Praktek Wakaf Di Kampung Kenari Serang-Banten (Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari)

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

RAMADHANA NIM: 1111046300014

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1437 H/2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Ramadhana. “PRAKTEK WAKAF DI KAMPUNG KENARI SERANG

BANTEN (Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari). SkripsiProgram Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Manajemen Zakat dan Wakaf, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan praktek wakaf di Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari khususnya dalam pemahaman Nadzir serta pengelolaan dan dampak pengelolaan tanah wakaf terhadap ekonomi masyarakat.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode kualitatif dekriptif, sebuah metode untuk mengungkapkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan situasi atau peristiwa dari penelitian. Skripsi ini mendeskripsikan kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi riil dilapangan. Dengan demikian pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini mengarah pada pendekatandeskriptif.

Hasil penelitian ini bahwa dalam pengelolaan tanah wakaf di Kampung Kenari pada umumnya adalah pengelolaan secara tradisional. Dengan Asset cukup besar 195.981 m2. Terdiri dari tanah sawah sebesar 144.400 m2, Tegal/Darat sebesar 32.321 m2, dan Empang sebesar 19.260 m2.Hasil pengelolaan tanah wakaf yang ada di kampung Kenari peruntukannya lebih banyak digunakan untuk kegiatan ibadah yang bergerak dalam kepentingan pembangunan fisik, seperti masjid, membayar gaji pengurus masjid, madrasah dan makam serta kegiatan keagamaan lainnya. Pemahaman nadzir juga menjadi salah satu permasalahan dalam dunia wakaf, kurang pahamnya nazhir tentang wakaf dan teknik-teknik pengelolaan aset wakaf. Maka peran nazhir sangat menentukan berjalan atau tidaknya harta wakaf, karena peran nazhir adalah sebagai manajer yang menentukan, mengendalikan perwakafan sehingga berdaya guna dan berhasil.Harta benda wakaf Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari sudah sesuai dengan kondisi kebutuhan masyarakat sekitar. Sesuai dengan tujuan wakaf demi kesejahteraan umum

Kata Kunci: PRAKTEK WAKAF DI KAMPUNG KENARI SERANG BANTEN (YayasanKenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari)

Pebimbing : Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. NIP. 19691216 199603 1 001


(6)

vi

Degan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan kemudahan yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada sahabat serta pengikutnya yang selalu istiqomah mengikuti ajarannya.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit hambatan serta kesulitan yang dihadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras, serta support dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Asep SaepudinJ ahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakartadan selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan, arahan, saran-saran, serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak Abdurrauf, Lc, M.A, selaku Sekretaris Porgram Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

vii

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan pengetahuan dan bantuannya kepada penulis. Serta para pengurus Perpustakaan yang senantiasa memberikan pelayanan kepada para mahasiswa. 5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama (PU) dan Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam memberikan fasilitas, kemudahan, dan bantuan berupa bahan-bahan yang menjadi refrensi dalam penulisan ini.

6. Kedua orang tuaku, Bapak Muslim dan (Almh) Ibu Muti yang dengan tulus selalu mendoakan, memberi dukungan baik materil maupun nonmateril, dan telah sabar menunggu penulis menyelesaikan skripsi ini dan menjadi sarjana. Semoga Allah selalu memberikan berkah, rahmat, dan perlindungan untuk Ayah dan Ampunilah dia, rahmatilah dia, berilah dia kesejahteraan, maafkanlah kesalahannya dan luaskanlah kuburnya untuk Almh Ibu.

7. Ketua Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti serta kepada Bapak Anis Fuad selaku Sekretaris yang telah meluangkan wakunya dan memberikan arahan, informasi, dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kakak Hendrian dan Apriyani ,serta adik tersayang Lika yang telah memberikan dukungan sertado‟anya.


(8)

viii

Haslinda, Mitra Yunimar YM, Nur Adini Rahma, Putri Noviyanti, Pungky Septiani Hapsari dan teman – teman KKN AKMASI 2014 yang lainnya, semoga kita semua diberikan kesuksesan sehingga dapat menjadi orang yang berguna kelak bagi nusa dan bangsa dan bermanfaat bagi orang lain.

10. Terimakasih untuk Annida Suri Hasanah atas dukungan, masukan dan semangatnya

11. Seluruh pihak yang terkait yang telah membantu dan menyemangati penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat menambah khazanah keilmuan dan bermanfaat bagi banyak pihak. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis berharap peneliti-peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan dan melakukan perbaikan.

Penulis, 30 September 2015


(9)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN PEBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR ILUSTRASI GAMBAR ... xii

DAFTAS ILUSTRASI TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Review Study Terdahulu ... 8

E. Metode Penelitian ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Wakaf 1. Pengertian Zakat ... 16


(10)

x

B. Jenis Harta Benda Wakaf ... 21

C. Manajemen ... 25

1. Pengertian Manajemen Wakaf ... 25

2. Unsur-unsur Manajemen ... 26

3. Manajemen Tanah Wakaf ... 27

D. Pengelolaan ... 31

1. Periode Pengelolaan Wakaf... 32

2. Dasar – dasarPengelolaanWakafdalamfiqih ... 35

BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Kesultanan ... 41

B. Sejarah Kampung Kenari ... 42

C. Letak Geografis ... 43

D. Keadaan Demografi ... 44

E. Sejarah Perwakafan ... 45

F. Struktur Organisasi ... 47

G. Program Kerja ... 47

H. Aset Tanah WakafYayasanKenadziranSultan Abul Mafahir Mahmud Abdul QodirKenari ... 48


(11)

xi

Wakaf ... 53 B. Mekanisme Pengelolaan Tanah Wakaf di Yayasan

Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud

Abdul QodirKenari ... 55 C. PengaruhPengelolaanHartaWakafTerhadap

EkonomiMasyarakat ... 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 78 B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

xii

Tabel1.1 TabelRingkasanRiviewTerdahulu ... 8

Tabel 3.2 TabelLuasWakaf Tanah Sawah ... 49

Tabrel 3.3 TabelLuasWakafDarat/Tegal ... 50

Tabel 3.4 TabelLuasWakafEmpang ... 51

Tabel 4.5 TabelLaporanKeuangan ... 65


(13)

xiii

Gambar 4.4 MekanismePengelolaanWakaf Tanah SawahYayasan Kenadziran Sultan AbulMafahir Mahmud Abdul Qodir


(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Perwakafan atau wakaf merupakan pranata dalam keagamaan Islam yang sudah mapan. Dalam hukum Islam, wakaf tersebut termasuk kedalam kategori

ibadah kemasyarakatan (ibadah ijtima‟iyyah).1

Wakaf berasal dari bahasa Arab, waqf (jamaknya auqaf), menyerahkan harta milik dengan penuh keikhlasan (dedikasi) dan pengabdian, yaitu berupa penyerahan sesuatu pada saatu lembaga Islam, dengan menahan benda itu. 2 Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syariah.3 Wakaf juga merupakan salah satu sumber dana sosial potensial yang erat kaitannya dengan kesejahteraan umat disamping Zakat, Infak dan Shadakah.4

Kemiskinan adalah sebuah masalah dari sekian banyak masalah yang ada di negeri ini. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dan elemen masyarakat

1

Direktorat Permberdayaan Wakaf, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia,(Jakarta, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam :2006) h.1

2

Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Ciputat:Ciputat Press, 2005),h.7 3

Undang –undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

4

http://anget-team.blogspot.com/2012/05/lembaga-keuangan-wakaf-dan-wakaf-tunai.html diakses pada tanggal 23 Oktober 2014


(15)

agar masalah kemiskinan di negeri ini bisa teratasi. Ada upaya yang berhasil, ada pula yang tidak berhasil. Namun demikian, upaya tersebut patut untuk diapresiasi karena ada suatu kemauan untuk menjalankan amanah konstitusi

yang tercantum dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945, yaitu: “Fakir miskin dan

anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.”

Kemauan dan upaya untuk menanggulangi masalah kemiskinan di negeri ini harus terus diperkuat. Pasalnya penanggulangan masalah kemiskinan masih menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi negeri ini. Kemiskinan masih menjadi masalah utama bangsa Indonesia dalam lima tahun terakhir ini yang harus diselesaikan oleh negara (Kompas, 11 April 2011). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2010 adalah31, 02 juta.5

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan.Islam sebagai agama wahyu telah memberikan solusi ekonomi dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Salah satunya ialah melalui wakaf. Wakaf adalah salah satu instrumen ekonomi Islam yang sangat unik dan khas serta tidak dimiliki oleh sistem ekonomi yang lain.6

Islam memiliki konsep pemberdayaan ekonomi umat, yaitu dengan memaksimalkan peran lembaga pemberdayaan ekonomi umat seperti wakaf dan

5

rafiqatul-hanniah.blogspot.com/2012/06/wakaf-mengatasi-kemiskinan.html/diaksespada tanggal 23 Oktober 2014.

6

m.riaupos.co/3864-daerah-wakaf,-solusi-tekan-angka-kemiskinan.html diakses pada tanggal 23 Oktober 2014.


