Hubungan antara Tipe Kepribadian dengan Prestasi Akademik
kesehatan mental dan ketenangan emosi, yang dapat mendorong keberhasilan dalam belajar.
Dari tabel tersebut juga terlihat mahasiswa yang memiliki indeks prestasi sangat memuaskan sebagian besar cenderung dimiliki oleh
mahasiswa dengan tipe kepribadian melankolis yaitu sebanyak 30 orang 23,8 dibandingkan dengan mahasiswa dengan tipe kepribadian
plegmatis n=16, 12,7, sanguinis n=27, 21,4 dan koleris n=15, 11,9. Hal ini dapat disebabkan sesuai dengan ciri kepribadian dari
melankolis yang cenderung mendalam dan penuh pemikiran, serius dan tekun, idealis, gigih, memiliki standar tinggi, dan cermat sehingga
mendorong mereka untuk memberikan prestasi yang cenderung optimal atau berusaha mencari kesempurnaan Litteaur, 1996. Namun tipe ini selain
rentan terhadap stres dengan adanya suatu tekanan, tuntutan ataupun masalah. Namun, menurut Sunaryo 2004, stress dalam arti positif dapat
menjadi motivator yang penting dan bermanfaat dalam mencapai tujuan atau cita-cita tertentu sehingga berusaha keras untuk mencapainya.
Meskipun demikian tipe kepribadian ini mempunyai kelemahan yaitu mudah kecewa, tertekan, mudah sakit hati, sensitive dan pendendam
Litteaur, 1996. Oleh karena itu pendidik harus mempunyai trik khusus dalam proses belajar mengajar seperti tidak mengkritiknya langsung didepan
umum karena dapat membuatnya rendah diri dan sakit hati yang nantinya akan membuat respon terhadap pelajaran yang diberikan pengajar menjadi
kurang. Memberikan motivasi saat mereka kurang optimis, mereka perlu 46
bantuan agar tidak mudah tertekan, serta berilah pujian dengan tulus Ristyanto,2010.
Sementara itu, dilihat dari derajat hubungan OR terlihat bahwa derajat hubungan koleris lebih besar dari pada tipe kepribadian lainnya yaitu
3,75. dapat diinterpretasikan bahwa mahasiswa dengan tipe kepribadian koleris mempunyai peluang 3,75 kali lebih tinggi untuk mendapatkan
prestasi akademik sangat memuaskan bila dibandingkan dengan tipe kepribadian plegmatis. Hal ini dapat dikarenakan ciri sifat dari koleris itu
antara lain mempunyai tekad yang kuat, terorganisasi dengan baik, punya kemauan kuat untuk meraih sesuatu yang diinginkan, Aktivitasnya
dicurahkan untuk berprestasi, mempunyai motivasi berprestasiobsesi untuk memperoleh sesuatu Litteaure, 1996. Menurut Winkel 1996 motivasi
berprestasi merupakan daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf akademik yang setinggi mungkin demi penghargaan terhadap diri
sendiri. Plegmatis menjadi acuan dari OR karena mempunyai frekuensi
kesempatan yang terkecil untuk memperoleh prestasi akademik sangat memuaskan dari seluruh mahasiswa yang mempunyai tipe kepribadian
plegmatis yaitu 50 16 mahasiswa dari 32 mahasiswa tipe kepribadian plegmatis. Interpretasi dari data tersebut yaitu frekuensi kesempatan
mahasiswa plegmatis untuk memperoleh prestasi sangat memuaskan lebih kecil dari pada tipe kepribadian yang lainnya. Hal ini dapat dikarenakan tipe
kepribadian plegmatis yang cenderung santai, malas, tidak menyukai situasi rumit dan tidak terobsesi littauer, 1996. Oleh karena itu, pendidik juga
harus mempunyai trik khusus dalam menghadapi mahasiswa dengan tipe kepribadian plegmatis agar dapat mengoptimalkan prestasinya seperti
mereka memerlukan motivasi langsung dalam belajar, membantu mereka dalam menetapkan tujuan, membentuk kontrol karena mereka cenderung
sering menunda-nunda tugas atau pekerjaan, mereka membutuhkan sedikit paksaan untuk membuat keputusan, memotivasi mereka untuk menerima
tanggung jawab seperti dalam tugas kelompok Ristyanto, 2010. Seorang pendidik sangat dituntut untuk memahami karakteristik
kepribadian peserta didik sehingga selaku pendidik dapat memberikan stimulasi atau perlakuan yang sesuai dengan tipe kepribadian peserta didik
yang dihadapi. Dengan begitu treatment-treatment yang diberikan kepada peserta didik akan mengantarkan mereka kepada kondisi optimal, baik
dalam bidang prestasi akademiik maupun prestasi nonakademik Suhadianto, 2009.
Bagi seorang mahasiswa keperawatan yang nantinya akan menjadi soerang perawat dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan,
teman seprofesi, profesi lain, keluarga pasien dan pasien yang memiliki kepribadian bermacam-macam dan unik. Menurut Esfahani 2004 dalam
Efendi 2009 menyatakan bahwa kepribadian perawat mempunyai pengaruh terhadap pola perilakunya terutama dalam memberikan pelayanan
kepada pasien agar memuaskan. Selain itu, ada kecenderungan harapan bagian struktural rumah sakit untuk menempatkan orang-orang dengan tipe
kepribadian tertentu dalam posisi tertentu, seperti melankolis dan sanguinis untuk pekerja medis, khususnya dokter dan perawat serta phlegmatis untuk
pekerja nonmedis. Ketiga tipe ini juga diharapkan menjadi bagian dari pelaksana. Sedangkan perawat yang layak ditempatkan sebagai kepala
ruangan dan kepala seksi adalah perawat dengan tipe choleris dan melankolis.
Dari hal tersebut hendaknya mahasiswa keperawatan yang nantinya akan menjadi seorang perawat memahami perbedaan kepribadian yang
dimiliki dan menyadari ciri-ciri khas yang ia miliki agar dapat membantu mempermudah berinteraksi secara positif dengan orang lain.
Penelitian ini memiliki keterbatasan dan kelemahan antara lain faktor- faktor yang lain juga mempengaruhi indeks prestasi kumulatif selain
kepribadian tidak diukur oleh penulis sehingga dapat menjadi factor pengacau