Pengaruh Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RISIKO

SISTEMATIK TERHADAP HARGA SAHAM PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

DESTRI RUSI WIDIASARI

067017029/Akt

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RISIKO

SISTEMATIK TERHADAP HARGA SAHAM PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DESTRI RUSI WIDIASARI

067017029/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN

RISIKO SISTEMATIK TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Destri Rusi Widiasari

Nomor Pokok : 067017029

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac) (Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,Ak) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,M.Sc)


(4)

Telah Diuji pada

Tanggal: 07 Januari 2009

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac

Anggota : 1. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak

2. Prof.Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: “Pengaruh Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 07 Januari 2009 Yang membuat pernyataan,

Destri Rusi Widiasari


(6)

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris dan menemukan kejelasan fenomena pengaruh faktor fundamental yang diwakili rasio ROA, DER dan BVS serta risiko sistematis yang diwakili dengan Beta Saham terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik secara parsial maupun secara simultan.

Objek penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2003 – 2006 yang aktif menerbitkan laporan keuangan selama tahun pengamatan serta secara konsisten memperoleh laba dan mempunyai kewajiban selama tahun pengamatan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 32 perusahaan. Teknik pengujian data adalah dengan menggunakan regresi linear sederhana untuk menguji secara parsial dan regresi linear berganda untuk menguji secara simultan, dengan tingkat signifikansi alpha 5%.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa faktor fundamental dan risiko sistematis secara simultan mempengaruhi pergerakan harga saham, sedangkan secara parsial ROA, DER dan Beta Saham berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan BVS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Kata Kunci : Faktor Fundamental, Risiko Sistematis, Harga Saham


(7)

ABSTRACT

This aim of the research is to find out the proof and the clarity about phenomenon influence of fundamental factor which is represented by ROA, DER and BVS ratio and systematic risk which is represented by beta on stock price of manufacturing business which is listed in Indonesia Stock Exchange (ISX), either is partially and simultaneously.

The object of this research is all of the manufacturing business enlisted in Indonesia Stock Exchange (ISX) since 2003 – 2006, and publish the financial statement, getting profit and have obligation during observation year. Technique test of data is by using simple linear regression to test by parsial and multiple linear regression to test by simultan, by level significant alpha 5%.

The result of this research prove that the fundamental factor and systematic risk influence on stock price, while ROA, DER and Beta have influenced on stock price simultaneously, and BVS does not influenced on the stock price significantly. Keywords : fundamental factor, systematic risk, stock price


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” sebagai salah satu persyaratan pemenuhan untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A.(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen pembanding utama penulis dalam menyusun tesis ini.

4. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak membantu dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam menyusun tesis ini.


(9)

5. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk mengarahkan, membimbing, dan memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyusun tesis ini.

6. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran kepada penulis didalam menyusun tesis ini.

7. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran kepada penulis didalam menyusun tesis ini.

8. Seluruh dosen dan staf pada Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara .

9. Bapak Roedijono W, BE dan Ibu Siti Machtumah yang tercinta, yang telah memberikan dukungan materiil maupun moril dengan segala doa dan kasih sayang serta adik-adik tersayang, (Iyan, Inggar-Ari, Iyos-Wahyu-Yuries dan Iwie) sehingga penulis dapat menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.

10.Keluarga Bapak Edy Suhartono, atas segala dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.

11.Pimpinan dan rekan kerja PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, SBU Wilayah III Sumbagut, atas segala dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.

12.Rekan-rekan mahasiswa angkatan XI (khususnya sahabatku Eli Safrida) yang tidak pernah berhenti memberikan motivasi, dukungan, perhatian, dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis.


(10)

Serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak keterbatasan yang dimiliki oleh penulis dalam menyelesaikan tesis ini, sehingga sangat diperlukan masukan-masukan dan saran yang sifatnya membangun. Namun demikian besar harapan penulis, tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 07 Januari 2009


(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Destri Rusi Widiasari

2. Tempat / Tanggal Lahir : Purwokerto, 03 Desember 1977

3. Agama : Islam

4. Pekerjaan : Pegawai PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk SBU Wilayah III Sumbagut

5. Orang Tua

a.Bapak : Roedijono W, BE

b.Ibu : Siti Machtumah

6. Alamat : Jl. KL Yos Sudarso Lr 13 No. 4 A Komplek PLN - Glugur Kota, Medan

7. Pendidikan

a.Sekolah Dasar : SDN Manyar Sabrangan II/231 Surabaya, lulus tahun 1989

b.Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 6 Surabaya, lulus tahun 1992 c.Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 2 Purwokerto, lulus tahun 1995 d.Universitas : - DIII Universitas Jenderal Soedirman,

Purwokerto, lulus tahun 1998

- S1 Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, lulus tahun 2001


(12)

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ………... vi

ABSTRACT ...………... vii

KATA PENGANTAR ... viii

RIWAYAT HIDUP ... xi

DAFTAR ISI ………. xii

DAFTAR TABEL ………. . xvi

DAFTAR GAMBAR ………. . xvii

DAFTAR LAMPIRAN ……… ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ……… 1

1.2. Perumusan Masalah Penelitian ………. 7

1.3. Tujuan Penelitian ……….. 7

1.4. Manfaat Penelitian ………. 8

1.5. Originalitas Penelitian ……… 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 10

2.1. Landasan Teori ……….. 10

2.1.1.Investasi ……….. 10

2.1.2.Proses Investasi ……… 11

2.1.3.Laporan Keuangan Sebagai Sumber Informasi ……… 13


(13)

