3
tokoh yang mempunyai watak yang sangat beragam. Bahkan penggunaanya dapat bersifat abstrak dan mengandung makna implisit.
Kumpulan cerpen karya Sori Siregar berjudul Kacamata Tanpa Bingkai KTB diterbitkan pada tahun 2004. Kumpulan cerpen tersebut dipersembahkan
untuk istri dan anak-anaknya. Keseluruhan gagasan dan ide pengarang tertuang dalam empat belas cerpen tersebut. Jadi, pengkajian selanjutnya penulis
menggunakan bentuk pengkajian terhadap kumpulan cerpen, tentunya dengan teori tertentu agar sesuai. Penulis tertarik menganalisis watak tokoh utama dalam
kumpulan cerpen KTB dikarenakan penulis ingin meneliti dan mengetahui lebih mendalam cerpen ini dari tinjauan psikologi sastra. Kumpulan cerpen KTB sejauh
ini belum pernah dianalisis secara psikologi sastra, sehingga dalam penelitian ini akan membahas tentang watak, dan perilaku tokoh utama dalam kumpulan cerpen
KTB karya Sori Siregar.
1.2 Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, masalah pokok yang dibicarakan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah watak tokoh utama dalam kumpulan cerpen KTB? 2. Bagaimanakah perilaku tokoh utama menyikapi masalah yang dihadapinya
dalam kumpulan cerpen KTB?
Universitas Sumatera Utara
4
1.3 Batasan Masalah
Batasan perlu dilakukan agar ruang lingkup penelitian masalah terarah dan jelas sesuai dengan tujuan. Populasi dalam kumpulan cerpen KTB terdiri dari
empat belas cerpen dan sampel yang dianalisis oleh penulis adalah lima cerpen, yaitu “Kacamata Tanpa Bingkai”, “Nasihat”, “Status”, “Sebuah Berita”, dan
“Bisu”. Batasan masalah dalam penelitian ini menekankan pada pengungkapan
watak dan perilaku tokoh utama menyikapi masalah yang dihadapinya dengan menerapkan teori psikologi sastra dan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Cerita
yang terdapat dalam kumpulan cerpen KTB tersebut, sangat menarik untuk dianalisis karena banyak mengandung aspek kehidupan dan pergolakan jiwa
tokoh-tokohnya.
1.4 Tujuan dan Metode Penelitian
1.4.
1 Tujuan Penelitian
Tujuan harus diperjelas agar arah penelitian dapat mencapai sasaran Pradopo, 2001:28. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan watak tokoh utama dalam kumpulan cerpen KTB.
2. Mendeskripsikan perilaku tokoh utama dalam menyikapi masalah yang
dihadapinya dalam kumpulan cerpen KTB.
Universitas Sumatera Utara
5
1.4.2
Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini memberi manfaat: 1.
Menjadi sarana penambah wawasan pembaca dalam memahami watak dan perilaku tokoh dalam suatu cerita.
2. Memperluas bidang kajian sastra yakni tentang watak tokoh melalui
pendekatan psikologi sastra. 3.
Menjadi bahan acuan atau bahan perbandingan untuk penelitian-penelitian lain.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI ,
2003:588, konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa,
yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal lain. Pradopo, 2001:38 mengemukakan bahwa konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan
menentukan arah pemikiran si peneliti, karena menentukan penetapan variabel. Konsep digunakan sebagai dasar penelitian yang menentukan arah suatu topik
pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah gambaran dari objek yang akan dianalisis berupa kumpulan cerpen KTB karya Sori Siregar dalam tulisan ilmiah
yang berjudul Watak Tokoh Utama Dalam Kumpulan Cerpen Kacamata Tanpa Bingkai Karya Sori Siregar: Analisis Psikologi Sastra. Berdasarkan penjelasan
tersebut, penelitian ini menggunakan beberapa konsep yang digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya, yakni:
2.1.1 Cerpen
Cerpen sesuai dengan namanya adalah cerita pendek. Cerpen merupakan kisahan pendek kurang dari 10.000 kata yang memberikan kesan tunggal yang
dominan, memusatkan diri pada satu tokoh disatu situasi. Cerpen hanya memusatkan perhatian pada tokoh utama dan permasalahannya yang paling
Universitas Sumatera Utara
7
menonjol yang menjadi pokok cerita. Oleh karena itu, kepaduan merupakan syarat utama sebuah cerita pendek.
