Analisis ekonomi usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor

(1)

ANALISIS EKONOMI USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH

DI KECAMATAN CISARUA DAN KECAMATAN

MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

SHINTA MARGARETTA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Ekonomi Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

Shinta Margaretta H44080113


(3)

RINGKASAN

SHINTA MARGARETTA. Analisis Ekonomi Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan HASTUTI.

Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung merupakan daerah penghasil jamur tiram putih terbesar di Kabupaten Bogor (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2011). Usahatani jamur tiram putih yang berkembang memiliki perbedaan cara dalam pembuatan media tanam (bag log) dan pembuatan bibit. Perbedaan cara tersebut berdampak pada perbedaan kemampuan memproduksi bag log jamur tiram putih.

Bag log sebagai media tumbuh jamur tiram putih hanya dapat digunakan satu kali periode tanam (empat bulan). Limbah bag log tersebut dapat mencemari lingkungan karena mengandung limbah plastik dan serbuk gergaji. Limbah plastik dapat menimbulkan masalah lingkungan karena limbah plastik tidak dapat diuraikan mikroorganisme atau melapuk oleh iklim dan cuaca, sehingga berpotensi sebagai bahan pencemar khususnya terhadap pencemaran tanah (Hazami, 2004), sedangkan serbuk gergaji pada dasarnya tidak perpotensi mencemari lingkungan karena bersifat organik sehingga dapat diuraikan. Namun kedua limbah tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat dan tenaga kerja sehingga ada manfat lain yang dapat diperoleh masyarakat dan tenaga kerja. Manfaat lain yang diperoleh masyarakat dan tenaga kerja selama ini belum dihitung sehingga perlu dihitung manfaat ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat dan tenaga kerja maka perlu dikaji analisis ekonomi usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung dengan melakukan analisis pendapatan dan analisis penyerapan tenaga kerja serta analisis ekonomi dan analisis sensitivitas. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah: untuk menganalisis pendapatan dan penyerapan tenaga kerja serta menganalisis kelayakan ekonomi dan sensitivitas pada usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung.

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang menggunakan data primer. Responden dalam penelitian ini adalah populasi usahatani jamur tiram putih yang ada di Kecamatan Cisarua dan Megamendung. Responden tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu usahatani non plasma A, usahatani non plasma B dan usahatani plasma. Pembagian kelompok tersebut berdasarkan cara pembuatan media tanam (bag log). Data yang diperoleh berupa kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data secara kuantitatif dengan menggunakan analisis pendapatan dan analisis penyerapan tenaga kerja serta analisis kelayakan ekonomi dan analisis sensitivitas.

Analisis pendapatan dan penyerapan tenaga kerja yang dilakukan menunjukkan bahwa usahatani non plasma A memliki pendapatan dan penyerapan tenaga kerja terbesar, sedangkan usahatani plasma tidak layak untuk dijalankan

karena dalam menjalankan usahataninya petani mengalami kerugian sebesar Rp 239 020/tahun dan diperoleh nilai R/C sebesar 0.99. Berdasarkan kriteria

kelayakan ekonomi ketiga jenis usahatani jamur tiram putih layak untuk dijalankan. Hasil penelitian menunjukakn bahwa nilai NPV, IRR dan Net B/C terbesar didapat oleh usahatani non plasma A, selain itu manfaat ekonomi terbesar


(4)

iv dari pengolahan limbah bag log diperolah masyarakat sekitar usahatani non plasma A dan tenaga kerja usahatani non plasma A sebesar Rp 343 800/tahun.

Analisis sensitivitas yang dilakukan dengan menurunkan harga jamur tiram putih segar sebesar Rp 50.00 menunjukakan bahwa usahatani non plasma A dan usahatani non plasma B layak untuk dilaksanakan jika terjadi penurunan harga jamur tiram segar sebesar Rp 50.00, sedangkan usahatani plasma tidak

layak dilaksanakan jika terjadi penurunkan harga jamur tiram segar sebesar Rp 50.00.

Usahatani jamur tiram putih telah dilaksanakan dengan baik, namun ada beberapa hal yang sebaiknya menjadi masukan bagi petani agar dapat mengembangkan usahataninya dengan baik. Petani sebaiknya membuat bag log dan bibit sendiri, karena petani yang membuat yang membuat bag log dan bibit sendiri lebih menguntungkan dan dapat meningkatkan penggunaan tenaga kerja. Petani plasma sebaiknya beralih menjadi petani non plasma A dan non plasma B untuk menghindari kerugian dan agar usahatani yang dijalankan tahan terhadap perubahan harga yang terjadi, karena hasil analisis sensitivitas dengan menurunkan harga jamur tiram putih segar sebesar Rp 50.00/kg usahatani non plasma A dan usahatani non plasma B layak untuk dijalankan sedangkan usahatani plasma tidak layak dijalankan. Penelitian lebih lanjut dapat membahas mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan karena adanya usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung.

Kata Kunci: Analisis Ekonomi, analisis sensitivitas jamur tiram putih, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja


(5)

ANALISIS EKONOMI USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH

DI KECAMATAN CISARUA DAN KECAMATAN

MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

SHINTA MARGARETTA H44080113

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(6)

Judul Skrips : Analisis Ekonomi Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Nama : Shinta Margaretta

NRP : H44080113

Disetujui

Dr. Meti Ekayani, S Hut, M.Sc Hastuti, SP, MP, M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan izin dan ridho-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini tentunya tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril maupun materil. Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Mama (Suharni Puji Astuti S.Pd), Papa (Agus Setyo Budi, SE), Tante (Endah Ambar Wati, S.Si, M.Si), Om (M. Teguh Wijaya, SE), Eyang Kakung (Dibyo Suratmo) dan adik (Puguh Tejo P dan Zahra Salsabila W) yang selalu memberikan kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan yang tiada hentinya. 2. Dr. Meti Ekayani, S Hut, M.Sc, selaku dosen pembimbing akademik dan

dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan dan perhatian kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan sampai penulis berhasil menyusun skripsi.

3. Hastuti, SP, MP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan dan perhatian kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Novindra SP, M.Si (selaku dosen penguji utama) dan Asti Istiqomah SP M.Si (selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini).

5. Petani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung yang telah membantu penulis dalam pengambilan data.


(8)

viii 6. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor yang telah memberikan

data pendukung terkait penelitian ini.

7. Dewi Asrini Fazaria yang telah menemani, memotivasi dan membantu selama penulis melakukan pengambilan data hingga skripsi ini selesai.

8. Om Dede, Teh Heni dan Teh Nina yang telah menyediakan fasilitas selama penulis melakukan pengambilan data.

9. Sahabat-sahabat penulis Agus, Devi, Etika, Gilang, Mayang, Putri, Ratna, Sofi. Sahabat Bisma (Anna, Linda, Maya, Mbk Dian, Rima, Suci), teman-teman ESL (Ai, Ajeng, Ayu Fitrianan, As ad, Dea Amanda, Firdaus, Indi, Indri, Iqbal, Kiki, Nanda, Ruben, Vicky, yang tidak dapat disebutkan satu per satu), teman-teman satu bimbingan skripsi (Agung, Dea Tri, Diah, Elok, Erwan, Evi, Kak Ade, Kak Tika, Mirza, Nova, Sausan dan Uun).

10. Seluruh dosen dan staf departemen yang telah membantu selama penulis menyelesaikan studi di ESL.

11. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Bogor, Februari 2013


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Ekonomi Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang bagaimana manfaat adanya usahatani jamur tiram putih di Kabupaten Bogor.

Skripsi ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk kalangan akademik sebagai sumber referensi. Berbagai kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini disebabkan karena keterbatasan penulis. Penulis mengucapkan terimakasih atas kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontibusi positif bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2013


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xxii

DAFTAR GAMBAR ... xxiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xxv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Analisis Proyek ... 11

2.1.1 Pengertian Proyek ... 11

2.1.2 Perbedaan Analisis Ekonomi dan Analisis Finansial ... 11

2.1.3 Aspek Proyek ... 15

2.1.4 Kriteria Kelayakan Investasi ... 17

2.1.5 Analisis Sensitivitas ... 19

2.1.6 Kriteria Skala Usaha ... 19

2.2 Karakteristik Jamur Tiram Putih ... 20

2.3 Biaya dan Pendapatan Usahatani ... 21

2.4 Penelitian Terdahulu ... 22

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 27

3.1 Kerangka Pemikiran ... 28

IV. METODE PENELITIAN ... 30

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 30

4.3 Metode Pengambilan Data... 31

4.4 Metode Analisis Data ... 32

4.4.1 Analisis Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Putih ... 33

4.4.2 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Usahatani Jamur Tiram Putih ... 36


(11)

xi

4.4.3 Analisis Ekonomi Usahatani Jamur Tiram Putih ... 37

4.4.3.1 Penentuan Harga Bayangan ... 38

4.4.3.2 Penentuan Harga Limbah Bag log ... 41

4.4.3.3 Kriteria Kelayakan ... 41

4.4.3.4 Analisis Sensitivitas ... 44

4.5 Asumsi Dasar yang Digunakan ... 44

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 46

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 46

5.1.1 Kecamatan Cisarua ... 46

5.1.1.1 Keadaan Geografis Kecamatan Cisarua ... 46

5.1.1.2 Keadaan Demografis Kecamatan Cisarua ... 48

5.1.2 Kecamatan Megamendung ... 50

5.1.2.1 Keadaan Geografis Kecamatan Megamendung ... 50

5.1.2.2 Keadaan Demografis Kecamatan Megamendung .... 52

5.2 Gambaran Umum Usahatani Jamur Tiram Putih... 53

5.2.1 Usahatani Non Plasma A ... 56

5.2.2 Usahatani Non Plasma B ... 56

5.2.3 Usahatani Plasma ... 58

5.3 Karakteristik Responden ... 58

5.3.1 Karakteristik Geografis Usahatani Jamur Tiram Putih ... 59

5.3.2 Karakteristik Demografis Usahatani Jamur Tiram Putih ... 60

VI. ANALISIS PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH DI KECAMATAN CISARUA DAN KECAMATAN MEGAMENDUNG ... 62

