Hasil Uji Metalografi Metallography Test Pengukuran Diameter Butir

Gamabar 4.1 Grafik Hubungan Temperatur ºC dengan Kekerana BHN Kekerasan spesimen awal sebesar 46.5, setelah proses perlakuan thermomekanikal Pada suhu 400 o C kekerasan 69.1 BHN meningkat menjadi 72,2 BHN dan menurun kekerasan mencapai 68.2 pada deformasi 605. Kemudian pada suhu 450 o C dan pada suhu 950 o C kekerasan turun menjadi 64,34 BHN, karena pada suhu 950 o C mendekati titik cair sehingga kekerasan menurun. Pada deformasi 20 kekerasan semakin menurun 59.84 BHN dengan suhu 750 o C sedangkan dan pada suhu 950 o C dengan deformasi 60 kekerasan 60,52 BHN. Pada deformasi 40 kekerasan cendrung naik 72.2 BHN sampai 74.3 BHN dan turun pada suhu 750 o C kekerasan menjai 68.2 BHN.

4.1.2 Hasil Uji Metalografi Metallography Test

Pengujian metalografi dilakukan untuk melihat mikrostruktur yang ada dipermukaan spesimen. Pengujian ini menggunakan Reflected Metallurgical 10 20 30 40 50 60 70 80 150 300 450 600 750 900 1050 K ek er a sa n B H N Temperatur ºC 20 30 40 50 60 Temperatur rekristalisasi Pengerjaan panas Universitas Sumatera Utara Microscope dengan type Rax Vision No.545491, MM-10A,230V-50Hz. Pengujian mikrostruktur ini dilakukan untuk Tembaga. Pada penelitian ini etsa igunakan mempunyai komposisi kimia sebagai berikut: 1. 5 gram FeCl3 2. 2 ml HCL 3. 98 ml etalalcohol Hasil foto mikro seperti diperlihatkan pada gambar 4.2 berikut. Gambar 4.2 Perbesaran 200x spesimen Tembaga pada temperature 750 o C Gambar 4.2 mikrostruktur pembesaran 200x pada temperature 750 o C.

