Laju Pertumbuhan Linier Karang Porites lutea menggunakan Sinar-X di Pulau Tunda Kabupaten Serang Propinsi Banten

LAJU PERTUMBUHAN LINIER KARANG Porites lutea
MENGGUNAKAN SINAR-X DI PULAU TUNDA
KABUPATEN SERANG PROPINSI BANTEN

LALANG

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Laju Pertumbuhan Linier
Karang Porites lutea menggunakan Sinar-X di Pulau Tunda Kabupaten Serang
Propinsi Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor,

Januari 2015

Lalang
NIM C551130181

RINGKASAN
LALANG. Laju Pertumbuhan Linier Karang Porites lutea menggunakan Sinar-X
di Pulau Tunda, Kabupaten Serang, Propinsi Banten. Dibimbing oleh NEVIATY
P. ZAMANI dan ALI ARMAN.
Karang merupakan biota bentik yang memiliki peranan penting dalam
ekosistem laut, dimana proses pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan. Karang masif merupakan perekam jejak kondisi lingkungan melalui
proses pengendapan kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan. Kerangka karang
pada jenis karang P. lutea yang telah terdeposit dapat memberikan informasi
tentang laju pertumbuhan karang yang terlihat pada lingkar tahunan (annual
band). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pemboran dengan
menggunakan mata bor pneumatic yang selanjutnya dianalisis menggunakan

Sinar-X Radiografi untuk mendapatkan arah, umur dan laju pertumbuhan.
Hasil penelitian menunjukkan laju pertumbuhan linier karang P. lutea
yang berada pada stasiun Utara yang merupakan daerah terbuka (windward)
berkisar antara 0.6-2.5 cm/tahun dengan laju pertumbuhan rata-rata 1.43
cm/tahun, dan stasiun Selatan yang merupakan daerah terlindung (leeward)
berkisar antara 0.5-2.2 cm/tahun dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1.21
cm/tahun. Laju pertumbuhan karang P. lutea baik yang berada stasiun Utara
maupun stasiun Selatan menunjukkan tidak berbeda nyata (sig > 0.05).
Laju pertumbuhan linier karang P. lutea dipengaruhi oleh suhu permukaan
laut dimana, pengaruh suhu permukaan laut yang signifikan terdapat pada 3 (tiga)
kejadian yaitu pada tahun 1983, 1998, dan 2010. Pada tahun 1983 suhu
permukaan laut mengalami peningkatan dari keadaan sebelumnya menjadi
29.330C yang menyebabkan karang P. lutea mengalami penurunan laju
pertumbuhan dari tahun-tahun sebelumnya dengan kemampuan tumbuh 0.9
cm/tahun pada stasiun Utara dan 0.9 cm/tahun pada stasiun Selatan. Peningkatan
suhu permukaan laut pada tahun 1998 yang merupakan peningkatan yang paling
signifikan dimana suhu permukaan laut terdapat 29.570C kenaikan ini lebih tinggi
dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya yang menyebabkan penurunan laju
pertumbuhan yang sangat signifikan dengan kemampuan tumbuh 0.6 cm/tahun
pada stasiun Utara, dan 0.5 cm/tahun pada stasiun Selatan. Peningkatan suhu

permukaan laut pada tahun 2010 dengan suhu permukaan laut sekitar 29.610C
dimana karang P. lutea dapat tumbuh 0.7 cm/tahun pada stasiun Utara dan 0.6
cm/tahun pada stasiun Selatan.
Peningkatan suhu permukaan laut pada tahun 1983, 1998, dan 2010
berkolerasi dengan laju pertumbuhan linier karang P. lutea sebesar 79% pada
stasiun Utara dan sebesar 86% pada stasiun Selatan. Parameter lingkungan seperti
salinitas, kecepatan arus, dan curah hujan tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap laju pertumbuhan linier karang P. lutea baik yang berada di
windward maupun leeward.
Kata kunci: Laju pertumbuhan linear, Sinar-X, P. lutea, Pulau Tunda.

SUMMARY
LALANG. The Linear Extension Rate of Corals Porites lutea Using X-Ray at
Tunda Island, Serang District, Banten Province. Supervised by NEVIATY P.
ZAMANI and ALI ARMAN.
Coral reefs are benthic biotas that play an important role in marine
ecosystems. Their extension are strongly influenced by their environmental
condition. The extension of massive coral is able to be gained by tracking the
record of environmental condition through calcium carbonate (CaCO3) deposition
processes. The skeleton of deposited coral species Porites lutea can provide

information to determine the life growth rate of the coral that be seen by its annual
bands. The coral sampling was carried out by using pneumatic drill and analyzed
the direction, age, and extension rates of the coral by using X-Ray.
The results showed that the liniear extension rate of coral P. lutea was in
windward, the North station . it was ranged from 0.6-2.5 cm/year the average
liniear extension in this area was 1.43 cm/year. Reversely, the South station was
leeward that extension rate had the liniear extension rate 0.5-2.2 cm/year with the
average was 1.21 cm/year. There was no significant different of liniear extension
rate P. lutea in the windward and leeward (sig> 0.05).
It identified, that three were significantly located elevation of sea surface
temperatures occurred in the 1993, 1998, and 2010. It is indicated by the decrease
of extension P. lutea on the research location. In 1983, the sea surface temperature
increased to be 29.330C, and the extension rate of P. lutea decreased were 0.9
cm/year in North station and 0.9 cm/year in South station. In 1998, the sea surface
temperature increased to be 29.570C, and the extension rate of P. lutea were 0.6
cm/year in North station and 0.5 cm/year in south Station. In 2010, the
temperature increased to be 29.610C, the extension rate of P. lutea decreased 0.7
cm/year in North station (windward) and 0.6 cm/year in South station (leeward).
Increased of sea surface temperature in those three years had a correlation
to linear specific extension of P. lutea as 79% in the north station and 86% in the

south station. Seawater quality parameters such as salinity, seawater current and
rainfall showed no significant impacts on linear specific extension of coral P.
lutea in both stations, windward and leeward.
Keywords: Linear extension rate, X-Ray, P. lutea, Tunda Island.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

LAJU PERTUMBUHAN LINIER KARANG Porites lutea
MENGGUNAKAN SINAR-X DI PULAU TUNDA
KABUPATEN SERANG PROPINSI BANTEN

LALANG


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA

Judul Tesis : Laju Pertumbuhan Linier Karang Porites lutea menggunakan
Sinar-X di Pulau Tunda Kabupaten Serang Propinsi Banten
Nama
: Lalang
NIM
: C551130181


Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Neviaty P Zamani, MSc
Ketua

Dr Ali Arman, MT
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu
Kelautan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Neviaty P Zamani, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