6.1 Analisis Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung ... 62

6.2 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung ... 64


(12)

xii

VII. ANALISIS EKONOMI USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH DI KECAMATAN CISARUA DAN KECAMATAN

MEGAMENDUNG ... 66

7.1 Aspek Usahatani Jamur Tiram Putih ... 66

7.1.1 Aspek Pasar ... 66

7.1.1.1 Potensi Pasar (Permintaan dan Penawaran) ... 66

7.1.1.2 Bauran Pemasaran ... 66

7.1.2 Aspek Teknis ... 69

7.1.2.1 Pemilihan Lokasi Usahatani Jamur Tiram Putih ... 69

7.1.2.2 Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan ... 73

7.1.2.3 Tata Letak Usahatani Jamur Tiram Putih ... 75

7.1.3 Aspek Manajemen dan Hukum ... 76

7.1.4 Aspek Ekonomi dan Sosial ... 79

7.1.5 Aspek Lingkungan ... 80

7.2 Analisis Kelayakan Ekonomi Usahatani Jamur Tiram Putih ... 80

VIII.ANALISIS SENSITIVITAS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH DI KECAMATAN CISARUA DAN KECAMATAN MEGAMENDUNG ... 84

VIII. SIMPULAN DAN SARAN ... 88

9.1 Simpulan ... 88

9.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN ... 93


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun 2005 - 2009 ... 1

2 Perbandingan Kandungan Gizi Jamur Tiram Putih dengan Bahan Makanan Lain ... 3

3 Kandungan Gizi Beberapa Jenis Jamur ... 3

4 Jumlah Produksi dan Media untuk Membudidayakan Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor pada Tahun 2007 - 2010 ... 5

5 Penelitian Terdahulu ... 23

6 Jenis, Sumber dan Motode Analisis Data ... 31

7 Jumlah Responden ... 31

8 Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kecamatan Cisarua Tahun 2010 ... 47

9 Jumlah Penduduk, Luas Lahan dan Kepadatannya di Kecamatan Cisarua Tahun 2010 ... 48

10 Alamat Usahatani Jamur Tiram Putih dan Wilayah Pemasaran Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua 2011 ... 49

11 Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kecamatan Megamendung Tahun 2010 ... 51

12 Jumlah Penduduk, Luas Desa dan Kepadatannya di Kecamatan Megamendung Tahun 2010 ... 52

13 Alamat Usahatani Jamur Tiram Putih dan Wilayah Pemasaran Jamur Tiram Putih di Kecamatan Megamendung ... 53

14 Daerah Penghasil Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor Tahun 2008 - 2010 ... 54

15 Karakteristik Demografi Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung ... 60

16 Perhitungan Pendapatan Rata-rata Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung ... 62

17 Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamtan Cisarua dan Megamendung ... 64

18 Kebutuhan Bahan Baku Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung ... 72

19 Hasil Analisis Kelayakan Ekonomi Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung ... 81


(14)

xiv 20 Analisis Sensitivitas dengan Menurunkan Harga Jamur Tiram

Putih Segar sebesar Rp 50.00/kg di Kecamatan Cisarua dan


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Alur Pemikiran Penelitian ... 29 2 Saluran Distribusi Pemasaran Bibit Jamur Tiram Putih di

Kecamatan Cisarua dan Megamendung ... 67 3 Saluran Distribusi Pemasaran Jamur Tiram Putih Segar di

Kecamatan Cisarua dan Megamendung ... 68 4 Struktur Organisasi Usahatani Non Plasma A di Kecamatan

Cisarua dan Megamendung ... 77 5 Struktur Organisasi Usahatani Non Plasma B di Kecamatan


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Kuesioner penelitian ... 94 2 Rincian Kekayaan Usahatani Non Plasma B di Kecamatan

Cisarua dan Kecamatan Megamendung ... 98 3 Rincian Kekayaan Usahatani Plasma di Kecamatan

Cisarua dan Kecamatan Megamendung ... 99 4 Biaya Usahatani Non Plasma A di Kecamatan Cisarua

dan Kecamatan Megamendung ... 100 5 Biaya Usahatani Non Plasma B di Kecamatan Cisarua dan

Kecamatan Megamendung ... 102 6 Biaya Usahatani Plasma di Kecamatan Cisarua dan

Kecamatan Megamendung ... 103 7 Analisis Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Putih di

Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung ... 104 8 Analisis Ekonomi Usahatani Non Plasma A di Kecamatan

Cisarua dan Kecamatan Megamendung ... 105 9 Analisis Ekonomi Usahatani Non Plasma B di Kecamatan

Cisarua dan Kecamatan Megamendung ... 107 10 Biaya Investasi Usahatani Non Plasma A di Kecamatan

Cisarua dan Kecamatan Megamendung ... 109 11 Analisis Sensitivitas Usahatani Non Plasma A dengan

Menurunkan Harga Jamur Tiram Putih Segar Sebesar Rp 50.00/kg di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan

Megamendung ... 111 12 Analisis Ekonomi Usahatani Plasma di Kecamatan

Cisarua dan Kecamatan Megamendung ... 112 13 Analisis Sensitivitas Usahatani Plasma dengan Menurunkan

Harga Jamur Tiram Putih Segar Sebesar Rp 50.00/kg di

Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung ... 114 14 Analisis Sensitivitas Usahatani Non Plasma B dengan

Menurunkan Harga Jamur Tiram Putih Segar Sebesar Rp 50.00/kg di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan

Megamendung ... 115 15 Proses Penanaman Jamur Tiram Putih ... 117


(17)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris yang mempunyai berbagai jenis komoditas pertanian yang beragam. Komoditas pertanian di Indonesia yang berpotensi dikembangkan adalah komoditas hortikultura (Martawijaya dan Nurjayadi, 2010). Hal ini terkait dengan banyaknya varietas hortikultura yang ada dan nilai ekonomi yang tinggi. Pembangunan pertanian dibidang pangan khususnya hortikultura bertujuan untuk swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan. Menurut Herbowo (2011), salah satu jenis produk hortikultura adalah sayuran. Sayuran di Indonesia dapat dibudidayakan dengan baik dan merupakan sumber pangan yang penting untuk dikonsumsi. Produksi sayuran di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun 2005 - 2009 No Komoditas

Produksi (ribu/ton) Rata-rata Laju Pertumbuhan

(%) 2005 2006 2007 2008 2009

1 Bawang Merah 732.61 794.93 802.81 853.66 965.16 7.22 2 Bawang putih 20.73 21.05 17.12 12.34 15.42 -5.02 3 Bawang daun 501.44 571.26 479.92 547.74 549.37 3.09 4 Kentang 1009.62 1011.91 1003.73 1071.54 1176.3 3.99

5 Lobak 54.23 49.34 42.08 48.38 29.76 -11.81

6 Kol/Kubis 1292.98 1267.75 1288.74 1323.7 1358.11 1.25 7 Petsai/Sawi 548.45 590.4 564.91 565.64 562.84 0.74 8 Wortel 440 391.37 350.17 367.11 358.01 -4.81 9 Kacang Merah 132.22 125.25 112.27 115.82 110.05 -4.36 10 Kembang kol 127.32 135.52 124.25 109.5 96.04 -6.51 11 Cabe besar 661.73 736.02 676.83 695.71 787.43 4.79 12 Cabe rawit 396.29 449.04 451.97 457.35 591.29 11.11 13 Tomat 647.02 629.74 635.47 725.97 853.06 7.50 14 Terung 333.33 358.09 390.85 427.17 451.56 7.89 15 Buncis 283.65 269.53 266.79 266.55 290.99 0.77 16 Timun 552.89 598.89 581.21 540.12 583.14 1.57 17 Labu siam 180.023 212.69 254.06 394.39 321.02 18.56 18 Bayam 123.79 149.44 155.86 163.82 173.75 9.05 19 Kacang Panjang 466.39 461.24 488.5 455.42 483.79 1.07

20 Jamur 30.85 23.56 48.25 43.05 48.47 20.74

21 Melinjo 210.84 239.21 205.73 230.65 221.1 1.86 22 Kangkung 229.99 292.95 335.09 323.76 360.99 12.47 23 Petai 125.59 148.27 178.68 213.54 183.68 11.02

Total 9 101.99 9 527.46 9 455.46 9 952.93 10 571.33 3.85 Sumber: Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2010


(18)

2 Berdasarkan Tabel 1, pada tahun 2005 produksi sayur di Indonesia sebesar 9 101 990.00 ton dan laju rata-rata produksi sayuran pada tahun 2005 sampai 2009 sebesar 3.85%, sehingga jumlah total produksi sayuran pada tahun 2009 menjadi 10 571 330.00 ton. Menurut Martawijaya dan Nurjayadi (2010), salah satu jenis sayuran yang dapat dikembangkan dan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan adalah jamur. Berdasarkan Tabel 1, laju rata-rata produksi jamur pada tahun 2005 - 2009 sebesar 20.74%, hal ini dikarenakan produksi jamur mengalami penurunan pada tahun 2006.

Di Indonesia sejak tahun 1970 - 1990 ada lima jenis jamur yang diusahakan secara komersial dan dijadikan bahan makanan. Lima jenis jamur ini sudah mulai dibudidayakan hingga skala kategori industri yang berarti memiliki kapasitas produksi cukup besar, yaitu: jamur kancing (Agricus bisporus), jamur kuping (Auricularia spp), jamur shiitake (Lentinula edodes), jamur tiram putih

(Pleurotus ostreatus), dan jamur merang (Volvarriella volvaceae)

(Pasaribuan et al., 2002).

Jamur tiram putih dari kelima jenis jamur yang dibudidayakan merupakan jamur yang sering dikonsumsi masyarakat dan dibudidayakan karena memiliki tekstur daging yang lembut dan rasanya hampir sama daging ayam serta memiliki kandungan gizi yang tinggi dan berbagai macam asam amino essensial, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Jamur tiram memiliki kandungan gizi tertinggi dibandingkan dengan jenis jamur lainnya maupun hewani (Martawijaya dan Nurjayadi, 2011). Perbandingan kandungan gizi jamur tiram putih dengan bahan makanan lain ditunjukkan pada Tabel 2.


(19)

3 Berdasarkan Tabel 2, jamur tiram putih memiliki kandungan protein 6.00% lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi. Karbohidrat yang terkandung dalam jamur tiram putih 57.50% lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi, meskipun kandungan lemak pada jamur tiram putih jauh lebih rendah 3.90% dibandingkan dengan daging sapi.

