Pengujian Heteroskedastisitas Pengujian Autokorelasi Pembahasan

c. Pengujian Heteroskedastisitas

Gejala heteroskedastisitas timbul karena adanya ketidak konstanan variansi error sehingga hasil regresi menjadi diragukan karena estimator yang digunakan menjadi tidak efisien. Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan membentuk diagram plot untuk melihat pola persebaran data. Apabila pola persebaran data tidak membentuk pola tertentu maka data dapat dikatakan terbebas dari hetroskedastisitas. 6 4 2 -2 Regression Standardized Predicted Value 3 2 1 -1 -2 R eg res si on St ud en tize d R es id ua l Dependent Variable: Harga Scatterplot Sumber: Hasil Penelitian data diolah Gambar 4.1. Pengujian Heteroskedastisitas Susan Grace Veranita Nainggolan: Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2008. USU e-Repository © 2008 Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan oleh Gambar 4.3 yang diadaptasi dari lampiran 9, dapat disimpulkan bahwa data di dalam penelitian ini terbebas dari gejala heteroskedastisitas.

d. Pengujian Autokorelasi

Berdasarkan pengujian autokorelasi dengan menggunakan pengujian Durbin- Watson, diperoleh nilai d untuk persamaan regersi yang diajukan sebesar 1. 577 Lampiran 10. Hal ini berarti variabel gangguan antara satu periode dengan periode lain tidak saling berkorelasi. Berdasarkan pengujian ini persamaan regresi yang diajukan sudah dapat dianalisa dengan baik.

