Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik pada Yayasan Bina Sarana Bakti Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI SAYURAN
ORGANIK PADA YAYASAN BINA SARANA BAKTI
KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR

GITTA SESTIKA FERTIANA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pendapatan
Usahatani Sayuran Organik pada Yayasan Bina Sarana Bakti Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Gitta Sestika Fertiana
NIM H34090063

ABSTRAK
GITTA SESTIKA FERTIANA. Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik
pada Yayasan Bina Sarana Bakti Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh SUHARNO.
Permintaan sayuran organik yang tinggi serta adanya program pemerintah
mengenai Go Organic menjadikan sayuran organik berpeluang untuk
dikembangkan oleh produsen sayuran di Indonesia dan Yayasan Bina Sarana
Bakti (YBSB) adalah salah satunya. YBSB belum mampu memenuhi permintaan
wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli sehingga berkeinginan
meningkatkan skala usaha dalam rangka meningkatkan produksi. Selama ini
YBSB belum dapat menilai tingkat pendapatan yang diperolehnya dari
mengusahakan kelima komoditi tersebut, padahal hal tersebut diperlukan untuk
menganalisis apakah skala usaha jenis-jenis sayuran tersebut layak ditingkatkan
atau tidak. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

rencana peningkatan skala usaha terhadap kelima komoditi tersebut layak untuk
dijalankan bila dilihat dari analisis pendapatan usahatani dan analisis R-C rasio.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa komoditi wortel, bayam hijau, dan selada
cos layak untuk ditingkatkan skala usahanya karena cukup menguntungkan,
sementara caisin dan brokoli perlu dipertimbangkan kembali untuk ditingkatkan
skala usahanya karena kurang menguntungkan.
Kata Kunci: Pendapatan usahatani, sayuran organik

ABSTRACT
The high demand of organic vegetables and government’s program
concerned in ‘Go Organic’ is an opportunity for the producers to develop organic
vegetables in Indonesia, whereas Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB) is one of
them. Until present, YBSB is not able to fulfill the consumer’s demand of certain
organic vegetables, such as carrot, green spinach, caisin, cos lettuce, and broccoli;
therefore YBSB plan to increase its bussiness scale to increase the production.
YBSB has not been able to calculate the income levels of those vegetables, which
is needed to analyze whether the bussiness is feasible to increase or not. Hence the
purpose of this research is to analyze the feasibility of YBSB’s plan to increase its
bussiness scale through farm income and R-C ratio analysis. The results of this
research concluded that the plan to increase the bussiness scale of carrot, green

spinach, and cos lettuce is feasible to run because they are profitable, meanwhile
YBSB has to consider the plan to increase the bussiness scale of caisin and
broccoli because they are less profitable.
Keywords: Farm income, organic vegetables

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI SAYURAN
ORGANIK PADA YAYASAN BINA SARANA BAKTI
KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR

GITTA SESTIKA FERTIANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik pada Yayasan
Bina Sarana Bakti Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor
Nama
: Gitta Sestika Fertiana
NIM
: H34090063

Disetujui oleh

Dr Ir Suharno, MAdev
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen


Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Terima kasih
penulis ucapkan kepada Dr Ir Suharno, MAdev selaku dosen pembimbing, Dr
Amzul Rifin, SP, MA selaku dosen penguji utama, dan Ir Narni Farmayanti, MS
selaku dosen penguji Departemen Agribisnis. Terima kasih juga disampaikan
kepada Ir Lukman M. Baga, MAEc selaku wali akademik selama penulis
menjalani masa perkuliahan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. YP.
Sudaryanto selaku Direktur Eksekutif Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB), Bapak
Thomas Wendorise Rakam selaku Manajer Pendidikan dan Latihan YBSB, Bapak
R.M Yoga Purwanto selaku Manajer Pertanian Organis dan Pasar YBSB, Bapak
Andreas selaku Kepala Bidang Pasar YBSB, Bapak Mumuh selaku Koordinator
Wilayah 2 YBSB, dan Ibu Felicitas, AK selaku Penanggung Jawab Asrama
YBSB serta seluruh pihak dari YBSB yang telah membantu selama pengumpulan
data dan penelitian.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua tercinta Sigit
Sukopriyono dan Eka Trimahdalina, adik tercinta Egy Ramadhan Z serta seluruh
keluarga atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya kepada penulis selama

ini. Terima kasih juga kepada seluruh sahabat (Natasha Christdavina, Chairun
Nisa, Intan Mega P, Fadhila A, Faathira Ajeng P, Intan Wiyanti, Khonsa Tsabita,
Susanti, Tursina Andita P, Kukuh Prakoso, Muhammad Yunus, Haris Fathori A,
Riadi Antasa) dan teman-teman, khususnya keluarga besar Agribisnis 46 dan
HIPMA atas segala doa, bantuan, dan dukungannya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014
Gitta Sestika Fertiana

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Pertanian Organik
Gambaran Umum Sayuran
Kajian Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
GAMBARAN UMUM YAYASAN BINA SARANA BAKTI
Sejarah, Lokasi, Visi dan Misi Yayasan Bina Sarana Bakti
Manajemen dan Struktur Organisasi Yayasan Bina Sarana Bakti
Deskripsi Sumberdaya Yayasan Bina Sarana Bakti
Permodalan dan Fasilitas Produksi Yayasan Bina Sarana Bakti
Pola Tanam Usahatani Sayuran Organik Yayasan Bina Sarana Bakti

Sistem Pemasaran Sayuran Organik Yayasan Bina Sarana Bakti
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK
Keragaan Usahatani Sayuran Organik
Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

ix
x
x
xi
1
1
3
5
5
5

6
6
7
15
15
15
19
21
21
22
22
23
26
26
27
29
32
33
36
37

37
70
81
81
82
82
91

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

12
13
14
15
16
17
18

Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku periode tahun
2007-2010
Permintaan dan Produksi Beberapa Sayuran Organik di Yayasan Bina
Sarana Bakti Tahun 2012
Kandungan wortel per 100 gram berdasarkan DKBM
Kandungan bayam per 100 gram berdasarkan DKBM
Kandungan caisin per 100 gram berdasarkan DKBM
Kandungan selada per 100 gram berdasarkan DKBM
Kandungan brokoli per 100 gram
Komponen analisis pendapatan usahatani
Jumlah Tenaga Kerja di Yayasan Bina Sarana Bakti Berdasarkan Jenis
Kelamin Tahun 2012
Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja di Yayasan Bina Sarana Bakti
Tahun 2012
Jumlah Tenaga Kerja di Yayasan Bina Sarana Bakti Berdasarkan
Golongan Umur Tahun 2012
Penerimaan usahatani wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli
per 1000 m2 di Yayasan Bina Sarana Bakti tahun 2012
Komponen biaya usahatani wortel per 1000 m2 di Yayasan Bina Sarana
Bakti tahun 2012
Komponen biaya usahatani bayam hijau per 1000 m2 di Yayasan Bina
Sarana Bakti tahun 2012
Komponen biaya usahatani caisin per 1000 m2 di Yayasan Bina Sarana
Bakti tahun 2012
Komponen biaya usahatani selada cos per 1000 m2 di Yayasan Bina
Sarana Bakti tahun 2012
Komponen biaya usahatani brokoli per 1000 m2 di Yayasan Bina Sarana
Bakti tahun 2012
Penerimaan, biaya, pendapatan, dan R/C pada wortel, bayam hijau,
caisin, selada cos, dan brokoli per 1000 m2 di Yayasan Bina Sarana Bakti
tahun 2012