2.1.5.Analisis Rasio Keuangan ………. 17

2.1.6.Hubungan Rasio Keuangan dengan Harga Saham ………….. 18

2.1.6.1. Return on Assets ……… 19

2.1.6.2. Debt to Equity Ratio ……….. 20

2.1.6.3. Book Value perShare ……….. 21

2.1.7.Hubungan Beta dengan Harga Saham ……….. 22

2.1.8.Penilaian Saham ……… 23

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ……….. 24

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS... 28

3.1. Kerangka Konseptual ……… 28

3.2. Hipotesis Penelitian …….………. 30

BAB IV METODE PENELITIAN………. 31

4.1. Rancangan Penelitian ……….. 31

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 31

4.3. Variabel Penelitian ……….. 32

4.3.1.Klasifikasi Variabel ………. 32

4.3.2.Definisi Operasional Variabel ……….. 32

4.3.2.1.Return on Assets ……… 32

4.3.2.2. Debt to Equity Ratio ……….. 33

4.3.2.3.Book Value perShare ……….. 33

4.3.2.4.Beta Saham ………. 34


(14)

4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 36

4.5. Prosedur Pengambilan Data ... 36

4.6. Model dan Teknik Analisa Data ... 36

4.7. Pengujian Asumsi Klasik ………. 37

4.7.1.Uji Normalitas ………... 37

4.7.2.Uji Autokorelasi ……… 38

4.7.3.Uji Multikolinieritas ………. 39

4.7.4.Uji Heterokedastisitas ……… 39

4.8. Pengujian Model ……… 40

4.9. Pengujian Hipotesis ………. 40

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 42

5.1. Hasil Penelitian ... 42

5.1.1. Statistik Deskriptif ... 42

5.1.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 48

5.1.3. Pengujian Hipotesis ... 53

5.2. Pembahasan ... 58

5.2.1. Pengaruh ROA terhadap Harga Saham ... 58

5.2.2. Pengaruh DER terhadap Harga Saham ... 59

5.2.3. Pengaruh BVS terhadap Harga Saham ... 60

5.2.4. Pengaruh Beta Saham terhadap Harga Saham ... 61

5.2.5. Pengaruh ROA, DER, BVS dan Beta saham terhadap Harga Saham ... 62


(15)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1. Kesimpulan ... 64

6.2. Keterbatasan ... 65

6.3. Saran ... 66


(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 26

4.1. Proses Penarikan Sampel ... 32

4.2. Variabel Penelitian ... 35

5.1. Descriptive Statistics ROA ... 43

5.2. Descriptive Statistics DER ... 44

5.3. Descriptive Statistics BVS ... 45

5.4. Descriptive Statistics Beta Saham ... 46

5.5. Descriptive Statistics Harga Saham ... 47

5.6. Uji Autokorelasi ...………. ... 50

5.7. Uji Multikolinearitas …………... 51

5.8. Regresi ROA terhadap Harga Saham ... 53

5.9. Regresi DER terhadap Harga Saham ... 53

5.10. Regresi BVS terhadap Harga Saham ... 54

5.11. Regresi Beta terhadap Harga Saham ... 54

5.12. Hasil Regresi Uji F ... 55

5.13. Nilai R Square Hipotesis 5 ... 56


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

3.1. Kerangka Konseptual ...….…... 28

5.1. Normalitas P-P Plot ...….…... 49

5.2. Kurva Uji Autokorelasi...….…... 50


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman 1. Perusahaan Manufaktur yang Konsisten Memperoleh Laba dan

Memiliki Kewajiban (Perusahaan Sampel) ………..………... 69

2. Data Perhitungan ROA Perusahaan Manufaktur Periode 2003-2006 ... 70

3. Data Perhitungan DER Perusahaan Manufaktur Periode 2003-2006 ... 71

4. Data Perhitungan BVS Perusahaan Manufaktur Periode 2003-2006 ... 72

5. Data Perhitungan Beta Perusahaan Manufaktur Periode 2003-2006…… 73

6. Data Rata-rata Harga Saham Perusahaan Manufaktur Periode 2003-2006 74 7. Descriptive Statistics ROA ……… 75

8. Descriptive Statistics DER ……… 76

9. Descriptive Statistics BVS ……… 77

10. Descriptive Statistics Beta Saham……… 78

11. Descriptive Statistics Harga Saham……… 79


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Investasi adalah penanaman modal dalam satu atau lebih aktiva yang dimiliki, yang biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2004). Keputusan penanaman modal dapat dilakukan oleh siapa saja, baik oleh individu ataupun unit usaha yang mempunyai kelebihan dana.

