Peran guru PAI sebagai motivasi dalam meningkat kedisiplinan siswa di SMP Nusantara Plus Ciputat

(1)

i

NIM : 206011000089

Tempat/Tgl lahir : Pekalongan, 11 Oktober 1988 Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Peranan Guru PAI Sebagai Motivator Dalam Meningkatkan Disiplin Siswa SMP Nusantara Plus Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Eri Rossatria, M.Ag

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakarta, 29 Maret 2011

Vina Zumrotul A’la NIM: 206011000089


(2)

ii

guru sebagai pendidik setelah kedua orang tua. Guru sebagai pendidik di sekolah tidak hanya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan tetapi lebih dari itu, seorang guru juga bertugas sebagai motivator dituntut untuk mampu meningkatkan kedisiplinan dalam diri siswa.

Kedisiplinan merupakan modal dasar yang harus dikembangkan kepada peserta didik di sekolah. Karena dengan kedisiplinan maka proses pendidikan yang berlangsung di sekolah dapat berjalan lancar dan tertib serta tujuan pendidikan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Dengan pembiasaan kedisiplinan di sekolah bukan mustahil dapat menjadikan anak kita menjadi generasi yang memiliki pemahaman yang kuat tentang kedisiplinan yang akhirnya akan membekas dan menghasilkan disiplin diri atau self dicipline pada diri mereka. Akan tetapi fungsi guru sebagai pembentuk nilai dan norma dalam diri peserta didik sekarang ini banyak menghadapi tantangan. Indikasi adanya tantangan tersebut dapat dilihat dengan munculnya kenakalan peserta didik atau pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik terhadap aturan dan tata tertib sekolah, yang merupakan salah satu unsur penghambat terhadap keberhasilan belajar peserta didik khususnya dalam pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya.

Dan agar pelaksanaan disiplin siswa di sekolah bisa maksimal, guru harus bisa memberikan motivasi baik dengan memberikan bimbingan, contoh tauladan, pengawasan, maupun memberikan hukuman bahkan ganjaran. Tetapi lebih dari usaha-usaha tersebut, pihak sekolah sudah sepatutnya dapat menggugah kesadaran siswa akan pentingnya kedisiplinan.

Penelitian dalam skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui peranan guru PAI sebagai motivator dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. Untuk itu metodologi penelitian ini menggunakan Deskriptif Analisis dengan rumus

% 100 x N F

P . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Guru PAI sebagai motivator mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.


(3)

iii

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW., keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang telah mengenalkan Islam kepada seluruh umat manusia.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini berbagai kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang berasal dari penulis sendiri maupun dari luar. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu dengan penuh ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Bpk Bahrissalim, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bpk Drs. Sapiuddin Sidiq, M.Ag, Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Dra. Hj Eri Rossatria. M. Ag, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan perhatian dan waktunya dengan segala profesionalitas dan kesabaran, semoga segala kebaikan dan ketulusan yang ibu berikan menjadi amal yang shaleh yang tiada akan pernah putus. 5. Semua Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 6. Cecep Setiawan MA, sebagai Kepala sekolah SMP Nusantara Plus Ciputat yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sana. beserta guru PAI (Bu Irma) dan staf TU yang telah membantu proses


(4)

iv

yang telah dengan sabar dan tekun, rela mentransfer ilmunya kepada penulis selama penulis menempuh studi di UIN Jakarta ini.

8. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda H. A.Rifa’i Arif dan Ibunda Hj Nok Hasanah dalam setiap hari-harimu selalu bermunajat untuk anakmu ini, kaulah sahabat sekaligus seorang ibu, kau ajarkan aku kejujuran, kesabaran dan ketulusan, kaulah sebaik-baik pengajar di dunia ini. Ayah yang begitu bijak, baik dan sabar dalam mendidik. Tiada putus kau berikan yang terbaik untuk anakmu. Kecup sayang dari anakmu.

9. Adikku tersayang Lana Qotrun Nada terima kasih atas dukungan do’a yang selalu memberikan kerinduan canda dan tawa, serta sepupuku

tersayang (Mba Sakin dan De’ Ariz) dan semua saudaraku yang berada di

pulau seberang yang selalu tanya kapan skripsinya selesai, terima kasih banyak atas dukungannya selama ini.

10.Untuk sahabat-sahabat kelasku (Semy, Uyung, Mahe, Mba Masning, Cici, Mba Nung, Ocy, Mahfudz, Bu Masmidah, de2 Syahri) kalian semua adalah inspirasi bagi penulis, makasih sudah mau mendukung, berbagi cerita, share skripsi dan bai makanan. Bersama kalian telah menggoreskan banyak kenangan manis, canda tawa, selama menjalani perkuliahan. Smoga tali silaturrahmi kita selalu terjalin.

11.Untuk teman-teman tercinta Ekstensi 2006, khususnya kelas B PAI semua pihak yang tidak disebutkan namanya yang memberikan sumbangsi pikiran untuk kelancaran peneliti, semoga jasa dan segala amal kebaikanya dibalas oleh sang pencipta alam semesta ini.

12.Sahabat kozku (Reny, Mey-mey, Acy) kalian semua adalah adalah saudaraku yang paling mengerti, bersama kalian penulis menemukan sosok sahabat yang tanpa pamrih memberikan perhatiannya dan bersama kalian adalah suka cita bersama, perjuangan yang tak tergantikan, nasehat,


(5)

v biasa.

Bagi mereka semua, tiada untaian kata dan ungkapan hati selain ucapan terima kasih penulis, semoga Allah SWT., membalas semua amal baik mereka, dan akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya kepada pembaca.

Jakarta, 16 Maret 2011 Penulis


(6)

vi

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Kedisiplinan Siswa ... 7

1. Pengertian Disiplin ... 7

2. Macam-macam Disiplin ... 11

3. Tujuan dan Fungsi Disiplin ... 13

4. Cara Menanamkan Disiplin ... 16

5. Penanggulangan Pelanggaran Disiplin ... 20

B. Guru PAI Sebagai Motivator ... 22

1. Pengertian dan Karakteristik Guru PAI ... 22

2. Tugas dan Peran Guru PAI ... 26


(7)

vii

D. Instrumen Penelitian... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah SMP Nusantara Plus Ciputat ... 42

1. Biodata Sekolah ... 42

2. Visi, Misi, dan Strategi SMP Nusantara Plus Ciputat ... 42

3. Keadaan Siswa ... 43

4. Keadaan Guru dan Karyawan ... 44

5. Sarana dan prasarana ... 45

B. Pengolahan dan Analisa Data... 47

C. Interpretasi Data ... 67

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan ... 69

2. Saran-saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA


(8)

viii

2. Kriteria penskoran Alternatif Jawaban... 42

3. Tafsiran persentase ... 44

4. Memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sekolah... 51

5. Masuk tepat waktu setelah bel masuk berbunyi ... 52

6. Keluar kelas ketika jam pelajaran belum selesai... 52

7. Mengobrol dengan teman pada saat guru menerangkan ... 53

8. Mengikuti upacara bendera dengan rutin ... 54

9. Mengikuti upaca bendera sambil bercanda ... 55

10.Berbicara ketika pembina upacara menyampaikan amanat upacara ... 55

11.Berbaris rapi pada saat upacara ... 56

12.Membuat keributan diluar jam pelajaran ... 56

13.Langsung bergegas pulang ketika jam pelajaran selesai ... 57

14.Terlibat tawuran antar sekolah ... 57

15.Merokok diluar jam sekolah... 58

16.Mejeng di mall dengan memakai seragam sekolah... 59

17.Menegur siswa yang tidur di dalam kelas pada saat pembelajaran ... 59

18.Mengingatkan siswa dalam masalah disiplin ... 60

19.Memberikan semangat untuk berdisiplin baik secara lisan maupun perbuatan ... 61

20.Langsung menegur pada saat siswa melakukan kesalahan ... 61

21.Berpakaian rapi dan sopan setiap hari ... 62

22.Hadir sebelum bel masuk sekolah berbunyi... 63

23.Mengumpulkan tugas siswa setelah pembelajaran selesai ... 63

24.Memberikan nilai tepat waktu ... 64

25.Memeriksa kehadiran siswa setiap pagi ... 64


(9)

ix

serta obat-obatan terlarang ... 67

30.Memukul siswa yang terlambat hadir di sekolah ... 67

31.Memarahi siswa yang terlambat hadir di sekolah ... 68

32.Memberikan pujian kepada siswa yang mentaati peraturan sekolah ... 68


(10)

x Lampiran 1 : Surat pengajuan skripsi Lampiran 2 : Surat bimbingan skripsi

Lampiran 3 : Surat permohonan izin penelitian Lampiran 4 : Surat observasi

Lampiran 5 : Surat izin wawancara

Lampiran 6 : Surat keterangan dari sekolah Lampiran 7 : Berita wawancara

Lampiran 8 : Angket

Lampiran 9 : Profil SMP Nusantara Plus Ciputat

Lampiran 10 : Kartu inventaris ruangan SMP Nusantara Plus Ciputat


(11)

Motivator dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa. Skripsi dibawah bimbingan Dra. Hj. Eri Rossatria, M.Ag. jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.

Sekolah merupakan pendidikan lanjutan setelah pendidikan keluarga dan guru sebagai pendidik kedua setelah orang tua. Guru sebagai pendidik di sekolah tidak hanya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan tetapi lebih dari itu, seorang guru juga bertugas sebagai motivator dituntut untuk mampu meningkatkan kedisiplinan dalam diri siswa.