2
4
9
11
12
13
14
25
30
30
31
71
72
74
75
76
77

79

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Lokasi produsen sayuran organik di Indonesia tahun 2010
Kerangka pemikiran operasional
Bagan struktur organisasi Yayasan Bina Sarana Bakti
Gambar ukuran bedengan sayuran organik di Yayasan Bina Sarana
Pola tanam sayuran organik di Yayasan Bina Sarana Bakti
Benih wortel varietas lokal YBSB
(a) Rincian gambar bambu (b) foto pemakaian naungan di YBSB
Benih caisin varietas lokal YBSB
Benih selada cos varietas lokal YBSB

3
21
28
34
36
38
41
43
46

10 (a) Benih brokoli varietas Royal Green tampak depan (b) Benih brokoli
varietas Royal Green tampak belakang
11 Gambar beberapa pola jarak tanam wortel
12 Proses penaburan benih wortel sepanjang alur
13 Wortel grade B
14 Proses pencucian wortel menggunakan air jernih yang mengalir
15 Wortel grade A yang sudah dikemas
16 Gambar beberapa pola jarak tanam bayam hijau
17 Bayam hijau grade A yang sudah dikemas
18 (a) Alat cetak soil block (b) proses pencetakan media tanam menggunakan
alat cetak soil block
19 Gambar beberapa pola tanam caisin
20 Gambar beberapa pola tanam selada cos
21 Selada cos grade A yang sudah dikemas
22 Gambar beberapa pola tanam brokoli
23 Brokoli grade A yang sudah dikemas

48
52
52
54
55
56
57
59
61
62
65
67
68
70

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Permintaan dan Produksi 25 sayuran organik di Yayasan Bina Sarana
Bakti tahun 2012
Analisis pendapatan usahatani dan R/C wortel per 1000 m2
diYayasan Bina Sarana Bakti tahun 2012
Analisis pendapatan usahatani dan R/C bayam hijau per 1000 m2
di Yayasan Bina Sarana Bakti tahun 2012
Analisis pendapatan usahatani dan R/C caisin per 1000 m2
di Yayasan Bina Sarana Bakti tahun 2012
Analisis pendapatan usahatani dan R/C selada cos per 1000 m2
di Yayasan Bina Sarana Bakti tahun 2012
Analisis pendapatan usahatani dan R/C brokoli per 1000 m2
di Yayasan Bina Sarana Bakti tahun 2012

84
86
87
88
89
90

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi trend baru
dalam pola hidup masyarakat. Perkembangan zaman menuntut pola hidup
masyarakat untuk semakin peduli terhadap keamanan dan kesehatan pangan.
Masyarakat mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia
sintetis dalam pertanian, sehingga masyarakat semakin arif dalam memilih bahan
pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan1. Gaya hidup
masyarakat yang mengutamakan kesehatan dan keamanan pangan salah satunya
dibuktikan dengan memilih bahan pangan yang memiliki residu kimia kecil
bahkan produk yang alami. Pertanian organik adalah salah satu jawaban tepat
dalam pangan yang sehat dan aman karena secara prinsip pertanian pertanian
organik merupakan pertanian yang sistem budidayanya tidak menggunakan input
berbahan kimia sintetik seperti pupuk, pestisida, serta zat penumbuh lainnya
(Pracaya 2012). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk
pertanian organik dunia meningkat pesat (Mayrowani 2012).
Studi yang dilakukan Willer (2010) yang diacu dalam Mayrowani (2012)
menyatakan peningkatan yang cukup pesat juga dapat dilihat pada luasan lahan
pertanian organik di dunia selama kurun waktu 10 tahun (1999-2009). Pada tahun
1999, luas lahan pertanian organik hanya 11 juta ha dan meningkat kurang lebih
tiga kali lipat selama kurun waktu 10 tahun yakni menjadi 37.2 juta ha.
Disamping itu, berdasarkan data International Federation of Organic Agriculture
Movement (IFOAM) (2009) yang diacu dalam Mayrowani (2012), diperkirakan
perdagangan produk organik dunia telah mencapai USD $46.1 milyar pada tahun
2007 dan diramalkan akan semakin pesat di masa depan dengan pertumbuhan
rata-rata sekitar 20% per tahun (Deptan 2007).
Peningkatan permintaan akan produk pangan organik dunia tersebut
ditangkap sebagai sebuah peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan
pertanian organik. Hal tersebut menjadi dasar diberlakukannya Program Pertanian
Organik dengan visi Go Organic 2010 oleh Departemen Pertanian (Deptan 2007).
Berdasarkan Road Map Pengembangan Pertanian Organik yang disusun oleh
Departemen Pertanian (2007), tujuan dari program Go Organic 2010 adalah selain
untuk menghasilkan pangan aman dan berkualitas baik, meningkatkan pendapatan
petani karena adanya pemanfaatan sumberdaya lokal dan nilai tambah produk,
serta menjaga produktivitas sumberdaya pertanian yang berkelanjutan dan
terhindar dari pencemaran terhadap lingkungan hidup, program Go Organic 2010
juga diberlakukan dengan tujuan menjadikan Indonesia sebagai salah satu
produsen pangan dan pertanian organik di pasar komoditas pertanian organik
dunia karena permintaan dunia yang cenderung meningkat terhadap produk
pertanian organik.
Tren positif kegiatan pertanian organik di tingkat nasional dapat dilihat dari
peningkatan luas areal pertanian organik di Indonesia. Pada tahun 2011, Aliansi
Organis Indonesia (AOI) yang merupakan anggota dari IFOAM menyatakan
1