Tabel 2. Perbandingan Kandungan Gizi Jamur Tiram Putih dengan Bahan Makanan Lain

(%)

No Bahan Makanan Protein Lemak Karbohidrat

1 Jamur merang 1.80 0.30 4.00

2 Jamur tiram putih 27.00 1.60 58.00

3 Jamur kuping 8.40 0.50 82.80

4 Daging sapi 21.00 5.50 0.50

5 Bayam 00.00 2.20 1.70

6 Kentang 2.00 0.00 20.90

7 Kubis 1.50 0.10 4.20

8 Seledri 0.00 1.30 0.20

9 Buncis 0.00 2.40 0.20

Sumber: Martawijaya dan Nurjayadi, 2011

Jamur tiram putih memiliki kandungan protein tertinggi dari lima jenis jamur yang dibudidayakan di Indonesia. Kandungan gizi jamur tiram putih dengan jamur yang lain dapat dilihat dapat Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Gizi Beberapa Jenis Jamur

(gram/100 gram)

No Jenis Protein Lemak Karbohidrat

1 Jamur tiram putih 27.00 1.60 58.00

2 Jamur kuping 8.40 0.50 82.80

3 Jamur shiitake 17.50 0.50 78.00

4 Jamur kancing 23.90 1.70 62.50

5 Jamur merang 25.90 0.30 4.00

Sumber: Dienazzola R dan Rahmat P, 2009

Jamur tiram sebagai salah satu jenis jamur yang dibudidayakan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan jenis jamur lainnya. Beberapa keunggulan jamur tiram adalah: (a) budidaya jamur tiram dapat berlangsung sepanjang tahun, (b) budidaya jamur tiram dapat dilaksanakan dalam areal yang relatif sempit, (c) budidaya jamur tiram menggunakan bahan baku serbuk kayu yang mudah diperoleh, (d) tingkat kesulitan budidaya relatif lebih mudah dibandingkan jenis


(20)

4 jamur lainnya, (e) jamur tiram memiliki masa produksi hingga masa panen yang paling cepat diantara jamur-jamur lain, dan (f) jamur tiram memiliki tingkat harga jual yang relatif baik dan stabil dibandingkan jamur yang lain (Martawijaya dan Nurjayadi, 2010).

Kegunaan jamur tiram putih sebagai obat dan bahan makanan lezat dan bergizi, membuat permintaan konsumen dan pasar terhadap jamur tiram putih di berbagai daerah terus meningkat (Meitasari dan Mursidah, 2011). Sebagian masyarakat mengetahui peluang untuk mengusahakan usahatani jamur tiram putih dan keunggulan-keunggulan yang dimiliki jamur tiram putih. Peluang usaha ini kemudian menarik minat masyarakat untuk mengembangkan usahatani jamur tiram putih, sehingga berdiri lokasi-lokasi budidaya jamur tiram putih.

Wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah merupakan daerah penghasil jamur di Indonesia (Martawijawa dan Nurjayadi, 2011). Hal ini dikarenakan daerah tersebut memiliki kondisi alam yang sesuai untuk pertumbuhan jamur tiram putih. Kondisi alam yang sesuai menjadi faktor pendorong bagi petani untuk membudidayakan jamur tiram putih.

Tahun 2009 produksi jamur di Propinsi Jawa Barat sebesar 2 561 760 ton dan meningkat sebesar 137.78% sehingga produksi jamur pada tahun 2010 menjadi 6 091 810 ton, Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah penghasil jamur di Jawa Barat (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Provinsi Jawa Barat, 2011). Menurut Herbowo (2011), Kabupaten Bogor memiliki kondisi alam yang cocok untuk pertumbuhan jamur. Hal tersebut menjadi faktor pendorong utama bagi petani untuk membudidayakan jamur di Kabupaten Bogor. Hasil produksi


(21)

5 dan media tanam digunakan untuk membudidayakan jamur tiram putih di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Produksi dan Media untuk Membudidayakan Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor pada Tahun 2007 - 2010

No Tahun Produksi (ton) Laju Produksi (%) Jumlah Media Tanam (log)

1 2007 286.00 - 631 102.00

2 2008 274.00 -4.20 650 000.00

3 2009 240.00 -12.41 565 000.00

4 2010 789.50 228.96 1 621 500.00

Jumlah 1 589 500.00 70.78 1 846 102 000.00

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2011

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa jumlah produksi jamur tiram putih di Kabupaten Bogor pada tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007 dan 2008. Penurunan produksi diakibatkan adanya serangan hama, sehingga banyak petani yang mengalami kerugian dan petani memilih untuk tidak membudidayakan jamur tiram putih lagi (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2012). Hal ini mengakibatkan meningkatnya jumlah permintaan jamur tiram putih di pasar yang tidak dapat dipenuhi. Melihat peluang pasar beberapa petani mulai membudidayakan jamur tiram putih kembali pada tahun 2010 sehingga jumlah media dan jumlah produksi jamur tiram putih meningkat kembali pada tahun 2010, laju rata-rata media tanam sebesar 156.93% dan laju produksi sebesar 76.78%.

Wilayah penghasil jamur tiram di Kabupaten Bogor menurut Dinas Pertanian dan Kehutanaan Kabupaten Bogor (2012), yaitu: Megamendung, Cisarua, Cipanas, Dramaga, Leuwiliang dan Ciapus. Hal ini terjadi karena ketersediaan bahan baku seperti serbuk gergaji, dedak, kapur dan tambahan unsur lainnya sebagai bahan baku pembuatan media tanam jamur tiram putih (bag log), juga didukung oleh ketersediaan pasar jamur tiram putih yang cukup besar.


(22)

6 Petani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung membutuhkan investasi untuk menyediakan komponen-komponen seperti bibit jamur tiram, serbuk gergaji, plastik, dedak, kapur, cincin, karet gelang, koran, dan gas serta lahan yang digunakan untuk kumbung jamur atau tempat produksi jamur.

Petani yang membudidayakan jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung tidak semuanya membuat media tanam (bag log) dan bibit jamur tiram putih. Petani yang membuat media tanam (bag log) dan bibit jamur tiram putih disebut non plasma A. Petani jamur tiram putih yang membuat media tanam (bag log) namun membeli bibit disebut non plasma B. Petani yang memilih untuk membeli media tanam (bag log) yang sudah jadi daripada membuat sendiri disebut plasma. Harga bag log yang sudah jadi di Kecamatan Cisarua dan Megamendung berkisar antara Rp 1 500/log - Rp 2 000/log. Petani jamur tiram putih yang membeli bag log sudah jadi hanya menyediakan kumbung untuk growing (ruangan untuk tumbuhnya jamur) dan menunggu waktu panen.

Media tanam (bag log) jamur tiram putih yang sudah tidak produktif menjadi limbah, limbah bag log terdiri dari plastik dan sisa serbuk gergaji. Plastik dapat menimbulkan masalah lingkungan karena limbah plastik tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme atau melapuk oleh iklim dan cuaca, sehingga berpotensi sebagai bahan pencemar khususnya terhadap pencemaran tanah (Hazami, 2004). Hal ini mengindikasikan usahatani jamur tiram putih berpotensi mencemari lingkungan melalui sisa media tanam (bag log) yang digunakan dalam usahatani ini, namun limbah serbuk gergaji pada usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung sudah dimanfaatkan oleh masyarakat


(23)

7 sekitar sebagai bahan pembuatan pupuk organik dan limbah plastik bag log dimanfaatkan oleh para tenaga kerja untuk dijual kepada penampung barang bekas. Hal ini juga mengindikasikan bahwa usahatani jamur tiram putih berpotensi menghasilkan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar melalui penerimaan dari pupuk organik dan penjualan limbah plastik bag log. Bersarnya penerimaan dari pupuk organik dan limbah plastik bag log selama ini belum dihitung penelitian ini menghitung hal tersebut.

Usahatani jamur tiram putih membutuhkan proses yang panjang untuk melakukan produksi seperti: pembuatan bibit, pengadukan, sterilisasi, inokulasi (pemberian bibit pada bag log), inkubasi (bag log yang sudah diberi bibit didiamkan dalam ruangan yang steril sampai keluar spora) dan pertumbuhan (growing). Oleh karena itu usahatani jamur tiram putih membutuhkan jumlah pekerja yang banyak.

Pekerja yang bekerja pada usahtani jamur tiram putih adalah warga sekitar usahatani jamur tiram putih sehingga dengan adanya usahatani jamur tiram putih dapat mengurangi penganguran. Besarnya manfaat yang diterima masyarakat berupa penyerapan tenaga kerja juga belum diperhitungkan maka berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai analisis kelayakan ekonomi usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung untuk mengetahui berapa besar manfaat ekonomi yang diperoleh petani, tenaga kerja dan masyarakat sekitar dengan adanya usahatani jamur tiram putih.

1.2 Perumusan Masalah

Pada tahun 2010 banyak berkembang usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Megamendung sehingga usahatani jamur tiram putih di Kecamatan


(24)

8 Megamendung bertambah banyak. Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah produksi jamur tiram putih yang dihasilkan oleh Kecamatan Megamendung sehingga Kecamatan Cisarua sebagai penghasil jamur tiram putih terbesar pada tahun 2010 digantikan oleh Kecamatan Megamendung.

Berdirinya usahatani jamur tiram putih selain berdampak pada peningkatan jumlah poduksi jamur tiram putih juga berdampak pada penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Cisarua dan Megamendung sebab tenaga kerja yang digunakan pada usahatani jamur tiram putih adalah tenaga kerja yang berasal dari Kecamatan Cisarua dan Megamendung. Bertambahnya jumlah produksi jamur tiram putih berarti semakin banyak jumlah bag log yang diproduksi oleh petani. Hal ini mengkibatkan semakin banyak jumlah limbah bag log yang dihasilkan oleh usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung, semakin banyak jumlah limbah bag log yang dihasilkan berdampak pada jumlah pupuk organik yang dapat dibuat oleh masyarakat sekitar usahatani jamur tiram putih.

Usahatani pada setiap unit usaha memiliki perbedaan cara dalam pembuatan media tanam (bag log) dan pembuatan bibit. Perbedaan cara tersebut berdampak pada perbedaan kemampuan memproduksi jamur tiram putih.

Kecamatan Cisarua dan Megamendung merupakan dua Kecamatan penghasil jamur tiram putihnya paling besar di Kabupaten Bogor, namun kondisi yang sebenarnya hasil produktivitas jamur tiram putih satu bag log di petani Kecamatan Cisarua dan Megamendung baru mencapai 0.30 kg/bag log. Menurut Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (2012), apabila jamur tiram putih dibudidayakan secara optimal dapat menghasilkan produktivitas antara 0.4 sampai


(25)

9 0.5 kg/bag log. Produktivitas yang masih rendah ini disebabkan oleh perlakuan yang berbeda dalam pembuatan bibit, perbedaan cara dalam pembuatan bag log dan perawatan yang dilakukan petani. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pendapatan dan penyerapan tenaga kerja usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung?