Investor sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana mempunyai banyak pilihan investasi, diantaranya investasi di pasar uang, pasar modal dan pasar komoditas. Investor sebagai pihak yang menanamkan dana pada suatu perusahaan tentunya menginginkan agar nilai saham yang tercermin dalam harga saham yang dimilikinya tersebut semakin meningkat, yang secara otomatis akan meningkatkan nilai kekayaan para investor. Hal tersebut membuat investor akan lebih memilih emiten dengan kinerja yang baik. Semakin baik tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan maka diharapkan harga saham meningkat dan akan memberikan keuntungan (return) saham bagi investor. Return saham yang tinggi merupakan salah satu daya tarik bagi investor untuk menanamkan dananya di pasar modal.

Fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Syarat utama yang diinginkan oleh investor untuk bersedia menyalurkan dananya melalui


(20)

pasar modal adalah perasaan aman akan investasinya. Perasaan aman ini di antaranya diperoleh karena para investor mendapatkan informasi yang jelas, wajar, dan tepat waktu sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasinya (Usman dan Barus, 1989).

Suatu informasi dianggap informatif jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan (believes) para pengambil keputusan. Adanya suatu informasi yang baru akan membentuk suatu kepercayaan baru di kalangan para investor. Kepercayaan baru ini akan mengubah harga melalui perubahan demand dan supply surat-surat berharga.

Pasar modal memiliki sejumlah sifat khas apabila dibandingkan dengan pasar yang lain, diantaranya adalah adanya ketidakpastian akan kualitas produk yang ditawarkan. Ketidakpastian tersebut dapat dikurangi jika terdapat informasi akuntansi untuk menilai risiko yang melekat dalam investasi dan memperkirakan return yang akan diperoleh dari investasi tersebut.

Pasar modal memungkinkan perusahaan memperoleh sumber pembiayaan jangka panjang yang relatif murah dari instrumen-instrumen keuangan dalam berbagai surat berharga (sekuritas). Investor dalam melakukan investasi di pasar modal setidaknya harus memperhatikan dua hal yaitu: keuntungan yang diperoleh dan risiko yang mungkin terjadi.

Investor untuk berinvestasi di pasar modal memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang matang. Informasi akurat yang diperlukan yaitu mengetahui sejauh mana eratnya hubungan variabel-variabel yang menjadi penyebab fluktuasi


(21)

harga saham perusahaan yang akan dibeli. Dengan mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut, investor dapat memilih strategi untuk memilih perusahaan yang benar-benar dianggap sehat sebagai tempat menanamkan modalnya.

Tujuan seorang investor menginvestasikan dananya dalam bentuk saham di pasar modal adalah untuk memperoleh hasil yang besar, namun kemungkinan terjadinya risiko akan gagal selalu ada dalam investasi tersebut atau dengan kata lain investor menderita kerugian. Keberhasilan suatu investasi dalam saham tidak terlepas dari pengetahuan dan kemampuan investor dalam mengolah informasi yang tersedia di pasar modal. Investor pada umumnya membeli saham dengan harapan akan menerima keuntungan (return) dalam bentuk dividen dan capital gain.

Banyak variabel yang dapat mempengaruhi harga saham suatu perusahaan, baik yang datang dari lingkungan eksternal ataupun yang datangnya dari lingkungan internal perusahaan itu sendiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Usman (1990), harga saham sebagai indikator nilai perusahaan akan dipengaruhi oleh beberapa variabel fundamental dan teknikal, dimana variabel-variabel tersebut secara bersama-sama akan membentuk kekuatan pasar yang berpengaruh terhadap transaksi saham. Variabel fundamental dibagi menjadi dua yaitu variabel fundamental yang bersifat internal yang memberi informasi tentang kinerja perusahaan dan variabel-variabel yang bersifat eksternal yang meliputi kondisi perekonomian secara umum. Variabel teknikal meliputi variabel-variabel yang menyajikan informasi yang akan memberikan gambaran kepada investor untuk menentukan kapan pembelian saham dilakukan dan kapan saham tersebut dijual atau ditukar dengan saham yang lain agar


(22)

memperoleh keuntungan yang maksimal. Variabel teknikal ini meliputi tentang perkembangan kurs saham, keadaan pasar modal, volume transaksi, perkembangan harga saham dari waktu ke waktu dan capital gain/loss.

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang dapat dipergunakan investor dalam mengambil keputusan investasi di lantai bursa. Hal ini menjadikan analisis terhadap laporan keuangan dianggap penting dilakukan untuk memahami informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi dirancang untuk menyediakan informasi bagi calon investor, kreditor dan pemakai eksternal lainnya untuk pengambilan keputusan investasi, kredit, dan keputusan lain. Serangkaian pengujian telah dilakukan untuk menguji reaksi pasar terhadap pengumuman laporan keuangan. Penelitian eksploratif yang dilakukan oleh Pagalung (1996) dalam Natarsyah (2000) menunjukkan bahwa laporan keuangan masih dipandang sebagai informasi yang cukup penting oleh para investor di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Secara garis besar informasi yang diperlukan investor terdiri dari informasi yang bersifat fundamental dan teknikal. Sparta (2000) menyatakan bahwa dalam analisis sekuritas digunakan dua pendekatan yaitu analisis fundamental dan teknikal. Analisis fundamental didasarkan pada dua model dasar penilaian sekuritas yaitu earning multiplier dan asset values, sedangkan analisis teknikal secara umum memfokuskan perhatian pada perubahan volume dan harga pasar sekuritas.