Kedisiplinan merupakan modal dasar yang harus dikembangkan kepada peserta didik di sekolah. Karena dengan kedisiplinan maka proses pendidikan yang berlangsung di sekolah dapat berjalan lancar dan tertib serta tujuan pendidikan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Dengan pembiasaan kedisiplinan di sekolah bukan mustahil dapat menjadikan anak kita menjadi generasi yang memiliki pemahaman yang kuat tentang kedisiplinan yang akhirnya akan membekas dan menghasilkan disiplin diri atau self dicipline pada diri mereka. Akan tetapi fungsi guru sebagai pembentuk nilai dan norma dalam diri peserta didik sekarang ini banyak menghadapi tantangan. Indikasi adanya tantangan tersebut dapat dilihat dengan munculnya kenakalan peserta didik atau pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik terhadap aturan dan tata tertib sekolah, yang merupakan salah satu unsur penghambat terhadap keberhasilan belajar peserta didik khususnya dalam pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya.

Dan agar pelaksanaan disiplin siswa di sekolah bisa maksimal, guru harus bisa memberikan motivasi baik dengan memberikan bimbingan, contoh tauladan, pengawasan, maupun memberikan hukuman bahkan ganjaran. Tetapi lebih dari usaha-usaha tersebut, pihak sekolah sudah sepatutnya dapat menggugah kesadaran siswa akan pentingnya kedisiplinan.

Penelitian dalam skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui peranan guru PAI sebagai motivator dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. Metodologi penelitian ini menggunakan Deskriptif Analisis yang dilakukan di SMP Nusantara Plus Ciputat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru PAI sebagai motivasi mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

Untuk melihat bagaimana peranan guru PAI sebagai motivator, penulis menggunakan rumus x100%

N F


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Disiplin memiliki kontribusi yang sangat penting dalam membentuk pribadi-pribadi yang memiliki komitmen tinggi dalam melaksanakan setiap kewajiban. Dengan kata lain, disiplin dapat membentuk karakter bangsa. Pembiasaan-pembiasaan penerapan disiplin sejak dini akan memudahkan setiap individu untuk melaksanakan setiap kewajiban dengan komitmen tinggi. Para guru khususnya guru PAI memiliki peran yang signifikan untuk membentuk pribadi yang berdisiplin tinggi, karena disiplin merupakan bagian terpenting yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah proses pendidikan.

Disiplin, sebagaimana dikemukakan oleh Alisuf Sabri dalam bukunya Ilmu Pendidikan, merupakan salah satu alat pendidikan preventif dalam pendidikan yaitu alat yang bersifat pencegahan. Yang bertujuan untuk mencegah atau menghindarkan hal-hal yang dapat mengganggu kelancaran proses pelaksanaan atau pencapaian tujuan pendidikan.1

Sedangkan menurut S Margono, “disiplin merupakan suatu gambaran yang menyatakan hasil kegiatan atau perubahan yang telah dicapai oleh seseorang melalui keuletan bekerja, baik secara kualitas maupun kuantitas, dengan kata lain disiplin adalah sebuah penilaian yang memang menjadi standarisasi bagi

1


(13)

keberhasilan tujuan pendidikan.”2 Disiplin termasuk salah satu upaya dan perbuatan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, karena dengan disiplin segala kegiatan pembelajaran akan teratur dan terarah, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai dengan baik. Maka dengan demikian disiplin sebagai salah satu upaya meningkatkan proses pembelajaran penting dilaksanakan oleh siswa, guru beserta seluruh tenaga kependidikan.

Dalam Penerapan disiplin peserta didik dapat belajar untuk hidup dengan kebiasaan baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Pembiasaan dengan lingkungan sekolah mempunyai pengaruh positif pula bagi kehidupan peserta didik di masa yang akan datang. Mengingat akan pentingnya disiplin pada siswa , maka pihak-pihak yang terkait seperti sekolah, masyarakat, dan keluarga, semestinya menanamkan disiplin itu terhadap siswa. Disiplin sekolah tidak hanya diterapkan dan dilakukan kepada siswa, akan tetapi disiplin juga harus diterapkan dan dilaksanakan oleh seorang guru.

Muhammad zuhaili, dalam bukunya yang berjudul Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini menyatakan, bahwa guru merupakan tenaga kependidikan terdepan dalam melaksanakan tugas pokok lembaga pendidikan, sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing serta motivator, untuk itu diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pada kepribadian, prilaku dan pengaruhnya yang sangat besar terhadap jiwa anak didik. Banyak anak didik yang kepribadiannya meniru salah satu gurunya dalam setiap tindakan, akhlak, pemikiran dan prilakunya, khususnya dalam tingkat pendidikan awal dan kemudian menengah.3

Demikian juga bagi guru khususnya guru PAI, tugas dan tanggung jawab mereka tidaklah mudah dan ringan, bahkan mungkin lebih berat dari guru bidang studi lain, sebab terkait dengan siswa yang memiliki latar belakang beragamaan yang berbeda serta permasalahan yang sangat kompleks. Oleh karena itu, guru PAI harus memiliki persyaratan khusus, salah satunya adalah pengetahuan yang mendalam tentang pendidikan agama dan keahlian dalam bidang studi PAI secara professional.

2

S. Margono.Drs, Metodologi Penelitian Pendidkan, (Jakarta.Rineka Cipta,2004)Cet.Ke-4,h.54.

3

Muhammada Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta:A..H.Ba’adillah


(14)

Sebagai pendidik, segala sikap dan prilaku yang dilakukannya, tentu akan dilihat dan dicontohkan oleh siswanya. Jika guru memiliki sikap disiplin maka siswanya juga mengikuti perilaku sang guru yang disiplin tersebut. Guru yang disiplin dapat memotivasi anak didik untuk dapat berperilaku disiplin.

Bahwasanya guru sangat berperan dalam memotivasi anak didik agar dapat meningkatkan kedisiplinan mereka, yaitu dengan cara menerapkan kedisiplinan terhadap anak didik. Selain guru menerapkan kedisiplinan terhadap siswa, gurupun seharusnya membiasakan sikap disiplin untuk dirinya agar dapat memberikan motivasi kepada anak didiknya. Misalnya dari faktor guru, berpakaian sopan, hadir sebelum bel masuk berbunyi, memberikan semangat untuk berdisiplin baik secara lisan maupun perbuatan, tidak sering bolos ketika jam mengajar, tidak meninggalkan kelas sebelum waktu pelajaran selesai, dan inilah merupakan contoh sikap disiplin pada guru. Dengan disiplin tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah.

Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib sekolah, maka dibutuhkan guru-guru yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan dalam mematuhi tata tertib atau peraturan yang telah diberlakukan di sekolah tersebut. Karena ini merupakan salah satu cara agar mewujudkan kelancaran dalam proses pembelajaran untuk mencapai visi dan misi sekolah.

Dalam mencapai visi dan misi sekolah maka sekolah harus memiliki disiplin yang tinggi. Disiplin siswa juga dapat dimulai dari kebiasaan yang sering dilakukan diantaranya siswa mampu mempergunakan waktu yang baik, memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan menyusun jadwal pelajaran. Namun kenyataan di masa sekarang, terjadi ketidaktertiban yang tiada habis-habisnya. Setiap hari ada saja pelanggaran yang terjadi, mulai dari hal yang sepele sekalipun, misalnya: cara berpakaian yang tidak rapi, tidak tepat waktu datang ke sekolah, tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) , berbicara pada teman pada saat guru sedang menjelaskan pelajaran, keluar kelas saat jam pelajaran belum habis, jajan disaat jam pelajaran berlangsung, terlambat datang ke sekolah, ketidak ikutsertaan dalam upacara atau kegiatan sekolah, dan masih


(15)

banyaknya siswa yang pulang sebelum waktu pelajaran selesai (bolos), hingga hal-hal yang cukup besar seperti merokok, rambut gondrong, membuat keributan di kelas, melawan guru, berkelahi, mejeng di mall dengan menggunakan seragam sekolah. E Mulyasa menambahkan, bahwasanya, “siswa banyak melakukan tawuran, perkelahian, pelanggaran moral yang dilakukan peserta didik sehingga akan mengganggu efektifitas pembelajaran.”4

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa kedisiplinan siswa itu sangat diperlukan dalam melaksanakan peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah, oleh karena itu guru sebagai motivator diharapkan dapat memberikan motivasi yang positif kepada siswa agar dapat meningkatkan kedisiplinan siswa khususnya bagi guru PAI dalam menciptakan peserta didik yang memiliki kedisiplinan yang tinggi dan memiliki sifat akhlakul karimah.

Disiplin yang diterapkan di SMP Nusantara plus ini tidak jauh berbeda dengan disiplin yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya. Disiplin-disiplin yang ada tidak hanya berlaku untuk para siswa, melainkan juga bagi guru. Dengan penanaman disiplin diharapkan siswa terbiasa untuk disiplin dan pada akhirnya disiplin dapat menjadi karakter kepribadiannya. Namun dalam kenyataannya di SMP Nusantara Plus ada siswa yang tidak disiplin dalam melaksanakan peraturan-peraturan yang ada di sekolah. Misalnya siswa yang terlambat datang ke sekolah, keluar kelas ketika jam pelajaran belum selesai, mengobrol dengan teman pada saat guru menerangkan, mengikuti upacara sambil bercanda, membuat keributan di luar jam sekolah, membawa telepon genggam ke sekolah, terlibat tawuran, dll. Meskipun pelanggaran tata tertib sekolah tersebut angkanya tidak besar, namun masalah tersebut tidak boleh dibiarkan dan harus segera diatasi. Oleh karena itu diperlukan peran dari guru PAI dalam memotivasi disiplin siswa agar kedisiplinan siswa meningkat.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk melakukan penilitian yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul “Peran Guru PAI

4

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


(16)

Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di SMP Nusantara Plus Ciputat”.

