Analisa Unsur Hara Kalium (K) Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan

(1)

ANALISA UNSUR HARA KALIUM (K) DALAM

TANAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

(SSA) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

KARYA ILMIAH

FIRMANSYAH GINTING

072401041

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

ANALISA UNSUR HARA KALIUM (K) DALAM

TANAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

(SSA) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

FIRMANSYAH GINTING

072401041

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA UNSUR HARA KALIUM (K) DALAM TANAH SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : FIRMANSYAH GINTING

Nomor Induk Mahasiswa : 072401041

Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM (MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2010

Diketahui

Departemen Matematika FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

(Dr. Rumondang Bulan, MS)

NIP. 195408301985032001 NIP. 194607161974031001 (Drs. Abdi Negara Sitompul)


(4)

PERNYATAAN

ANALISA UNSUR HARA KALIUM (K) DALAM

TANAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

(SSA) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2010

FIRMANSYAH GINTING 072401041


(5)

PENGHARGAAN

Puji Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang diberi judul “ANALISA UNSUR HARA KALIUM (K) DALAM TANAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN”. Karya ilmiah ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan agar dapat menyelesaikan pendidikan Diploma 3 Kimia Analis.

Selama penulisan karya ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tersayang yang telah memberikan yang terbaik demi kemajuan anak-anaknya, serta adik dan kakak yang telah memberikan do’a dan dukungannya.

2. Bapak Drs. Abdi Negara Sitompul, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan karya tulis ilmia ini. 3. Seluruh karyawan laboratorium tanah dan daun di Pusat Penelitian Kelapa

Sawit (PPKS) Medan yang telah banyak memberikan pengarahan dan pelajaran selama berlangsungnya Praktek Kerja Lapangan (PKL).

4 Ibu Dr. Marpongahtun, M.Sc, selaku koordinator Program Diploma 3 Kimia Analis.

5 Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS, selaku ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

6 Bapak Dr. Eddy Marlianto, M.Sc, selaku Dekan FMIPA USU.

7 Bapak Drs. Eka Nuryanto, M.Si, yang telah banyak memberikan bantuan selama berlangsungnya Praktek Kerja Lapangan (PKL)

8 Seluruh rekan-rekan mahasiswa Kimia Analis khususnya angkatan 2007 yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Atas segala bantuan, penulis hanya dapat berdoa dengan memohon semoga ALLAH SWT memberikan balasan atas kebaikan dari berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan karya ilmiah ini. Penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.

Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2010 Penulis,


(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa pengujian unsur hara kalium (K) dalam tanah pada tanaman kelapa sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Nilai unsur hara kalium (K) yang diukur dengan menggunakan larutan pengekstrak ammonium asetat (CH3COONH4) kemudian di ukur dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Dari hasil pengukuran di peroleh nilai unsur hara kalium yang rendah (defisiensi) pada contoh tanah. Kadar kalium (K) tanah yang diperoleh umumnya sekitar 0,09-0,12 me/100 g K.


(7)

ANALSYSIS OF POTASSIUM ELEMENT (K) IN SOIL BY ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRI (AAS)

IN PALM RESEARCH CENTER (PPKS) MEDAN ABSTRACT

Analysis for the values of potassium element (K) in soil had done for plant of palm in Palm Research Center (PPKS) Medan. The values of potassium element (K) which measured with extract ammmonium acetat (CH3COONH4) by using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). From the resulting of measuring, got the values of potassium element (K) which low (deficiency) at the sample of soil. The values of pot assium element (K) which got, content in soil was about 0,09 – 0,12 me/100 g K.


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka 4

2.1 Definisi Tanah Secara Umum 4

2.2 Unsur-Unsur Hara Dalam Tanah 6

2.3 Unsur Hara Kalium (K) Tanah 8

2.3.1 Bentuk-bentuk unsur hara kalium (K) tanah 10 2.3.2 Peranan unsur hara kalium (K) dalam tanah 13 2.3.3 Defisiensi unsur hara kalium (K) pada tanah 15 2.4 Analisis Laboratorium dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) 16

2.4.1 Prinsip dasar 16

2.4.2 Intrumentasi SSA 17

2.4.3 Analisis kuantitatif dengan SSA 19

Bab 3 Metodologi 20

3.1 Persiapan Sampel Tanah 20

3.1.1 Mengeringkan sampel tanah 20

3.1.2 Menghaluskan sampel tanah 20

3.2 Proses Analisa Sampel Tanah 21

3.2.1 Penentuan kation 21

3.3 Cara kerja SSA 22

3.3.1 Cara penggunaan SSA 22

3.3.2 Cara mematikan SSA 24

Bab 4 Hasil dan Pembahasan 23

4.1 Hasil 23

4.2 Pembahasan 24

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 25

5.1 Kesimpulan 25

5.2 Saran 25

Daftar Pustaka Lampiran


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.3 Beberapa mineral yang mengandung kalium 11 Tabel 2.4 Temperatur nyala dengan berbagai gas pembakar 18 Tabel 4.1 Konsentrasi dan absorbansi larutan standar lampiran 2


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.3.1 Kejenuhan kalium 9

Gambar 2.3.2 Diagram perbandingan relatif dari kalium tidak segera dan

lambat tersedia 10

Gambar 2.4 Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom 17


(11)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa pengujian unsur hara kalium (K) dalam tanah pada tanaman kelapa sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Nilai unsur hara kalium (K) yang diukur dengan menggunakan larutan pengekstrak ammonium asetat (CH3COONH4) kemudian di ukur dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Dari hasil pengukuran di peroleh nilai unsur hara kalium yang rendah (defisiensi) pada contoh tanah. Kadar kalium (K) tanah yang diperoleh umumnya sekitar 0,09-0,12 me/100 g K.


(12)

ANALSYSIS OF POTASSIUM ELEMENT (K) IN SOIL BY ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRI (AAS)

IN PALM RESEARCH CENTER (PPKS) MEDAN ABSTRACT

Analysis for the values of potassium element (K) in soil had done for plant of palm in Palm Research Center (PPKS) Medan. The values of potassium element (K) which measured with extract ammmonium acetat (CH3COONH4) by using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). From the resulting of measuring, got the values of potassium element (K) which low (deficiency) at the sample of soil. The values of pot assium element (K) which got, content in soil was about 0,09 – 0,12 me/100 g K.


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tanah idealnya dapat menyediakan sejumlah unsur hara penting yang dibutuhkan oleh tanaman. Penyerapan unsur hara oleh tanaman semestinya dapat segera diperbaharui sehingga kandungan unsur hara di dalam tanah tetap seimbang.