Faktor fundamental yang sering digunakan untuk memprediksi harga saham atau return saham adalah rasio keuangan dan rasio pasar. Rasio keuangan yang


(23)

berfungsi untuk memprediksi harga saham antara lain : Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Book Value per Share (BVS). Rasio pasar yang sering dikaitkan dengan harga saham atau return saham adalah Price Book Value (PBV).

Faktor teknikal diukur dengan beberapa indikator antara lain inflasi, nilai tukar mata uang, risiko pasar. Saham perusahaan yang go public adalah komoditi investasi yang berisiko, karena bersifat peka terhadap perubahan–perubahan yang terjadi, baik perubahan di dalam negeri maupun perubahan dari luar negeri. Perubahan-perubahan ini tentunya merupakan risiko bagi investor. Risiko ini terbagi menjadi risiko sistematik dan risiko tidak sistematik. Sparta (2000) mendefinisikan risiko sistematik sebagai bagian dari perubahan aktiva yang dapat dihubungkan kepada faktor umum yang juga disebut sebagai risiko pasar atau risiko yang tidak dapat dibagi. Risiko sistematik merupakan tingkat minimum risiko yang dapat diperoleh bagi suatu portofolio melalui diversifikasi sejumlah besar aktiva yang dipilih secara acak. Risiko tidak sistematik adalah risiko yang unik bagi perusahaan, seperti pemogokan kerja oleh pekerja perusahaan, bencana alam yang menimpa perusahaan, dan lain-lain sejenisnya (Ang, 1997).

Penggunaan variabel fundamental internal perusahan dalam analisis harga saham telah banyak dilakukan oleh sejumlah peneliti. Suhairy (2006) yang meneliti variabel fundamental terhadap return saham, dan memperoleh hasil bahwa variabel-variabel fundamental internal perusahaan seperti Return on Assets dan Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh terhadap return saham. Penelitian lain yang menggunakan variabel fundamental internal perusahaan dilakukan oleh Natarsyah


(24)

(2000) pada 127 perusahaan selama periode Januari 1996 sampai dengan Maret 1998. Natarsyah menggunakan 5 (lima) rasio keuangan dan menemukan kelima rasio tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2000) meneliti ROA, DPR, BVS & beta saham terhadap harga saham, dan dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Utami & Suharmadi (1998) yang meneliti ROE, DPR, BETA & PBV terhadap harga saham, yang dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa data-data keuangan perusahaan tidak terlalu menarik bagi investor. Investor kurang memperhatikan rasio-rasio keuangan ini dalam melakukan penilaian saham. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Darma (1999) yang meneliti pengaruh analisis laporan keuangan terhadap return saham, dimana dari hasil penelitiannya ternyata semua rasio keuangan tidak berpengaruh terhadap return saham.

Dari penelitian-penelitian terdahulu nampak bahwa hasil beberapa peneliti menunjukkan adanya pengaruh faktor fundamental terhadap harga saham, sementara beberapa peneliti lain menunjukkan bahwa faktor fundamental itu tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil penelitian yang tidak konsisten tersebut mendorong untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang hubungan atau pengaruh ROA, DER, BVS dan beta terhadap harga saham. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya di atas adalah meliputi jenis variabel dan periode penelitian.


(25)

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, DER, BVS dan beta saham, selama periode 2003 sampai dengan 2006.

1.2 Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham Perusahaan Manufaktur?

b. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap harga saham Perusahaan Manufaktur?

c. Apakah Book Value perShare (BVS) berpengaruh terhadap harga saham Perusahaan Manufaktur?

d. Apakah Beta saham berpengaruh terhadap harga saham Perusahaan Manufaktur?

e. Apakah Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Book Value perShare (BVS) dan Beta saham berpengaruh secara bersama-sama terhadap harga saham Perusahaan Manufaktur?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. mengetahui pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap harga saham Perusahaan


(26)

b. mengetahui pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham Perusahaan Manufaktur.

c. mengetahui pengaruh Book Value perShare (BVS) terhadap harga saham Perusahaan Manufaktur.

d. mengetahui pengaruh Beta saham terhadap harga saham Perusahaan Manufaktur.

e. mengetahui pengaruh Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Book Value perShare (BVS) dan Beta saham secara bersama-sama terhadap harga saham Perusahaan Manufaktur.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan dalam memahami pengaruh variabel fundamental (ROA, DER, BVS) dan risiko sistematik (Beta) terhadap harga saham khususnya di perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi Investor, hasil penelitian ini dapat berperan sebagai informasi dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal.

c. Bagi Emiten, penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi terutama manajer keuangan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan perusahaan yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.


(27)

d. Bagi dunia ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan penelitian dibidang manajemen investasi yang dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan pengaruh faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham.

