Performa Ayam Ras Petelur pada Kandang Cage dan Litter.

PERFORMA AYAM RAS PETELUR PADA KANDANG
CAGE DAN LITTER

EDY SUSANTO

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Ayam Ras
Petelur pada Kandang Cage dan Litter adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya
melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.


Bogor, 15 Januari 2014
Edy Susanto
NIM D14090039

ii

ABSTRAK
EDY SUSANTO. Performa Ayam Ras Petelur pada Kandang Cage dan Litter.
Dibimbing oleh IMAN RAHAYU HS dan LUCIA CYRILLA ENSD.
Sarana pokok yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan pemeliharaan
ayam ras petelur secara intensif dan efisien salah satunya adalah aspek
perkandangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh perlakuan
kandang cage dan litter terhadap performa dan analisa unit cost pada ayam ras
petelur. Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan, berat telur, konversi pakan,
hen day, kualitas eksterior telur, dan unit cost. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua perlakuan
kandang dan enam ulangan yang masing-masing ulangan perlakuan terdiri dari 16
(cage) dan 25 ekor (litter) ayam ras petelur. Data yang diperoleh dianalisis dengan
program Statistical Package for the Sosial Science (SPSS) menggunakan uji
Independent Sample T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan

kandang menunjukkan perbedaan nyata terhadap konsumsi pakan, konversi pakan
dan kebersihan telur pada taraf kotor dibawah 25%. Pada berat telur dan hen day
perbedaan nyata ditunjukkan pada dua dan tiga minggu pertama pengamatan.
Unit cost yang paling rendah adalah pemeliharaan ayam ras petelur pada kandang
cage.
Kata kunci: ayam ras petelur, cage, hen day, litter, unit cost

ABSTRACT
EDY SUSANTO. Laying Hens Performances in Cage and Litter System.
Supervised by IMAN RAHAYU HS dan LUCIA CYRILLA ENSD.
One of the main tools that have to be considered for an intensive and
efficient laying hens maintenance was cage aspect. The purpose of this research
was to see the effect of cage treatment and the unit cost analysis of laying hens.
The observed parameters were feed consumption, egg weight, feed ratio
convertion, hen day production, egg exterior quality, and unit cost. The research
was done by complete randomized design with two cage treatment and 6
replication that containing 16 (cage) and 25 (litter) laying hens each. The data was
analized with Statistical Package for the Sosial Science (SPSS) programs by
independent sample T-test. The result showed that the cage treatment has
significantly differencies foward feed consumption, feed ratio convertion and eeg

cleanliness with dirty level below 25%. The significantly differencies in egg
weight and hen day have been showed in the first 2 and 3 observation weeks. The
best unit cost was the laying hens mainternance in cage system.
Key words: cage, hen day, laying hens, litter, unit cost

iii

PERFORMA AYAM RAS PETELUR PADA KANDANG
CAGE DAN LITTER

EDY SUSANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iv

v
Judul Skripsi : Performa Ayam Ras Petelur pada Kandang Cage dan Litter.
Nama
: Edy Susanto
NIM
: D14090039

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Iman Rahayu HS, MS
Pembimbing I

Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Perfonna Ayam Ras Petelur pada Kandang Cage dan Litter.
Nama
: Edy Susanto
NIM
: D14090039

Disetujui oleh

セ@ セェuサHLNM@

---


Ir Lucia Cyrifta ENSD, MSi
Pembimbing II

Prof Dr Ir Iman Rahayu HS, MS
Pembimbing I

,--

I

Prof Dr If Muladno, MSA
K'e tua Departemen

Tanggal Lulus: .,

7 Jゥセ@ ᄋ Q@ 2011

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala Karunia,
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Performa Ayam Ras Petelur pada Kandang Cage dan Litter. Terima
kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Ir Iman Rahayu HS, MS dan Ibu Ir
Lucia Cyrilla ENSD, MSi selaku pembimbing yang telah memberi fasilitas, saran
dan motivasi dalam proses penyelesaian tugas akhir ini. Terimakasih saya
haturkan kepada dewan penguji sidang Ibu Ir Niken Ulupi, MS, Ibu Dr Ir Widya
Hermana, MSi, dan Ibu Dr Ir Sri Darwati, MSi yang telah memberi banyak
masukan untuk menyempurnakan karya ilmiah ini.
Terima kasih pula kepada Ibu Maria Ulfah, SPt MScAgr selaku dosen
pembimbing akademik yang selalu memberi semangat dan masukan pada penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu, Adik dan
Marthasari Nuringati Agustya selaku kekasih hati yang selalu memberi doa,
semangat, dan nasihat kepada penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih
kepada Rajeng Muthia Ovitasari, Sarah Sellawatie, dan pegawai kandang yang
telah membantu penulis menyiapkan keperluan selama penelitian, kepada sahabat
tercinta (Ivan Noveanto, Irmawan Purpranoto, Agus Jaenudin, Lusia, Rina Sari
dan Rizka Normalita Sari) yang selalu memberi semangat, dukungan dan
bantuannya ketika diperlukan. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan
kepada sahabat kost di Wisma Alfath (Sigit, Nanang, Irfan, Oshi dan Umam) yang

selalu memberi semangat, juga kepada seluruh teman-teman dan sahabat IPTP 46
atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 15 Januari 2014
Edy Susanto