Saat ini di kenal 16 macam unsur yang di serap oleh tanaman untuk penunjang kehidupannya. Tiga di antaranya di serap dari udara, yakni karbon (C), oksigen (O), dan hidrogen (H). Sementara itu, tiga belas unsur mineral lainnya di serap tanaman dari dalam tanah, yakni nitrogen (N), phosphor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur (S), besi (Fe), mangan (Mn), boron (B), seng (Zn), tembaga (Cu), molibdenum (Mo), dan khlor (Cl). Ketiga belas unsur mineral tersebut sering disebut dengan unsur hara.

Beberapa unsur hara di anggap memiliki fungsi yang sangat vital bagi pertumbuhan tanaman atau yang sering disebut dengan esensialitas unsur hara. Suatu unsur kimiawi di anggap esensial sebagai unsur hara tanaman jika memenuhi tiga kriteria berikut, yaitu:

1) harus ada agar tanaman dapat melengkapi siklus hidupnya, sehingga

2) jika tanaman mengalami defisiensi hanya dapat diperbaiki dengan unsur tersebut, dan

3) unsur ini harus terlibat langsung dalam penyediaan nutrisi yang dibutuhkan tanaman


(14)

Berdasarkan kriteria tersebut unsur hara kalium (K) dapat di anggap sangat vital atau diperlukan bagi pertumbuhan tanaman karena kalium (K) di serap oleh akar tanaman yang lebih besar jumlahnya dari pada kation-kation yang lain. Selama periode pertumbuhan puncak, tanah harus sanggup menyediakan kalium (K) dalam jumlah yang sangat besar bagi tanaman.

Oleh karena itu jika kalium (K) di dalam tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan, maka tanaman akan menderita kekurangan kalium (K) dan produksinya akan rendah.

Dari penjelasan di atas maka penulis akan membuat judul “Analisa Unsur Hara

Kalium (K) Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan” yang merupakan salah satu parameter

yang digunakan dalam pengujian kimiawi tanah untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah pada lahan perkebunan kelapa sawit di PPKS Medan.

1.2Permasalahan

Dalam perkembangannya, perkebunan kelapa sawit salah satu faktor penting bagi perekonomian di Indonesia. Untuk mendapatkan kelapa sawit yang berkualitas tinggi diperlukan berbagai faktor kesuburan tanah. Namun, pada tanah yang dijadikan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit ini belum diketahui tingkat kesuburannya. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah adalah dengan melakukan analisa laboratorium terhadap unsur-unsur yang ada di dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit, salah satunya adalah kalium (K).


(15)

1.3Tujuan

Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah yang di lihat dari besarnya nilai kandungan unsur hara kalium (K) dalam tanah.

1.4Manfaat

1. Untuk mengatahui tingkat kesuburan tanah yang di lihat dari besarnya nilai kandungan unsur hara kalium (K) dalam tanah.

2. Memberikan informasi tentang nilai dari kandungan unsur hara kalium (K) dalam tanah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tanah Secara Umum

Kata ”tanah” seperti banyak kata umum lainnya, mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian tradisional tanah adalah medium alami untuk pertumbuhan tanaman daratan, tanpa memperhitungkan tanah tersebut mempunyai horizon yang kelihatan atau tidak. Pengertian ini masih merupakan arti yang paling umum dari kata tersebut, dan perhatian yang terbesar pada tanah terpusat pada pengertian ini. Orang menganggap tanah adalah penting, oleh karena tanah mendukung kehidupan tanam-tanaman yang memasok pangan, serat, obat-obatan, dan berbagai keperluan lain manusia, juga karena mampu menyaring air serta mendaur ulang limbah. Tanah menutupi permukaan bumi sebagai lapisan yang sambung menyambung, terkecuali pada batuan tandus, pada wilayah yang terus menerus membeku, atau tertutup air dalam, atau pada lapisan es terbuka suatu glester. Dalam pengertian ini, tanah memiliki suatu ketebalan yang ditentukan oleh kedalaman akar tanaman.

Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefinisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh-berkembangnya perakaran penopang tegak-tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-lain), dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi-aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi


(17)

tanaman-tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksinya baik tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.

Atas dasar definisi ini maka tanah sebagai media tumbuh mempunyai empat fungsi utama, yaitu sebagai:

(1) Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran yang mempunya dua peranan utama, yaitu:

(a) Penyokong tegak-tumbuhnya trubus (bagian atas) tetanaman, dan (b) Sebagai penyerap zat-zat yang dibutuhkan tetanaman.

(2) Penyedia kebutuhan primer tanaman untuk melaksanakan aktivitas metabolismenya, baik selama pertumbuhan maupun untuk berproduksi, meliputi air, udara dan unsur-unsur hara.

(3) Penyedia kebutuhan sekunder tanaman yang berfungsi dalam menunjang aktivitasnya supaya berlangsung optimum, meliputi zat-zat aditif yang di produksi oleh biota terutama mikroflora tanah seperti:

(a) Zat-zat pemacu tumbuh (hormon, vitamin dan asam-asam organik khas), (b) Antibiotik dan toksin yang berfungsi sebagai anti hama-penyakit tanaman

di dalam tanah, dan

(c) Senyawa-senyawa atau enzim yang berfungsi dalam penyedian kebutuhan primer tersebut atau transformasi zat-zat toksik eksternal seperti pestisida dan limbah industri berbahaya, serta

(4) Habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer, dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama-penyakit tanaman.


(18)

2.2 Unsur-Unsur Hara Dalam Tanah

Secara sederhana unsur hara adalah senyawa organis atau anorganis yang ada di dalam tanah atau dengan kata lain nutrisi yang terkandung di dalam tanah. Unsur hara sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang tanaman. Berdasarkan tingkat kebutuhannya maka dapat digolongkan menjadi 2 bagian yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar, yang termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, S dan Mg Unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah kecil/sedikit, yang termasuk unsur hara mikro adalah Fe, Cu, Zn, Mn, Mo, B, Na, Cl. Kebutuhan unsur hara ini mutlak bagi setiap tanaman dan tidak bisa digantikan oleh unsur yang lain tentunya dengan kadar yang berbeda sesuai jenis tanamannya sebab jika kekurangan unsur hara akan menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri.

