (R2) ... 40
4.4 Pembahasan ... 42
4.4.1 Pengaruh inflasi Terhadap Pengangguran ... 42
(67)
5.1 Kesimpulan ... 44
5.2 Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
(68)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu ... 29
Tabel 4.1 data Inflasi dan Pengangguran ... 37
Tabel 4.2 Analisis Linier Berganda... 38
Tabel 4.3 Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 40
(69)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Kurva Philips ... 20
Gambar 2.2 Hubungan Inflasi dan Pengangguran ... 22
Gambar 2.3 kurva permintaan ... 24
Gambar 2.4 kurva penawaran ... 27
Gambar 2.5 kurva perubahan keseimbangan pasar ... 28
Gambar 2.6 Kerangka Konseptual ... 30
(70)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Data Inflasi dan Pengangguran ... 46
(1)
2.1.2 Teori Ketenagakerjaan ... 14
2.1.2.1 Teori Klasik Adam Smith ... 14
2.1.2.2 Teori Malthus ... 14
2.1.2.3 Teori Keynes ... 15
2.1.3 Pengangguran ... 16
2.1.4 Kurva Philips ... 19
2.1.5 Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran ... 21
2.1.6 Teori Permintaan ... 23
2.1.7 Teori Penawaran... 25
2.2 Penelitian Terdahulu ... 29
2.3 Kerangka Konseptual ... 30
2.4 Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
3.1 Jenis Penelitian ... 31
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
3.3 Defenisi Operasional ... 31
3.4 Jenis dan Sumber Data ... 31
(2)
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 32
3.6 Teknik Analisis Data ... 32
1.Uji t (Uji Parsial) ... 32
2. Koefisien Determinasi (R²) ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 34
4.1.1 Letak Geografis ... 34
4.1.2 Data Inflasi dan Pengangguran ... 37
4.2 Analisis Linier Berganda ... 38
4.3 Uji Hipotesis ... 39
4.3.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 39
4.3.2 Pengujian Koefesien Determinasi (R2) ... 40
4.4 Pembahasan ... 42
4.4.1 Pengaruh inflasi Terhadap Pengangguran ... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
(3)
5.1 Kesimpulan ... 44
5.2 Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
LAMPIRAN ... 47
(4)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu ... 29
Tabel 4.1 data Inflasi dan Pengangguran ... 37
Tabel 4.2 Analisis Linier Berganda... 38
Tabel 4.3 Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 40
Tabel 4.4 Hasil Uji Koefesien Determinasi (R2) ... 41
(5)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Kurva Philips ... 20
Gambar 2.2 Hubungan Inflasi dan Pengangguran ... 22
Gambar 2.3 kurva permintaan ... 24
Gambar 2.4 kurva penawaran ... 27
Gambar 2.5 kurva perubahan keseimbangan pasar ... 28
Gambar 2.6 Kerangka Konseptual ... 30
Gambar 4.1 Peta Kota Medan ... 36
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Data Inflasi dan Pengangguran ... 46
2 Output Analisis Linier Berganda ... 47