Tanggal Ujian: 21 Januari 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya berupa kesehatan dan keluangan waktu sehingga penelitian
tesis mengenai Laju Pertumbuhan Linier Karang Porites lutea Menggunakan
Sinar-X di Pulau Tunda Kabupaten Serang Propinsi Banten dapat terselesaikan
dengan baik sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Program
Pascasarjana Program Studi Ilmu Kelautan Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Neviaty P Zamani MSc dan
Bapak Dr Ali Arman MT selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
masukan dalam penyusunan tesis ini. Penulis juga sangat berterima kasih atas
bantuan dana penelitian oleh Hibah Pasca 2014 dan Pusat Aplikasi Isotop dan
Radiasi Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN), Jakarta yang telah
memberikan bantuan berupa penggunaan laboratorium dan alat-alatnya dalam
rangka penyelesaian penelitian ini, serta staf laboratorium BATAN Aditya Dwi
Permana Putra, S.Si dan Untung Sugiharto, AMd yang telah memberikan bantuan

fisik maupun moral. Rekan-rekan kuliah Program Studi Ilmu Kelautan 2013,
teman-teman (Riska, Reza, Tarlan, Ardana, Iksan, Wahidin, Sadam, Ilham) yang
telah menginspirasi dan menjadi teman diskusi, keluarga (Ayahanda La Hanufi,
SP dan Ibunda Waode Suriani, serta adinda Zainal, S.Kep, Anas Salidi Maindo,
Samtun, Lilis Nurlaela) yang senantiasa memberi doa dan dukungan selama
penulis menempuh pendidikan serta semua yang telah berkontribusi dalam
penyusunan tesis ini.
Saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi
perbaikan dimasa mendatang.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

Lalang

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

xi


DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1

2
3
4

2 METODE
Waktu dan Lokasi
Alat dan Bahan
Penentuan Titik Pengamatan
Prosedur Kerja
Parameter Lingkungan
Analisis Data

4
4
5
5
5
6
6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Laju Pertumbuhan Karang Porites lutea pada Stasiun Utara
Laju Pertumbuhan Karang Porites lutea pada Stasiun Selatan
Indeks Luminance
Laju Pertumbuhan Karang Porites lutea Kaitannya dengan Kenaikan
Suhu Permukaan Laut
Pengaruh Elnino terhadap Laju Pertumbuhan Karang Porites lutea
Korelasi Laju Pertumbuhan dengan Suhu Permukaan Laut
Laju Pertumbuhan Karang Kaitannya dengan Salinitas
Korelasi Laju Pertumbuhan dengan Salinitas
Laju Pertumbuhan Karang Kaitannya dengan Kecepatan Arus
Korelasi Laju Pertumbuhan dengan Kecepatan Arus
Laju Pertumbuhan Karang Kaitannya dengan Curah Hujan
Korelasi Laju Pertumbuhan dengan Curah Hujan

7
7
8
9
10
12
13
14
15
16
17
18
19

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

21
21
21

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

23

RIWAYAT HIDUP

28

DAFTAR TABEL
1 Alat dan bahan yang digunakan
2 Hasil analisis beda nyata dengan menggunakan software SPSS 16

5
9

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Skema kerangka penelitian laju pertumbuhan linier karang P. lutea
Lokasi penelitian
Prosedur penelitian laju pertumbuhan linier karang P. lutea
Foto film positif Sinar-X dan arah laju pertumbuhan linier karang P.
lutea yang terlihat pada garis tahunan (annual band)
Laju pertumbuhan linear karang P. lutea stasiun Utara
Laju pertumbuhan linear karang P. lutea stasiun Selatan
Luminance karang P. lutea pada foto positif hasil Sinar-X
Indeks luminance karang P. lutea Pulau Tunda
Variabilitas suhu permukaan laut selama periode tahun 1981-2014
Variabilitas suhu permukaan laut dengan laju pertumbuhan karang P.
lutea
Indeks Nino 3.4. dari tahun 1950-2015 dengan kejadian Elnino (ENSO)
Korelasi laju pertumbuhan karang P. lutea dengan suhu permukaan
laut (a) stasiun Utara dan (b) stasiun Selatan
Variabilitas salinitas selama periode tahun 2011-2014
Korelasi laju pertumbuhan P. lutea dengan salinitas (a) stasiun Utara
dan (b) stasiun Selatan
Variabilitas kecepatan arus selama periode tahun 1992-2012
Korelasi laju pertumbuhan P. lutea dengan Kecepatan Arus
(a) stasiun Utara dan (b) stasiun Selatan
Variabilitas curah hujan selama periode tahun 2001-2011
Korelasi laju pertumbuhan P. lutea dengan Curah Hujan
(a) stasiun Utara dan (b) stasiun Selatan

3
4
6
7
7
8
9
10
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

DAFTAR LAMPIRAN
19
20
21
22
23
24

Kisaran kecepatan arus
Indeks luminance stasiun utara
Indeks luminance stasiun selatan
Kisaran salinitas
Hasil pengukuran suhu permukaan laut
Dokumentasi penelitian

23
23
24
24
24
25
26

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Terumbu karang merupakan ekosistem unik yang tumbuh dengan baik
pada wilayah tropis. Karang batu (stony coral) tergolong kedalam ordo
Scleractinia yang kerangkanya terbuat dari bahan kapur. Keberadaan karang batu
(massive) dapat memberikan manfaat yang besar sebagai habitat berbagai jenis
biota penghuni daerah terumbu karang, dan sekaligus berfungsi sebagai tempat
memijah, membesarkan diri, berlindung, dan sebagai tempat mencari makan.
Karang batu sebagai penghasil kalsium karbonat (CaCO3) memberikan manfaat
berupa penye rapan pemanasan global sebesar 7-15% (Suzuki et al. 2004).
Terumbu karang merupakan tempat hidup bagi berbagai biota laut tropis lainnya,
sehingga terumbu karang memiliki keanekaragaman jenis biota tinggi dan sangat
produktif (Suharsono 1996).
Pertumbuhan karang merupakan pertambahan panjang linier, bobot,
volume atau luas kerangka kapur dalam kurun waktu tertentu. Secara umum,
pembentukan kerangka karang diinterpretasikan sebagai kenaikan bobot kerangka
karang yang disusun oleh kalsium karbonat dalam bentuk aragonit kristal dan
kalsit (Carricart-Ganivet and Barnes 2007). Laju pertumbuhan karang dapat
diukur dengan berbagai cara seperti pengukuran pertambahan panjang linier, area,
volume, atau berat kerangka kalsiumnya dengan menggunakan metode
restropektif (pengukuran kebelakang). Pengamatan tersebut membutuhkan
waktu yang lama, namun dengan menggunakan Sinar-X dapat dengan mudah
diketahui laju pertambahan linier karang khususnya karang-karang keras seperti
Porites yang terlihat dalam annual band (garis tahunan) yang ada pada kerangka
terumbu (Buddemeier and Knutson 1974).
Karang masif dapat tumbuh dan mengendapkan kalsium karbonat pada
lapisan jaringan yang kecil pada permukaan luar koloninya (Crabbe 2008).
Kepadatan yang ditemukan setara dengan pertumbuhan setiap tahunnya (Knuston
et al. 1972). Struktur kerangka pada karang akan terlihat garis tahunan (annual
band) yang dapat memberikan informasi penting mengenai laju pertumbuhan dan
kondisi lingkungan dimana karang tersebut hidup (Carricart-Ganivet et al. 2007).
Karang Porites sering digunakan dalam menentukan studi perubahan iklim
karena memiliki koloni yang besar dan garis tahunan (annual band) yang berbeda
dengan karang massive lainnya, serta dapat tumbuh selama ratusan tahun (Cobb et
al. 2003). Beberapa penelitian yang telah dilakukan di Indonesia khususnya di
daerah Karimun Jawa dan Bangkalan diperoleh laju pertumbuhan karang Porites
berkisar antara 5.38–17 mm/tahun dengan umur antara 4-8 tahun, dan persentase
pertumbuhan tiap-tiap koloni berbeda-beda (Nugraha 2008).
Kerangka karang yang berada pada koloni karang yang berukuran besar
dapat memberikan informasi mengenai variasi kepadatan pada setiap tahunnya
yang dapat diamati dengan menggunakan sinar-X melalui irisan kerangka yang
telah dipotong pada posisi vertikal (Knutson et al. 1972). Ketebalan pada irisan
kerangka karang yang telah dipotong dapat berbeda-beda, namun tetap
mempertimbangkan kemampuan sinar-X dalam menginterpertasi sampel
(Buddmeir and Knutson 1974). Pembentukan terumbu pada karang keras (Porites)

