Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

(1)

(Studi Kasus di SMPN 27 Jakarta)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Nur Fauziah

1110011000010

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Informasi Siswa pada Mata Pelajaran PAI Studi Kasus di SMPN 27 Jakarta. Skripsi : Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.

Penelitian ini berfokus pada literasi informasi siswa dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang diungkap adalah guru tidak dapat mempersiapkan muridnya untuk menjadi seorang yang literate terhadap informasi jika mereka sendiri tidak mengerti bagaimana menemukan dan menggunakan informasi untuk itu guru dituntut harus melek informasi. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan bagaimana kemampuan literasi informasi guru dan bagaimana upaya guru agar dapat menjadikan siswa nya menjadi individu yang literate terhadap informasi.

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif. Literasi informasi dalam penelitian ini dilihat dari tiga aspek yaitu, menyadari kebutuhan informasi, akses informasi dan pemanfaatan informasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi informasi siswa masih harus dikembangkan. Dari aspek kesadaran akan kebutuhan informasi siswa SMPN 27 Jakarta sudah baik. Hal ini dikarenakan mereka menyesuaikan antara peran yang mereka jalani sebagai siswa dan terus mengembangkan diri dalam rangka meningkatkan kemampuan literasi informasinya. Dari segi penelusuran informasi, kemampuan siswa masih dalam tahap pengembangan. Perkembangan teknologi informasi menuntut kemampuan yang lebih dalam melakukan penelusuran informasi. Selain itu pemanfaatan perpustakaan juga harus lebih ditingkatkan bukan hanya mengandalkan pencarian informasi melalui internet. Dari segi pemanfaatan informasi siswa sudah baik, hal ini dapat dilihat bagaimana siswa membuat karya ilmiah atau tugas-tugas sekolah secara mandiri. Secara keseluruhan literasi informasi yang dimiliki siswa sudah baik hanya perlu beberapa pengembangan. Kolaborasi antara guru dan komunitas sekolah lainnya juga perlu diwujudkan secara baik karena dari penelitian ini menunjukkan guru,


(6)

ii

Keyword :Literasi Informasi (Information Literacy), Melek Informasi


(7)

Development in Subjects PAI Case Study in SMPN 27 Jakarta. Thesis: Bachelor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in 2015.

This study focuses on the information literacy of students in the learning process. Problems that can not be disclosed are teachers prepare students to become a literate to information if they themselves do not understand how to find and use information for the teachers are required to be literate information. So the purpose of this study is to describe how the information literacy skills of teachers and how the efforts of teachers in order to make his students become literate individuals to information.

This study used a qualitative approach with descriptive design. Information literacy seen in this study of three aspects, namely, realizing the need of information, access to information and use of information.

The results showed that students' information literacy yet to be developed. From the aspect of awareness of the information needs of students of SMPN 27 Jakarta has been good. This is because they match the role in which they live as students and continue to develop themselves in order to improve their information literacy skills. In terms of information retrieval, the ability of students are still in the development stage. The development of information technologies require a greater ability to surf the information. Besides the use of the library should also be enhanced not just rely on the information search through the internet. In terms of utilization of information students are good, it can be seen how students make scientific work or school tasks independently. Overall the information literacy of the students had either just needs some development. Collaboration between teachers and other school community also needs to be realized as well as from this study showed teachers, librarians and school have not been up to cooperate in building a literate generation information.

Keyword: Information Literacy (Information Literacy), Information Literacy


(8)

iii

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala. Yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam sebagai panutan dan suri tauladan bagi umatnya yang telah membimbing untuk menempuh jalan yang benar guna meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Namun banyak pihak yan membimbing dan membantu dalam proses penulisan skripsi ini, tanpa dukungan mereka rasanya mustahil penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, ucapan terima kasih dan rasa hormat penulis sampaikan kepada :

1. Keluarga tercinta terutama kedua orangtua, Ayahanda H. Liyas, SH, MH dan Ibunda Hj. Maemunah, S.Pd.I yang tak hentinya selalu bersabar serta memberikan dorongan dan motivasi dalam mendidik dan mengajari dengan tulus sekaligus memberi semangat dan doa untuk penulis. Penulis persembahkan skripsi ini untuk kalian.

2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staff nya yang telah memberikan kesempatan dan pelayanan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di kampus UIN Jakarta.

3. Dra. Nurlena Rifai, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan penulis untuk menyelesaikan studi di kampus UIN Jakarta.


(9)

iv

Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .

5. Bapak Ahmad Irfan Mufid, MA selaku dosen akademik yang telah banyak memberikan pengarahan dalam menjalankan perkuliahan dari awal sampai di akhir perkuliahan.

6. Desen Pembimbing skripsi Yudhi Munadi, M.Ag yang senantiasa memberikan bimbingan, dan arahan yang bermanfaat serta motivasi yang membangun kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

7. Seluruh dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya kepada dosen PAI beserta staf-stafnya yang telah banyak membantu.

8. Pimpinan perpustakaan fakultas tarbiyah dan perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu pelayanan fasilitas buku-buku demi terselesaikannya skripsi ini.

9. Ibu kepala sekolah SMPN 27 Jakarta Helia Askarina, S.Si yang telah mengizinkan melakukan penelitian dan observasi dengan pelayanan yang sangat baik.

10.Segenap guru-guru PAI SMPN 27 Jakarta yang telah sabar dan ikhlas dalam membantu penelitian skripsi ini.

11.Kakakku, Muhammad Zaki, SH dan adik-adikku Lia Kamaliah dan Muhammad Akrom Fahmi karena kalian yang menjadi motivator untukku agar selalu memberikan yang terbaik.

12.Sahabat-sahabat seperjuangan Eva Fauziyah, Fitri Handayani, Reni Anggraeni, Debi Utami Rizki, Widya Rafika, Maisaroh dan seluruh sahabat PAI 2010 Khususnya PAI kelas A, karena kalian yang selalu menjadi tempat bertukar fikiran dalam penulisan skripsi ini, dan juga pengalaman bersama kalian yang tak akan pernah terlupakan.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kritik dan saran secara


(10)

v

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, 11 Februari 2015

Penulis


(11)

vi

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Pembatasan Masalah ...5

D. Perumusan Masalah ...5

E. Tujuan dan Kegunan Penelitian...5

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Upaya...7

1. Pengertian...7

2. Jenis-Jenis Upaya...7

B. Guru ...9

1. Pengertian Guru...9

C. Literasi Informasi ...12

1. Pengertian Literasi Informasi ...12

2. Ciri Orang yang Memiliki Literasi Informasi ...16

3. Model Literasi Informasi ...16

D. Pendidikan Agama Islam ...19


(12)

vii

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ...25

D. Hasil Penelitian yang Relevan...28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...29

B. Latar Penelitian ...29

C. Metode Penelitian ...30

D. Pendekatan...31

E. Informan...31

F. Teknik Pengumpulan Data ...32

G. Pengecekan Keabsahan Data ...35

H. Teknik Analisis Data...37

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Pemahaman Guru tentang Konsep Literasi Informasi...39

B. Upaya Guru dalam Mengembangkan Literasi Informasi Siswa...43

C. Penerapan Literasi Informasi dalam Proses Pembelajaran...54

D. Peran Guru dalam Mengembangkan Literasi Informasi...57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...59

B. Saran ...60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

(14)

ix

Lampiran 1 Format Pengamatan Observasi Literasi Informasi Lampiran 2 Pedoman Wawancara


(15)

A.

Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia berkualitas merupakan faktor penting dalam meningkatkan taraf kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas tinggi amat berkaitan erat dengan pendidikan. Pemerintah telah berupaya memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang diwujudkan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1

Dalam konsep pembelajaran, cara belajar yang baik adalah mengarahkan dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan memperluas materi secara mandiri melalui diskusi, observasi, studi literatur dan studi dokumentasi, serta cara belajar yang dapat menumbuhkan dan memupuk motivasi internal peserta didik untuk belajar lebih jauh dan lebih dalam.2 Hal ini diungkapkan dalam salah satu pilar pendidikan yang menyatakan bahwa proses pembelajaran harus mampu mengajarkan kepada peserta didik/siswa “learning how to learn” (belajar bagaimana cara belajar).

