Pendidikan di Desa Sabungan Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan 1975-2000

BAB II
SEJARAH DAN KONDISI MASYARAKAT DESA SABUNGAN
2.1 Sejarah dan Kondisi Alam
Desa Sabungan merupakan desa yang berada nama suatu wilayah di
Kecamatan Sungai kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Desa Sabungan mulai
terbentuk pada tahun 1928 dan pada saat itu Desa Sabungan dipimpin oleh Bapak
Baginda Halifah Siregar pada saat itu di tunjuk oleh raja selama 36 (tiga puluh
enam) tahun. Pada tahun 1964 Desa Sabungan dipimpin oleh seorang Kepala Luaat
yang bernama Baginda Mudo Harahap selama 2 (Dua) tahun kemudian pada tahun
1966 Desa Sabungan dipimpin oleh Kepala Luat yang bernama Baginda Tindi
Siregar, Beliau memimpin Desa selama 4 tahun hingga tahun 1970. Pada tahun 1970
Desa Sabungan dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang dipilih langsung oleh
masyarakat, yang bernama Regen Harahap. Beliau memimpin Desa Sabungan hingga
tahun 1995. Pada tahun 1995 sampai 1996 Desa sabungan dipimpin oleh seorang
Kepala Desa terpilih Fahri Siregar.10

10

Data umum Desa Sabungan, Tahun 2000.

27

Universitas Sumatera Utara

Secara administrasi Desa Sabungan Kabupaten Labuhan Batu Selatan
memiliki batas sebagai berikut:
Sebelah Utara

:Berbatasan Desa Mampang/Desa Simatahari
Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu
Selatan.

Sebelah Selatan

:Berbatas dengan Kelurahan Langgapayung
Kec.Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu
Selatan.

Sebelah Timur

:Berbatasan


Desa

Bangai

Kec.Torgamba

Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Sebelah Barat

:Berbatasan
Kecamatan

dengan

Desa

Silangkitang

Binanga


Dua

Kabupaten

Labuhanbatu Selatan.
Ibukota dari Kabupaten Labuhan Batu Selatan adalah Kota Pinang.
Desa Sabungan yang berada di Kecamatan Sungai Kanan yang memiliki luas
daerah 6334 Ha. Dan terbagi atas 13 dusun di dalamnya, meliputi Dusun Suka
Makmur, Simandiangin, Sukamulia, Sukarame, Tegal Sari, Sungai Dua,
Sabungan Pekan, Karang Sari, Suka Jadi, Air Lumpatan, Sapilpil, Sabungan

28
Universitas Sumatera Utara

Sentosa, Pardomuan.11Daerah yang ada di desa ini umumnya memiliki tanah
yang datar dan hanya sedikit daerah yang tanahnya memiliki kemiringan.
Suhu di desa Sabungan ini umumnya hanya berkisar rata-rata 29º-33ºC
yang merupakan suhu beriklim tropis, daerah ini dapat dikatakan memiliki
suhu tropis yang cocok untuk ditanami komoditi kelapa sawit. Curah hujan
pertahun 1500-3000 mm. Jika dilihat dari perbatasan-perbatasannya, desa

Sabungan dikelilingi oleh desa-desa maupun ibukota kabupaten yang
menunjang perkembangan desa tersebut.Jika ditinjau dari jarak Desa
Sabungan dengan ibukota Provinsi memilki jarak 125 Km, sedangkan jarak
antara desa Sabungan ke ibukota kecamatan 7 km jika ditempuh
menggunakan alat transportasi roda dua serta jarak ke ibukota kabupaten yaitu
25 Km dan ibukota kecamatan ini berada di kelurahan Langga Payung. 12
Berdasarkan topografinya secara umum Desa Sabungan berada pada
ketinggian 300 - 1200 mdpl. Daerah ini terdiri dari keadaan tanah dataran
rendah, bergelombang, berbukit dan yang berbentuk datar. Daerah
bergelombang mendominasi daerah ini dengan 56 %, selanjutnya dataran
rendah 19 %, berbentuk datar 15 %, dan berbentuk bukit 10.

11
12

Data umum Desa Sabungan, Tahun 2000.
Data umum Desa Sabungan, Tahun 2000.