2. Bagaimana kelayakan ekonomi usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung?

3. Bagaimana sensitivitas usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung apabila terjadi perubahan harga jamur tiram putih segar?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan:

1. Menganalisis pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dengan adanya usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung.

2. Menganalisis kelayakan ekonomi usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung.

3. Menganalisis sensitivitas usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung apabila terjadi perubahan tingkat kegagalan pembuatan bag log dan harga jamur tiram putih segar.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:


(26)

10 1. Petani jamur tiram putih, sebagai tambahan informasi dan rekomendasi

pengambilan keputusan dalam produksi jamur tiram putih.

2. Masyarakat, sebagai informasi bahwa usahatani jamur tiram putih dapat menyerap tenaga kerja.

3. Akademisi, sebagai tambahan informasi untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya yang relevan di masa datang.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Jenis jamur yang dianalisis dalam penelitian ini adalah jamur tiram putih. Penelitian ini dilakukan di tujuh desa, empat desa di Kecamatan Cisarua yaitu Desa Tugu Utara, Desa Tugu Selatan, Desa Kopo dan Desa Jogjogan dan tiga desa di Kecamatan Megamendung yaitu Desa Cipayung, Desa Sukaresmi dan Desa Sukamaju Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

2. Responden dalam penelitian ini adalah populasi usahatani jamur tiram putih yang ada di Kecamatan Cisarua dan Megamendung. Responden tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) usahatani non plasma A, (2) usahatani non plasma B dan (3) usahatani plasma. Pembagian kelompok tersebut berdasarkan cara pembuatan media tanam (bag log).

3. Nilai guna kumbung (rumah produksi jamur) dan bag log dalam penelitian ini tidak diperhitungkan.

4. Harga bayangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga bayangan untuk lahan, tenaga kerja, pupuk urea dan pupuk TSP.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Proyek

Tujuan dilakukan analisis proyek adalah untuk memperbaiki penilaian investasi perlu dilakukan perhitungan untuk mengetahui hasil investasi yang dikeluarkan karena sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan terbatas (Kadariah, 2001).

2.1.1 Pengertian Proyek

Proyek adalah sebagai suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat atau suatu aktivitas yang memerlukan biaya dengan harapan untuk mendapatkan hasil di masa yang akan datang (Kadariah et al., 1976). Menurut Gray et al. (1997), proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit atau kemanfaatan. Menurut Gittinger (2008), proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang menggunakan sumberdaya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat, definisi ini dibuat luas karena usaha pertanian bermacam-macam. Kegiatan pertanian dapat dimasukkan dalam kerangka proyek karena kegiatan pertanian mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit (Gittinger, 2008).

2.1.2 Perbedaan Analisis Ekonomi dan Analisis Finansial

Evaluasi proyek biasanya diadakan dua macam analisis, yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial proyek dilihat dari sudut badan usaha atau orang yang menanam modal atau orang yang berkepentingan dalam


(28)

12 proyek (Kadariah, 2001). Menurut Gray et al. (1997), analisis finansial adalah suatu analisis yang mempunyai kepentingan langsung dalam benefit dan biaya proyek adalah individu atau pengusaha.

Analisis ekonomi proyek dilihat dari sudut perekonomian sebagai keseluruhan, analisis ekonomi adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian sebagian keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil dari proyek tersebut. Ada dua unsur yang berbeda dalam analisis finansial dan analisis ekonomi yaitu: harga dan transfer, transfer terdiri dari: pajak, subsidi dan bunga (Kadariah, 2001).

Menurut Gray et al. (1997), analisis ekonomi adalah menghitung benefit dan biaya-biaya proyek dari segi pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan sebagai yang berkepentingan dalam proyek. Dasar perhitungan analisis finansial dan ekonomi berbeda dalam lima hal yaitu dalam hal penggunaan harga, perhitungan pajak, subsidi, biaya investasi dan pelunasan pinjaman dalam hal bunga.

1. Harga

Harga dalam analisis finansial menggunakan harga pasar baik untuk sumber-sumber yang dipergunakan untuk produksi maupun untuk hasil-hasil produksi dari proyek, dalam analisis ekonomi menggunakan shadow price yaitu harga yang disesuaikan sedemikian rupa untuk menggambarkan nilai sosial yang sebenarnya dari barang dan jasa tersebut. Shadow price didasarkan pada pengertian opportunity cost, opportunity cost dalam investasi suatu proyek


(29)

13 tertentu adalah benefit yang dikorbankan dari proyek marjinal karena sumber-sumber yang seharusnya dapat dipakai untuk proyek marjinal sekarang dipergunakan dalam proyek tertentu.

Penentuan shadow price menurut Gray et al., 1997, yaitu Shadow price modal adalah social opportunity cost tiap-tiap unit modal tersebut yang besarnya sama dengan tingkat suku bunga sosial. Social opportunity cost modal adalah benefit yang dapat diperoleh bila modal tersebut diinvestasikan dalam proyek. Tanah merupakan bagian terpenting dari biaya proyek, misalkan suatu Proyek P, diperkirakan berumur ekonomis n tahun, menggunakan sebidang tanah yang luasnya A hektar dan biasanya dipergunakan untuk menanam tebu. Misalkan selama n tahun nilai bersih tebu atas tanah yang digunakan (penjualan tebu dikurangi biaya-biaya lainnya) adalah Y rupiah. Maka social opportunity cost tanah yang dipergunakan dalam proyek P adalah Y rupiah, yaitu nilai bersih tebu yang diperoleh sebagai hasil tanah tersebut seandainya tanah tetap dipakai untuk menanam tebu dan bukan untuk proyek P. Shadow price tanah tersebut adalah Y/A rupiah/ha.

Penentuan shadow price menurut Husnan dan Suwarsono, 1994, yaitu Harga bayangan untuk gaji tenaga kerja adalah berapa banyak sektor lain bersedia membayar untuk tenaga kerja tersebut. Proyek yang menciptakan tenaga kerja, maka harga bayangan tenaga kerja jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar atau harga yang sesungguhnya. Harga bayangan yang digunakan untuk input dan output yang diperdagangkan adalah harga internasional atau border price yang dinyatakan dalam satuan moneter setempat pada kurs pasar. Input dan


(30)

14 Output yang tidak di perdagangkan diukur sesuai dengan biaya produksi marginalnya.

2. Pajak

Pajak dalam analisis finansial adalah bagian dari benefit yang dibayar kepada instansi pemerintah. Analisis ekonomi pajak merupakan transfer, yaitu bagian dari benefit proyek yang diserahkan kepada pemerintah yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan (Gray et al., 1997).

3. Subsidi

Penerimaan subsidi dalam analisis finansial berarti pengurangan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik proyek. Oleh sebab itu subsidi mengurangi biaya sedangkan dalam analisis ekonomi, subsidi dianggap sebagai sumber yang dialihkan dari masyarakat untuk digunakan dalam proyek. Oleh sebab itu subsidi yang diterima proyek adalah beban masyarakat, jadi dari segi perhitungan sosial tidak mengurangi biaya proyek (Gray et al., 1997).

4. Biaya investasi dan pelunasan pinjaman

Biaya investasi pada tahap permulaan proyek pada analisis finansial adalah investasi yang dibiayai dengan modal sendiri. Bagian investasi yang dibiayai dari modal pinjaman, baik pinjaman dalam negeri maupun luar negari, tidak dianggap sebagai biaya pada saat dikeluarkan. Analisis ekonomi seluruh biaya investasi baik yang dibiayai dengan modal dalam maupun luar negeri, dengan modal saham

atau pinjaman dianggap sebagai biaya proyek pada saat dikeluarkan (Gray et al., 1997).


(31)

15 5. Bunga

Bunga dalam analisis finansial baik bunga atas pinjaman dalam maupun luar negeri merupakan biaya proyek. Analisis ekonomi bunga atas pinjaman dalam negeri tidak dimasukkan sebagai biaya karena modal tersebut dapat dianggap sebagai modal masyarakat dan oleh sebab itu, bunga dianggap bagian dari benefit sosial. Bunga atas pinjaman luar negeri yang dialokasikan ditentukan, sama halnya dengan bunga atas pinjaman dalam negeri tidak dihitung sebagai biaya proyek. Bunga atas pinjaman luar negeri yang terikat dan tersedia hanya untuk satu proyek tertentu diperhitungkan sebagai biaya proyek pada saat (tahun) pembayaran (Gray et al., 1997).

2.1.3 Aspek Proyek

Menganalisis suatu proyek, harus mempertimbangkan aspek-aspek yang saling berkaitan yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya. Kadariah (2001), membagi aspek-aspek analisis kelayakan meliputi aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial, dan aspek ekonomis. Kasmir dan Jafar (2003), menyatakan secara umum prioritas aspek-aspek yang perlu dilakukan untuk mengambil keputusan yaitu: aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan, aspek teknis, aspek manajemen, aspek ekonomi sosial dan aspek dampak lingkungan.


(32)

16 1. Aspek Hukum

Tujuan aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Dokumen yang perlu diteliti meliputi badan hukum, izin-izin yang dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lain yang mendukung kegiatan proyek yang dilakukan (Kasmir dan Jafar, 2003). 2. Aspek Pasar

Tujuan analisis pasar adalah untuk melihat kondisi permintaan dan penawaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang dan jasa adalah: harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan, pendapatan, selera, jumlah penduduk dan faktor khusus. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang dan jasa adalah: harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan, teknologi, harga input, tujuan perusahaan dan faktor khusus (Kasmir dan Jafar, 2003).

3. Aspek Teknis

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek teknis adalah: masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (lay-out), penyusunan peralatan, pemilihan teknologi dan proses produksi. Aspek teknis penting untuk dilakukan sebelum suatu proyek dijalankan (Kasmir dan Jafar, 2003).

4. Aspek Manajemen

Mempertimbangkan pola sosial, budaya dan lembaga yang akan dilayani oleh proyek, struktur kelembagaan disesuaikan dengan negara atau daerah. Pekerjaan-pekerjaan apa yang diperlukan untuk menjalankan operasi tersebut, persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk bisa menjalankan


(33)

pekerjaan-17 pekerjaan tersebut dan juga struktur organisasi yang akan dipergunakan dalam suatu proyek (Kasmir dan Jafar, 2003).

5. Aspek Ekonomi dan Sosial

Setiap proyek yang dijalankan akan memberi dampak positif dan negatif. Dampak positif dan negatif dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik pengusaha, pemerintah maupun masyarakat. Dampak aspek ekonomi dan sosial dampak positif yang diberikan dengan adanya investasi lebih ditekankan kepada masyarakat khususnya dan pemerintah umumnya (Kasmir dan Jafar, 2003).

6. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan disamping untuk mengetahui dampak yang akan ditimbulkan, juga mencari jalan keluar untuk mengatasi dampak tersebut. Analisis dampak lingkungan hidup terdapat pada PP nomor 27 tahun 1999 pasal 1 (Kasmir dan Jafar, 2003).

2.1.4 Kriteria Kelayakan Investasi

Pelaksanaan analisis ekonomi usahatani menggunakan metode-metode atau kriteria-kriteria penilaian investasi. Melalui metode-metode ini dapat diketahui apakah suatu proyek layak untuk dijalankan dilihat dari aspek profitabilitas komersialnya. Beberapa kriteria dalam menilai kelayakan suatu proyek yang paling umum digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit per Cost Ratio(Net B/C) (Gray et al., 1997). Setiap metode ini menggunakan nilai sekarang yang telah di-discount dari arus manfaat dan arus biaya selama umur usahatani. Kriteria investasi digunakan untuk menentukan layak tidaknya suatu investasi yang ditinjau dari aspek keuangan


(34)

18 (Gray et al., 1997). Kriteria investasi yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan usahatani antara lain:

1. Net Present Value (NPV)

Metode penghitungan Net Present Value (NPV) adalah selisih nilai sekarang arus benefit dengan nilai sekarang arus biaya. Menghitung nilai sekarang harus ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. NPV menghasilkan nilai positif maka investasi tersebut dapat diterima, sedangkan jika NPV tersebut bernilai negatif maka sebaiknya investasi tersebut ditolak (Gray et al., 1997).

2. Internal Rate of Return (IRR)

Investasi dikatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto, sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku (Gray et al., 1997).

3. Net Benefit per Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit per Cost Ratio (Net B/C) adalah besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Nila Net B/C lebih kecil dari satu, maka hal ini berarti bahwa dengan discount rate yang dipakai, present value dari benefit lebih kecil daripada present value dari cost, hal ini berarti bahwa proyek itu tidak menguntungkan. Kriteria untuk menerima proyek adalah nilai Net B/C sama dengan atau lebih besar dari satu (Gray et al., 1997).


(35)

19

2.1.5 Analisis Sensitivitas

Gittinger (2008), mengungkapkan bahwa analisis sensitivitas merupakan suatu alat yang langsung dalam menganalisis pengaruh-pengaruh resiko yang ditanggung dan ketidakpastian dalam analisa proyek. Menurut Kadariah et al. (1976), tujuan analisis sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit. Perubahan yang mungkin terjadi antara lain: kenaikan dalam biaya konstruksi (cost over run), perubahan dalam harga hasil produksi dan terjadi penurunan produktivitas pekerjaan. Gittinger (2008) juga mengungkapkan bahwa pada bidang pertanian, proyek berubah secara sensitif akibat empat masalah utama, yaitu harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya dan hasil.

2.1.6 Kriteria Skala Usaha

Menurut Partomo dan Soejoedono (2004), profil usaha mikro di Indonesia dapat dilihat dari segi manajemen dan keuangan. Profil usaha kecil Indonesia dilihat dari segi manajemen, yaitu sebagai berikut: (1) Pemilik sebagai pengelola, (2) Berkembang dari usaha usaha kecil-kecilan, (3) tidak membuat perencanaan tertulis, (4) kurang membuat catatan/pembukuan, (5) pendelegasian wewenang secara lisan, (6) kurang mampu mempertahankan mutu, (7) sangat tergantung pada pelanggan dan pemasok disekitar usahanya, (8) kurang membina saluran informasi, (9) kurang mampu membina hubungan perbankan.

Profil usaha kecil Indonesia dari segi keuangan, yaitu sebagai berikut: (1) memulai usaha kecil-kecilan dengan modal sedikit dana dan keterampilan pemiliknya, (2) terbatasnya sumber dana dari perbankan, (3) kemampuan


(36)

20 memperoleh pinjaman bank relatif rendah, (4) kurang akurat perencanaan anggaran kas, (5) kurang memiliki catatan harga pokok produksi, (6) kurang memahami tentang pentingnya pencatatan keuangan/akuntansi, (7) kurang paham tentang prinsip-prinsip penyajian laporan keuangan dan kemampuan analisisnya, (8) kurang mampu memilih informasi yang berguna bagi usahanya.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 mengenai usaha mikro, kecil dan menengah, usaha mikro merupakan usaha produktif milik orang perorangan dan/atau bahan usaha yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana yang diatur dalam undang-undang. Pada Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 disebutkan bahwa usaha mikro merupakan usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak sebesar Rp 50 000 000, hal ini tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Penjualan paling banyak dari usaha mikro adalah sebesar Rp 300 000 000/ tahun (Gauza, 2008).

2.2 Karakteristik Jamur Tiram Putih

Jamur tiram dapat dibedakan jenisnya berdasarkan warna tubuh buahnya, yaitu: Pleurotus ostreat (berwarna putih kekuning-kuningan), Pleurotus flabellatus (berwarna merah jambu), Pleurotus florida (berwarna putih bersih), Pleurotus sajor caju (berwarna kelabu) dan Pleurotus cysididiyosus (berwarna kecoklatan). Mulai tahun 1953 upaya pembudidayaan jamur tiram sudah dilaksanakan di daerah Eropa, di Jawa Barat budidaya jamur tiram daerah sentral utama budidaya jamur tiram adalah Sukabumi, Bogor dan Kabupaten Bandung (Pasaribuan et al., 2002). Tahun 1986 di kawasan Bogor mulai dibudidayakan jamur tiram putih, akan tetapi baru dikenal masyarakat pada tahun 2000 (Nugraha A P, 2006).


(37)

21 Menurut Martawijaya dan Nurjayadi (2011), sarana dan prasarana yang diperlukan dalam budidaya jamur tiram putih meliputi: lokasi dan lahan, kumbung jamur yang terdiri dari ruang pengadukan bahan dan sterilisasi, ruang pembibitan dan inkubasi dan ruang pertumbuhan. Bahan baku pembuatan media tanam (bag log) diantarannya adalah: serbuk gergaji, dedak, kapur dan tepung tapioka. Tahapan budidaya jamur tiram sebagai berikut: (1) Pembuatan bibit induk, (2) pembuatan bibit produksi, (3) pembuatan media tanam (bag log) yang terdiri dari: pengadukan, pengomposan, pengisian media, sterilisasi, pembibitan (inokulasi), inkubasi dan penempatan di ruangan tumbuh dan (4) panen dan pascapanen.

2.3 Biaya dan Pendapatan Usahatani

Biaya adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi yang semula fisik, kemudian diberi nilai rupiah (Hernanto, 1996). Biaya usahatani dibedakan menjadi dua macam yaitu biaya tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan peralatan panen serta biaya untuk irigasi atau pengairan. Biaya tidak tunai adalah biaya yang tidak dikeluarkan secara langsung tetapi tetap harus diperhitungkan seperti upah tenaga kerja dalam keluarga serta biaya penyusutan alat-alat pertanian (Hernanto, 1996).

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan total usaha dengan pengeluaran, penerimaan tersebut bersumber dari hasil pemasaran atau penjualan hasil usaha sedangkan pengeluaran merupakan total biaya yang digunakan selama proses produksi (Kadarsan, 1995). Pendapatan petani meliputi upah tenaga kerja keluarga, upah petani sebagai manajer, bunga modal sendiri dan keuntungan atau


(38)

22 pendapatan kotor dikurangi biaya alat-alat luar dan bunga modal luar (Suratiyah K, 2008).

Menurut Hernanto (1996), pendapatan juga dibedakan menjadi pendapatan tunai dan pendapatan tidak tunai. Pendapatan tunai merupakan pendapatan yang diperoleh dari penerimaan dan biaya tunai, sedangkan pendapatan tidak tunai merupakan pendapatan yang diperoleh dari penerimaan dan biaya total. Bentuk pendapatan tunai dapat menggambarkan tingkat kemajuan ekonomi usahatani dalam spesialisasi dan pembagian kerja. Besarnya pendapatan tunai atau proporsi penerimaan tunai dari total penerimaan yang masuk dapat digunakan untuk perbandingan keberhasilan petani satu dengan yang lainnya.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian mengenai jamur tiram putih sudah banyak dilakukan, baik dari segi budidaya maupun ekonominya. Beberapa penelitian yang dapat dijadikan acuan pada penelitian ini antara lain penelitian Hidayat (2011), Herbowo (2011), Khairunisa (2011), Nasution (2010), Tria (2010) dan Nisa (2006). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan Tabel 5, perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah dalam hal spesifikasi komoditas, lokasi penelitian-penelitian dan metode pengolahan data. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Hidayat (2011), Herbowo (2011) dan Nasution (2010) adalah dalam hal metode pengolahan data dan lokasi penelitian.


(39)

Tabel 5. Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian

1. Ivan Wahyu Hidayat (2011)

Prospek

Budidaya Jamur Tiram Putih Studi Kasus: Kecamatan Ciampea dan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1. Untuk mengetahui pola dan proses produksi usahatani jamur tiram

2. Mengetahui kelayakan usaha jamur tiram dari aspek finansialnya.

Analisis kelayakan (aspek finansial) dilihat dari sumber biaya, inflow dan outflow, analisis discounted dengan penilaian terhadap NPV (Net Present Value), B/C

(Benefit-Cost Ratio), dan

IRR (Internal Rate of Return) dan analisis sensitivitas.

Berdasarkan hasil penelitian kegiatan budidaya ini layak diusahakan, karena memenuhi kriteria kelayakan investasi. Di Kecamatan Ciampea nilai NPV sebesar Rp 534 025 601.00, nilai BCR sebesar 1.50, nilai IRR sebesar 104.00%, sedangkan di Kecamatan Ciawi nilai NPV sebesar Rp 1 073 313 595.00, nilai BCR sebesar 1.40 dan nilai IRR sebesar 1 095%. Budidaya jamur tiram ini memiliki prospek untuk menyediakan lapangan usaha dan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar hutan.

2. Abed Nego Herbowo (2011) Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih (Studi Kasus: Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). 1. Menganalisis

kelayakan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek

manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi budaya, dan aspek lingkungan. 2. Menganalisis tingkat

sensitivitas jika terjadi penurunan harga jual log, penurunan harga jual jamur tiram putih segar.