4.1.3 Pengukuran Diameter Butir

Pengukuran diameter butir berdasarkan metode planimetri 200 µm 200 µm 200 µm Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3 Perhitungan diameter butir N A = f � ������ + � ����������� 2 = 8 15 + 8 2 N A = 152 Dimana : N inside = butiran dalam lingkaran N intercepted = butiran bersinggungan lingkaran Hasil perhitungan diameter ukuran butiran dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Hasil pengukuran butiran spesimen awal Suhu ºC Derajat Deformasi f Pembesaran N insede N intercapted Diameter Butir µm Na Diameter Butir rata-rata μm temperatur kamar 35 o C Spesimen awal 200 9 6 205,81 24 208,3 200 7 7 217,04 21 200 9 7 202,06 25 Tabel 4.4 Pengukuran butiran setelah proses termomekanikal Suhu ºC Deformasi N inside N intercepted f Na Diameter Butir µm Diameter Butir rata- rata µm Std Deviasi 400 o C 20 13 10 8 144 84,63 81,04 4,95 14 9 8 148 83,1 18 8 8 176 75,39 30 13 7 8 135 86,9 79,8 7,71 20 10 8 200 71,58 16 7 8 156 80,86 40 20 11 8 204 70,8 70,6 0,90 21 11 8 212 69,7 21 10 8 200 71,5 Suhu ºC Deformasi N inside N intercepted f Na Diameter Butir µm Diameter Butir rata- rata µm Std Deviasi 400 o C 50 23 10 8 224 67,48 71,89 3,82 18 10 8 184 74,1 17 12 8 184 74,1 60 14 8 8 144 84,63 81,75 2,54 16 7 8 156 80,86 16 8 8 160 79,78 450 o C 20 19 10 8 192 72,75 77,16 6,50 18 10 8 184 74,1 14 8 8 144 84,63 30 18 11 8 188 73,38 74,9 7,54 15 7 8 148 83,1 23 9 8 220 68,24 40 19 10 8 192 72,75 69 4,87 20 11 8 204 70,8 25 12 8 248 63,5 Universitas Sumatera Utara 50 20 10 8 200 71,58 69,8 3,77 24 11 8 236 65,51 19 11 8 196 72,44 60 13 7 8 135 86,9 79,8 7,71 20 10 8 200 71,58 16 7 8 156 80,86 Suhu ºC Deformasi N inside N intercepted f Na Diameter Butir µm Diameter Butir rata- rata µm Std Deviasi 750 o C 20 17 7 8 164 80,67 93,24 11,1 14 4 8 128 97,37 8 6 8 88 101,7 30 19 10 8 192 72,75 79,75 7,44 17 7 8 168 78,93 13 7 8 132 87,57 40 14 8 8 144 84,63 82,49 1,93 15 8 8 152 82 16 7 8 156 80,86 50 6 4 8 64 128,1 120,1 19,9 11 5 8 108 97,38 5 4 8 56 134,8 60 13 9 8 140 85,4 91,4 5,95 13 6 8 128 97,3 11 8 8 120 91,6 800 o C 20 7 5 8 76 116,4 110,9 4,99 7 8 8 88 106,6 8 5 8 84 109,8 30 11 9 8 124 89,8 95,72 12,2 7 7 8 84 109,8 13 7 8 132 87,57 40 13 10 8 144 84,63 81,04 4,95 14 9 8 148 83,1 18 8 8 176 75,39 Universitas Sumatera Utara Suhu ºC Deformasi N inside N intercepted f Na Diameter Butir µm Diameter Butir rata- rata µm Std Deviasi 800 o C 50 8 7 8 92 93,73 99,9 6,64 13 6 8 128 97,3 9 4 8 88 106,6 60 7 6 8 72 119,1 105,5 12,1 13 6 8 128 97,3 9 8 8 104 99,1 850 o C 20 14 6 8 136 93,99 101,4 10,08 10 7 8 108 97,38 8 4 8 80 112,9 30 13 9 8 140 85,48 88,97 11,3 9 4 8 88 101,7 15 10 8 160 79,78 40 18 10 8 184 74,1 73,65 0,77 17 12 8 184 74,1 19 10 8 192 72,75 50 12 8 8 128 97,3 84,4 11,4 18 9 8 180 75,3 14 11 8 156 80,8 60 7 5 8 108 97,38 103 8,57 12 7 8 124 98,8 7 6 8 80 112,9 Suhu ºC Deformasi N inside N intercepted f Na Diameter Butir µm Diameter Butir rata- rata µm Deviasi 900 ºC 20 7 5 8 108 97,38 103 8,57 12 7 8 124 98,8 7 6 8 80 112,9 30 13 7 8 132 87,57 83,48 3,90 15 7 8 148 83,1 16 8 8 160 79,78 40 24 12 8 240 64,8 73,5 7,75 17 9 8 172 76 15 10 8 160 79,7 50 15 8 8 152 82 80,16 4,17 18 8 8 176 75,39 15 7 8 148 83,1 Universitas Sumatera Utara Suhu ºC Deformasi N inside N intercepted f Na Diameter Butir µm Diameter Butir rata- rata µm Deviasi 950 ºC 40 12 8 8 128 97,3 84,4 11,44 18 9 8 180 75,3 14 11 8 156 80,8 50 13 7 8 135 86,9 84,67 10,35 18 11 8 188 73,38 9 5 8 92 93,73 60 8 6 8 88 106,6 106,2 0,63 10 4 8 96 105,5 9 4 8 88 106,6 Gambar 4.4 Grafik hubungan temperature dengan diameter butir µ m 20 40 60 80 100 120 140 150 300 450 600 750 900 1050 D ia m et er u ti r µ m Temperatur ºC 20 30 40 50 60 pengerjaan panas Temperatur rekristalisasi 60 8 7 8 92 93,73 102,18 14,64 7 4 8 72 119,1 9 5 8 92 93,73 950 ºC 20 4 5 8 52 140,2 115,8 28,41 15 6 8 144 84,63 6 5 8 68 122,7 30 13 8 8 120 91,67 88,98 3,17 14 7 8 140 85,48 12 7 8 124 89,8 Universitas Sumatera Utara Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada deformasi 50 diameter butir naik 120.1 µm pada suhu 750 o C dan pada suhu 400 o C diameter butir turun menjadi 71.89 µm sehingga pada suhu 950 o C naik 84.67µm pada deformasi 50. Dimana diameter butir pada spesimen awal 208.3 µm.

4.1.3 Hasil Pengujian Tarik

Dokumen yang terkait

Variasi Suhu dan Waktu Pengempaan terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Ketahanan Rayap Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit Dengan Perekat Phenol Formaldehida

2 59 69

Pengaruh Suhu dan Waktu Pengempaan Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Urea Formaldehida

1 64 71

Pengaruh Suhu dan Waktu Pengempaan terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Isosianat

5 59 68

Sifat Fisis Mekanis Balok Laminasi dari Batang Kelapa (Cocos nucifera L.) dan Kayu Kemiri (Aleurites moluccana Wild.)

0 34 71

Sifat Fisis Mekanis Papan Gipsum dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan Perlakuan Perendaman dan Variasi Kadar Gipsum

1 61 84

Corrective Maintenance Bantalan Luncur Lori Pabrik Kelapa Sawit Dengan Kapasitas Angkut 2,5 Ton TBS Menggunakan Analisa Kegagalan

17 114 75

PERBAIKAN SIFAT MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CROM DAN TEMBAGA

0 3 8

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBON RENDAH DENGAN PERLAKUAN CARBURIZING ARANG TEMPURUNG KELAPA Sifat Fisis dan Mekanis Baja Karbon Rendah dengan Perlakuan Carburizing Arang Tempurung Kelapa.

0 3 18

PENDAHULUAN Analisis Sifat Fisis Dan Mekanis Pada Paduan Aluminium Silikon (Al-Si) Dan Tembaga (Cu) Dengan Perbandingan Velg Sprint.

0 0 7

this PDF file Analisa Sifat Mekanik Bahan Paduan TembagaSeng Sebagai Alternatif Pengganti Bantalan Gelinding pada Lori Pengangkut Buah Sawit | Hardianto S. | Jurnal Teknik Mesin MES05070205

0 0 8