29
Universitas Sumatera Utara


Salah satu faktor yang mendukung berkembang pesatnya perkebunan
yang ada di desa Sabungan ialah letak geografisnya yang sangat cocok untuk
menanam komoditi kelapa sawit. Faktor-faktor yang mendukung dapat
berkembang pesatnya komoditi kelapa sawit adalah kesesuaian lahan yang
ditentukan oleh letak geografis, tofografi serta ketersediaan air yang banyak.
Strategis serta suburnya tanah yang dimiliki desa Sabungan ini memberikan
dampak yang besar bagi perkembangan desa Sabungan yang semula hanya terdiri
dari hutan-hutan yang lebat dan sedikit penghuninya. Selain sawit yang menjadi
komoditas utama perkebunan di desa Sabungan, setidaknya ada beberapa
komoditas lain yang dikembangkan didesa Sabungan tersebut, komoditas itu
ialah karet. Banyaknya komoditas tanaman perkebunan di desa Sabungan itu juga
tidak terlepas dari faktor keadaan geografis dan iklim yang ada di desa Sabungan
yang sangat cocok ditanami komoditas tersebut.
2.2 Keadaan Demografi di Desa Sabungan
Desa Sabungan adalah Desa yang tumbuh bersamaan dengan
perkembangan masyarakat(warga) yang terus berkembang. Memang kemajuan
di bidang pendidikan di desa ini agak lambat namun seiring berjalannya waktu
desa ini mulai berubah dengan adanya sarana dan prasarana yang sudah
semakin lengkap. Walaupun pada awalnya desa ini memiliki keunikan

tersendiri dibandingkan dengan desa-desa yang disekitarnya namun desa ini
sudah mulai menunjukkan eksistensinya. Walaupun desa ini memiliki

30
Universitas Sumatera Utara

penduduk dengan jumlah agama muslim terbanyak namun desa ini tidak pernah
menunjukkan kebencian atau adanya konflik dengan agama lain. Namun inilah
alasan untuk menjaga satu sama lain dan saling menolong diantara umat
beragama.

Sehingga mendukung perkembangan desa tersebut berdasarkan

hasil registrasi penduduk tahun 2000 adapun data-data mengenai Desa adalah
sebagai berikut :
Tabel2.1
Jumlah PendudukBerdasarkan Dusun
Jumlah
No


Dusun

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Perempuan

Penduduk

KK

Laki-

Ket

laki
1


Sabungan Pekan

722

701

1423

402

2

Karang Sari

750

740

1490


406

3

Suka Jadi

698

680

1378

356

4

Air Lumpatan

298


280

578

120

5

Sapilpil

524

447

971

181

302


314

616

120

Sabungan
6
Sentosa
7

Pardomuan

423

399

822

182

8

Suka Makmur

312

304

616

122

9

Simandiangin

543

532

1075

270

31
Universitas Sumatera Utara

10

Suka Mulia

251

241

492

101

11

Suka Rame

190

182

372

92

12

Tegal Sari

201

169

370

104

13

Sungai Dua

150

125

275

85

5.364

5.114

10.478

2.541

Jumlah
Penduduk Desa
Sabungan

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000.
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa banyaknya dusun di Desa
Sabungan ternyata tidak menjadi faktor pendukung kemajuan pendidikan di
sebuah desa. Walau Desa Sabungan memiliki 13 dusun namun niat masyarakat
untuk mengenyam pendidikan masih kurang dan mereka juga kurang menyadari
bahwa pendidikan dibutuhkan oleh anak-anak mereka untuk bekal masa depan
demi generasi yang lebih baik lagi. Mereka sangat memprioritaskan pekerjaan
dibangdingkan dengan pendidikan. Dan dibanding dengan desa-desa yang lain
Desa Sabungan merupakan Desa yang kurang berkembang dari segi
pendidikanmaupun dari segi pembangunan. Desa ini juga kurang menerima
penduduk pendatang. Ini terlihat dari sedikitnya masyarakat yang datang ke desa
ini.

