60
Hingga akhir penelitian ini, penulis belum mendapatkan data yang lengkap karena keterbatasan data yang diperoleh. Sehingga penulis tidak bisa menyajikan jumlah santri yang
mendaftar hingga tahun 2000. Namun, dengan data yang ada penulis mencoba memberikan gambaran bagaimana perkembangan Pesantren At-Thoyyibah Indonesia dengan melihat dari
banyaknya santri yang mendaftar untuk belajar dipesantren tersebut.
3.2.6 Alumni
Pesantren At-Thoyyibah Indonesia menghasilkan banyak tamatan alumni yang tersebar di berbagai daerah dan telah terjun ke masyarakat baik sebagai guru, kiai, ulama,
muballigh, serta pimpinan-pimpinan organisasi, dan banyak pula yang mengabdikan dirinya kembali ke Pesantren At-Thoyyibah Indonesia. Ada pula dari mereka yang mendirikan
madrasah-madrasah serta pondok pesantren. Ada juga yang aktif bergerak dalam bidang organisasi dan pemerintahan, baik di daerah maupun di pusat.
Di samping itu ada pula yang meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi baik di dalam maupun luar negeri, seperti Universitas Sumatera Utara, Institut Agama Islam Negeri,
Universitas Negeri Medan, Universitas Gajah Mada, Al-Azhar University dan banyak universitas lainnya.
72
Tersebarnya para alumni PAI di berbagai daerah tidak begitu saja memutuskan ikatan kekeluargaan mereka. Antara alumni dengan Pesantren At-Thoyyibah Indonesia terjalin
hubungan yang sangat erat. Hubungan batin yang akrab itu tidak hanya terbatas antara para alumni dengan pengasuh-pengasuh PAI saja, tetapi juga antara para alumni itu sendiri,
72
Pesantren At-Thoyyibah Indonesia Pinang Lombang setiap tahunnya menerima undangan dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia, seperti USU, UNIMED, Universitas Gadja Mada, Universitas
Brawijaya, dan lain-lain. Kebanyakan para santri yang mendaftar diterima di Perguruan tinggi tersebut wawancara dengan H. Abdul Hadi, L.c, di Kantor Pesantren At-Thoyyibah Indonesia Pinang Lombang pada
tanggal 15 Mei 2013.
Universitas Sumatera Utara
61
sehingga antara yang satu dengan yang lain menganggap sebagai saudara dengan pesantrennya sebagai almamater. Mereka merasa dirinya sebagai keluarga, keluarga besar
Pesantren At-Thoyyibah Indonesia. Demikianlah ikatan yang terjalin dan telah tertanam semasa mereka bernaung di PAI
dan meskipun telah terjun ke masyarakat silatuhrahmi mereka tetap terpelihara. Perbedaan aliran faham atau golongan dan perbedaan suku bangsa, tidak menghalangi ikatan
persaudaraan mereka. Untuk mempererat ikatan persaudaraan itu, maka dibentuklah organisasi kekeluargaan dengan nama Ikatan Alumni Pondok Pesantren At-Thoyyibah
Indonesia yang disingkat menjadi IKAPPAI. Organisasi ini bertujuan memelihara hubungan persaudaraan antara sesama warga pondok pesantren, menjadi perekat persatuan antar ummat
dan membantu usaha-usaha PAI.
73
Sampai tahun 2000 status sebagian besar pesantren adalah milik pribadi kiai. Perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan dan pengawasan lembaga ini ditentukan oleh kiai.
Oleh karena itu faktor bobot ilmu dan kepribadiaan sang kiai sangat menentukan kelangsungan hidup suatu pondok pesantren. Apabila ilmu kiai berbobot dan didukung oleh
kepribadiaan yang kuat, biasanya pondok pesantren berjalan lancar. Karena “system leadership” yang sangat pribadi ini, maka tidak jarang terlihat pesantren yang tadinya besar
3.3 Kondisi PAI Tahun 1997-2000