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan
Ternak
Pakan dan Air minum

Alat
Prosedur
Persiapan
Pemeliharaan
Rancangan dan Analisis data
Peubah yang diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Performa Produksi
Produksi Telur (Henday Production)
Berat Telur
Konsumsi Pakan
Konversi Pakan (FCR)
Kualitas Eksterior Telur
Mortalitas
Biaya Satuan (Unit Cost)
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


ii
ii
ii
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
4
4
5

5
6
6
7
7
8
8
10
10
11
12
13
15

ii

DAFTAR TABEL
1 Komposisi nutrisi pakan komplit ayam petelur dewasa
2 Rataan suhu dan kelembaban lingkungan penelitian
3 Data bobot badan awal ayam ras petelur
4 Pengaruh perlakuan terhadap performa ayam ras petelur
5 Pengaruh perlakuan terhadap kualitas eksterior ayam ras petelur
6 Biaya produksi ayam ras petelur pada kandang cage dan litter

2
5
5
6
9
10

DAFTAR GAMBAR
1
2

Kandang cage
Kandang litter

3
3

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

12
Hasil T-test performa ayam ras petelur pada minggu pertama
Hasil T-test performa ayam ras petelur pada minggu kedua
Biaya pemeliharaan pada kandang cage
Biaya pemeliharaan pada kandang litter
Biaya penyusutan peralatan pada kandang cage
Biaya penyusutan peralatan pada kandang litter
Perhitungan nilai unit cost

14
14
14
15
15
15
15

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam termasuk salah satu jenis unggas yang memiliki nilai komersial tinggi.
Ayam yang dibudidayakan di Indonesia dibedakan sebagai ayam lokal dan ayam
ras. Ayam ras adalah jenis ayam dari luar negeri yang bersifat unggul sesuai
dengan tujuan pemeliharaan, karena telah mengalami perbaikan mutu genetis.
Jenis ayam ini ada dua tipe yaitu tipe pedaging dan tipe petelur. Ayam ras tipe
petelur merupakan ayam ras final stock yang dihasilkan dari ayam ras bibit parent
stock untuk menghasilkan telur dalam jumlah yang banyak. Telur yang dihasilkan
dari ayam ini dikenal oleh masyarakat sebagai telur ayam komersial atau telur
konsumsi. Telur banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena harganya relatif
terjangkau dibandingkan dengan sumber protein lainnya, selain itu telur
merupakan bahan makanan yang memiliki nilai gizi tinggi karena telur ayam
mengandung kalori, protein, asam amino esensial, vitamin dan mineral.
Permintaan terhadap telur ayam ras terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Peningkatan permintaan tersebut tentunya harus diiringi dengan
kuantitas dan kualitas telur yang optimal. Perkembangan populasi ayam ras
petelur di Indonesia pada tahun 2012 menurut Direktorat Jenderal Peternakan
sebesar 130.539.437 ekor, sedangkan jumlah produksi telur yang dihasilkan
adalah sebesar 1.059.266 ton.
Sarana pokok yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan pemeliharaan
ayam ras petelur secara intensif dan efisien salah satunya adalah aspek
perkandangan. Pemilihan jenis kandang harus ditentukan agar menyenangkan dan
memberikan kebutuhan hidup yang sesuai bagi ayam yang berada di dalamnya.
Kandang yang nyaman dan memenuhi syarat-syarat perkandangan akan
memberikan dampak positif karena ternak menjadi tenang dan tidak stres.
Selanjutnya ternak akan memberikan imbalan produksi yang lebih baik bagi
peternak. Sistem perkandangan yang biasa digunakan untuk pemeliharaan ayam
berupa cage dan litter. Sistem kandang cage merupakan sistem lantai kandang
yang berbentuk celah dari bilah bambu atau kawat dengan ketinggian tertentu
sehingga kotoran dapat jatuh ke bawah. Sistem kandang litter disebut juga lantai
rapat, yaitu lantai yang permukaannya tidak diberi celah dan diberi hamparan
sekam atau bahan lainnya sebagai alas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
dilakukan pemeliharaan ayam ras petelur pada dua sistem kandang yang berbeda
yaitu kandang cage dan litter. Pada sistem kandang yang berbeda, diharapkan
terdapat perbedaan nilai produktivitas telur dan dapat diketahui managemen
pemeliharaan mana yang paling efisien secara teknis maupun ekonomis bagi ayam
ras petelur.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh perlakuan kandang cage
dan litter terhadap produksi telur, berat telur, konsumsi pakan, konversi pakan,
kualitas eksterior telur serta analisa biaya satuan (unit cost) pada ayam ras petelur.