http://www.organicindonesia.org/05infodata-news.php?id=464

2

bahwa luas area pertanian organik Indonesia tahun 2010 adalah 238 872.24 ha.
Luasan tersebut mengalami peningkatan sebesar 10% dari tahun 2009, dimana
pada tahun 2009 luas area pertanian organik Indonesia sebesar 214 985 ha. Selain
itu di Indonesia permintaan akan produk pertanian organik tumbuh sangat pesat.
Pada tahun 2006, pertumbuhan permintaan domestik mencapai 600 persen
dibandingkan tahun sebelumnya. Permintaan ini setara dengan US$5-6 juta atau
sekitar Rp45-46 miliar.
Produk pertanian organik yang dikembangkan di Indonesia diantaranya
adalah sayuran, buah-buahan, beras, dan telur. Hasil survei yang dilakukan AOI
pada tahun 2007 menunjukkan bahwa pasar hasil pertanian organik didominasi
oleh sayuran dan berdasarkan hasil survei yang dilakukan AOI tahun 2010
sayuran merupakan produk utama yang paling banyak dikembangkan dan menjadi
primadona untuk produk organik yang biasa dikonsumsi. Di sisi lain sayuran
merupakan kelompok komoditas hortikultura yang menyumbangkan presentase
PDB kedua terbesar setelah kelompok komoditi buah-buahan. Berikut adalah data
nilai PDB hortikultura tahun 2007-2010 pada Tabel 1.
Tabel 1 Nilai PDBa hortikultura berdasarkan harga berlaku periode tahun 20072010b
Nilai PDBc

Komoditas
Sayuran
Buah-buahan
Florikultura
Biofarmaka

2007
25.587
42.362
4.741
4.105

2008
28.205
47.060
5.085
3.853

2009
30.506
48.437
5.494
3.897

2010
31.244
45.482
6.172
3.665

Rata-rata
Pertumbuhan per
Tahund
2007-2010
6.94
7.92
9.21
-10.95

a

Produk Domestik Bruto; bSumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2011); cNilai PDB (Rp
Miliar); dRata-rata pertumbuhan (persen)

Tabel 1 menunjukkan bahwa sayuran menghasilkan PDB terbesar kedua
setelah buah-buahan, selain itu terjadi peningkatan tiap tahunnya dari tahun 2007
hingga tahun 2010. Peningkatan tersebut mengindikasikan bahwa sayuran
merupakan komoditi yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan 2010 yang diacu dalam Wiyanti
(2013), jumlah konsumsi sayuran pada tahun 2005 sebesar 139.13 gram/kap/hari,
tahun 2006 139.96 gram/kap/hari, tahun 2007 sebesar 158.26 gram/kap/hari,
tahun 2008 sebesar 154.3 gram/kap/hari, dan tahun 2009 sebesar 136.29
gram/kap/hari. Berdasarkan data tersebut, terlihat adanya peningkatan jumlah
konsumsi sayuran (gram/kapita/hari), meskipun pada tahun 2009 mengalami
penurunan dari tahun 2008 namun secara garis besar memiliki kecenderungan
meningkat dengan laju pertumbuhan konsumsi sebesar 0.59 persen dari 2005
sampai dengan 2009.
Sayuran merupakan salah satu komoditi yang menjadi target pemerintah
untuk dikembangkan secara organik (Deptan 2007). Adanya peluang akan
pertumbuhan pertanian organik, pertumbuhan konsumsi sayuran, serta program

3

pemerintah mengenai Go Organic 2010 tersebut menjadikan komoditi sayuran
organik berpeluang untuk dikembangkan oleh produsen sayuran di Indonesia.

Perumusan Masalah
Peluang akan pertumbuhan pertanian organik, pertumbuhan konsumsi
sayuran, serta program pemerintah mengenai Go Organic 2010 dimanfaatkan oleh
produsen sayuran untuk berbisnis sayuran organik, sehingga saat ini semakin
banyak produsen sayuran organik bermunculan.

9%
5%
Jawa Barat

5%

Jawa Timur
Jawa Tengah

13%

Sumatera Barat
68%

Lainnya

Gambar 1 Lokasi produsen sayuran organik di Indonesia tahun 2010a
a

Sumber: Aliansi Organis Indonesia (2010)

Berdasarkan Gambar 1, produsen sayuran organik di Indonesia tersebar di
beberapa provinsi diantaranya Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera
Barat, dan lainnya. Jawa Barat merupakan provinsi yang paling banyak
mengusahakan sayuran organik dibandingkan dengan provinsi lainnya.
Berdasarkan data Statistik Pertanian Organik Indonesia 2010 (AOI 2010),
produsen sayuran organik di Jawa Barat berjumlah 43 produsen. Kabupaten
Bogor merupakan kabupaten yang paling banyak mengusahan sayuran organik,
yaitu berjumlah 27 produsen (AOI 2010).
Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB) merupakan salah satu produsen sayuran
organik yang ada di Kabupaten Bogor dan juga sebagai salah satu pionir
pengembangan pertanian organik di Indonesia. YBSB mengusahakan kurang
lebih sebanyak 60 komoditi sayuran organik pada tahun 2012, namun komoditi
yang diutamakan dan memiliki permintaan yang cukup tinggi berjumlah 25
komoditi (Lampiran 1). Dari 25 komoditi sayuran yang diutamakan tersebut,
terdapat 5 komoditi sayuran yang memiliki permintaan paling tinggi dan
diunggulkan oleh YBSB. Kelima komoditi tersebut yaitu wortel, bayam hijau,
caisin, selada cos, dan brokoli. Permintaan yang tinggi tersebut dapat dilihat dari
tingginya selisih antara pemintaan dengan produksi yang ditawarkan. Permintaan
dan produksi kelima komoditi sayuran tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

4

Tabel 2 Permintaan dan produksi wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan
brokoli di Yayasan Bina Sarana Bakti tahun 2012a
Komoditib
Permintaan

Wortel

Bayam
Hijau
510.0
510.0
638.0
510.0
638.0
510.0
510.0
638.0
510.0
510.0
638.0
510.0

Caisin

Selada Cos

Januari
2 024.0
520.0
398.0
Februari
2 024.0
520.0
398.0
Maret
2 530.0
650.0
497.0
April
2 024.0
520.0
398.0
Mei
2 530.0
650.0
497.0
Juni
2 024.0
520.0
398.0
Juli
2 024.0
520.0
398.0
Agustus
2 530.0
650.0
497.0
September
2 024.0
520.0
398.0
Oktober
2 024.0
520.0
398.0
November
2 530.0
650.0
497.0
Desember
2 024.0
520.0
398.0
Produksi
Januari
1 055.0
34.0
103.1
128.2
Februari
807.5
95.5
72.2
138.4
Maret
696.5
142.8
112.9
182.8
April
817.0
175.4
122.0
196.9
Mei
1 000.5
392.2
132.2
118.8
Juni
933.0
216.7
138.4
200.9
Juli
1 091.5
68.8
122.8
167.2
Agustus
1 089.0
69.3
135.6
187.2
September
839.0
55.1
51.9
156.1
Oktober
768.5
76.6
41.4
78.6
November
544.0
90.1
59.0
141.9
Desember
136.3
49.3
115.6
63.9
a
Sumber : Diolah dari data Yayasan Bina Sarana Bakti (2012); bKomoditi (Kg)