(16)

zakat. Sebetulnya kalau wakaf dikelola secara baik, dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Selama ini, peruntukan wakaf di Indonesia kurang mengarah pada pemberdayaan ekonomi umat, cenderung terbatas hanya untuk kepentingan kegiatan ibadah, pendidikan, dan pemakaman semata, kurang mengarah pada pengelolaan wakaf produktif. Beban ekonomi yang dihadapi bangsa saat ini, seperti tingginya tingkat kemiskinan dapat dipecahkan secara mendasar dan menyeluruh melalui pengelolaan wakaf dalam ruang lingkup yang lebih luas yakni pengelolaan wakaf produktif.7

Merujuk pada data Departemen Agama (Depag) RI, jumlah tanah wakaf di Indonesia mencapai 2.686.536.656,68 meter persegi atau sekitar 268,653,67 hektar (ha) yang tersebar di 366,595 lokasi di seluruh Indonesia.8 Mayoritas asset wakaf itu terwujud fasilitas sosial yang tidak mendatangkan keuntungan. Bahkan untuk oprasional asset-asset wakaf tersebut agar tetap kekal kamanfaatannya justru disubsidi dari anggaran infak dan sedekah umat Islam. Kondisi ini merupakan tantangan bagi umat Islam Indonesia untuk mengubah asset wakaf dari tidak produktif menjadi produktif. Tujuannya agar harta wakaf dapat membantu mensejahterakan umat Islam.9

Seiring berjalannya perkembangan tersebut, maka pemerintah pun mulai serius dalam pengembangan wakaf dan istilah wakaf produktif pun muncul

7

http://rozalinda.wordpress.com/2010/05/04/perkembangan-perwakafan-di-indonesia/diakses pada tanggal 23 Oktober 2014

8

http://affgani.wordpress.com/ekonomi-islam/wakaf-memberdayakan-umat, di akses pada tanggal 22 oktober 2014

9


(17)

dipermukaan serta diakui secara legal, ditandai dengan munculnya Undang-undang No. 41 tahun 2004. Nadzir pun dituntut untuk lebih serius dan professional dalam menjalankan tugasnya.10Wakaf produtif adalah harta benda atau pokok tetap yang di wakafkan untuk dipergunakan dalam kegiatan produksi dan hasilnya di salurkan sesuai dengan tujuan wakaf.11 Menurut Undang-Undang ini secara surat telah memebagi harta benda wakaf kepada benda wakaf bergerak dan tidak bergerak. Benda tidak bergerak meliputi tanah, bangunan, tanaman, satuan rumah susun dll. Sedangkan benda wakaf bergerak meliputi uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa dll.12

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pengelolaan suatu perwakafan tidak dapat dipisahkan dari keberadaan nadzir .hal ini disebabkan karena berkembang tidaknya harta benda wakaf, salah satu diantaranya sangat tergantung pada nadzir wakaf. Walaupun para mujtahid tidak menjadikan Nadzir sebagai salah satu rukun wakaf, namun para Ulama sepakat bahwa Wakif harus menunjuk nadzir wakaf. Mengingat pentingnya nadzir dalam pengelolaan wakaf maka Indonesia, nadzir di tetapkan sebagai dasar pokok perwakafan. Pengangkatan nadzir ini tampaknya ditunjukan agar harta wakaf itu tidak sia-sia. Sebagaimana telah di sebutkan nadzir adalah orang yang diserahi tugas untuk

10 Muhammad Syafi‟I Antonio, “pengelolaan wakaf secara Produktif”, dalam Achmad Djunaidi dan Thobieb. Menuju Era Wakaf Produktif.(Jakarta : Mitra Abadi press), h. V

11Muhammad Faisal Sultoni,”

Strategi Pengembngan Wakaf Produktif an Pengaruhnya

Terhadap Perekonomian Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipining”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif HIdayatullah Jakarta, 2013), h.26 12

http://wakafproduktif.org/pengertian-wakaf-peoduktif/ diakses pada tanggal 24 Oktober 2014


(18)

mengurus dan memelihara benda wakaf.13

Nadzir (pengelola) wakaf mulai mengalami perubahan, meskipun masih banyak yang mengelola wakaf secara tradisional (konsumtif) tetapi sudah dapat dilihat juga banyak lembaga yang mengelola wakaf secara professional sehingga harta wakaf lebih produktif. Menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 Nadzir tidak hanya berbentuk perorangan, tetapi juga berbentuk organisasi atau badan hukum dengan memenuhi persyaratan tertentu.14

Salah satu contoh praktek wakaf yang ada, yaitu di Kampung Kenari Serang Banten tepatnya di Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari. Penulis memilih Kampung Kenari sebagai objek penelitian karena berbagai alasan, yang paling utama adalah karena secara kuantitas tanah wakaf yang ada di Kampung Kenari cukup besar 195.981 m2. Terdiri dari tanah sawah sebesar 144.400 m2, Tegal/Darat sebesar 32.321 m2, dan Empang sebesar 19.260 m2. Namun, memang dari jumlah tanah wakaf tersebut mayoritas tanah sawah yang ada di Kampung Kenari dalam peruntukan hasil pengelolaan lebih banyak untuk kegiatan-kegiatan peribadatan dan belum secara Produktif.

Berdasarkan keterangan yang telah diuraikan di atas, perlu dilakukan penelitian secara teoritis dan praktis untuk mengkaji lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis akan mengangkatnya menjadi sebuah karya ilmiah (skripsi) yang berjudul “PRAKTEK WAKAF DI KAMPUNG KENARI SERANG

13

Departemen Agama, Pedoman pengelolaan dan pengembangan wakaf , (jakata:Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islama, 2006 ), h. 99

14


(19)

BANTEN (Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas serta menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi ini, maka penulisan ini, penulis memfokuskan dan membatasi masalah yang dikaji, yaitu sebagai berikut:

a. Ruang lingkup : Praktek Wakaf Di Kampung Kenari Serang Banten (Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari)

b. Objek : Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari

c. Tempat dan waktu : Kenari Serang Banten, Tahun 2015

2. Perumusan Masalah

Selanjutnya, untuk mempermudah pembahasan, maka penulis memberikan batasan-batasan penelitian yaitu:

a. Bagaimana Pemahaman Nadzir kesultanan kenari tentang wakaf?

b. Bagaimana mekanisme pengelolaan tanah wakaf di Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari?

c. Bagaimana pengaruh pengelolaan tanah wakaf terhadap ekonomi masyarakat?


(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman Nadzir kesultanan Kenari tentang Wakaf.

b. Untuk menggambarkan Mekanisme Pengelolaan Wakaf Di Yayasan Kesultanan Kenari Serang Banten.

c. Untuk membuktikan pengaruh pengelolaan tanah wakaf yayasan kesultanan kenari terhadap ekonomi masyarakat.

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan manfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

Penelitian ini sangat bernilai untuk menambah dan memperluas wawasan atau ilmu pengetahuan di bidang ekonomi syariah khususnya yang berhubungan dengan Manajemen Pengelolaan Wakaf.

b. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan wacana pemikiran kepada praktisi wakaf sebagai acuan dalam mengetahui Manajemen Pengelolaan Wakaf agar menghasilkan dampak positif terhadap masalah kemiskinan yang dihadapi Indonesia.


(21)

c. Bagi Program Studi Muamalat

Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan, melengkapi, dan memberikan informasi yang berharga mengenai Manajemen pengelolaan tanah wakaf. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang ingin membahas mengenai Manajemen Pengelolaan Wakaf.

D. Review Studi Terdahulu

Dari hasil pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini, penulis menemukan beberapa literatur yang membahas tentang pengukuran tingkat efisiensi, di antaranya:

Tabel 1.1

Ringkasan Review Studi Terdahulu

No Aspek Perbandingan Studi Terdahulu Skripsi

1. a. Judul

Didin Najmudin, Strategi

pengelolaan tanah wakaf di desa Babakan Ciseeng – Bogor.

Praktek Wakaf Di Kampung Kenari Serang Banten (Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari) b. Pendekatan Teori Menggunakan teori

tinjauan pustaka

Menggunakan teori tinjauan pustaka


(22)

Strategi

pengelolaan tanah wakaf.

Manajemen

Pengelolaan Tanah Wakaf.

c. Fokus

Pembahasan

terfokus pada Strategi

pengelolaan tanah wakaf di Desa Babakan – Ciseeng Bogor.

Pembahasan terfokus pada Praktek Wakaf Pengelolaan Tanah Wakaf Di Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari

d. Metode Penelitian

Menggunakan metode penelitian kualitatif

pengambilan data penelitian

kepustakaan dan lapangan.

Menggunakan

metode penelitian kualitatif dan penelitian lapangan (Field Research)

e. Waktu dan Tempat

Penelitian

dilakukan pada tahun 2011 pada Desa Babakan – Ciseeng Bogor.

Penelitian dilakukan di Di Desa Kenari Serang Banten (Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari)

2. a. Judul

Samsudin, Peranan Nadzir Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Tanah Wakaf Pada Yayasan

Pendidikan Islam At-Taqwa.

Praktek Wakaf Di Kenari Kenari Serang Banten (Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari)


(23)

b. Pendekatan Teori

Menggunakan teori tinjauan pustaka Pengelolaan dan Pengembangan Tanah Wakaf.

Menggunakan teori tinjauan pustaka Manajemen

pengelolaan tanah wakaf.

c. Fokus

Pembahasan

terfokus pada Pengelolaan dan Pengembangan Tanah Wakaf di Yayasan

Pendidikan Islam At-Taqwa.

Pembahasan terfokus pada Praktek Wakaf Di Desa Kenari Serang Banten (Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari)

d. Metode Penelitian

Menggunakan metode penelitian kualitatif

pengambilan data penelitian

kepustakaan dan lapangan.

Menggunakan

metode penelitian kualitatif dan penelitian lapangan (Field Research)

e. Waktu dan Tempat

Penelitian

dilakukan pada tahun 2011 pada Yayasan

Pendidikan Islam At-Taqwa.

Penelitian dilakukan

di Yayasan

Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari- desa Kenari Serang Banten

3. a. Judul

Sadar Rukmana, Profesionalisme Nadzir dalam Pemeliharaan dan Pengembangan Aset-Aset Wakaf

Praktek Wakaf Di Kampung Kenari Serang Banten (Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud


(24)

Produktif. Abdul Qodir Kenari)

b. Pendekatan Teori

Menggunakan teori tinjauan pustaka tentang

Pemeliharaan dan Pengembangan Aset-Aset Wakaf Produktif.

Menggunakan teori tinjauan pustaka Manajemen

pengelolaan tanah wakaf.

c. Fokus

Pembahasan

terfokus pada Profesionalisme Nadzir dalam Pemeliharaan dan Pengembangan Aset-Aset Wakaf Produktif.

Pembahasan terfokus pada Praktek Wakaf Di Desa Kenari Serang Banten (Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari)

d. Metode Penelitian

Menggunakan metode penelitian kualitatif dan penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis.

Menggunakan

metode penelitian kualitatif dan penelitian lapangan (Field Research)

e. Waktu dan Tempat

Penelitian

dilakukan pada tahun 2010 Pada Tabung Wakaf Indonesia

Penelitian dilakukan

di Yayasan

Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari- desa Kenari Serang Banten


(25)

E. Metode Penelitian

1. Objek Penelitian

Adapun yang dijadikan tempat penelitian ini adalah Lembaga Kesultanan Kenari. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Manajemen Pengelolaan Tanah Wakaf.

2. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode kualitatif dekriptif, sebuah metode untuk mengungkapkan masalah dengan cara memaparkan atau menggaambarkan situasi atau peristiwa dari penelitian.

Skripsi ini mendeskripsikan kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Dengan demikian pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini mengarah pada pendekatan deskriptif.

3. Sumber Data Penelitian a. Data primer

Data primer yaitu data yang di dapat dari sumber pertama, dari individu seperti hasil wawancara dan observasi yang bisa dilakukan peneliti.15

b. Data Sekunder

adalah data yang berupa dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian ini. Seperti Al-Qur‟an, Hadits, kitab-kitab klasik atau

15

Lexy J. Maleony, metode penelitian kualitatif, cetakan ke II, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1928),h.3


(26)

kontemporer, buku-buku, majalah, newsletter dan bahan-bahan informasi lainnya yang memiliki relevansi atau kaitan dengan skripsi.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah a. Wawancara

Wawancara adalah proses dalam mencari keterangan untuk tujuan penelitian dengan jalan Tanya jawab secara tatap muka dengan narasumber, yang mana dengan wawancara tersebut dapat memberikan informasi yang akurat sehubungan dengan topik penelitian.

b. Studi Dokumentasi

Agar data-data yang telah penulis peroleh menadi lengkap, penulis melakukan penelitian dokumentasi dengan jalan meneliti berbagi macam literature yang terkait, baik itu buku, majalah, ataupun sumber lainnya. 5. Teknis Pengelolaan Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, maka selanjutnya adalah proses pengelolaan data. Dalam penelitian kualitatif, pengelolaan data dilakukan dengan mentranskripkan hasil wawancara, mengkatagorikan atau mengklasifikasikan data berdasarkan beberapa tema sesuai fokus penelitian.16 6. Teknik Penulisan Skripsi

Teknik penulisan ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi

16

Bagong Suyanto dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan Ed.REV. Cet.VI., hal. 173


(27)

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2012” yang merupakan standar dari penulisan karya ilmiah Fakultas

Syariah dan Hukum.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyusunan, skripsi ini dibagi dalam lima bab yang memuat ide-ide pokok dan kemudian dibagi lagi menjadi sub-sub bab yang mempertajam ide-ide pokok, sehingga secara keseluruhan menjadi kesatuan yang saling menjelaskan sebagai satu pemikiran.

BAB I, PENDAHULUAN merupakan bagian yang dijadikan sebagai acuan pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus mencerminkan isi global skripsi yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review study terdahulu, kerangka teori, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

BAB II, TINJAUAN TEORITIS dalam bab ini penulis menjelaskan tentang Pengertian Wakaf Produktif, Dasar Hukum Wakaf, Manfaat Wakaf, Jenis Harta Benda, Manajemen, Pengertian Manajemen Wakaf, Unsur-unsur Manajemen, Manajemen Tanah Wakaf, Konsep Wakaf, Pengertian Wakaf, Wakaf Macam-macam Wakaf, Manajemen tanah wakaf Produktif, Pengelolaan, Periode Pengelolaan Wakaf dan Dasar-dasar Pengelolaan Wakaf dalam fiqih.

BAB III, GAMBARAN UMUM dalam bab ini penulis memaparkan gambaran secara umum mengenai Sejarah, letak Geografis, Keadaan Demografi,


(28)

Sejarah Perwakafan, Struktur Organisasi, Program Kerja dan Aset Tanah Wakaf Yayasan Kesultanan Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari

BAB IV dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang Pemahaman Nadzir Kesultanan Kenari Tentang Wakaf, Mekanisme Pengelolaan tanah wakaf di Yayasan Kesultanan Kenari dan Pengaruh Pengelolaan Tanah Wakaf terhadap ekonomi masyarakat

BAB V PENUTUP, merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitiandan saran-saran baik untuk Yayasan dalam dalam pengelolaan agar terciptanya perwakafan yang mampu mensejaterahkan masyarakat banyak . Berikutnya disebutkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(29)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Wakaf

1. Pengertian Wakaf

Kata “wakaf” atau “wacf” berasal dari bahasa arab “waqafa”. Asal kata “wakafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau “diam di tempat” atau

“tetap berdiri”.17

Sedangkan menurut istilah syarak adalah “menahan harta yang

mungkin diambil manfaatnya tanpa menghabiskan atau merusak bendanya

(ainnya) dan digunakan untuk kebaikan”.18

Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menururt syariah.19

Secara ekonomi wakaf bisa diilustrasikan sebagai tindakan seorang mengalokasikan modal untuk proyek wakaf yang benda dan kekayaan atau

17

Fiqih wakaf. Direktorat pemberdayaan wakaf Direktorat Jendral Bimbingan masyarakat Islam . departemen agama RI jakarta tahun 2006, h. 1

18

Perwakafan Tanah di Indonesia dalam teori da praktek. Adijani al-alabijcv. Rajawali, Jakarta cetakan kedua 1992, h. 23

19

Himpunan peraturan perundang-undangan tentang wakaf di Indonesia. Badan wakaf Indonesia.tahun 2013. Cet-1jakarta


(30)

hasil pengelolaanya dimanfaatkan untuk kebaikan dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umum. Dengan demikian, wakaf merupakan salah satu mekanisme keuangan dalam islam yang disyariatkan untuk memberikan kesempatan kepada kaum Muslimin yang mampu untuk berderma dan peduli kepada kalangan miskin berupa sedekah jariyah. Wakaf menjadi salah satu bentuk infak dijalan Allah SWT. Demi mendapatkan pahala dari Allah SWT.20

2. Pengertian Wakaf Produktif

Wakaf produktif adalah harta benda yang diwakafkan untuk digunakan dalam kegiatan produksi dan hasilnya disalurkan sesuai dengan tujuan wakaf.21 Wakaf produktif adalah wakaf harta yang digunakan untuk kepentingan produksi, baik bidang pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa yang manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung, tetapi dari keuntungan hasil bersih pengembangan wakaf kepada orang-orang yang berhak sesuai dengan tujuan wakaf. Disini wakaf produktif diolah untuk dapat menghasilkan barang atau jasa kemudian dijual dan hasilnya dipergunakan untuk kepentingan wakaf.22

20

Manajemen Wakaf di Era Modern. Badan Wakaf Indonesia.jakarta 2013, h.1

21

The Power of Wakaf. Ismail A.said. Dompet Dhuafa. Cetakan pertama. 2013, h. 30

22

Muhammad Faisal Sultoni,” Strategi Pengembngan Wakaf Produktif an Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipining”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif HIdayatullah Jakarta, 2013), h. 11


(31)

3. Dasar Hukum Wakaf

Dalil yang menjadi dasar disyariatkannya ibadah wakaf bersumber dari23: a. Ayat Al-Quran

يف لبا س ع س ت أ َ ح لث ك ََ لي س يف م لا مأ قف ي ي َلا لثم

ميلع عسا ََ ءاشي ل فعاضي ََ َ ح ئام ل س لك

Artinya:

“Perumpamaan (nafakah yang di keluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir menumbuhkan seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki.dan Allah Maha Luas

(karunianya) Lagi Maha Mengetahui”.(QS. Al-Baqarah : 261) b. Sunnah Rasulullah SAW

َ أ ي ىبأ ع

ه ل س

-

لاق

د

اس إا ام ا إ

ب عفت ي ملع أ ي اج ق ص م َاإ ثاث م َاإ ل ع ع عطق ا

ل ع ي حلاص ل أ

]ملسم ا [

23

Fiqih wakaf. Direktorat pemberdayaan wakaf Direktorat Jendral Bimbingan masyarakat Islam . departemen agama RI jakarta tahun 2006, h. 11-12


(32)

Dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda

“Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya,

kecuali tiga perkara : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak

sholeh yang mendoakan orang tuanya”. (HR.Muslim)

Adapun penafsiran shadaqah jariyah dalam hadits tersebut adalah :

Hadits tersebut dikemukakan didalam bab waka, karena para ulama

menafsikan shadaqah jariyah dengan wakaf” (Imam Muhammad Ismail Al -Kahlani, tt., 87)

4. Manfaat Wakaf

Wakaf memiliki hikmah yang sangat besar, dan pahala yang diterima oleh mereka yang melakukannya adalah amat besar pula. Sebagian orang miskin tidak mampu untuk mencari nafkah dikarenakan lemahnya kekuatan yang mereka miliki, yang disebabkan karena sakit atau yang lainnya, seperti halnya para wanita yang tidak memiliki kekuatan untuk melakukan pekerjaan sebagaimana para lelaki.

Mereka adalah orang-orang yang sangat berhak mendapatkan cinta dan belas kasihan. Apabila diwakafkan kepada mereka sejumlah harta atau sedekah, maka hal itu akan sangat membantu mereka untuk bisa terlepas dari belenggu kemiskinan, sehingga beban kehidupan mereka akan menjadi lebih ringan. Orang yang mewakafkan hartanya akan mendapatkan pahala dari


(33)

Allah di hari yang tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya, yaitu di hari di mana amal perbuatan ditimbang.24

Wakaf adalah menahan sesuatu benda yang kekal zatnya, dan memungkinkan untuk diambil manfaatnya guna diberikan untuk jalan kebaikan.25 Untuk itu wakaf hikmahnya besar sekali antara lain:

a. Harta benda yang diwakafkan dapat tetap terpelihara dan terjamin kelangsungannya. Tidak perlu khawatir barangnya hilang atau pindah tangan, karena barang wakaf tidak boleh dijual, dihibahkan, atau diwariskan. Orang yang berwakaf sekalipun sudah meninggal dunia, masih terus menerima pahala, sepanjang barang wakafnya itu masih tetap ada dan masih dimanfaatkan.

b. Wakaf merupakan salah-satu sumber dana yang penting yang besar sekali manfaatnya bagi kepentingan agama dan umat. Antara lain untuk pembinaan kehidupan beragama dan peningkatan kesejahteraan umat Islam, terutama bagi orang-orang yang tidak mampu, cacat mental/fisik, orang-orang yang sudah lanjut usia dan sebagainya yang sangat

Menurut Didin Hafidhuddin, banyak hikmah dan manfaat yang dapat diambil dari kegiatan wakaf, baik bagi wakif maupun bagi masyarakat secara

24

Syeikh Ali Ahmad al-Jarjawi, Hikmah al-Tasyri' wa Falsafatuh, Juz II, Beirut: Dar al-Fikr, 1980, hlm. 131.

