Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

(1)

i

SMP NUSANTARA PLUS CIPUTAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd.I)

Oleh

FAIQOTUL HIKMAH

NIM: 109011000086

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M / 1436 H


(2)

ii Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

FAIQOTUL HIKMAH

NIM: 109011000086

Dosen Pembimbing:

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M / 1436 H


(3)

iii Jurusan : Pendidikan Agama Islam Angkatan Tahun : 2009/2010

Alamat :Desa Bulungan Rt 06 Rw 03 Kec. Tayu Kab. Pati, Jawa Tengah, 59155

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama : Yudhi Munadi, M.Ag NIP : 19701203 199803 1 003 Dosen Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila pernyataan skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 28 Maret 2015 Menyatakan,


(4)

iv

Ciputat disusun oleh Faiqotul Hikmah, NIM. 109011000086 Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 28 Maret 2015

Yang Mengesahkan,


(5)

v

Jurusan Pendidikan Agama Islam, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munasaqah pada tanggal 07 April 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.


(6)

vi

Mengembangkan Kreativitas Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat.

Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pembimbing: Yudhi Munadi, M.Ag.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya Guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kreativitas siswa. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2015 sampai bulan Maret 2015 di SMP Nusantara Plus.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi langsung pada proses pembelajaran PAI, wawancara dengan Guru PAI, Kepala Sekolah dan beberapa siswa-siswi serta dokumentasi-dokumentasi. Adapun untuk menulis data digunakan metode deskriptif kualitatif, yakni uraiannya dijelaskan pada kejadian-kejadian yang tampak.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa guru membuat rencana pembelajaran berupa silabus, RPP dan menggunakan metode, strategi serta media yang relevan guna mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran PAI. Kreativitas siswa dapat berkembang dalam pembelajaran PAI dengan cara menggunakan metode, strategi serta media yang relevan dengan materi yang diajarkan.


(7)

(8)

viii

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas. Shalawat dan Salam senantiasa menyelimuti baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga, sahabat, dan pengikut sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi yang berjudul Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun berkat kerja keras, doa dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr.H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Marhamah, Lc, MA., Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Yudhi Munadi, M.Ag., Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam membagi waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan bimbingan, petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses mengerjakan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.


(9)

ix

7. Seluruh dewan guru SMP Nusantara Plus khususnya guru Pendidikan Agama Islam Asep Edy Sudrajat, S.Pd, Drs. Syaefudin, dan Amir Hamzah, SHI yang telah besedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai penulis.

8. Siswa-siswi kelas VIII SMP Nusantara Plus yang telah bersedia sebagai subyek dalam Penelitian.

9. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan fasilitas berupa kemudahan dalam meminjam buku.

10.Kedua orang tua tercinta H. Chozin Husain dan Hj. Mugiati Daiman, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan dukungan secara moril dan materiil, yang selalu mencurahkan cinta dan kasih sayang serta memberikan semangat yang bertubi-tubi. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis.

11.Pengasuh Pesantren Darus-sunnah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA,. dan Hj. Ulfah Uswatun Hasanah yang selalu memberikan dorongan, motivasi dan doa kepada penulis.

12.Keluarga besarku Sri Wahyuni dan Nur Rofiq, Anis Rasyidah dan Abdul

Khaliq, Rif’an Zainuddin dan Nuriyatul Khamsah, Zainal Muttaqin dan Alvi Alvavi Maknuna, Nur Istiqomah dan Abdul Kholiq, yang telah banyak memberikan dorongan, kasih sayang, semangat dan bantuan baik secara moril maupun materiil demi lancarnya penyusunan skripsi ini.

13.Keponakan-keponakan tersayang Evi Mauidlatus Salihah, Muhammad Agus Jauhari, Nurul Jauzak, Muhammad Kafa Billah, Muhammad Arjun Naja, Atika Ajibah dan Uzma.

14.Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2009, kelas PAI-C dan Fiqih-C. Terimakasih atas kebersamaannya, dukungan, bantuan


(10)

x bantuan dan motivasi.

16.Sahabat-sahabat terbaikku Reni Kurniawati, Nurul Hasanah dan Izza Farhatin Ilmi. Terimakasih atas doa, dukungan, bantuan yang selama ini yang kalian berikan.

17.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan yang sangat bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali Jazakumullah Ahsanal Jazaa” semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT.

Penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca demi memperbaiki karya tulis ini, semoga dapat membawa manfaat bagi para pengkaji/pembaca dan bagi penulis sendiri. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Jakarta, 28 Maret 2015


(11)

xi

HALAMAN SAMPUL ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Guru Agama Islam ... 9

1. Pengertian Guru Agama Agama Islam ... 9

a. Pengertian Guru Agama Agama Islam ... 9

b. Persyaratan Guru Agama Agama Islam ... 10

c. Tugas Guru Agama Agama Islam ... 12

d. Fungsi Guru Agama Agama Islam ... 16

e. Peranan Guru Agama Agama Islam ... 17


(12)

xii

d. Fase Berkreativitas Belajar ... 22

e. Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas ... 25

3. Pengertian Pendidikan Agama Islam di SMP ... 28

a. Tujuan Pendidikan Agama islam di SMP ... 28

b. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam di SMP .... 28

4. Penelitian Yang Relevan ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ... 31

B. Metode Penelitian ... 32

C. Sumber Data ... 34

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 35

E. Pengecekan Keabsahan Data ... 37

F. Teknik Analisis Data... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Nusantara Plus ... 40

1. Sejarah Singkat SMP Nusantara Plus ... 40

2. Visi, Misi, Kurikulum dan Alokasi Jam Belajar ... 41

3. Sarana dan Prasarana ... 42

5. Data Guru SMP dan Siswa SMP Nusantara Plus ... 44

B. Deskripsi Data ... 48

1. Data dan Sumber Data ... 48

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 49

1. Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa 50 a. Perencanaan ... 50


(13)

xiii

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara. Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi telah berkembang demikian pesatnya. Seluruh umat manusia di belahan bumi manapun, termasuk masyarakat Indonesia sedikit banyaknya telah menikmati buah karya ilmu pengetahuan dan teknologi .1

Perkembangan teknologi dan informasi pada saat ini tidak dipungkiri merupakan buah dari berpikir manusia. Manusia yang diberi akal, budi, dan karsa menciptakan perubahan-perubahan terhadap pengetahuan yang ada dan mengimplementasikannya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Namun kenyataannya tidak semua orang memanfaatkan atau menggunakan bahkan tidak mengetahui kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki. Jadi hanya orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan berpikir kreatif dan professional yang dapat mengembangkan proses pemikiran kreatifnya untuk menghasilkan

1

Yeni Rachmawati, Srategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. I, h. 2.


(15)

sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak seperti perkembangan teknologi dan informasi yang dapat memecahkan permasalahan yang ada. Hal ini sesuai firman Allah dalam surah ar-Ra’d ayat 11:







Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. Ar Ra’d: 11)

Jadi kemampuan berpikir kreatif manusia juga didorong keinginan untuk hidup yang lebih baik dan sejahtera di tengah kondisi lingkungan yang semakin terbatas. Sumber daya alam yang semakin berkurang, jumlah penduduk yang semakin bertambah dan kompleksitas masalah sosial merupakan tantangan untuk lebih kreatif menyiasatinya.