1.5 Originalitas Penelitian

Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000) yang berjudul “Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham”. Dalam penelitiannya pada perusahaan kelompok industri barang konsumsi yang go-public di pasar modal, Natarsyah (2000) mengemukakan bahwa variabel ROA, ROE, DPR, DER dan BVS berpengaruh signifikan terhadap harga saham, demikian juga indeks beta sebagai pengukur risiko sistematik juga berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya di atas adalah meliputi jenis perusahaan sampel, jenis variabel dan periode penelitian. perusahaan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, DER, BVS dan Beta saham, serta periode penelitian selama periode 2003 sampai dengan 2006.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1.Investasi

Pada dasarnya investasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah investasi yang berhubungan dengan pasar modal, tabungan di bank atau asset lainnya seperti saham dan obligasi yang sering disebut sebagai sekuritas. Menurut Kamaruddin (1996) “investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut”. Menurut Jogiyanto (1998) “investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode tertentu”.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.13 (2004, par 03) menyebutkan pengertian investasi sebagai berikut :

Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti, dividen dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan, persediaan dan aktiva tetap bukan merupakan investasi. Dengan kata lain investasi merupakan suatu penanaman modal yang dilakukan oleh seorang pemodal (investor) dan dilakukan pada satu asset atau lebih dalam jangka waktu yang lama dan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.


(29)

Pada umumnya investasi dikategorikan atas dua jenis, yaitu real asset (aktiva nyata) dan financial asset (aktiva keuangan). Aktiva nyata bersifat berwujud seperti gedung, kendaraan dan lain-lain, sedangkan aktiva keuangan merupakan dokumen (surat-surat) klaim tidak langsung pemegangnya terhadap aktiva nyata pihak yang menerbitkan surat berharga tersebut.

Menurut Jogiyanto (1998), berdasarkan cara perolehannya investasi dapat dibedakan atas investasi langsung (direct investing) dan investasi tidak langsung (indirect investing). Investasi langsung merupakan investasi dengan melakukan pembelian saham secara langsung dari perusahaan, sedangkan investasi tidak langsung merupakan investasi dengan melakukan pembelian saham dari perusahaan investasi (pihak ketiga) yang mempunyai portofolio aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. Menurut Husnan (2001) tujuan investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. Investasi dilakukan dengan harapan, investor mendapatkan kembalian manfaat pada masa yang akan datang, yang tentunya akan meningkatkan kesejahteraan dimasa tersebut.

2.1.2.Proses investasi

Menurut Ang (1997) analisis investasi dapat dilakukan dengan dua cara. Analisis investasi secara tradisional, dasarnya adalah proyeksi dari harga dan dividen sekuritas tersebut. Harga potensial dari saham suatu perusahaan dan pola dividennya diramalkan terlebih dahulu, kemudian dilakukan diskon untuk memperoleh nilai sekarang (present value).


(30)

Analisis investasi atas sekuritas secara modern, dasarnya adalah konsep fundamental dan berdasarkan tingkat risiko dan tingkat pengembalian keuntungan tergantung atas harga saham dan bersama dengan dasar dividen. Dasar proses investasi modern mencakup analisis mengenai penentuan tujuan investasi, penentuan kebijakan investasi, pemilihan strategi portofolio, pemilihan aset, serta pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio. Penentuan tujuan investasi merupakan tahap pertama yang harus dilakukan dalam proses investasi. Pada tahap penentuan kebijakan investasi, investor akan menentukan kebijakan untuk memenuhi tujuan investasi yang telah ditetapkan. Tahap pengambilan kebijakan ini meliputi penentuan keputusan alokasi aset dan penentuan pengambilan keputusan tersebut berdasarkan dana yang dimiliki investor tersebut

Tahap selanjutnya adalah pemilihan strategi portofolio di mana strategi yang dipilih harus konsisten dengan dua tahap sebelumnya. Ada dua strategi portofolio yaitu strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Selanjutnya dilakukan pemilihan aset, yaitu dengan melakukan evaluasi pada ini memerlukan pengevaluasian setiap sekuritas yang ingin dimasukkan dalam portofolio. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mencari portofolio yang efisien, yaitu portofolio yang menawarkan return diharapkan yang tertinggi dengan tingkat risiko tertentu atau dibawah harga pasar atau sebaliknya. Tahap akhir dari proses investasi ini adalah pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio, yang meliputi pengukuran portofolio dan pembandingan hasil pengukuran yang dilakukan investor dengan kinerja portofolio.


(31)

2.1.3.Laporan Keuangan Sebagai Sumber Informasi

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari suatu proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak yang berkepentingan mengenai kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan dan selanjutnya disajikan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi para pemakai laporan keuangan. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (2004, par 09) menyatakan bahwa pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Pemakai laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.

a. Investor. Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

b. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.


(32)

c. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya membutuhkan informasi yang dapat mereka gunakan untuk menentukan apakah jumlah piutang mereka akan dapat dibayar pada waktu jatuh tempo.

e. Pelanggan. Pelanggan mempunyai kepentingan dengan informasi, mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau para pelanggan terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.

f. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

g. Masyarakat/publik. Perusahaan memberikan pengaruh kepada anggota masyarakat dalam berbagai cara, antara lain perusahaan dapat memberikan kontribusi yang berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan beserta rangkaian aktivitasnya.