25


(34)

lebih luas, antara lain yaitu menunjukkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap kebutuhan masyarakat. Keuntungan moral bagi wakif dengan mendapatkan pahala yang akan mengalir terus, walaupun wakif sudah meninggal dunia. Memperbanyak asset-aset yang digunakan untuk kepentingan umum yang sesuai dengan ajaran Islam merupakan sumber dana potensial bagi kepentingan peningkatan kualitas umat, seperti pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan sebagainya.26

B. Jenis Harta Benda Wakaf

Jenis harta benda wakaf dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf terdiri dari : benda tidak bergerak, benda bergerak selain uang, dan bergerak berupa uang.

Benda tidak bergerak yang dimaksud dalam Undang-undang wakaf dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang baik yang sudah maupun yang belum terdaftar,

b. bangunan atau bagian baguan yang terdiri dari atas tanah sebagaimana dimaksud pada huruf a,

c. tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah,

d. hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan , dan

26


(35)

e. benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan hak atas tanah yang bisa diwakafkan terdiri dari: 1. hak milik atas tanah baik yang sudah atau belum terdaftar;

2. hak atas tanah beersama dari satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai yang berada di atas negara;

4. hak guna bangunan atau hak pakai yang berada di atas tanah hak pengelolaan atau hak milik pribadi yang harus mendapat izin tertulis dari pemegang hak pengelolaan atau hak milik.

Benda bergerak selain uang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. benda digolongkan sebagai benda bergerak karena sifatnya yang dapat dipindah atau pindahkan atau karena ketetapan Undang-undang.

2. Benda bergerak berbagai dalam benda bergerak yang dapat dihabiskan dan yang tidak dapat dihabiskan karena pemakaian.

3. Benda bergerak yang dapat dihabiskan karena pemakaian tidak dapat diwakafkan, kecuali air dan bahan bakar minyak yang persediaannya berkelanjutan.

4. Benda bergerak yang tidak dapat dihabiskan karena pemakaian dapat diwakafkan dengan memperhatikan ketentuan prinsip syariah.


(36)

Benda bergerak karena sifatnya yang dapat diwakafkan meliputi: a. Kapal

b. Pesawat terbang c. Kendaraan bermotor

d. Mesin atau peralatan industri yang tidak tertancap pada bangunan e. Logam dan batu mulia, dan atau

f. Benda lainnya yang tergolong sebagai benda bergerak karena sifatnya dan memiliki manfaat jangka panjang.

Benda bergerak selain uang karena peraturan perundang-undangan yang dapat diwakafkan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagai berikut: a. Surat berharga yang berhaga :

1. Saham;

2. Surat utang negara;

3. Obligasi pada umumnya ; dan atau

4. Surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang. b. Hak atas kekayaan intelektual yang berupa:

1. Hak cipta; 2. Hak merk; 3. Hak paten;

4. Hak desain industry; 5. Hak rahasia dagang;


(37)

6. Hak sirkuit terpadu;

7. Hak perlindungan varietas tanaman; dan atau 8. Hak lainnya

c. Hak atas benda bergerak lainnya yang berupa:

1. Hak sewa, hak pakai dan hak pakai hasil atas benda bergerak; atau

2. Perikatan, tuntutan atas jumlah uang yang dapat ditagih atas benda bergerak

Wakaf benda bergerak berupa uang yang merupakan terobosan dalam undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Wakaf uang yang dapat diwakafkan adalah mata uang rupiah

2. Dalam hal uang yang dapat diwakafkan masih dalam mata uang asing, maka harus dikonversi terlebih dahulu kedalam rupiah.

3. Wakif yang akan mewakafkan uangnya diwajibkan untuk:

4. Dalam hal wakif tidak dapat hadir, maka wakif dapat menunjukan wakil atau kuasanya.

5. Wakif dapat menyatakan ikrar wakaf benda bergerak berupa uang kepada Nazhir di hadapan PPAIW yang selanjutnya Nazhir menyerahkan akta ikrar wakaf tersebut kepada LKS.27

27

Fiqih wakaf. Direktorat pemberdayaan wakaf Direktorat Jendral Bimbingan masyarakat Islam . departemen agama RI jakarta tahun 2006. 70-73


(38)

C. Manajemen

a. Pengertian Manajemen Wakaf

Manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu Management dengan kata dasar to manage yang secara harfiah berarti mengelola. Menuurut Mary Parker Follet, manajemen adalah seni (art) untk melakukan pekejaan melalui orang lain. Dan menurut luther Gulik, manajemen adalah suatu ilmu (science) yang memungkinkan manusia saling bekerja secara sistematis sehingga bermanfaat bagi manusia.28

Menurut James Stoner, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha para anggota organisasi dengan menggunakan sumber daya yang ada agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan. Stoner dalam hal ini menekankan pada proses usaha untuk mencapai tujuan, bukan pada hasilnya, namun manajemen dan hasilnya sangat berkaitan. Semakin baik manajemen yang dilakukan, akan memaksimalkan pendayagunaan sumber daya yang dimiliki sehingga sistem berjalan efektif dan efisien. Dengan begitu, hasil yang dicapai lebih baik.29

Secara etimologi, dalam bahasa Indonesia belum ada keseragaman mengenai terjemahan terhadap istilah "management" hingga saat ini terjemahannya sudah banyak dengan alasan-alasan tertentu sepertipembinaan,

28

Setot Imam Wahyono, Manajemen Tata Kelola OrganisasiBisnis. (Jakarta: PT.Indeks, 2008)

29

Farid Wadjdy. Wakaf dan Kesejahteraan Umat (Filantropi Islam yang hamper Terlupakan). (Jakarta: Pustaka Pelajar, 20017) hal. 175


(39)

pengurusan, pengelolaan ketatalaksanaan, manajemen danmanagement.30 Hal yang sama dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

a. Menurut M. Manullang bahwa istilah manajemen terjemahannya dalam bahasa Indonesia, hingga saat ini belum ada keseragaman.Berbagai istilah yang dipergunakan" seperti: ketatalaksanaan, manajemen, manajemen pengurusan dan lain sebagainya.31

b. Dalam Kamus Ekonomi, management berarti pengelolaan, kadangkadang ketatalaksanaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manajemen berarti penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.32

b. Unsur-unsur Manajemen

Unsur-unsur kegiatan manajemen dikenal juga dengan fungsi manajemen, yaitu:33

1. Perencanaan, yaitu menentukan tujuan proyek, strategi untuk mewujudkannya, serta metode pembinaan bagi para pegawai dalam melaksanakan pekerjaan mereka untuk mewujudkan tujuan ini.

2. Pengorganisasian, yaitu menentukan kegiatan-kegiatan yang mesti dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut dalam bentuk gambaran tugas secara detail. Juga, masing-masing menurut keahlian

30

Harbangan Siagian, Manajemen Suatu Pengantar, (Semarang: Satya Wacana. 1993), hlm. 8-9.

31

M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Balai Aksara, 1963), hlm. 15 dan 17.

32

DEPDIKNAS.Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm.708.

33

Badan Wakaf Indonesia Kuwait Awqaf Public Foundation Islamic Research and Training Institute. Manajemen Wakaf di Era Modern, (Jakarta: Badan Wakaf Indonesia Kuwait Awqaf Public Foundation Islamic Research and Training Institute , 2013) hal. 25-26


(40)

dan pengalaman mereka demi menjamin pekerjaan mereka terlaksana dengan sinergi dan selaras di bawah pimpinan seorang pimpinan yang bijak.

3. Pengarahan, yaitu memberikan petunjuk dan dorongan kepada para pekerja untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik demi menjamin tidak ada penyimpangan dalam mewujudkan tujuan.

4. Kordinasi, yaitu menciptakan keseimbangan, keterkaitan, dan keselarasan, serta menghilangkan kontradiktif dalam bekerja. Di samping itu juga dengan tetap menjaga variable waktu yang menuntut adanya keputusan pada saat yang tepat.

5. Pengawasan, yaitu memastikan bahwa pekerjaan yang terlaksana telah sesuai dengan rencana yang dibuat dan hasil yang ditetapkan telah terwujud dengan baik.

c. Manajemen Tanah Wakaf

Sistem manajemen pengelolaan wakaf merupakan satu aspek penting dalam pengembangan paradigma baru wakaf di Indonesia. Kalau paradigma lama wakaf selama ini menekankan pentingnya pelestarian dan keabadian benda wakaf, maka dalam pengembangan paradigma baru wakaf lebih menitikbertkan pada aspek pemanfaatan yang lebih nyata tanpa kehilangan eksistensi benda wakaf itu sendiri.Untuk menigkatkan dan mengembangkan


(41)

aspek kemanfaatannya, tentu yang sangat berperan sentral adalah sistem manajemen pengelolaan yang diterapkan.34

Untuk mengelola, memberdayakan dan mengembangan tanah wakaf yang strategis dimana hampir semua wakif yang menyerahkan tanahnya kepada nazir tanpa menyertakan dana untuk membiayai oprasional usaha produktif, tentu saja menjadi persoalan yang cukup serius. Karena itu dioerlukan strategi riil agar bagaimana tanah-tanah wakaf yang begitu banyak dihampir seluruh provinsi di Indonesia dapat segera diberdayakan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat banyak. Strategi riil dalam pengembangkan tanah-tanah wakaf wakaf produktif adalah dengan kemitraan.