Pada dasarnya ilmu pengetahuan, seni dan teknologi akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan manusia itu sendiri. Manusialah yang membuat majunya sebuah peradaban. Dengan potensi yang diberikan Tuhan, manusia terus mengembangkan diri dan membangun peradabannya. Melalui ilmu pengetahuan manusia dapat memperbaiki kekurangannya dan menciptakan hal-hal yang baru yang berdaya guna dalam kehidupan masyarakat. Tanpa dibarengi dengan rasa keingintahuan yang tinggi, keinginan utuk selalu maju dan meningkatkan diri, jiwa pencari pengetahuan yang besar serta ide original yang tiba-tiba muncul yang semata-mata pemberian dari Tuhan, manusia tidak akan mencapai perkembangan sepesat ini. 2

Dalam proses hidup, manusia selalu berpikir dan senantiasa belajar pada berbagai hal meski sekecil apapun. Dari proses berpikir dan belajar tersebut, manusia berusaha memunculkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang muncul dalam pikiran itu dapat berupa konsep, ide, maupun kreativitas. Oleh karena itu, di

2


(16)

dalam pikiran manusia, terdapat proses menerima pesan atau memori, kemudian proses pengolahan yang nantinya mampu menghasilkan berbagai konsep maupun gagasan cemerlang.

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu pengusasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam belajar, yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu mendapatkan hasil baik.3

Belajar dan mengajar merupakan dua aktivitas yang berlangsung secara bersamaan dan memiliki fokus yang dipahami bersama. Sebagai suatu aktivitas yang terencana, belajar memiliki tujuan yang bersifat permanen, yakni terjadinya perubahan pada anak didik. Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar meliputi:

1. Perubahan intensional dalam arti perubahan yang terjadi karena intensitas pengalaman, praktik, atau latihan yang dilakukan secara sengaja atau dengan kata lain perubahan yang terjadi dalam perkembangan kepribadian seseorang bukan terjadi secara kebetulan, tetapi merupakan hasil belajar.

2. Perubahan yang terjadi bersifat kontinyu dan fungsional, yaitu suatu proses yang selalu berkembang sesuai pembelajaran yang didapat.

3. Perubahan belajar menuju arah positif, dalam arti sesuai dengan yang diharapkan (normatif) atau kriteria keberhasilan (criteria of succes) baik dipandang dari segi siswa, guru, maupun lingkungan sosial.

4. Perubahan yang efektif, dalam arti membawa pengaruh makna tertentu bagi siswa – setidaknya sampai batas waktu tertentu, baik demi alasan

3

Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2001), Cet. I, h. 27.


(17)

penyesuaian diri maupun dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya.4

Perubahan perilaku pada siswa dalam konteks pengajaran jelas merupakan produk dan usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini dapat dipahami karena mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan guru untuk menolong dan membimbing anak didik memperoleh perubahan dan pengembangan skill (keterampilan), attitude (sikap), appreciation (penghargaan) dan knowledge (pengetahuan).

Sebagaimana dalam pasal Bab II pasal 3 UU Rl no. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan perkembangan dan pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa bergantung pada bagaimana bangsa tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia dalam hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada masyarakat terutama peserta didik. Pendidikan “merupakan suatu upaya untuk mencerdaskan bangsa dan merupakan kegiatan belajar yang berlangsung secara terus menerus. Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.”6

4

Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Bandung: Teraju, 2004), Cet. I,h. 123.

5

Alisuf Subri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I, h. 94-95.

6


(18)

Kita mengetahui bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dimanapun di dunia ini terdapat masyarakat, dan di sana pula terdapat pendidikan. Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat, namun perbedan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat menyebabkan adanya perbedaan penyelenggaraan termasuk perbedaan sistem pendidikan tersebut.7“Pendidikan islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah swt atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk serta patuh secara total kepadanya”.8

Kreativitas dan bakat pada diri anak perlu dipupuk dan dikembangkan. Karena dengan kreativitas dan bakat yang dimilikinya itu mereka dapat menjadi pribadi-pribadi yang kreatif. Sebagai pribadi yang kreatif ,kelak mereka bukan saja dapat meningkatkan kualitas pribadinya,tetapi juga dapat meningkatkan kualitas kehidupan bangsa dan negara.

Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan disegala bidang, yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta dapat meningkatkan kreativitas, produktivitas, mutu, dan efisiensi kerja.

Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran kreatif. Karena itu sistem pendidikan hendaknya dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif – produktif, di samping pemikiran logis dan penalaran. Namun dalam kenyataannya masih sedikit sekolah yang menyelenggarakan upaya pengembangan kreativitas dan bakat anak.

7

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Rosdakarya, 2007), h. 35.

8

Abdurrahman Saleh Abdullah, Educational Theory: Qur’anic Outlook, (Mekkah: Umm al-Qura University, 1982), h. 119.


(19)

Dari latar belakang tersebut peneliti mengadakan penelitian tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMP Nusantara Plus dengan judul “ Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat”.

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah adalah:

1. Seorang guru harus paham tentang upaya dalam mengembangkan kreativitas siswa

2. Guru belum dapat mengembangkan keterampilannya dalam proses belajar mengajar

C. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian perlu dibatasi dengan jelas sehingga dapat mengarahkan perhatian secara seksama pada masalah tersebut. Agar dapat dikaji dan dijawab secara mendalam, maka dalam penelitian ini peneliti membatasai masalah pada: Upaya Guru PAI dalam mengembangkan kreativtas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII SMP Nusantara Plus.

D. Perumusan Masalah

Dari masalah-masalah yang telah dibatasi pada penjabaran di atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana upaya guru dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah?”


(20)

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui upaya guru dalam mengembangkan kreativitas siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai penelitian ini sangat diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak yang berkaitan, adapun manfaat yang diharapkan diantaranya adalah:

1. Ditinjau dari segi teoritis

Secara umum penelitian ini memberikan manfaat dalam dunia pendidikan dalam meningkatkan sumber daya manusia, kepribadian serta dapat menciptakan suasana pembelajaran yang berbeda dan menyenangkan, sehingga siswa dapat dengan mudah menangkap pelajaran didapatnya dan motivasi yang baik dalam mengikuti pembelajaran PAI.

2. Ditinjau dari segi praktis

Manfaat secara praktis dari penelitian ini adalah sebagai masukan: a. Bagi penulis

Penulis memperoleh pengalaman secara langsung dalam upaya menggembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Bagi guru

Guru memperoleh alternatif dan variasi metode pembelajaran baru yang bisa diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar terutama pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, guna untuk meningkatkan kreativitas, motivasi, kualitas dan kuantitas siswa.

c. Bagi siswa

Siswa memperoleh suasana baru dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga siswa lebih giat dan semangat dalam memahami materi yang mereka pelajari.


(21)

Bagi sekolah dapat menjadi bahan pertimbangan dan acuan dalam menerapkan metode yang dapat menggembangkan kreativitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas terutama pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


(22)

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori 1. Guru Agama Islam

a. Pengertian Guru Agama Islam

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bias juga di masjid, di surau/musala, di rumah dan sebagainya.1

Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.

Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Tapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab. Sebab tanggung jawab guru tidak hanya sebatas

1

Syaiful bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cet. III, h.31.


(23)

dinding sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Pembinaan yang harus guru berikan pun tidak hanya secara kelompok (klasikal), tetapi juga secara individual. Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar sekolah sekalipun.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.

Guru adalah profesi yang memiliki kedudukan yang terhormat di hadapan masyarakat yang memberikan ilmu pengetahuan, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat bagi peserta didik di masa yang akan datang, sehingga betapa mulianya kedudukan para guru dalam islam yang tercermin dari firman Allah SWT dalam surat Al Mujadalah ayat 11:







































Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al Mujadilah: 11).

Profesi sebagai guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia dalam pandangan Islam. Hal ini wajar mengingat guru merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap masa depan peserta didik.

b. Persyaratan Guru Agama Islam

Dengan kemuliaannya, guru rela megabdikan diri di desa terpencil sekalipun. Dengan segala kekurangan yang ada guru berusaha membimbing


(24)

dan membina anak didik agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsanya di kemudian hari.

Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang dapat melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian dari seluruh hidup dan kehidupannya mengabdi kepada Negara dan bangsa guna mendidik anak didik menjadi manusia susila yang cakap, demokratis, dan bertanggung jawab atas pembangunan dirinya dan pembangunan bangsa dan Negara.

Menjadi guru menurut Prof. Zakiah Daradjat tidak sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan:

1) Takwa kepada Allah SWT

Guru, sesuai dengan tujuan ilmu Pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya, sebagaimana Rasulullah saw. menjadi teladan bagi umatnya. Sejauhmana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.2

2) Berilmu

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan.

Guru pun harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik meningkat, sedang jumlah guru jauh dari mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.

2


(25)

3) Sehat Jasmani

Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular, umpamanya sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Di samping itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan

mens sana in corpore sano”, yang artinya dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara keseluruhan, akan tetapi kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat kerja. Guru yang sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak didik.

4) Berkelakuan Baik

Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak mulia dalam ilmu pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti dicontohkan oleh pendidik utama, Nabi Muhammad saw. Diantara akhlak mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain, bekerjasama dengan masyarakat.3

Di Indonesia untuk menjadi guru diatur dengan beberapa persyaratan, yakni berijazah, professional, sehat jasmani dan rohani, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepribadian yang luhur, bertanggung jawab, dan berjiwa nasional.

3 Ibid.


(26)

c. Tugas guru Agama Islam

Guru akan menunaikan tugasnya dengan baik atau dapat bertindak sebagai tenaga pengajar yang efektif, jika padanya terdapat berbagai kompetensi keguruan, dan melaksanakan fungsinya sebagai guru.

1. Kompetensi Guru

Pada mulanya kompetensi ini diperoleh dari “preservice training” yang kemudian dikembangkan dalam pekerjaan professional guru dan dibina melalui “in service training”. Pada dasarnya guru harus memiliki tiga kompetensi, yaitu: kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan, dan kompetensi dalam cara-cara mengajar.

a. Kompetensi Kepribadian

Setiap guru memiliki kepribadiaannya sendiri-sendiri yang unik. Tidak ada guru yang sama, walaupun mereka sama-sama memiliki pribadi

keguruan. Jadi pribadi keguruan itu pin “unik” pula, dan perlu

diperkembangkan secara terus menerus agar guru itu terampil dalam:

1) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau murid yang diajarkannya.

2) Membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar-mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara moral (batiniah) terhadap murid bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah dalam pikiran serta perbuatan murid dan guru.

3) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung jawab dan saling mempercayai antara guru dan murid.4

b. Kompetensi penguasaan atau bahan pengajaran

Penguasaan yang mengarah kepada spesialisasi (takhasus) atas ilmu atau kecakapan/ pengetahuan yang diajarkan.

4

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), Cet. II, h.263.


(27)

Penguasaan yang meliputi bahan bidang studi sesuai dengan kurikulum dan bahan pendalaman aplikasi bidang studi. Kesemuanya ini amat perlu dibina karena selalu dibutuhkannya dalam:

1) Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang harus diajarkannya ke dalam bentuk komponen-komponen dan informasi-informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu atau kecakapan yang bersangkutan.

2) Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi itu sedemikian rupa baiknya sehingga akan memudahkan murid untuk mempelajari pelajaran yang diterimanya.

c. Kompetensi dalam cara-cara mengajar

Kompetensi dalam cara-cara mengajar atau keterampilan mengajar sesuatu bahan pengajaran sangat diperlukan guru. Khususnya keterampilan dalam:

1) Merencanakan atau menyusun setiap progam satuan pelajaran, demikian pula merencanakan atau menyusun keseluruhan kegiatan untuk satu satuan waktu (catur wulan/semester atau tahun ajaran)

2) Mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan (alat bantu atau alat peraga) bagi murid dalam proses belajar yang diperlukannya. 3) Mengembangkan dan mempergunakan semua metode-metode mengajar

sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variasinya yang efektif. Ketiga aspek kompetensi tersebut di atas harus berkembang secara selaras dan tumbuh terbina dalam kepribadian guru. Dengan demikian itu dapat diharapkan dari padanya untuk mengerahkan segala kemampuan dan keterampilannya dalam mengajar secara professional dan efektif.5

Menurut Rostiyah yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah, bahwa guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk:

a) Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.

5


(28)

b) Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar Negara kita Pancasila.

c) Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai Undang-Undang Pendidikan yang merupakan Keputusan MPR No. II Tahun 1983.

d) Sebagai perantara dalam belajar.

Di dalam proses belajar guru hanya sebagai perantara/medium, anak harus berusaha sendiri mendapatkan suatu pengertian, sehingga timbul perubahan dalam pengetahuan, tingkah laku, dan sikap.

e) Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak menurut sekehendaknya.

f) Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.

Anak nantinya akan hidup dan bekerja, serta mengabdikan diri dalam masyarakat, dengan demikian anak harus dilatih dan dibiasakan di sekolah di bawah pengawasan guru.

g) Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib bisa berjalan bila guru dapat menjalani lebih dahulu.

h) Guru sebagai administrator dan manajer.

Di samping mendidik, seorang guru harus dapat mengerjakan urusan tata usaha seperti membuat buku kas, daftar induk, raport, daftar gaji dan sebagainya, serta dapat mengkoordinasi segala pekerjaan di sekolah secara demokratis, sehingga suasana pekerjaan penuh dengan rasa kekeluargaan.

i) Pekerjaan guru sebagai suatu profesi.

Orang yang menjadi guru karena terpaksa tidak dapat bekerja dengan baik, maka harus menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai suatu profesi.


(29)

Guru menghadapi anak-anak setiap hari, gurulah yang paling tahu kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar, maka dalam penyusunan kurikulum, kebutuhan ini tidak boleh ditinggalkan.

k) Guru sebagai pemimpin (guidance worker)

Guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam banyak situasi untuk membimbing anak kearah pemecahan soal, membetuk keputusan, dan menghadapkan anak-anak pada problem.

l) Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.

Guru harus turut aktif dalam segala aktifitas anak, misalnya dalam ekstrakulikuler membentuk kelompok belajar dan sebagainya.6

Dengan meneliti poin-poin tersebut, tahulah bahwa tugas guru tidak ringan. Profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat menunaikan tugas dengan baik, dan ikhlas. Guru harus mendapatkan haknya secara proporsional dengan gaji yang patut diperjuangkan melebihi profesi-profesi lainnya, sehingga keinginan peningkatan kompetensi guru dan kualitas belajar anak didik bukan hanya sebuah slogan di atas kertas.

d. Fungsi Guru Agama Islam

Pekerjaan jabatan guru agama sangatlah luas, yaitu untuk membina seuruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini berarti bahwa, perkembangan sikap dan kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan di dalam kelas saja. Dengan kata lain, tugas guru atau fungsi guru dalam membina murid tidak terbatas pada interaksi belajar-mengajar saja.

Fungsi sentral guru adalah mendidik (fungsi educational). Fungsi sentral ini berjalan sejajar dengan atau dalam melakukan kegiatan mengajar

6


(30)

(fungsi intruksional) dan kegiatan bimbingan, bahkan setiap tingkah lakunya dalam berhadapan dengan murid (interaksi edukatif) senantiasa terkandung fungsi mendidik.