4.2. Pembahasan

Setelah memenuhi semua persyaratan yang dibutuhkan dalam melakukan pengujian model regresi, penelitian dilakukan dengan membentuk persamaan regresi. Persamaan regresi dibentuk berdasarkan berbagai kombinasi antara variabel independen dengan variabel dependen. Tabel. 4.4 Uji F Model Summary Change Statistics Model R square Change F Change df 1 df 2 Sig.F.Change 1 .115a 2.249 4 69 .073 a. Predictors: Constant, BVS,ROA,DER,ROE Sumber : Hasil Penelitian Lampiran 11 Susan Grace Veranita Nainggolan: Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2008. USU e-Repository © 2008 Tabel.4.5 Uji t Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coeffocients Model B Std. Error Beta t Sig 1 Constant ROA DER ROE BVS .088 -.496 .174 .484 .789 .047 1.171 .120 .624 .315 -.075 .187 .136 .303 1.885 -.423 1.451 .776 2.509 .064 .673 .151 .440 .014 a. Dependent Variable: Harga Sumber : Hasil Penelitian Lampiran 11 Berdasarkan hal di atas, dapat dilihat bahwa kesimpulan umum terhadap permasalahan yang diteliti. Tidak ada pola umum yang secara konsisten menjawab permasalahan. Penolakan dan penerimaan hipotesis tidak berada pada tingkat yang memberikan kepastian yang tinggi. Hal ini memberikan indikasi bahwa pola yang terbentuk memang tidak kuat mendukung sebuah keputusan. Model regresi pertama yang diajukan adalah menguji antara ROA, DER, ROE dan BVS terhadap harga saham. Secara simultan model ini menolak hipotesis penelitian, sehingga dapat dikatakan berdasarkan pengolahan statistik terhadap sampel yang diuji, tidak diperoleh bukti yang kuat bahwa variabel independen yang dipilih yaitu ROA, DER, ROE, dan BVS mempengaruhi harga saham. Penelusuran terhadap variabel secara individual menghasilkan kesimpulan bahwa hanya variabel BVS yang memiliki cukup bukti mempengaruhi pembentukan harga saham, sedangkan variabel lain tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Susan Grace Veranita Nainggolan: Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2008. USU e-Repository © 2008 Berdasarkan dugaan semula serta indikasi adanya multikolinearitas mengarahkan peneliti untuk melakukan pengujian dengan menghilangkan variabel yang terindikasi memiliki kolinearitas yaitu ROE dan ROA. Setelah melakukan pengujian ini, tingkat signifikansi model mengalami perbaikan, baik bagi model yang menghapuskan ROE maupun model yang menghapuskan ROA memiliki model yang secara signifikan mempengaruhi pembentukan harga. Hal ini berarti model yang memiliki variabel independen salah satu dari dua variabel tersebut yaitu ROA atau ROE Tidak boleh bersamaan adalah model regresi yang signifikan menjelaskan harga saham. Hal ini semakin mempertegas bahwa terdapat multikolinearitas anatara kedua variabel tersebut. Secara teoritis hal ini sangat mungkin terjadi karena sifat dari kedua rasio tersebut memang sejalan, yaitu berpusat pada laba bersih. Variebel bebas yang secara individual konsisten berpengaruh terhadap harga saham adalah variabel BVS. Variabel ini selalu terbukti signifikan mempengaruhi harga saham dengan koefisien positif atau dapat dikatakan BVS mempengaruhi harga saham secara positif, sehingga semakin tinggi nilai BVS dari sebuah perusahaan akan mendorong kenaikan harga saham tersebut. Hal ini sangat rasional karena harga buku saham seharusnya menjadi patokan utama pembentukan harga saham. Hal yang menarik dari variabel BVS adalah nilai variabel yang cukup besar yaitu sebesar 2.509 lampiran 11 menunjukkan bahwa jika terjadi perubahan nilai buku saham BVS sebanyak Rp 1 maka terjadi peningkatan harga saham sebanyak Rp 2.5. Kondisi ini jelas sangat mendukung peningkatan harga sahamnya jauh Susan Grace Veranita Nainggolan: Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2008. USU e-Repository © 2008 melebihi nilai buku karena efek kenaikan nilai buku saham direspon dengan kenaikan harga saham melebihi 2dua kali lipat. Jika dihubungkan antara rata-rata ROE sebagai gambaran return wajar perusahaan dibandingkan dengan pertumbuhan IHSG, maka koefisien variabel BVS ini memberikan hasil yang konsisten dan sejalan. Secara keseluruhan hasil yang diperoleh ini sejalan dengan berbagai penelitian yang telah ada walaupun berbeda kesimpulan dengan beberapa penelitian yang lain. Penelitian Situmeang 2002 menemukan bahwa informasi akuntansi secara umum tidak menjadi pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi. Penggunaan informasi akuntansi tersebut semakin kecil setelah krisis ekonomi. Secara nyata, dalam investasi di pasar modal saat ini, investor cenderung membeli saham dengan mengandalkan rumor dan berita terkini dari pasar. Hal ini telah mendorong terjadinya bubble economic yang telah diperingatkan oleh banyak ahli ekonomi, dimana harga-harga saham telah naik jauh melebihi nilai wajar dari saham tersebut. Secara teoritis dapat dikatakan nilai wajar saham per lembar berdasarkan nilai buku BVS seharusnya menjadi gambaran dari harga saham di pasar, jika tidak potensi saham tersebut untuk mengalami koreksi akan membesar. Pada dasar harga saham harus menggambarkan nilai wajar perusahaan tersebut pada saat ini ditambah dengan arus kas masa depan yang telah diprediksi dibagi dengan jumlah saham perusahaan tersebut. Jika harga saham saat ini melebihi hal itu, maka potensi koresi juga semakin membesar. Susan Grace Veranita Nainggolan: Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2008. USU e-Repository © 2008 Harga saham bisa naik lebih tinggi dari harga wajar sebenarnya merupakan cerminan dari tindakan investor yang membeli saham berdasarkan analisis teknikal. Analisis ini menggunakan pergerakan harga masa lalu sebagai patokan pergerakan tanpa memperhatikan fundamental perusahaan. Kondisi ini yang menjadi alasan utama meningkatnya harga saham dalam kisaran yang sangat tinggi, bahkan beberapa saham seperti PT Bumi Resources selama tahun 2006 sampai 2007 telah meningkat sebanyak 1.000 lebih. Kondisi bursa yang menggelembung ini telah mengalami koreksi yang cukup tajam sejak awal tahun 2008 sampai saat ini. Indikator lain yang mendukung penelitian ini adalah reaksi investor dalam menanggapi pengumuman laporan keuangan tidak menimbulkan gejolak. Salah satu penyebab yang mungkin terjadi adalah informasi tersebut memang tidak dibutuhkan dalam pembuatan keputusan investasi. Dalam pandangan ini investor memang tidak memperhitungkan hasil laporan keuangan dalam pembuatan keputusannya. Walaupun penelitian ini secara relative menyetujui pandangan ini, namun secara teoritis tidak mungkin terjadi. Peneliti sendiri berpendapat investor tetap memperhatikan informasi keuangan, namun informasi tersebut telah diantisipasi sebelum informasi tersebut dipublikasikan secara resmi. Informasi keuangan seperti laba, penyisihan piutang tak tertagih, tingkat penjualan, harga komoditas, dan faktor-faktor lain yang penting relative sudah dapat diprediksi dengan baik beberapa saat sebelum hal itu nyata terjadi. Berdasarkan hal Susan Grace Veranita Nainggolan: Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2008. USU e-Repository © 2008 ini hasil penelitian yang lebih baik bisa diperoleh dengan menguji beberapa lag time untuk memperoleh model regresi yang jauh lebih baik dalam peramalan harga saham. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa pergerakan harga saham tidak mempunyai hubungan yang kuat dan jelas dengan fundamental perusahaan yang tergambar dalam beberapa rasio yang terdapat di dalam laporan keuangan. Kesimpulan yang jelas terkait dengan penelitian lain cukup sulit dilakukan karena adanya variasi hasil penelitian yang terjadi. Variasi tersebut terjadi karena hasil setiap penelitian tersebut juga tidak berada pada tingkat signifikansi yang sangat kuat, sehingga perubahan metode, sampel dan proses pengujian dapat mengakibatkan perbedaan kesimpulan. Susan Grace Veranita Nainggolan: Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2008. USU e-Repository © 2008

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 45 105

Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 59 80

Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Subsektor Konstruksi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 23 112

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

4 11 16

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 19

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

PENDAHULUAN Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 6

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 14

PENGARUH ARUS KAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Pengaruh Arus Kas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 15

Analisis Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010.

0 0 2