2
Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup pemeliharaan ayam ras petelur
dengan kondisi pemeliharaan kandang yang berbeda. Ayam diberi dua perlakuan
kandang (cage dan litter) sebanyak enam ulangan yang masing-masing ulangan
perlakuan terdiri dari 16 dan 25 ekor. Ayam memiliki umur, varietas, jenis pakan
dan air minum yang sama. Penelitian ini ditekankan pada kajian performa yang
diperkirakan pada jenis kandang yang berbeda dapat mempengarui produktivitas
ayam ras petelur.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak
Unggas Blok B, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan dilaksanakan
selama 8 minggu mulai dari bulan April-Juni 2013.
Bahan
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam ras petelur umur
32 minggu strain Lohman dengan rataan bobot badan 1.60 ± 0.08 kg sebanyak
246 ekor. Sebanyak 96 ekor ditempatkan pada kandang cage dan 150 ekor
ditempatkan pada kandang litter.
Pakan dan Air minum
Pakan yang digunakan adalah pakan komplit ayam petelur produktif
berbentuk mash dengan merek dagang 105 yang di produksi oleh PT Gold Coin.
Komposisi bahan pakan yang terkandung didalamnya terdiri dari jagung kuning,
bungkil kacang kedelai, bungkil kacang tanah, tepung ikan, tepung daging, dedak
padi, pollard, vitamin, trace mineral dan antioxidant. Komposisi nutrisi pakan
dapat dilihat pada Tabel 1. Pemberian air minum pada ayam adalah dengan air
bersih yang berasal dari sumur yang terdapat di sekitar kandang unggas Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor dengan cara dimasukkan ke dalam tempat
minum yang diletakkan di dalam kandang secara ad libitum.
Tabel 1 Komposisi nutrisi pakan komplit ayam petelur dewasa*

Sumber:* PT Gold Coin Indonesia (2010)

3
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang cage dan
litter. Kandang cage yang digunakan terdiri dari tiga lantai dan dua bagian sisi
kandang yang terbuat dari besi serta dilengkapi dengan tempat pakan dan minum.
Kandang litter yang digunakan terdiri dari 6 unit bangunan kandang dilengkapi
dengan sekam padi, sangkar bertelur, tempat pakan dan minum manual. Peralatan
lain yang digunakan adalah timbangan duduk dengan kapasitas 5 kg, timbangan
digital, termometer basah dan kering, sekop, ember, tray, alat tulis dan lampu
penerangan. Gambar 1 dan 2 menunjukkan jenis kandang yang digunakan dalam
pemeliharaan ayam ras petelur.

Gambar 1 Kandang cage

Gambar 2 Kandang litter
Prosedur

Persiapan
Persiapan pemeliharaan yang dilakukan yaitu persiapan kandang, sanitasi
kandang, persiapan peralatan dan ternak. Kandang yang digunakan sebelumya
telah berisi ternak yang sama akan digunakan dalam penelitian. Pada kandang
cage dilakukan pembersihan dan perbaikan kandang dengan menambah papan
penampung kotoran yang terbuat dari plat besi dan tidak diberikan sekam.
Sedangkan pada kandang litter, kandang dibersihkan dan sekam yang kotor
diganti dengan sekam yang baru.
Tempat pakan dan air minum dibersihkan dari kotoran yang menempel.
Setelah itu sangkar bertelur dimasukkan ke dalam kandang. Ayam ditempatkan
pada dua jenis kandang. Sebanyak 96 ekor ditempatkan pada kandang cage yang
setiap lantai dan sisinya dijadikan sebagai ulangan dan berisi masing-masing 16
ekor ayam yang dibagi dalam empat cage dengan ukuran kandang panjang 2.46
m, lebar 0.52 m dan tinggi 0.57 m. Pada kandang litter sebanyak 150 ekor
ditempatkan pada enam buah kandang koloni yang setiap kandangnya di isi
sebanyak 25 ekor ayam dengan ukuran kandang panjang 2.83 m, lebar 2.36 m,
dan tinggi 3 m. Ayam diberi masa adaptasi selama 2 minggu sebelum
pengambilan data.
Pemeliharaan
Ayam yang digunakan berasal dari laboratorium lapang Ilmu Produksi
Ternak Unggas blok B yang dipelihara secara intensif. Pemberian pakan sebanyak
120 g/ekor/hari dilakukan dua kali sehari yaitu pagi pukul 07.00 WIB dan sore
pukul 16.00 WIB, apabila pakan yang diberikan habis maka akan ditambah
menjadi 125 g/ekor/hari.

4
Penimbangan sisa pakan dilakukan seminggu sekali pada pagi hari sebelum
pemberian pakan. Pengambilan data dilakukan selama enam minggu setiap pagi
dan sore hari dengan usia ayam pada saat pengambilan data pertama adalah 32
minggu. Data penunjang yang diambil yaitu suhu dan kelembaban kandang serta
bobot ayam pada awal pemeliharaan.
Rancangan dan Analisis data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan dua perlakuan kandang (cage dan litter) sebanyak enam ulangan
yang masing-masing ulangan perlakuan terdiri dari 16 dan 25 ekor ayam ras
petelur. Data produksi dianalisis menggunakan program Statistical Package for
the Sosial Science 16 (SPSS 16) tahun 2007. Data biaya untuk menentukan unit
cost dianalisis dengan membagi biaya total (TC) terhadap jumlah produk (Q) atau
TC/Q.
Data produksi yang dikumpulkan yaitu konsumsi pakan, berat telur ratarata, konversi pakan, hen day, dan kualitas eksterior telur. Uji perbedaan setiap
variabel antara kandang cage dan litter menggunakan uji Independent Sample Ttest dengan model uji T yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1995) adalah