Mengingat lingkup pekerjaan guru seperti yang dilukiskan di atas, maka fungsi atau tugas guru itu meliputi, pertama, tugas pengajaran atau guru sebagai pengajaran, kedua, tugas bimbingan dan penyuluhan atau guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan, dan ketiga, tugas administrasi

atau guru sebagai “pemimpin” (manajer kelas). 7

Ketiga tugas itu dilaksanakan sejalan secara seimbang dan serasi. Tidak boleh ada satu pun yang terabaikan, karena semuanya fungsional dan saling kait-berkaitan dalam menuju keberhasilan pendidikan sebagai suatu keseluruhan yang tidak terpisahkan.

e. Peranan Guru Agama Islam

Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri sebagai guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini:

1) Korektor 2) Inspirator 3) Informator 4) Organisator 5) Motivator 6) Inisiator 7) Fasilitator 8) Pembimbing 9) Demonstrator 10)Pengelola kelas 11)Mediator 12)Supervisor

7


(31)

13)Evaluator. 8

f. Kode Etik Guru Agama Islam

Kalau istilah “kode etik” itu dikaji, maka terdiri dari dua kata, yakni

“kode” dan “etik”. Perkataan “etik” berasal dari bahasa Yunani, ”ethos”

yang berarti watak, adab atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu

menunjukkan “cara berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari

kelompok manusia”. Dan etik biasanya dipakai untuk pengkajian sistem

nilai-nilai yang disebut “kode”, sehingga terjelmalah apa yang disebut

“kode etik”. Atau secara harfiah “kode etik” berarti sumber etik. Etika

artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan

dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi, “kode etik guru” diartikan sebagai “aturan tata susila keguruan”.

Berbicara mengenai “Kode Etik Guru Indonesia” berarti kita

membicarakan guru di Negara kita. Berikut akan dikemukakan kode etik guru Indonesia sebagai hasil rumusan kongres PGRI XIII pada tanggal 21-25 November 1973 di Jakarta, terdiri dari Sembilan item, yaitu:

1) Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-pancasila.

2) Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai kebutuhan anak didik masing-masing.

3) Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.

4) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua anak didik sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.

5) Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan

8


(32)

6) Guru sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.

7) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik berdasarkan lingkunan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan. 8) Guru secara hukum bersama-sama memelihara, membina, dan

meningkatkan mutu organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya.

9) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.9

Kode etik guru merupakan suatu yang harus dilaksanakan sebagai barometer dari semua sikap dan perbuatan guru dalam berbagai segi kehidupan, baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.

2. Kreativitas Belajar

a. Definisi Kreativitas Belajar

Menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia Kreativitas dapat diartikan sebagai daya cipta atau kemampuan untuk menciptakan sesuatu. 10. Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi kreativitas, sebagai berikut:

Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru. Hasil karya atau ide-ide baru itu sebelumnya tidak dikenal oleh pembuatnya maupun orang lain. Kemampuan ini merupakan aktivitas imajinatif yang hasilnya merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan bermanfaat.11

Menurut James J. Gallagher yang dikutip oleh Yeni Rachmawati dan Euis Kurniawati mengatakan bahwa “Creativity is a mental process by wich an

9

Djamarah,op. cit., h. 50.

10

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 835.

11

Fuad Nashori & Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Jogjakarta: Menara Kudus, 2002), Cet. I, h. 33.


(33)

individual creates new ideas or products, or recombines existing ideas and

products, in fashion that is novel to im or her” (kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan atau produk baru, atau mengombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya).12 Lebih lanjut Supriadi mengutarakan sebgaimana dikutip oleh Yeni Rachmawati dan Euis Kurniawati bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh suksesi, diskontinuitas, diferensiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan.13

Menurut Abdul Rahman Shaleh kreativitas adalah “suatu kemampuan untuk memecahkan persoalan yang memungkinkan orang tersebut memecahkan ide yang asli atau menghasilakan suatu yang adaptis (fungsi kegunaan) yang secara penuh berkembang. Kreativitas dan kecerdasan seseorang tergantung pada kemampuan mental yang berbeda-beda”. 14

Menurut J.P. Guilford yang dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh disebut berfikir divergen, yaitu aktivitas mental yang asli, murni dan baru, yang berbeda dari pola piker sehari-hari dan menghasilkan lebih dari satu pemecahan persoalan.15

Menurut Utami Munandar “kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada”. 16

Kreativitas ini hanyalah suatu kemampuan yang tersusun dan tidak sederhana, serta terdiri dari faktor-faktor yang dapat menambah kemampuan untuk berkreasi. Seperti, kemampuan untuk memperbarui kembali dan

12

Yeni Rachmawati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. III, h. 13.

13 Ibid. 14

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004), Cet.III, h.271.

15 Ibid. 16

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi para Guru dan Orang Tua, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999), Cet.III, h.47.


(34)

menciptakan hubungan yang baru atas sesuatu yang telah diketahui dan disepakati, kemampuan untuk cepat tanggap terhadap segala prinsip yang baru, kemampuan untuk bersikap fleksibel dan berekspresi secara bebas, dan kemampuan untuk tanggap terhadap permasalahan-permasalahan yang melingkupi seseorang. 17

Berdasarkan beberapa definisi kreativitas yang dikemukakan di atas, maka kreativitas bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah dengan melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada sehingga lebih efisien, efektif dan produktif.

b. Ciri-ciri Kreativitas Belajar

Adapun ciri-ciri dari kreativitas enurut Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam itu adalah :

1) Kelancaran berfikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat.

2) Keluwesan ((flesibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran.

3) Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

4) Keaslian (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik (unusual) atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.18

17

Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h.30-31.

18


(35)

Sedangkan menurut Munandar, ciri kreativitas meliputi aptitude dan nonaptitude.

c. Indikator Kreativitas Belajar

1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar.

2) Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot.

3) Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah. 4) Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu. 5) Mempunyai/menghargai rasa keindahan.

6) Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain.

7) Memiliki rasa humor tinggi.

8) Mempunyai daya imajinasi yang kuat.

9) Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain (orisinil)

10)Dapat bekerja sendiri.

11)Senang mencoba hal-hal baru.

12)Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi). 19

d. Fase Kreativitas dalam Belajar

Wallas yang dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata dalam Buku Landasan Psikologi Proses Pendidikan, mengemukakan ada empat tahap perbuatan atau kegiatan kreatif:

1) Tahap persiapan atau preparation, merupakan tahap awal berisi kegiatan pengenalan masalah, pengumpulan data informasi yang relevan, melihat hubungan antara hipotesis dengan kaidah-kaidah yang ada, tetapi belum sampai menemukan sesuatu, baru menjajaki kemungkinan-kemungkinan.

19

Hamzah B. Uno, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet.I, h.21.


(36)

2) Tahap pematangan atau incubation, merupakan tahap menjelaskan, membatasi, membandingkan masalah. Dengan proses inkubasi atau pematangan ini diharapkan ada pemisahan mana hal-hal yang benar-benar penting dan mana yang tidak, mana yang relevan dan mana yang tidak.

3) Tahap pemahaman atau illumination, merupakan tahap mencari dan menemukan kunci pemecahan, menghimpun informasi dari luar untuk dianalisis dan disintesisikan, kemudian merumuskan beberapa keputusan. 4) Tahap pengetesan atau verification, merupakan tahap mentes dan

membuktikan hipotesis, apakah keputusan yang diambil itu tepat atau tidak. 20 Pengembangan kreativitas dapat dilakukan melalui proses belajar diskaveri/inkuiri dan belajar bermakna, dan tidak dapat dilakukan hanya dengan kegiatan belajar bersifat ekspositori. Karena inti dari kreativitas adalah pengembangan kemampuan berpikir divergen dan bukan berpikir konvergen. Berpikir devergen adalah proses berpikir melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandangan atau menguraikan sesuatu masalah atas beberapa kemungkinan pemecahan. Untuk mengembangkan kemampuan demikian guru perlu mencipatakan situasi belajar-mengajar yang banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah, melakukan beberapa percobaan, mengembangkan gagasan atau konsep-konsep siswa sendiri. Situasi demikian menuntut pula sikap yang telah demokratis, terbuka, bersahabat, percaya kepada siswa.