Pendidik dalam hal ini adalah guru harus memiliki kemampuan mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, menyusun, menciptakan, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi kepada orang lain untuk menyelesaikan dan mencari jalan keluar terhadap suatu masalah. Bila seorang

1

Sudarsono, Blasius, et. Al. (2009) Literasi Informasi: Pengantar untuk Perpustakaan

Sekolah, Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

2

Fitrihana, Noor, 2009. Peningkatan Kompetensi Literasi Informasi di Internet.


(16)

guru memiliki kemampuan tersebut barulah dikatakan memiliki literasi informasi. Untuk itu dibutuhkan suatu pembelajaran agar dapat mengembangkan keterampilan ini karena kebutuhan untuk menggunakan informasi adalah kebutuhan setiap lapisan masyarakat, baik rumah, tempat kerja, perguruan tinggi tidak terkecuali sekolah.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang dapat mengembangkan sumber daya manusia, sehingga dapat memberikan kontribusi dalam membangun masyarakat yang berkualitas. Oleh karena peran sekolah yang begitu penting, maka harus diimbangi dengan kualitas tenaga pengajar (guru) yang baik, yaitu guru yang dapat berinteraksi secara sinergis dengan siswa, dapat dengan aktif mengantisipasi perkembangan pengetahuan, mempunyai keahlian dan kemampuan dalam mengakses ilmu pengetahuan dan melakukan penelitian serta kerjasama ilmiah.

Dalam laporan seminar American Library Association (ALA) tahun 1989 disebutkan bahwa untuk dapat mencetak masyarakat yang literate terhadap informasi, hal yang dapat dilakukan adalah mengintegrasikan konsep literasi informasi sebagai satu program dalam kegiatan belajar di sekolah dan perguruan tinggi. Untuk dapat mewujudkan integrasi literasi informasi dan kegaiatan belajar mengajar perlu adanya upaya dari guru dan pustakawan. Guru dan Pustakawan dituntut untuk dapat berkolaborasi sehingga dapat mewujudkan tujuan dari literasi informasi yaitu menjadi pembelajar seumur hidup. Peran guru dalam mewujudkan literasi informasi sangat penting karena mereka harus dapat mentransfer konsep literasi informasi kepada peserta didiknya. Guru juga harus dipersiapkan untuk mengajari siswa bagaimana untuk menjadi individu yang kritis, individu yang penuh rasa ingin tahu, pencipta dan pengguna informasi yang baik. Oleh karena itu, guru harus dapat membimbing siswanya bagaimana belajar mencari informasi dengan sumber-sumber yang ada dan menentukan keabsahan dari sekian banyak informasi dalam proses memecahkan masalah.

Informasi merupakan satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena dengan adanya informasi kita dapat mengambil keputusan secara tepat. Informasi berkembang diikuti oleh berkembangnya teknologi komputer dan


(17)

telekomunikasi. Informasi yang ada tidak hanya dalam bentuk tercetak seperti buku, surat kabar, majalah tetapi juga dalam bentuk elektronik seperti internet, pangkalan data dan sebagainya.

Berkembangnya informasi seperti sekarang ini menyebabkan terjadinya ledakan informasi (information explosion) yang tidak bisa dihindarkan. Hal tersebut sangat wajar mengingat banyaknya informasi yang tersedia baik tertulis, terekam maupun digital yang setiap saat bertambah yang beredar dikalangan masyarakat pada umumnya.

Oleh karena itu, masyarakat secara potensial dapat terjebak dalam jutaan informasi yang terus bertambah dan semakin kompleks. Untuk mencegahnya, setiap orang harus memiliki kemampuan dalam mencari, menggunakan, dan mengevaluasi informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efesien serta dapat mengembangkannya menjadi pengetahuan baru. Kemampuan ini lebih dikenal dengan istilah information literacy yang dalam bahasa indonesia lebih dikenal dengan literasi informasi atau melek informasi. The Southern Association of Collage and Schools mendefinisikan literasi informasi sebagai kemampuan menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi untuk menjadi pelajar sepanjang hayat dan mandiri.3 Dan jelaslah bahwa dengan memiliki litersi informasi kita memiliki kemudahan-kemudahan dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan informasi. Literasi informasi bermanfaat dalam persaingan di era globalisasi informasi sehingga pintar saja tidak cukup tetapi yang utama adalah kemampuan dalam belajar terus-menerus.

Peserta didik dalam hal ini siswa diharapkan memperoleh keterampilan literasi informasi, sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta pada gilirannya menambah motivasi untuk belajar. Keterampilan mencari dan menemukan informasi menjadi faktor pendukung dan semacam fasilitas untuk belajar secara lebih aktif dan efisien. Seseorang yang sudah melek informasi dianggap akan mampu menjelajahi lautan dan belantara informasi yang semakin lama semakin luas dan rumit, baik yang menggunakan

3

Ida Farida dkk, Information Literacy Skills: Dasar Pembelajaran Seumur Hidup, (Jakarta:


(18)

sumber-sumber tercetak maupun yang elektronik. Program penguasaan literasi informasi dianggap dapat menciptakan keberaksaraan yang berbasis keterampilan (skills-based literacy). Termasuk di dalam keterampilan ini adalah kemampuan mencari informasi, memilih sumber informasi secara cerdas, menilai dan memilah-milih sumber informasi, menggunakan serta menyajikan informasi secara etis.4

Dalam pembelajaran, siswa menggunakan asas pendidikan dan teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru atau pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa.5 Begitu juga dengan adanya pendidikan agama Islam, upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, dan saling menghormati.6 Serta usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa memahami ajaran Islam secara menyeluruh, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pedoman hidup.

Pendidikan Agama Islam pada dasarnya bertujuan untuk membantu melatih pola pikir siswa agar dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis, cermat dan tepat. Pada dasarnya anak mulai belajar yang konkrit, untuk memahami konsep abstrak, anak memerlukan informasi sebagai perantara atau visualisasinya. Konsep abstrak ini dicapai melalui tingkatan belajar yang berbeda. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan konsep abstrak akan menimbulkan kesulitan bagi siswa sehingga siswa sulit membayangkan bentuk konkrit di dalam pembelajaran. Hal ini banyak dialami peserta didik di sekolah. Oleh sebab itu, perlu adanya sebuah kemampuan mencari informasi dan memilah-milih informasi tersebut agar siswa tidak salah persepsi.

Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi. Adapun judul yang akan diangkat

4 Webber Johnston, “

As we may think: Information Literacy as a discipline for thr information age” Research strategies, 20 (3), 108-121 (2006)

5

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2008) hal. 61

6

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi


(19)

dalam penulisan skripsi ini adalah “Upaya Guru dalam Pengembangan Literasi Informasi Siswa pada Mata Pelajaran PAI”.

B. Identifikasi Masalah

1. Guru/pendidik kurang memahami tentang konsep literasi informasi

2. Kurangnya pelatihan untuk siswa dalam mengembangkan literasi informasi

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi masalah pada upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan literasi informasi siswa pada mata pelajaran PAI

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Sejauh mana pemahaman guru terhadap konsep literasi informasi?

2. Bagaimana upaya guru tersebut dalama mengembangkan literasi informasi siswa pada mata pelajaran PAI?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman guru terhadap konsep literasi informasi

b. Untuk mengetahui upaya guru dalam mengembangkan literasi informasi siswa pada mata pelajaran PAI

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Sekolah penelitian ini kiranya dapat dijadikan salah satu sarana monitoring dan evaluasi, untuk membantu mengembangkan literasi informasi siswa, khususnya pada mata pelajaran PAI


(20)

b. Sebagai sumbangan informasi dan evaluasi yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahan percontohan terhadap lembaga pendidikan formal, maupun non formal lainnya, baik skala mikro maupun makro dalam hal pengembangan literasi informasi sebagai sumber dalam pembelajaran.

c. Dari hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk bahan penelitian selanjutnya.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Upaya

1.