Lembaga-lembaga Nazhir harus menjalin kemitraan usaha dengan pihak-pihak lain yang mempunyai modal dan ketertarikan usaha sesuai dengan posisi tanah strategis yang ada. Jalinan kerja sama ini dalam rangka menggerakan seluruh potensi ekonomi yang dimiliki oleh tanah-tanah wakaf tersebut sekali lagi harus ditekankan bahwa sistem kerja sama dengan pihak ketiga tetap harus mengikuti sistem syariah, baik dengan cara musyarakah maupun mudharabah. 35

Pemberdayaan dan penembangan wakaf produktif merupakan sebuah langkah maju bagi lembaga perwakafan di tanah air. Dalam rangka

34

Direktorat Permberdayaan Wakaf, Paradigma baru wakaf di Indonesia,(Jakarta, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam :2006),h.105

35

Panduan pemberdayaan tanah wakaf produktif strategis di indonesia. Direktorat pemberdayaan wakaf Direktorat Jendral Bimbingan masyarakat Islam . departemen agama RI tahun 2006, h. 121-122


(42)

pemberdayan dan pengembangan wakaf, diperlukan organisasi pengelola wakaf yang mampu menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang peduli terhadap dunia wakaf.36

Pola manajemen pengelolaan wakaf yang selama ini berjalan adalah pola manajemen pengelolaan secara tradisional-konsumtif. Hal tersebut bisa diketahui dari beberapa aspek:37

1. Kepemimpinan

Corak kepemimpinan dalam lembaga kenadziran masih sentralistik-otoriter (paternalistic) dan tidak ada sistem kontrol yang memadai 2. Rekruitmen SDM Kenazhiran

Banyak nadzir wakaf yang hanya disarankan pada aspek ketokohan seperti ulama, kyai, ustadz dan lain-lain, bukan aspek professionalme atau kemampuan mengelola. Sehingga banyak benda-benda wakaf yang tidak terurus atau terkelola secara baik.

3. Operasionalisasi Pemberdayaan

Pola yang digunakan lebih kepada sistem yang tidak jelas (tidak memiliki standar operasional) karena lemahnya SDM, Visi dan Misi, pemberdayaan, dukungan political will pemerintah yang belum maksimal, dan masih menggunakan sistem ribawi.

36

Perkembangan pengelolaan wakaf di indonesia. Direktorat pengembangan zakat dan wakaf direktorat jendral bimbingan masyarakat islam dan penyelenggarakan haji, tahun 2005

37

Direktorat Jendral bimbingan Masyarakat Islam. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendrak binbingan Masyarakat Islam, 2006) hal. 105-106


(43)

4. Pola Pemanfaatan Hasil

Dalam menjalankan usaha pemanfaatan hasil usaha wakaf masih banyak yang bersifat konsumtif-statis sehingga kurang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat banyak.

5. Sistem Kontrol dan Pertanggung Jawaban

Seabagai resiko dari pengelola kepemimpinan yang sentralistik dan lemah oprasionalisasi pemberdayaan mengakibatkan pada lemahnya sistem control, baik yang besifat kelembagaan, pengembangan usaha, maupun keuangan.

Mengelola tanah wakaf secara konsumtif seperti masjid, tidak berdampak pada kesejahteraan ekonomi masyarakat, atau bahkan masyarakat harus mengeluarkan biaya untuk merawat kebersihan masjid. Harta wakaf yang tidak berkembang dan cenderung menjadi beban bagi pengelolanya, atau bahkan hilang diambil alih oleh orang-orang yang tidak amanah.

Manajemen pengelolaan wakaf merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan paradigma baru wakaf di Indonesia. Kalau dalam paradigma lama wakaf selama ini lebih menekankan pentingnya pelestarian dan keabdian benda wakaf, maka dalam pengembangan paradigma baru wakaf lebih menitik beratkan pada aspek pemanfaatan yang lebih nyata tanpa kehilangan eksistensi benda wakaf itu sendiri untuk meningkatkan dan mengembangkan aspek


(44)

kemanfaatannya, tentu yang sangat berperan sentral adalah sistem manajemen pengelolaan yang diterapkan.38

D. Pengelolaan

Sesuai dengan Undang-undang RI No.16 Tahun 2001 tentang Yayasan, definisi Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Yayasan sebagai salah satu bentuk badan hukum sangat penting sekali bagi organisasi Islam. Setiap lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau Non-Governmental Organization (NGO) Islam perlu mendirikan yayasan sebagai sarana formal dalam melakukan tindakan hukum para anggotanya. Dengan adanya yayasan, pengurus organisasi dapat bertransaksi, membuat perjanjian dan kerja sama, berhubungan dengan instansi pemerintah, swasta atau perorangan yang memerlukan aspek legalitas. Ditinjau dari segi kepentingan organisasi, yayasan memberikan manfaat, antara lain:

1. Mendapat perlindungan hukum berdasarkan undang-undang.

2. Memiliki kejelasan aturan organisasi yang tertuang dalam Anggaran Dasar. 3. Menambah rasa percaya diri para aktivisnya dalam berhubungan dengan

pihak lain.

4. Memudahkan pihak lain yang akan berhubungan dengan organisasi tersebut.

38

Farid Wadjdy. Wakaf dan Kesejahteraan Umat (Filantropi Islam yang hampir Terlupakan). (Jakarta: Pustaka Pelajar, 20017) hal. 118


(45)

5. Memberikan rasa kepercayaan kepada pihak-pihak yang bersimpati. 6. Memungkinkan pengembangan usaha organisasi secara lebih luas.

7. Apabila timbul permasalahan atau konflik dapat diselesaikan secara hukum dengan aturan undang-undang dan peraturan pemerintah yang jelas.

1. Periode Pengelolaan Wakaf

a. Periode tradisional

Dalam periode ini, wakaf masih ditempatkan sebagai ajaran yang murni dimasukan dalam katagori ibadah muhdhah (pokok). Yaitu dihampir semua benda-benda wakaf diperuntukan untuk kepentingan pembangunan fisik, seperti masjid, musholah, pesantren, kuburan, yayasan dan sebagainya. Sehingga keberadaan wakaf belum memberikan kontribusi sosial yang lebih luas karena hanya untung kepentingan yang bersifat konsumtif. Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa aspek, diantaranya:

 Kebekuan paham terhadap wakaf

Pertama, ikrar wakaf. Kebiasaan masyarakat lebih banyak menggunakan pernyataan lisan pada saat ingin mewakafkan sebagian hartanya tanpa menyertai dengan bukti tertulis (sertifikat ikrar wakaf)


(46)

Kedua, harta yang boleh diwakafkan lebih banyak pada benda-benda yang tidak bergerak, sehingga peruntukannya tidak maksimal untuk kepentigan kebajikan

Ketiga, boleh tidaknya tukar menukar harta wakaf dalam masalah ini, mayoritas wakif dari umat islam indoneia berpegang pada pandangan konservatifnya asy-syafi’I sendiri menyatakan bahwa harta wakaf tidak boleh ditukar dengan alasan apapun.

 Nazhir wakaf yang masih tradisional

Kebiasaan masyarakat kita yang ingin mewakafkan sebagian hartanya dengan mempercayakan penuh kepada seseorang yang dianggap tokoh dalam masyarakat sekitar, seperti kyai, ulama, ustadz, ajengan dan lain-lain untuk mengelola harta wakaf sebagai nazhir. Orang yang ingin mewakafkan harta (wakif) tidak tahu persis kemampuan yang dimiliki oleh nazhir tersebut.

 Peraturan perundangan yang belum memadai

Peraturan perundang-undangan tentang wakaf di Indonesia memang masih menjadi persoalan yang cukup lama belum terselesaikan secara baik. Karena wakaf lebih banyak ditempatkan pada perseoalan-persoalan yang terkait dengan tanah. sehingga wakaf belum memberikan kesejahteraan secara lebih luas bagi kepentingan masyarakat banyak.


(47)

b. Periode semi-profesional

Periode semi-profesional merupakan pola pengelolaan wakaf yang kondisinya relative sama dengan periode tradisional, namun pada masa ini sudah mulai dikembangkan pola pemberdayaan wakaf secara produktif, meskipun belum maksimal.sebagai contoh adalah pembangunan masjid-masjid yang letaknya strategis dengan menambah bangunan gedung untuk pertemuan, pernikahan, seminar dan acara lainnya seperti masjid sunda kelapa, masjid pondok indah, masjid at-taqwa pasar minggu ni’matil ijtihad pondok pinang dan lain-lain.

Selain hal tersebut juga sudah mulai dikembangkannya pemberdayaan tanah-tanah wakaf utuk bidang pertanian, pendirian usah-usah kecil seperti toko-toko ritel koperasi, penggilingan padi, usaha bengkel dan sebaginya yang hasilnya untuk kepentingan pengembangan dibidang pendidikan (pondok pesantren), meskipun pola pengelolaannya masih dikatan tradisional.

c. Periode professional

Yaitu sebuah kondisi dimana daya tarik wakaf sudah mulai dilirik untuk diberdayakan secara professional-produktif. Keprofesionalan yang dilakukan meliputi aspek: manajemen, SDM kenazhiran, pola kemitraan usaha, bentuk benda wakaf yang tidak hanya berupa harta tidak bergerak seperti uang, saham dan surat berharga lainnya, dukungan political will


(48)

pemerintah secara penuh, seperti lahirnya Undang-undang No. 41 tahun 2004 tentang wakaf.39

2. Dasar – dasar Pengelolaan Wakaf dalam fiqih

1. Dasar pertama

Dasar ini diambil dari definisi wakaf itu sendiri, yaitu menahan harta asal dan menyedekahkan hasilnya, dari definisi ini ada dua komponen, yaitu:

1. Menahan harta asal

Ini menunjukan bahwa institusi wakaf berumur panjang sesuai dengan keabadian harta benda wakaf yang dikelolanya. Kontinuitas terhadap kemampuan produksinya melalui perbaikan dan perawatan yang merupakan tugas utama manajemen dan pada gilirannya ditekankan oleh para ahli fiqih sebagaimana terungkap dalam salah

satu pandangan mereka, “pertama kali yang harus dilakukan terhadap

hasil pengelolaan wakaf adalah menggunakannya untuk perawatan

harta benda wakaf”

2. Menyedekahkan Hasil Pengelolaan

Yakni, menyalurkan hasil pengelolaan wakaf dijalan Allah SWT, sesuai dengan peruntukan yang telah diperuntukan yang telah ditentukan dalam Akta Ikrar Wakaf. Komponen ini menurut wakaf

39

Strategi Pengembangan wakaf tunai di Indonesia, direktorat pemberdayaan wakaf direktorat jendral bimbingan masyarakat islam tahun 2006. H. 1-6


(49)

menghasilkan keuntungan atau manfaat hingga tujuan wakaf bisa tercapai dan eksistensinya terjaga. Hal ini mengharuskan pengelola wakaf bertanggung jawab untuk memproduktifkan harta benda wakaf dengan pola yang dapat memperbesar manfaat yang bisa diminati oleh

mauquf „alaihi, tampak jelas bahwa tujuan investasi wakaf adalah untuk menghasilkan keuntungan sebesar mungkin hingga bisa memberikan layanan sebaik mungkin kepada masyarakat.