Pengetahuan awal tentang unsur hara dan unsur kimia dalam pertanian modern ditemukan pada tahun 1840 oleh Justus Von Leibig seorang ahli kimia berkebangsaan Jerman. Ia memberi bukti yang membantah teori humus sebagai unsur hara. Menurut Leibig, tanaman memperoleh zat karbon dari udara dan beberapa unsur mineral (kalium, kalsium, sulfur, dan phosphor) dari dalam tanah. Setelah penemuan Leibig, studi mengenai unsur hara mengalami kemajuan pesat di akhir abad ke-19, yang diikuti dengan perkembangan industri pupuk. Setiap jenis unsur hara mempunyai reaksi yang berbeda pada berbagai jenis tanah. Ada unsur hara mineral yang larut di dalam dan mudah hilang karena menguap atau tercuci oleh air. Ada juga unsur hara yang terikat oleh koloid tanah, bahkan ada yang menghambat ketersediaan unsur lain. Di dalam tanah, unsur tersebut saling berinteraksi. Tanaman menyerap setiap jenis unsur hara dalam bentuk ion poitif dan ion negatif yang terlarut di dalam tanah.


(19)

Dengan mengetahui bentuk-bentuk ion tersebut akan terbuka gambaran mekanisme setiap unsur hara yang terikat pada koloid tanah yang bermuatan negatif dan mekanisme unsur hara yang diserap tanaman, tercuci oleh aliran air, atau terikat oleh ion lain yang muatannya berlawanan dan membentuk senyawa yang mengendap di dalam air. Bagian yang mengendap tersebut tidak dapat digunakan oleh tanaman.

Mekanisme pertukaran ion-ion dapat dijelaskan sebagai berikut:

Kation yang berada pada kompleks jerapan dapat di tukar dengan kation yang berada pada larutan. Reaksi ini disebut pertukaran kation. Jadi jika liat yang mengabsorbsi K+

dimasukkan kedalam larutan CaCl2, maka:

Liat-K + CaCl2 Liat-Ca2+ + 2 KCl

Proses pertukaran kation ini dipengaruhi oleh valensi kation, ukuran kation, sifat mineral terhadap kation dan konsentrasi kation pada larutan. Ion bervalensi tinggi dapat dengan mudah mengganti ion bervalensi lebih rendah. Jadi Ca2+ dapat dengan

mudah mengganti K+, tetapi tidak sebaliknya. Jika kita ingin mengganti Ca2+ dengan

K+ diperlukan persyaratan lain, yaitu konsentrasi K+ pada larutan harus lebih tinggi

dari konsentrasi Ca2+. Jika kedua kation yang akan melakukan proses pertukaran

kation mempunyai valensi sama, kation yang mempunyai ukuran lebih besar mempunyai kemampuan menukar kation lebih besar dibandingkan kation berukuran lebih kecil.


(20)

Dari ketiga unsur hara yang banyak di serap oleh tanaman (N, P, K), kalium lah yang jumlahnya paling melimpah di permukaan bumi. Tanah, sekitar 90-98% berbentuk mineral primer yang tidak dapat terserap oleh tanaman. Sekitar 1-10% terjebak dalam koloid tanah karena kalium nya bermuatan positif. Bagi tanaman, ketersediaan kalium pada posisi ini agak lambat. Sisanya, sekitar 1-2% terdapat di dalam larutan tanah dan mudah tersedia bagi tanaman. Kandungan kalium sangat tergantung pada jenis mineral pembentuk tanah dan kondisi cuaca setempat. Persediaan kalium di dalam tanah dapat berkurang karena tiga hal, yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi tanah. Biasanya tanaman menyerap kalium lebih banyak dari pada unsur lain, kecuali nitrogen.

Elemen ini dapat dikatakan bukan elemen yang langsung pembentuk bahan organik. Kalium di serap dalam bentuk K+ (terutama pada tanaman muda). Menurut

penelitian, kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak mengandung kalium. Pada sel-sel zat ini terdapat sebagai ion di dalam cairan sel dan keadaan demikian akan merupakan bagian yang penting dalam melaksanakan turgor yang sebabkan tekanan osmotik. Selain itu ion kalium mempunyai fungsi fisiologis yang khusus pada asimilasi zat arang, yang berarti apabila tanaman sama sekali tidak di beri kalium, maka asimilasi akan terhenti.

Tentang sumber-sumber kalium, ialah: (1) Beberapa jenis mineral,

(2) Sisa – sisa tanaman dan jasad renik, (3) Air irigasi serta larutan dalam tanah, (4) Abu tanaman dan pupuk buatan.


(21)

Kalium ditemui pada cairan sel tanaman. Ia tidak terikat secara kuat dan tidak merupakan bagian dari senyawa organik tanaman. Kalium sangat mudah di serap oleh tanaman dan bersifat sangat mobil. Ia akan bergerak dari jaringan-jaringan tua ke titik-titik pertumbuhan akar dan tajuk. Kalium selalu di serap lebih awal dari pada nitrogen dan fosfor. Hal ini berarti akumulasi kalium di periode pertumbuhan dan selanjutnya ditranslokasikan kebagian-bagian tanaman lainnya. Karena itu, gejala defesiensi K pertama kali pada daun-daun tua. Peranan kalium di dalam tanaman sangat berhubungan dengan kualitas hasil dan resistensi tanaman terhadap patogen-patogen tanaman.

Gambar 2.3.1 : Kejenuhan kalium K Pupuk dan Mineral K Faktor Kapasitas (Kejenuhan Kalium) K Larutan Tanah K Tanaman Hewan K Organik Tanah K Pencucian K Erosi


(22)

2.3.1 Bentuk-Bentuk Unsur Hara Kalium (K) Tanah

Berdasarkan ketersediaannya bagi tanaman, maka kalium dalam tanah dapat di golongkan kedalam beberapa bentuk, yaitu: (1) bentuk relatif tersedia, (2) bentuk lambat tersedia dan (3) bentuk segera tersedia. Walaupun sebagian besar kalium termasuk yang tidak tersedia, tetapi dari segi praktisnya, bentuk yang kedua dan ketiga yang lebih penting. Hubungan antara ketiga bentuk ini disajikan secara bagan sebagai gambar 2.3.1 :

Gambar 2.3.2: Diagram perbandingan relatif dari kalium tidak segera dan lambat tersedia

Tendensi keseimbangan yang dikemukakan dalam bagan ini sangat penting, terutama bila menghadapi bentuk-bentuk tersedia. Dari persamaan di atas terlihat bahwa setiap kali tanaman menyerap kalium larutan tanah atau kalium dapat

Relatif tidak tersedia (feldspar, mika, dll 90 – 98 % dari K total)

K lambat tersedia K – tidak dipertukarkan, 1 – 10 % dari K – total

K segera tersedia K- dapat di pertukarkan

dan K dalam larutan tanah 1 – 2 % K – total

90 % 10 %

K – tidak dapat dipertukarkan

K – dapat dipertukarkan

K – dalam Larutan


(23)

dipertukarkan, maka kekurangannya akan segera diimbangi oleh bentuk-bentuk yang lambat tersedia. Demikian pula jika diberikan pupuk kalium kedalam tanah, hal yang sebaliknya dapat terjadi.