32
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2
Luas Masing-Masing Dusun
No

Dusun

Luas Wilayah (Ha)

1

Sabungan Pekan

561 Ha

2

Karang Sari

521 Ha

3

Suka Jadi

751 Ha

4

Air Lumpatan

474 Ha

Sapilpil

614 Ha

6

Sabungan Sentosa

401 Ha

7

Pardomuan

462 Ha

8

Suka Makmur

461 Ha

9

Simandiangin

745 Ha

10

Suka Mulia

361 Ha

11

Suka Rame

311 Ha

12

Tegal Sari

361 Ha

13

Sungai Dua

311 Ha

Jumlah Luas Wilayah Desa

6.334 Ha

5

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000.

33
Universitas Sumatera Utara

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa Desa Sabungan merupakan desa yang
terbilang cukup luas dan seharusnya dengan luas desa yang seperti itu masyarakat nya
harus lebih maju dibandngkan dengan desa-desa kecil yang ada disekitar Desa
Sabungan ini. Dan seharusnya jika dilihat dari luas desa ini seharusnya sudah
memiliki sarana dan prasarana yang mendukung namun karerna memang pola pikir
dan sifat tertutup dari warga desa ini tidak maju dan mengganggap bahwa pendidikan
hal yang memalukan dan tidak perlu maka pemerintah setempat pun kurang
memperhatikan desa ini.

Tabel2.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
No

Umur

Jumlah Penduduk

Jiwa

1

0 – 6 Tahun

1890

Jiwa

2

7 –12 Tahun

1876

Jiwa

3

13 – 18 Tahun

1254

Jiwa

4

19 – 22 Tahun

1129

Jiwa

5

23-59 Tahun

3812

Jiwa

6

60 Tahun ke atas

517

Jiwa

Jumlah

10478

Jiwa

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000.

34
Universitas Sumatera Utara

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah anak usia 0 – 6 tahun adalah
yang paling banyak di desa ini. Angka kelahiran di desa ini termasuk tinggi. Namun
selain faktor kurang kesadaran orangtua tingkat kemalasan juga terjadi di desa ini.
Banyak anak-anak di bawah umur yang sudah tidak bersekolah lagi. Padahal usia
mereka masih sangat membutuhkan pendidikan. Walau sekarang desa ini sudah bebas
buta huruf namun perlu penanganan khusus pada anak-anak usia 0 – 6 tahun
menginggat jumlah usia ini lebih besar dibandingkan usia yang lain. Penanganan agar
mereka mau sekolah dan meneruskan sampai jenjang yang lebih tinggi.

Tabel2.4
Jumlah Penduduk Sesuai Dengan Tingkat Pendidikan
No

Pendidikan

Jumlah

Jiwa

1

Belum Sekolah

1890

Jiwa

2

Tidak Tamat SD

1734

Jiwa

3

Tamat SD

2789

Jiwa

4

Tamat SMP

1987

Jiwa

5

Tamat SMA

1721

Jiwa

6

Tamat Diploma dan Sarjana

357

Jiwa

7

Jumlah

10.478

Jiwa

Sumber : Kantor Kepla Desa Sabungan, 2000.

35
Universitas Sumatera Utara

Dari tabel diatas kita mengetahui bahwa penduduk di Desa Sabungan sangat
tidak memperdulikan pendidikan. Mereka hanya bersedia sekolah sampai tamat SD
hampir setengah anak-anak yang tamat SD tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang
lebih baik lagi. Ironis, namun memang kenyataan yang terjadi di desa ini mereka
tidak tertarik akan pendidikan. Penduduk di desa ini lebih tertarik pada mencari
pekerjaan. Karena mereka mengangap ketika kita memiliki segalanya termasuk uang
mereka akan dianggap sepenuhnya jadi latar belakang pendidikan tidak terlalu di
permasalahkan di desa ini.
Tabel2.5
Jumlah Penduduk Sesuai Dengan Agama Yang Dianut
No

Pendidikan

Jumlah

Jiwa

1

Jumlah Agama Islam

10329

Jiwa

2

Jumlah Agama Kristen

147

Jiwa

3

Jumlah Agama Katolik

Jiwa

4

Jumlah Agama Hindu

Jiwa

5

Jumlah Agama Budha

2

Jiwa

6

Jumlah

10.478

Jiwa

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000.