(33)

Akuntansi dalam hal ini laporan keuangan sering disebut sebagai bahasa bisnis (Language Of Business) karena akuntansi merupakan instrumen untuk melaporkan informasi keuangan suatu perusahaan kepada kelompok orang yang berbeda–beda, dan disusun sebagai dasar pengambilan keputusan. Suatu laporan keuangan akan bermanfaat, jika laporan keuangan memberikan informasi yang relevan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai laporan keuangan tersebut dalam pengambilan keputusan. Informasi laporan keuangan tersebut akan memiliki kualitas relevan jika informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi si pemakai laporan keuangan tersebut seperti investor.

Pemodal (investor) yang akan menanamkan investasinya dalam bentuk surat berharga sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan. Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (2004, par 28) juga menyebutkan sebagai berikut:

Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal- hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas bahwa informasi laporan keuangan memegang peranan penting dalam aktivitas perdagangan. Informasi ini merupakan basis pengambilan keputusan bagi para pemodal (investor), dengan demikian keterbukaan informasi (information disclosure) memegang peranan penting dalam aktivitas perdagangan saham. Informasi lain yang menarik para investor antara lain adalah harga saham sebagai revisi atau penyesuaian di pasar yang sepenuhnya


(34)

mencerminkan kinerja perusahaan. Sejalan dengan kepentingan investor yang ingin berinvestasi dalam bentuk surat berharga khususnya saham, maka informasi laporan keuangan berguna untuk melihat keuntungan yang dapat direalisasikan melalui tindakan yang akan diambil berdasarkan informasi itu.

2.1.4.Analisis Fundamental dan Teknikal

Investor dalam melakukan investasi dalam bentuk saham memerlukan analisis untuk mengukur nilai saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Tujuan analisis fundamental adalah menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan undervalue bilamana harga saham di pasar saham lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya, demikian juga sebaliknya. Terdapat dua pendekatan dasar dalam melakukan analisis dan memilih saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental

mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan cara: (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham

di masa yang akan datang dan (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Menurut Husnan (2001) pendekatan fundamental memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental (pertumbuhan penjualan, nilai penjualan, net profit margin, price earning ratio) berdasarkan pada informasi akuntansi yang telah diaudit oleh akuntan publik dan dipercaya oleh segenap peserta pasar. Pada saat pembuatan model peramalan harga


(35)

saham langkah yang penting adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya kebijakan dividen yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham.

Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga tersebut diwaktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis teknikal adalah (1) harga saham mencerminkan informasi yang relevan (2) informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga diwaktu yang lalu (3) perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan berulang.

2.1.5. Analisis Rasio Keuangan

Laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan perusahaan memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan, pada saat tertentu, prestasi operasi dalam suatu rentang waktu, serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan perusahaan yang bersangkutan. Ditinjau dari sudut pandang manajemen, laporan keuangan merupakan media bagi mereka untuk mengkomunikasikan performance keuangan perusahaan yang dikelolanya kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sedangkan ditinjau dari sudut pandang pemakai, diharapkan dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang rasional dalam praktek bisnis yang sehat. Kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dapat diukur dengan menggunakan beberapa tolok ukur, antara lain adalah rasio yang menghubungkan data-data keuangan yang satu dengan lainnya. Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator


(36)

keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktek bisnis pada kenyataannya bersifat subjektif tergantung kepada untuk apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis tersebut diaplikasikan. Meskipun pelaporan keuangan memiliki tujuan sosial yang luas, akan tetapi orientasinya terletak pada investor dan kreditor, karena dengan memenuhi kebutuhan mereka maka hampir semua kebutuhan dari para pemakai eksternal lainnya akan terpenuhi (Warsidi, 2000).

2.1.6.Hubungan Rasio Keuangan dengan Harga Saham

Tujuan pelaporan keuangan diupayakan mempunyai cakupan yang luas agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan para pemakai dan melayani kepentingan umum dari berbagai pemakai yang potensial, bukan hanya untuk kebutuhan khusus kelompok tertentu saja. Setelah menetapkan tujuan sosial yang luas yang merupakan tujuan menyeluruh dari pelaporan keuangan, pelaporan keuangan juga harus menyediakan informasi yang bermanfaat untuk menaksir arus kas di masa yang akan datang (Jogiyanto, 1998). Dari laporan keuangan yang diterbitkan setelah dianalisis akan bisa diperoleh rasio keuangan, yang berguna untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan, serta untuk menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk selama suatu waktu. Hal ini akan membantu bagi


(37)

investor, kreditor, dan pemakai lainnya yang potensial, dalam menilai ketidakpastian penerimaan dari dividen dan bunga di masa yang akan datang (Jogiyanto, 1998). Tujuan ini mengasumsikan bahwa investor menginginkan informasi tentang hasil dan risiko dari investasi yang dilakukan (Husnan, 2001).

Manajemen perusahaan yang bersangkutan maupun para investor akan dapat melakukan tindakan, setelah menilai kinerja perusahaan yang dilihat dari rasio keuangan tersebut dan melakukan penilaian terhadap nilai saham perusahaan. Salah satu contoh adalah ROA, jika diperoleh ROA yang cukup tinggi, maka dapat diasumsikan bahwa perusahaan tersebut beroperasi secara efektif, hal ini akan merupakan daya tarik bagi investor yang mengakibatkan peningkatan nilai saham perusahaan yang bersangkutan. Meningkatnya nilai saham perusahaan tersebut, menyebabkan saham diminati oleh banyak investor, sehingga akan semakin meningkatkan harga saham perusahaan tersebut.