1. Bentuk kalium relatif tidak tersedia

Sebagian besar dari kalium tanah mineral adalah dalam bentuk kalium relatif tidak tersedia. Umumnya mineral tanah seperti felsfart dan mika, mineral-mineral ini agak resisten terhadap hancuran iklim dan mungkin mensuplai kalium selama satu musim. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang mineral-mineral yang mengandung kalium maka disajikan dalam tabel 2.3.1:

Tabel 2.3: Beberapa mineral yang mengandung kalium

Mineral Rumus Kimia % K

Ortoklas Felspart Sanidin Biotit Mika Muskovit Luesit Felspatoid KAlSi3O8 KAlSi3O8

K2(Mg4Fe) Al (Al3Si5O20) (OH)4 KAl (AlSi3O10) (OH)2

K2(Al2Si2)O8 12,30 9,64 5,82 7,48 16,17

Pada kenyataannya hanya leusit dan biotit merupakan sumber langsung kalium tanaman. Walaupun demikian, konstribusi kumulatif dari tahun ke tahun terhadap K- tersedia secara menyeluruh sangat penting. Kalium secara gradual menjadi tersedia karena pengaruh air yang mengandung karbonat. Demikian juga dengan adanya liat


(24)

masam akan turut membantu penghancuran/pelapukan mineral-mineral kalium yang kemudian dapat membebaskan kalium dan basa-basa lainnya.

2. Bentuk kalium lambat tersedia

Bila dalam tanah terdapat mineral-mineral lain, maka kalium yang berasal dari pupuk akan di fiksasi antara kisi-kisi mineral tersebut sehingga menjadi kurang tersedia bagi tanaman. Kalium dalam bentuk demikian tidak dapat digantikan oleh cara pertukaran hara dan konsekuensinya tidak tersedia dan disebut sebagai kalium tidak dapat dipertukarkan. Namun demikian ia berada dalam keseimbangan dalam bentuk tersedia, dan selanjutnya merupakan cadangan bentuk kalium lambat tersedia.

3. Bentuk kalium segera tersedia

Kalium yang tersedia hanya meliputi 1 - 2 % dari seluruh kalium yang terdapat pada kebanyakan tanah mineral. Ia dijumpai dalam tanah sebagai kalium dalam larutan tanah dan kalium yang dapat dipertukarkan dan di aborpsi oleh permukaan koloid tanah. Sebagian besar dari kalium tersedia ini berupa kalium dapat dipertukarkan (900%). Kalium larutan tanah lebih mudah diserap oleh tanaman dan juga peka terhadap pencucian. Pada keadan tertentu, misalnya pada pertanaman yang intensif atau pada tanaman muda yang banyak mengandung mineral kalium dengan curah hujan tinggi, kalium tidak dapat dipertukarkan dapat juga di serap tanaman. Absorpsi kalium larutan hara menyebabkan keseimbangan terganggu untuk sementara. Keadaan ini tidak bertahan lama, karena sebagian dari kalium dapat dipertukarkan segera bergerak ke dalam larutan tanah, sehingga keadaan keseimbangan kembali seperti semula. Sebaliknya akan terjadi, bila pupuk kalium ditambahkan kedalam tanah, yaitu sebagian dari kalium akan bergerak ke kiri sehingga menjadi bentuk yang tidak dapat dipertukarkan. Reaksi keseimbangan ini juga mempunyai arti praktis yang lain yaitu secara terus menerus sebagian dari kalium


(25)

yang terikat akan dibebaskan menjadi bentuk dapat dipertukarkan dan selanjutnya ke bentuk dalam larutan tanah.

2.3.2 Peranan Unsur Hara Kalium (K) Dalam Tanaman

Kalium merupakan unsur esensial bagi seluruh jasad hidup. Pada jaringan tanaman tinggi, kalium menyusun 1,7-2,7 % bahan kering daun nomal. Kebutuhan tanaman terhadap ion K+ tidak dapat di ganti secara lengkap oleh kation alkali lain, walaupun

sejumlah spesies tanaman pengaruh menguntungkan ion Na+ akan muncul jika

pasokan K terbatas. Tanpa kalium tanaman tidak mampu mencapai pertumbuhan dan hasil maksimal.

Beberapa fungsi kalium dalam tubuh tanaman antara lain: (a) Sebagai pengaktif beberapa enzim,

(b) Berhubungan dengan pengaturan air dan energi, (c) Berperan dalam sintesis protein dan pati,

(d) Pemindahan fotosintat.

Di dalam jaringan tanaman kalium tetap berbentuk ion K+. Tidak ditemukan

dalam bentuk senyawa organik. Kalium bersifat mobil (mudah bergerak) sehingga siap dipindahkan dari satu organ ke organ lain yang membutuhkan. Secara umum peran kalium berhubungan dengan proses metabolisme, seperti fotosintesis dan respirasi. Beberapa peran kalium yang perlu diketahui sebagai berikut:

- Translokasi (pemindahan) gula pada pembentukan pati dan protein. - Membantu proses membuka dan menutup stomata (mulut daun). - Efisiensi penggunaan air (ketahanan terhadap kekeringan).


(26)

- Memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga, dan buah tidak gampang rontok.

- Memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa generatif. Menambah rasa manis pada buah.

- Dibutuhkan oleh tanaman buah dan sayuran yang memproduksi karbohidrat dalam jumlah banyak, misalnya kentang.

Kebutuhan akan K ini sesungguhnya cukup tinggi dan dalam hal apabila kebutuhan akan K tidak tercukupi akan terjadi translokasi K dari bagian-bagian tanaman yang tua ke bagian yang muda. Berbeda dengan unsur-unsur N, S, dan P (terdapat dalam protein) tetapi kalium tidak terdapat dalam protein, protoplasma, selulosa, sehingga di duga bahwa K hanya bersifat sebagai katalisator. Terlepas dari kenyataan ini K mempunyai peranan penting dalam tanaman, yaitu dalam peristiwa-peristiwa fisiologis, misalnya sebagai berikut:

a. K berfungsi dalam metabolisme KH, berarti berperan dalam pembentukan pati, pemecahannya dan translokasi pati tersebut,

b. K berfungsi dalam metabolisme Nitrogen dan sintesa protein,

c. Dapat menetralisir asam-asam organik yang penting bagi proses fisiologi, d. Mengawasi dan mengatur berbagai aktifitas unsur mineral,

e. Mengaktifkan berbagai enzim (invertase, peptase, diatase, katalase), f. Mempercepat pertumbuhan jaringan meristimatik,

g. Mengatur pergerakan stomata dan hal yang berhubungan dengan air atau mempertahankan tugor tanaman yang dibutuhkan dalam proses fotosintesa dan proses-proses lain-nya agar dapat berlangsung dengan baik,

h. Menambah resistensi tanaman.