mempunyai manfaat tersendiri karena dapat dilakukan pengujian dalam
menentukan pertumbuhan terumbu pada masa yang lampau dengan melihat garis
tahunan yang tergambar pada struktur kerangka pada terumbu karang khususnya
pada karang batu (massive) dengan menggunakan sinar-X (Carricart-Ganivet and
Barnes 2007).
Perbedaan lokasi tempat hidup terumbu karang pada daerah terbuka
maupun daerah terlindung memberikan pengaruh pada proses pertumbuhan, hal
ini berkaitan dengan pergerakan arus dan gelombang serta perubahan lingkungan
yang ekstrim seperti letusan gunung berapi (Johnson et al. 2014). Suhu
permukaan laut berperan penting dalam pertumbuhan karang (Crabbe 2008).
Perubahan suhu akan menghambat proses laju pertumbuhan karang Porites lutea
karena dapat mengakibatkan karang kehilangan alga simbion (zooxanthellae)
apabila tidak dapat mentolerir perubahan suhu yang ekstrim (Chen et al. 2013).
Penurunan salinitas dapat mengganggu laju pertumbuhan karang karena berkaitan
dengan metabolisme terumbu karang (Alutoin et al. 2001). Curah hujan yang
tinggi juga memberikan masukkan bahan organik dapat menurunkan salinitas di
perairan dangkal sehingga menghambat laju pertumbuhan terumbu karang baik
karena yang disebabkan oleh tertutupnya polip karang oleh sedimen maupun
proses metabolisme yang tidak stabil. Kecepatan arus memberikan manfaat
dalam membersihkan polip karang serta sebagai transpor makanan bagi hewan
karang. Arus yang kuat sangat baik untuk pertumbuhan karang hal ini dapat
dengan mudah membersihkan polip karang (Fernandez-lugo et al. 2004)
Penelitian mengenai laju pertumbuhan pada daerah Pulau Jawa telah
dilakukan utamanya di daerah kepulauan Seribu, Bangkalan, dan Karimun Jawa,
namun penelitian pada bagian barat pulau Jawa belum dilakukan, khususnya yang
berada di Pulau Tunda kecamatan Karang Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi
Banten dalam mengkaji laju pertumbuhan karang serta melihat melihat jejak
perubahan iklim yang terekam pada kerangka kapur karang P. lutea.
Perumusan Masalah
Laju pertumbuhan karang dapat ditentukan dengan melihat garis tahunan
(annual band) pada kerangka karang. Pada karang-karang keras khususnya karang
porites memiliki kepadatan garis tahunan yang bervariasi (Barnes dan Lough
1989). Karang batu khususnya karang dari genus Porites dapat mengalami
gangguan dalam pertumbuhan baik yang disebabkan oleh perubahan kondisi
lingkungan maupun aktifitas pencemaran bahan organik maupun anorganik.
Bahan organik maupun anorganik yang masuk kedalam perairan dalam kondisi
normal tersebut masih dapat diakumulasi oleh karang (Al-Rousan et al. 2007).
Perbedaan lokasi tempat hidup karang baik yang ada pada daerah terbuka
(windward) maupun daerah terlindung (leeward) berpengaruh pada kepadatan
kerangka yang disebabkan oleh kemampuan dalam mengakumulasi bahan organik
maupun anorganik. Kerangka karang P. lutea dapat merekam peristiwa yang
terjadi pada masa lampau baik yang disebabkan oleh kondisi lingkungan maupun
aktifitas lainnya. Berdasarkan beberapa hal tersebut maka ada beberapa
permasalahan yang perlu dijawab dalam penelitian ini yang dirumuskan sebagai
berikut:

1. Apakah daerah terbuka (windward) maupun daerah terlindung (leeward) dapat
mempengaruhi laju pertumbuhan linier karang P. lutea?
2. Apakah parameter lingkungan dapat mempengaruhi laju pertumbuhan linier
karang P. lutea?

Karang P. lutea

Terumbu karang

Umur

Sinar-X

Laju Pertumbuhan
Linier

Parameter
Lingkungan

Laju Pertumbuhan
Linier Windward dan
Leeward

Korelasi

-

Suhu Permukaan Laut
Salinitas
Curah Hujan
Kecepatan Arus

Suhu Permukaan Laut
berkolerasi dengan Laju
Pertumbuhan Linier Karang
P. lutea
Gambar 1 Skema kerangka penelitian laju pertumbuhan linier karang
P.lutea
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan mengkaji laju pertumbuhan linier
karang Porites lutea, baik yang menghadap angin (windward) maupun yang
berada pada daerah terlindung dari angin (leeward) di Pulau Tunda, Kecamatan
Karang Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menentukan laju pertumbuhan linier karang P. lutea
2. Memberikan informasi mengenai parameter lingkungan yang signifikan dalam
mempengaruhi laju pertumbuhan linier karang yang terekam pada kerangka
kapur karang P. lutea.
2

METODE

Waktu dan Lokasi
Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Agustus tahun 2014 yang
berlokasi di Pulau Tunda, Kecamatan Karang Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi
Banten. Sampel dianalisis pada bulan Agustus-Oktober tahun 2014 di
Laboratorium Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Balai Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN) Jakarta.

Gambar 2 Lokasi penelitian

Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 1
berikut.

Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan
Pengambilan Sampel Alat dan Bahan
Di lapangan
Compressor
Scuba diving
Bor pneumatic
Plastik sampel

Di laboratorium

Fungsi
Mengisi tabung selam
Alat untuk menyelam
Pengambilan sampel
Tempat atau wadah
untuk
penyimpanan
sampel
Ultrasonic bath
Pencuci sampel
Scanner (Epson V 600)
Menskan hasil Sinar-X
Generator Rigaku Radioflex Sebagai mesin Sinar-X
RF-300 EGM2 130 keV
Roll film.
Untuk foto Sinar-X
Penentuan Titik Pengamatan