Rasio-rasio keuangan yang akan digunakan adalah ROA untuk mewakili rasio profitabilitas, DER untuk mewakili rasio solvabilitas, sedangkan BVS untuk mewakili rasio pasar.

2.1.6.1.Return on Assets

Aktiva suatu perusahaan didanai oleh pemegang saham dan kreditor, sehingga aktiva tersebut akan menjadi modal kerja bagi perusahaan dalam melakukan usahanya. Hasil usaha perusahaan dinyatakan dalam bentuk laba bersih atau Net Income After Tax (NIAT). ROA merupakan rasio antara laba setelah pajak (NIAT)


(38)

terhadap total assets. ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak dari total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan.

Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak, yang juga dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat kembalian akan semakin besar (Ang, 1997). Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal juga akan semakin meningkat, dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000) dan Prasetyo (2000) ROA berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan menurut Suhairy (2006) menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Hasil ini membuktikan bahwa dalam membuat keputusan investasi saham, investor masih mempertimbangkan ROA.

2.1.6.2.Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan. Total debt merupakan total liabilities (baik jangka pendek maupun jangka panjang), sedangkan total shareholder equity menunjukkan total modal sendiri yang dimiliki perusahaan.


(39)

Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk dividen). Tingginya DER selanjutnya akan mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan tertentu, karena investor pasti lebih tertarik pada saham yang tidak menanggung terlalu banyak beban utang. Dengan kata lain, DER berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Kinerja perusahaan tentunya juga berpengaruh pada daya tarik saham yang ditawarkan di pasar modal. Semakin baik kinerja perusahaan, maka daya tarik saham perusahaan tersebut semakin tinggi, hal ini menarik bagi investor karena saham tersebut memberikan prospek yang menjanjikan keuntungan. Jika permintaan investor terhadap saham perusahaan tersebut cukup besar, maka dapat berpengaruh terhadap peningkatan harga saham. Dari keterangan diatas, maka dapat dikatakan bahwa DER juga mempengaruhi harga saham perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000) menyimpulkan bahwa DER berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki DER tinggi kurang diminati oleh investor sehingga harga sahamnya menurun.

2.1.6.3.Book Value perShare

Seorang investor tentunya mengharapkan untuk memperoleh keuntungan dari investasi yang dilakukannya. Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk membeli


(40)

suatu saham, seorang investor perlu mengetahui beban dari saham yang akan dibeli, karena saham dengan tingkat beban yang lebih ringan tentunya akan lebih menarik minat investor, karena akan memberikan keuntungan yang lebih besar. Rasio untuk mengukur nilai shareholders’ equity atas setiap lembar saham (Ang, 1997), atau disebut juga dengan Book Value perShare, yang menggambarkan perbandingan total modal (equity) terhadap jumlah saham. Semakin besar rasio BVS, maka saham tersebut akan semakin menarik bagi investor sehingga harga saham akan meningkat.

2.1.7. Hubungan Beta dengan Harga Saham

Beta adalah tolok ukur risiko dari suatu jenis saham dibandingkan dengan risiko pasar. Jika dilakukan pengamatan terhadap pergerakan harga saham, maka akan terlihat adanya pergerakan harga saham individual yang mengikuti pergerakan indeks pasar (misalnya Indeks Harga Saham Gabungan). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan suatu saham berkorelasi dengan perubahan pasar (Husnan, 2001). Jika perubahan pasar dinyatakan sebagai tingkat keuntungan indeks pasar, maka tingkat keuntungan suatu saham individual dinyatakan dalam konsep model indeks tunggal.

Husnan (2001) mengatakan bahwa model indeks tunggal bisa menunjukkan sebagai satu-satunya alasan pergerakan saham bersama-sama adalah karena saham bereaksi terhadap gerakan pasar, sedangkan pandangan lain menyebutkan bahwa Beta juga bisa digunakan sebagai penaksir faktor-faktor fundamental yang mungkin mempengaruhi beta tersebut. Beta sebagai pengukur risiko yang berasal dari


(41)

hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar. Risiko ini berasal dari beberapa faktor fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang saham perusahaan tersebut, antara lain adalah (1) Cyclicality yang menunjukkan

sejauh mana suatu perusahaan dipengaruhi oleh konjungtur perekonomian, (2) Operating Leverage yang menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap, (3) Financial Leverage, dimana perusahaan yang mempunyai utang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage, dimana semakin besar proporsi utang yang dipergunakan oleh perusahaan, maka semakin besar pula risiko yang ditanggung oleh pemilik modal.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000) dan Prasetyo (2000) menunjukkan bahwa risiko sistematik berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi risiko menyebabkan saham tersebut kurang diminati oleh investor sehingga harga saham akan turun.