(27)

2.3.3 Defisiensi Unsur Hara Kalium (K) pada Tanaman

Defisiensi kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda, jadi agak berlainan dengan gejala-gejala karena defisiensi N dan P. Gejala yang terdapat pada daun terjadi secara setempat-setempat. Pada permulaannya tampak agak mengkerut dan kadang-kadang mengkilap, selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun, pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor, berwarna coklat sering pula bagian yang bebercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi, dan kemudian mati.

Gejala kekurangan kalium dapat ditunjukkan sebagai berikut: - Daun terlihat lebih tua.

- Batang dan cabang lemah dan mudah rebah.

- Muncul warna kuning di pinggir dan di ujung daun yang sudah tua, yang akhirnya mengering dan rontok.

- Daun mengerut (keriting) di mulai dari daun tua.

- Kematangan buah terhambat, ukuran buah menjadi lebih kecil, buah mudah rontok, warna buah tidak merata, dan tidak tahan di simpan lama. - Biji buah menjadi kisut.

Cara untuk mengatasi defisiensi unsur kalium ini yaitu dengan cara pemberian pupuk kalium pada tanaman. Berikan pupuk kalium sebanyak yang direkomendasikan oleh hasil analisis tanah atau analisis jaringan tanaman. Pupuk kalium hendaknya tidak diberikan sekaligus, tetapi pecah menjadi beberapa kali pemupukan selama musim tanam. Dalam pemupukan kalium, perhatikan jumlah kalium yang tersedia di dalam tanah (hasil analisis tanah).


(28)

2.4 Analisis Laboratorium dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

SSA merupakan alat instrumentasi yang paling banyak digunakan untuk mengukur kadar unsur-unsur. Bila suatu larutan analit diaspirasikan ke dalam nyala api maka akan terjadi suatu larutan berbentuk gas yang disebut plasma. Plasma ini berisi suatu partikel-partikel atom yang telah teratomisasi (telah direduksi menjadi atom-atomnya). Pada SSA, radiasi dari suatu sumber radiasi yang sesuai (lampu katoda cekung) dilewatkan ke dalam nyala api yang telah teratomisasi maka radiasi tersebut akan diabsorbsi oleh atom yang telah teratomisasi. Besarnya radiasi yang diabsorbsi diketahui dari selisih radiasi asal dengan radiasi yang diteruskan (yang tidak diabsorbsi). Konsentrasi unsur diperoleh berdasarkan besarnya radiasi yang diabsorbsi, sesuai dengan hukum beer, bahwa hubungan antara absorben dengan konsentrasi berbanding lurus atau linier. Untuk menentukan konsentrasi suatu unsur dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar untuk mendapatkan kurva kalibrasi. Analisis tanah tanaman yang pengukuran analitnya menggunakan SSA adalah analisis K, Na, Ca, Mg, Al, Fe, Cu, Zn, Mn dan beberapa logam-logam lainnya.

2.4.1 Prinsip Dasar

Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombng ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti lebih banyak memperoleh energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi.


(29)

2.4.2 Instrumentasi SSA

Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom dapat di lihat pada gambar berikut ini:

Sumber sinar Nyala Monokromator Detektor

Tempat Sampel

Gambar 2.4: Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom

1. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim di pakai adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri dari tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini di isi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah (10-15 torr). Neon biasanya lebih disukai karena memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih rendah.

2. Tempat sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan di analisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu dengan nyala dan dengan tanpa nyala.


(30)

Tabel 2.4: Temperatur nyala dengan berbagai gas pembakar

Gas Bakar Temperatur

Udara Dinitrogen Oksida

Asetilen 2400 3200

Hydrogen 2300 2900

Propana 2200 3000

Gas kota 2100 -

3. Monokromator

Pada SSA, monokromator dimaksud untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Misalnya untuk unsur kalium (K) di ukur pada panjang gelombang 766,5 nm, untuk unsur Natrium (Na) di ukur pada panjang gelombang 589,0 nm, untuk unsur kalsium (Ca) di ukur pada panjang gelombang 422,7 nm dan sebagainya. Disamping sistem optik, dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontiniu yang disebut chopper.

4. Detektor

Detektor biasanya digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton. Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi, yaitu:

(a) yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontiniu (b) yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi.

Pada cara pertama, output yang dihasilkan dari radiasi resonansi dan radiasi kontiniu disalurkan pada sistem galvanometer dan setiap perubahan yang disebabkan oleh radiasi resonan dan radiasi kontiniu yang dipisahkan. Dalam hal ini, sistem penguat harus cukup selektif untuk dapat membedakan radiasi. Cara terbaik adalah


(31)

dengan menggunakan detektor yang hanya peka terhadap radiasi resonan yang termodulasi.

5. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem pencatat hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbansi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu rekorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi.

2.4.3 Analisis Kuantitatif Dengan SSA

Untuk keperluan analisis kuantitatif dengan SSA, maka sampel harus dalam bentuk larutan. Untuk menyiapkan larutan, sampel harus diperlakukan sedemikian rupa yang pelaksanaannya tergantung dari macam dan jenis sampel. Yang penting untuk di ingat adalah bahwa larutan yang akan di analisis haruslah sangat encer.

Ada beberapa cara untuk melarutkan sampel, yaitu: a) Langsung dilarutkan dengan pelarut yang sesuai, b) Sampel dilarutkan dalam suatu asam,

c) Sampel dilarutkan dalam suatu basa atau di lebur dahulu dengan basa kemudian hasil leburan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.

Metode pelarutan apapun yang akan dipilih untuk dilakukan analisis dengan SSA, yang terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilkan harus jernih, stabil, dan tidak mengganggu zat-zat yang akan dianalisis.


(32)

BAB 3

METODOLOGI

3.1 Persiapan Sampel Tanah

3.1.1 Mengeringkan sampel tanah

Sampel tanah yang digunakan untuk lahan perkebunan kelapa sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan yang telah di terima diberi nomor laboratorium secara teratur, kemudian diserakkan di atas tampah bambu dengan tanah dan sisa-sisa tanaman serta akar-akar kasar yang dibuang. Tampah yang berisi tanah di susun secara teratur di atas rak pengering yang terbuat dari kayu di dalam ruang pengering. Lalu setiap hari tanah diremas-remas agar cepat kering. Setelah tanah kering dapat segera di tumbuk dan dihaluskan.