Brokoli
558.0
558.0
697.0
558.0
697.0
558.0
558.0
697.0
558.0
558.0
697.0
558.0
46.7
22.5
23.7
26.0
39.3
38.9
43.8
8.9
1.0
0.7
14.6
17.7

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa permintaan wortel, bayam hijau,
caisin, selada cos, dan brokoli sangat tinggi sementara produksinya sangat rendah.
YBSB belum mampu memenuhi permintaan kelima sayuran organik tersebut
setiap bulannya. Kenyataan tersebut membuat YBSB berkeinginan untuk
meningkatkan produksi dalam rangka memenuhi permintaan yaitu dengan cara
meningkatkan skala usaha atau menambah luasan lahan budidaya. Rencana
penambahan luasan lahan budidaya tersebut dilakukan dengan pertimbangan
bahwa YBSB memiliki lahan tidur yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
skala usahanya.
Selama ini YBSB belum dapat menilai tingkat pendapatan yang
diperolehnya dari mengusahakan wortel, bayam hijau, caisin, selada cos dan
brokoli, sementara nilai pendapatan tersebut dibutuhkan sebagai informasi
mengenai gambaran usahatani dari kelima komoditi tersebut dan sebagai salah
satu bahan pertimbangan YBSB dalam mengambil keputusan peningkatan skala
usaha. Oleh sebab itu penelitian ini melakukan analisis pendapatan usahatani
untuk mengetahui apakah rencana peningkatan skala usaha terhadap kelima
komoditi tersebut layak untuk dijalankan bila dilihat dari besarnya pendapatan
usahatani.

5

Berdasarkan hal tersebut, maka masalah penelitian yang terkait dengan
analisis pendapatan usahatani sayuran organik di Yayasan Bina Sarana Bakti
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana keragaan usahatani wortel, bayam hijau, caisin, selada cos,
dan brokoli di Yayasan Bina Sarana Bakti?
2. Berapa besarnya tingkat pendapatan usahatani wortel, bayam hijau,
caisin, selada cos, dan brokoli di Yayasan Bina Sarana Bakti?
3. Apakah rencana peningkatan skala usaha pada wortel, bayam hijau,
caisin, selada cos, dan brokoli layak untuk dijalankan?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan tersebut, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui keragaan usahatani wortel, bayam hijau, caisin, selada cos,
dan brokoli di Yayasan Bina Sarana Bakti
2. Mengetahui besarnya tingkat pendapatan usahatani wortel, bayam hijau,
caisin, selada cos, dan brokoli di Yayasan Bina Sarana Bakti
3. Mengetahui rencana peningkatan skala usaha pada wortel, bayam hijau,
caisin, selada cos, dan brokoli layak atau tidak layak untuk dijalankan

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak. Bagi
Yayasan Bina Sarana Bakti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi
yang bermanfaat tentang kegiatan usahatani yang telah dilakukan sehingga
menghasilkan pertimbangan keputusan yang bijaksana dan tepat dalam rangka
meningkatkan produksi dan keuntungan. Bagi pembaca diharapkan dapat
menambah wawasan tentang sayuran organik serta dapat menjadi referensi untuk
penelitian selanjutnya. Manfaat bagi peneliti yaitu mengetahui perkembangan
pertanian organik, serta sebagai implementasi ilmu usahatani yang telah
didapatkan dibangku kuliah untuk menganalisis permasalahan yang ada.

Ruang Lingkup Penelitian
Sehubungan dengan keterbatasan waktu serta kemampuan dalam melakukan
penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada:
1. Komoditi yang dikaji adalah lima jenis sayuran organik yang ditanam oleh
Yayasan Bina Sarana Bakti dan memiliki permintaan tertinggi dibandingkan
jenis sayuran organik lainnya.
2. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai analisis pendapatan
yang diperoleh Yayasan Bina Sarana Bakti dari kegiatan usahatani wortel,
bayam hijau, caysin, selada cos, dan brokoli.

6

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Pertanian Organik
Pertanian organik memiliki definisi yang dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang. Definisi menurut regulasi pertanian organik adalah proses budidaya
yang tata caranya sesuai dengan prosedur standar produksi organik yang telah
disahkan oleh pihak-pihak yang mendapat otoritas sertifikasi resmi baik di tingkat
nasional ataupun internasional tentang pertanian organik yang tertuang dalam
Codex Alimentarius Guidlines for The Production, Processing, Labelling and
Marketing of Organically Produced Foods (Saragih 2008). Di Indonesia yang
disebut dengan pertanian organik ditetapkan dengan SNI (Standar Nasional
Indonesia) melalui BSN SNI 6729:2010.
BSN SNI 6729-2010 merupakan hasil revisi yang menggantikan SNI
sebelumnya yaitu BSN SNI 01-6729-2002. Menurut BSN (2010) pertanian
organik adalah sistem manajemen produksi holistik yang meningkatkan dan
mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus
biologi dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik menekankan penerapan
praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan penggunaan input dari
limbah kegiatan budidaya dilahan, dengan mempertimbangkan daya adaptasi
terhadap keadaan atau lokasi setempat. Hal tersebut dapat dicapai dengan
menggunakan (bila memungkinkan) cara-cara kultural, metode biologis dan
mekanis yang merupakan kebalikan dari penggunaan bahan-bahan sintetik untuk
memenuhi kebutuhan khusus dalam sistem.
Menurut organisasi masyarakat sipil internasional (IFOAM) pertanian
organik adalah pertanian yang memiliki empat prinsip yaitu prinsip kesehatan,
prinsip ekologi, prinsip keadilan, dan prinsip perlindungan. Prinsip kesehatan
yakni pertanian organik harus melestarikan dan menyehatkan tanah, tanaman,
hewan, manusia, dan bumi sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan. Prinsip ini
menunjukkan bahwa kesehatan individu dan komunitas tidak dapat dipisahkan
dari kesehatan ekosistem. Tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman yang
sehat yang akan mendukung kesehatan hewan dan manusia karena kesehatan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan. Prinsip ekologi
menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis.
Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola sistem
pertanian, pembangunan habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian.
Pelaku organis yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi
produk-produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi
lingkungan secara umum, termasuk didalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman
hayati, udara dan air. Prinsip keadilan menyatakan bahwa pertanian organik harus
membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan
lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Prinsip ini menekankan bahwa pelaku
organis yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang
manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak disegala
tingkatan seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen.
Prinsip perlindungan menyatakan bahwa dalam melakukan pertanian organik
pengelolaan harus dilakukan secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk

7

melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta
lingkungan hidup. Para pelaku pertanian organik harus melakukan efisiensi dan
produktifitas tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraan.
Prinsip-prinsip tersebut mengilhami gerakan organik dengan segala
keberagamannya dan menjadi panduan bagi pengembangan posisi, program, dan
standar-standar IFOAM. Prinsip-prinsip tersebut harus digunakan secara
menyeluruh dan dibuat sebagai prinsip-prinsip etis yang mengilhami tindakan2.
Definisi pertanian organik berdasarkan filosofis bahwa pertanian organik
merupakan jalan harmonisasi. Pertanian organik didefinisikan dari arti kata
“organ” (Inggris), “organo” atau “ergon” (Yunani) yang berarti instrument atau
alat untuk menyelesaikan sesuatu atau “kerja yang menghasilkan kenyataan”.
Dalam pengertian ini, organ-organlah yang memungkinkan organisme bisa hidup
dan organisme yang hidup itulah yang mampu memelihara organ-organnya.
Hubungan antara organ dan organisme inilah yang disebut dengan organis.
Organis diartikan sebagai kerjasama yang saling mendukung, melengkapi, dan
saling menguntungkan sehingga setiap tindakan organis bersifat membangun
bukan merusak3. Dalam bahasa Indonesia organ adalah bagian tubuh yang bekerja
saling berhubungan dalam satu tubuh dan bekerja menghasilkan kerja yang
harmoni. Oleh sebab itu filosofi organik adalah alat untuk mengharmonisasikan
kerja semua komponen ekologis. Pertanian organik juga dapat didefinisikan
sebagai alat perjuangan mengembalikan keseimbangan hayati dengan melawan
sistem pertanian intensif penggunaan kimia sintetik yang merusak keseimbangan
lingkungan (Saragih 2008).
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pertanian organik
merupakan sistem produksi pertanian yang tetap menjaga keseimbangan
lingkungan dengan menjaga siklus lainnya serta menyediakan produk-produk
pertanian yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen dengan
mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau membatasi penggunaan
bahan kimia sintetis.

Gambaran Umum Sayuran
Jenis sayuran dapat dikelompokkan menjadi tiga macam berdasarkan bagian
yang dapat dikonsumsi, yaitu sayuran buah, sayuran daun, dan sayuran umbi
(Supriati dan Herliana 2011). Sayuran buah merupakan jenis tanaman yang
memanfaatkan bagian buahnya untuk dikonsumsi. Jenis sayuran ini memiliki
waktu yang lama untuk berbuah karena tanaman ini harus mengalami masa
vegetatif (pertumbuhan daun) terlebih dahulu kemudian masa berbuah. Sayuran
daun merupakan jenis tanaman yang memanfaatkan bagian daunnya untuk
dikonsumsi. Selain daunnya, pada umumnya batang bagian atas dan pucuk daun
ikut serta dikonsumsi. Sayuran umbi merupakan jenis tanaman yang bagian
umbinya dapat dikonsumsi. Bagian yang dapat dikonsumsi pada sayuran umbi
berada di bagian tanah sehingga yang terlihat hanya bagian daunnya saja. Oleh

2

http://biocert.or.id/infoguide-info.php?id=76
http://bsb-agatho.org/web/?page_id=658

3

8

karena itu sebelum dikonsumsi terlebih dahulu harus dicuci agar terbebas dari
kontaminasi tanah (Supriati dan Herliana 2011).
Berdasarkan tempat tumbuhnya, tanaman sayuran dapat digolongkan
menjadi dua jenis, yaitu tanaman sayuran dataran tinggi dan tanaman sayuran
dataran rendah (Setiawan 1995). Tanaman sayuran dataran tinggi lebih banyak
jumlahnya dibandingkan tanaman sayuran dataran rendah sebab sebagian besar
tanaman sayuran memerlukan daerah yang bersuhu dingin. Tanaman sayuran
dataran tinggi memerlukan suhu lingkungan pertumbuhan yang rendah (dingin)
(Setiawan 1995).
Wortel (Daucus carrota L.)
Wortel merupakan tanaman sayuran yang termasuk ke dalam jenis tanaman
semak, dan dapat tumbuh baik pada musim kemarau maupun musim hujan.
Tanaman ini berupa rumput yang menyimpan cadangan makanan dalam bentuk
umbi didalam tanah. Wortel memiliki batang yang pendek dan berakar tunggang
yang fungsinya berubah menjadi umbi bulat dan memanjang. Bagian umbi yang
berwarna kemerah-merahan inilah yang dikonsumsi (Setiawan 1995). Tanaman
wortel memiliki daun majemuk bergaris-garis (lanset) dengan empat sampai tujuh
tangkai daun yang berukuran panjang. Tanaman wortel memiliki tangkai daun
yang agak tebal dan kaku namun permukaan daunnya halus. Bagian batang wortel
sangat kecil sehingga kadang hampir tidak terlihat. Batang wortel biasanya
memiliki diameter 1 cm sampai 1,5 cm, memiliki tekstur yang keras dan bulat
serta tidak berkayu. Batang wortel juga tidak bercabang tetapi ditumbuhi tangkai
daun sehingga seolah-olah terlihat mempunyai cabang. Klasifikasi ilmiah wortel
adalah sebagai berikut4 :
Divisi
: Spermatophyta (tanaman berbiji)
Sub Divisi
: Angiospermae (biji berada dalam buah)
Kelas
: Dicotyledon
Ordo
: Umbelliferales
Family
: Umbelliferae
Genus
: Daucus
Species
: Daucus carota L
Berdasarkan bentuk umbinya, tanaman wortel terbagi menjadi tiga tipe,
yaitu tipe imperator, tipe chantenay, dan tipe nantes (Supriati dan Herliana 2011).
Wortel tipe imperator memiliki umbi yang berbentuk bulat panjang dengan ujung
runcing seperti kerucut. Wortel dengan tipe ini biasanya pada bagian umbi
tumbuh akar serabut. Wortel tipe chantenay memiliki bentuk yang bulat panjang
dan memiliki ujung yang tumpul. Pada wortel tipe ini biasanya tidak tumbuh akar
serabut pada umbinya. Wortel tipe nantes merupakan peralihan dari kedua tipe
tersebut (Supriati dan Herliana 2011).
Wortel merupakan tanaman subtropis yang memerlukan suhu dingin (22-24o
C), lembab, dan cukup sinar matahari. Di Indonesia, kondisi seperti ini biasanya
terdapat didaerah berketinggian antara 1.200-1.500 m dpl. Wortel dianjurkan
untuk ditanam pada tanah yang subur, gembur, dan kaya humus dengan pH antara
5,5-6,5 (Supriati dan Herliana 2011).