Pengertian Upaya

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata upaya berarti usaha, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb).1

Menurut Soeharto “Upaya adalah aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu upaya”. Upaya dijelaskan sebagai usaha (syarat) suatu cara, juga dapat dimaksud sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis, terencana dan terarah untuk menjaga sesuatu hal agar tidak meluas atau timbul.

Adapun yang dimaksudkan upaya disini adalah upaya informan selaku guru untuk mencoba dan mencari cara terbaik dan bermanfaat agar dapat mengembangkan literasi informasi siswa SMPN 27 Jakarta pada mata pelajaran PAI.

2.

Jenis-Jenis Upaya

a. Upaya preventif memiliki konotasi negatif yaitu sesuatu masalah atau suatu hal yang berusaha untuk dicegah. Adapun sesuatu yang dimaksud itu mengandung bahaya baik bagi lingkup personal, maupun global.

Dalam lingkup pendidikan masalah yang dimaksud adalah berbagai hal yang dapat menghambat perkembangan pendidikan baik

1

Hasan, Alwi. Et.al, (ed.), “upaya”. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai


(22)

itu dari siswa, guru, kepala sekolah dan unsur – unsur yang yang terkait didalamnya.

b. Upaya preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan kondisi yang telah kondusif atau baik, jangan sampai terjadi keadaan yang tidak yang baik.

c. Upaya kuratif, adalah upaya yang bertujuan untuk membimbing siswa kembali kepada jalur yang semula, dari yang mulanya menjadi siswa bermasalah menjadi siswa yang bias menyelesaikan masalah dan terbebas dari masalah. Upaya ini juga berusaha untuk membangun rasa kepercayaan diri siswa agar bias bersosialisasi dengan lingkungannya.

d. Upaya adaptasi adalah upaya yang berusaha untuk membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya sehingga dapat timbul kesesuaian antara pribadi siswa dan sekolah. Upaya – upaya tersebut dapat juga dilakukan dalam mengahadapi maraknya penyebaran ajaran islam sempalan, pada siswa. Pada suatu daerah yang masyarakatnya pernah terpengaruh ajaran islam sempalan ini misalnya, maka gabungan antara kelima upaya diatas efektif sekali untuk dilakukan. Jika upaya preventif gagal dilaksanakan, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan upaya kuratif sebagai langkah awal penyembuhan. Pembinaan kembali suatu masyarakat atau individu menjadi individu yang memiliki rasa percaya diri dan sosialisasi yang tinggi adalah merupakan suatu upaya yang berat.

Oleh sebab itu diperlukan kerjasama dari berbagai pihak antara lain, keluaraga, guru, pustakawan, teman sejawat dan komunitas lainnya dalam melaksanakan upaya koretif dan preservatif selanjutnya.


(23)

B.

Guru

1.

Pengertian Guru

Al-Qur’an telah mengisyaratkan peran para nabi dan pengikutnya dalam pendidikan dan fungsi fundamental mereka dalam pengkajian ilmu-ilmu Ilahi serta aplikasinya. Isyarat tersebut, salah satunya terdapat dalam firman-Nya berikut ini:





























Artinya: “Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”.(QS. Al-Baqarah: 129)2

Ayat di atas dapat dipahami bahwa umat Islam dianjurkan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan dan menjadi seorang guru kepada orang lain atau siswa, mendidiknya dengan akhlak Islam dan membentuknya menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW diutus olah Allah ke muka bumi dengan tujuan untuk membebaskan manusia dari kejahilan kepada pemahaman dan aqidah yang benar. Dapat dikatakan bahwa Rasulullah SAW diutus untuk mengenal Allah, ajaran Islam, dan juga mengamalkan ajarannya dengan sunggguh-sungguh sehingga selamat dunia akhirat.

Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad diutus untuk menjadi seorang guru yang dapat membebaskan manusia dari kesesatan dan melurusknnya ke jalan yang baik dan benar yang diridhai Allah.

2

Tim Pustaka Al-Kautsar, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Pustaka


(24)

Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT, khalifah dipermukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.3

Istilah lain yang lazim dipergunakan untuk pendidik adalah guru. Kedua istilah tersebut bersesuaian artinya. Bedanya, istilah guru seringkali dipakai di lingkungan pendidikan formal, sedangkan pendidik dipakai di lingkungan formal, informal dan nonformal.

Menurut Zakiah Darajat, “Guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua”.4

Manurut Ahmad Tafsir, “Guru adalah pendidik yang memegang mata pelajaran di sekolah”.5 Sementara itu, Moh. Uzer memandang guru sebagai jabatan atau profesi yang membutuhkan keahlian khusus sebagai guru. Untuk mejadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu dan pendidikan penjabatan.6

Selain itu, dalam Dictionary of Education dikatakan bahwa guru adalah: (1) seseorang yang bekerja di sebuah lingkungan yang resmi denga tujuan untuk memandu dan menunjukkan pengalaman pembelajaran pada masyarakat di dalam sebuah institusi pendidikan baik

3

H. Ihsan Hamdani, H.A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka

Setia, 2001), h. 93

4

Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 8,

h. 39

5

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 20070, Cet. VII, h. 75

6

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


(25)

negeri maupun swasta. (2) Seseorang yang karena kekayaan/pengalaman luar biasa/pendidikan/keberadaannya di lapangan yang diberikan, mampu mengkontribusikannya pada pertumbuhan dan perkembangan orang lain yang mengadakan kontrak dengannya. (3) Seseorang yang dilengkapi dengan sebuah kurikulum profesional di dalam institusi pendidikan guru dan yang mempunyai pelatihan yang diakui secara resmi dengan sebuah penghargaan sertifikat pengajaran yang layak.7

Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Selanjutnya dijelaskan pula pada Pasal 2 ayat 1 bahwa yang dimaksud dengan tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.8

Dari pengertian di atas walaupun redaksinya berbeda, namun mempunyai kesamaan maksud, yaitu bahwa guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada peserta didik di depan kelas. Tetapi jug merupakan tenaga profesional yang mempunyai kualifikasi akademik kompetensi, yang di samping memperhatikan aspek kognitif, juga aspek afektif dan psikomotorik pada anak didik agar timbul dan terbina secara utuh sebagai manusia yang berkepribadian utuh agar maksud mendidik untuk mengantarkan peserta didk menuju kedewasaan dapat tercapai. Serta untuk seoptimal mungkin mengarahkan peserta didk agar mereka

7

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum

Teaching, 2005), Cet. III, h. 6

8 E. Mulyasa, “Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen”, dalam

Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. III, h. 246


(26)

memperoleh pengalaman dalam rangka meningkatkan kompetensi yang diinginkan melalui proses belajar tersebut.

C.

Literasi Informasi

1.

Pengertian Literasi Informasi

Literasi Informasi pertama kali ditemukan oleh pemimpin American Information Industry Association Paul G. Zurkowski pada tahun 1974 dalam proposalnya yang ditujukan kepada The National Commission on Libraries and Information Science (NCLIS) di Amerika Serikat. Menurut Zurkowski “seorang pekerja memerlukan kemampuan khusus untuk menggunakan beraneka ragam sumber informasi dalam melaksanakan tugasnya”. Orang yang memiliki kemampuan inilah yang disebut sebagai orang yang information literate. Pendapat ini menjadikan pustakawan dan pendidik juga mulai sadar akan pentingnya literasi informasi bagi kalangan masyarakat umum. Hal ini terkait erat dengan bagaimana masyarakat menggunakan perpustakaan dan beragam sumber informasi lainnya. Perlu ditekankan bahwa keberadaan perpustakaan di negara maju sudah dianggap sebagai suatu organisasi pengetahuan masa depan.9

Pengertian Literasi Informasi secara umum adalah kemelekan atau keberaksaan informasi. Menurut kamus bahasa inggris pengertian

literacy adalah kemelekan huruf atau kemampuan membaca dan

information adalah informasi. Maka literasi informasi adalah kemelekan terhadap informasi.10 Walaupun istilah literasi belum begitu familiar dan menjadi istilah yang asing di kalangan masyarakat. Seseorang dikatakan melek informasi berarti literat terhadap informasi.