36
Universitas Sumatera Utara

Seperti yang kita lihat di tabel mayoritas penduduk di desa ini ialah muslim
namun penduduk muslim dengan non muslim terjalin dengan bagus. Tidak pernah
ada catatan maupun dari wawancara narasumber yang menyatakan di desa ini
memiliki konflik antar agama. Semua saling menghormati dan tidak pernah
mengusik. Adapun konflik yang terjadi tidak didasari karna agama namun karna
masalah pribadi saja. Semua berjalan dengan lancar ketika masing-masing agama
melakukan perayaan ibadah dan hari besar lainnya. Semua orang berhak memilih dan
menjalankan aturan agama nya masing-masing sesuai dengan kepercayaaan yang
mereka kehendaki.
2.3 Keadaan Sosial Budaya Desa
Penduduk Desa Sabungan berasal dari berbagai suku yang berbeda-beda,
ada suku jawa, Mandailing, Batak. Sehingga tradisi-tradisi musyawarah untuk
mufakat,

gotong royong dan kearifan lokal yang lain sudah dilakukan oleh

masyarakat sejak adanya Desa Sabungan dan hal tersebut secara efektif dapat
menghindarkan adanya benturan-benturan antar kelompok masyarakat. Desa
Sabungan mempunyai jumlah penduduk 10.478 jiwa, yang terdiri dari laki-laki:
5.364 jiwa, perempuan : 5.114orang dan 2.541 KK, yang terbagi dalam 13 (tigabelas)
wilayah dusun dengan rincian sebagai berikut:

37
Universitas Sumatera Utara

Tabel2.6
Sarana Rumah Ibadah
No

Sarana Rumah Ibadah

Jumlah

Unit

1

Mesjid

16

Unit

2

Musholla / Surau

5

Unit

3

Gereja Kristen Katolik

1

Unit

4

Gereja Protestan

2

Unit

5

Wihara/ Pura

-

Unit

6

Jumlah

21

Unit

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000.
Dari tabel diatas kita dapat mengetahui bahwa jumlah rumah ibadah umat
muslim jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah rumah ibadah umat lainnya. Itu
dikarenakan jumlah umat muslim mendominasi di desa ini. Walau jumlah rumah
ibadah yang berbeda jauh namun keharmonisan antar umat beragama terjalin di desa
ini.
Tabel2.7
Sarana Pendidikan
No

Jenjang Pendidikan

Jumlah

Unit

1

Gedung PAUD

5

Unit

2

Gedung TK

1

Unit

38
Universitas Sumatera Utara

3

Gedung TPA

1

Unit

4

Gedung SD

4

Unit

5

Gedung SMP Sederajat

3

Unit

6

Gedung SMA Sederajat

1

Unit

6

Jumlah

15

Unit

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000.
Dari tabel diatas kita dapat mengetahui berapa jumlah gedung sekolah
dan seperti yang kita lihat jumlah sekolah di desa ini terbilang cukup sedikit
dibandingkan dengan jumlah penduduk usia sekolah. Hal ini dikarenakan para
orangtua tidak berniat menyekolahkan anak-anaknya. Maka pemerintah hanya
membuat sekolah dengan gedung yang terbatas. Dan memang anak-anak di Desa
Sabungan lebih menyukai bersekolah di desa tetangga atau diluar kota karena
menurut wawancara saya dengan salah seorang anak disana hal itu disebabkan karena
jika mereka sekolah di desa maka akan dampak pengaruh buruk terhadap temanteman mereka yang tidak mau bersekolah lagi. Para anak yang tidak bersekolah atau
yang tidak meneruskan sekolahnya mereka akan mengajak teman-temannya untuk
tidak bersekolah atau sekedar bermain-main dan akhirnya anak-anak yang
sebelumnya bersekolah terpengaruh dan sudah terbiasa untuk tidak sekolah lagi.