4

http://akardanumbi.blogspot.com/2013/01/klasifikasi-tanaman-wortel.html

9

Wortel sudah lama dikenal sebagai sayuran yang banyak mengandung
vitamin A. Hal tersebut dikarenakan kandungan karoten (provitamin A) wortel
sebagai bahan pembentuk vitamin A sangat tinggi (Setiawan 1995). Berdasarkan
DKBM5 kandungan wortel dengan bobot 100 gram dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Kandungan wortel per 100 gram berdasarkan DKBMa
Kandungan
BDD
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Vit A
Vit B1
Vit C
Air
a

Jumlah

Satuan
88.00
42.00
1.20
0.30
9.30
39.00
37.00
0.80
12.00
0.06
6.00
88.20

%
Kal
G
G
G
Mg
Mg
Mg
IU
Mg
Mg
G

Sumber: diolah dari DKBM5

Wortel segar mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, serat, abu, nutrisi
antikanker, gula alamiah (fruktosa, sukrosa, dektrosa, laktosa, dan maltosa),
mineral (kalsium, fosfor, besi, kalium, natrium, magnesium, mangan, sulfur,
tembaga, kromium, glutation), vitamin (A, B1, B6, C, E, dan K), pektin, biotin,
asam folat, carotenoids (beta karoten, alpha karoten, lutein, likopen), phytofluene,
umbeliferone, caffeic acid, chlorogenic acid, crallic acid, luteolin-7-glucoside,
pyrrolidine, serta asparagine (Dalimartha dan Adrian 2011).
Sebuah wortel ukuran sedang mengandung sekitar 15 000 IU beta karoten.
Beta karoten merupakan antioksidan yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan
jantung, mencegah dan menekan pertumbuhan sel kanker, mencegah
teroksidasinya asam lemak tidak jenuh ganda, menjaga kesehatan kulit,
menghambat proses penuaan, serta memperbaiki ketajaman penglihatan yang
kurang pada malam hari (buta senja) (Dalimartha dan Adrian 2011).
Bayam (Amaranthus hybridus)
Bayam merupakan tanaman annual (semusim) yang berasal dari daerah
Amerika Tropis. Tanaman ini memiliki batang utama yang tegak dengan beberapa
cabang lateral membentuk semak. Tinggi tanaman bayam dapat mencapai 150 cm.
Bayam memiliki batang yang berair dan kurang berkayu serta berwarna hijau dan
ada pula yang berwarna kemerahan. Daun tanaman bayam bertangkai, berbentuk
bulat telur, lemas, berwarna hijau, merah, atau keputihan. Bunga bayam berbentuk
bulir, keluar dari ketiak daun dan ujung percabangan. Biji bayam berukuran kecil
dan berwarna hitam. Bayam yang dijual di pasaran dan biasa dikonsumsi sebagai
5

Direktorat Gizi. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Departemen Kesehatan RI

10

sayuran dikenal dengan bayam cabut dan bayam petik. Bayam petik berdaun lebar
dan tumbuh tegak besar (hingga dua meter), sementara daun bayam cabut
berukuran lebih kecil dan ditanam untuk waktu singkat yaitu paling lama 25 hari.
Bayam petik biasanya berasal dari jenis A. hybridus (bayam kakap) dan bayam
cabut terutama diambil dari A. tricolor. Bayam A. tricolor memiliki batang
berwarna kemerah-merahan atau hijau keputih-putihan, dan memiliki bunga yang
keluar dari ketiak cabang. Jenis-jenis lainnya yang juga dimanfaatkan adalah A.
spinosus (bayam duri) dan A. blitum (bayam kotok) (Supriati dan Herliana 2011).
Klasifikasi ilmiah bayam adalah sebagai berikut6:
Kingdom
: Plantae (tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (tanaman berbiji)
Divisi
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida(berkeping dua/dikotil)
Ordo
: Caryophyllales
Family
: Amaranthaceae(suku bayam-bayaman)
Genus
: Amaranthus
Species
: Amaranthus hybridus L.
Meskipun tanaman bayam lebih banyak ditanam didataran tinggi, tetapi
bayam mempunyai kemampuan hidup hampir di setiap tempat baik di dataran
rendah maupun tinggi. Bayam menghendaki tanah yang subur dan gembur.
Derajat keasaman (pH) yang diinginkan tanaman ini berkisar antara 6-7. Pada
tanah yang memiliki pH diatas atau dibawah kisaran tersebut, bayam akan tumbuh
kurang baik, tidak subur atau mudah terserang penyakit. Tanaman bayam cocok
ditanam di dataran tinggi dengan curah hujan 1.500 mm per tahun. Tanaman
bayam memerlukan cahaya matahari penuh. Kebutuhan akan sinar matahari untuk
tanaman bayam cukup besar. Pada tempat yang terlindungi (ternaungi),
pertumbuhan bayam menjadi kurus dan meninggi akibat kurang mendapat sinar
matahari penuh. Suhu udara yang sesuai untuk tanaman bayam berkisar antara 1620 derajat Celcius. Kelembapan udara yang cocok antara 40-60 persen. Tanaman
bayam menghendaki tanah yang gembur dan subur. Jenis tanah yang sesuai adalah
tanah yang kandungan haranya terpenuhi (Setiawan 1995).
Bayam sudah lama dikenal oleh masyarakat sebagai tanaman sayuran yang
mempunyai rasa enak, lunak, dan dapat memberikan rasa dingin di perut
(Setiawan 1995). Bayam mengandung protein (asam amino lisin dan methionine),
lemak, karbohidrat, serat, mineral (kalsium, kalium, magnesium, mangan, fosfor,
besi, dan zink), vitamin (A, B1, B2, dan C), karoten, niasin, folat, amarantin, rutin,
purin, tanin, dan asam oksalat. Pigmen pada bayam hijau kaya akan klorofil yang
termasuk dalam golongan flavonoid. Klorofil berkhasiat antioksidan yang
berfungsi menetralkan gangguan radikal bebas sehingga mencegah DNA sel
bermutasi menjadi ganas. Klorofil juga berkhasiat mempercepat penyembuhan
luka. Secara umum, bayam dapat meningkatkan kerja ginjal dan fungsi hati serta
baik untuk pencernaan. Kandungan protein bayam yang tinggi dan adanya
kandungan gizi penting lainnya akan memperkuat sistem imun dan merupakan
sumber energi (Dalimartha dan Adrian 2011). Berdasarkan DKBM5 kandungan
bayam dengan bobot 100 gram dapat dilihat pada Tabel 4.
6

http://hooobies.blogspot.com/2011/08/bayam.html

11

Tabel 4 Kandungan bayam per 100 gram berdasarkan DKBMa
Kandungan
BDD
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Vit A
Vit B1
Vit C
Air
a