B.Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka timbul berbagai masalah sebagai berikut:

1. Masih kurangnya peran guru PAI dalam menanamkan disiplin pada siswa 2. Kurangnya motivasi yang diberikan oleh guru dalam meningkatkan disiplin

siswa

3. Masih ada siswa yang melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam menjalankan peraturan sekolah.

4. Peran guru PAI sebagai motivator dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Nusantara Ciputat.

C.Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan yang berhubungan dengan masalah pendidikan, makla perlu diadakan pembatasan masalah. Agar pembatasan dalam skripsi ini dapat terarah sehingga mempermudah dalam menjelaskan permasalahan yang akan dibahas maka penulis akan membatasi pada Peran Guru PAI sebagai motivator dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Nusantara Ciputat.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana peran guru PAI dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan disiplin siswa di SMP Nusantara Plus Ciputat”.


(17)

D.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian adalah Untuk mengetahui peranan guru agama sebagai motivator dalam meningkatkan disiplin Siswa di SMP Nusantara Plus Ciputat. 2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah:

a. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan bagi guru PAI sebagai motivator dalam upaya meningkatkan disiplin siswa

b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan untuk kajian lebih lanjut mengenai disiplin siswa.

c. Menambah Khazanah ilmu pengetahuan bagi penulis dalam hal kedisiplinan, khususnya di SMP Nusantara Plus.


(18)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A.Kedisiplinan siswa 1. Pengertian Disiplin

Sebelum berbicara tentang disiplin, penulis akan mengemukakan arti dari disiplin terlebih dahulu. Sebenarnya disiplin bukanlah kata Indonesia asli, ia adalah kata serapan dari bahasa asing “disciphline” (Inggris), “disciplin” (Belanda) atau “disciplina” (Latin) yang artinya “belajar”.1

Berbeda dengan itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “disiplin adalah tata tertib (di sekolah, kemiliteran dan lain sebagainya), ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan atau tata tertib.”2

Sedangkan menurut istilah, para ahli mengemukakan berbagai macam pandangannya dalam memakai istilah disiplin, diantaranya adalah:

Istilah “disiplin” mengandung banyak arti. Good Dictionary of Education menjelaskan “disiplin” sebagai berikut:

a. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan, atau kepentingan demi sesuatu cita-cita atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif dan dapat diandalkan.

b. Pencarian cara-cara bertindak yang terpilih dengan gigih, aktif, dan diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan dan gangguan.

1

Alex Sobur, Anak Masa Depan, (Bandung: Penerbit Angkasa, 1986),Cet.Ke-21,h.114 2

Pusat Bahasa Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), ed.3, cet.2, h. 268.


(19)

c. Pengendalian perilaku murid dengan langsung dan otoriter melalui hukuman dan hadiah.3

Menurut Tulus Tu’u, istilah disiplin berasal dari Bahasa Latin yaitu “disciplina yang menujuk pada kegiatan belajar dan mengajar, yang berarti mengikuti orang-orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin, dalam kegiatan belajar tersebut bawahan dilatih untuk patuh dan taat pada peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemimpin.”4 Sejalan dengan itu Ensiklopedia Nasional Indonesia mengartikan istilah disiplin sebagai “sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung ketentuan, peraturan, nilai serta kaidah yang berlaku.”5

Selanjutnya, menurut Elizabeth B.Hurlock, “disiplin sama dengan hukuman, disiplin digunakan hanya bila anak melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang berwewenang mengatur kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu tinggal.”6

Sedangkan, Menurut E Mulyasa, “disiplin adalah suatu keadaan tertib, ketika orang-orang yang bergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati.”7

Selanjutnya, Nitisemito S.Alex dalam bukunya Menejemen Personalia merumuskan pengertian disiplin adalah: “sebagai suatu sikap,tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan baik yang tertulis maupun tidak.”8

Lebih lanjut, disiplin menurut Soedijarto ialah “kemampuan untuk

mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan.”9

Menurut Habiburrahman El Shirazi dalam sebuah tulisannya di harian Seputar Indonesia, yang mengutip pendapat Soegeng Prijodarminto mengartikan disiplin sebagai berikut: Suatu kondisi yang tercipta dan

3

Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, (Bandung:Angkasa,1993), Cet.1,h.109.

4Tulus Tu’u,

Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. (Jakarta:PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.2004)h.30

5

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta:PT.Delta Pamungkas,2004), jilid IV,h.93. 6

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2.Terj dari Child Development Sixth Edition, oleh dr. Med. Meitasari Tjandrasa, (Jakarta: Erlangga,), h. 82.

7

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru danKepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 191.

8

Nitisemito S.Alex, Menejemen Personalia, (Jakarta: Balai Aksara,1984), cet.Ke-5, h. 1999 9

Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional Yang Relefan Dan Bermutu, (Jakarta: Balai Pustaka), cet.1,h.163


(20)

terbentuk melalui serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban. Karena sudah menyatu dalam dirinya sehingga, sikap atau perbuatan yang dilakukannya bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia berbuat tidak sebagaimana lazimnya.10

Berbeda dengan hal di atas, Nurcholish Madjid mengatakan bahwa “ditinjau dari sudut ajaran keagamaan, disiplin adalah sejenis perilaku taat atau patuh yang sangat terpuji.”11

Piet A. Sahertian menjelaskan bahwa “disiplin mempunyai makna dan konotasi yang berbeda-beda. Ada yang mengartikan disiplin sebagai hukuman, pengawasan, kepatuhan, latihan dan kemampuan tingkah laku”.12

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah segala peraturan atau tata tertib yang telah ditetapkan oleh setiap lembaga baik keluarga, sekolah, masyarakat dan lain-lain. Dimana yang seluruhnya itu harus dijalankan, ditegakkan dan dipatuhi oleh semua individu yang ada di lembaga tersebut, sehingga kedisiplinan dapat berjalan dengan baik. Maka segala tujuan yang diharapkan dan dicita-citakan akan dapat tercapai secara maksimal.

Mengenai pengertian siswa, Sardiman berpendapat bahwa, siswa adalah Salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajar-mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Dalam berbagai statement dikatakan bahwa siswa dalam proses belajar-mengajar sebagai kelompok manusia yang belum dewasa dalam artian rohani maupun jasmani. Oleh karena itu memerlukan pembinaan, pembimbingan dan pendidikan serta usaha orang lain yang dipandang sudah dewasa, agar anak didik dapat mencapai tingkat kedewasaannya.13

Menurut Al-Rasyid, Samsul Nizar peserta didik merupakan “orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki

10Habiburrahman El Shirazi, “

Mencintai Disiplin” dalam Seputar Indonesia, (Jakarta: 11 Februari 2010), h.32.

11

Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 87. 12

Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), Cet ke-1, h. 126

13

Sardiman, A. M., Interaksi dan Motivasi belajar-Mengajar, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2003), Cet.10,h.112.


(21)

fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun pertimbangan pada bagian-bagian lainnya.”14

Selain pendapat di atas, Abudin Nata dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, mengemukakan: Peserta didik dalam bahasa Arab dikenal tiga istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan pada anak didik. Tiga istilah tersebut adalah murid yang secara harfiyah berarti orang yang menginginkan atau membutuhkan sesuatu, tilmidz jamaknya talamidz yang berarti murid, dan thalib al-„ilm yang menuntut ilmu, pelajar, atau mahasiswa. Ketiga istilah tersebut seluruhnya mengacu kepada seseorang yang tengah menempuh pendidikan. Perbedaannya hanya terletak pada penggunaannya pada tingkatannya.15

Di dalam bukunya yang berbeda, Abudin Nata menyebutkan bahwa dari “ketiga istilah yang telah beliau kemukakan seperti di atas, maka anak didik merupakan semua orang yang belajar, baik pada lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan non formal.”16

Dari pengertian disiplin dan siswa di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin siswa adalah kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Sehingga dapat membiasakan perilaku yang disiplin, dan tidak melanggar peraturan-peraturan yang ada di sekolah.

Selanjutnya, penulis membahas tentang pengertian disiplin sekolah. Menurut Oteng Sutisna disiplin sekolah adalah: “sebagai kadar karakteristik dan jenis keadaan serba teratur pada suatu sekolah tertentu atau cara-cara dengan mana keadaan teratur itu diperoleh, pemeliharaan kondisi yang membantu kepada pencapaian dengan efisiensi fungsi-fungsi sekolah.”17

Selanjutnya dari Dictionary of Education, yang dikutip oleh E Mulyasa menyatakan disiplin sekolah adalah “the maintenance of conditions condusive to

the efficient achievement of the school’s function.”18

14

Al-Rasyid, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta:PT Ciputat Press, 2005), Cet Ke-2,h.47

15

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1997),cet.3,h.79 16

Abudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta:UIN Press,2005),cet.1,h.249

17

Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek Professional, (Bandung:Angkasa,1989),Cet.Ke-10,h.110

18


(22)

Berdasarkan definisi yang dikutip oleh E Mulyasa, penulis memberi kesimpulan bahwa disiplin sekolah dapat diartikan sebagai keadaan tertib, ketika guru, kepala sekolah dan staf, serta peserta didik yang tergabung dalam sekolah tunduk kepada peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati.

Dari beberapa pendapat di atas tentang disiplin sekolah, penulis menyimpulkan bahwasanya disiplin di sekolah bukan bermaksud mempersulit kehidupan peserta didik dan bukan pula menghalangi kesenangan orang-orang yang tergabung dalam lembaga tersebut. Akan tetapi dengan adanya disiplin yang konsisten maka sekolah dapat menjalankan perannya sebagai lembaga pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas tingkah laku siswa dan orang-orang yang tergabung dalam lembaga tersebut.