Analisis kualitatif dilakukan dengan menganalisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek

lingkungan, sedangkan analisis kuantitatif untuk menilai kelayakan pengembangan usaha dengan melakukan

perhitungan kriteria investasi yang terdiri dari NPV, IRR, Net B/C, dan payback periode.

Berdasarkan hasil penelitian skenario I menghasilkan kriteria investasi yaitu NPV sebesar Rp 708 104 697.01, nilai, Net B/C sebesar 2.32, nilai IRR 45.00% dan PP selama 3 tahun, 6 bulan, 29 hari. Skenario II menghasilkan kriteria investasi yaitu NPV sebesar Rp 403 502 827.98, nilai Net B/C sebesar 1.69, nilai IRR 27 %, dan PP selama 4 tahun, 3 bulan, 11 hari. Skenario III menghasilkan kriteria investasi yaitu NPV sebesar Rp 2 095 013 894.70, nilai Net B/C sebesar 2.77, nilai IRR 59.00%, dan PP selama 2 tahun, 10 bulan, 6 hari.


(40)

Tabel 5. Lanjutan

No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian

3. Vidya Khairun isa (2011) Analisi Daya Dukung Lingkungan dan Kelayakan Ekonomi Unit Pengelolaan Sampah “Mutu Elok” di Perumahan Cipinang Elok Jakarta Timur.

1. Memperoleh gambaran pengelolaan samapah 3R masyarakat yang diterapkan di Perumahan Cipiang Elok.

2. Menganalisis daya dukung lingkungan UPS “Mutu Elok” terhadap daya dukung lingkingan Perumahan Cipinang Elok. 3. Menganalisis

kelayakan ekonomi UPS “Mutu Elok”.

Untuk memperoleh gambaran tentang

pengelolaan sampah 3R dan analisis daya dukung menggunakan metode deskriptif. Analisis

kelayakan UPS “Mutu Elok” secara ekonomi

menggunakan kriteria kelayakan (NPV, Net B/C, IRR) dan analisis

sensitivitas.

Berdasarkan hasil penelitian tingkat daya dukung lingkungan rendah dengan indeks sebesar 0.60 untuk timbulan dan 0.31 untuk mesin. Secara ekonomi UPS layak untuk dijalankan dengan NPV sebesar Rp 966 559 206.00, Net B/C sebesar 3.76, IRR sebesar 58.21% dan setelah dilakukan analisis sensitivitas proyek UPS semakin layak untuk dijalankan.

4. Puspa Herawati Nasution (2010) Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor). 1. Mendiskripsikan usahatani jamur tiram putih di Komunitas Jamur Ikhlas. 2. Menganalisis biaya

dan pendapatan usahatani jamur tiram putih di Komunita Petani Jamur Ikhlas. 3. Menganalisis efisisensi

usahatani jamur tiram putih di Komunitas Petani Jamur Ikhlas.

Analisis kuantitatif menggunakan analisis usahatani yang terdiri terdiri dari analisis Pendapatan (I = R – C) dan analisis efisiensi (R/C) dan analisis kualitatif digunakan untuk

menguraikan hasil analisis kuantitatif yang diperoleh.

Berdasarkan hasil penelitian pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan tunai petani Rp 117 404 544.00 dan pendapatan biaya total Rp 116 514 988.70. Diperoleh nilai R/C atas biaya tunai adalah 1.63 dan R/C atas biaya total sebesar 1.58. Petani jamur Ikhlas dapat dikatan efisien dan layak diusahakan kerena memiliki nilai R/C>1.


(41)

Tabel 5. Lanjutan

No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian

5. Edo Natunas Tria (2010) Analisis Pendapatan dan Efisiensi Ekonomi Usahatani Jamur Tiram Putih Di Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor: Pendekatan Stochastic Production Frontier.

1. Menganalisis pendapatan usahatani jamur tiram putih kawasan Puncak, Kabupaten Bogor. 2. Mengidentifikasi

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi jamur tiram di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor.

3. Menganalisis efisensi teknis, alokatif, dan ekonomis dari produksi jamur tiram putih di kawasan puncak, Kabupaten Bogor.

Analisis pendapatan usahatani, analisis fungsi produksi stochastic frontier, dan fungsi dual cost. Fungsi produksi

stochastic frontier

digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor produksi dan tingkat efisiensi teknis, sedangkan fungsi dual cost digunakan untuk menentukan efisiensi alokatif dan ekonomis.

Hasil penelitian diperoleh biaya total yang dikeluarkan dalam satu periode produksi sebesar Rp 68 705 848.00 dengan biaya tunai Rp 59 965 379.00 dan tidak tunai Rp 8 740 468.00. Diperoleh R/C rasio atas biaya tunai sebesar 1.58 dan R/C rasio atas biaya total sebesar 1.38. Variabel yang berpengaruh nyata pada fungsi produksi jamur tiram model A serta model B adalah serbuk gergaji, tenaga kerja, dan dummy

tepung jagung, sedangkan variabel bag log

hanya pada model A. Faktor manajemen berpengaruh nyata terhadap efek inefisiensi teknis.

6. Khoiru Nisa (2006) Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Udang Galah pada Kelompok Tani “Mitra Gemah Ripah” di Desa Siyujaya Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.

1. Untuk mengetahui dan mempelajari kegiatan usaha budidaya Udang galah pada Kelompok Tani Mitra Gemah Ripah. 2. Mengetahui pemanfaatan

sumberdaya lahan sawah dan kolam budidaya ikan campuran untuk usaha pembesaran dan

pendederan udang galah dari segi perolehan manfaat dengan analisis ekonomi.

Analisis manfaat langsung dan manfaat tidak langsung, analisis biaya dan manfaat Net Present Value dan Benefit Cost Ratio.

Berdasarkan hasil penelitian nilai manfaat tanpa proyek, yaitu keuntungan total yang hilang dari usaha sawah dan budidaya ikan campuran adalah Rp12 887 490.00/tahun. Analisis biaya dan manfaat langsungnya adalah nilai manfaat tanpa proyek, yaitu Rp32 451 400.00/tahun. Biaya total yang hilang akibat peralihan fungsi lahan adalah Rp16 545 910.00/tahun, keuntungan total yang hilang usaha sawah dan budidaya ikan campuran adalah Rp12 887 490.00/tahun.

NPV Rp 288 149 354.53 .


(42)

26 Analisis usaha yang dilakukan Hidayat (2011), Herbowo (2011) dan Nasution (2010) adalah analisis finansial usahatani jamur tiram putih sedangkan dalam penelitian ini analisis usahatani yang dilakukan adalah analisis ekonomi. Lokasi penelitian Hidayat (2011) yaitu di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, Kabupaten Bogor. Nasution (2010) di Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor sedangkan lokasi penelitian ini di Desa Tugu Utara, Desa Tugu Selatan, Desa Kopo dan Desa Jogjogan, Kecamatan Cisarua serta Desa Cipayung, Desa Sukaresmi dan Desa Sukakarya Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, sedangkan penelitian Herbowo (2011) hanya dilakukan di Desa Tugu Selatan.

Nasution (2011) dan Tria (2010) melakukan analisis efisiensi usahatani jamur tiram putih sedangkan dalam penelitian ini dilakukan analisis sensitivitas usahatani jamur tiram putih. Perbedaan penelitian ini dengan Nisa (2006) dalam hal komoditas dan analisis maanfaat langsung dan tidak langsung. sedangkan pada penelitian Khairunisa (2011) yang dianalisis adalah UPS “Mutu Elok” dan penelitian Nisa (2006) komoditas yang digunakan adalah Udang Galah sedangkan dalam penelitian ini adalah jamur tiram putih. Analisis manfaat langsung dan tidak langsung dalam penelitian Nisa (2006) dihitung dari sumberdaya lahan sawah yang digunakan untuk budidaya ikan campuran untuk usaha pembesaran dan pendederan udang galah sedangkan dalam penelitian ini manfaat langsung dihitung dari pendapatan usahatani dan manfaat tidak langsung dihitung dari penyerapan tenaga kerja karena adanya usahatani jamur tiram putih.


(43)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Menurut Nasution (2010), usahatani jamur tiram memiliki peluang pasar yang besar hal tersebut dapat dilihat dari permintaan akan jamur tiram yang cenderung semakin meningkat, meningkatnya permintaan jamur tiram putih sebesar 20% - 25%/tahun. Permintaan yang semakin meningkat tersebut tidak diimbangi dengan produksi atau penawaran yang mencukupi. Jamur tiram putih memiliki harga jual yang stabil di pasar, harga di pasar tradisional berkisar antara Rp 7 000/kg - Rp 9 000/kg dan di supermarket Rp 25 000/kg (Sunaryanto, 2010). Harga yang stabil dan peluang pasar jamur tiram yang masih besar seharusnya dapat memberikan motivasi kepada para petani jamur tiram putih untuk terus melakukan usahataninya sehingga lebih produktif.

Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentral penghasil jamur tiram putih. Produktivitas yang dihasilkan oleh petani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung selama ini belum maksimal. Produktivitas masih 0.30 kg/bag log, sedangkan menurut Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2012), produktivitas jamur tiram putih yang baik berkisar antara 0.40 - 0.50 kg/bag log.

Produktivitas jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung belum maksimal karena dalam pembuatan media tanam (bag log) yang dilakukan oleh setiap unit usaha tidak sama. Petani jamur tiram putih ada yang membuat bag log dan bibit, membuat bag log namun bibitnya membeli dan ada juga petani membeli bag log yang sudah jadi. Teknik budidaya jamur tiram putih yang dilakukan sederhana, misalkan pada proses pengemasan bag log dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia belum menggunakan tenaga


(44)

28 mesin. Alat sterilisasi bag log yang digunakan oleh petani berbeda-beda, ada yang menggunakan drum dan ada juga yang menggunakan autokfal.

Di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor usahatani jamur tiram putih pada tahun 2006-2009 berkembang dengan baik, namun pada tahun 2010 usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua mengalami penurunan jumlah produksi. Tahun 2010 Kecamatan Megamendung mulai menghasilkan jamur tiram putih dan jumlah produksinya lebih besar 510 ton daripada Kecamatan Cisarua yang dikenal sebagai sentral jamur tiram putih (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2011).

Perbedaan cara membuat bag log serta peralatan yang dibutuhkan dan hasil produktivitas jamur tiram putih yang masih kurang dari standar, maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisis ekonomi usahatani jamur tiram putih yang dilihat dari manfaat langsung dan tidak langsung serta kelayakan usahatani. Hal ini dilakukan untuk mengetahui usahatani jamur tiram putih, yaitu usahatani non plasma A, usahatani non plasma B dan usahatani plasma di Kecamatan Cisarua dan Megamendung layak atau tidak layak apabila terus dijalankan.