Pemilihan lokasi pengambilan sampel karang P. lutea berdasarkan
keterwakilan area baik yang berada pada daerah terbuka (windward) yang
teradapat pada stasiun Utara maupun yang berada pada daerah terlindung
(leeward) yang terdapat pada stasiun Selatan.
Prosedur Kerja
Pengambilan sampel menggunakan mata bor pneumatic, dimana mata bor
dihubungkan dengan tabung udara selam sebagai penggerak mata bor yang terbuat
dari stainless steel. Diameter mata bor yang digunakan adalah 5 cm dengan
panjang 50 cm namun dapat diperpanjang dengan sambungan sehingga dapat
digunakan untuk pengambilan sampel sampai 3 m (Arman 2013). Pengeboran
karang dilakukan secara vertikal untuk mendapatkan arah dan laju pertumbuhan
yang kontinyu. Pada saat karang dibor air dialirkan dengan menggunakan pompa
yang dilewatkan melalui dalam pipa stainless steel yang berfungsi untuk
mengeluarkan butir-butir halus sisa karang akibat dari pengeboran. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya macet pada perputaran mata bor.
Selanjutnya setelah selesai pengambilan sampel, bekas lubang bor ditutup dengan
menggunakan semen, untuk menghindari kerusakan pada terumbu oleh biota yang
lain. Sampel dicuci dengan menggunakan air tawar, dikeringkan, dan dimasukkan
di laboratorium untuk dianalisis.
Proses analisis dilakukan dengan memotong sampel menjadi bentuk
lempengan (slab), memanjang dari atas kebawah dengan ketebalan 5 mm
menggunakan mesin pemotong sampel. Sebelum sampel dianalisis terlebih dahulu
dibersihkan dalam ultrasonic bath yang diulang sebanyak 3 (tiga) kali untuk
menghilangkan sisa potongan karang yang menempel di permukaan dan juga
kontaminan lainnya. Selanjutnya, sampel yang berupa lempengan di analisis
dengan radiografi sinar-X dengan menggunakan Generator Rigaku Radioflex
RF-300 EGM2 130 keV dengan lama penyinaran 1 detik dengan jarak 1 m dari
sampel. Setelah itu, dilakukan proses pencucian di ruang gelap untuk memperoleh
hasil film positif pada kerangka terumbu karang. Film positif selanjutnya diubah
menjadi format digital menggunakan scanner film positif (Epson V 600).

Pengambilan Sampel di Lapangan

Preparasi Sampel

Pemrosesan di Laboratorium
dengan Sinar-X Radiografi

Analisis Film Hasil Sinar-X

Analisis Data

Coral XDS

Laju Pertumbuhan Linier
Gambar 3 Prosedur penelitian laju pertumbuhan linier karang P. lutea
Parameter Lingkungan
Data suhu permukaan laut, salinitas, dan kecepatan arus diperoleh dari citra
satelit yang diterbitkan ERDDAP (Easier Access to Scientific Data) yang
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan software Ocean Data View 4 (ODV
4). Data suhu permukaan laut yang didapatkan selama 34 (tiga puluh empat) tahun
dimulai dari tahun 1981-2014, data sailinitas didapatkan selama 4 (empat) tahun
dimulai tahun 2011-2014, data kecepatan arus didapatkan selama 20 (dua puluh)
tahun dimulai tahun 1992-2012 dan data curah hujan diperoleh dari Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Banten selama 11
tahun dimulai tahun 2001-2011.
Analisis Data
Setelah mendapatkan data garis tahunan (annual band) dari proses
penyinaran Sinar-X maka data tersebut dianalisis dengan menggunakan software
software Coral XDS (Helmle et al. 2002) untuk menentukan arah, umur, laju
pertumbuhan pada karang porites. Data Laju pertumbuhan linier dan indeks
luminance dianalisis dengan menggunakan software Coral XDS (Helmle et al.

2012), sedangkan untuk menentukan beda nyata dan korelasi dianalisis
menggunakan software SPSS 16.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Laju Pertumbuhan Karang Porites lutea pada Stasiun Utara (Windward)
Karang memiliki laju pertumbuhan yang beragam khususnya pada karangkarang keras seperti Porites, hal ini disebabkan karena karang Porites dapat
bertahan hidup pada kondisi lingkungan yang ekstrim. Perubahan kondisi
lingkungan menyebabkan karang mengalami perubahan bentuk pertumbuhan
yang berbeda dengan pertumbuhan sebelumnya (Carricart-Ganivet 2004). Laju
pertumbuhan linier karang P. lutea yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
maupun habitat karang tersebut dapat terekam pada kerangka kapur yang telah
terdeposit yang dilihat dengan menggunakan sinar-X (Kenkel et al. 2013).
Top Coral

Gambar 4 Foto film positif Sinar-X dan arah laju pertumbuhan linier karang
P. lutea yang terlihat pada garis tahunan (annual band)
Garis tahunan yang terdapat pada karang P. lutea (Gambar 4) dapat
dijadikan sebagai acuan dalam menentukan laju pertumbuhan linier, umur karang,
dan melihat perubahan lingkungan yang terjadi yang terekam pada kerangka
terumbu tersebut.

Laju Pertumbuhan (cm/tahun)

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1939 1945 1951 1957 1963 1969 1975 1981 1987 1993 1999 2005 2011
Tahun

Gambar 5 Laju pertumbuhan linier karang P. lutea stasiun Utara

Hasil foto Sinar-X selanjutnya dianalisis dengan menggunakan software
Coral XDS untuk mendapatkan laju pertumbuhan linier karang P. lutea.
Pengukuran dari sampel yang didapatkan (Gambar 5) menunjukkan laju
pertumbuhan karang P. lutea yang berada pada stasiun Utara berkisar antara 0.62.5 cm/tahun dengan umur selama 76 tahun dan laju pertumbuhan linier rata-rata
sebesar 1.44 cm/tahun, dimana pertumbuhan karang P. lutea yang tertinggi
terdapat pada tahun 1940 dan 1951 yaitu 2.5 cm/tahun sedangkan laju
pertumbuhan yang terendah terdapat pada tahun 1998 yaitu 0.6 cm/tahun. Laju
pertumbuhan linier karang P. lutea yang berada pada stasiun Utara cenderung
mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya.
Laju Pertumbuhan Karang Porites lutea Stasiun Selatan (Leeward)
3

Laju Pertumbuhan (cm/tahun)

2.5

2

1.5

1

0.5

0
1968

1973

1978

1983

1988
1993
Tahun

1998

2003

2008

2013

Gambar 6 Laju pertumbuhan linier karang P. lutea stasiun Selatan
Laju pertumbuhan linier (Gambar 6) yang terdapat pada stasiun Selatan
berkisar antara 0.5-2.1 cm/tahun, dengan umur selama 47 tahun serta laju
pertumbuhan rata-rata sebesar 1.21 cm/tahun. Pertumbuhan tertinggi terdapat
pada tahun 1971 sebesar 2.1 cm/tahun dan terendah terdapat pada tahun 1998
sebesar 0.5 cm/tahun dari sampel yang didapatkan. Laju pertumbuhan linier
karang P. lutea yang terdapat pada stasiun Selatan cenderung mengalami
pelambatan dari tahun-tahun sebelumnya.
Laju pertumbuhan linier karang P. lutea dari tahun 1968-2014 baik yang
berada pada stasiun Utara maupun stasiun Selatan cenderung mengalami
pelambatan. Rata-rata laju pertumbuhan linier karang P. lutea pada stasiun Utara

sebesar 1.22 cm/tahun dan 1.21 cm/tahun. Stasiun Utara memiliki laju
pertumbuhan linier lebih tinggi dibandingkan pada stasiun Selatan.
Hasil analisis beda nyata dengan menggunakan software SPSS 16
menunjukkan tidak berbeda nyata (tabel 2), dimana nilai signifikan yang
didapatkan sebesa 0.3 lebih besar 0.05 yang dapat diasumsikan selang
kepercayaan dari data yang didapatkan dibawah 95%.
Tabel 2 Hasil analisis beda nyata laju pertumbuhan linier karang P. lutea di
windward dan leeward dengan menggunakan software SPSS 16
Hasil
Sum of Squarces
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
Within Groups
Total