Keterangan
Xi
: Rata-rata perlakuan ke-i
Xj
: Rata-rata perlakuan ke-j
S
: Simpangan baku
n
: Jumlah individu sampel
Do
: Selisih 2 rataan yang berbeda

√ ⁄

√ ⁄

Peubah yang diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah:
1. Hen day production (%)
Hen day production dihitung setiap hari selama penelitian dengan
membandingkan antara jumlah telur yang diproduksi dengan jumlah ayam
yang ada selama penelitian dikalikan 100%.
2. Berat telur (g/butir)
Berat telur dihitung berdasarkan hasil penimbangan telur setiap hari selama
pemeliharaan.
3. Konsumsi pakan (g/ekor/hari)
Konsumsi pakan diukur setiap minggu berdasarkan jumlah pakan yang
dikonsumsi selama pemeliharaan kemudian dihitung konsumsi pakan per hari.
4. Konversi pakan (FCR)
Konversi pakan dihitung dari pembagian jumlah pakan yang dikonsumsi
dengan bobot telur yang diperoleh selama satu minggu pengamatan.
5. Kualitas eksterior telur.
Kualitas eksterior yang diamati terdiri dari kebersihan dan keutuhan telur.
Kebersihan telur diklasifikasikan menjadi tingkat kotor 50%. Keutuhan telur terdiri dari telur retak, telur pecah dan telur abnormal
yang dihitung jumlahnya berdasarkan pengamatan di lapangan.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Selama penelitian data suhu lingkungan dan kelembaban diukur baik pada
kandang cage maupun litter. Suhu lingkungan dan kelembaban merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Suhu merupakan
ukuran untuk mengetahui intensitas panas sedangkan kelembaban adalah jumlah
uap air di udara (Yousef 1985). Data suhu dan kelembaban udara pada penelitian
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Rataan suhu dan kelembaban lingkungan penelitian
Kandang
Waktu
Suhu (oC) Kelembaban (%)
Pagi (07.00-08.00)
22 - 25
60 - 68
Cage
Siang (12.00-13.00)
27 - 35
41 - 62
Sore (16.00-17.00) 22 - 31
57 - 72
Pagi (07.00-08.00)
22 - 26
60 - 74
Litter
Siang (12.00-13.00)
27 - 35
41 - 87
Sore (16.00-17.00) 22 - 31
57 - 76
Suhu lingkungan rata-rata setiap kandang pada pagi dan sore hari lebih
rendah dibandingkan dengan suhu lingkungan pada siang hari. Sedangkan
kelembaban pada pagi dan sore hari lebih tinggi dibandingkan pada siang hari.
Menurut Yuwanta (2010) suhu lingkungan yang ideal bagi ayam ras petelur
berkisar antara 20 sampai 28 oC. dengan kelembaban 60%-70%. Gurnadi (1986)
menambahkan bahwa ayam petelur berkerabang coklat masih menampilkan
performa yang baik walaupun pada temperatur yang berfluktuasi antara 22.7
sampai 30.9 oC. Ternak akan berusaha menyesuaikan suhu tubuhnya terhadap
lingkungan dengan cara melakukan evaporasi ketika suhu lingkungan panas.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pagi dan sore hari kelembaban pada kandang
litter lebih tinggi dibandingkan pada kandang cage. Tingginya kelembaban pada
kandang litter dapat disebabkan konstruksi kandang yang kurang tepat dan
basahnya alas kandang sehingga sirkulasi udara dalam kandang tidak lancar.
Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap respon fisiologis dan tingkah laku
ayam sehingga akan berdampak terhadap produktivitas telur yang dihasilkan. Data
bobot badan awal ayam tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3 Data bobot badan awal ayam ras petelur
Ulangan
Keseragaman
Kandang
Rataan
(%)
1
2
3
4
5
6
Cage
1.61 1.67 1.68 1.65 1.71 1.67 1.66 ± 0.1
89
Litter
1.59 1.53 1.48 1.60 1.46 1.57 1.54 ± 0.1
83
Bobot badan awal ayam perlu diketahui untuk menentukan tingkat
keseragaman ayam pada setiap kandang. Keseragaman memiliki peranan penting
terhadap tingkat produktivitas ayam ras petelur. Tingkat keseragaman yang ideal
bagi pemeliharaan ayam ras petelur adalah minimal sebesar 80%.

6
Performa Produksi
Pengaruh pemeliharaan menggunakan kandang cage dan liter terhadap
performa ayam ras petelur pada periode produksi umur 32-38 minggu dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Pengaruh perlakuan terhadap performa ayam ras petelur

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P < 0.05)