2. Dasar kedua, kepemilikan wakaf

Ada tiga pendapat ulama fiqih tentang kepemilikan wakaf yaitu: 1. Menurut madzhab Hanafi dan Zhaihiri, juga pendapat yang kuat dari

madzhab Syafi’I dan riwayat dari Imam Ahmad dan Imam Hanbal, bahwa wakaf adalah milik Allah SWT.

2. Menurut madzhab Hanbali dan sebagian madzhab Syafi’I, bahwa

wakaf adalah milik mauquf’alaih

3. Menurut madzhab Maliki, Abu Hanifah, dan satu riwayat dari Imam Ahmad, bahwa wakaf masih tetap menjadi milik wakif

Dengan mengambil pendapat yang paling kuat bahwa wakaf adalah milik Allah SWT, dalam pandangan Islam kepemilikan Allah SWT adalah kepemilikan masyarakat. Karena itu ahli fiqih berkata,

“kepemilikan wakif terlepas dari pemiliknya menjadi milik Allah


(50)

3. Dasar ketiga, mauquf’alaih

Para ulama menetapkan beberapa syarat bagi mauquf’alaih terkait

aktivitas pengelolaan. Diantaranya adalaha:

 Wakaf tersebut diperuntukan bagi kebaikan dan persembahan kepada Allah SWT. Yang dimaksud kebaikan adalah apa saja yang bermanfaat bagi orang lain. Dengan demikian objek pengelolaan wakaf itu sangat luas sehingga bisa mencakup segala sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat, baik dalam bentuk fasilitas umum atau bantuan untuk fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan, atau untuk pengembangan sumber daya manusia seperti pendidikan dan kesehatan. Sedangkan yang dimaksud dengan persembahan kepada

Allah SWT, adalah tidak ada imbalan balik dari mauquf’alaih. Hasil

pengelolaan wakaf diberikan kepada mereka secara cuma-cuma.  Mauquf’alaih tidak terputus, yakni ada titik awal tapi tiada akhir.

Secara manajemen ini memastikan kontinuitas lembaga yang bertugas menjaga harta benda wakaf dan kemampuan produksinya. Pemeliharaan terhadap kontinuitas ini dianggap sebagai indikator efektivitas pengelolaan wakaf.

4. Dasar keempat, kenazhiran wakaf

Diantara hal mendasar dalam wakaf adalah nazhir yang mengelola secara langsung. Para ahli fiqih membahas masalah kenazhiran secara


(51)

panjang lebar, baik nazhir asli maupun representatifnya. Diantara hukum-hukum adalah sebagai berikut:

a. Syarat-syarat nazhir, yaitu Islam, berakal, baligh, adil, amanah, dan kompeten.

Patut dituturkan disini bahwa para ulama klasik menyebutkan syarat-syarat ini bagi seseorang yang mengurusi pengelolaan, terutama pengelolaan keuangan publik seperti pegawai baitul maal atau pengelolaan zakat. Begitu pula pengelolaan wakaf. Dengan demikian mereka telah mendahului para pakar manajemen modern yang menepatkan tiga standard kompetensi pegawai, yaitu:

1. Standard personal, yaitu kemampuan untuk melakukan suatu tindakan serta percaya diri. Ini tersirat pada syarat baligh dan berakal.

2. Standard profesi, yaitu strata pendidikan dan pengalaman kerja. Ini diungkspksn dengan syarat kompeten.

3. Standard etis. Standard etis terpenting dalam bidang keuangan adalah amanah dan adil.

b. Kewajiban Nazhir wakaf

Para ulama membagi kewajiban nazhir menjadi tiga.

1. Yang wajib dikerjakan oleh nazhir, yaitu memproduktifkan wakaf, melaksanakan syarat-syarat wakif, dan mempertahankan hak-hak wakaf.


(52)

2. Yang boleh dikerjakan oleh nazhir, yaitu prosedur-prosedur atau kebijakan-kebijakan yang bisa mewujudkan kemaslahatan

bagi harta benda wakaf dan mauquf’alaih seperti memilih pola

investasi yang paling baik.

3. Yang tidak boleh dikerjakan oleh nazhir, yaitu tindakan-tindakan apapun yang membahayakan eksistensi wakaf

maupun mauquf’alaih, khususnya menggadaikan harta benda wakaf atau meminjamkan.

c. Gaji nazhir, yakni imbalan pengelolaan wakaf

Menurut pendapat mayoritas ulama, gaji nazhir ditaksir sepadan dengan gaji yang berlaku di wilayah setempat. Penetuannya bisa berdasarkan kesepakatan anatar wakif dan nazhir atau ditentukan oleh pemerintah. Gaji nazhir diambil dari penghasilan dan pemasukan wakaf.

5. Dasar kelima, Jenis-jenis wakaf khairi

Terdapat beberapa pembagian yang mempengaruhi bentuk pengelolaan wakaf, yaitu:

a. Wakaf yang penghasilannya disalurkan kepada pihak-pihak tertentu seperti lahan pertanian, gedung perkantoran, uang, atau harta benda lainnya.


(53)

b. Wakaf yang tidak menghasilkan pemasukan seperti masjid. Masjid mendapatkan pemasukan dari baitul maal atau dari sumbangan para dermawan. Wakaf ini dikelola sebagai institusi non-profit. c. Wakaf yang hasil pengelolaannya disalurkan ke lembaga lain

seperti sekolah dan rumah sakit.wakaf jenis ini memerlukan manajemen khusus di samping manajemen investasi untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dan permasalahan-permasalahan yang muncul.40

40

Badan Wakaf Indonesia, Manajemen Wakaf Di Era Modern. Badan wakaf Indonesia. Cet-1 jakarta 2013, h.16-24


(54)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Kesultanan

Pada tahun 1580 Sultan Maulana Yusuf wafat, kemudian digantikan anaknya Maulana Muhammad Kanjeng Ratu Banten Surosowan yang memerintah sejak tahun 1580 hingga tahun 1596. Maulana Muhammad mencoba menguasai Palembang tahun 1596 sebagai bagian dari usaha Banten dalam mempersempit gerakan Portugal di nusantara, namun gagal karena ia meninggal dalam penaklukkan tersebut. Maulana Muhammad meninggal dalam usia muda, kurang lebih 25 tahun dengan meninggalkan seorang putra berusia lima bulan dari permaisuri Ratu Wanagiri, putri dari Mangkubumi. Anak ini menggantikan pemerintahan Maulana Muhammad. Namun sehubungan dengan usia Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul kadir (anak Sultan Muhammad) masih sangat muda, maka untuk menjalankan pemerintahan ditunjuk Mangkubumi Jayanagara. Pada masa pemerintahannya banyak kemajuan di bidang perdagangan, dan untuk pertama kalinya kapal dagang Belanda mendarat di Pelabuhan Banten

Namun pada masa tersebut terjadi konflik diantara anggota keluarga kerajaan yang hendak merebut tahta kerajaan karena usia Sultan masih sangat muda. Barulah pada tanggal 16 November 1624 Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir Kenari memerintah Banten. Beliau menjadi raja


(55)

pertama di Pulau Jawa yang mengambil gelar "Sultan" pada tahun 1638 dengan nama Arab Abu al-Mafakhir Mahmud Abdul Qadir. Masa pemerintahan Sultan Abu Al-Mafakhir Mahmud Abdul Qadir penuh dengan ketegangan antara Banten dan Belanda. Banyak terjadi pertempuran-pertempuran kecil antara pihak Banten dan Belanda. Pada tanggal 10 Maret 1651, Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdul Qadir meninggal dunia dan dimakamkan di Kampung Kenari.41

B. Sejarah Kampung Kenari42

Kampung Kenari adalah sebuah kampung yang terletak di Jl. Raya Banten Lama Km 5 Desa Kasunyatan Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Provinsi Banten. Pada waktu Raden Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) orang tua dari Maulana Hassanudin Banten dateng ke daerah Banten dia singgah di Kampung Kenari sekitar pada tahun 1500 M.

Ketika Maulana Hassanudin diutus pertama ke Banten datang ke Kampung Kenari terlebih dahulu sekitar pada tahun 1550 M. Maka salah satu sejarah tersebut nama Kampung Kenari berasal dari kata “Kenali” (pertama kali mengenali daerah Banten). Dari sumber lain nama Kampung Kenari

diambil dari sebuah pohon kuno yang besar bernama “Pohon Kenari” yang

diberi nama oleh Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Qodir karena melihat

41

http//blog-ipah.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-kerajaan-banten.html diakses pada tanggal 23 juli 2015 jam 13.30 WIB

42


(56)

pohon yang besar dan untuk tempat berteduh masyarakat Kampung Kenari supaya hidup dalam kedamaian, kemakmuran dan kesejahteraan, kokoh dan kuat seperti pohon Kenari.

C. Letak Geografis 43

Kampung Kenari adalah sebuah kampung yang terletak di Desa Kasunyatan Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Provinsi Banten

Adapun batas-batas Kampung Kenari adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : dikelilingi tanah sawah

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Kasemen Kecamatan Kasemen

Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Margasana Kecamatan Kasemen

Sebelah Timur : dipisahkan oleh kali Cibanten

Bentuk wilayah dataran rendah, dikelilingi oleh tanah sawah 3 km jaraknya dari sebelah Selatan dari Desa Banten dan 10 km jaraknya dari sebelah Utara Kota Serang

43

Hasil wawancara, dengan Anis Fuad, (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015


(57)

D. Keadaan Demografi 44

Dengan wilayah yang cukup luas, wilayah administrasi Kampung Kenari terdiri dua Rt, yaitu Rt. 013 dan Rt. 014. Jumlah penduduk Kampung Kenari yaitu sebanyak 1.273 jiwa dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 678 jiwa, dan penduduk perempuan 595 jiwa, dan terbagi menjadi 322 KK. Jumlah penduduk ini merupakan yang terbesar di Desa Kasunyatan.

Mayoritas penduduk Kampung Kenari adalah pemeluk agama Islam, tak terjauh dari kenari juga terdapat Pondok Pesantren Al-Muawammah dan melihat data diatas sangat berpotensial dalam pengembangan ekonomi syariah di Kampung Kenari.