0.132
8.023
8.155

1
66
67

0.132
0.122

1.089

0.301

Indeks Luminance
Karang porites memiliki kepadatan karang yang dapat terukur dari garis
tahunnya. Hasil scannar film positif terlihat perbedaan terang dan gelapnya garis
tahunan yang ada pada kerangka kapur. Pengukuran didasarkan pada garis
vertikal yang didapatkan pada jarak maksimal maupun minimal yang terdapat
pada film positif hasil Sinar-X (Gambar 4). Pertumbuhan karang dari dua lokasi
yang berbeda yang didapatkan pertumbuhan mulai dari 1939-2014 dimana pada
pertumbuhan pada tahun yang muda terdapat anomaly yang besar (Barnes et al.
2003). Hasil dari Sinar-X akan berupa film positif yang selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan software coral XDS untuk dapat melihat kepadatan
berdasarkan warna terang (low density) meiliki kepadatan rendah dan warna gelap
(high density) memiliki kepadatan yang tinggi. Tinggi rendahnya warna pada
sampel karang P. lutea memberikan gambaran intensitas musim baik musim
kemarau maupun musim hujan serta masuknya bahan-bahan organik maupun
anorganik.

Gambar 7 Luminance karang P. lutea pada foto positif hasil Sinar-X
Indeks luminance memberikan gambaran mengenai kepadatan kerangka
kapur pada karang P. lutea yang dikaitkan dengan laju pertumbuhan setiap tahun,
pada (Gambar 7) terlihat bahwa kepadatan untuk setiap kerangka memiliki pola
yang sama yang ditunjukkan dengan naik turunnya garis kurva yang ada, dimana
setiap tahun memiliki luminance yang berberda-beda (Carricat-Ganivet et al.
2007).

85
Stasiun Utara
Stasiun Selatan

Luminance

80
75
70
65
60
0

1

2

3

4

5

6 7 8 9
Distance (cm)

10 11 12 13 14 15

Gambar 8 Indeks luminance karang P. lutea Pulau Tunda
Pengamatan yang dilakukan pada karang P. lutea yang ada di pulau tunda,
baik yang berada pada stasiun Utara maupun yang berada pada stasiun Selatan
menunjukkan pola kepadatan yang bervariasi pada setiap musimnya. Pada stasiun
Utara menunjukkan nilai indeks luminance yang tinggi di bandingkan pada
stasiun Selatan hal ini memungkinkan pada stasiun Utara lebih sedikit
mendapatkan suplai bahan-bahan organik yang berasal dari daratan dibandingkan
pada stasiun Selatan dengan demikian pengendapan bahan-bahan organik lebih
banyak terjadi pada stasiun Selatan. Bahan-bahan organik mempengaruhi indeks
luminance karena berkaitan dengan pendepositan kalsium karbonat (CaCO3) yang
memberikan warna pada baik yang terang (low density) maupun warna yang gelap
(high density) pada karang P. lutea (Carricart-Ganivet et al. 2007).
Laju Pertumbuhan Karang Porites lutea Kaitannya dengan Kenaikan Suhu
Permukaan Laut

Suhu Permukaan Laut (0c)

30
29.5
29
28.5
28
27.5
27
1981 1984 1987 1990 1993 1996 1999 2002 2005 2008 2011 2014
Tahun

Gambar 9 Variabilitas suhu permukaan laut selama periode tahun 1981-2014
(Sumber: ERDDAP)

Peningkatan suhu permukaan laut (Gambar 9) yang terjadi pada tahun
1983 dengan suhu sebesar 29.330C menyebabkan karang P. lutea dapat tumbuh
sebesar 0.9 cm/tahun pada stasiun Utara dan sebesar 0.9 cm/tahun pada stasiun
Selatan, peningkatan suhu permukaan laut yang terjadi pada tahun 1998 dengan
suhu sebesar 29.570C menyebabkan penurunan laju pertumbuhan dengan
kemampuan tumbuh sebesar 0.6 cm/tahun untuk stasiun Utara dan sebesar 0.5
cm/tahun pada stasiun Selatan, dan kenaikan suhu pada tahun 2010 dengan suhu
permukaan laut sebesar 29.610C dimana karang P. lutea tumbuh sebesar 0.7
cm/tahun pada stasiun Utara dan sebesar 0.6 cm/tahun pada stasiun Selatan dari
kisaran pertumbuhan normal sebesar 1.0-2.5 cm/tahun. Suhu yang tinggi dapat
menyebabkan karang menjadi stress serta keluarnya zooxanthallae dari polip
karang akibat tekanan lingkungan sehingga karang kehilangan alga simbion yang
berakibat kurangnya pasokan bahan makanan dari zooxanthallae yang berdampak
pada terhambatnya proses pertumbuhan terumbu. Visram and Douglas (2007)
menjelaskan bahwa peningkatan suhu dapat menyebabkan karang mengalami
stress serta keluarnya zooxanthallae.

Gambar 10 Variabilitas suhu permukaan laut dan laju pertumbuhan linier
karang P. lutea
Penurunan laju pertumbuhan yang terjadi secara signifikan terdapat pada
tahun 1998 (Gambar 10). Hal ini diakibatkan suhu permukaan laut mengalami
peningkatan secara signifikan dari tahun sebelumnya (Arman et al. 2013).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai laju pertumbuhan karang
P. lutea seperti yang ada di Thailand Selatan maupun yang ada di Great Barrief
Reef Australia telah mengalami penurunan laju pertumbuhan akibat dari kenaikan
maupun penurunan suhu permukaan laut (Lough and Barnes 2000).
Pengaruh El Nino terhadap Laju Pertumbuhan Karang Porites Lutea

Gambar 11 Indeks Nino 3.4 dari tahun 1950 sampai 2015 dengan kejadian
El Nino (ENSO). (Sumber: International Research Institute For
Climate and Society/Climate Data Library)
Peristiwa El Nino dapat diketahui dengan adanya peningkatan suhu
permukaan laut diatas 4 0C secara berturut-turut. Kejadian El Nino yang terjadi
pada tahun 1983,1998, dan tahun 2010 (Gambar 11) memberikan dampak yang
besar pada penurunan laju pertumbuhan karang P. lutea baik yang berada pada
stasiun Utara maupun yang ada pada stasiun Selatan namun, peristiwa El Nino
yan g terjadi pada tahun 1998 menyebabkan karang mengalami penurunan laju
pertumbuhan yang sangat signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Peristiwa
tersebut menggambarkan keterkaitan antara kenaikan suhu air laut dan peristiwa
El nino memberikan dampak yang besar bagi kehidupan terumbu karang sehingga
dampak perubahan iklim yang terjadi dapat tergambar atau terlihat pada kerangka
karang yang telah terdeposit pada karang massive khususnya karang genus
porites.