2. Macam-macam Disiplin

Pembahasan berikutnya akan membahas tentang beberapa macam disiplin yang akan dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:

Menurut Piet A. Sahertian, disiplin dapat terbagi dalam tiga macam yaitu:

a. Disiplin tradisional adalah disiplin yang bersifat menekan, menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian yang terdidik. b. Disiplin modern, pendidikan hanya menciptakan situasi yang

memungkinkan agar peserta didik dapat mengatur dirinya. Jadi,situasi yang akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga terdidik mengembangkan kemampuan dirinya.

c. Disiplin liberal, disiplin yang diberikan sehingga anak merasa memiliki kebebasan tanpa batas.19

Menurut Soedijarto, dalam bukunya Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, dalam kehidupan sehari-hari disiplin terbagi menjadi tiga macam yaitu: Disiplin diri, disiplin belajar, dan disiplin kerja. Seseorang dikatakan memiliki disiplin diri yang kuat bila ia dapat mengendalikan dirinya sendiri. Seseorang anak yang menginjak dewasa akan memiliki disiplin yang kuat apabila dalam proses perkembangannya memperoleh pengalaman yang positif dari usahanya melaksanakan disiplin, tetapi

19

Piet A. Sahartian, Dimensi Administrasi Pendidikan, (Surabaya:Usaha Nasional,1994),Cet.Ke1.h.127


(23)

sebaliknya akan goyah kalau dalam perjalanan menuju kedewasaan dalam mencoba berdisiplin.20

Menurut bukunya Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar disiplin dibedakan empat macam, yaitu: Disiplin buatan guru, disiplin buatan kelompok, disiplin yang dibuat oleh diri sendiri dan disiplin karena tugas. Disiplin yang dibuat oleh guru tersebut menurut Amir Achin dimaksudkan untuk menciptakan situasi yang baik demi berlangsungnya proses belajar mengajar. Situasi yang berstruktur itu (the structured situation) diciptakan dan dibina serta dikembangkan oleh guru yang baik, tanpa melupakan peserta didik. Menurut Amir Achin, kelompok peserta didik ini memiliki peran penting dalam memusatkan nilai dan norma masyarakat kepada setiap diri peserta didik. Dalam kaitan ini Amir achin berpendapat bahwa: apabila proses ini bertumbuh terus di mana anak itu semakin menjadi remaja yang bertanggung jawab dan matang berfikir, maka ia akan mulai berfikir bagaimana menyumbang dan mengembangkan serta bertanggung jawab terhadap kelompok dan akhirnya terhadap masyarakat lingkungannya. Amir Achin berpendapat bahwa, yang terpenting bagi seorang murid adalah bagaimana mempersiapkan dan memberikan tugas yang sesuai dengan tingkat kematangan siswa, yang dapat memotivasi siswa agar di dalam mengerjakan tugas para siswa dapat mendisiplinkan diri sehingga tujuan intruksional dapat tercapainya dan pembentukan keadilan disiplin pribadi dapat terbentuk secara wajar dan sehat.21

Sedangkan menurut John Pearce menyatakan macam-macam disiplin sebagai berikut:

a. Keras dan otoriter.

Orang tua yang terlalu keras berisiko mempunyai anak yang pendiam yang mungkin pada masa-masa selanjutnya akan menjadi anak yang pemberontak dan mendendam terhadap orangtua serta orang lain yang berkuasa.

b. Tidak mau repot dan murah hati.

Orang tua yang lembut dan murah hati, anak biasanya merasa bahwa ia dapat melakukan sebagian besar yang ia inginkan dan mendapatkan apa yang ia inginkan.

c. Tidak konsisten dan tidak terduga.

Ini merupakan disiplin yang paling umum dan yang paling tidak efektif. Namun, kita semua melakukannya karena tidaklah mungkin untuk senantiasa bersikap konsisten. Karena anak tidak dapat menduga apa yang

20

Soedijarto ,Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta:Balai Pustaka, 1989), Cet.Ke-1,h.164

21

Amir Achin, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar, (Ujung Pandang:IKIP. Ujung Pandang Press,1990)Cet.Ke-2,h.62.


(24)

akan terjadi bila ia berbuat salah, ia menjadi kacau dan bingung dan akhirnya biasanya melakukan apa saja yang ia sukai.22

Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa guru dapat memilih macam-macam disiplin yang sesuai dengan kepribadian siswa tersebut. Sehingga dengan disiplin yang di terapkan oleh guru, siswa diharapkan akan mampu mengendalikan diri dari hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan atau tata tertib yang berlaku baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sekitar.

3. Tujuan dan Fungsi Disiplin. a. Tujuan Disiplin.

Menurut T. Rusyadi dalam bukunya Menjadi Guru Tauladan, tujuan dari kedisiplinan adalah Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dapat menuntaskan materi pelajaran (kognitif) yang telah ditentukan, menanamkan sikap disiplin kepada para siswa (afektif), dan dapat meminimalisir perilaku indisipliner yang dilakukan siswa dalam proses belajar mengajar, dan agar siswa terampil dan terbiasa melakukan kewajiban-kewajibannya (psikomotorik).23

Pendapat lainnya adalah dari Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi yang mengatakan bahwa tujuan dari disiplin adalah sebagai berikut:

1) Membantu guru agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.

2) Membuat guru agar patuh terhadap peraturan dan kepentingan serta kelancaran tugas di sekolah.

3) Membiasakan guru agar terbiasa hidup dengan baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.

4) Mengontrol tingkah laku guru agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan secara maksimal.24

Tholib Kasan dalam bukunya Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan mengemukakan disiplin mempunyai dua macam tujuan, yaitu:

22

John Pearce, Mengatasi Perilaku Buruk dan Menanamkan Disiplin pada Anak, (Jakarta:Arcan,1999)h.43-44.

23

T. Rusyadi, Menjadi Guru Tauladan, (Cianjur: Kendala Cipta, 1996), h. 151 24

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta:Rineka Cipta,2004),Cet.Ke-2,h.133-134.


(25)

1) Membantu anak untuk menjadi matang pribadinya dan mengembangkan dari sifat-sifat ketergantungan menuju tidak ketergantungan. Sehingga ia mampu berdiri di atas tanggung jawab sendiri.

2) Membantu anak untuk mampu mengatasi, mencegah timbulnya problem-problem disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang favorable bagi kegiatan belajar mengajar, di mana mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Dengan demikian diharapkan bahwa disiplin dapat merupakan bantuan kepada siswa agar mereka mampu berdiri sendiri (help for self help).25

Kemudian menurut Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya Perkembangan Anak “disiplin mempunyai tujuan untuk membentuk perilaku sedemikian rupa

hingga ia akan menyesuaikan dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikaksi.”26

Menurut E. Mulyasa, “disiplin bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dirinya, mengatasi, mencegah timbulnya problem-problem disiplin, serta berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan dalam pembelajaran sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan.”27

Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa dengan adanya tujuan disiplin kemungkinan diperoleh ketertiban, keamanan, serta keberhasilan penyelenggaraan program-program sekolah dan Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.

b. Fungsi Disiplin

Dalam dunia pendidikan, disiplin menjadi prasyarat dalam pembentukan sikap, prilaku dan tata kehidupan berdisiplin. Menurut Elizabeth. B. Hurlock, fungsi disiplin sebagai berikut:

1) Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.

2) Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih

25

Tholib Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta:Studia Press)h.80 26

Elizabeth Hurlock, Perkembangan Anak…,h.82 27


(26)

sayang dan penerimaan. Hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan.

3) Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi, sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya.

4) Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani – “suara dari dalam” pembimbing dalam pengembalian keputusan dan pengendalian perilaku.28

Menurut Alex Sobur dalam bukunya Pembinaan Anak dalam Keluarga, mengemukakan fungsi disiplin yang utama adalah “mengejar mengendalikan diri, menghormati dan mematuhi otoritas. Disiplin diperlukan dalam mendidik anak secara tegas terhadap hal yang harus dilakukan dan yang dilarang.”29

Selain pendapat di atas, Nakila mengemukakan fungsi disiplin, yaitu: 1) Menumbuhkan kepekaan.

Anak tumbuh menjadi pribadi yang peka/berperasaan halus dan percaya pada orang lain.

2) Menumbuhkan kepedulian

Anak jadi peduli pada kebutuhan dan kepentingan orang lain. Disiplin membuat anak memiliki integritas, selain dapat memecahkan masalah dengan baik dan mudah mempelajari sesuatu.

3) Mengajarkan keteraturan

Anak jadi memiliki pola hidup yang teratur dan mampu mengelola waktunya dengan baik.

4) Menumbuhkan ketenangan

Penelitian menunjukkan, bayi yang tenang/jarang menangis ternyata lebih mampu memperhatikan lingkungan sekitarnya dengan baik dan bisa cepat berinteraksi dengan orang lain.

5) Menumbuhkan sikap percaya diri

Sikap ini tumbuh saat anak diberi kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang mampu ia kerjakan sendiri.

6) Menumbuhkan kemandirian

Dengan kemandirian anak dapat diandalkan untuk bisa memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Anak juga dapat mengeksplorasi lingkungannya dengan baik

7) Menumbuhkan keakraban

Anak jadi cepat akrab dan ramah terhadap orang lain, karena kemampuannya beradaptasi lebih terasah.

8) Membantu perkembangan otak

28

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, Terj. Child Development Sixth Edition, oleh dr. Med. Meitasari Tjandrasa…., h. 83.

29

Alex Sobur, Pembinaan Anak dalam Keluarga, (Jakarta:BPK Gunung Mulia,1988),h.84


(27)

Pada usia 3 tahun pertama, pertumbuhan otak anak sangat pesat. Di usia ini, ia menjadi peniru perilaku yang sangat piawi.