Produksi Telur (Henday Production)
Henday Production merupakan salah satu peubah yang diamati dalam
penelitian ini dan memberikan informasi penting untuk mengetahui tingkat
produksi telur ayam. Berdasarkan standar Lohmann Tierzucht (2010) ayam
petelur strain Lohmann brown umur 32-38 minggu memiliki produksi telur ratarata sebesar 94.35%. Tabel performa ayam ras petelur menunjukkan peningkatan
produksi telur setiap minggu pemeliharaan. Peningkatan tertinggi terlihat pada
kandang cage di minggu pertama hingga minggu ketiga. Kemudian pada minggu
ke-4 hingga minggu ke-6 peningkatan masih terjadi namun tidak berbeda pada
setiap perlakuan.
Berdasarkan uji-t pemeliharaan pada kandang cage dan litter menunjukkan
hasil yang berbeda nyata pada minggu pertama hingga minggu ketiga, kemudian
tidak berbeda nyata pada akhir penelitian. Perbedaan tersebut disebabkan
kebutuhan energi untuk berproduksi masih belum terpenuhi, sehingga ayam pada
kandang litter membutuhkan waktu yang relatif lama untuk beradaptasi terhadap
lingkungan dan cekaman stres yang diterimanya saat persiapan kandang. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Amrullah (2004) bahwa ayam petelur yang
dipelihara dengan sistem litter memerlukan energi sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan yang dipelihara di dalam cage. Jacob et al. (2003)
menambahkan stres atau cekaman merupakan suatu kondisi yang mengganggu
kenyamanan ayam, sehingga proses produksi telur menjadi terganggu. Hasil uji-t
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada akhir penelitian. Hal tersebut
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kertasudjana (2003) yang
menyatakan bahwa produksi telur ayam ras petelur tipe medium tidak dipengaruhi
oleh sistem kandang (cage vs litter). Menurutnya bila dilihat dari konsumsi
energinya, ayam yang dipelihara dalam sistem cage rata-rata lebih rendah 5
kkal/ekor/hari dan konsumsi proteinnya lebih rendah 0.31 gram/ekor/hari.
Sehubungan dengan perbedaan konsumsi energi dan protein yang kecil tersebut,

7
maka produksi telur antara ayam yang dipelihara pada sistem litter dan cage tidak
berbeda.
Berat Telur
Berat telur secara umum dipengaruhi oleh ternak (umur ayam, dewasa
kelamin, saat peneluran, genetik), pakan (kandungan protein, mineral, dan
efisiensi terhadap pakan) dan lingkungan (cara pemeliharaan, cahaya dan
temperatur lingkungan) (Yuwanta 2010). Berdasarkan standar Lohmann Tierzucht
(2010) ayam petelur strain Lohmann brown yang berumur 32-38 minggu memiliki
berat telur rata-rata adalah 58.9 gram. Berat telur pada kandang cage dan litter
meningkat setiap minggunya. Peningkatan yang cukup tinggi ditunjukkan oleh
perlakuan pemeliharaan pada kandang cage.
Berdasarkan hasil uji-t menunjukkan bahwa pemeliharaan pada kandang
cage dan litter memberikan pengaruh yang berbeda pada minggu pertama dan
kedua, selanjutnya tidak berbeda pada minggu ketiga hingga minggu keenam
(Tabel 4). Pengaruh penggunaan kandang sistem cage dan litter dalam penelitian
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kertasudjana (2003) bahwa berat telur
ayam ras petelur tipe medium (Shaver) yang dipelihara dalam sistem cage dan
litter tidak berbeda. Perbedaan peningkatan bobot telur setiap minggunya
disebabkan oleh meningkatnya umur ayam. Hal ini sesuai dengan pendapat
Yuwanta (2010) bahwa ayam akan menghasilkan telur dengan ukuran dan berat
yang semakin besar seiring dengan bertambahnya umur ayam karena semakin
meningkatnya ukuran kuning telur.
Konsumsi Pakan
Konsumsi pada umumnya diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang
dimakan oleh ternak, kandungan zat makanan didalamnya digunakan untuk
mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan produksi ternak tersebut
(Tillman et al. 1998). Konsumsi ayam petelur coklat adalah 110 gram/ekor/hari
dengan kandungan protein 16.5% dan energi metabolis 2 900 kkal/kg (NRC 1994).
Berdasarkan standar Lohmann Tierzucht (2010) konsumsi pakan ayam petelur
strain Lohmann brown adalah 110-120 g/ekor/hari pada kandang sistem cage dan
115-125 g/ekor/hari pada kandang sistem litter. Tabel performa ayam ras petelur
menunjukkan bahwa nilai konsumsi pakan pada perlakuan kandang litter lebih
tinggi dibandingkan dengan kandang cage. Berdasarkan hasil uji-t pemeliharaan
pada kandang cage dan litter memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
konsumsi pakan.
Perlakuan pemeliharaan menggunakan kandang litter meningkatkan
konsumsi pakan dari minggu pertama hingga minggu ke enam pemeliharaan. Hal
ini terjadi karena pada kandang litter ruang gerak ayam sangat terbuka. Ayam
bebas bergerak sehingga energi yang dibutuhkan untuk berproduksi tinggi. Ayam
pada kandang cage memiliki ruang gerak yang terbatas sehingga energi yang
dibutuhkan untuk berproduksi rendah. Akibatnya, pakan yang dikonsumsi untuk
memenuhi energi lebih tinggi pada kandang litter. Menurut Kertasudjana dan
Supriyatna (2006), ayam mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan
energinya. Wahju (2004) menambahkan bahwa energi yang dikonsumsi oleh
ayam digunakan untuk pertumbuhan jaringan tubuh, produksi, melakukan
aktivitas fisik dan mempertahankan temperatur tubuh yang normal.