2.1.2 Watak
Watak adalah pribadi atau tokoh dalam suatu karya yang menggerakkan cerita dengan cara berinteraksi sesama tokoh dan alam. Wataklah yang memiliki
peran penting untuk menghidupkan cerita yang hendak disampaikan oleh pengarang. Daripada peranannya itulah menimbulkan berbagai peristiwa, kisah
dan sebagainya yang akhirnya terjalinlah sebuah cerita yang menarik. Menurut Allport dalam Suryabrata, 1983:2, istilah watak dan kepribadian sering
digunakan secara bertukar-tukar, namun biasanya kata watak menunjukkan arti normatif, serta menyatakan bahwa watak adalah kepribadian dinilai, dan
kepribadian adalah watak tidak dinilai. Jadi, watak tokoh adalah karakter atau sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku tokoh dalam
cerita.
2.1.3 Tokoh Utama
Tokoh adalah pelaku yang mengemban atau menjalankan peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita Aminuddin, 1984:85.
Tokoh utama merupakan pemeran dalam suatu cerita yang memegang peran penting atau utama. Tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan
dapat ditemui dalam setiap halaman buku cerita yang bersangkutan. Buku cerita
Universitas Sumatera Utara
8
yang dimaksud dapat berupa novel dan cerpen. Tokoh dalam karya sastra selalu mempunyai sikap, sifat, tingkah laku, atau watak-watak tertentu.
Dilihat dari watak yang dimiliki oleh tokoh, dapat dibedakan atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis Aminuddin, 1984:85.
Tokoh protagonis adalah tokoh yang wataknya disukai pembacanya. Biasanya, watak tokoh semacam ini adalah watak yang baik dan positif, seperti
dermawan, jujur, rendah hati, pembela, cerdik, pandai, mandiri, dan setia kawan. Dalam kehidupan sehari-hari, jarang ada orang yang mempunyai watak yang
seluruhnya baik. Selain kebaikan, orang mempunyai kelemahan. Oleh karena itu, ada juga watak protagonis yang menggambarkan dua sisi kepribadian yang
berbeda. Sebagai contoh, ada tokoh yang mempunyai profesi sebagai pencuri. Ia memang jahat, tetapi ia begitu sayang kepada anak dan istrinya sehingga anak dan
istrinya juga begitu sayang kepadanya.
Tokoh antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci pembacanya. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang berwatak buruk dan negatif, seperti
pendendam, culas, pembohong, menghalalkan segala cara, sombong, iri, suka pamer, dan ambisius. Meskipun demikian, ada juga tokoh-tokoh antagonis yang
bercampur dengan sifat-sifat yang baik. Contohnya, tokoh yang jujur, tetapi dengan kejujurannya itu justru mencelakakan temannya.
Universitas Sumatera Utara
9
2.1.4 Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme makhluk hidup yang bersangkutan. Manusia dilahirkan dengan berbagai watak
atau karakteristik yang membedakannya dengan hewan dan sesamanya. Tidak dapat disangkal bahwa watak dapat menentukan perilaku akan tetapi perilakulah
yang menentukan pengembangan diri seseorang. Dalam tingkat yang paling sederhana karakteristik ini membatasi kemungkinan perilaku manusia dan
rangsangan yang muncul. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar
Notoatmodjo, 2007:38. Menurut Sigmund Freud dalam Suryabrata, 1983:183 dasar perilaku
adalah insting inborn motives yang bertempat dalam alam ketidaksadaran. Ketidaksadaran adalah ciri utama psikoanalisis, khususnya yang diajarkan Freud,
yang membedakan dengan teori-teori lainnya. Ada dua jenis insting atau naluri, yaitu “eros” naluri kehidupan untuk mempertahankan kelangsungan individu
atau spesies dan “tanatos” naluri kematian, dorongan menghancurkan yang ada pada diri setiap manusia dan dinyatakan dalam perkelahian, pembunuhan, perang,
sadisme dan sebagainya.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori yang dipergunakan dalam pembahasan ini adalah psikologi sastra. Psikologi sastra merupakan gambaran jiwa manusia yang diperlihatkan
Universitas Sumatera Utara
10
dalam bentuk tulisan. Pendekatan psikologi memiliki tiga pendekatan yaitu: 1. pendekatan ekspresif yang menekankan pengekspresian ide-ide ke dalam karya
sastra, 2. pendekatan tekstual yang menekankan pada psikologi tokoh, 3. Pendekatan reseptif yang mengkaji psikologi pembaca Endraswara, 2008:99.