9) Membantu anak yang sulit, misalnya anak yang hiperaktif, perkembangan terlambat. Dengan menerapkan disiplin, maka anak dengan kebutuhan khusus tersebut akan mampu hidup lebih baik.

10) Menumbuhkan kepatuhan

Hasil nyata dari penerapan disiplin adalah kepatuhan. Anak akan menuruti aturan yang diterapkan orang tua atas dasar kemauan sendiri.30 Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa fungsi kedisiplinan adalah membuat siswa menjadi lebih tertib dan teratur dalam menjalankan kehidupannya, serta siswa juga dapat mengerti bahwa kedisiplinan itu amat sangat penting bagi masa depannya kelak, karena dapat membangun kepribadian siswa yang kokoh dan bisa diharapkan berguna bagi semua pihak. Dengan disiplin yang dimiliki siswa diharapkan akan dapat mengendalikan perilakunya serta dapat membimbing, mengarahkan serta menjadi pendorong bagi anak dalam mencapai apa yang menjadi tujuan dan cita-citanya.

4. Cara Menanamkan Disiplin

Disiplin harus ditanamkan dan ditumbuhkan dihati para siswa, sehingga disiplin itu akan tumbuh dari hati sanubari anak itu sendiri. Adapun langkah-langkah untuk menanamkan disiplin pada anak menurut Alisuf Sabri adalah:

a. Dengan Pembiasaan

Menurut Alisuf Sabri, Anak dibiasakan hidup atau melakukan sesuatu dengan tertib, baik dan teratur. Misalnya berpakaian rapi, masuk dan keluar kelas dengan teratur, menyimpan tas dan sepatu pada tempatnya dengan baik, makan dan tidur pada waktunya, dan sebagainya sampai semua hal biasa dilakukan dengan tertib dan teratur.31

Selain yang dicontohkan oleh Alisuf Sabri, ada contoh lain dalam membiasakan anak untuk disiplin, seperti: siswa diharuskan memakai seragam lengkap sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, maka wujud dari pembiasaan adalah adanya pemeriksaan kerapian berpakaian yang dilakukan oleh guru kepada siswa. Contoh lainnya adalah pelaksanaan upacara bendera. Karena dalam pelaksanaan upacara bendera banyak hal

30

Nakila , Manfaat Disiplin, http://axel-nakila-hiariej.blogspot.com/2009/04/15-manfaat-disiplin.html

31


(28)

yang jika dijalankan dengan baik maka hal itu akan mempunyai pengaruh yang baik untuk kedisiplinan. Seperti deretan barisan yang lurus, sikap sempurna yang benar, kepatuhan memenuhi aba-aba, tidak berbicara sendiri ketika pembina upacara menyampaikan amanat dan mendengarkan dengan tertib semua pengumuman sekolah adalah sejumlah perbuatan yang dilakukan oleh siswa dalam upacara yang akan mendatangkan rasa hormat kepada para guru dan menjalankan peraturan yang telah ada.32

b. Contoh dan tauladan

Menurut Alisuf Sabri, Untuk menanamkan disiplin agar anak terbiasa hidup dan melakukan segala sesuatu dengan tertib, baik dan teratur perlu didukung oleh adanya contoh dan teladan dari pihak orang tua di rumah dan dari guru di sekolah. Tanpa adanya contoh dan tauladan dari pihak orang tua dan guru maka membiasakan yang ditanamkan kepada anak akan dilakukan dengan rasa terpaksa sehingga tidak mungkin dapat membentuk rasa disiplin dari dalam (self discipline). Seorang pendidik mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Selain sebagai pembimbing, guru juga sebagai inspirasi bagi para siswanya dalam bertingkah laku, termasuk dalam berdisiplin. Misalnya saja, siswa harus datang atau tiba di sekolah sebelum bel masuk berbunyi, maka guru seharusnya berada di sekolah maksimal sebelum jam pelajaran dilaksanakan. Keteladanan merupakan hal-hal yang baik yang harus ditampilkan oleh para guru melalui sikap dan perbuatan, yang termasuk didalamnya penampilan kerja dan penampilan fisik. Maka posisi para siswa adalah sebagai peniru dari perbuatan baik tersebut. Jadi jangan berharap siswa akan berdisiplin jika pihak guru di sekolah tidak disiplin.33

c. Dengan Penyadaran

Menurut Alisuf Sabri, Selain dengan menanamkan pembiasaan yang disertai dengan contoh dan tauladan dari pihak orang tua dan guru, maka apabila anak yang mulai kritis pikirannya, sedikit demi sedikit harus diberikan penjelasan-penjelasan tentang pentingnya peraturan-peraturan itu diadakan. Anak lambat laun akan menyadari kegunaan peraturan tersebut. Apabila kesadaran telah timbul, maka pada diri anak telah tumbuh disiplin diri.

d. Dengan Pengawasan

Pengawasan bertujuan untuk menjaga atau mencegah, agar tidak terjadi pelanggararn terhadap peraturan atau tata tertib yang biasa dilakukan oleh anak. Pengawasan harus terus menerus dilakukan, lebih-lebih dalam situasi yang sangat memberi kemungkinan untuk terjadinya pelanggaran terhadap peraturan. Dan untuk memperkuat kedudukan dari pengawasan, maka dapat diikuti dengan adanya hukuman-hukuman. Hukuman adalah tindakan pendidik yang sengaja dan secara sadar diberikan kepada anak didik yang melakukan sesuatu kesalahan, agar anak didik tersebut menyadari kesalahannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.

Adapun bentuk hukuman dapat berupa: hukuman badan, hukuman perasaan, dan hukuman intelektual. Sebaiknya jangan menggunakan hukuman

32

Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan….,h.41. 33


(29)

badan dan hukuman perasaan, karena hal itu dapat mengganggu hubungan kasih sayang antara pendidik dan anak didik.34

Dalam memberikan hukuman, hukuman intelektual yang baik diterapkan untuk siswa. Dengan hukuman intelektual yaitu anak didik diberikan kegiatan tertentu sebagai hukuman dengan pertimbangan kegiatan tersebut dapat membawanya kearah perbaikan. Contoh, seorang siswa yang terlambat datang ke sekolah, tidak dihukum dengan dipukul atau disuruh berdiri di muka kelas atau dengan hukuman badan lainnya, juga tidak dengan hukuman perasaan dengan cara dimaki-maki dan sebagainya. Kedua bentuk hukuman tersebut tidak akan memperbaiki kesalahan bahkan dapat menimbulkan hubungan yang tidak baik antara guru dan siswa. Hukuman yang baik adalah dengan hukuman intelektual yaitu siswa diberikan nasehat supaya tidak mengulangi perbuatannya lagi, jika terulang lagi maka diberikan hukuman untuk membersihkan kamar mandi. Hukuman ini bertujuan, agar siswa dapat bertanggung jawab apa yang telah dilakukannya, sehingga siswa akan merasa jera untuk tidak akan terlambat datang ke sekolah.

Pemberian hukuman ini berlaku untuk setiap pelanggaran dan pemberiannya harus bertahap dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Untuk pelanggaran yang ringan maka sanksinya adalah diberikan nasehat, maka guru dapat memberikan sanksi berupa teguran yang bersifat menasehati sehingga siswa tersebut menyadari kesalahan yang dilakukannya.35

Selain melalui hukuman pembentukan sikap disiplin juga dapat berupa ganjaran. Menurut Alisuf Sabri, ganjaran yang diberikan oleh pendidik dapat berupa pujian, penghormatan, hadiah, dan tanda penghargaan.

1) Pujian adalah bentuk ganjaran yang paling mudah karena hanya berupa kata-kata seperti baik sekali, bagus, dan lain sebagainya.

2) Penghormatan, ganjaran yang berbentuk penghormatan dibagi 2 macam, yaitu a. Berbentuk semacam penobatan yaitu anak yang dapat ganjaran mendapat kehormatan diumumkan/ditampilkan di depan teman-temannya sekelas atau sekolah, b. Penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan/kesempatan untuk melakukan sesuatu.

3) Hadiah, hadiah adalah ganjaran yang diberikan dalam bentuk barang. Ganjaran dalam bentuk barang ini sering mendatangkan pengaruh negatif dalam belajar yaitu anak belajar bukannya karena ingin mengejar pengetahuan, tetapi semata-mata karena ingin mendapat hadiah, akibatnya apabila dalam belajarnya tidak memperoleh hadiah maka anak menjadi malas belajarnya.

4) Tanda penghargaan, tanda penghargaan adalah bentuk ganjaran yang bukan dalam bentuk barang tetapi dalam bentuk surat/sertifikat sebagai

34

Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan….h.41. 35


(30)

simbol tanda penghargaan yang diberikan atas prestasi yang dicapai oleh si anak. Tanda penghargaan ini sering juga disebut ganjaran simbolis. Pada umumnya ganjaran simbolis ini besar sekali pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi anak sehingga dapat menjadi pendorong bagi perkembangan anak selanjutnya.

Pemberian ganjaran kepada siswa yang mentaati peraturan dengan baik dapat menimbulkan perasaan senang dan bangga atas usaha untuk berdisiplin yang dilakukan oleh siswa. Pemberian penghargaan bisa berbentuk pemberian pujian, perhatian, senyuman, dan juga penambahan poin pada salah satu aspek penilaian prestasi akademik. Hal ini tentunya akan menimbulkan motivasi yang juga berperan dalam mencapai sikap disiplin. Jika siswa sudah dapat menemukan motivasi dari dalam dirinya maka akan timbul sikap moral yang membekas dan bahkan melekat dalam dirinya.36

Sedangkan Menurut Elizabeth B.Hurlock, dalam menanamkan disiplin terbagi tiga unsur, diantaranya :

a. Cara Otoriter.