Kreativitas itu penting dalam pendidikan karena mengemukakan empat alasan yaitu:

Pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Seorang ahli, Maslow (1968), yang menyelidiki sistem kebutuhan manusia menekankan bahwa kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Orang yang sehat mental, yang

20

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet.III, h.105.


(37)

bebas dari hambatan-hambatan, dapat mewujudkan diri sepenuhnya. Hal ini berarti ia berhasil mengembangkan dan menggunakan semua bakat dan kemampuannya dan dengan demikian memperkaya hidupnya.

Kedua, kreativtas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.

Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.

Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. 21

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa apabila seseorang ingin membangun kreativitas harus memperhatikan kesehatan jasmani dan rohani. Jika jasmani seseorang itu sehat ia dapat mewujudkan ide atau gagasan yang dihasilkan.

Dalam upaya mengembangkan kreativitas dan menjaga usaha agar pengembangan itu berjalan lancar. Maka, perlu diperhatikan komponen-komponen untuk membangun kreativitas dan cara mengembangkan kreativitas.

1) Komponen-Komponen Membangun Kreativitas a) Kreativitas memerlukan kesehatan jasmani dan rohani.

b) Kreativitas memerlukan pertumbuhan pribadi yang seimbang antara jasmani dan rohani.

c) Kreativitas memerlukan kemerdekaan berpikir dan bekerja.

d) Keadaan atau trauma batin akan tercermin dari penampilan dan tutur kata yang diucapakan seseorang.

2) Cara-cara Mengembangkan Kreativitas

a) Kreativitas memerlukan informasi pengetahuan sebagai bahan untuk berpikir.

b) Produktifitas yang diperoleh dengan menggarap kreativitas tidak langsung membawa atau menghasilkan produk akhir, justru dapat menghasilkan atau mencetuskan ide dan resep untuk bekerja.22

21

Munandar., op. cit. h. 46

22


(38)

e. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kreativitas.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang mendapat rangsangan (dengan melihat, menengar, dan bergerak) akan lebih berpeluang lebih cerdas dibanding dengan sebaliknya. Salah satu bentuk rangsangan yang sangat penting adalah kasih saying (touch). Dengan kasih sayang anak akan memiliki kemampuan untuk menyatukan berbagai pengalaman emosional dan mengolahnya dengan baik. Kreativitas sangat terkait dengan kebebasan pribadi. Hal itu artinya, seorang anak harus memiliki rasa aman dan kepercayaan diri yang tinggi, sebelum berkreasi. Sedangkan pondasi untuk membangun rasa aman dan kepercayaan dirinya adalah dengan kasih sayang. 23

Empat hal yang dapat diperhitungkan dalam pengembangan kreativitas yaitu:

Pertama, memberikan rangsangan mental baik pada aspek kognitif maupun kepribadiannya serta suasana psikologis (Psychological Athmospere).

Kedua, menciptakan lingkungan kondusif yang akan memudahkan anak untuk mengakses apapun yang dilihatnya, dipegang, didengar, dan dimainkan untuk pengembangan kreativitasnya. Perangsangan mental dan lingkungan kondusif dapat berjalan beriringan seperti halnya kerja simulant otak kiri dan kanan.

Ketiga, peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas, artinya ketika kita ingin anak menjadi kreatif, maka akan dibutuhkan juga guru yang kreatif pula dan mampu memberikan stimulasi yang tepat pada anak.

Keempat, peran serta orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak.

23


(39)

1) Rangsangan Mental

Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan rangsangan mental yang mendukung. Pada aspek kognitif anak distimulasi agar mampu memberikan berbagai alternative pada setiap stimulan yang muncul. Pada aspek kepribadian anak distimulasi untuk mengembangkan berbagai macam potensi pribadi kreatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan diri, dan lain sebagainya. Pada aspek suasana psikologis (psychological athmosphere) distimulasi agar anak memiliki rasa aman, kasih sayang dan penerimaan. Menerima anak dengan segala kekurangan dan kelebihannya akan membuat anak berani mencoba, berinisiatif, dan berbuat sesuatu secara spontan. Sikap ini sangat diperlukan dalam pengembangan kreativitas.

2) Iklim dan Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan di sekitar anak sangat berpengaruh besar dalam menumbuh kembangkan kreativitas. Lingkungan yang sempit, pengap dan menjemukan akan terasa muram, tidak bersemangat dan mengumpulkan ide cemerlang. Kreativitas dengan sendirinya akan mati dan tidak berkembang dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

3) Peran Guru

Guru adalah tokoh bermakna dalam kehidupan anak. Guru memegang peranan lebih dari sekedar pengajar, melainkan pendidik dalam arti yang sesungguhnya. Kepada guru siswa melakukan proses identifikasi peluang „untuk munculnya siswa yang kreatif akan lebih besar dari guru yang kreatif pula. Guru yang kreatif adalah guru yang secara kreatif mampu menggunakan berbagai pendekatan dalam proses kegiatan belajar dan membimbing siswanya. Ia juga figur yang senang melakukan kreatif dalam hidupnya. 24

24


(40)

4) Peran Orang Tua

Sangatlah penting bahwa orang tua atau pendidik menyadari ciri-ciri anak didik mana yang perlu dipupuk untuk menumbuhkan pribadi-pribadi yang kreatif. Biasanya pendidik atau orang tua kurang menyadari dampak dari sikap mereka terhadap perkembangan kepribadian anak. Beberapa contoh sikap pendidik yang kurang menunjang kreativitas anak adalah:

a) Sikap terlalu khawatir atau takut-takut, sehingga anak terlalu dibatasi dalam kegiatan-kegiatannya.

b) Sikap terlalu mengawasi anak.

c) Sikap yang menekankan kepada kebersihan dan keteraturan yang berlebihan. d) Sikap menuntut kepatuhan mutlak dari anak tanpa memandang perlu

mempertimbangkan alasan-alasan anak.

e) Sikap yang menganggap berkhayal itu tidak baik, tidak berguna karena hanya membuang-buang waktu.

f) Sikap mengkritik perilaku atau pekerjaan anak.

g) Sikap yang jarang memberi pujian atau penghargaan terhadap usaha atau karya anak.25

Oleh sebab itu banyak sekali hal-hal yang harus diketahui oleh seorang pendidik baik orang tua maupun para guru di sekolah untuk mengembangkan kreativitas seorang anak. Sehingga tidak adanya pola pikir yang monoton, tidak berkembang untuk berpikir maju atau tidak dapat memunculkan suatu ide baru. Oleh karena itu harus lebih cermat bagi para guru dan orang tua dalam memahami karakteristik seorang anak.

25

Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruru, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), h.116.


(41)

3. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2012 Tentang Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa: “Pendidikan Agama

Islam adalah Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama Islam dan atau menjadi ahli ilmu agama Islam dalam mengamalkan ajaran

agama Islam.”26

a. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam 1) Tujuan

Pendidikan Agama Islam di SMP bertujuan untuk:

a) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

b) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi, menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.27

26

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2012 Tentang Pendidikan Agama Islam, h. 2.

27

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006,

Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 2, ( http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=63/).