39
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.8
Sarana Kesehatan
No

Sarana Kesehatan

Jumlah

Unit

1

Rumah Sakit

-

Unit

2

Puskesmas/ Pustu

2

Unit

3

Polindes

1

Unit

4

Apotik/ Toko Obat

6

Unit

5

Peraktek Dokter

1

Unit

6

Peraktek Bidan

11

Unit

7

Jumlah

21

Unit

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000.
Dari tabel diatas kita dapat mengetahui bahwa di desa ini sangat
kurang sekali sarana kesehatan. Tidak heran karena penduduk disini menganggap
rendah akan pentingnya kesehatan. Jika ada anggota keluarga yang sakit mereka lebih
suka membawa anggota keluarga tersebut ke praktik dukun atau pengobatan
tradisional yang mereka yakini jauh lebih baik dan lebih manjur dibandingkan harus
pergi ke rumah sakit. Hal ini juga sebagai dampak kurangnya pendidikan yang terjadi
di desa ini. Praktek bidan memang lebih banyak di desa ini karena hampir semua
praktek bidan di desa ini adalah penduduk asli. Dan para bidan di desa ini berupaya
keras agar penduduk mau berobat ke tempat praktek mereka. Tidak bosan-bosannya
juga mereka mensosialisasikan pentingnya kesehatan dan kebersihan di desa ini.

40
Universitas Sumatera Utara

Walau tidak bertambah drastis penduduk yang mau berobat namun ada perubahan
yang terjadi.
Tabel2.9
Sarana Transportasi

No

Kondisi Baik

Kondisi Rusak

KM

KM

Jenis

1

Jalan Kabupaten

30

2

Jalan Desa

5,5

3

Jalan Provinsi

78

4

Jalan Negara

5

Jembatan Beton

6

Jembatan Kayu

7

Jembatan Besi

8

Jembatan Gantung

Unit

Unit

6

2

1
1

1

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000.
Dari tabel diatas kita dapat mengetahui bahwa sarana transportasi di
desa ini masih terbilang cukup memadai karena masih ada saja sarana yang
kondisinya rusak. Dan ketika pergi ke desa ini maka akan sering sekali kita melihat
anak-anak yang tidak sekolah akan berdiri-diri dipinggir jalan untuk meminta uang
dengan alasan perbaikan jalan. Memang anak-anak tersebut akan menutup lubang
yang berada di jalan namun kita tidak tahu apakah uang yang diterima dari orang
41
Universitas Sumatera Utara

yang lewat akan digunakan untuk kebutuhan biaya jalan atau mereka habiskan untuk
keperluan mereka sendiri.
Tabel2.10
Sarana Umum Lainnya
No

Jenis

Jumlah

Unit

1

Kantor Kepala Desa

1

Unit

2

Balai Desa

3

Unit

3

Balai Dusun

4

Unit

4

MCK

6

Unit

5

Pasar Desa

1

Unit

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000.
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah sarana yang paling
banyak ialah MCK terlihat sekali bahwa pemerintah sangat memperdulikan kesehatan
para warga di desa ini. Karena biasanya para warga akan mandi,mencuci
baju,mencuci piring,buang kotoran bahkan memasak air sekalipun akan dilakukan di
sungai. Karena kurangnya kepedulian akan kebersihan tersebut lah pemerintah
membangun MCK dengan adanya sarana ini pemerintah berharap penduduk di desa
ini jauh lebih baik lagi.

42
Universitas Sumatera Utara

2.4 Keadaan Ekonomi Masyarakat Desa Sabungan
Indonesia memiliki beragam daerah yang masing-masing memiliki potensi
alam serta sumber daya manusia yang berbeda dan tidak sama satu dengan yang
lainnya. Oleh karena perbedaan-perbedaan tersebut juga mempengaruhi mata
pencaharian penduduknya masing-masing tergantung dari potensi alam serta mutu
pendidikan yang dimiliki masyarakatnya. Di Indonesia ada beberapa mata
pencaharian utama yang dilakukan penduduknya, diantaranya ialah menjadi nelayan,
penambang, serta petani.Dari ketiga hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk
Indonesia pada umumnya menggunakan potensi alam saja untuk dijadikan mata
pencahariannya. Begitu juga masyarakat di desa Sabungan juga merupakan salah satu
contoh masyarakat yang mata pencahariannya masih mengutamakan potensi alamnya
yang sangat subur.Masyarakat didesa ini pada umumnya ialah mengusahakan pada
bidang pertanian maupun perkebunan.Komoditas tanaman pertanian yang pernah
dibudidayakan menjadi perkebunan di desa ini mayoritas ditanami karet, kelapa
sawit, serta komoditi tanaman pangan seperti padi,sayur-sayuran dan buah-buahan,
namun mayoritas perkebunan terbanyak adalah lahan kelapa sawit. Mata pencaharian
penduduk desa Sabungan sebelum adanya perkebunan kelapa sawit adalah tanaman
karet. Dan karet sebagai mata pencaharian utama masyarakat namun karet sudah
terganti dengan tanaman lainnya.