Penduduk kampung kenari pada umumnya paling banyak adalah SMA sekitar 55%, lulus SMP 15% lulusan SD 10%tidak sekolah 15% perguruan tinggi 5% dan yang tidak melanjutkan kejenjang selanjutnya kebanyakan dari masyarakat kampung kenari adalah melanjutkan ke pesantren. Karena para orang tua berfikir bahwa pendidikan agama lebih penting

Perekonomian kampung Kenari adalah pertanian karena sesuai dengan kekayaan yang ditinggalkan oleh sultan atau disebut juga dengan wakaf yang

44

Hasil wawancara, dengan Anis Fuad, (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015


(58)

berupa sawah seluas 14 hektar yang di peruntukan untuk masyarakat Kampung Kenari.45

E. Sejarah Perwakafan

Perjalanan sejarah wakaf di kampung Kenari yang sudah cukup lama.

Awal pengurus kenadziran Sultan Kenari adalah SK Perorangan, yang diangkat berdasarkan Surat Pengesahan Nazhir Nomor: W5/3/337/X/Tahun 1994 tanggal 18 Oktober 1994 yang pertama menjadi Ketua Pengurus Kenadziran Kenari adalah Bapak H. TB. Bagus Hanati beliau meninggal pada hari Senin, 25 September 2006, dilanjutkan kepengurusan oleh Bapak H. TB. Mihrob dari tahun 2006 sampai 2009, kepengurusan dilanjutkan oleh Bapak TB. Hujaimi dari tahun 2009 sampai 2012 dan kepengurusan dilanjutkan oleh Bapak TB. Ihsan dari tahun 2012 sampai 2014.46

Hasil musyawarah mufakat masyarakat mengenai Kepengurusan yang dihadiri oleh para duriat, tokoh masyarakat, para ustad, para ketua Rt, dan Rw di kelurahan Kasunyatan Kecamatan Kasemen Kota Serang, dalam musyawarah tersebut akhirnya memperoleh kesepakatan untuk melangkah secara demokrasi dan masyarakat sepenuhnya sepakat menginginkan kepengurusan Kenadziran yang resmi dan jelas demi tertibnya administrasi. Pada hari kamis Tanggal dua puluh tujuh Bulan November Dua Ribu Empat

45

Hasil wawancara, dengan Anis Fuad, (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015

46

Hasil wawancara, dengan Anis Fuad, (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015


(59)

Belas diadakan pemilihan ketua Pengurus Kendziran Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Qodir Kenari Kelurahan Kasunyatan Kecamatan Kasemen Kota Serang, dengan umlah jiwa hak pilih yang hadir untuk mengikuti pemilihan tersebut berjumlah 249 (dua ratus empat puluh sembilan) dan yang terpilih sebagai Ketua adalah H. TB. Junaidi

Berdasarkan hasil musyawarah kepengurusan kenadziran sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Qodir Kenari, hari Ahad pada tanggal 08 Maret 2015, pengurus kenadziran sepakat dan menyetujui untuk dibuatkan SK Kelembagaan sebelumnya adalah SK perorangan hal ini kami tuangkan dalam hasil musyawarah para pengurus kenadziran dan kemasjidan

Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari telah terdaftar di Badan Wakaf Indonesia sebagai Nadzir pada 10 februari 2015, dengan nomor pendaftaran : 36.73.1.1.00002. hal tersebut berdasarkan UU No. 41 tahun 2004.

Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari mrupaka nadzir yang berbentuk badan hukum, sesuai dengan UU Nomor 41 Tahun 2004. Maka, sesuai dengan Undang-undang tersebut Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari merupakan badan hukum yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan dan atau keagamaan Islam.


(60)

F. Struktur Organisasi47

Secara umum struktur Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari periode 2015-2020 sebagai berikut :

Pelindung :Etik Sefullaoh SE Penasehat :K.H. Asmawi Jazuli

Penasehat :H. Safrani

Ketua :H. Tb. Junaedi

H. Fatoni :Wakil Ketua Anis Fuad Thahir :Sekretaris

H. Sa’ajudin :wakil Sekretaris

H. Mahdum :Bendahara

H. Hariri :Wakil Bendahara

M. Tahri :Anggota

Mulyadi :Anggota

Dikdik Sumarna :Anggota

G. Program Kerja48

Kami Pengurus Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari mempunyai Program Kerja Sebagai Berikut:

47

Hasil wawancara, dengan Anis Fuad, (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015

48

Hasil wawancara, dengan Anis Fuad, (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015


(61)

I. Program Jangka Pendek

 Menjaga dan Melestarikan peninggalan kepurbakalaan dan semua Aset yang berada di Lingkungan Kesultanan Kenari.

 Mengelola tanah wakaf dengan baik agar berhasil guna dan berdaya guna demi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kenari.

II. Program Jangka Panjang

 Membantu anak-anak yang kurang mampu dalam melanjutkan pendidikan.

 Mengembangkan Program Pendidikan yang ada dibawah naungan Kenadziran.

 Menyediakan Traktor dan Pupuk bagi para petani penggarap sawah wakaf guna kelancaran pengelolaan tanah wakaf.

 Akan menyelesaikan seluruh permasalahan yang berkaitan dengan perwakafan Kenadziran Sultan Kenari.

H. Aset Tanah Wakaf Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari .

Berbicara harta benda wakaf yang dimiliki Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari bahwa berdasarkan hasil penelitian, harta benda wakaf yang ada pada saat ini dapat dijelaskan dalam


(62)

tiga macam yaitu:

a. Tanah Sawah

Tabel 3.2

Luas Wakaf Tanah Sawah

NO NO. PERSIL BLOK LUAS (M2)

1. 95.148.S.III BLEBER/SIDEPOK 11.030 2. 55.149.S.III SIKENDI/SIJAMBU 2.735 3. 81.147.S.III KILOSONG/SUSUKAN 3.305

4. 80.147.S.III KRAPCAK 3.310

5. 76.151.S.III SIBUYUNG/SIWATU 975

6. 88.233.S.V SIKEBURAN 6.160

7. 89.194.S.IV PAL 2.700

8. 83.147.S.III KRAPCAK 2.325

9. 83.151.S.III TEGAL

BUNDER/SISERUT

6.660 10. 78.147.S.III KEBEDARAN 2.135 11. 67.204.206.S.IV PEKAUMAN 109.065

JUMLAH 144.400

Luas tanah sawah Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari itu berjumlah 144.400 m2 yang tersebar dan terpencar di berbagai tempat, antara lain di blok Bleber/Sidepok luas tanah sawah sebesar 11.030 m2 (sebelas ribu tiga puluh meter pesegi), Sikendi/Sijambu luas tanah


(63)

sebesar 2.735 m2 (dua ribu tujuh ratus tiga puluh lima meter persegi), Kilosong/Susukan luas tanah sebesar 3.305 m2 (tiga ribu tiga ratus lima meter persegi), Krapcak luas tanah sebesar 5.635 m2 (lima ribu enam ratus tiga puluh lima meter persegi), Sibuyung/Siwatu luas tanah sebesar 975 m2 (Sembilan ratus tujuh puluh lima meter persegi), Sikeburan luas tanah sebesar 6.160 m2 (ena ribu seratus enam puluh meter persegi), PAL luas tanah sebesar 2.700 m2 (dua ribu tujuh ratus meter persegi ), Tegal Bunder/Siserut luas tanah sebesar 2.325 m2 (dua ribu tiga ratus dua puluh lima meter persegi), Kebedaran luas tanah sebesar 2.135 m2 (dua ribu seratus tiga puluh lima meter persegi), dan Pekauman luas tanah sebesar 109.065 m2 (seratus ribu sembilan ribu enam puluh lima meter persegi).

b. Darat/Tegal

Tabel 3.3

Luas Wakaf Darat/Tegal

NO NO.

PERSIL

BLOK LUAS (M2)

1. 64.163.D.IV KENARI 2.090

2. 85.D.III PENGGAMBIRAN/SIGARENG 3.565

3. 87.157.D.IV SICENGKER 11.580

4. 35.163.D.III MASJID,MADRASAH,MAKBAROH 4.790

5. 82.D.III MUSHOLAH/LANGGAR 196


(64)

Luas tanah Darat/Tegal Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari itu berjumlah 32.321 m2 (tiga puluh ribu tiga ratus dua puluh satu meter persegi) yang tersebar dan terpencar di berbagai tempat, antara lain di blok Kenari luas tanah sebesar 2.090 m2 (dua ribu semblan puluh meter persegi), Pegambiran/Sigareng luas tanah sebesar 3.565 m2 (tiga ribu lima ratus enam puluh lima meter persegi), Sicengker luas tanah sebesar 11.580 m2 (sebelas ribu lima ratus delapan puluh meter persegi), Masjid,Madrasah dan makbaroh luas tanah sebesar 4.790 m2 (empat ribu tujuh ratus sembilan puluh), dan Mushola/Langgar luas tanah sebesar 196 m2 (seratus Sembilan puluh enam meter persegi)

c. Empang

Tabel 3.4 Luas Wakaf Empang

NO NO.

PERSIL

BLOK LUAS (M2)

1. 172.C.298 PETIMBANG SAWAH LUHUR 7.140 2. 167.C.298 PETIMBANG SAWAH LUHUR 12.120

JUMLAH 19.260

Luas Empang Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari itu berjumlah 19.260 m2 (sembilan belas ribu dua ratus enam puluh meter persegi) yang terdapat di blok Petimbang Sawah Luhur luas


(65)

empang yang pertama sebesar 7.140 m2 (tujuh ribu seratus empat puluh meter persegi) dan yang kedua sebesar 12.120 m2 (dua belas ribu seratus dua puluh meter pesegi)

Dari keterangan atau rincian sebagaimana disebutkan di atas, jumlah keseluruhan luas tanah sampai dengan priode tahun 2015 adalah 195.981 m2. Adapun harta benda wakaf berupa rumah tinggal yang berjumlah 10 unit.


(66)

BAB IV

PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN HARTA WAKAF

A. Pemahaman Nadzir Kesultanan Kenari Tentang Wakaf

Sejak dahulu praktek perwakafan di Indonesia sering dilakukan oleh masyarakat yang beragama Islam. Sekalipun pelaksanaan wakaf bersumber dari ajaran Islam, namun seolah-olah wakaf merupakan kesepakatan para ahli hukum dan budaya bahwa perwakafan adalah sebuah masalah hukum adat di Indonesia. Oleh karena itu masalah wakaf ini sangat erat kaitannya dengan adat di Indonesia, maka pelaksanaan wakaf itu disesuaikan dengan adat yang berlaku, dengan tidak mengurangi nilai-nilai ajaran Islam yang terdapat dalam wakaf itu sendiri.