(42)

2) Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

a) Al-Qur’an dan Hadits

b) Aqidah c) Akhlak d) Fiqih

e) Tarikh dan Kebudayaan Islam

Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.28

4. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini dilatar belakangi oleh penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut ini beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Sumitri Jurusan Kependidikan Islam dan Supervisi Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang berjudul “Supervisi Kurikulum Dalam Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Ciputat”, menunjukkan bahwa usaha Kepala Sekolah untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa dengan melaksanakan supervisi terhadap kurilkulum. Supervisi kurikulum yang dilaksanakan Kepala Sekolah menunjukkan pada kategori baik dan tingkat kreativitas siswa SMA Negeri 2 Ciputat menunjukkan kategori cukup.29

b. Penelitian yang dilakukan oleh Kristianah Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang yang

28 Ibid.

29


(43)

berjudul “Upaya Guru Dalam Pengembangan Kreativitas Siswa Pada Proses Pembelajaran di MINU Malang”, menunjukkan bahwa kondisi objektif Madrasah dapat ikut berperan serta dalam pengembangan kreativitas siswa. 30 c. Penelitian yang dilakukan oleh Nyai Srimulyati Mahasiswi Jurusan

Kependidikan Islam Progam Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang berjudul “Upaya

Peningkatan Daya Kreativitas Siswa Melalui Metode Pemberian Tugas Pada Mata Pelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mubarok Joglo Jakarta Barat, menunjukkan bahwa terdapat rata-rata tes hasil belajar siswa pada siklus 1 sebesar 61.5, sedangkan pada siklus 2 sebesar 71.5. rata-rata presentase aktivitas siswa pada siklus 1 adalah 55%, sedangkan pada siklus 2 adalah 80%.

30

http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=00140056, diakses pada 25-03-2015, Pukul 08.30 Wib.


(44)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SMP Nusantara Plus Jl. Tarumanegara Dalan No.1 Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2014-2015 dan waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2015 - Maret 2015.

2. Waktu Penelitian

NO KEGIATAN

BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Penyerahan skripsi

-

2. Menyerahkan bab I, II, III

-

3. Revisi bab I, II, III

- 4. Pengajuan surat

izin penelitian ke sekolah

- 5. Melakukan

Penelitian di


(45)

sekolah

6. Pengolahan data dan penyusunan skripsi

- -

B. Metode Penelitian

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian dengan pendekatan kualitatif, dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Yaitu penelitian yang bermaksud menggambarkan tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan apa adanya, dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu.1

Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J moleong

menyatakan bahwa “metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.2

Kemudian lebih lanjut Moleong menyatakan bahwa “penelitian kualitatif berakar pada akar alamiah sebagai keutuhan. Mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif”.3

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data. Disamping itu juga menyajikan data, menganalisis dan menginterprestasi, serta bersifat koperatif dan korelatif.4

Menurut E. Kristi Poerwandari menyatakan bahwa “dalam kualitatif sampel tidak diambil secara acak tetapi justru dipilih mengikuti kriteria tertentu”.5

1

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.234.

2

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h. 4.

3

Moleong, op. cit., h.27.

4

Cholid Narkubo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002, h. 44.

5

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dan Penelitian Psikologi, (Jakarta: LP3ES, 1998), Cet.III, h.102.


(46)

Dalam penelitian ini penulis ingin mendapatkan informasi atau gambaran terkait guru PAI dan upayanya dalam mengembangkan kreativitas siswa.

Adapun penulisan skripsi ini penulis mengacu kepada buku pedoman penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

1. Tahap Pra Lapangan

Tahapan-tahapan yang peneliti lakukan sebelum memasuki tahap lapangan adalah:

a. Menyusun rencana penelitian

Rencana penelitian disusun berdasarkan BAB 1 yang telah ditulis yaitu Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat. Adapun fokus penelitiannya yaitu ingin mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan kreativitas siswanya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. b. Memilih lapangan penelitian

Lokasi yang penulis pilih adalah SMP Nusantara Plus Ciputat, karena lokasinya mudah terjangkau .

c. Mengurus perizinan

Sebelum peneliti melakukan penelitian di SMP Nusantara Plus Ciputat, terlebih dahulu meminta izin surat observasi dan penelitian di Akademik lantai 2 yang mana setelah itu ditanda tangani oleh Ketua jurusan, kemudian memberikan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian di SMP Nusantara Plus Ciputat dan diserahkan kepada Kepala Sekolah.

2. Tahap Lapangan

Tahapan-tahapan yang peneliti lakukan pada saat memasuki tahap lapangan adalah:


(47)

Peneliti memulai dengan mengamati situasi dan kondisi seputar SMP Nusantara Plus Ciputat dan menyesuaikan diri dengan berperilaku sesuai dengan norma-norma, nilai-nilai, kebiasaan dan adat istiadat serta prosedur melakukan penelitian di SMP Nusantara Plus Ciputat.

b. Memasuki lapangan

Ketika peneliti berada di lapangan, peneliti berupaya menjalin keakraban dan sikap saling percaya kepada warga SMP Nusantara Plus agar tidak ada informasi yang disembunyikan lagi apabila tersebut dapat tercipta, maka diharapkan informasi yang diperoleh akurat.

c. Mengumpulkan data

d. Peneliti terlebih dahulu mencari tahu informasi seputar pembelajaran PAI di kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat. Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi dengan alat bantu handphone untuk mengambil rekaman suara saat wawancara dan gambar kegiatan.

C. Sumber Data

Perlu diingat bahwa dalam penelitian, pemilihan sampel bukan saja diterapkan pada manusia sebagai responden, melainkan juga pada latar (setting), kejadian dan proses. 6

Dalam penelitian kualitatif, jenis sampling yang digunakan adalah purposeful sampling atau criterion-based selection yakni jurus agar manusia, latar, dan kejadian tertentu (unik, khusus, tersendiri, aneh, nyleneh) betul-betul diupayakan terpilih (tersertakan) untuk memberikan informasi penting yang tidak mungkin diperoleh dengan melalui jurus lain.7

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Guru PAI untuk mendapatkan data dan informasi mengenai proses pembelajaran di kelas dalam upaya pengembangan kreativitas siswa pada mata pelajaran PAI.

6

A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2011), Cet. XI, h.102.

7


(48)

2. Kepala Sekolah untuk mendapatkan data dan informasi mengenai keadaan Guru PAI dan mengenai sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah dalam upaya pengembangan kreativitas siswa.

3. Siswa siswi SMP Nusantara Plus untuk mendapatkan data dan informasi mengenai bagaimana cara mengajar guru di kelas.

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Observasi (Pengamatan)

Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yan diselidiki. Pengamatan akan menjadi alat pengumpulan data yang baik apabila:

a. Mengabdi kepada tujuan penelitian b. Direncanakan secara sistematik

c. Dicatat dan dihubungkan dengan proposisi-proposisi yang umum. d. Dapat dicek validitas, reliabilitas dan ketelitiannya.

Petunjuk untuk mengadakan pengamatan yang baik agar memperoleh data yang representif :

a. Memiliki pengetahuan apa yang akan diobservasi ini dimaksudkan untuk menentukan terlebih dahulu apa-apa yang harus diobservasi.

b. Menyelidiki tujuan penelitian (baik umum maupun khusus). Kejelasan tujuan penelitian akan menuntun mempermudah apa yang harus diobservasi.

c. Menentukan cara untuk mencatat hasil observasi penelitian harus memilih cara mana yang dipandang paling efektif dan efisien., apakah Anecdotal, chek list, rating scale atau yang lain.

d. Membatasi macam tingkat kategori secara tegas.

e. Berlaku sangat cermat dan sangat kritis. Penelitian tidak boleh gegabah, tergesa-gesa atau serampangan agar apa yang dicatat dalam observasi adalah benar-benar data yang dibutuhkan.8

8


(49)

Aktivitas yang dilakukan adalah peneliti mengamati komponen-komponen sekolah terlebih dahulu baik gedung, tenaga pendidik, peserta didik, fasilitas-fasilitas dan hal-hal lain yang terkait dengan penelitian. Kemudian peneliti membuat catatan dan mencari informasi kepada warga sekolah yang akan ditindaklanjuti saat penelitian berlangsung.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9

Hubungan antara peneliti dengan pemberi informasi (responden) bukan hubungan antara atasan dengan bawahan atau hubungan antara para ahli dengan sebaliknya, melainkan peneliti dating adalah meminta dengan memohon kesediaannya dalam memberikan informasi.

