Pengujian Tensile Tensile Test

permukaan material uji tersebut. Angka kekerasan Vickers HV didefinisikan sebagai hasil bagi koefisien dari beban uji F dalam Newton yang dikalikan dengan angka faktor 0,102 dan luas permukaan bekas luka tekan injakan bola baja A dalam milimeter persegi.

2.5.2.3 Metode Rockwell

Skala yang umum dipakai dalam pengujian Rockwell adalah : - HRa Untuk material dengan kekerasan sedang. - HRb Untuk material yang lunak. - HRc Untuk material yang sangat keras.

2.5.2.4 Metode Micro Hardness

Pada pengujian ini identornya menggunakan intan kasar yang di bentuk menjadi piramida. Bentuk lekukan intan tersebut adalah perbandingan diagonal panjang dan pendek dengan skala 7:1. Pengujian ini untuk menguji suatu material adalah dengan menggunakan beban statis. Bentuk identor yang khusus berupa knoop memberikan kemungkinan membuat kekuatan yang lebih rapat di bandingkan dengan lekukan Vickers. Hal ini sangat berguna khususnya bila mengukur kekerasan lapisan tipis atau mengukur kekerasan bahan getas dimana kecenderungan menjadi patah sebanding dengan volume bahan yang ditegangkan.

2.5.2 Pengujian Tensile Tensile Test

Uji tarik termasuk dalam pengujian bahan yang paling mendasar. Pengujiannya sangat sederhana, tidak mahal dan sudah memiliki standarisasi di Universitas Sumatera Utara seluruh dunia Amerika ASTM E8-04 dan Jepang JIS 2241. Dengan melakukan uji tarik suatu bahan,maka akan diketahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap energi tarikan dan sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman grip yang kuat dan kekakuan yang tinggi highly stiffness. Alat uji tarik dapat dilihat pada gambar 2.6. Gambar 2.6 Mesin uji tarik Tensile Test Bila gaya tarik terus diberikan kepada suatu bahan logam sampai putus, maka akan didapatkan profil tarikan yang lengkap berupa kurva seperti digambarkan pada Gambar 2.7 Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang memakai bahan tersebut dan dapat dilihat pada gambar 2.7 standar ASTM E 8-04 untuk sheet-type. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.7 Kurva pengujian tarik www.infometrik.com Hal paling penting dalam pengujian tarik adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut “Ultimate Tensile Strength” disingkat dengan UTS, atau Tegangan Tarik Maksimum. Detail profil uji tarik dan sifat mekanik logam adalah sebagai berikut : Untuk keperluan analisa teknik pada umumnya, data yang didapatkan dari uji tarik dapat di generalisasi seperti pada Gambar 2.8 berikut: Gambar.2.8 Profil data hasil uji tarik www.infometrik.com Universitas Sumatera Utara Analisa uji tarik dimulai dari titik O sampai D sesuai dengan arah panah dalam gambar. Keterangannya adalah sebagai berikut: − Batas elastic σ E elastic limit Dalam Gambar.2.8 dinyatakan dengan titik A. Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik A, kemudian bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula tepatnya hampir kembali ke kondisi semula yaitu regangan “nol” pada titik O lihat inset dalam Gambar.2.8. Tetapi bila beban ditarik sampai melewati titik A, hukum Hooke tidak lagi berlaku dan terdapat perubahan permanen dari bahan. Terdapat konvensi batas regangan permamen permanent strain sehingga masih disebut perubahan elastis yaitu kurang dari 0.02, tetapi sebagian referensi menyebutkan 0.005 .Tidak ada standarisasi yang universal mengenai nilai ini. − Batas proporsional σ p proportional limit Titik sampai dimana penerapan hukum Hooke masih bisa ditolerir.Tidak ada standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas elastis. − Deformasi plastis plastic deformation Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula.Pada Gambar.2.8 yaitu bila bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing. − Tegangan luluh atas σ uy upper yield stress Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi elastis ke plastis. − Tegangan luluh bawah σ ly lower yield stress Universitas Sumatera Utara Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis.Bila hanya disebutkan tegangan luluh yield stress, maka yang dimaksud adalah tegangan ini. − Regangan luluh ε y yield strain Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis. − Regangan elastis ε e elastic strain Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi semula. − Regangan plastis ε p plastic strain Regangan yang diakibatkan perubahan plastis.Pada saat beban dilepaskan regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan. − Regangan total total strain Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, ε T = ε e +ε p . Perhatikan beban dengan arah OABE.Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total.Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal OE adalah regangan plastis. − Tegangan tarik maksimum TTM UTS, ultimate tensile strength Pada Gambar 2.8 ditunjukkan dengan titik C σ β, merupakan besar tegangan maksimum yang didapatkan dalam uji tarik. − Kekuatan patah breaking strength Pada Gambar 2.8 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan dimana bahan yang diuji putus atau patah. Universitas Sumatera Utara Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Tegangan yang terjadi adalah beban yang terjadi dibagi luas penampang bahan dan regangan adalah pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan. Berikut ini adalah table 2.3 sifat mekanis pada Tension dari bahan jenis logam paduan. Tabel 2.3.Sifat mekanis Pada Tension bahan untuk jenis logam paduan. Material Yield Strength Tensile Strength Mpa ksi Mpa ksi Metal Alloys b Molybdenum 565 82 655 95 Titanium 450 65 520 75 Steel 1020 180 26 380 55 Nickel 138 20 480 70 Iron 130 19 262 38 Brass 70 Cu - 30 Zn 75 11 300 44 Copper 69 10 200 29 Aluminium 35 5 90 13

2.6 Mikrostruktur Metallography Test

Struktur mikro merupakan butiran – butiran suatu benda logam yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga perlu menggunakan mikroskop optik atau mikroskop elektron untuk pemeriksaan Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Variasi Suhu dan Waktu Pengempaan terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Ketahanan Rayap Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit Dengan Perekat Phenol Formaldehida

2 59 69

Pengaruh Suhu dan Waktu Pengempaan Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Urea Formaldehida

1 64 71

Pengaruh Suhu dan Waktu Pengempaan terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Isosianat

5 59 68

Sifat Fisis Mekanis Balok Laminasi dari Batang Kelapa (Cocos nucifera L.) dan Kayu Kemiri (Aleurites moluccana Wild.)

0 34 71

Sifat Fisis Mekanis Papan Gipsum dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan Perlakuan Perendaman dan Variasi Kadar Gipsum

1 61 84

Corrective Maintenance Bantalan Luncur Lori Pabrik Kelapa Sawit Dengan Kapasitas Angkut 2,5 Ton TBS Menggunakan Analisa Kegagalan

17 114 75

PERBAIKAN SIFAT MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CROM DAN TEMBAGA

0 3 8

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBON RENDAH DENGAN PERLAKUAN CARBURIZING ARANG TEMPURUNG KELAPA Sifat Fisis dan Mekanis Baja Karbon Rendah dengan Perlakuan Carburizing Arang Tempurung Kelapa.

0 3 18

PENDAHULUAN Analisis Sifat Fisis Dan Mekanis Pada Paduan Aluminium Silikon (Al-Si) Dan Tembaga (Cu) Dengan Perbandingan Velg Sprint.

0 0 7

this PDF file Analisa Sifat Mekanik Bahan Paduan TembagaSeng Sebagai Alternatif Pengganti Bantalan Gelinding pada Lori Pengangkut Buah Sawit | Hardianto S. | Jurnal Teknik Mesin MES05070205

0 0 8