Menurut Undang-undang Nomor 41 tahun 2004, Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Dan tugas nadzir berdasarkan UU wakaf No. 41 Tahun 2004, yaitu:49

1. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf;

2. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf seuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya;

3. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf; dan

49

Dinamika Perwakafan di Indonesia dan Berbagai Belahan Dunia, (Kementrian Agama R.I, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Jakarta:2013), hal. 78


(67)

4. Amanah juga merujuk pada syarat pemimipin termasuk di dalamnya manajer paling tidak memiliki dua kriteria: al-qawi (kuat, baik keterampilan intelektual, maupun emosional, seperti kuat menghadapi resiko) dan al-amin (terpecaya, memiliki kemampuan dan etika manajerial)

Wakaf Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir adalah sebuah amanah yang harus dijalankan, dipertahankan dan dilanjutkan oleh masyarakat dari sultan serta menjaga kelestariannya untuk kepentingan masyarakat sekitar baik berupa tanah sawah, makam, masjid, madrasah dan rumah tinggal.50 Pemahaman nadzir juga menjadi salah satu permasalahan dalam dunia wakaf, kurang pahamnya nazhir tentang wakaf dan teknik-teknik pengelolaan aset wakaf. Maka peran nazhir sangat menentukan berjalan atau tidaknya harta wakaf, karena peran nazhir adalah sebagai manajer yang menentukan, mengendalikan perwakafan sehingga berdaya guna dan berhasil.

Oleh karena itu, nadzir sebagai pihak yang berkewajiban mengawasi dan memelihara harta wakaf, tidak boleh menjual, menggadaikan, mewariskan dan menghibahkan. Sehingga dengan demikian, keberadaan harta benda wakaf dapat dikelola dan diberdayakan secara maksimal untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat banyak yang bisa dipertanggung jawabkan secara moral dan hukum Allah.

50

Hasil wawancara, dengan Anis Fuad , (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015


(68)

Untuk optimalisasi wakaf produktif, dibutuhkan adanya nadzir yang profesional. Dalam hal ini, perlu adanya pembinaan nadzir sehingga dapat mengembangkan wakaf seoptimal mungkin. Dalam Undang-Undang 41 Tahun 2004 tentang wakaf diamanatkan perlunya dibentuk Badan Wakaf Indonesia. Salah satu tugas dan wewenangnya adalah melakukan pembinaan terhadap nadzir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf. Salah satu tujuan Badan Wakaf Indonesia adalah untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional. Pembinaan itu adalah bagaimana membentuk nadzir profesional. Nadzir dan lembaga pengelola wakaf sebagai ujung tombak pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf. Kualitas nadzir di Indonesia selalu dimotivasi dalam rangka melakukan pembenahan, baik menyangkut kemampuan manajerial maupun skill individu yang sangat menentukan dalam pemberdayaan wakaf.

B. Mekanisme Pengelolaan Tanah Wakaf di Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari

Sebagaimana data yang telah penulis dapat, berdasarkan hasil musyawarah kepengurusan Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari, hari Ahad pada tanggal 08 Maret 2015, pengeurus Kenadzira sepakat dan menyetujui untuk dibuatkan SK Kelembagaan sebelumnya adalah SK perorangan yang diangkat berdasarkan


(1)

80

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas, maka penulis ingin memberikan beberapa saran terkait pengelolaan wakaf yang ada di kampung Kenari sebagai berikut:

1. Nazir/badan hukum/yayasan yang mengurus wakaf, harus dengan sungguh-sungguh menjaga serta melestarikan, mengamankan dan mengoptimalkan fungsi wakaf tersebut. Sebab apa yang dilakukan itu adalah fisabilillah. Dan yang perlu diingat dan menjadi perhatian jangan sampai wakaf hilang , beralih fungsi dan beralih hak.

2. Pemahaman Nadzir Untuk optimalisasi wakaf produktif, dibutuhkan adanya nadzir yang profesional. Dalam hal ini, perlu adanya pembinaan nadzir sehingga dapat mengembangkan wakaf seoptimal mungkin. Dalam Undang-Undang 41 Tahun 2004 tentang wakaf diamanatkan perlunya dibentuk Badan Wakaf Indonesia. Salah satu tugas dan wewenangnya adalah melakukan pembinaan terhadap nadzir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf. Salah satu tujuan Badan Wakaf Indonesia adalah untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional. Pembinaan itu adalah bagaimana membentuk nadzir profesional. Nadzir dan lembaga pengelola wakaf sebagai ujung tombak pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf. Kualitas nadzir di Indonesia selalu domotivasi dalam rangka melakukan pembenahan, baik menyangkut kemampuan manajerial maupun skill individu yang sangat menentukan


(2)

81

dalam pemberdayaan wakaf.

3. Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari harus melakukan inovasi dalam beberapa hal dalam pengelolaan dan penyaluran hasil wakaf tanah sawah. Seperti menyediakan traktor dan pupuk bagi para petani penggarap sawah wakaf guna kelancaran pengelolaan tanah wakaf serta melakukan pengembangan dari segi pemasaran, hasil pertanian yang biasanya langsung dijual kepada para tengkulak, bisa dapat dipasarkan oleh Yayasan dan atau juga memiliki gudang beras dengan pengelolaan dan pengemasan. Sehingga biaya produksi lebih efisien dan harga jual lebih kompetitif, sehingga pendapatan Yayasan Meningkat dan pendapatan para petani ikut meningkat agar tujuan wakaf tercapai sesuai dengan fungsinya yaitu untuk mensejahterakan masyarakat umum

4. Dalam menjaga, memelihara, mengamankan dan mengembangkan harta wakaf tersebut disarankan kepada nazir wakaf untuk menunjuk pengawas yang ditugasi secara khusus untuk mengamankan harta tersebut secara fisik, serta melakukan upaya penyelamatan secara hukum, administrasi, membukukan data harta wakaf tersebut serta menyebarluaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

5. Proses penuntutan hukum baik Perdata maupun Pidana, yang meliputi pelanggaran-pelanggaran tanah wakaf harus ditindak tegas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tanpa pandang bulu.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Wakaf Indonesia Kuwait Awqaf Public Foundation Islamic Research and Training Institute. Manajemen Wakaf di Era Modern, Jakarta: Badan Wakaf Indonesia Kuwait Awqaf Public Foundation Islamic Research and Training Institute , 2013

Badan Wakaf Indonesia, Manajemen wakaf di era modern. Badan wakaf Indonesia. Cet-1 jakarta 2013

Departemen Agama, Pedoman pengelolaan dan pengembangan wakaf ,jakata:Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islama, 2006.

DEPDIKNAS.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002 Didin Hafidhuddin, Didin, Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani, 2003.

Direktorat Permberdayaan Wakaf, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam ,2006.

Direktorat Pengembangan Zakat Dan Wakaf, Perkembangan Pengelolaan Wakaf Di Indonesia. Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelenggarakan Haji, tahun 2005

Direktorat Permberdayaan Wakaf, Paradigma baru wakaf di Indonesia,Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam ,2006.

Direktorat pemberdayaan wakaf, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di Indonesia. Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam . Departemen Agama RI tahun 2006.

Halim, Abdul , Hukum Perwakafan di Indonesia, Ciputat: Ciputat Press, 2005. M, Zein, Satria Effendi Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer

Jakarta:Kencana 2004

Maleony , Lexy J, metode penelitian kualitatif, cetakan ke II, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1928.


(4)

Muhammad Syafi’I Antonio, “pengelolaan wakaf secara Produktif”, dalam Achmad Djunaidi dan Thobieb. Menuju Era Wakaf Produktif. Jakarta : Mitra Abadi press Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, kamus besar bahasa Indonesia,

Edisi ketiga, Jakarta: balai pustaka,2005.

Said, Ismail A. The Power Of Wakaf. Ciputat:Dompet Dhuafa, 2013.

Syeikh Ali Ahmad al-Jarjawi, Hikmah al-Tasyri' wa Falsafatuh, Juz II, Beirut: Dar al-Fikr, 1980.

Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002

Sultoni, Muhammad Faisal,” Strategi Pengembngan Wakaf Produktif an

Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Pondok Pesantren Darunnajah 2

Cipining”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Syarif HIdayatullah Jakarta, 2013,

Siagian, Harbangan Manajemen Suatu Pengantar, Semarang: Satya Wacana. 1993.

Undang –undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

Wadjdy, Farid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat (Filantropi Islam yang hampir Terlupakan). Jakarta: Pustaka Pelajar, 2007

Wahyono, Setot Imam, Manajemen Tata Kelola Organisasi Bisnis. Jakarta: PT.Indeks, 2008

Internet:

http://affgani.wordpress.com/ekonomi-islam/wakaf-memberdayakan-umat, diakses pada tanggal 22 oktober 2014

http://www.tabungwakaf Indonesia.com/index.2012-02-07-42-27/profil.html, diakses pada tanggal 22 oktober 2014

http//blog-ipah.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-kerajaan-banten.html diakses pada tanggal 23 juli 2015 jam 13.30 WIB


(5)

http//tabungwakaf.com/profil-tabung-wakaf-indonesia/ diakses pada tanggal 23 oktober 2014

rafiqatul-hanniah.blogspot.com/2012/06/wakaf-mengatasi-kemiskinan.html/ diakses pada tanggal 23 Oktober 2014.

m.riaupos.co/3864-daerah-wakaf,-solusi-tekan-angka-kemiskinan.html diakses pada tanggal 23 Oktober 2014.

http//sejarahkenari.blogspot.co.id/ diakses pada tanggal 23 juli 2015 jam 13.30 WIB

http://anget-team.blogspot.com/2012/05/lembaga-keuangan-wakaf-dan-wakaf-tunai.html diakses pada tanggal 23 Oktober 2014

http://rozalinda.wordpress.com/2010/05/04/perkembangan-perwakafan-di-indonesia/ diakses pada tanggal 23 Oktober 2014

http://wakafproduktif.org/pengertian-wakaf-peoduktif/ diakses pada tanggal 24 Oktober 2014


(6)