Jumlah
71.00
36.00
3.50
0.50
6.50
267.00
67.00
4.00
6.09
0.08
80.0
86.9

Satuan
%
Kal
G
G
G
Mg
Mg
Mg
IU
Mg
Mg
G

Sumber: diolah dari DKBM5

Caisin (Brassica juncea)
Caisin termasuk ke dalam famili Cruciferae yang merupakan tanaman
semusim berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Batang caisin
pendek, lebih langsing daripada tanaman petsai. Caisin memiliki akar tunggang
dengan banyak akar samping yang dangkal. Bunga caisin mirip dengan petsai,
tetapi rangkaian tandannya lebih pendek. Kuntum bunga caisin berukuran kecil
dengan warna kuning pucat spesifik. Biji caisin berukuran kecil dan berwarna
hitam kecoklatan. Biji terdapat dalam kedua sisi dinding sekat polong yang gemuk
(Supriati dan Herliana 2011). Klasifikasi ilmiah caisin adalah sebagai berikut7:
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rhoedales (Brassicales)
Famili
: Cruciferae (Brassicaceae)
Genus
: Brassica
Spesies
: Brassica juncea
Caisin sebenarnya bukan tanaman khas dataran tinggi, hal tersebut karena
caisin dapat ditanam di dataran tinggi maupun di dataran rendah dengan
ketinggian sekitar 5-1.200 m dpl. Ketinggian tempat yang memberikan
pertumbuhan optimal pada tanaman caisin adalah 100-500 m dpl. Namun
demikian, umumnya caisin diusahakan di dataran rendah yaitu di pekarangan, di
ladang, atau di sawah. Caisin termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap
hujan sehingga dapat ditanam sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau
disediakan air yang cukup untuk penyiraman. Keadaan tanah yang dikehendaki
adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, dan memiliki drainase yang
baik. Derajat keasaman (pH) tanah yang dibutuhkan sekitar 6-7 (Supriati dan
Herliana 2011).
7

http://zuldesains.wordpress.com/2008/01/11/budidaya-tanaman-sawi/

12

Sayuran ini merupakan salah satu sayuran yang sangat digemari oleh
banyak orang karena mudah diperoleh dan mudah dijadikan bahan untuk
membuat masakan. Berdasarkan DKBM5 kandungan caisin dengan bobot 100
gram dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kandungan caisin per 100 gram berdasarkan DKBMa
Kandungan
BDD
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Vit A
Vit B1
Vit C
a

Jumlah
100.00
20.00
1.70
0.40
3.40
123.00
40.00
1.90
0.00
0.04
3.00

Satuan
%
Kal
G
G
G
Mg
Mg
Mg
IU
Mg
Mg

Sumber: diolah dari DKBM5

Caisin sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada
penderita batuk. Caisin juga dapat digunakan sebagai penyembuh sakit kepala,
bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan
memperlancar pencernaan7.
Selada (Lactuca sativa)
Selada merupakan salah satu tanaman yang biasa ditanam didaerah dingin
maupun tropis. Selada daun memiliki daun yang berwarna hijau segar, tetapi ada
juga yang berwarna merah. Tepi daun selada bergerigi atau berombak. Daun
selada lebih enak jika dikonsumsi dalam keadaan mentah. Varietas selada daun
yang baik diantaranya yaitu New York, Imperial, Great Lakes, dan Pennlake
(Supriati dan Herliana 2011). Klasifikasi ilmiah selada adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae (Compositae)
Genus
: Lactuca
Spesies
: Lactuca sativa
Suhu optimal bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25oC. Jenis tanah
yang disukai selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang
masih mengandung humus. Meskipun demikian, selada masih toleran terhadap
tanah yang miskin hara, asalkan diberikan pengairan dan pupuk organik yang
memadai. Sebaiknya selada ditanam di tanah yang bersifat netral, hal tersebut
dikarenakan apabila tanah asam membuat daun selada menjadi berwarna kuning
(Supriati dan Herliana 2011).

13

Tanaman selada terbagi menjadi tiga jenis yaitu selada mentega, selada
tutup, dan selada potong. Selada mentega atau selada telur (kropsla) memiliki
bentuk krop yang bulat, tetapi keropos (lepas). Seleda mentega memiliki rasa
yang enak dan lunak sehingga paling banyak digemari untuk dikonsumsi.
Keunggulan selada mentega dibandingkan selada jenis lainnya adalah selada
mentega tidak mudah rusak sehingga dapat dikirim ke tempat yang jauh. Selada
tutup (rangu) memiliki bentuk krop yang bulat, agak padat, dan memiliki rasa
yang renyah. Sementara selada potong memiliki krop yang lonjong atau bulat
panjang. Memiliki rasa yang enak namun agak liat (Supriati dan Herliana 2011).
Berdasarkan DKBM5 kandungan selada dengan bobot 100 gram dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6 Kandungan selada per 100 gram berdasarkan DKBMa
Kandungan
BDD
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Vit A
Vit B1
Vit C
a

Jumlah

Satuan
69.00
15.00
1.20
0.20
2.90
22.00
25.00
1.00
0.54
0.04
8.00

%
Kal
G
G
G
Mg
Mg
Mg
IU
Mg
Mg

Sumber: diolah dari DKBM5

Selada merupakan sumber yang baik bagi klorofil dan vitamin K. Selada
kaya akan garam mineral dengan unsur-unsur alkali yang sangat mendominasi.
Selada berdaun kaya akan lutein dan beta karoten serta juga memasok vitamin C
dan K, kalsium, serat, folat, dan zat besi. Vitamin K berfungsi membantu
pembekuan darah. Meskipun semua varietas selada memiliki kalori rendah,
namun memiliki kandungan gizi yang berbeda. Selada Romain (Cos) yang
memiliki nutrisi paling padat dan merupakan sumber vitamin A, B1, B2, dan C,
asam folat, mangan dan kromium. Sedangkan selada merah memiliki warna
merah yang didapatkan dari pigmen yang disebut antosianin. Pigmen ini berfungsi
sebagai antioksidan yang menghilangkan radikal bebas yang merusak sel8.
Brokoli (Brassica oleraceae L. Kelompok Italica)
Brokoli merupakan tanaman yang hidup pada cuaca dingin. Bagian brokoli
yang dimakan adalah kepala bunga berwarna hijau yang tersusun rapat seperti
cabang pohon dengan tangkainya yang berdaging tebal. Sebagian besar kepala
bunga dikelilingi dedaunan. Brokoli mirip dengan kembang kol, namun brokoli
8

http://manfaatnyasehat.blogspot.com/2013/07/manfaat-kandungan-khasiat-daunselada.html