Laju Pertumbuhan (cm/Tahun)

Laju Pertumbuhan (cm/Tahun)

Korelasi Laju Pertumbuhan Karang dengan Suhu Permukaan Laut
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
29.3

y = -0.8821x + 26.762
R² = 0.7978

a

29.35

29.4

1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

29.45
29.5
29.55
Suhu Permukaan Laut (0C)

b

29.3

29.35

29.4

29.45

29.6

29.65

y = -1.2521x + 37.612
R² = 0.8655

29.5

29.55

29.6

29.65

Suhu Permukaan Laut (0C)

Gambar 12 Korelasi laju pertumbuhan karang P. lutea dengan suhu permukaan
laut (a) stasiun Utara dan (b) stasiun Selatan
Hasil analisis regresi linier menunjukkan laju pertumbuhan linier karang
P. lutea baik yang berada pada stasiun Utara (Gambar 12a) maupun stasiun
Selatan (Gambar 12b) berkolerasi dengan suhu permukaan laut secara signifikan,
dimana R2=0.7879 pada stasiun Utara dan R2=0.8655 pada stasiun Selatan. Suhu
permukaan laut dan laju pertumbuhan linier pada stasiun Utara berkolerasi sebesar
79%, sedangkan pada stasiun Selatan berkolerasi sebesar 86%. Hal ini diakibatkan
dari data yang diperoleh ada tiga kejadian dimana pada tahun 1983, 1998, dan
2010 terjadi peningkatan suhu permukaan laut yang signifikan dibandingkan
dengan tahun yang lainnya sehingga mengakibatkan laju pertumbuhan karang
mengalami penurunan. Salah satu parameter yang penting bagi pertumbuhan
karang adalah suhu, dengan suhu yang optimum karang dapat hidup dan tumbuh
dengan baik, namun apabila terjadi peningkatan atau penurunan yang signifikan
maka dapat menyebabkan laju pertumbuhan terumbu karang menjadi terhambat
(Chen 2013). Hal ini menunjukkan bahwa perubahan suhu permukaan laut
bepengaruh pada laju pertumbuhan karang yang juga berakibat pada terhambatnya
proses pembangunan kerangka kapur (Wei et al. 2000). Penurunan laju
pertumbuhan yang terjadi secara signifikan terdapat pada tahun 1998, diakibatkan

oleh suhu muka air laut yang mengalami peningkatan sehingga karang melakukan
adaptasi untuk dapat bertahan hidup, dan dalam proses adaptasi karang akan
meminimalkan laju pertumbuhannya karena sebagian besar energi digunakan
untuk proses ketahanan dalam menghadapi tekanan lingkungan yang terjadi
(Janina et al. 2012).
Laju Pertumbuhan Kaitannya dengan Salinitas
Salah parameter pendukung kehidupan terumbu karang adalah salinitas.
Kisaran salinitas yang optimum memungkinkan pertumbuhan karang yang baik.
Salinitas erat kaitannya dengan proses metabolisme yang ada dalam tubuh hewan
karang. Tinggi rendahnya salinitas suatu perairan akan berpengaruh pada laju
pertumbuhan (Alutoin et al. 2001). Peningkatan atau penurunan salinitas
menghambat pertumbuhan terumbu pada karang keras khususnya karang P. lutea
karena karang mengalami adaptasi. Proses adaptasi membutuhkan waktu yang
tidak singkat, dimana karang memiliki toleransi hidup yang sempit sehingga
apabila terjadi perubahan lingkungan seperti salinitas akan cepat terespon oleh
hewan karang tersebut. Pada hewan karang khususnya karang porites telah
banyak dilakukan penelitian mengenai proses adaptasi, hewan karang khususnya
pada karang-karang massive dalam melakukan adaptasi dengan cara mengurangi
kadar lemak dan menyimpan energi untuk menghadapi tekanan yang ada, dengan
demikian karang dapat tetap hidup dan tumbuh untuk mempertahankan hidupnya
(Seemann et al. 2012).
33.2

Salinitas (‰)

33
32.8
32.6
32.4
32.2
32
2011

2012

2013

2014

Tahun

Gambar 13 Variabilitas salinitas selama periode tahun 2011-2014 (Sumber:
ERDDAP)
Variabilitas salinitas Pulau Tunda yang didapatkan adalah 32-33 ‰
dimulai dari tahun 2011 sampai pada tahun 2014 (Gambar 13) cenderung
mengalami kenaikan. Hal ini juga diikuti dengan proses pertumbuhan karang P.
lutea baik yang berada pada stasiun Utara maupun stasiun Selatan yang
mengalami peningkatan dengan kisaran pertumbuhan 0.8-1.1 cm/tahun. Adanya

peningkatan salinitas membantu karang dalam proses pertumbuhan dengan
kisaran salinitas yang optimum berkisar antara 32-33 ‰.
Korelasi Laju Pertumbuhan Karang dengan Salinitas
a

Laju Pertumbuhan Linear (cm/tahun)

1.12
1.1

y = -0.0422x + 2.4063
R² = 0.0521

1.08
1.06
1.04
1.02
1
0.98
32.4

32.5

32.6

32.7

Laju Pertumbuhan Linear (cm/tahun)

1.2

32.8
32.9
Salinitas (‰)

33

b

33.1

33.2

y = 0.0711x - 1.4031
R² = 0.0404

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
32.4

32.5

32.6

32.7

32.8
32.9
Salinitas (‰)

33

33.1

33.2

Gambar 14 Korelasi laju pertumbuhan P. lutea dengan salinitas (a) stasiun Utara
dan (b) stasiun Selatan
Hasil analisis regresi linier menunjukkan laju pertumbuhan karang P. lutea
baik yang berada pada stasiun Utara (Gambar 14a) maupun stasiun Selatan
(Gambar 14b) berkolerasi sebesar R2=0.0521 pada stasiun Utara dan R2=0.0404
pada stasiun Selatan. Salinitas dan laju pertumbuhan linier pada stasiun Utara
berkolerasi sebesar 5%, sedangkan pada stasiun Selatan berkolerasi sebesar 4%.
Nilai korelasi yang rendah baik yang terdapat pada stasiun Utara maupun stasiun
Selatan menujukkan bahwa hubungan parameter salinitas yang tidak signifikan

mempengaruhi laju pertumbuhan karang P. lutea. Hal ini diakibatkan dari data
yang diperoleh mulai dari tahun 2011 sampai pada tahun 2014 keadaan salinitas
cenderung stabil sehingga karang dapat tumbuh dengan baik.
Laju Pertumbuhan Kaitannya dengan Kecepatan Arus
Kecepatan arus berperan dalam proses pertumbuhan karang baik sebagai
transpor makanan dari alam maupun sebagai pemberi kecerahan serta membantu
dalam membersikan polip karang yang tertutup oleh bahan organik berupa
sedimen. Arus dapat mengantarkan makanan terumbu karang dan membantu
membersikan tubuh karang, sedangkan arus yang lemah membawa sedikit
mengantarkan makanan sehingga kurang efektif dalam membersihkan tubuh
karang (Gomez-Chacon et al. 2013).
0.25
0.2
Kecepatan Arus (ms-1)

0.15
0.1
0.05
0
-0.05 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012
-0.1
-0.15
-0.2
-0.25
-0.3