8
Konversi Pakan (FCR)
Konversi pakan erat kaitannya dengan konsumsi pakan dan produksi telur
selama penelitian. Konversi pakan dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
pakan, semakin rendah nilai konversi pakan yang diperoleh berarti semakin
efisien ternak tersebut dalam menggunakan pakan untuk menghasilkan produk
(Rasyaf 2000). Nilai konversi pakan pada perlakuan kandang litter lebih tinggi
dibandingkan dengan kandang cage (Tabel 4). Penurunan konversi pakan terjadi
pada kandang litter di minggu pertama hingga minggu keenam dan mendekati
nilai konversi pakan pada kandang cage di minggu keempat hingga nilainya tidak
berbeda pada minggu ke enam. Hal ini terjadi karena pada saat pemeliharaan di
minggu pertama dan kedua konsumsi pakan pada kandang litter selalu habis,
sehingga diputuskan untuk menambah jumlah pakan yang diberikan dari 120
g/ekor/hari menjadi 125 g/ekor/hari pada minggu ketiga dan keempat. Kemudian
konsumsi diturunkan kembali pada minggu kelima dan keenam menjadi 120
g/ekor/hari dengan pertimbangan efisiensi dan ayam tidak kegemukan. Pakan
selalu tersisa pada kandang cage, sehingga tidak dilakukan penambahan pakan.
Perbedaan nilai konversi pakan yang cukup besar terjadi pada kandang litter
di minggu pertama karena pada saat itu produksi telur masih rendah hampir pada
seluruh ulangan sehingga menyebabkan nilai konversinya besar. Rendahnya
produksi telur diduga terjadi karena ayam masih mengalami stress saat persiapan
kandang terutama saat penggantian alas litter dan penggantian jenis sarang
bertelur yang baru (Gambar 2) sehingga ayam memerlukan waktu yang cukup
lama untuk beradaptasi terhadap lingkungan kandang yang baru. Berdasarkan
hasil uji-t pemeliharaan pada kandang cage dan litter memberikan pengaruh yang
berbeda pada pengamatan minggu pertama hingga minggu kelima. Nilai konversi
pakan pada minggu keenam tidak memperlihatkan adanya perbedaan. Artinya
efisiensi penggunaan pakan baik pada kandang cage dan litter tidak berbeda
karena adanya keseimbangan antara ransum yang dimakan dan produksi yang
dihasilkan. Berdasarkan standar Lohmann Tierzucht (2010) ayam petelur strain
Lohmann brown memiliki konversi pakan sebesar 2.0 – 2.1 pada kandang sistem
cage dan 2.1 – 2.2 pada kandang sistem litter.
Kualitas Eksterior Telur
Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa definisi kualitas adalah
ciri-ciri atau sifat yang sama dari suatu produk yang menentukan derajat
kesempurnaan yang akan mempengaruhi penerimaan konsumen. Pengaruh
pemeliharaan menggunakan kandang cage dan liter terhadap kualitas eksterior
telur ayam ras petelur pada periode produksi umur 32-38 minggu dapat dilihat
pada Tabel 5.

9
Tabel 5 Pengaruh perlakuan terhadap kualitas eksterior telur ayam ras petelur

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P < 0.05)

Jacob et al. (2009) menyatakan bahwa kualitas eksterior telur antara lain
ditentukan oleh cangkangnya, yaitu meliputi kebersihan, bentuk, tekstur, dan
keutuhan. Keutuhan cangkang dinilai berdasarkan ada tidaknya retak pada
cangkang sehingga sangat tergantung pada ketebalan dan kekuatan cangkang.
Kekuatan cangkang berkaitan dengan suplai kalsium yang diperoleh saat proses
pembentukan cangkang.
Hasil uji-t menunjukkan bahwa kebersihan telur pada tingkat kotor dibawah
25% berbeda setiap minggunya kecuali pada minggu kelima. Tingkat kotor telur
antara 25 sampai 50% menunjukkan hasil yang berbeda pada minggu ke- 3, 5 dan
6. Tingkat kotor diatas 50% menunjukkan perbedaan pada minggu ke-5. Tingkat
kotor pada telur sangat dipengaruhi oleh kebersihan alas kandang. Alas kandang
yang basah dan kotoran yang menumpuk pada kandang litter menjadi penyebab
kerabang telur menjadi kotor. Pecahnya telur di dalam sarang bertelur juga
menjadi sebab kotornya telur karena dapat mengkontaminasi telur yang lainnya.
Walaupun tipe alas kandang cage berlubang masih ditemui telur yang kotor baik
pada tingkat kotor 25% sampai diatas 50%. Hal ini terjadi karena beberapa
kotoran ayam tersangkut pada celah besi dan menyebabkan telur yang awalnya
bersih terkontaminasi kotoran yang menempel pada besi. Selain itu kotornya telur
disebabkan juga oleh telur yang tidak langsung menggelinding ke tempat
penampungan telur, melainkan tersangkut pada bagian celah besi yang
menyebabkan telur terkontaminasi langsung oleh kotoran ayam yang keluar pada
saat itu. Menurut Dwiloka (2002) pada saat ditelurkan, umumnya telur masih
bersih. Kebersihan telur ini sangat bergantung pada kebersihan alas kandang atau
tempat (sarang) bertelur, kebersihan peralatan pengumpul telur, kebersihan tangan,
pemisahan telur yang retak atau tipis kulitnya dengan telur yang utuh.
Kualitas eksterior yang diamati berikutnya pada setiap perlakuan adalah
keutuhan telur yang berdasarkan jumlah telur retak, telur pecah dan telur
abnormal. Telur retak merupakan telur cacat yang hanya terjadi pada bagian
kerabangnya saja tidak sampai ke selaput. Sedangkan telur pecah merupakan telur
yeng mengalami kerusakan di lapisan kerabang dan selaput dalam telur sehingga
menyebabkan isi bagian dalam telur keluar. Telur abnormal merupakan telur yang
bentuknya menyimpang dari bentuk normal telur pada umumnya. Telur abnormal