Menurut Elizabeth B.Hurlock, Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan menandai semua jenis disiplin yang otoriter. Tehniknya mencakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan memenuhi standar dan sedikit atau sama sekali tidak ada persetujuan, pujian, atau tanda-tanda penghagaan lainnya bila anak memenuhi standar yang diharapkan. Pada cara disiplin otoriter ini, orang tua, guru, atau kepala sekolah menentukan batasan mutlak yang harus ditaati oleh anak. Dalam hal ini anak harus patuh dan tunduk serta tidak ada pilihan lain yang sesuai dengan kemampuan dan pendapatnya sendiri, dan kalau anak melanggar atau tidak memenuhi tuntutan tersebut anak akan dihukum. Dalam kondisi ini anak melaksanakan perbuatan karena takut, bukan karena kesadaran yang lahir dari dalam dirinya. 37

b. Cara Bebas/Permisif.

Menurut Elizabeth B.Hurlock, Cara permisif sebetulnya berarti sedikit atau tidak berdisiplin. Biasanya disiplin permisif tidak membimbing anak kepada pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Dalam menerapkan disiplin cara bebas ini, tokoh yang menanamkan disiplin umumnya membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi batasan-batasan dari tingkah lakunya. Salah satu ciri yang menonjol dari cara ini adalah longgarnya pengawasan dan pengontrolan, sehingga anak memiliki kebiasaan mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggap baik. Hal ini akan mengakibatkan perkembangan kepribadiannya menjadi tidak terarah.38

36

Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan….h.45-47. 37

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2,Terj. Child Development Sixth Edition, oleh dr. Med. Meitasari Tjandrasa…., h. 93.

38

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2 Terj. Child Development Sixth Edition, oleh dr. Med. Meitasari Tjandrasa…., h. 93.


(31)

c. Cara Demokratis.

Menurut Elizabeth B.Hurlock, Cara demokratis ini biasanya tokoh yang menanamkan disiplin menggunakan penjelasan, diskusi, dan penalaran untuk membantu anak menjawab mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin dari pada aspek hukumannya.

Disiplin yang demokratis juga memberi kebebasan dalam arti yang positif kepada siswa. Maksudnya kebebasan siswa untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya serta mempertimbangkan pendapat dan keinginan siswa. Namun demikian keinginan dan pendapat tersebut harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Dan apabila pendapat dan keinginan anak tersebut tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku, maka siswa diberikan bimbingan melalui penjelasan yang rasional untuk menanamkan kedisiplinan siswa.39

Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa disiplin dapat ditanamkan kepada peserta didik dengan menggunakan cara-cara seperti: membiasakan siswa hidup disiplin, mengawasi siswa supaya tidak melanggar peraturan sekolah, membuat peraturan yang otoriter, bebas, dan demokratis. Dari sekian banyak, cara menanamkan disiplin siswa, cara demokratis hendaknya menjadi pilihan utama bagi kepala sekolah, guru dan orang tua dalam menanamkan disiplin kepada anak, sedangkan cara-cara yang lain dapat digunakan pada situasi dan kondisi tertentu. Apabila unsur-unsur disiplin tersebut sudah terpenuhi, maka diharapkan disiplin dapat di tegakkan di sekolah.

5. Penanggulangan Pelanggaran Disiplin.

Sepintas bila kita mendengar kata “disiplin” makna yang selalu terbayang ialah usaha untuk mengawal, membatasi, dan menahan. Sehingga siswa banyak yang melakukan pelanggaran tata-tertib di sekolah. Untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran tersebut perlu cara yang harus di tempuh oleh para guru, dan pihak yang terkait.

Menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Ada berbagai cara yang dapat ditempuh dalam menanggulangi pelanggaran disiplin. Cara tersebut antara lain: a. Pengenalan Murid

39

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2,Terj. Child Development Sixth Edition, oleh dr. Med. Meitasari Tjandrasa…., h. 93-94


(32)

Makin baik mengenal murid makin besar kemungkinan mencegah terjadinya pelanggaran disiplin. Sebaliknya murid merasa frustasi karena merasakan tidak mendapat perhatian dengan semestinya.

b. Melakukan tindakan korektif

Dalam kegiatan pengelolaan tindakan tepat dan segera sangat diperlukan. Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh kepala sekolah dan guru bila terjadi masalah pengelolaan. Kepala sekolah dan guru yang bersangkutan dituntut untuk berbuat sesuatu dalam menghentikan perbuatan murid secepat dan setepat mungkin serta mengingatkan peraturan tata tertib (yang dibuat dan ditetapkan bersama) dan konsekuensinya dan kemudian melaksanakan sanksi yang seharusnya berlaku. Cara melakukan dimensi tindakan ini beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan bagi kepala sekolah dan guru antara lain:

c. Melakukan tindakan penyembuhan

Pelanggaran yang sudah dilakukan murid perlu ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan baik secara individual maupun kelompok. Situasi pelanggaran ini dapat berbentuk yaitu: murid melanggar peraturan sekolah yang telah disepakati bersama, murid menolak konsekuensi sebagai akibat dari perbuatannya, murid menolak sama sekali tata tertib sekolah.40

Menurut Tarmidzi Rammadhan langkah awal dalam upaya untuk menanggulangi pelanggaran yaitu:

a. Meningkatkan disiplin anak & sedikit demi sedikit mengurangi indisipliner pembelajaran

b. Mewujudkan kinerja sekolah.yang dinamis, mengasyikkan, menyenangkan & mencerdaskan

c. Mengadakan antisipasi dalam mengatasi berbagai hal dalam proses pembelajaran.41

Menurut Nursisto, ada beberapa langkah yang dapat digunakan dalam upaya mengatasi ketertiban sekolah dan diharapkan dapat mengatasi permasalahan ketertiban yang ada di sekolah, yaitu:

a. Mencegah siswa yang suka mencoret- coret .

b. Mencegah Siswa membawa alat main dan buku porno. c. Mencegah Siswa merokok dan membawa narkoba.

d. Mencegah perkelahian siswa di ingkungan sekolah maupun luar sekolah. e. Mencegah siswa tidak menggunakan seragam dan kelengkapan dengan baik f. Membuat tabel point disiplin siswa.42

40

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah, (Jakarta:Bumi Aksara,1991),h.131-136

41

http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/12/menangkal-pelanggaran-disiplin-dan-tata-tertib-sekolah/

42


(33)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwasanya dalam pelanggaran disiplin dapat di tanggulangi dengan beberapa cara antara lain dengan cara pendekatan pada siswa. Makin baik guru mengenal murid makin besar kemungkinan mencegah terjadinya pelanggaran disiplin. Kemudian salah satu langkah yang dilakukan oleh guru yaitu dengan cara guru memberikan sikap tauladan yang baik, bukan dengan hanya teori, karena itu akan membuat siswa merasa bingung. Dengan adanya cara-cara dalam menanggulangi pelanggaran disiplin, siswa akan lebih berprilaku disiplin terhadap peraturan-peraturan yang ada di sekolah. Sehingga dengan cara ini diharapkan dapat membantu guru dalam membentuk sikap kedisiplinan siswa.

B.Guru Agama Sebagai Motivator

1. Pengertian dan karakteristik Guru PAI. a. Pengertian Guru PAI

Beberapa pengertian metode menurut para ahli, salah satunya adalah menurut Abuddin Nata, “kata guru berasal dari Bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam Bahasa Inggris, dijumpai kata Teacher yang berarti pengajar. Selain itu terdapat pula istilah Ustadz untuk menunjukkan kepada arti guru secara khusus mengajar bidang ilmu pengetahuan agama.”43

Selanjutnya istilah yang berkaitan dengan guru adalah “al-Ras- bibuna fi al-ilm, yaitu orang yang memahami pesan-pesan ajaran Al-Qur’an yang memerlukan penalaran dan ta’wil, yaitu mengalihkan makna Al-Qur’an secara harfiah kepada makna majaziyah tanpa harus bertentangan dengan makna Al-Qur’an secara keseluruhan.”44

Menurut Departement Pendidikan dan Kebudayaan, “guru adalah seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan dalam kepentingan anak didik, sehingga menunjang hubungan sebaik-baiknya dengan anak didik,

43

Abuddin Nata, PrespektifIslam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid(Study Pemikiran al-ghazali), (Jakarta: Pt. Raja Grafindo,2001),h.41

44


(34)

sehingga menjunjung tinggi pengembangan dan menerapkan yang menyangkut agama, kebudayaan dan keilmuan.”45

Sedangkan, menurut Zakiah Darajat, guru adalah “seorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya membimbing muridnya. Ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain. Selain itu perlu diperhatikan pula dalam hal dimana ia memiliki kemampuan dan kelemahan.”46

Lebih lanjut, menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, “guru adalah jabatan professional yang

memerlukan berbagai keahlian khusus.”47

Berbeda dengan hal di atas, Menurut Muhammad Nurdin dalam bukunya Kiat menjadi Guru Profesional, guru dalam islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba ALLAH SWT. Disamping itu juga, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk hidup yang mandiri.48

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, guru dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan. Sehingga, guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian.

Sedangkan dalam mendefinisikan agama, memang tidaklah mudah sebab definisi itu sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh sudut pandang pemikiran

45

Syafruddin Nurdin, Guru Professional Dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta:ciputat pers,2002), cet.1`,h.8

46

Zakiah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Bumi Aksara,1996),Cet.Ke-1,h.226.

47

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetetif, (Jakarta:Bumi Aksara,2002),h.36.

48

Muhammad Nurdin, KIat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta:Prisma Sophie Jogjakarta,1995),h.156


(35)

masing-masing individu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika timbul beberapa pengertian tentang agama.