43
Universitas Sumatera Utara

Perkebunan karet yang ada pada saat itu merupakan mayoritas perkebunan
karet rakyat dengan adanya perkebunan yang dimiliki oleh perusahaan pemerintah
maupun yang dimiliki swasta disekitarnya, sehingga pada umumnya perkebunan
karet tersebut nampak tidak teratur dalam penanamannya.Hingga akhirnya, pada
tahun 1980 pemerintah menggalakkan perusahaan yang dimiliki pemerintah (BUMN)
untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit di desa tersebut. Selain dari
perkebunan, mata pencaharian masyarakat di Desa Sabungan juga ada yang PNS
maupun karyawan perusahaan-perusahaan milik swasta maupun pemerintah yang
berdiri disana.
Oleh karena itu sebagian masyarakat di desa ini tidak hanya bergantung
kepada hasil-hasil dari perkebunan yang telah ada sebelumnya. Bahkan di Desa
Sabungan ini ada sebagian masyarakatnya memiliki dua mata pencaharian sekaligus
dalama

satu

rumah

tangga

serta

masing-masing

suami-istri

mempunyai

penghasilannya yang satu menjadi PNS dan suaminya membeli lahan untuk menanam
kelapa sawit. Adanya pekerjaan lain yang didapat masyarakat tersebut dapat
membantu serta menutupi untuk kehidupan sehari-hari mereka maupun

untuk

pemeliharaan lahan perkebunan kelapa sawitnya.

44
Universitas Sumatera Utara

Untuk lebih jelasnya mari kita lihat tabel berikut ini :
Tabel2.11
Jumlah Penduduk Sesuai Dengan Mata Pencaharian
Jenis Pekerjaan

Jumlah

PNS

76

TNI / POLRI

25

Dokter/ Kesehatan

41

Buruh/ Swasta

637

Pengusaha/ Pedagang

517

Petani

1216

Peternak

98

Tukang

54

Lain-lain

2121

Belum Bekerja

5693

Jumlah

10.478

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah penduduk yang belum
bekerja menjadi jumlah yang terbanyak di desa ini. Inilah yang menyebabkan
banyaknya kriminal yang terjadi di desa ini. Dan adanya julukan “Desa Racun” di
desa ini timbul karena penduduk di desa ini malas untuk mencari lapangan pekerjaan.
Mereka lebih memilih untuk menghasilkan uang dengan cara yang lebih cepat.

45
Universitas Sumatera Utara

Adanya niat tidak ingin sekolah menjadi salah satu faktor penduduk di desa ini tidak
bekerja. Karena seperti yang kita ketahui pada zaman sekarang ini jika ada yang ingin
melamar pekerjaan maka kita harus memiliki ijazah sebagai tanda kita seorang yang
ahli. Dan memang kebanyakan warga bekerja sebagai buruh harian atau bulanan
diladang orang lain. Tidak adanya gelar dan surat yang membuktikan bahwa mereka
tidak sekolah menjadikan mereka pekerja serabutan atau pekerja yang tidak jelas.
Dan terkadang mereka haya mengandalkan hasil bumi untuk memenuhi kebutuhan
mereka.

Tabel2.12
Penggunaan Aset Ekonomi Masyarakat
Jumlah
No

Jenis

Jumlah
Jenis

KK

Penduduk

KK

yang

1

Penduduk yang tidak
2300

memiliki Rumah

memiliki Rumah
Yang

Memiliki

241

Tindak

Kebun/

2

1290

memiliki

Ladang
1251

Kebun/Ladang
Yang
3

Memiliki

Yang tidak memiliki
1321

Ternak
4

Yang

Ternak
memiliki 2324

Yang tidak

1220
meiliki 217

46
Universitas Sumatera Utara

Transportasi

Transportasi

Sumber : Kantor Kepala Desa Sabungan, 2000
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa penduduk di desa ini memiliki aset
yang lumayan. Namun walau mereka memiliki aset dan jumlah harta yang lumayan
mereka tidak ingin anaknya bersekolah mereka lebih menyukai jika anaknya
meneruskan usaha yang mereka punya. Dan mengelolanya dengan baik tanpa harus
membuang-buang uang untuk sekolah yang mereka yakini tidak ada gunanya jika
seseorang bersekolah toh akhirnya menjadi seperti mereka juga (mengurus ladang).
Padahal rata-rata penduduk di desa ini bukan tidak memiliki uang namun mereka
memang sengaja tidak menyekolahkan anaknya.