Seseorang harus mempunyai kemampuan literasi informasi agar tidak terjebak oleh jutaan informasi di era informasi yang sangat

9

Blasius Sudarsono, Literasi Informasi (Information Litercy): Pengantar untuk

Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Perpustakaan Nasional ri, 2007), h. 10

10

John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia = An English-Indonesia


(27)

berkembang saat ini. Seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 1-5 yang berbunyi:

























































Artinya: “Alif laam miim, Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan

padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang

beruntung” (Q.S. Al Baqarah : 1-5)

Ayat di atas menunjukkan bahwa kita sebagai seorang hamba Allah SWT harus berusaha untuk terus belajar dan mempunyai kemampuan untuk mengetahui segala sesuatu agar kita tidak salah dalam menjalani kehidupan ini.

Di Indonesia Information Literacy diterjemahkan dengan Literasi Informasi atau melek informasi. Makna literasi, kini mencakup hal yang amat luas seperti berfikir, membaca, menulis, berbicara dan mendengar tentang pengetahuan yang kontekstual dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan informasi sendiri diartikan sebagai kumpulan data yang diatur dan disajikan dalam bermacam-macam bentuk sehingga memiliki makna bagi si penerima informasi.

The Southern Association of Colleges and School mendefinisikan literasi informasi sebagai kemampuan menemukan, mengevaluasi, dan


(28)

menggunakan informasi untuk menjadi pelajar sepanjang hayat yang mandiri.11

Sedangkan menurut ACRL (Academic College of Research Libraries) litersi informasi didefinisikan sebagai berikut:

a. Kemampuan dalam mengetahui kapan informasi dibutuhkan

b. Kemampuan dalam mengakses informasi secara efektif dan efesien dan menggunakannya sesuai dengan tujuannya.

c. Kemampuan dalam mengevaluasi informasi.

d. Kemampuan dalam mengembangkan dasar pengetahuan.

e. Kemampuan dalam menggunakan informasi secara efektif untuk tujuan khusus dengan segala kesadaran ekonomis, legal dan berbagai isu sosial yang melingkupi penggunaan informasi.

f. Kemampuan dalam mengakses dan menggunakan informasi menurut norma etika dan kesyahan.12

Sebagian pakar lainnya mendefinisikan literasi informasi adalah kemampuan orang dalam:

a. Kemampuan mengakses informasi. Yang dimaksud dengan kemampuan orang dalam mengakses literasi informasi adalah mencakup hal-hal berikut:

1) Kemampuan untuk mengetahui atau mengidentifikasikan kebutuhan terhadap kebutuhan informasi

2) Kemampuan dalam mengetahui bahwa keakuratan dan kelengkapan informasi adalah dasar untuk membuat keputusan yang cerdas

3) Kemampuan dalam menginformasikan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan pada kebutuhan bagi informasi

4) Kebutuhan dalam mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang berpotensi

11

Ida Farida dkk, Information Literacy Skills: Dasar Pembelajaran Seumur Hidup,

(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 30

12


(29)

5) Kemampuan dalam mengembangkan berbagai strategi penelususran secara sukses

6) Kemampuan dalam mengakses informasi baik yang bersumber cetakan maupun teknologi (dalam bentuk elektronik)

b. Kemampuan dalam mengevalusai informasi, yaitu kemampuan seseorang terhadap:

1) Kemampuan dalam menetapkan kewenangan

2) Kemampuan dalam menentukaan keakuratan dan kerelevanan informasi

3) Kemampuan dalam mengetahui pendapat dan persepektif c. Kemampuan dalam menggunakan informasi, yaitu:

1) Kemampuan dalam mengorganisasi informasi penerapan praktis 2) Kemampuan dalam memadukan (mengintegrasikan) informasi

terbaru kedalam tubuh pengetahuan yang sebelumnya memang sudah ada

3) Kemampuan dalam menggunakan informasi dalam pemikiran yang kritis dan pemecahan masalah.13

Berdasarkan definisi-definisi informasi literasi yang telah diuraikan maka definisi literasi informasi yang digunakan pada penelitian adalah serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan informasi dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk mencari, megecaluasi, menggunakan, dan mengkomunikasikan informasi secara efektif. Definisi ini dianggap dapat mewakili semua definisi literasi informasi yang ada dan memberikan batasan yang jelas dan terinci dari konsep literasi informasi.

2.

Ciri Orang yang Memiliki Literasi Informasi

Seseorang yang telah memiliki literasi informasi biasanya dapat memecahkan masalah dan mengkomunikasikan idenya dengan baik. Dalam mempertahankan idenya itu, ia akan membangun argumentasi

13


(30)

yang logis dan mempertahankannya. Jika ada hal yang baru, orang itu tidak akan ragu-ragu mempelajarinya untuk kemudian menanggapi dengan kritis dan selektif. Biasanya orang yang memiliki literasi informasi akan mempunyai banyak pertanyaan. Dari informasi baru yang diperolehnya, orang yang memiliki informasi akan dapat menolak pendapat yang salah atau mungkin membahayakan baik bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa orang yang memiliki literasi informasi adalah seorang yang berpandangan kritis.

3.

Model Literasi Informasi

Untuk dapat dikatakan melek informasi, banyak ahli yang membuat suatu strategi pencarian informasi atau model pencarian informasi. Ada dua model yang banyak diaplikasikan dalam dunia pendidikan. Dua model tersebut antara lain:

a. The Big6

The Big6 adalah model literasi informasi yang dikembangkan oleh Michael B. Eisenberg dan Robert E. Berkowitz pada tahun 1987. Literasi informasi ini terdiri atas enam keterampilan dan dua belas langkah (setiap keterampilan terdiri atas dua langkah)

Tabel 1.1

6 Keterampilan 12 Langkah

1. Perumusan Masalah 1. Merumuskan Masalah

2. Mengidentifikasi informasi yang diperlukan 2. Strategi pencarian

informasi

3. Menentukan sumber 4. Memilih sumber terbaik

3. Alokasi dan akses

5. Mengalokasi sumber secara intelektual dan fisik


(31)

tersebut

4. Pemanfaatan informasi

7. Membaca, mendengar, meraba dan sebagainya.

8. Mengekstraksi informasi yang relevan

5. Sintesis

9. Mengorganisasikan informasi dari berbagai sumber

10.Mempresentasikan informasi tersebut

6. Evaluasi 11.Mengevaluasi hasil (efektivitas) 12.Mengevaluasi proses (efesiensi)14

b. Empowering 8

Selain big6, model literasi informasi lain yang diakui dan banyak diadaptasi oleh berbagai institusi dan individu adalah

empowering eight.Empowering eight adalah model literasi informasi yang dihasilkan dari pertemuan dua workshop di Srilanka tahun 2004 dan di India tahun 2005. Workshop tersebut dihadiri oleh 10 negara asia selatan dan asia tenggara termasuk Indonesia.15

Empowering 8 menggunakan pendekatan pemecahan masalah berupa resource-based learning, yaitu suatu kemampuan untuk belajar berdasarkan pada sumber datanya. Menurut model ini, literasi informasi terdiri atas kemampuan untuk:

1) Mengidentifikasi topik/subjek, sasaran audiens, format yang relevan, jenis sumber

2) Mengeksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topik

3) Menyeleksi dan merekam informasi yang relevan dan mengumpulkan kutipan yang sesuai

14

Diao Ai Lien dkk, Literasi Informasi: tujuh langkah knowledge management, (Jakarta:

Penerbit Universitas Atma Jaya, 2010), Edisi II, h. 4

15


(32)

4) Mengorganisasi, mengevaluasi dan menyusun informasi manurut susunan yang logis, membedakan antara fakta dan pendapat, dan menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan dan mengkontraskan informasi

5) Menciptakan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri, mengedit dan membuat daftar pustaka ataupun menghasilkan karya baru.