Melalui wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (indepth information) karena beberapa hal, antara lain:

a. Peneliti dapat menjelaskan atau mem-parafrase pertanyaan yang tidak dimengerti responden.

b. Peneliti dapat mengajukan pertanyaan susulan (follow-up questions). c. Responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan.

d. Responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam dan masa mendatang.10

Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Karena wawancara dilakukan secara terbuka dan tidak berstruktur, maka peneliti perlu membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawancara. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat mana data yang dianggap penting, data yang sama dikelompokkan. Hubungan

9

Moleong, op. cit. h. 186.

10


(50)

satu data dengan data yang lain perlu dikonstruksikan, sehingga menghasilkan pola dan makna tertentu. Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali kepada sumber data lama atau yang baru agar memperoleh ketuntasan dan kepastian.

3. Analisis Dokumen

Metode dokumentasi yaitu suatu metode penelitian yang mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, notulen rapat dan sebagainya.

Dalam literatur paradigma kualitatif ada dibedakan istiah documents dari records (bukti catatan). Records segala catatan tertulis yang disiapkan seseorang atau lembaga untuk pembuktian sebuah peristiwa atau menyajikan perhitungan, sedangkan dokumen adalah barang yang tertulis atau terfilmkan selain records yang tidak disiapkan khusus atas permintaan peneliti. 11

E. Pengecekan Keabsahan Data

Kredibilitas merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. 12

Dalam hal ini ada beberapa cara yang dilakukan, diantaranya adalah:

1. Ketekunan Pengamatan

Teknik ini digunakan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.13

Dalam hal ini, peneliti berusaha mempelajari dan menelaah setiap data yang diperoleh secara rinci dan teliti, sehingga bisa focus pada suatu titik permasalahan.

11

Alwasilah, op. cit. h. 111.

12

Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistic Kualitatif, (Bandung: Trsito, 1988), h.126.

13


(51)

2. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan adalah lamanya keikutsertaan peneliti pada latar penelitian, dengan perpanjangan pengamatan ini diharapkan agar hubunan peneliti dengan narasumber akrab, tidak ada jarak lagi, terbuka dan saling mempercayai sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan.14

Dalam rangka memperoleh hubungan keakraban ini, peneliti ikut serta dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan penelitian ini. Keikutsertaan peneliti terhadap pengamatan ini mulai dari tanggal 13 Februari 2015 sampai dengan 14 Maret 2015.

3. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Dalam bahasa sehari-hari triangulasi dikenal dengan istilah cek dan ricek yaitu pengecekan data menggunakan beragam sumber, tehnik dan waktu. Beragam sumber maksudnya digunakan lebih dari satu sumber untuk memastikan apakah datanya benar atau tidak. Beragam tehnik berarti penggunaan berbagai cara secara berdampingan untuk memastikan apakah datanya memang benar. Cara yang digunakan adalah wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen. 15

4. Pemeriksaan Sejawat

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil yang dipeoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Dalam hal ini peneliti melakukan diskusi dengan Sofi Rofiqoh, Reni Anggraeni, dan Khalida Zia Razak.

14

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 1998), h. 369.

15

Nusa putera, Penelitaian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Indeks Permata Puri Media, 2011), h.189.


(52)

F. Teknik Analisis data

Analisis data merupakan mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang permasalahan yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan.

Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan teknik deskriptif analitik, yaitu data yang diperoleh tidak dianalisa menggunakan rumusan statistika, namun data tersebut dideskripsikan sehingga memberikan kejelasan sesuai kenyataan realita yang ada di lapangan. Hasil analisa berupa pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Uraian pemaparan harus sistematik dan menyeluruh sebagai satu kesatuan dalam konteks lingkungannya juga sistematik dalam penggunaannya sehingga urutan pemaparannya logis dan mudah diikuti maknanya.

Adapun langkah-langkah analisis yang peneliti lakkukan adalah: 1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokukan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang cukup jelas.

2. Kategorisasi / pengkodingan

Koding dimaksudkan utuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Dengan demikian pada gilirannya peneliti akan menemukan makna dari data yang dikumpulkannya.16

Peneliti melakukan teknik analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, data pendukung dan data utama ditranskipkan. Kemudian, transkip yang diperoleh dari hasil wawancara diseleksi dan diserahkan menggunakan kategorisasi dan pengkodingan agar mempermudah proses pengklasifikasian. Selanjutnya hasil kategorisasi tadi dideskripsikan dan dianalisa dan memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian.

16


(53)

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Nusantara Plus 1. Sejarah Singkat SMP Nusantara Plus

Yayasan Aldiana Nusantara atau yang lebih sering dikenal YAN adalah sebuah yayasan yang di dalamnya didirikan sekolah-sekolah tempat proses belajar mengajar. YAN terletak di Jl. Tarumanegara Dalan No.1 Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Luas areal tanah SMP Nusantara Plus ±5.000 m², dengan status kepemilikan hak milik. Awalnya YAN hanya mendirikan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yaitu pada tahun 2002. Melihat banyaknya minat siswa yang bersekolah di SMK dan banyak mengeluarkan lulusan yang baik dan berkompeten, maka direktur YAN bapak Alimuddin Al-Murtala tertarik untuk mendirikan SMP Nusantara. Setelah mendiskusikan dengan semua pengurus yayasan dan para guru, akhirnya didirikanlah SMP Nusantara. Alasan didirikannya SMP ini adalah agar mempermudah siswa/i untuk masuk ke SMK Nusantara, selain itu juga bapak Ali memanfaatkan peluang yang ada dengan melihat banyakanya minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke Nusantara.

SMP Nusantara secara resmi beroprasi sejak tahun 2006, dengan kepala sekolah bapak Alimuddin Al-Murtala yaitu direktur YAN sendiri. Angkatan pertama ada 212 siswa yang masuk yang terdiri dari 5 lokal kelas. Kemudian pada tahun kedua (2007) SMP Nusantara mulai menerima sedikit siswa yakni 160


(54)

siswa yang terdiri dari 4 lokal kelas. Dikarenakan banyak lokal yang dipakai SMK sehingga jika ditambah SMP maka tidak mencukupi untuk 5 kelas, sampai sekarang hanya 4 kelas dari masing-masing angkatan.

Adapun kebijakan dan strategi SMP Nusantara Plus yaitu selain mengintegrasikan ilmu exact dan ilmu agama juga mampu menawarkan program kelas khusus bagi siswa yang berminat dalam kedua bidang tersebut. Bagi mereka yang mau mendalami ilmu agama SMP Nusantara Plus menyediakan waktu khusus begitu juga kelas exact.

2. Visi, Misi, Kurikulum dan Alokasi Jam Belajar

Visi dari SMP Nusantara Plus adalah menciptakan lulusan yang santun dalam berbahasa, ramah dalam bergaul, maju dalam IPTEK dan berakhlak mulia. Misi SMP Nusantara Plus adalah sebagai berikut:

a. Mengintegrasikan ilmu exact dan ilmu agama yang bermoral dan religius. b. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang bersifat teoritis dan praktis

dalam kerangka profesionalitas.

c. Mengedepankan pendidikan agama dalam menciptakan lulusan yang berakhlak mulia.

d. Mendidik lulusan yang berpengalaman dan dapat dipertanggung jawabkan guna kepentingan universal.

e. Setiap alumni dibekali sikap mental dan mampu bersaing dalam memasuki dunia pendidikan yang unggul.