Terdapat dua manfaat yang diterima oleh petani dan masyarakat sekitar, yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung dilihat dari pendapatan yang didapat dari usahatani jamur tiram putih dan berapa banyak tenaga kerja yang dapat terserap dalam usahatani jamur tiram putih. Manfaat tidak langsung dilihat dari manfaat yang didapat oleh masyarakat sekitar dari pemanfaatan limbah serbuk gergaji bag log yang dijadikan pupuk organik dan manfaat yang diperoleh tenaga kerja dari hasil penjualan plastik limbah bag log. Analisis kelayakan usahatani dilihat dari aspek usahatani dan aspek kelayakan


(45)

29 ekonomi. Aspek kelayakan ekonomi akan ditinjau kelayakannya dengan menggunakan kriteria ekonomi. Setelah menganalisis aspek usahatani dan aspek kelayakan ekonomi dilanjutkan dengan menganalisis sensitivitas dari usahatani tersebut. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar usahatani masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal. Kerangka pemikiran operasional penelitian tersebut dapat diringkas seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Alur Pemikiran Penelitian

pendapatan dan penyerapan tenaga kerja Analisis pendapatan dan penyerapan tenaga kerja penjualan pupuk organik dan penjualan plastik limbah bag log Analisis pendapatan Kelayakan ekonomi Analisis ekonomi sensitivitas Analisis sensitivitas Usahatani jamur tiram putih

1. Usahatani non plasma A 2. Usahatani non plasma B 3. Usahatani plasma

Analisis ekonomi usahatani jamur tiram putih Manfaat tidak langsung

usahatani jamur tiram putih

Manfaat langsung usahatani jamur tiram putih

Kelayakan usahatani jamur tiram putih

Pengelolaan usahatani jamur tiram putih yang layak secara ekonomi Produk pertanian sebagai alternatif

pemenuh kebutuhan pangan khususnya tanaman hortikultura

Meningkatnya kebutuhan pangan

Jamur tiram putih merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai kandungan gizi tinggi

Daerah penghasil jamur tiram putih di Kabupaten Bogor adalah Kecamatan Cisarua dan Megamendung


(46)

30

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey yang mengambil data primer di Desa Tugu Utara, Tugu Selatan, Kopo serta Jogjogan, Kecamatan Cisarua dan di Desa Cipayung, Sukaresmi dan Sukakarya, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan Kabupaten Bogor sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Kecamatan Cisarua pada tahun 2006 - 2009 menempati peringkat satu sebagai daerah penghasil jamur tiram putih di Kabupaten Bogor dan pada tahun 2010 Kecamatan Megamendung menempati peringkat pertama sebagai penghasil jamur tiram putih di Kabupaten Bogor (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2011). Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April 2012 - Februari 2013, dimana pengambilan data dilakukan pada bulan April - Agustus 2012.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara pada petani jamur tiram putih dan pekerja dalam usahatani jamur tiram putih. Data sekunder digunakan untuk melengkapi data primer hasil wawancara. Wawancara dilakukan dengan panduang kuesioner, kuesioner penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Data sekunder yang digunakan meliputi: hasil produksi jamur di Provinsi Jawa Barat, hasil produksi, jumlah media, produktivitas dan daerah pemasaran jamur tiram putih di Kabupaten Bogor dan data administrasi desa, serta data-data yang relevan lainnya untuk penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari: Dinas Pertanian


(47)

31 Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung serta hasil-hasil penelitian terdahulu. Jenis, sumber data dan metode analisis data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

No Tujuan Jenis dan Sumber Data Metode Analisis

1 Analisis pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.

Data penerimaan, biaya usahatani jamur tiram putih dan jumlah tenaga kerja. Data primer dari petani.

Analisis pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. 2 Analisis kelayakan

ekonomi usahatani jamur tiram putih.

Data penerimaan dan biaya usahatani jamur tiram putih dan data penerimaan dari pemanfaatan limbah bag log. Data primer dari petani, tenaga kerja dan masyarakat sekitar.

Analisis ekonomi.

3 Analisis sensitivitas usahatani jamur tiram putih.

Data penerimaan dan biaya usahatani jamur tiram putih dan data penerimaan dari pemanfaatan limbah bag log. Data primer dari petani, tenaga kerja dan masyarakat sekitar dan data sekunder dari Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bogor

Analisis sensitivitas.

Sumber: Data primer (diolah), 2012

4.3 Metode Pengambilan Data

Teknik pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan dengan sensus dimana responden dipilih dari seluruh populasi yang ada. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 20 responden. Tabel 7 menunjukkan jumlah responden dalam penelitian yang dilakukan.

Tabel 7. Jumlah Responden

Kecamatan Desa Usahatani Non Plasma A

Usahatani Non Plasma B

Usahatani Plasma

Cisarua

1. Tugu Utara 0 2 0

2. Tugu Selatan 0 2 2

3. Kopo 0 4 0

4. Jogjogan 1 0 1

Jumlah 1 8 3

Megamendung

1. Cipayung 1 0 0

2. Sukaresmi 0 1 3

3. Sukamaju 0 2 1

Jumlah 1 3 4

Jumlah Total 2 11 7


(48)

32 Berdasarkan Tabel 7, responden dalam penelitian ini adalah unit usahatani jamur tiram putih yang ada di Desa Tugu Utara, Tugu Selatan, Kopo serta Jogjokan, Kecamatan Cisarua dan Desa Cipayung, Sukaresmi dan Sukamaju, Kecamatan Megamendung. Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan cara memproduksi bag log, yaitu (1) petani non plasma A adalah petani jamur tiram putih yang memproduksi bag log dan bibit jamur tiram putih, (2) petani non plasma B adalah petani jamur tiram putih yang memproduksi bag log dan membeli bibit jamur tiram putih dan (3) usahatani plasma adalah petani jamur tiram putih yang membeli bag log sudah jadi.

Pengambilan data dari responden bertujuan untuk memperoleh gambaran aktivitas kegiatan usahatani yang dilakukan, jumlah input dan output yang dihasilkan serta pengaruh usahatani jamur tiram putih tersebut terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat.

4.4 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2007. Metode analisis yang digunakan berdasarkan Tabel 6 adalah analisis pendapatan usahatani, analisis penyerapan tenaga kerja, analisis ekonomi dan analisis sensitivitas. Umur usahatani dalam penelitian ini berdasarkan umur teknis bangunan kumbung sebagai investasi yang paling penting dalam usahatani, yaitu selama 5 tahun. Jenis output yang dihasilkan adalah jamur tiram putih segar dan bibit jamur tiram putih. Tingkat diskonto yang digunakan berdasarkan suku bunga deposito rata-rata bank yang ada di Indonesia bulan April-September 2012 sebesar 5.49%.


(1)

113

Lampiran 12. Analisis Ekonomi Usahatani Plasma di Kecamatan Cisarua dan

Kecamatan Megamendung

No Uraian Tahun

1 2 3 4 5

A INFLOW

1 TR jamur 22 825.0 68 477.40 68 477.40 68 477.40 68 477.40 2 Gaji tenaga kerja 3 600.00 108 00.00 10 800.00 10 800.00 10 800.00

3 Pupuk organik 0.00 83.33 83.33 83.33 83.33

4 Plastik bekas 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05

5 Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 26.92

Total Inflow 26 426.05 79 363.88 79 363.88 79 363.88 79 363.88

B OUTFLOW

A Biaya Investasi

a.1 Kumbung 9000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.2 Peralatan growing dan

pemanenan 0.00 0.00 0.00 0.00

a.2.1 Mesin pompa air 350.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.2.2 Selang 175.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.2.3 Spul selang 33.00 0.00 33.00 0.00 33.00

a.2.4 Keranjang panen (5kg) 28.00 0.00 0.00 28.00 0.00

a.2.5 Termometer 23.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.2.6 Timbangan 15 kg 150.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Biaya Investasi 9 759.00 0.00 33.00 28.00 33.00

b Biaya Operasional b.I Biaya Variabel

b.I.1 Beli baglog 21 191.36 63 574.08 63 574.08 63 574.08 63 574.08

b.I.2 Cutter 60.00 180.00 180.00 180.00 180.00

b.I.3 Plastik Jamur (60cmx85cm) 98.57 295.71 295.71 295.71 295.71

b.I.4 Biaya telpon 122.86 368.57 368.57 368.57 368.57

b.I.5 Biaya listrik 77.14 231.42 231.42 231.42 231.42

Total Biaya Variabel 21 549.92 64 649.78 64 649.78 64 649.78 64 649.78

b.II Biaya Tetap

b.II.1 Sewa Lahan 430m2 1 980.00 1 980.00 1 980.00 1 980.00 1 980.00

b.II2

Gaji TKP

Pemanen&pascapanen

(orang) 3 200.00 9 600.00 9 600.00 9 600.00 9 600.00

Total Biaya Tetap 5 180.00 11 580.00 11 580.00 11 580.00 11 580.00 Total Outflow 36 488.93 76 229.78 76 262.78 76 257.78 76 262.78 Net Benefit -1 0 062.88 3 134.10 3 101.10 3 106.10 3 128.02 Discount Factor 5.49% 0.95 0.90 0.85 0.81 0.77 PV -9 539.18 2 816.37 2 641.69 2 508.25 2 394.49 PV Positif 10 360.80

PV Negatif -9 539.18

NPV 821.62

IRR ( %) 9.17


(2)

114

Lampiran 13. Analisis Sensitivitas Usahatani Plasma dengan Menurunkan

Harga Jamur Tiram Putih Segar Sebesar Rp 50.00/kg di

Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung

(ribu rupiah)

No Uraian Tahun

1 2 3 4 5

A INFLOW

1 TR jamur 22 673.63 68 020.88 68 020.88 68 020.88 68 020.88 2 Gaji tenaga kerja 3 600.00 108 00.00 10 800.00 10 800.00 10 800.00