6) Mempresentasi, menyebarkan atau menyampaikan informasi yang dihasilkan

7) Menilai Luaran (output) berdasarkan pada masukan (input)

dari orang lain

8) Menerapkan maukan, penilaian, dan pengalaman yang diperoleh untuk kegiatan yang akan datang dan menggunakan pengetahuan baru yang diperoleh untuk berbagai situasi.16

Perbedaan antara The Big6 dan Empowering 8 terletak pada kemampuan ke-5 (sintesis pada The Big6 menjadi organisasi, penciptaan, dan presentasi pada Empowering 8), dan kemampuan ke-8 pada Empowering 8-penerapan-tidak terdapat pada The Big6.17

Definisi tentang literasi informasi sangat banyak dan terus berkembang sesuai kondisi waktu dan perkembangaan lapangan. Dalam rumusan yang sederhana literasi informasi adalah kemampuan mencari, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif. Hakekat dari literasi informasi adalah seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk mencari, menelusur, menganalisis, dan memanfaatkan informasi.18

16

Ibid, h. 5

17

Ibid, h. 5

18

Alan, Bundy. (2004). Australian and New Zealand Information Literacy Framework:

Principle, Standards and Practice. Diakses pada 04 Desember 2014 dari http://www.caul .edu.au/infoliteracy/InfoLiteracyFramework.pdf


(33)

Mencari informasi dapat dilakukan ke perpustakaan, toko buku, pusat- pusat informasi, di Internet dan sebagainya. Menelusur adalah upaya untuk menemukan kembali informasi yang yang telah disimpan. Jika ke pepustakaan diperlukan alat penelusuran yaitu katalog, sedangkan untuk mencari informasi ke Internet diperlukan search engine. Dalam konteks perpustakaan dan informasi, literasi informasi selalu dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan memanfaatkan secara benar sejumlah informasi yang tersedia baik di dalam perpustakaan maupun yang berada di luar gedung perpustakaan.

D.

Pendidikan Agama Islam

1.

Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan menurut Abuddin Nata adalah “upaya menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik. Sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian dari kepribadian anak yang pada gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat”.19

Menurut KI Hajar Dewantara, sebagaimana yang dikutip Abuddin Nata, menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku pembangunan tetapi sering merupakan perjuangan. Pendidikan berarti memelihara hidup ke arah kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah usaha kebudayaan, berasas peradaban, yaitu memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan.20

Menurut Redja Mudyaharjo, pendidikan adalah “segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang

19

Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), Cet.

1, h. 10.

20


(34)

hidup”.21

Berdasarkan pengertian tentang pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan seorang pendidik untuk memberi bimbingan kepada yang terdidik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya menuju arah kehidupan yang lebih baik, baik bersifat formal, informal maupun nonformal.

Pendidikan agama sendiri adalah “pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan ketrampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran atau kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan”.22

Dengan kata lain, pendidikan agama merupakan “pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya”.23

Sedangkan pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Darajat adalah “suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.24

Pendidikan Agama Islam juga diartikan sebagai: Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yakni berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan, ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikan ajaran

21

Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar

Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan diIndonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 3.

22

http://www.depdiknas.co.id, 18 November 2014

23

http://www.depag.co.id, 18 November 2014

24

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 130


(35)

agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.25

Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membina, menanamkan dan membiasakan peserta didik agar berprilaku sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam agar kelak mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dimana Pendidikan Agama Islam bukanlah sekedar penembahan pengetahuan, pembinaan mental jasmani dan intelek semata, akan tetapi begaimana pengetahuan dan pengalaman yang telah didapatkan itu dapat dipraktekkan dalam perilaku sehari-hari.

2.

Tujuan Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas tentang tujuan Pendidikan Agama Islam terlebih dahulu penulis akan menjelaskan apa sebenarnya makna dari “tujuan” tersebut. Secara etimolog, tujuan adalah “arah, maksud atau haluan”.26 Dalam bahasa Arab “tujuan” diistilahkan dengan ghayat, ahdaf atau

maqasid. Sementara dalam bahasa inggris diistilahkan dengan goal, purpose, objectives atau aim. Secara terminologi, tujuan adalah “sesuatu

yang diharapkan dapat tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai”.27

Para ahli pendidikan (muslim) mencoba merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam, diantaranya, H. M. Arifin seperti yang dikutip oleh Armai Arief menjelaskan bahwa tujuan dari proses pendidikan Agama Islam adalah “idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan kepada ajaran Islam secara bertahap”.28

Menurut al-Syaibani tujuan tertinggi Pendidikan Agama Islam adalah “Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujuan

25

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A.H. Ba’adillah Press,

2002), Cet. I, h. 37

26

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat

Press, 2002), Cet. 1, h. 15

27

Ibid, h. 16

28


(36)

akhir yang hendak dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fi al-ardh”.29 Sedangkan Muhammad Athiyah al-Abrasyi menyimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam terdiri dari lima sasaran, yakni: “1.) membentuk akhlak mulia, 2.) mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat, 3.) persiapan untuk mencari rezeki dan memelihara segi kemanfaatannya, 4.) menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan siswa, dan 5.) mempersiapkan tenaga tenaga profesional yang terampil”.30

Secara terperinci, tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Memahami ajaran agama

Memahami ajaran agama Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadist serta menyimpulkan hukum dari ayat-ayatnya untuk keperluan Negara, masyarakat dan pribadi. Ajaran ini dinyatakan dalam QS. At-Taubah ayat 122:































Artinya: “tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi

29

Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis,

Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), Cet. II, h. 36

30


(37)

peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga diriny”.31

b. Keluhuran budi pekerti

Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan praktek-praktek budi pekerti dan amal perbuatan serta ucapan-ucapan sehingga menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia di dunia.

c. Kebahagiaan hidup di Dunia dan Akhirat

Mengarahkan pendidikan anak untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dengan melaksanakan ajaran agama Islam seutuhnya.

d. Persiapan untuk bekerja

Agama Islam memerintahkan kepada semua pemeluknya agar giat bekerja dan jangan mengharapkan hujan dari langit. Kebahagiaan hidup ditentukan oleh amal perbuatan seseorang, apabila mengerjakan perbuatan yang baik (amal shaleh) maka ia akan memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Firman Allah SWT dalam QS. Al-An’am ayat 132:















Artinya: “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”.32

Pada intinya Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan yang berintikan tiga aspek, yakni aspek iman, ilmu, dan amal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah menanamkan rasa keagamaan pada diri siswa serta meningkatkan keimanandan ketakwaan kepada Allah SWT sehingga di dalam perilaku

31

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT. Syamil Cipta

Media), h. 206

32

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT. Syamil Cipta


(38)

kesehariannya selalu mengharap ridha Allah SWT dan menjadikan ajaran agama Islam sebagai pedoman hidup dan amal perbuatannya, baik dalam hubungannya dengan Allah SWT maupun dalam hubungannya dengan manusia.

3.

Fungsi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah

Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani bahwa pendidikan Agama Islam di sekolah dan madrasah berfungsi untuk memotivasi siswa melakukan perbuatan yang baik agar dalam dirinya tercipta kepribadian yang berakhlak terpuji dan untuk mengembangkan mental keagamaan serta memberikan pengetahuan agar siswa paham mengenai ajaran-ajaran agama. Lebih rinci lagi, pendidikan agama Islam berfungsi sebagai wahana untuk:

a. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan fungsionalnya.

b. Penanaman nilai, yaitu sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

c. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT, yang telah ditanamkan mulai dari dalam lingkungan keluarga agar terus berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

d. Penyesuaian mental, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan agama Islam.

e. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

f. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia indonesia seutuhnya.


(39)

g. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman dalam ajaran sehari-hari.33

Dari penjelasan di atas, fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah yakni untuk mengembangkan pemahaman siswa mengenai ajaran agama Islam yang telah mereka dapatkan dalam lingkungan keluarga serta memperbaiki dan mencegah dari kesalahan-kesalahan pemahaman dan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Agama Islam.

4.