3.1.2 Menghaluskan sampel tanah

Sampel tanah yang sudah kering udara di tumbuk perlahan-lahan dengan menggunakan alu dan lumpang porselen. Tanah yang sudah di tumbuk sebagian di ayak dengan ayakan berukuran 2 mm dan dimasukkan ke dalam mangkuk plastik ukuran 100 ml, sebagian lagi di ayak dengan ayakan berukuran 0,5 mm dan dimasukkan ke dalam mangkuk plastik berukuran tertutup ukuran 30 ml. Tanah dalam mangkuk plastik dilengkapi dengan nomor laboratorium untuk selanjutnya dilakukan analisis. Sisa tanah dimasukkan kembali ke dalam tempatnya semula dilengkapi dengan label aslinya dan di catat nomor laboratorium, lalu di simpan di atas rak-rak penyimpanan agar apabila ada ulangan sampel tanah tersebut dapat digunakan lagi.


(33)

3.2.1 Penentuan kation

Alat-alat yang digunakan

a. Tabung perkolasi b. Rak tabung perkolasi c. Cawan porselen d. Labu ukur pyrex 50 ml e. Corong plastik

f. Kuas

Bahan-bahan

a. Pasir kwarsa p.a

b. Larutan CH3COONH4 1 N pH 7,0

c. Larutan alkohol 80 %

d. Kertas saring ukuran 100 mesh

Prosedur

a. Ditimbang 5 gram contoh kering udara < 2 mm, dimasukkan ke dalam cawan porselen dan di tambah 5 gram pasir kwarsa p.a di campur homogen.

b. Disediakan juga blanko contoh dan dilakukan penetapan kadar air contoh untuk mengoreksi berat kering 1050C.

c. Kedalam tabung perkolasi dimasukkan 2 lapis kertas saring dengan ukuran yang sesuai diameter tabung.

d. Lalu tabung perkolasi di susun di atas rak secara teratur. Pada ujung perkolasi bagian bawah di pasang pipa karet kecil yang dilengkapi dengan kran pengatur cepat/lambat aliran yang keluar.


(34)

e. Sampel tanah dimasukkan ke dalam tabung, dan ditambahkan 25 ml larutan amonium asetat 1 N pH 7,0, sebelumnya kran dalam keadaan tertutup dan dibiarkan semalam.

f. Keesokan harinya kran di buka. Perkolat di tampung dengan labu ukur 50 ml dan selanjutnya di tambah lagi 25 ml larutan amonium asetat 1 N ke dalam tabung.

g. Setelah tetesan larutan perkolat 1 habis, labu ukur di angkat dan dipenuhkan hingga garis tanda dengan amonium asetat 1 N dan larutan ini nantinya digunakan untuk penentuan kation.

h. Kemudian sampel yang ada dalam tabung perkolasi di tambah dengan 25 ml larutan alkohol 80 % untuk mencuci kalebihan amonium asetat, pencucian dilakukan 2 kali dan perkolat bekas cucian di tampung dan di buang.

i. Tanah yang telah di cuci dengan alkohol 80% selanjutnya digunakan untuk penentuan kapasitas tukar kation (KTK) tanah.

3.3 Cara kerja SSA

3.3.1 Cara penggunaan SSA

1. Isi buku pengendali pengunaan alat

2. Hidupkan kompresor udara, tekanan 70 psi dan blower

3. Buka gas acytilene (tekanan minimal 70 psi), tekanan ke SSA 10-15 psi. Ingat: gas di buka hanya sesaat akan dinyalakan

4. Periksa drainase trap harus berisi air dan tankidi isi air sekitar 1/3 dari volume 5. Power ON


(35)

7. Sesuaikan atau pilih panjang gelombang, slit (0,2 atau 0,7) dan high atau low 8. Tekan param entry, param entry hidup

8.1 LAMP CUR (0,5 MA)

--- (isikan, sesuai dengan continuous masing-masing lampu) 8.2 INT. TIME (0,5-60 sec)

--- (isikan 1, 2, atau 3 detik) 8.3 REPLICATION (1-99)

--- (isikan 1, 2, atau 3 detik)

8.4 CAL: NON LIN (1), LIN (2) ADD (3) --- (isikan pilih nomor berapa) 8.5 FLAME (1), PK AREA (2)

--- (isikan pilih nomor 1, 2, atau 3) 8.6 STD: 1. ---), 2. ---), 3. ---)

--- (isikan konsentrasi masing-masing standar nomor 1, 2 dan seterusnya)

8.7 RESLOPE (0,0001-99), salah satu dari nomor standar yang diinginkan 9. Tekan ENERGY. AA CTS: ……….. EN

9.1 Atur kecepatan

9.1.1 Panjang gelombang s/d CTS ………. max 9.1.2 Panjang lampu maju mundur s/d CTS ………. max 9.1.3 Posisikan lampu vertikal s/d CTS ……….. max 9.1.4 Posisi lampu horizontal s/d CTS ……… max 10. Tekan GAIN


(36)

12. Tekan DATA

12.1 Ukuran blanko sampel, tekan A/Z – 0,000 12.2 Calibrasi s. b. b

- Tekan konsentrasi STD 1, tekan Calib - Tekan konsentrasi STD 2, tekan Calib - Tekan konsentrasi STD 3, tekan Calib 13. Baca konsentrasi sampel s. b.b

Masukkan sampel, tekan READ, terbaca konsentrasi catat atau printer

3.3.2 Cara mematikan SSA

1. Aspirasi H2O beberapa menit

2. OFF-kan oxidant (nyala api mati)

3. Tekan “Param Entry” ketik 0 untuk Lamp Cur

4. Tutup gas acytiline. Bila menggunakan gas nitrous, maka gas nitrous terlebih dahulu dimatikan

5. Matikan kompresor udara

6. Buang gas yang tersisa pada tubing-tubing selang 7. Tutup tangki gas acytiline

8. Putar tombol oxidant pada posisi AIR sampai Fuel-0 9. Putar tombol oxidant pada posisi AIR sampai Oxidant-0 10. Matikan SSA dengan menekan OFF dan matikan blower


(37)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Konsentrasi dan aborbansi larutan standar dilampirkan pada halaman lampiran 2

Tabel 4.2 Kadar kalium sampel tanah dilampirkan pada halaman lampiran 2 Gambar 4.1 Kurva larutan standar kalium dilampirkan pada halaman lampiran 4 Contoh perhitungan masing-masing sampel dilampirkan pada halaman lampiran 3

4.2 Pembahasan

Dari hasil pengukuran analisa laboratorium dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), di peroleh kadar kalium (K) pada sampel tanah yaitu pada sampel No. Lab 1 adalah sebesar 0,09 me/100 g K, sampel No. Lab 2 adalah sebesar 0,12 me/100 g K, sampel No. Lab 3 adalah sebesar 0,09 me/100 g K, sampel No. Lab 4 adalah sebesar 0,09 me/100 g K, sampel No. Lab 5 adalah sebesar 0,09 me/100 g K dan pada sampel No. Lab 6 adalah sebesar 0,12 me/100 g K.