2.5 POLA PIKIR MASYARAKAT DI DESA SABUNGAN
Dalam kehidupan dimasyarakat tidaklah luput dari polemik pola pikir ataupun
persepsi yang menjadi sandaran kehidupan yang dimiliki masyarakat dalam mengenal
lingkungan sekitar mereka. Persepsi merupakan proses yang berlangsung pada diri
kita untuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Dengan proses itu, kita
membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk didasarkan pada
informasi yang tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu tentang rangsanganrangsangan yang relevan.13

Bagus Takwin, ”Persepsi Sosial Mengenali dan Mengerti Orang Lain”, Jakarta: Salemba
Humanika, 2010, hal. 39.
13

47
Universitas Sumatera Utara

Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali hal-hal yang
berhubungan dengan pendidikan dan begitu pula faktor-faktor yang mempengaruhi
arti penting pendidikan seperti bervariasinya masalah yang ada dalam proses
pendidikan dari sedikitnya minat anak melanjutkan sekolahnya, mementingkan
pekerjaan di bandingkan melanjutkan tingkat pendidikan, menilai ijazah hanya
menjadi prasyarat untuk melamar pekerjaan bukan hasil dari proses pendidikan yang
hakikinya. Sangat ironis memang, tapi hal ini yang menjadi kenyataan betapa
rendahnya arti pendidikan di mata masyarakat.
Masyarakat khususnya orangtua di Desa Sabungan mempunyai pandangan
bahwa pendidikan adalah hal yang tidak penting, akan tetapi hal itu dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan orangtua yang rendah dan ekonomi yang kurang mendukung,
sehingga pentingnya pendidikan hanya digambarkan untuk pekerjaan saja. Yaitu
bagaimana mencari uang ataupun membantu pendapatan orangtua, dan faktor lain
yang mempengaruhi pandangan masyarakat tentang anak putus sekolah terhadap
pendidikan adalah rendahnya kualitas ekonomi serta pengaruh lingkungan sekitar
seperti pergaulan dengan orang dewasa, merokok, sehingga memberi dampak negatif
terhadap arti penting pendidikan.
Kehidupan era globalisasi adalah suatu kehidupan yang mengalami perubahan
cepat terjadi semakin cepat, kompetitif dan beragam dengan kata lain dari waktu ke
waktu akan menjadi semakin kompleks. Seperti perkembangan masyarakat Desa
Sabungan yang semakin berjalan dari waktu ke waktu semkain menimbulkan
beragam dalam mempersepsikan pendidikan didalam pola pikir masyarakat Desa
48
Universitas Sumatera Utara

Sabungan. Akan tetapi sikap dan perkembangan persepsi masyarakat Desa Sabungan
seperti salah satu keluarga yang saya wawancarai yaitu Pangulu Lubis dimana
keluarganya tidak melanjutkan sekolahnya dengan alasan banyak orang pintar tapi
tidak benar. Karena disekilingnya dia melihat bahwa banyak aparatur negara atau
oknum-oknum pemerintahan yang sudah memiliki gelar dan jabatan tertentu tapi
masih saja memiliki hasrat yang licik dan memeras kaum kecil. Tidak jadi masalah
jika sebenarnya ada anggapan hal seperti ini dilihat dari bagaimana seringnya dia
diperlakukan seperti ini. Jadi, menurutnya tidak usah mempertinggi pendidikan
karena semakin tinggi pendidikan maka semakin pintar dan membuat anak-anaknya
semakin tidak benar.14
Berbeda juga dengan keluarga yang lain yaitu Nurzannah Harahap dimana
keluarganya semuanya bekerja dan tidak ada yang sampai jenjang pendidikan
sekolah. Keluarga yang ini tidak memberi pendidikan yang tinggi kepada anakanaknya karena paradigma keluarga ini adalah anak yang berbakti kepada orangtua
bukan menempuh jalur pendidikan setinggi-tingginya tetapi membantu orangtua
mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.15 Dengan kata lain sekolah tidak
perlu menempuh jalur pendidikan yang tinggi cukup mempunyai ijazah dan jika ada
peluang bekerja maka anak yang berbaktikepada orangtua itu harus bekerja untuk
mencari uang serta membantu orangtua. Sangat ironis dengan fakta ini, hal tersebut