Kurikulum yang dipakai SMP Nusntara Plus yaitu dengan memadukan Kurikulum Depdiknas dan Kurikulum Depag, serta muatan lokal yang ditekankan pada basic science, bahasa dan akhlakul karimah, menyatu menjadi kurikulum SMP Nusantara Plus yang berbasis kompetensi dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang teoritis dan praktis. Hal yang unik dan berbeda dari sekolah lain adalah SMP Nusantara Plus untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam


(55)

(PAI) memacu pada kurikulum Depag yaitu ada mata pelajaran Fiqih, Akidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Al-Qur’an Hadits.

Sedangkan untuk alokasi jam belajar di SMP Nusantara Plus dibagi menjadi dua waktu yakni ada jam pagi dan jam siang. Jam pagi untuk kelas VIII dan IX, sedangkan jam siang untuk kelas VII. Alokasi waktu untuk pelajaran agama kelas siang (kelas VII) dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran hanya 30 menit, sedangkan untuk kelas pagi 1 jam pelajaran 35 menit.

3. Sarana dan Prasarana

Sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar, SMP Nusantara Plus memiliki sarana dan prasarana:

Sarana dan Prasarana SMP Nusantara Plus

No. Jenis Ruangan /

Bangunan Jml.

Ukuran P x L

Kondisi Ruangan Ket.

B CB TB

A. RUANG BELAJAR

1 Ruang Teori / Kelas 8 6 x 7 √ - -

2 Ruang Perpustakaan 1 8 x 9 √ - -

3 Ruang Lab. Bahasa 1 6 x 7 √ - -

4 Ruang Lab. IPA 1 6 x 7 √ - -

5 Ruang Lab. Komputer 1 6 x 7 √ - -

6 Ruang Kesenian 1 6 x 7 √ - -

7 Ruang Serbaguna /

Aula 2 12 x 14 √ - -

8 Ruang Multimedia 1 6 x 7 √ - -

B. RUANG KANTOR

1 Ruang Kepala

Sekolah 1 4 x 4 √ - -

2 Ruang Wakil Kepsek 2 2 x 2 √ - -


(1)

SEKOIAH

MENENGAH

PERTAIIA

SMP NUSANTARA

PI.US

Alamat : Jl. Tarumanegara Dalam No. 1 Ciputat - Tangerang Selatan i5419 Telp. 021 - 747 07 222, Fax. 021 - Z4Z 10 821

No.

080/YAN/SMP

-

M/SK.P/IIV2015

Yang bertanda tangan

di

bawah

ini

Kepala Sekolah Menengah pertama

(

SMp ) Nusantara plus, Dengan

ini

menerangkan bahwa yang bemama dibawah

ini

:

Nama

NIM

Fakultas

Faiqotul

Hikmah

109011000086

trmu

Tarbiyah

dan

Keguruan Jurusan Pendidikan

Agama

Islem

UIN

Syarif

Eidayatullah Jakarta

Judul Skripsi

Upaya

Guru

PAI Dalam

Mengembangkan

Kreativitas

Siswa pada

Mata

Pelajeran

PAI

Kelas

VIII

SMP

Nusantara

plus.

Telah melaksanakan penelitian

di

SMP Nusantara

plus

selama satu

bulan,

terhitung tanggal 13

Febuari

Vd

l4

Maret 2015.

Demikian surat keterangan

ini kami

sampaikarl agar dipergunakan sebagaimana mestinya.

Ciputat, 30 Maret 201 5

Kepala Sekolah,

6f

"*At9


(2)

UIN JAKARTA FITK

A. h. H. J@da t\to 95 CbuLt 15412 tuo@sh

FORM (FR}

SUMT

BIMBINGAN SKRIPSI

Nomor Hal

: Un.0 l/F. I /KM.0 I .3 lg+dlt2} I 4

: Bimbingan Skripsi Jakarta" 23-01:2ot 4

Kepada Yth.

Yudhi Munadi, M.Ag Pembimbing Skripsi

Fakuhas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Assalamu'oloikum wr.wb.

,

..D."rgln

ini

diharapkan kesediaan Saudara untuk

menjji

pembimbing UII

(mater eknis) penulisan skJipsi mahasiswa:

Nama NIM

: Faiqotul Hikmah : 10901 1000086

Jurusan

: pendidikan Agama Islam

Semester

: X (Sepuluh)

Judul

Skripsi

: Upaya Guru pAI dalam Mengembangkan

Kreativitas Siswa pada Mata pelajaran pendidikan Agama Islam di SMp Nusantara plus.

Judul.tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan

pada tanggal 22_0l_2014

*str3k:i/?utl!ry terlampir. Saudara dapat

"i"f"i"t",

pJ-iJri

."a"*fonal

pada judul tersebut. Apabila perubalan substansid ai*ggrp polu,';oho"-ftmiimUing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi

ini

diharaokan. selesai dalam waktu

6

(enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berir.rtnya anfu

s*ai;dil;*.

Atas perhatian dar kerja sama Saudara, kami ucapkan tertna kasih.

Was s ala mu' al aikum wr. w b.

Tembusan:

l.

Dekan FITK

2.

Mahasiswa ybs.

a.n. Dekan


(3)

,-.

DEPARTEMEN AGAMA

,.:,,

UTNJAKARTA

.

,-i-- !

FITK

Llt!!l

t,)i

i't**"

r" u

"*",1s412 tn lo**l

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FRiAKD,o82 Tgl.

Terbit :

5 Januari2009 No.

Revisi: :

0O

Hal 111

SURAT PERMOHONAN

IZIN

OBSERVASI

Nomor : Un.0l/F. l/KM.01.3/.938t/2015 Lamp. : Outline/Proposal

Hal

: Permohonan

Izin

Observasi Kepada Yth.

Kepala Sekolah SMP Nusantara Plus di

Tempat

A s sol a mu' aloi kum wr.w b.

Dengan hormat kami sampaikan bahw4 Nama

NIM

Jurusan Semester Judul

Skipsi

Tembusan:

l.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

J akarta, 12 Februari 20 I 5

Faiqotul Hikmah 109011000086

Pendidikan Agama Islam (PAI)

XI

(Sebelas)

:Upaya Guru

PAI

dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Nusantara Plus. adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN

Jakarta yang

sedang menlusun

skripsi, dan akan

mengadakan

observasi di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon

Saudara

dapat

mengizinkan

mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudarq kami ucapkan terima kasih.


(4)

DEPARTEMEN AGAMA UIN JAKARTA

FITK

$ n, H. Juanda No e5 qpdat 1a'412 hdotle,'i.

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082 Tgl.

Terbit :

5 Januari 2009 No.

Revisi: :

00

Hal 111

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un.01/F.UKM.o1.3/.s*5/201 5

Lamp. : O utl ine /P roposal

Hal

: Permohonan

Izin

Penelitian Kepada Yth.

Kepala Sekolah SMP Nusantara Plus

Jakafia, 12 Februari 2015

Assalamu'alaikum wr.w b.

Dengan hormat kami sampaikan bahrv4 Faiqotul Hikmah

109011000086

Pendidikan Agama Islam (PAI)

XI

(Sebetas)

:Upaya Guru

PAI

dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Nusantara Plus. adalah benar mahasiswa./i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN

Jaka*a yang

sedang

menyusun

skripsi,

dan

akan

mengadakan

penelitian

(riset)

di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon

Saudara

dapat

mengizinkan

mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalantu'alai kum w r.w b.

di Tempat Nama

NIM

Jurusan Semester Judul

Skipsi

Tembusan:

l.

Dekan

FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Peran guru PAI sebagai motivasi dalam meningkat kedisiplinan siswa di SMP Nusantara Plus Ciputat

0 19 93

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

0 3 91

Kreativitas Guru PAI Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

Kreativitas Guru PAI Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 11

Kreativitas Guru PAI Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 38

Kreativitas Guru PAI Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 18

Kreativitas Guru PAI Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

1 1 26

Kreativitas Guru PAI Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4

Kreativitas Guru PAI Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 2