Tahun

Gambar 15 Variabilitas kecepatan arus selama periode tahun 1992-2012 (Sumber:
ERDDAP)
Berdasarkan Gambar 15 diatas kecepatan arus yang mengalami penurunan
terdapat pada tahun 1997, 2002, 2006 dan tahun 2008. Laju pertumbuhan linier
karang P. lutea yang terdapat pada tahun 1997 sebesar 1.0 cm/tauhn pada stasiun
Utara dan 1.3 cm/tahun pada stasiun selatan, pada tahun 2002 laju pertumbuhan
liner karang P. lutea sebesar 1.2 cm/tahun pada stasiun Utara dan 1.1 cm/tahun
pada stasiun Selatan, pada tahun 2006 laju pertumbuhan karang P. lutea sebesar
1.1 cm/tahun pada stasiun Utara dan 0.9 cm/tahun pada stasiun Selatan, dan pada
tahun 2008 laju pertumbuhan karang P. lutea sebesar 1.0 cm/tahun pada stasiun
Utara dan 0.7 cm/tahun pada stasiun Selatan. Secara keseluruhan rata-rata laju
pertumbuhan linier karang P. lutea lebih tinggi pada stasiun Utara dengan ratarata kemampuan tumbuh sebesar 1.07 cm/tahun sedangkan stasiun Selatan
memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 1.00 cm/tahun, selama 4 (empat) kejadian
penurunan kecepatan arus. Daerah terbuka atau menghadap angin (winward)
memiliki arus dan gelombang yang tinggi dibandingkan pada stasiun Selatan yang
merupakan daerah terlindung (leeward) yang berdampaka pada meningkatnya

kecerahan perairan. Kecerahan yang tinggi membantu proses fotosinthesis pada
alga simbion (zooxanthallae) karang sehingga, karang dengan mudah
mendapatkan makanan yang mendukung pada proses pertumbuhan karang
(Mongin Mathieu and Baird Mark 2014). Pergerkan arus dan gelombang yang
tinggi dapat membantu membersikan polip karang dari bahan organik maupun
anorganik yang dapat menghambat proses pertumbuhan terumbu karang (Muzuka
et al. 2010).
Korelasi Laju Pertumbuhan Karang dengan Kecepatan Arus

Laju pertumbuhan linier (cm/tahun)

1.25

a

y = 0.726x + 1.1723
R² = 0.3455

1.2
1.15
1.1
1.05
1
0.95
-0.2

-0.15
-0.1
Kecepatan Arus (m/s-1)

y = -1.8223x + 0.7557
R² = 0.2993

-0.05

0

1.4

b

Laju pertumbuhan linier (cm/tahun)

-0.25

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

-0.25

-0.2

-0.15
-0.1
Kecepatan Arus (m/s-1)

-0.05

0

Gambar 15 Korelasi laju pertumbuhan P. lutea dengan kecepatan arus (a)stasiun
Utara dan (b) stasiun Selatan

Hasil analisis regresi linier menunjukkan laju pertumbuhan karang P. lutea
baik yang berada pada stasiun Utara (Gambar 15a) maupun stasiun Selatan
(Gambar 15b) berkolerasi dengan kecepatan arus, dimana R2=0.3455 pada stasiun
Utara dan R2=0.2993 pada stasiun Selatan. Kecepatan arus dan laju pertumbuhan
linier pada stasiun Utara berkolerasi sebesar 34%, sedangkan pada stasiun Selatan
berkolerasi sebesar 29%. Nilai korelasi yang didapatkan pada satsiun Utara
maupun stasiun Selatan menggambarkan hubungan yang tidak signifikan dimana
variabilitas kecepatan arus tidak memberikan pengaruh pada laju pertumbuhan
linier karang P. lutea dimana, karang P. lutea tumbuh dengan kisaran 1.0-1.3
cm/tahun yang masih dalam kategori pertumbuhan normal.
Laju Pertumbuhan Kaitannya dengan Curah Hujan

Curah Hujan (mm)

Curah hujan yang tinggi dapat meningkatkan masuknya bahan-bahan
organik maupun anorganik keperairan. Sedimentasi yang tinggi dapat
menyebabkan kecerahan perairan menurun yang dapat mengganggu proses
fotosinthesis zooxanthallae. Terumbu karang yang hidup pada perairan dangkal
akan mengalami pelambatan pertumbuhan yang disebabkan oleh menurunnya
salinitas akibat dari curah hujan yang tinggi (Erftemeijer et al. 2012).
2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
2001

2002

2003

2004

2005

2006 2007
Tahun

2008

2009

2010

2011

Gambar 16 Variabilitas curah hujan selama periode tahun 2001-2011 (Sumber:
BMKG, Banten)
Data Badan Metereorologo Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi
Banten menunjukkan curah hujan yang ada di Pulau Tunda yang bervariasi
dimana rata-rata curah hujan lebih tinggi terdapat pada tahun 2002, 2003, 2004
dan tahun 2010. Tingginya curah hujan dapat memberikan pengaruh terhadap
ekositem laut khususnya ekosistem terumbu karang. Dampak dari curah hujan
yang tinggi adalah terhambatnya laju pertumbuhan terumbu karang baik yang
disebkan oleh sedimentasi maupun penurunan salinitas. Laju pertumbuhan linier
karang P. lutea pada tahun 2002 sebesar 1.2 cm/tahun pada stasiun Utara dan 1.1
cm/tahun pada stasiun Selatan, pada tahun 2003 laju pertumbuhan linier karang
P. lutea sebesar 1.0 cm/tahun pada stasiun Utara dan 0.8 cm/tahun, pada tahun
2004 laju pertumbuhan karang P. lutea sebesar 0.9 cm/tahun pada stasiun Utara

dan 0.9 cm/tahun pada stasiun Selatan dan pada tahun 2010 laju pertumbuhan
linier karang P. lutea sebesar 0.7 cm/tahun pada stasiun Utara dan 0.6 cm/tahun
pada stasiun Selatan. Secara keseluruhan rata-rata laju pertumbuhan linier karang
P. lutea pada stasiun Utara lebih tinggi dengan pertumbuhan rata-rata 0.95
cm/tahun dibandingkan pada stasiun Selatan dengan pertumbuhan rata-rata 0.85
cm/tahun dari 4 (empat) kejadian curah hujan yang tinggi dari 11 (sebelas) tahun
terakhir (2001-201l).
Laju pertumbuhan linier karang P. lutea di stasiun Utara lebih tinggi
dibandingkan pada stasiun Selatan hal ini diakibatkan Stasiun Utara merupakan
daerah terbuka (windward) yang memungkinkan arus dan gelombang yang lebih
tinggi dibandingkan dengan stasiun Selatan. Stasiun Utara dapat dengan mudah
terjadi proses pengadukkan air laut sehingga dengan adanya curah hujan yang
tinggi tidak memberikan pengaruh yang besar dalam menghambat laju
pertumbuhan karang P. lutea sedangkan stasiun Selatan berada pada daerah
terlindung (leeward) dengan arus dan gelombang yang lebih rendah dibandingkan
pada stasiun Utara yang menyebabkan proses pengadukan air laut lebih rendah
yang berpengaruh pada kondisi kecerahan yang dapat menghambat proses
pertumbuhan karang P. lutea.
Korelasi Laju Pertumbuhan Karang dengan Curah Hujan