Menurut Zakiah Daradjat,”agama adalah kebutuhan jiwa (psykhis)

manusia yang mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan, dan cara menghadapi masalah.”49

K.H.M. Taib Thohir Abdul Muin, “agama ialah suatu peraturan tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal, memegang peraturan tuhan itu dengan hendaknya sendiri untuk mencapai kebaikan hidup dan kebahagiaan di akhirat (istilah ini meliputi kepercayaan dan perbuatan).”50 Selanjutnya, H .Agus Salim, “agama ialah ajaran tentang kewajiban dan kepatuhan terhadap aturan, petunjuk, perintah yang diberikan Allah kepada manusia lewat utusan-utusan-Nya dan oleh Rasul-Rasul-Nya di ajarkan kepada orang-orang dengan pendidikan dan tauladan.”51

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru agama adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik melalui suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak didik menuju ke arah kedewasaan. Guru agama tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan agama saja, tetapi ia juga harus dapat membentuk, menumbuhkan, dan memberikan nilai-nilai ajaran agama kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari.

b. Karakterisrik guru Agama

Setiap calon guru dan guru profesional sangat diharapkan memahami bagaimana karakteristik kepribadian dirinya yang diperlukan sebagai panutan para siswanya. Secara konstitusional, pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, dasar, dan menengah (makna guru yang tercantum dalam Undang-Undang Republik

49

Zakiah daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, (Jakarta:bulan bintang,1975),h.47

50

Aslam hady, Pengantar Filsafat Agama, (Jakarta:rajawali,1986),h.7 51

Mudjahid abdul manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1996),h.4


(36)

Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 1) . 52

Para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda tentang karakteristik guru agama, diantaranya:

Menurut Muhibbin Syah, dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi:

1) Fleksibilitas kognitif

Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan berfikir yang diikuti dengan tindakan secara stimultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berfikir dan beradaptasi.

2) Keterbukaan psikologis

Keterbukaan psikologis merupakan dasar kompetensi profesional (kemampuan dan kewenangan melaksanakan tugas) keguruan yang harus dimiliki oleh setiap guru. Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediannya yang relativ tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja.53 Menurut E Mulyasa, selain karakterisitik yang disebutkan di atas, setidaknya terdapat tiga hal yang dapat menjadikan seorang guru penting, tidak saja dalam hal pembelajaran di kelas, tetapi dalam kehidupan bermasyarakat. Tiga hal tersebut sekaligus menjadi sifat dan karakteristik guru, yakni: kreatif, professional, dan menyenangkan. Guru harus kreatif dalam memilih dan mengembangkan materi standar untuk membentuk kompetensi sesuai dengan karakteristik peserta didik. Guru juga harus menyenangkan, tidak saja bagi peserta didik, tetapi bagi dirinya. Artinya, belajar dan pembelajaran harus menjadi makanan pokok para guru sehari-hari, harus mencintai dan dicintai, agar dapat membentuk dan membangkitkan rasa cinta dan nafsu belajar peserta didik.54

Sedangkan Fuad bin Abdul Aziz Al-Syalhub menyebutkan bahwa karakteristik seorang pendidik adalah “mengharap ridha Allah, jujur dan amanah, komitmen dalam ucapan dan tindakan, adil dan egaliter, berakhlak

52

Hasbullah, Dasar- dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), cet. 5,.h. 356- 371.

53

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1999),Cet.4,h.226

54

E. Mulyasa , Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran kreatif dan Menyenangkan, (Bandung :PT.Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.1,h.iv


(37)

karimah, rendah hati, berani, menciptakan nuansa keakraban, sabar dan mengekang hawa nafsu, baik dalam tutur kata dan tidak egois.”55

Abdurrahman An-Nawawi menyebutkan bahwa sifat-sifat seorang pendidik (guru agama) adalah sebagai berikut:

1) Seorang pendidik harus memiliki sifat rabbani.

2) Seorang guru hendaknya menyempurnakan sifat rabbaniahnya dengan keikhlasan.

3) Seorang pendidik hendaknya mengajarkan ilmunya dengan sabar.

4) Ketika menyampaikan ilmunya kepada anak didik, seorang pendidik harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang dia ajarkan dalam kehidupan pribadinya.

5) Seorang guru harus senantiasa meningkatkan wawasan, pengetahuan dan kajiannya.

6) Seorang pendidik harus cerdik dan terampil dalam menciptakan metode pengajaran yang variatif serta sesuai dengan situasi dan materi pelajaran. 7) Seorang guru harus mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai

proporsinya sehingga dia akan mampu mengontrol dan menguasai siswa. 8) Seorang guru dituntut untuk memahami psikologi anak, psikologi

perkembangan, dan psikologi pendidikan.

9) Seorang guru dituntut untuk peka terhadap fenomena kehidupan sehingga ia mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak dan akibatnya terhadap anak didik, terutama dampak terhadap akidah dan pola pikir mereka.56

Dari berbagai pendapat yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa sifat dan karakteristik yang harus dimiliki seorang guru agama adalah takwa kepada Allah SWT, berpengetahuan luas, berkepribadian pancasila, kreatif, professional, dan menyenangkan.

2. Tugas dan Peran Guru PAI a. Tugas Guru PAI

Menurut H Malayu, Secara sederhana “tugas guru adalah mengarahkan dan membimbing para murid agar semakin meningkat pengetahuannya,

55

Fuad bin Abd(Jakarta: Zikrul Hakim,2005), Cet.2,h.2-36 56

Abdurrahman An-Nawawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,


(38)

semakin mahir keterampilannya, dan semakin terbina serta berkembang potensinya.”57

Para ahli mengemukakan berbagai macam pandangannya dalam mendefinisikan tugas guru PAI, diantaranya adalah

Menurut Moh. Uzer Usman pada bukunya yang berjudul Menjadi Guru Profesional “tugas guru dikelompokkan menjadi tiga, yakni tugas dalam

bidang profesi, tugas dalam bidang kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.”58

Penjelasan sebagai berikut:

1) Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan siswa.

2) Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua bagi siswanya. Ia harus mampu menarik simpati para siswanya dengan tujuan memotivasi belajar siswanya dan mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah. Ia harus bisa membantu siswanya ketika mengalami kesulitan belajar atau ia bisa menjadi solusi bagi siswa yang menghadapi masalah.

3) Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia yang berdasarkan pancasila.59

Menurut Zakiah Daradjat, secara umum ada tiga unsur tugas dan tanggung jawab guru, yaitu: “tugas sebagai pengajar, sebagai pembimbing, dan sebagai administrator kelas.”60

Ketiga tugas ini harus berjalan dengan serasi dan seimbang.

1) Tugas guru sebagai pengajar. Dalam halini lebih ditekankan pada tugas merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut untuk memiliki seangkaian pengetahuan dan keterampilan tekhnis mengajar, di samping menguasai ilmu atau materi yang akan disampaikan.

2) Tugas sebagai pembimbing. Dalam hal ini guru diharapkan dapat memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang

57

H . Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:Bumi Aksara,2009) h.195-198.

58

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…., h.6 59

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…., h.7 60

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Bumi Aksara,1995),Cet.Ke-2,h.265


(39)

dihadapi siswa, sebab tugas guru tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan, tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa.

3) Tugas administrasi. Tugas guru sebagai administrator adalah sebagai pengelola kelas dalam proses atau interaksi belajar mengajar61.

Selanjutnya menurut pendapat Abu Ahmadi, Widodo Supriono merinci tugas-tugas guru berpusat pada:

1) Mendidik anak dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka panjang maupun jangka pendek.

2) Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman-pengalaman belajar yang memadai.

3) Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri.62

Menurut Ahmad D. Marimba, tugas pendidik dalam pendidikan Islam adalah: membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki guna ditransformasikan kepada peserta didik, serta senantiasa membuka diri terhadap seluruh kelemahan dan kekurangannya. 63

Imam Ghazali mengemukakan bahwa, tugas pendidik yang utama adalah “menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta membawa hati manusia untuk taqarrub ila ALLAH.”64

Jadi dapat disimpulkan bahwa, guru agama tidak hanya bertugas melaksanakan pendidikan agama dengan baik, tetapi guru agama juga harus bisa mengarahkan peserta didik untuk mengenal Allah lebih dekat melalui seluruh ciptaannya.

b. Peran Guru

Guru pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal perkembangan jiwa dan tingkah laku anak didik agar mempunyai akhlak

61

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus....,Cet.Ke-2,h.266 62

A. Abu Ahmadi, Widodo Supriono, Psikologi Belajar, (Jakarta:PT Rineka Cipta,2000),h.104

63

Al-Rasyid, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta:PT Ciputat Press, 2005), Cet Ke-2,h.44

64


(40)

yang baik. Sebelum membahas tentang peran guru PAI, penulis akan mengemukakan pengertian tentang peran terlebih dahulu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata peran diartikan dengan “Perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.”65

Sedangkan, Menurut Wahjosumijo, peran adalah “Sejumlah tanggung jawab atau tugas yang dibebankan dan harus dilaksanakan oleh seseorang.”66

Selanjutnya, Soerjono Soekanto mengatakan, “Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seeorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.”67

Pendapat Koentjaraningrat yang dikutip oleh Soleman B. Toneko dalam

Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan mengatakan bahwa “Adapun segala cara berlaku dari individu-individu untuk memenuhi kewajiban dan untuk mendapatkan hak-hak tadi, merupakan aspek dinamis dari status atau kedudukan. Cara-cara berlaku itu disebut peranan, yang dalam bahasa asingnya disebut role.”68

Berdasarkan pendapat para ahli di atas disimpulkan bahwa peran/peranan adalah sejumlah tugas dan kewajiban atau tanggung jawab yang harus dijalankan oleh seseorang yang menempati suatu kedudukan.