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI)

Islam itu adalah suatu agama yang berisi ajaran mengenai tata hidup yang diturunkan Allah SWT kepada umat manusia melalui para RasulNya, sejak Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad SAW. Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT ini berisi pedoman pokok yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (Allah SWT), dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan makhluk bernyawa yang lain, dengan benda mati, dengan alam semesta ini. Ajaran ini diturunkan Allah SWT untuk kesejahteraan hidup manusia di dunia ini dan diakhirat nanti, maka PAI sebenarnya harus berarti pendidikan tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang akan dipergunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini untuk menyiapkan kehidupan yang sejahtera di akhirat. Dengan demikian, berarti ruang lingkup PAI secara umum itu luas sekali meliputi seluruh aspek kehidupan, yakni:

a. Keimanan (Ilmu Tauhid)

Pengajaran dan pendidikan keimanan berati proses belajar mengajar tentang berbagai aspek kepercayaan. Dalam mata pelajaran keimanan, inti pembahasan adalah tentang ke-Esaan Allah SWT.

33


(40)

Oleh karena itu, ilmu tentang keimanan ini disebut juga Tauhid. Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun Iman yang enam, yakni percaya kepada Allah SWT, kepada para Rasul Allah SWT, kepada para Malaikat, kepada Kitab-Kitab Suci yang diturunkan kepada para Rasul Allah SWT, kepada Hari Kiamat, kepada Qadha’ dan Qadar.34

b. Ibadah (Ilmu Fiqih)

Dalam pengertian yang luas, ibadah itu adalah segala bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah SWT semata yang diawali oleh niat. Materi pelajaran ibadah ini seluruhnya dimuat dalam ilmu Fiqih. Selain membicarakan ibadah, juga membicarakan kehidupan sosial, seperti perdagangan (jual-beli), perkawinan, perceraian, kekeluargaan, warisan, pelanggaran, hukuman, perjuangan (jihad), politik (pemerintahan), makanan, minuman, pakaian dan lain sebagainya.35

c. Al-Qur’an

Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca buku atau kitab suci lain. Membaca Al-Qur’an adalah ibadah. Membaca Al-Qur’an juga merupakan suatu ilmu yang mengandung seni, yakni seni baca Al-Qur’an. Isi pengajaran Al-Qur’an diantaranya adalah pengenalan huruf hijaiyah, cara membunyikannya, bentuk dan fungsi tanda baca dan tanda berhenti, dan lain sebagainya. Ruang lingkup pengajaran Al-Qur’an ini lebih banyak berisi pengajaran yang memerlukan banyak latihan dan pembiasaan.36

d. Akhlak

Akhlak merupakan bentuk bathin dari seseorang. Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk bathin seseorang yang keliatan pada tindak tanduknya (tingkah lakunya). Pembentukan ini

34

Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 1995), Cet. I, h. 86

35

Ibid, h. 86

36


(41)

dapat dilakukan dengan memberikan pengertian tentang baik buruk kepentingannya dalam kehidupan, memberikan ukuran baik buruk, melatih dan membiasakan berbuat, mendorong dan memberi sugesti agar mau dan senang berbuat. Dasar pelaksanaannya, pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak mulia.37

e. Muamalah

Muamalah merupakan sebagian perincian dari ilmu Fiqih. Ilmu ini lebih membahas tentang hubungan sosial antar manusia, yakni

muamalat madaniat dan muamalat maliyat. Muamalat madaniat

membahas masalah-masalah yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan, harta milik, harta kebutuhan, dan cara menggunakan serta mendapatkannya. Sedangkan muamalat maliyat membahas masalah-masalah yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan milik bersama baik masyarakat kecil atau besar seperti negara (pembendaharaan negara = baitul mal)38

f. Syari’ah (Ilmu Hukum)

Syari’ah merupakan ilmu yang mempelajari tentang syari’at atau hukum Islam. Ayat pertama yang berbunyi “iqra” merupakan pensyariatan pertama hukum Islam. Perintah membaca, merupakan syari’at yang pertama dalam ajaran agama Islam. Ilmu ini membicarakan mulai dari hukum pertama dalam Islam sampai kepada berbagai hukum dalam kehidupan manusia sehari-hari.39 g. Tarikh (Ilmu Sejarah)

Tarikh Islam disebut juga Sejarah Islam. Pengajaran tarikh Islam sebenarnya pengajaran sejarah, yakni sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam, seperti kerajaan besar yang berkuasa di luar tanah Arab sebelum datangnya

37

Ibid, h. 98

38

Ibid, h. 102

39


(42)

Islam, peperangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat melawan melawan orang kafir, pemerintahan pada zaman Nabi SAW dan para sahabat, riwayat hidup Nabi Muhammad SAW dan masih banyak lagi yang lainnya.40

E.

Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain, yaitu penelitian yang dilakukan oleh:

a. Yuyu Yulianingsih, dengan judul Upaya perpustakaan sekolah Al-Izhar Pondok Labu dalam meningkatkan literasi informasi siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman pengelola perpustakaan terhadap konsep literasi informasi, dan untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh perpustakaan dalam meningkatkan literasi informasi. Dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa petugas perpustakaan mampu menunjukkan bahwa mereka memiliki pemahaman yang baik tentang literasi informasi dan mengetahui bagaimana penerapannya disekolah, dan perpustakaan melakukan upaya untuk meningkatkan literasi informasi siswa dengan mengadakan program kegiatan yaitu Orientasi Perpustakaan dan Bulan Bahasa.

b. Shoelihatul Badriah, dengan judul Upaya perpustakaan dalam meningkatkan literasi informasi siswa: studi kasus perpustakaan sekolah An-Nisaa’ Pondok Aren-Bintaro. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yag dilakukan pihak perpustakaan dalam meningkatkan kemampuan siswa yang mengarah ke literasi informasi. Sehingga perpustakaan juga berperan aktif dalam pengembangan dan peningkatan kemampuan siswa., tidak hanya diserahkan kepada pihak sekolah.

40


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian yang dilakukan di SMPN 27, yang berlokasi di Jalan Lingkar Komplek PTB, Kelurahan Duren Sawit, Kecamatan Duren Sawit, Kotamadya Jakarta Timur Provinsi DKI Jakarta, kemudian waktu penelitian dilakukan pada bulan November sampai dengan Desember 2014.

B.

Latar Penelitian

1.

Latar Fisik

SMPN 27 Jakarta berada di tengah-tengah komplek perumahan. Lokasi untuk menjangkau sekolahnya pun sangat strategis, dapat ditempuh dengan jalan kaki, naik angkot, ojek ataupun naik kendaraan pribadi. Bangunan sekolah merupakan bangunan pemerintah yang berdiri sejak 1976. Dari tahun ke tahun selalu bertambah jumlah ruangan kelasnya agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar.

Terdapat bagian depan gedung sekolah ada sebuah pagar sebagai pintu utama untuk masuk ke dalam sekolah. Dibagian depan gedung sekolah sekolah terdapat sebuah masjid dan gereja sehingga memudahkan para komunitas sekolah untuk beribadah ataupun praktek ibadah sesuai dengan agamanya. Ada 4 gedung dalam sekolah ini, gedung utama terdiri dari 3 lantai sedangkan 3 gedung lainnya hanya terdiri dari 1 lantai. Pada gedung utama terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru-guru, staff TU serta ruang kelas. Gedung sekolah ini baru direhab pada tahun 2010. Adapun jumlah kelas secara keseluruhan berjumlah 21 kelas dan berjumlah 744 siswa.

2.

Latar Sosial

Lingkungan sosial yang tercipta di SMPN 27 cukup harmonis dan religius. Hal ini dapat dilihat dengan adanya hubungan baik antar guru dan


(44)

kepala sekolah. Bahkan kepala sekolah sering mengontrol, berbincang-bincang bahkan sering makan-makan bersama guru-guru dan karyawan sekolah. Begitupun dengan siswa, mereka sangat dekat dengan guru dan kepala sekolah seperti anak kepada orang tua mereka sendiri.

Dalam hal keagamaan di SMPN 27 Jakarta ini sangat baik, walaupun mereka berbeda-beda agama namun mereka saling toleransi satu sama lain. Kedisiplinan di SMPN 27 juga patut dibanggakan. Seperti ketika siswa terlambat datang ke sekolah maka siswa tersebut tidak boleh masuk ke dalam sekolah. Dan apabila bel sekolah berbunyi maka seluruh siswa harus sudah berada di dalam kelas, bila ada yg belum masuk maka akan diberi hukuman. Kemudian seluruh siswa tidak diperbolehkan membawa telepon genggam dan juga mewajibkan siswa memakai pakaian seragam dengan rapih.