Dari hasil analisa tersebut kadar unsur hara kalium (K) pada sampel tanah di peroleh sangat rendah. Dimana kadar unsur hara kalium (K) normal yaitu 0,30-0,50 me/100 g K. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua tanah yang digunakan sebagai sampel mengalami kekurangan (defisiensi) unsur hara kalium (K). Hal ini dapat dimaklumi karena tanaman menyerap kalium (K) lebih banyak dari pada unsur lain,


(38)

kecuali nitrogen (N), sehingga kalium (K) sangat dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman pada masa pertumbuhan. Didalam tanah, kalium (K) di serap dalam bentuk ion K+, ion ini bersifat sangat dinamis (mobile). Tak mengherankan jika mudah

tercuci pada tanah berpasir dan tanah dengan pH rendah. Untuk mengatasi defisiensi unsur hara kalium (K) yaitu dengan cara pemberian pupuk kalium (K) kepada tanaman yang mengalami defisiensi unsur hara kalium (K). Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk tunggal misalnya K2O (pupuk yang hanya mengandung unsur kalium (K) saja) atau bisa juga berupa pupuk majemuk misalnya pupuk NPK (pupuk yang mengandung unsur-unsur yang lain selain kalium (K)), sesuai dengan kebutuhan.


(39)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa tanah yang digunakan untuk lahan perkebunan Kelapa Sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan adalah:

a. Nilai konsentrasi unsur hara kalium (K) tanah yang di peroleh pada hasil analisa yaitu:

• Sampel No. Lab 1 adalah sebesar 0,09 me/100 g K • Sampel No. Lab 2 adalah sebesar 0,12 me/100 g K • Sampel No. Lab 3 adalah sebesar 0,09 me/100 g K • Sampel No. Lab 4 adalah sebesar 0,09 me/100 g K • Sampel No. Lab 5 adalah sebesar 0,09 me/100 g K • Sampel No. Lab 6 adalah sebesar 0,12 me/100 g K

b. Berdasarkan kriteria penilaian sifat-sifat tanah atau unsur hara nilainya tergolong sangat rendah, dimana kadar normal unsur hara kalium (K) dalam tanah adalah 0,30-0,50 me/100 g K

5.2 Saran

Perendaman dan disertai pengadukan/pengocokan yang lebih lama perlu dipertimbangkan pada analisa ini agar hasil yang diperoleh lebih akurat.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, A.R, 2005, Prosedur Analisis Pengujian Kimia Tanah Laboratorium Tanah Dan Daun, Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Hakim, N, 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Cetakan Kesatu, Lampung: Penerbit

Universitas Lampung Press.

Hanafiah, K.A, 2005, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Cetakan Kesatu, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

http: // mbojo. wordpress. com / 2008 / 01 / 06 / tanah , di akses tanggal 30 April 2010.

http: // pupuk raja subur. blogspot. com / 2008 / 09 / what-is-unsur-hara-part-1.html, di akses tanggal 30 April 2010.

Indranada, K.H, 1989, Pengelolaan Kesuburan Tanah, Cetakan Kesatu, Jakarta: Penerbit Bina Aksara.

Islami, T, 1995, Hubungan Tanah, Air, Dan Tanaman, Cetakan Kesatu, Semarang: IKIP Semarang Press.

Masud, P, 1992, Telaah Kesuburan Tanah, Cetakan Kesatu, Bandung: Penerbit Angkasa Bandung.

Mukhlis, 2007, Analisis Tanah Tanaman, Cetakan Kesatu, Medan: Penerbit USU Press.

Novizan, 2001, Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Cetakan Kesatu, Jakarta: Penerbit Agro Media Pusaka.

Sutedjo, M.M, 1987, Pupuk Dan Cara Pemupukan, Cetakan kesatu, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.


(41)

Lampiran 1

Kriteria Penilaian Sifat-Sifat Tanah

Sifat tanah Satuan Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi

C (Karbon) % < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 > 5,00 N (Nitrogen) % < 0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 > 0,75

C/N - < 5 6-10 11-15 16-25 > 25

P2O5 Total % < 0,03 0,03-0,06 0,06-0,079 0,08-0,10 > 0,10 P2O5

Eks-HCl % < 0,021 0,021-0,039 0,040-0,060 0,061-0,100 > 0,100

P-avl Bray II ppm < 8,0 8,0-15 16-25 26-35 > 35

P-avl Truog ppm < 20 20-39 40-60 61-80 > 80

P-avl Olsen ppm < 10 11-25 26-45 46-60 > 60

K2O eks-HCl % < 0,03 0,03-0,06 0,07-0,11 0,12-0,20 > 0,20 CaO eks-HCl % < 0,05 0,05-0,09 0,10-0,20 0,21-0,30 > 0,30 MgO

eks-HCl % < 0,05 0,05-0,09 0,10-0,20 0,21-0,30 > 0,30

MnO

eks-HCl % < 0,05 0,05-0,09 0,10-0,20 0,21-0,30 > 0,30

K-tukar me/100 < 0,10 0,10-0,20 0,30-0,50 0,60-1,00 > 1,00 Na-tukar me/100 < 0,10 0,10-0,30 0,40-0,70 0,80-1,00 > 1,00 Ca-tukar me/100 < 0,20 2,0-5,0 6,0-10,0 11,0-20,0 > 20 Mg-tukar me/100 < 0,40 0,40-1,00 1,10-2,00 2,10-8,00 > 8,00

KTK (CEC) me/100 < 5 6-16 17-24 25-40 > 40

KB (BS) % < 20 20-35 36-50 51-70 > 70

Kej. Al % < 10 11-20 21-30 31-60 > 60

EC (Nedeco) mmhos/cm - - 2,5 2,6-10 > 10


(42)

Lampiran 2

Tabel 4.1 Konsentrasi dan aborbansi larutan standar

Larutan standar

kalium Conc

Abs

Blanko 0.000 0.0000

Standar 1 0.500 0.0315

Standar 2 1.000 0.0813

Standar 3 2.000 0.2001

Standar 4 3.000 0.3113

Standar 5 4.000 0.4063

Keterangan :

• Conc : konsentrasi larutan standar (ppm) • Abs : Absorbansi larutan standar

Tabel 4.2 Kadar kalium sampel tanah

No.

lab B.C Cs

K (me/100 g)