Jadi yang dimaksud dengan peran guru adalah sejumlah tugas dan kewajiban atau tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh seorang guru dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah.

Selanjutnya Menurut Moh.Uzer Usman, peran guru di bagi beberapa macam, diantaranya sebagai berikut:

a. Guru sebagai demonstrator

65

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Ed. 3, h. 854.

66

Wahjosumijo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Raja Grafingo Persada, 2007), h. 155

67

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), Ed. Baru, h. 243.

68

Soleman B. Taneko, Struktur dan Proses Sosial, Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan, (Jakarta: Rajawali, 19900, Ed. 1, Cet. 2, h. 88.


(41)

Sebagai demonstrator atau yang biasa disebut pengajar, sudah seharusnya guru menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan dipelajari dan disampaikan.

b. Guru sebagai pengelola kelas

Sebagai pengelola kelas hendaknya guru mampu mengatur, mengarahkan dan mengkondisikan kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan.

c. Guru sebagai mediator dan fasilator

Sebagai mediator hendaknya seorang guru memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup mengenai media pendidikan dan guru harus mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna bagi anak didik untuk menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, seperti penggunaan nara sumber berupa buku teks, majalah, surat kabar atau audio visual.

d. Guru sebagai evaluator

Sebagai evaluator guru harus melakukan penilaian dalam satu kali proses belajar mengajar. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan yang telah dirumuskan, dan apakah materi yang sudah dipelajari sudah sesuai atau sebaliknya. Selain itu juga guru harus mampu melakukan penilaian terhadap siswa selama proses pembelajaran, hal ini bertujuan agar prestasi siswa dapat diketahui dan diklasifasikan.69

Sedangkan menurut Imam Musbikin, dalam bukunya “Guru yang Menakjubkan”, mengemukakan enam peran guru, diantaranya:

a. Guru sebagai korektor

Seorang guru harus dapat membedakan nilai yang baik dan yang buruk. Semua nilai yang baik harus terus dipertahankan dan nilai yang buruk harus dihilangkan dari watak dan jiwa anak didik.

b. Guru sebagai inspirator

Seorang guru harus menjadi petunjuk yang baik bagi kemajuan anak didik. Guru harus dapat memberi petunjuk bagaimana belajar yang baik c. Guru sebagai organisator

Seorang guru harus memiliki kegiatan pengelolaan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akaemik dan sebagainya.

d. Guru sebagai motivator

Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bersemangat dan aktif belajar. Peran ini sangat penting dalam interaksi edukatif.

e. Guru sebagai inisiator

Seorang guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Bukan mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi.

f. Guru sebagai pembimbing

69


(42)

Seorang guru harus bisa membimbing muridnya yang masih anak-anak menjadi manusia dewasa sehingga memiliki kecakapan dan mandiri.70

Adi W. Gunawan, dalam bukunya Genius Learning Strategy

menambahkan, Guru sebagai katalisator. Peran guru sebagai katalisator adalah membantu anak didik dalam menemukan talenta dan kelebihan mereka. Disini guru bertindak sebagai pembimbing, membantu mengarahkan dan mengembangkan aspek kepribadian, karakter, emosi serta aspek intelektual anak didik. Kemudian guru juga harus mampu menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta murid akan proses pembelajaran.71

Menurut Oemar Malik yang mengutip pendapat Adam dan Dickey, bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:

a. Guru sebagai pengajar (teacher as instructor). b. Guru sebagai pembimbing (teacher as counsellor). c. Guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist). d. Guru sebagai pribadi (teacher as person).72

Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa guru memiliki peran yang penting dalam mendorong keberhasilan siswa sehingga seorang guru harus dapat memahami cara-cara yang digunakan untuk menjadikan siswa disiplin karena guru yang disiplin maka akan menghasilkan siswa yang disiplin pula.

3. Guru Agama sebagai Motivator

Untuk mengungkap pengertian motivasi, dapat dilihat dari pendapat-pendapat tokoh sebagai berikut:

Menurut Iskandar, “Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.”73

70

Imam Musbikin, Guru yang Menakjubkan, (Jogjakarta:Buku Biru,2010), Cet.1,h.55-59 71

Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2004), Cet.Ke-2,h.165

72

Oemar Malik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.123. 73

Dr. Iskandar, MPd, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2009), Cet. 1, h. 184.


(43)

Tidak jauh berbeda dengan pendapat M. Alisuf Sabri, motivasi adalah “Segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya tingkah laku.”74

Sedangkan, Menurut Jhon W. Santhrock, “Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.”75

Selanjutnya, Menurut Sri Esti Wuryani Djiwandono, “Kata motivasi digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakuan sesuatu yang khusus atau umum.”76

Lebih lanjut dikatakan oleh Moh Uzer Usman, “Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atas tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.”77

Berdasarkan pendapat para tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau tingkah laku untuk mencapai tujuan.

Adapun pengertian motivator dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: “orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu; pendorong; penggerak; petugas yang ditunjuk untuk memberikan penerangan dan motivasi kepada calon akseptor keluarga berencana.”78

Jadi motivator adalah orang yang merangsang, mendorong, menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau tingkah laku untuk mencapai tujuan.

Menurut Martinis Yamin, motivasi di bagi menjadi dua, yaitu “motivasi ekstrinsik dan motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan yang

74

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 85.

75

John w. Santrock, Psikologi Pendidikan, Terj. Dari Educational Psycologi, oleh Tri Wibisono B.S., (Jakarta: Kencana, 2010), Ed, 2, Cet. 3, h. 510.

76

Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 349. 77

Drs. Moh Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2003)h.28

78

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Ed. 3, h. 756.


(1)

ANGKET PENELITIAN

PERAN GURU PAI SEBAGAI MOTIVATOR DALAM

MENINGKATKAN DISIPLIN SISWA DI SMP NUSANTARA

PLUS CIPUTAT

I. Identitas

1. Nama :

2. Kelas :

3. Jenis kelamin :

II. Petunjuk pengisian

1. Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama

2. Angket ini bertujuan untuk mengumpulkan data dalam rangka penyelesaian karya ilmiah/skripsi, oleh karena itu dimohon siswa/i mengisi angket ini dengan sejujurnya.

3. Jawaban siswa/i dijamin kerahasiaannya.

4. Cara pengisian ini dengan memberikan tanda check list (√ ) untuk alternatif jawaban yang dianggap paling sesuai.

5. Ketentuan prihal jawaban : a. (SL) Selalu

b. (SR) Sering c. (J) Jarang d. (TP) Tidak Pernah


(2)

ANGKET PENELITIAN

PERAN GURU PAI SEBAGAI MOTIVATOR DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN SISWA DI SMP NUSANTARA PLUS CIPUTAT

NO Pernyataan SL SR J TDK

1 Saya memakai seragam sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan di sekolah

2 Saya masuk kelas tepat waktu setelah bel masuk berbunyi

3 Saya keluar kelas ketika jam pelajaran belum selesai

4 Siswa mengobrol dengan teman pada saat guru menerangkan pelajaran

5 Saya mengikuti upacara bendera dengan rutin 6 Saya mengikuti upacara bendera sambil bercanda 7 Saya berbicara ketika pembina upacara

menyampaikan amanat upacara 8 Saya berbaris rapi pada saat upacara

9 Saya membuat keributan di luar jam pelajaran 10 Saya langsung bergegas pulang, ketika jam

pelajaran selesai

11 Saya terlibat tawuran antar sekolah 12 Saya merokok di luar jam sekolah

13 Saya mejeng di mall dengan memakai baju seragam sekolah


(3)

pada saat pembelajaran

15 Guru mengingatkan saya dalam masalah disiplin 16 Guru memberikan semangat untuk berdisiplin baik

secara lisan maupun perbuatan

17 Guru langsung menegur saya, pada saat saya melakukan kesalahan

18 Guru berpakaian rapi dan sopan setiap hari 19 Guru hadir sebelum bel masuk sekolah berbunyi 20 Guru mengumpulkan tugas saya setelah

pembelajaran selesai

21 Guru memberikan nilai tepat waktu

22 Guru memeriksa kehadiran saya setiap pagi 23 Guru memeriksa kembali kehadiran saya setelah

jam istirahat

24 Guru mencatat saya jika terlambat datang ke sekolah

25 Guru mengadakan pemeriksaan pakaian dan rambut gondrong secara rutin

26 Guru mengadakan razia seperti: handphone, benda-benda tajam, bacaan porno serta obat-obatan terlarang

27 Guru memukul siswa yang terlambat hadir di sekolah

28 Guru memarahi siswa yang terlambat hadir di sekolah

29 Guru memberikan pujian kepada saya yang mentaati peraturan ke sekolah

30 Guru memberikan penghargaan kepada saya yang mentaati peraturan sekolah


(4)

(5)

INVENTORY KELAS

RUANG:

No NAMA BAHAN JUMLAH

Kondisi Ruangan

B S R

1 Meja guru Kayu +kaca 1 √

2 Meja siswa Kayu 20 √

3 Kursi siswa Tralis+busa 40 √

4 Kersi Guru 1 √

5 White board 1 √

6 AC 1 √

7 Kipas angin 1 √

8 Gambar Presiden 1 √

9 Wakil Presiden 1 √

10 Lampu neon 2 √


(6)

INVENTORY KELAS

RUANG:

No. NAMA Jml. Ukuran P x L

Kondisi Ruangan

Ket.

B CB TB

1 Meja guru 8 6 x 7 √ -

-2 Meja siswa 1 8 x 9 √ -

-3 Kursi siswa 1 6 x 7 √ -

-4 Kursi guru 1 6 x 7 √ -

-5 White board 1 6 x 7 √ -

-6 1 6 x 7 √ -

-7 2 12 x 14 √ -