10
yang ditemui selama penelitian adalah telur yang bentuknya sangat kecil seperti
telur puyuh hingga telur berukuran sangat besar yang memiliki dua kuning telur
jika dipecah. Berdasarkan hasil uji-t menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan
jumlah telur retak, telur pecah dan telur abnormal pada setiap perlakuan dari
minggu pertama hingga minggu keenam pemeliharaan.
Mortalitas
Angka kematian ternak merupakan penentu keberhasilan dalam manajemen
pemeliharaan. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kematian ternak
diantaranya adalah stres akibat lingkungan kandang, penyakit, keracunan, dan
manajemen pemeliharaan yang kurang tepat. Unggas sangat rentan terhadap
angka kematian yang tinggi. Hal ini terjadi karena unggas memiliki kepekaan
yang tinggi terhadap perubahan kualitas pakan dan keadaan lingkungan.
Selama penelitian, ayam ras petelur pada kandang cage dan litter masingmasing mati sebanyak satu ekor. Kematian pada kandang cage terjadi diakhir
minggu kedua saat pengambilan data. Kematian tersebut terjadi karena ayam
mengalami sakit pada bagian saluran pencernaan. Hal ini terlihat saat ayam mati
terlihat di duburnya luka yang sangat lebar seperti melepuh, sedangkan pada
kandang litter ayam mati pada minggu keempat saat pengambilan data. Kematian
tersebut terjadi karena sebelum mati ayam menunjukkan kesehatan yang semakin
menurun hingga pada akhirnya ayam tersebut mati. Penyebab kematian diketahui
setelah peneliti melakukan pembedahan pada organ dalam. Kematian tersebut
terjadi karena pada saluran reproduksi ditemukan telur yang pecah dan membusuk
sehingga dapat mengganggu kesehatan ayam tersebut.
Biaya Satuan (Unit Cost)
Unit cost (biaya satuan) merupakan biaya yang dihitung untuk menentukan
satu satuan produk. Untuk menghitung besarnya unit cost, total biaya dibagi
dengan jumlah produksi (Kurnia 1995). Total biaya produksi pada kandang cage
dan litter selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Biaya produksi ayam ras petelur pada kandang cage dan litter
Biaya
Cage
Litter
Variabel Tetap
1. Penyusutan kandang
Rp 138 462 Rp 375 000
2. Penyusutan peralatan
Rp 35 000
Rp 114 058
3. Penyusutan ternak
Rp 320 000 Rp 500 000
Total biaya tetap
Rp 493 895 Rp 989 058
Biaya Variabel
1. Pakan
Rp 2 516 800 Rp 3 993 600
2. Tenaga kerja
Rp 654 000 Rp 871 000
3. Obat-obatan dan vitamin
Rp 40 000
Rp 60 000
4. Sekam
Rp 0
Rp 144 000
Total biaya variabel
Rp 3 210 800 Rp 5 068 600
Biaya Total
Rp 3 704 695 Rp 6 057 658
Unit cost (per kg telur)
Rp 19 602
Rp 23 756