3 Pupuk organik 0.00 83.33 83.33 83.33 83.33

4 Plastik bekas 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05

5 Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 26.92

Total Inflow 26 274.68 78 907.36 78 907.36 78 907.36 78 907.36

B OUTFLOW

A Biaya Investasi

a.1 Kumbung 9000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.2 Peralatan growing dan

pemanenan 0.00 0.00 0.00 0.00

a.2.1 Mesin pompa air 350.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.2.2 Selang 175.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.2.3 Spul selang 33.00 0.00 33.00 0.00 33.00

a.2.4 Keranjang panen (5kg) 28.00 0.00 0.00 28.00 0.00

a.2.5 Termometer 23.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.2.6 Timbangan 15 kg 150.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Biaya Investasi 9 759.00 0.00 33.00 28.00 33.00

b Biaya Operasional b.I Biaya Variabel

b.I.1 Beli baglog 21 191.36 63 574.08 63 574.08 63 574.08 63 574.08

b.I.2 Cutter 60.00 180.00 180.00 180.00 180.00

b.I.3 Plastik Jamur (60cmx85cm) 98.57 295.71 295.71 295.71 295.71

b.I.4 Biaya telpon 122.86 368.57 368.57 368.57 368.57

b.I.5 Biaya listrik 77.14 231.42 231.42 231.42 231.42

Total Biaya Variabel 21 549.92 64 649.78 64 649.78 64 649.78 64 649.78

b.II Biaya Tetap

b.II.1 Sewa Lahan 430m2 1 980.00 1 980.00 1 980.00 1 980.00 1 980.00

b.II2

Gaji TKP

Pemanen&pascapanen

(orang) 3 200.00 9 600.00 9 600.00 9 600.00 9 600.00

Total Biaya Tetap 5 180.00 11 580.00 11 580.00 11 580.00 11 580.00 Total Outflow 36 488.93 76 229.78 76 262.78 76 257.78 76 262.78 Net Benefit -1 0 214.25 2 677.58 2 644.58 2 649.58 2 671.50 Discount Factor 5.49% 0.95 0.90 0.85 0.81 0.77 PV -9 682.67 2 406.13 2 252.80 2 139.60 2 045.03 PV Positif 8 843.56

PV Negatif -9 682.67

NPV -839.11

IRR ( %) 1.67


(3)

115

Lampiran 14. Analisis Sensitivitas Usahatani Non Plasma B dengan

Menurunkan Harga Jamur Tiram Putih Segar Sebesar

Rp 50.00/kg di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan

Megamendung

(ribu rupiah)

No Uraian Tahun

1 2 3 4 5

A INFLOW

1 TR jamur 188 276.40 564 829.20 564 829.20 564 829.20 564 829.20 2 Gaji Tenaga Kerja 31 920.00 95 760.00 95 760.00 95 760.00 95 760.00

3 Pupuk organik 0.00 166.65 166.65 166.65 166.65

4 Plastik bekas 1.75 5.25 5.25 5.25 5.25

5 Nilai sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 1 194.83

Total Inflow 220 198.15 660 761.10 660 761.10 660 761.10 660 761.10

B OUTFLOW

a Biaya Investasi

a.1 Kumbung 57 741.90 0.00 0.00 0.00 0.00

a.2 Peralatan Produksi

a.2.1 Sekup 195.00 0.00 195.00 0.00 195.00

a.2.2 Cangkul 120.00 0.00 120.00 0.00 120.00

a.2.3 Ayakan (2x1m2) 100.00 0.00 0.00 100.00 0.00

a.2.4 Timbangan 50kg 200.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.3 Peralatan Sterilisasi

a.3.1 Autoklaf 12 000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.3.2 Drum baja besar 1 500.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.3.3 Drum baja Kecil 1 400.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.3.4 Tabung gas (3kg) 870.00 0.00 870.00 0.00 870.00

a.3.5 Tabung gas (12kg) 1 300.00 0.00 1 300.00 0.00 1 300.00

a.3.6 Kompor semawar 840.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.4 Peralatan Inokulasi

a.4.1 Lampu ultraviolet 114.00 0.00 0.00 114.00 0.00

a.4.2 Lampu bunsen 45.00 0.00 45.00 0.00 45.00

a.4.3 Sendok spatula 45.00 0.00 45.00 0.00 45.00

a.4.4 Sprayer 45.00 0.00 0.00 45.00 0.00

a.4.5 Pinset 45.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.5 Inkubasi Baglog 0.00 0.00 0.00 0.00

a.5.1 Keranjang angkut

(50kg) 425.00 0.00 425.00 0.00 425.00

a.5.2 Rolly 900.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.6 Peralatan di Kumbung

a.6.1 Mesin pompa air 360.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.6.2 Selang 280.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.6.3 Stik steam air 150.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.6.4 Spul selang 54.00 0.00 54.00 0.00 54.00

a.6.5 Toren/tandon air 500.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.6.6 Keranjang panen

(5kg) 70.00 0.00 70.00 0.00 70.00

a.6.7 Termometer 351.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.6.8 Timbangan 20kg 175.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.6.9 Timbangan 15 kg 150.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.6.10 Timbangan 10 kg 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.6.11 Tangga 250.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Biaya Investasi 80 325.90 0.00 3 124.00 259.00 3124.00

B Biaya Operasional

b.I.1 Cutter (buah) 1 040.00 3 120.00 3 120.00 3 120.00 3 120.00 b.I.2 Masker (pak) 1 040.00 3 120.00 3 120.00 3 120.00 3 120.00 b.I.3 Gas 3kg (buah) 14 144.00 42 432.00 42 432.00 42 432.00 42 432.00 b.I.4 Gas 12kg (buah) 1 601.60 4 804.80 4 804.80 4 804.80 4 804.80 b.I.5 Spirtus (liter) 208.00 6 864.00 6 864.00 6 864.00 6 864.00 b.I.6 Alkohol (liter) 7 488.00 22 464.00 22 464.00 22 464.00 22 464.00 b.I.7 Plastik Jamur 60cmx85cm (Kg) 2 870.40 8 611.20 8 611.20 8 611.20 8 611.20 b.I.8 Biaya telpon 800.00 4 800.00 4 800.00 4 800.00 4 800.00 b.I.9 Biaya listrik 600.00 1 800.00 1 800.00 1 800.00 1 800.00 b.I.10 BBM (bensin) (ilter) 3 744.00 11 232.00 11 232.00 11 232.00 11 232.00 b.I.11 Serbuk Gergaji (Kg) 23 943.64 64 647.82 64 647.82 64 647.82 64 647.82


(4)

116

Lampiran 14. Lanjutan

(ribu rupiah)a

No Uraian Tahun

1 2 3 4 5

b.I.12 Plastik baglog (Kg) 15 184.85 45 554.55 45 554.55 45 554.55 45 554.55 b.I.13 Dedak (Kg) 20 866.57 63 052.36 63 052.36 63 052.36 63 052.36 b.I.14 Kapur (Kg) 2 530.10 3 324.93 3 324.93 3 324.93 3 324.93 b.I.15 Tepung Jagung (Kg) 4 642.82 11 193.00 11 193.00 11 193.00 11 193.00 b.I.16 Gula putih bubuk

(Kg) 3 328.00 9 984.00 9 984.00 9 984.00 9 984.00

b.I.17 Bibit F2 (botol) 24 537.16 66 438.98 66 438.98 66 438.98 66 438.98 b.I.18 Biaya ngelog 5 464.31 15 678.00 15 678.00 15 678.00 15 678.00 b.I.19 Tali Rapia (gulung) 780.00 2 340.00 2 340.00 2 340.00 2340.00 b.I.20 Cincin 5 226.00 15 678.00 15 678.00 15 678.00 15 678.00

b.I.21 Koran (Kg) 156.00 468.00 468.00 468.00 468.00

b.I.22 Tepung Tapioka (Kg) 8 840.00 26 520.00 13 260.00 13 260.00 13 260.00 b.I.23 TSP (Kg) 1 070.62 3 211.87 6 423.74 6 423.74 6 423.74 b.I.24 Urea (Kg) 3 413.89 10 241.68 10 241.68 10 241.68 10 241.68 b.I.25 Gips (kg) 10 868.00 20 377.50 20 377.50 20 377.50 20 377.50

Total Biaya Variabel 168 798.59 484 993.89 474 945.76 474 945.76 474 945.76

b.II Biaya Tetap

b.II.1 Sewa Lahan 2000 m2 9 000.00 9 000.00 9 000.00 9 000.00 9 000.00

b.II.2 Gaji TKL Teknisi

(orang) 24 000.00 24 000.00 24 000.00 24 000.00 24 000.00 b.II.3 Gaji TKL Sterilisasi (orang) 9 000.00 27 000.00 27 000.00 27 000.00 27 000.00 b.II.4 Gaji TKL Inkubasi

(orang) 9 000.00 27 000.00 27 000.00 27 000.00 27 000.00 b.II5 Gaji TKP Inokulasi

(orang) 3 200.00 9 600.00 9 600.00 9 600.00 9 600.00

b.II.6

Gaji TKP

Pemanen&pascapanen (orang)

4 800.00 14 400.00 14 400.00 14 400.00 14 400.00 b.II.7 Pemeliharaan

Kumbung 3 200.00 9 600.00 9 600.00 9 600.00 9 600.00

b.III Subsidi 19 164.00

Total Biaya Tetap 62 200.00 120 600.00 120 600.00 120 600.00 120 600.00 Total Outflow 311 324.49 605 593.89 598 669.76 595 804.76 598 669.76 Net Benefit -91 126.34 55 167.21 62 091.34 64 956.34 63 286.17 Discount Factor 5.49% 0.95 0.90 0.85 0.81 0.77 PV -86 383.87 49 574.51 52 892.87 52 453.73 48 445.38 PV Positif 203 366.49

PV Negatif -86 383.87

NPV 116 982.62

IRR(%) 53.93


(5)

117


(6)

118

RIWAYAT HIDUP

Shinta Margaretta

lahir pada tanggal 19 Januari 1990 di Sukoharjo.

Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Agus Setyo Budi,

SE dan Suharni Puji Astuti, S.Pd. Penulis mengawali pendidikan formal di TK

Pertiwi Tegalmade pada tahun 1995, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah

Dasar Negeri 1 Tegalmade. Tahun 2002 melanjutkan pendidikan di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 3 Mojolaban dan pada tahun 2005 melanjutkan

pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sukoharjo, pada tahun 2006 penulis

melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cibinong.

Penulis pada tahun 2008 diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima

sebagai mahasiswa di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Program mayor yang diambil penulis adalah

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan dan program minor yang diambil adalah

Komunikasi dibawah naungan Fakultas Ekologi Manusia yang mampu

mendukung studi penulis. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan

kemahasiswaan yaitu sebagai Staf Kementrian Lingkungan Hidup Kabinet IPB

Gemilang 2008/2009, Staf Departemen Sosial dan Lingkungan Fakultas Ekonomi

dan Manajemen Kabinet Orange Beraksi 2009/2010.