3.

Entri

Peneliti melakukan observasi pertama kali pada bulan November 2014. Kepala sekolah menyambut peneliti dengan baik. Guru-guru dan staff lain juga menunjukkan sikap yang ramah terhadap peneliti dan mereka semua bersedia membantu peneliti dalam proses penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam memperoleh informasi yang terkait dengan penelitian.

C.

Metode Penelitian

Menurut Mardalis metode diartikan sebagai “suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian”. Sedangkan penelitian itu sendiri sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.1 Jadi metode penelitian adalah suatu cara atau upaya untuk memperoleh fakta yang sistematis untuk mewujudkan kebenaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai

1


(45)

status gejala yang ada atau kejadian apa saja yang terjadi saat penelitian dilakukan. Metode deskriptif merupakan prosedur, pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggabungkan, melukiskan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif umumnya bertujuan mendefinisikan secara sistematis, faktual dan akurat terdapat suatu populasi atau daerah tertentu mengenai berbagai sifat dan faktor tertentu.2 Adapun menurut. E Kristi Poerwandari menyatakan bahwa “dalam penelitian kualitatif sampel tidak diambil secara acak tetapi justru dipilih mengikuti kriteria tertentu”.3 Dalam penelitian penulis hendak mendapatkan gambaran mengenai pemahaman seorang guru terhadap konsep literasi informasi dan upaya guru dalam mengembagkan literasi informasi pada siswa di SMPN 27 Jakarta.

D.

Pendekatan

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah data yang berbentuk non angka, seperti kalimat-kalimat, foto atau rekaman suara dan gambar.

E.

Informan

Informan yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti melalui narasumber yang bersangkutan. Dalam penelitian ini narasumber yang bersangkutan adalah guru PAI di SMPN 27 Jakarta.

Jumlah informan ditetapkan dengan menggunakan teknik snow ball,

yaitu penggalian data melalui wawancara mendalam dari satu informan ke informan lainnya dan seterusnya sampai peneliti tidak menemukan informasi baru lagi atau informasi yang diberikan tidak berkualitas lagi.4

2

Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 54

3

E. Kristi Poerwanari, Pendkatan kualitatif dalam penelitian psikologi, (Jakarta: LP3ES,

1998), Cet.1,h.102

4

Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Poposal dan Laporan


(46)

F.

Teknik Pengumpulan Data

Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini di dapat dari studi kepustakaan, observasi dan wawancara. Informasi yang didapat dari observasi langsung, catatan wawancara, rekaman wawancara dan foto kegiatan. Informasi tersebut dalam bentuk dokumen dan catatan peristiwa yang diolah menjadi data.

1.

Jenis dan Sumber Data

a. Data primer: berupa kata-kata yang diperoleh peneliti mulai dari wawancara dan data yang diperoleh melalui observasi. Langkah pertama peneliti melakukan wawancara dilaksanakan dengan pihak yang terkait, yaitu para guru PAI SMPN 27 Jakarta. Dalam memilih dan memanfaatkan sumber informasi yang akan diperoleh dari seorang informan, perlu ditentukan bahwa seorang informan adalah orang-orang yang mengetahui tentang situasi dan kondisi daerah atau lingkungan penelitian, jujur, terbuka dan mau memberikan data yang benar dan akurat. Langkah kedua, Observasi atau pengamatan secara langsung. Data yang dikumpulkan yaitu data mengenai Literasi Informasi Siswa dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 27 Jakarta

b. Data sekunder: data sekunder ini berasal dari perpustakaan dan guru, yaitu terdiri dari buku-buku, literatur-literatur, artikel dan dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Bisa juga berupa Profil Sekolah, keadaan guru, keadaan siswa, sarana dan prasarana yang ada di SMPN 27 Jakarta. Sedangkan dokumentasi seperti foto-foto dan rekaman untuk penunjang data-data yang diperoleh dari SMPN 27 Jakarta agar diterima keabsahannya.

2.

Cara pengumpulan data

Pengumpulan data adalah langkah yang amat penting dalam penelitian karena pengumpulan data merupakan proses pengumpulan data primer untuk keperluan penelitian yang bersangkutan. Dalam


(47)

penelitian ini akan dilakukan beberapa tahap pengumpulan data dalam penelitian studi kasus, diantaranya sebagai berikut:

a.

Studi Kepustakaan

Dalam riset ini peneliti melakukannya dengan mempelajari dokumen-dokumen, buku-buku, literatur-literatur, artikel-artikel, atau catatan-catatan yang menunjang peneliti yang sedang dilakukan. Dengan maksud untuk mendapatkan gambaran teoritis sesuai dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

b.

Observasi

Merupakan salah satu pengumpulan data penelitian yang memiliki peranan cukup banyak dalam menemukan masalah-masalah yang ingin diperoleh di lokasi penelitian. Teknik ini memungkinkan peneliti menarik inferensi (kesimpulan) ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang diamati. Lewat observasi ini, peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan (tacit understanding), bagaimana teori digunakan langsung (theory-in-use), dan sudut pandang responden yang mungkin tidak tercungkil lewat wawancara.5

c.

Wawancara

Merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dengan sumber informasi (interviewee).6 Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Wawancara dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mungkin diperoleh lewat

5

A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan

Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2011), Cet. VI, h. 110

6

Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta; PT Rineka Cipta: 2007), h.


(1)

Lampiran 3

TRANSKIP WAWANCARA

Nama Informan : Informan 1

No.

Pertanyaan

Jawaban Informan

Kode

1 Apakah Bapak/Ibu tahu apa yang dimaksud dengan literasi/melek informasi?

“Literasi informasi itu mereka tau informasi seperti apa yang dipakai dan bagaimana cara memperoleh informasi yang relevan...”

Kode 1 : Warna Merah

Identifikasi Kebutuhan Informasi

2 Menurut Bapak/Ibu, apa sih yang dimaksud dengan kebutuhan informasi?

“Kebutuhan bagi sesorang pada saat dia tidak memiliki sumber yang cukup atau tidak cukup mengerti mengenai sesuatu seperti saya merasa saya butuh informasi pada saat saya ingin melaukan sesuatu tetapi tidak bisa saya lakukan...”

3 Apakah bapak/ibu tahu kebutuhan informasi siswa itu seperti apa?

“Para siswa memerlukan informasi yang berkaitan dengan mata pelajaran yang sedang dipelajarinya, misalnya pada mata pelajaran PAI, maka siswa tersebut harus mencari informasi yang berkaitan dengan mata pelajaran tersebut...”

4 Bagaimana cara bapak/ibu menentukan kebutuhan informasi siswa?

“Ya dilihat aja sesuai dengan bab apa yang sedang kita pelajari di kelas...”

5 Apakah selama ini bapak/ibu mempunyai kendala dalam menentukan kebutuhan informasi siswa dan menentukkan jenis dan sumber informasi dalam memenuhinya?

“Selama ini sih ga terlalu sulit dan banyak kendala, paling kendalanya hanya pada siswa yang SD atau sekolahnya bukan berasal dari sekolah yang berbasis Islam sehingga pengetahuan keislamannya agak kurang...”

6 Untuk mata pelajaran PAI ini, dimana bapak/ibu mengeksplor informasi yang dibutuhkan oleh siswa?

“Saya biasanya bekerjasama dengan perpustakaan, misalnya saya menyumbang buku-buku, artikel dan sebagainya yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam...”

Kode 2 : Warna Hijau Akses Informasi


(2)

7 Bagaimana cara bapak/ibu mengajarkan kepada siswa untuk menerapkan strategi penelusuran yang efektif?

“Biasanya saya mengajarkan siswa untuk membuat mindmap terlebih dahulu dari sesuatu yang mereka butuhkan misalnya mereka butuh informasi tentang shalat, maka mereka harus buat dulu keragkanya...dari mulai niat shalat dan sebagainya...”