Objek dalam penelitian ini menekankan pada pendekatan tekstual yaitu melalui jiwa atau aspek psikologis tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam karya
sastra itu. Kejiwaan para tokoh dalam karya itu sekaligus merupakan implementasi kehidupan nyata manusia dan sekaligus merupakan gejala
psikologis sosial dari masyarakatnya. Pendekatan tekstual pada awalnya memang tidak dapat lepas dari prinsip-prinsip Freud tentang psikoanalisis, sebab
pendekatan tekstual yang paling awal digunakan dalam memahami psikologis ataupun kejiwaan tokoh. Buku Freud tentang interpretasi jiwa telah banyak
mengilhami para peneliti psikologi. Dalam penelitian psikologi sastra, para peneliti harus mampu menggali sistem berpikir, logika, angan-angan, dan cita-cita
hidup yang ekspresif. Hubungan antara psikologi dengan sastra sebenarnya telah lama ada,
semenjak usia ilmu itu sendiri. Akan tetapi penggunaan psikologi sebagai sebuah pendekatan dalam penelitian sastra belum lama dilakukan. Menurut Robert
Downs dalam Abdulrahman, 2003:1 bahwa psikologi itu sendiri bekerja pada suatu wilayah yang gelap, mistik dan paling peka terhadap bukti-bukti ilmiah.
Wilayah yang gelap itu memang ada pada manusia, dari wilayah yang gelap itulah kemudian muncul perilaku serta aktivitas yang beragam, termasuk perilaku baik,
buruk, kreatif, bersastra dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
11
Kehidupan manusia tidak pernah jauh dari tindakan-tindakan yang dapat mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Proses perjalanan
kehidupan manusia merupakan gambaran jiwa yang ada pada diri manusia itu sendiri.
Menurut Hardjana 1991:60 pendekatan psikologi sastra dapat diartikan sebagai suatu cara analisis berdasarkan sudut pandang psikologi dan bertolak dari
asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia yang merupakan pancaran dalam menghayati dan menyikapi kehidupan.
Di sini fungsi psikologi itu sendiri adalah melakukan penjelajahan ke dalam batin jiwa yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra dan
untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk-beluk tindakan manusia dan responnya terhadap tindakan lainnya.
Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa. Menurut Sigmund Freud, dalam Suryabrata, 1983:145 ada tiga komponen
kepribadian, yaitu Id yang selalu berprinsip mau memenuhi kesenangannya sendiri pleasure principle, termasuk di dalamnya naluri seks dan agresivitas, ego
yang selalu berorientasi pada kenyataan reality principle, dan super ego yang selalu berpatokan pada norma-norma yang baku moral standard. Ketiga
komponen tersebut menjadi dasar manusia untuk bergerak
menyalurkan energi naluri ke dalam energi gerak untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya terjadi dalam kehidupan nyata dan pastinya juga terjadi dalam
kehidupan dunia fiksi. Ketiganya juga saling berkaitan dalam membentuk totalitas dan tingkah laku manusia.
Universitas Sumatera Utara
12
Meski pertarungan id, ego dan super ego dalam diri setiap tokoh atau antara tokoh satu dengan tokoh yang lain melalui proses rumit, tetapi sebuah teori
yang dikembangkan oleh Freud yaitu psikoanalisis, dapat dijadikan sebagai rujukan untuk menganalisisnya dan mencoba menjabarkan watak yang dimiliki
tokoh. Penganalisisan karya sastra dengan pendekatan psikoanalisis Sigmund
Freud dilakukan untuk mengkaji pergolakan jiwa dalam tokoh karya sastra yang juga memiliki keinginan dan kebutuhan layaknya manusia dalam kehidupan
nyata. Pendekatan psikoanalisis digunakan karena tokoh-tokoh dalam karya sastra merupakan sebuah cerminan dari kehidupan nyata sehingga mampu mewakili
watak manusia yang diaplikasikan dalam bentuk cerita. Kegiatan mengkaji pergolakan jiwa tokoh karya sastra perlu pengamatan yang jeli dan teliti. Hal
tersebut dilakukan karena objek dalam pengkajian psikoanalisis adalah ilmu jiwa.
2.3 Tinjauan Pustaka