14

berwarna hijau sedangkan kembang kol berwarna putih (Setiawan, 1995).
Klasifikasi ilmiah brokoli adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Capparales
Famili
: Brassicaceae
Genus
: Brassica
Spesies
: Brassica oleracea Var Italica
Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini adalah daerah yang
terletak pada ketinggian 1.000-2.000 m dpl. Sedangkan tekstur tanah yang
dikehendaki adalah tanah liat berpasir serta banyak mengandung bahan organik.
Curah hujan yang diinginkan berkisar antara 1.000-1.500 cm per tahun. Curah
hujan ini harus merata sepanjang tahun. Pada umumnya, brokoli menyukai iklim
yang dingin atau sejuk, namun ada beberapa varietas yang tahan pada iklim panas
meskipun kuntum bunganya akan membuka lebih awal dibandingkan varietas
yang ditanam didaerah beriklim sejuk (Setiawan, 1995).
Brokoli merupakan salah satu sayuran yang paling bermanfaat bagi
kesehatan karena mengandung gizi yang lengkap. Sayuran ini menawarkan
berbagai manfaat bagi kesehatan seperti meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit dan mencegah kanker. Kandungan gizi yang yang terdapat pada 100
gram brokoli dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Kandungan brokoli per 100 gram
Kandungan
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalium
Kolesterol
Serat
Gula
Sodium

Jumlah
34.00
2.82
0.37
6.64
316.00
0.00
2.60
1.70
33.00

Satuan
Kkal
G
G
G
Mg
Mg
G
G
Mg

Dengan kandungan gizi brokoli tersebut, brokoli mempunyai khasiat anti
kanker, antioksidan, antistres, dan meningkatkan ketersediaan energi. Kandungan
sulforaphane pada brokoli juga efektif membantu tubuh melenyapkan
Helicobacter pylori yaitu kuman penyebab tukak lambung. Brokoli dapat
mempercepat proses penyembuhan setelah sakit berat dengan cara meningkatkan
dan memperkuat energi, mencegah kebutaan akibat degenerasi makula dan
membantu mengeluarkan racun (Dalimartha dan Adrian 2011).

15

Kajian Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik
Tujuan utama dari kegiatan bisnis adalah mendapatkan keuntungan dari
penjualan hasil produksi, hal tersebut juga dilakukan dalam kegiatan bisnis pada
subsektor agribisnis atau usahatani. Salah satu yang menjadi ukuran keberhasilan
suatu usahatani adalah pendapatan usahatani yang pada umumnya digunakan
untuk mempresentasikan kesejahteraan petani dari usaha yang dijalankan.
Penelitaan Wahyuni (2007) menghitung analisis usahatani beberapa sayuran
organik yaitu wortel, bayam hijau, brokoli, dan caisin di Mega Surya Organic
Kecamatan Mega Mendung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa usahatani keempat sayuran organik tersebut menguntungkan
berdasarkan hasil analisis R-C rasio atas biaya tunai maupun R-C rasio atas biaya
total. R-C rasio atas biaya tunai wortel sebesar 3.98, bayam hijau sebesar 3.32,
brokoli sebesar 3.52, dan caisin sebesar 3.28. Sedangkan R-C rasio atas biaya total
wortel sebesar 1.69, caisin sebesar 2.39, brokoli sebesar 1.09, dan bayam hijau
sebesar 1.49.
Penelitian Yanti (2007) dilakukan dengan menganalis usahatani sayuran
bayam dan selada keriting di Matahari Farm Kecamatan Cisarua Kabupaten
Bogor. Berdasarkan hasil analisis R-C rasio atas biaya tunai maupun R-C rasio
atas biaya total, kedua komoditi tersebut cukup menguntungkan untuk
diusahakan. R-C rasio atas biaya tunai bayam sebesar 1.01 dan selada keriting
sebesar 1.05, sedangkan R-C rasio atas biaya total sebesar bayam sebesar 1.01,
dan selada keriting sebesar 1.04.
Pertiwi (2008) menghitung analisis usahatani sayuran organik terhadap
komoditi brokoli di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm” Kabupaten
Cianjur Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima komoditi
tersebut menguntungkan berdasarkan hasil analisis R-C rasio atas biaya tunai
maupun R-C rasio atas biaya total. R-C rasio atas biaya tunai maupun R-C rasio
atas biaya total brokoli sebesar 4.95 dan 1.30.
Sejumlah penelitian tentang analisis pendapatan yang telah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya memiliki persamaan dan perbedaan dari penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini dengan penelitian sebelumnya memiliki
kesamaan yaitu menganalisis sayuran organik pada perusahaan, namun memiliki
perbedaan dalam memilih lokasi penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh
peneliti, Wahyuni (2007), dan Yanti (2007) sama-sama dilakukan di Kabupaten
Bogor namun pada kecamatan yang berbeda, sedangkan penelitian yang dilakukan
Pertiwi (2008) dilakukan di Kabupaten Cianjur.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pengertian Usahatani
Ilmu usahatani didefinisikan oleh Suratiyah (2006) sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor
produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan

16

manfaat yang sebaik-baiknya. Menurut Hernanto (1996) ilmu ini mempelajari hal
ikhwal intern usahatani yang meliputi organisasi, operasi, pembiayaan, dan
penjualan, perihal usahatani itu sebagai unit atau satuan produksi dalam
keseluruhan organisasi. Soekartawi (1995) mendefinisikan usahatani sebagai ilmu
yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada
secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Menurut Prawirokusumo (1990) dalam Suratiyah (2006) selain untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi, ilmu usahatani juga mempelajari bagaimana
membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien. Dapat disimpulkan
bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengkoordinir
dan mengkombinasikan semua sumber daya yang memiliki dengan efisien serta
pengambilan keputusan yang tepat agar memperoleh hasil dan keuntungan yang
maksimal pada waktu tertentu.
Soeharjo (1978) dalam Hernanto (1996) mengklasifikasikan usahatani
tanaman pangan berdasarkan lima hal dibawah ini yaitu :
1. Pola Usahatani
Klasifikasi menurut pola usahatani pada dasarnya menggolongkan usahatani
berdasarkan macam lahannya. Pola pokok usahatani tani terdiri dari dua,
yaitu pola usahatani lahan basah atau sawah dan pola usahatani lahan kering.
2. Tipe Usahatani
Tipe usahatani menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan kepada
macam dan atau cara penyusunan tanaman yang diusahakan. Beberapa tipe
usahatani yang telah dikenal antaranya usahatani padi, usahatani palawija,
usahatani khusus, usahatani tidak khusus, usahatani campuran, dan usahatani
tanaman ganda (multiple cropping).
3. Struktur Usahatani
Struktur usahatani menunjukkan bagaimana suatu komoditi diusahakan yang
dapat dilakukan secara khusus, tidak khusus, dan campuran. Struktur khusus
yaitu ketika pengelola usahatani selalu mengusahakan satu macam komoditi
sebagai pilihan usaha. Struktur usahatani tidak khusus dimaksudkan jika yang
diusahakan tidak tetap, sedangkan struktur usahatani campuran dimaksudkan
kepada pilihan yang lebih dari satu jenis komoditi.
4. Corak Usahatani
Corak usahatani dibagi menjadi dua, yaitu komersial dan subsisten. Usahatani
komersial telah memp