8 Apa pertimbangan bapak/Ibu untuk menggunakan alat bantu dalam melakukan pencarian informasi yang diajarkan kepada siswa?

“Karena bila tidak begitu maka siswa akan membuka web-web yang aneh-aneh yang bisa merusak moral siswa, maka saya selalu mengarahkan siswa untuk mencari informasi melalui alat bantu, seperti google dan yahoo atau web-web yang menyangkut denga pelajaran PAI...”

9 Mengapa bapak/ibu mengajarkan kepada siswa untuk menyeleksi dan merekam informasi yang relevan untuk mata pelajaran PAI?

“Ya karena pelajaran PAI itu kan menyangkut masalah agama, jadi harus hati-hati dalam mencari informasi...salah-salah bisa disebut penyimpangan agama...”

10 Apakah bapak/ibu mengajarkan kepada siswa untuk menyimpan informasi yang didapat? Teknologi seperti apa yang digunakan?

“Iyalah, saya selalu mengajarkan siswa untuk menyimpan informasi yang didapat ke dalam flashdisk supaya ga ilang dan ketika diperlukan informasi itu masih ada...”

11 Apakah siswa yang bapak/ibu ajarkan pernah mengalami kendala dan kesulitan dalam mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif?

“Ya sedikit-sedikit pasti ada kendala, dari mulai siswa yang belum tau tentang internet atau bahkan dimana atau buku apa yang harus mereka pakai untuk mata pelajaran PAI...”

12 Bagaimana cara guru mengevaluasi hasil perolehan informasi yang siswa dapatkan (efektivitas)?

“Saya jarang sih melakukan evaluasi, paling ya bagaimana mereka mengerjakan semua tugas dengan baik atau tidaknya....”

13 Apakah mereka juga mengevaluasi proses (efesiensi), bagaimana caranya?

“Tidak...” 14 Bagaimana cara bapak/ibu mengajarkan kepada

siswa cara mengektraksi informasi yang relevan?

“Mengambil dari segala sumber yang terpercaya...” Kode 3 : Warna Ungu Pemanfaatan Informasi


(3)

15 Bagaimana cara bapak/ibu mengajarkan kepada siswa agar dapat mengorganisasikan informasi dari berbagai sumber?

“Membuat catatan-catatan kecil kemudian dirangkum...”

16 Bagaimana cara bapak/ibu mengajarkan kepada siswa untuk mempresentasikan informasi tersebut?

“Mereka membacakan hasil informasi yang diperoleh dan menyebutkan sumber informasi yang dipakai...” 17 Apakah dalam hal mengembangkan literasi

informasi siswa, bapak/ibu mendengarkan masukan orang lain?

“Pasti, saya memang butuh masukan dari guru lain...saya juga mencari masukan dan saran-saran dari guru yang menguasai tentang konsep literasi walaupun beda mata pelajaran yang diajar...”


(4)

Lampiran 3

TRANSKIP WAWANCARA

Nama Informan : Informan 2

No.

Pertanyaan

Jawaban Informan

Kode

1 Apakah Bapak/Ibu tahu apa yang dimaksud dengan literasi/melek informasi?

“Kemampuan memperoleh informasi....” Kode 1 : Warna Merah

Identifikasi Kebutuhan Informasi

2 Menurut Bapak/Ibu, apa sih yang dimaksud dengan kebutuhan informasi?

“Kebutuhan pemenuhan hasrat kalo kita ingin berkembang ingin menjadi yang lebih baik bisa juga sebagai kebutuhan sesuatu yang diperlukan saat itu untuk memenuhi wawasan untuk menambah wawasan...”

3 Apakah bapak/ibu tahu kebutuhan informasi siswa itu seperti apa?

“Ya kalau dalam pelajaran, berarti mereka memerlukan informasi mengenai mata pelajaran sesuai dengan apa yang mereka sedang pelajari...”

4 Bagaimana cara bapak/ibu menentukan kebutuhan informasi siswa?

“Dilihat dari apa yang sekarang mereka sedang pelajari...”

5 Apakah selama ini bapak/ibu mempunyai kendala dalam menentukan kebutuhan informasi siswa dan menentukkan jenis dan sumber informasi dalam memenuhinya?

“Paling karena latar belakang sekolah mereka yang berbeda-beda atau tidak berbasis Islam makanya saya harus lebih ekstra mengajarkannya cara mencari informasi mengenai masalah Pendidikan Agama Islam...”

6 Untuk mata pelajaran PAI ini, dimana bapak/ibu mengeksplor informasi yang dibutuhkan oleh siswa?

“Saya hanya merekomendasikan buku-buku yang relevan, memperlihatkan video tentang pelajaran PAI...”

Kode 2 : Warna Hijau Akses Informasi 7 Bagaimana cara bapak/ibu mengajarkan kepada

siswa untuk menerapkan strategi penelusuran yang efektif?

“Saya merasa agak kesulitan untuk itu...nah untuk menyiasati kebingungan kita maka itu biasanya saya mengajarkan siswa untuk menulis apa yang mau mereka tulis...buat coret-coretan dulu...”


(5)

8 Apa pertimbangan bapak/Ibu untuk menggunakan alat bantu dalam melakukan pencarian informasi yang diajarkan kepada siswa?

“Karena kalo ga pake alat bantu mereka akan bingung dimana harus mencari informasi tersebut...”

9 Mengapa bapak/ibu mengajarkan kepada siswa untuk menyeleksi dan merekam informasi yang relevan untuk mata pelajaran PAI?

“Karena kalo mereka langsung memakan informasi yang ada, mereka akan salah nantinya...kalo informasi nya benar ga jadi masalah tapi kalo informasi nya salah gimana...”

10 Apakah bapak/ibu mengajarkan kepada siswa untuk menyimpan informasi yang didapat? Teknologi seperti apa yang digunakan?

“Ya saya memang selalu menyuruh siswa untuk menyimpannya, biasanya saya mengajarkan kepada mereka untuk membuat catatan kecil mengenai informasi yang didapat...”

11 Apakah siswa yang bapak/ibu ajarkan pernah mengalami kendala dan kesulitan dalam mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif?

“Ya palingan kalo misalnya ada siswa yang belum mengerti cara menggunakan internet untuk mencari informasi...atau mereka kebingungan saat mencari materi di buku...”

12 Bagaimana cara siswa mengevaluasi hasil perolehan informasi yang mereka dapatkan (efektivitas)?

“Saya hanya melihat bagaimana mereka mempresentasikan tugas yang diberikan...”

13 Apakah mereka juga mengevaluasi proses (efesiensi), bagaimana caranya?

“Jarang...” 14 Bagaimana cara bapak/ibu mengajarkan kepada

siswa cara mengektraksi informasi yang relevan?

“Dilihat dulu sumbernya terpercaya atau tidak

kemudian disatukan...” Kode 3 : Warna Ungu Pemanfaatan Informasi 15 Bagaimana cara bapak/ibu mengajarkan kepada

siswa agar dapat mengorganisasikan informasi dari berbagai sumber?

“Ya membuat coret-coretan dulu kemudian dijadikan satu...”

16 Bagaimana cara bapak/ibu mengajarkan kepada siswa untuk mempresentasikan informasi tersebut?

“Ya mereka presentasi aja makalah yang dibuat kemudian disebutkan deh sumbernya...”


(6)

guru-informasi siswa, bapak/ibu mendengarkan masukan orang lain?

guru lain....semakin saya mendapat masukan semakin banyak pengetahuan saya tentang bagaimana cara mengajarkan siswa menjadi orang yang literate...”


Dokumen yang terkait

Peran guru PAI sebagai motivasi dalam meningkat kedisiplinan siswa di SMP Nusantara Plus Ciputat

0 19 93

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

0 6 84

Kreativitas Guru PAI Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

Kreativitas Guru PAI Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 11

Kreativitas Guru PAI Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 38

Kreativitas Guru PAI Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 18

Kreativitas Guru PAI Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

1 1 26

Kreativitas Guru PAI Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4

Kreativitas Guru PAI Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 2