Laju pertumbuhan linier
(cm/tahun)

1.4

y = 0.0005x + 0.1396
R² = 0.5702

a

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0

500

1000
Curah Hujan (mm)

1500

y = 0.0003x + 0.325
R² = 0.2393

1.2
Laju pertumbuhan linier
(cm/tahun)

2000

b

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0

500

1000
Curah Hujan (mm)

1500

2000

Gambar 16 Korelasi laju pertumbuhan P. lutea dengan curah hujan (a)stasiun
Utara (b) dan stasiun Selatan

Analisis regresi linier menunjukkan laju pertumbuhan karang P. lutea baik
yang berada pada stasiun Utara (Gambar 16a) maupun stasiun Selatan (Gambar
16b) berkolerasi sebesar R2= 0.5702 pada stasiun Utara dan R2= 0.2393 pada
stasiun Selatan. Curah hujan dan laju pertumbuhan linier pada stasiun Utara
berkolerasi sebesar 57%, sedangkan pada stasiun Selatan berkolerasi sebesar 23%.
Korelasi curah hujan dan laju pertumbuhan linier karang P. lutea menunjukkan
pengaruh yang tidak signifikan. Hal ini diakibatkan dari data yang diperoleh mulai
dari tahun 2001 sampai pada tahun 2011 keadaan curah hujan masih dapat
ditolerir oleh karang, sehinngga karang dapat tumbuh dengan baik.
4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Laju pertumbuhan linier karang P. lutea cenderung mengalami pelambatan
dari tahun-tahun sebelumnya. Daerah terbuka (windward) yang terdapat pada
stasiun Utara maupun daerah terlindung (leeward) yang terdapat pada stasiun
Selatan menunjukkan laju pertumbuhan linier yang tidak berbeda nyata. Suhu
permukaan laut berbanding terbalik laju pertumbuhan linier karang P. lutea.
Saran
Perlunya penelitian lanjutan untuk mengetahui parameter lingkungan
berupa bahan organik maupun anorganik yang mempengaruhi laju pertumbuhan
linier dan membandingkan pertumbuhan bulanan pada karang P. lutea

DAFTAR PUSTAKA
Alutoin S, Boberg J, Nystro M, and Tedengren M. 2001. Effects of the Multiple
Stressors Copper and Reduced Salinity on the Metabolism of the
Hermatypic Coral Porites Lutea. Mar. Environ. Res. 52: 289–299.
Al-Rousan Saber, A Rashid N, Al-Shloul, Fuad A, Al-Horani, Ahmad H, AbuHilal. 2007. Heavy Metal Contents in Growth Bands of Porites Corals:
Record of Anthropogenic and Human Developments from The Jordanian
Gulf of Aqaba. Mar. Poll. Bull. 54: 1912–1922.
Arman A, Zamani NP, Watanabe T. 2013. Studi Penentuan Umur dan Laju
Pertumbuhan Terumbu Karang terkait dengan Perubahan Iklim Ekstrim
Menggunakan Sinar-X. A Sci. J. for The App. of Isot. and Rad.. 9: 1-10.
Buddemeier, RWJE Maragos, D.W. Knutson. 1974. Radiographic Studies of Reef
Coral Exoskeletons: Rates and Patterns of Coral Growth. J. Exp. Mar. Biol.
Ecol. 14:179-200.
Carricart-Ganivet JP. 2004. Sea Surface Temperature and the Growth of the West
Atlantic Reef-Building coral Montastraea annularis. J. Exp. Mar. Biol.
Ecol. 302(2):249-260.
Carricart-Ganivet PJ, Lough MJ, Barnes JD. 2007. Growth and Luminescence
Characteristics in Skeletons of Massive Porites from a Depth Gradient in
the Central Great Barrier Reef. J. of Exp. Mar. Biol. and Ecol. 351: 27–36

Carricart-Ganivet P Juan, Barnes J David. 2007. Densitometry from Digitized
Images of X-Radiographs: Methodology For Measurement of Coral
Skeletal Density. J. of Exp. Mar. Biol. and Ecol. 344: 67–72.
Chen Tianran, Kefu Yu, Chen T. 2013. Sr/Ca–sea Surface Temperature
Calibration in the Coral Porites lutea From Subtropical Northern South
China Sea. Palaeogeogr, Palaeoclimatol, Palaeoecol.392: 98–104.
Cobb KMCD, Charles H, Cheng, Edwards RL. 2003. El Nino-Southern
Oscillation and Tropical Pacific Climate During the Last Millennium.
Nature. 424: 271-276.
Crabbe MJC. 2008. Climate Change, Global Warming and CORAL reefs:
Modelling the Effects of Temperature. Comput. Biol. Chem. 32(5):311314.
Fernandeza- Lugo A, Robertsb HH, and Wiseman WJ. 2004. Currents, Water
Levels, and Mass Transport Over a Modern Caribbean Coral Reef: Tague
Reef, St. Croix, USVI. Cont Shel Resear. 24.
Gomez-Chacon CI, Monreal-David S, and Enzastiga-Mayra LR. 2013. Current
Pattern and Coral Larval Dispersion in a Tropical Coral Reef System. Cont
Shel Resear. 68: 23–32.
Helmle KP, Kohler KE, Dodge RE. 2012. Relative Optical Densitometry and The
Coral X-Radiograph Densitometry System: Coral XDS. Presented Poster
(Omitted from Abstract Book, but Included in Program), Int. Soc. Reef
Studies European Meeting. Cambridge, England. Sept. 4-7.
Johnson ME, Ramalho RS, Baarli BG, Cachão M, da Silva CM, Mayoral EJ,
Santos A. 2014. Miocene–Pliocene Rocky Shores on São Nicolau (Cape
Verde Islands): Contrasting Windward and Leeward biofacies on a
Volcanically Active Oceanic Island. Palaeogeogr, Palaeoclimatol,
Palaeoecol. 395:131-143.
Kenkel CD, G Goodbody Gringley, D Caillaud, SW Davies, E Bartels, M Matz.
2013. Evidence for a Host Role in Thermotolerance Divergence Between
Populations of the Mustard Hill Coral (Porites Astreoides) from Different
Reef Environments. Mol. Biol. 14: 1-14.
Knutson RW, Buddemeier, Smith SV. 1972. Coral Chronometers: Seasonal
Growth Bands in Reef Corals. Science. 177: 270-272.
Lough DJ, Barnes DJ. 2000. Environmental Controls on Growth of the Massive
Coral Porites. J. of Exp. Mar. Biol. and Ecol.. 245: 225-243.
Mongin Mathieu and Baird Mark. 2014. The Interacting Effects of
Photosynthesis, Calcification and Water Circulation on Carbon
Chemistry Variability on a Coral Reef flat: Amodelling Study. Eco
Model. 284: 19-34.
Muzuka NN Alfred, Dubi M Alfonse, Muhando A Chrisstoper, and Shaghude W
Yohanna. 2010. Impact of Hydrographic Parameters And Seasonal
Variation In Sediment Fluxes on Coral Status At Chumbe And Bawe
Reefs, Zanzibar, Tanzania Estuarine. Coas And Shelf Scien 89: 137144.
Nug