14
15

Wawancara, Pangulu Lubis (warga Desa Sabungan), 8 Mei 2017.
Wawancara, Nurzannah Harahap (warga Desa Sabungan), 8 Mei 2017.

49
Universitas Sumatera Utara

sama dengan apa yang keluarga ini lakukan dengan memberhentikan anaknya ketika
bersekolah dikarenakan ada panggilan kerja dipabrik sebagai buruh pabrik.
Perkembangan persepsi tentang pendidikan juga dirasakan dengan pola pikir
sebuah keluarga yaitu Sariyem dimana keluarga ini semuanya diberdayakan untuk
mencari kerja dan keluarganya tidak ada juga yang melanjutkan pendidikan ke tingkat
sekolahan. Pola pikir keluarga yang satu ini adalah mencari uang lebih penting
daripada belajar karena dengan uang kita bisa memenuhi kebutuhan hidup daripada
menyekolahkan anak dengan mengeluarkan banyak uang sedangkan kita dalam
keadaan membutuhakan uang dalam menghidupi diri kita. 16 Sariyem disini adalah
sebagai warga yang keluarganya semuanya diberdayakan untuk mencari kerja dan
keluarganya tidak ada yang melanjutkan pendidikan. Hal tersebut adalah pola pikir
yang berkembang di Desa Sabungan.
Pernyataan dan pola pikir tersebut jelas tidak benar karena pendidikan
merupakan faktor dan hal yang terpenting yang harus dipenuhi oleh setiap manusia,
karena pendidikan dapat membawa manusia ke jalan yang lebih baik dan membawa
dalam proses perubahan. Tanpa pendidikan, manusia senantiasa tidak memiliki nilai,
baik dalam masyarakat maupun dunia kerja. Oleh sebab itu, pendidikan harus
diterapkan sedini mungkin untuk mencapai keberhasilan yang diharapakan.
Menurut hasil pengamatan saya selama berada di Desa Sabungan sedikitnya
ada empat faktor yang mempengaruhi pola pikir warga disana, yaitu lingkungan
keluarga, pergaulan dengan masyarakat, pendidikan dan sisitem kepercayaan atau
16

Wawancara, Sariyem (warga Desa Sabungan), 8 Mei 2017.

50
Universitas Sumatera Utara

keyakinan. Pola pikir seseorang yang berasal dari keluarga yang sarat dengan sistem
nilai positif, dipastikan akan lebih unggul dari keluarga yang tidak atau kurang
membangun sistem nilainya. Pendidkan adalah solusi terbaik untuk membentuk pola
pikir yang unggul. Faktor yang paling dominan mempengaruhi pola pikir adalah
sisitem kepercayaan atau keyakinan seseorang.
Perkembangan persepsi masyarakat Desa Sabungan terhadap pentingnya arti
pendidikan, bahwasanya pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan dan
pendidikan hanya untuk mendapatkan ijazah untuk memperbaiki ekonomi keluarga
dengan bekerja sebagai buruh pabrik. Jadi, kalau benar pendapat tersebut, maka
dalam pendidikan kita terdapat degradasi pola pikir terhadap pendidikan atau dengan
kata lain berkembang persepsi negatif terhadap pendidikan. Dalam ilmu pendidikan,
hal ini disebut pesimisme pedagogis.
Keberagaman dan kebudayaan dan pola pikir setiap individu masyarakat
merupakan fakta empiris yang tak terpungkiri. Bahwa pendidikan yang kita anggap
penting itu bagi masyarakat desa sabungan hanyalah hal yang tabu dan tak begitu
penting.

51
Universitas Sumatera Utara