Bl 0.00 0.0000 0.00

1 3.43 4.8290 0.09

2 4.50 4.7930 0.12

3 3.58 4.9427 0.09

4 3.48 4.7320 0.09

5 3.47 4.9203 0.09

6 4.65 4.8272 0.12

Keterangan :

• B.C : Berat contoh tanah kering (g) • Cs : Konsentrasi sampel tanah


(43)

Lampiran 3

Perhitungan kadar kalium sampel tanah

me/100 g K =

Sampel Lab. No 1

=

=

= 0,09 me/100 g K

Sampel Lab. No 2

=

=

= 0,12 me/100 g K

Sampel Lab. No 3

=

=


(44)

Sampel Lab. No 4

=

=

= 0,09 me/100 g K

Sampel Lab. No 5

=

=

= 0,09 me/100 g K

Sampel Lab. No 6

=

=


(1)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa tanah yang digunakan untuk lahan perkebunan Kelapa Sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan adalah:

a. Nilai konsentrasi unsur hara kalium (K) tanah yang di peroleh pada hasil analisa yaitu:

• Sampel No. Lab 1 adalah sebesar 0,09 me/100 g K • Sampel No. Lab 2 adalah sebesar 0,12 me/100 g K • Sampel No. Lab 3 adalah sebesar 0,09 me/100 g K • Sampel No. Lab 4 adalah sebesar 0,09 me/100 g K • Sampel No. Lab 5 adalah sebesar 0,09 me/100 g K • Sampel No. Lab 6 adalah sebesar 0,12 me/100 g K

b. Berdasarkan kriteria penilaian sifat-sifat tanah atau unsur hara nilainya tergolong sangat rendah, dimana kadar normal unsur hara kalium (K) dalam tanah adalah 0,30-0,50 me/100 g K

5.2 Saran

Perendaman dan disertai pengadukan/pengocokan yang lebih lama perlu dipertimbangkan pada analisa ini agar hasil yang diperoleh lebih akurat.


(2)

Baharuddin, A.R, 2005, Prosedur Analisis Pengujian Kimia Tanah Laboratorium Tanah Dan Daun, Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Hakim, N, 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Cetakan Kesatu, Lampung: Penerbit

Universitas Lampung Press.

Hanafiah, K.A, 2005, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Cetakan Kesatu, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

http: // mbojo. wordpress. com / 2008 / 01 / 06 / tanah , di akses tanggal 30 April 2010.

http: // pupuk raja subur. blogspot. com / 2008 / 09 / what-is-unsur-hara-part-1.html, di akses tanggal 30 April 2010.

Indranada, K.H, 1989, Pengelolaan Kesuburan Tanah, Cetakan Kesatu, Jakarta: Penerbit Bina Aksara.

Islami, T, 1995, Hubungan Tanah, Air, Dan Tanaman, Cetakan Kesatu, Semarang: IKIP Semarang Press.

Masud, P, 1992, Telaah Kesuburan Tanah, Cetakan Kesatu, Bandung: Penerbit Angkasa Bandung.

Mukhlis, 2007, Analisis Tanah Tanaman, Cetakan Kesatu, Medan: Penerbit USU Press.

Novizan, 2001, Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Cetakan Kesatu, Jakarta: Penerbit Agro Media Pusaka.

Sutedjo, M.M, 1987, Pupuk Dan Cara Pemupukan, Cetakan kesatu, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.


(3)

Lampiran 1

Kriteria Penilaian Sifat-Sifat Tanah

Sifat tanah Satuan Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi

C (Karbon) % < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 > 5,00

N (Nitrogen) % < 0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 > 0,75

C/N - < 5 6-10 11-15 16-25 > 25

P2O5 Total % < 0,03 0,03-0,06 0,06-0,079 0,08-0,10 > 0,10

P2O5

Eks-HCl % < 0,021 0,021-0,039 0,040-0,060 0,061-0,100 > 0,100

P-avl Bray II ppm < 8,0 8,0-15 16-25 26-35 > 35

P-avl Truog ppm < 20 20-39 40-60 61-80 > 80

P-avl Olsen ppm < 10 11-25 26-45 46-60 > 60

K2O eks-HCl % < 0,03 0,03-0,06 0,07-0,11 0,12-0,20 > 0,20

CaO eks-HCl % < 0,05 0,05-0,09 0,10-0,20 0,21-0,30 > 0,30

MgO

eks-HCl % < 0,05 0,05-0,09 0,10-0,20 0,21-0,30 > 0,30

MnO

eks-HCl % < 0,05 0,05-0,09 0,10-0,20 0,21-0,30 > 0,30

K-tukar me/100 < 0,10 0,10-0,20 0,30-0,50 0,60-1,00 > 1,00

Na-tukar me/100 < 0,10 0,10-0,30 0,40-0,70 0,80-1,00 > 1,00

Ca-tukar me/100 < 0,20 2,0-5,0 6,0-10,0 11,0-20,0 > 20

Mg-tukar me/100 < 0,40 0,40-1,00 1,10-2,00 2,10-8,00 > 8,00

KTK (CEC) me/100 < 5 6-16 17-24 25-40 > 40

KB (BS) % < 20 20-35 36-50 51-70 > 70

Kej. Al % < 10 11-20 21-30 31-60 > 60

EC (Nedeco) mmhos/cm - - 2,5 2,6-10 > 10


(4)

Tabel 4.1 Konsentrasi dan aborbansi larutan standar

Larutan standar

kalium Conc

Abs

Blanko 0.000 0.0000

Standar 1 0.500 0.0315

Standar 2 1.000 0.0813

Standar 3 2.000 0.2001

Standar 4 3.000 0.3113

Standar 5 4.000 0.4063

Keterangan :

• Conc : konsentrasi larutan standar (ppm) • Abs : Absorbansi larutan standar Tabel 4.2 Kadar kalium sampel tanah

No.

lab B.C Cs

K (me/100 g)

Bl 0.00 0.0000 0.00

1 3.43 4.8290 0.09

2 4.50 4.7930 0.12

3 3.58 4.9427 0.09

4 3.48 4.7320 0.09

5 3.47 4.9203 0.09

6 4.65 4.8272 0.12

Keterangan :

• B.C : Berat contoh tanah kering (g) •


(5)

Lampiran 3

Perhitungan kadar kalium sampel tanah

me/100 g K =

Sampel Lab. No 1

=

=

= 0,09 me/100 g K

Sampel Lab. No 2

=

=

= 0,12 me/100 g K

Sampel Lab. No 3

=

=


(6)

=

=

= 0,09 me/100 g K

Sampel Lab. No 5

=

=

= 0,09 me/100 g K

Sampel Lab. No 6

=

=