11
Tabel 6 menunjukkan nilai unit cost per ekor selama 6 minggu penelitian
yang telah menghabiskan biaya pada kandang cage sebesar Rp 3 704 695 dan
menghasilkan telur sebanyak 189 kilogram dengan unit cost Rp 19 602 per
kilogram telur. Sedangkan pada kandang litter telah menghabiskan biaya sebesar
Rp 6 057 658 dan menghasilkan telur sebanyak 255 kilogram dengan unit cost
Rp 23 756 per kilogram telur. Dengan demikian, diketahui unit cost yang paling
efisien dalam pemeliharaan adalah dengan unit cost yang paling rendah yaitu
pemeliharaan pada kandang cage. Unit cost pada kandang litter cukup besar
namun memiliki keunggulan jika ditinjau dari aspek kesejahteraan hewan.
Menurut Dallas (2006) dan WSPA (1997), kesejahteraan hewan (animal welfare)
dapat diukur dengan indikator lima kebebasan (five freedom), yaitu : (1) bebas
dari haus dan lapar (freedom from hunger and thist); (2) bebas dari rasa tidak
nyaman (freedom from discomfort); (3) bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit
(freedom from pain, injury and disease); (4) bebas untuk mengekspresikan
perilaku normal (freedom to expres normal behavior); dan (5) bebas dari rasa
takut dan stres (freedom from fear or distress). Jika dibandingkan pemeliharaan
pada kandang cage dan litter, selama pengamatan pada kandang litter ayam dapat
bergerak bebas untuk mengekspresikan perilaku normal dan berproduksi lebih
banyak. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk menerapkan kesejahteraan hewan
pada unggas terutama ayam ras petelur memang membutuhkan biaya yang tidak
sedikit (costly) karena membutuhkan jenis kandang yang dapat memenuhi aspek
animal welfare.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ayam ras petelur strain Lohman brown yang dipelihara dalam kandang
sistem cage dan litter berpengaruh terhadap konsumsi pakan, FCR dan kebersihan
telur pada tingkat kotor dibawah 25%. Produksi telur, berat telur, dan keutuhan
telur tidak dipengaruhi oleh sistem kandang. Berdasarkan analisis biaya satuan
(unit cost), maka pemeliharaan ayam menggunakan sistem kandang cage
merupakan yang paling efisien dibandingkan dengan sistem kandang litter.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jangka waktu pengamatan
yang lebih lama dan menggunakan sistem kandang alternatif lainnya.
Pemeliharaan menggunakan kandang sistem cage perlu ditambahkan sekam pada
alas penampung kotoran untuk memudahkan penanganan dan mengurangi kadar
amoniak.

12

DAFTAR PUSTAKA
Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Ed ke-3. Bogor (ID): Lembaga Satu
Gunungbudi.
Dallas S. 2006. Animal Biology and Care. 2nd Revised Edition. Inggris (GB):
Oxford.
Dwiloka B. 2002. Teknik pemilihan bahan baku untuk pembuatan produk hasil
ternak. [Makalah Seminar]. Ungaran (ID): Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Tengah.
Gurnadi K. 1986. Pengaruh imbangan protein dan energi dalam ransum terhadap
performans dua galur ayam petelur tipe medium [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Jacob JP, Wilson HR, Miles RD, Mather FB. 2003. Factors affecting egg
production in backyard chicken flocks. Florida (US): University of Florida
Jacob JP, Miles RD, Mather FB. 2009. Egg Quality. Gainesville (US):
Institute of Food and Agricultural Sciences.
Kertasudjana R. 2003. Restricted feeding and its implication on the performance
of medium type layers at second production phase. J Indon Trop Anim
Agric 28(2).
Kertasudjana R, Supriyatna E. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Kurnia I. 1995. Analisis tarif rawat inap. [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas
Gajah Mada.
Lohman Tierzucht. 2010. Lohmann brown–classic layers product
performance.[internet]. [diunduh 2013 Oktober 05]. Tersedia pada:
http://www.ltz.de/produkte/Layers/LOHMANN-BROWN-CLASSIC/
[NRC] National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9th
Revised Edition. Washington (US): National Academy Pr.
Rasyaf M. 2000. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Romanoff AL, Romanof AJ. 1963. The Avian Egg. Ed ke-2. New York (GB):
John Willey & Sons Inc
Steel RG, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. Sumantri B,
penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan
dari: Principles and procedures of statistics.
Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Lebdosoekojo. 1998. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada Pr.
Wahju J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Ed ke-5. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah
Mada Pr.
[WSPA] World Society for the Protection Animals. 1997. Welfare Assessment
and Five Freedoms. Bristol (GB): Bristol University.
Yousef MK. 1985. Stress Physiology in Livestock. Volume III. Florida (US): CRC
Press. Inc. Boca Raton.
Yuwanta T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah
Mada Pr.

13

LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil T-test performa ayam ras petelur pada minggu pertama

Lampiran 2 Hasil T-test performa ayam ras petelur pada minggu kedua

Lampiran 3 Biaya pemeliharaan pada kandang cage

14
Lampiran 4 Biaya pemeliharaan pada kandang litter

Lampiran 5 Biaya penyusutan peralatan pada kandang cage

Lampiran 6 Biaya penyusutan peralatan pada kandang litter

Lampiran 7 Perhitungan unit cost

15

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 1 Februari 1991.
Penulis adalah putra pertama dari 2 bersaudara pasangan Suwarno dan Mersih.
Pendidikan sekolah menengah dimulai dari tahun 2003 di SMP Negeri 12 Bekasi
sampai tahun 2006. Pendidikan lanjutan menengah atas ditempuh pada tahun
2006 sampai tahun 2009 di SMA Yayasan Pendidikan Islam “45” Bekasi. Penulis
diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan terdaftar
sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menempuh pendidikan menengah penulis aktif dalam organisasi
OSIS dan Pramuka. Penulis juga bergabung dalam keanggotaan Club Cinta Air di
Bekasi. Selama di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan antara lain
sebagai anggota Kelompok Pecinta Alam (KEPAL-D) dan Himpunan Mahasiswa
Produksi Ternak (HIMAPROTER) Staf Departemen Informasi dan Komunikasi.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum Teknologi Pengolahan Telur dan
Daging Unggas serta pernah mengikuti pelatihan penerapan Hazard Analysis and
Critical Control Points (HACCP) pada Agroindustri Peternakan pada tahun 2012.