2.1.8. Penilaian Saham

Saham yang diperdagangkan di lantai bursa selain dinilai dengan harga pasar (market value) dapat pula dilakukan penilaian dengan memperhatikan hal berikut ini: a. Nilai pari/nilai nominal (par value/face value) adalah nilai yang tercantum

dalam sertifikat saham tersebut.

b. Nilai buku (book value) menunjukkan nilai bersih kekayaan perusahaan per saham. Nilai buku perusahaan di dapat dengan mengurangkan total asset perusahaan terhadap hutang dan saham preferen, kemudian dibagi dengan


(42)

jumlah saham yang beredar. Nilai intrinsik/nilai riil (fair value/reasonable value) adalah harga saham yang ditetapkan untuk sebuah saham biasa jika faktor-faktor utama seperti modal dan hutang perusahaan dipertimbangkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai intrinsik tersebut adalah asset fisik yang dimiliki perusahaan, perkiraan pendapatan perusahaan dimasa yang akan datang dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut.

c. Nilai pasar (market value) adalah harga saham biasa yang terjadi di pasar modal berdasarkan permintaan dan penawaran.

Berdasarkan penjelasan tersebut apabila dihubungkan dengan nilai intrinsik maka akan terdapat dua kondisi pasar saham yaitu:

a. Undervalue adalah nilai intrinsik lebih besar dari nilai pasar. Pada kondisi seperti ini investor sebaiknya membeli saham untuk memperoleh keuntungan. b. Overvalue adalah niai intrinsik lebih kecil dari nilai pasar. Pada kondisi seperti

ini investor sebaiknya menjual saham yang dimilikinya.

2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000) yang berjudul “Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham”. Dalam penelitiannya pada perusahaan kelompok industri barang konsumsi yang go-public di pasar modal, Natarsyah (2000) mengemukakan bahwa variabel ROA, ROE, DPR, DER dan BVS berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Demikian juga indeks beta sebagai pengukur risiko


(43)

sistematik juga berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sehingga dapat dikatakan bahwa faktor fundamental berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan kelompok industri barang konsumsi yang go-public di pasar modal. Adapun dari hasil penelitian tersebut, Natarsyah (2000) mengemukakan bahwa pengaruh terbesar diperoleh dari nilai koefisien regresi BVS. Namun demikian, dari hasil penelitian tersebut diperoleh petunjuk bahwa orientasi pemodal sudah beralih dari dividend oriented kepada capital gain oriented. Di samping itu juga dinyatakan bahwa pergerakan harga saham juga dipengaruhi oleh aspek psikologi pasar, ketidakstabilan emosi para pemodal juga menyebabkan reaksi pasar sehingga mempengaruhi harga saham.

Penelitian lainnya yang menjadi perbandingan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Suhairy (2006) yang meneliti variabel fundamental ROA, ROE dan DER terhadap return saham, dimana dari hasil penelitiannya ternyata hanya ROA dan DER yang berpengaruh terhadap return saham, sedangkan ROE tidak berpengaruh.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Darma (1999) yang meneliti pengaruh analisis laporan keuangan terhadap return saham, dimana dari hasil penelitiannya ternyata semua rasio keuangan tidak berpengaruh terhadap return saham.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2006) yang meneliti variabel fundamental ROA, DTA & BVS serta variabel risiko sistematik yang diwakili oleh beta saham terhadap harga saham, dimana dari hasil penelitiannya ternyata


(44)

hanya rasio ROA yang tidak berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan rasio lainnya berpengaruh.

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya

Peneliti Judul Variabel Hasil Temuan

Natarsyah (2000) Hapcin Suhairy (2006)

Jufri Darma (1999) Zulkifli Harahap (2006) Utami & Suharmadi (1998) Teguh Prasetyo (2000) Analisis Pengaruh Beberapa Faktor

Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Leverage Terhadap Return Saham Pengaruh Analisis Laporan Keuangan Terhadap Return Saham Pengaruh Faktor

Fundamental & Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham

Pengaruh Informasi Penghasilan Perusahaan terhadap Harga Saham Analisa Rasio Keuangan dan Nilai Kapitalisasi Pasar sebagai Prediksi Harga Saham

ROA, ROE, DPR, DER,BVS dan Beta saham

ROA,ROE & DER

ROA, ROE, & DTA

ROA, DTA, BVS & Beta saham

ROE, DPR, Beta saham & PBV

ROA, DPR, BVS & Beta saham

Semua variabel penelitian berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan

ROA & DER berpengaruh

terhadap return saham, sedangkan ROE tidak berpengaruh

terhadap return saham

ROA, ROE dan DTA berpengaruh terhadap return saham

Hanya ROA yang tidak

berpengaruh signifkan terhadap harga saham

Tidak signifikan mempengaruhi harga saham.

Secara signifikan berpengaruh terhadap harga saham


(45)

4. Penelitian yang dilakukan oleh Utami & Suharmadi (1998) yang meneliti ROE, DPR, Beta & PBV terhadap harga saham, dimana dari hasil penelitiannya ternyata semua variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2000) yang meneliti ROA, DPR, BVS & Beta saham terhadap harga saham, dimana dari hasil penelitiannya ternyata semua variabel bebasberpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Dari hasil penelitian terdahulu nampak bahwa beberapa bukti empiris menunjukkan hasil yang berbeda-beda dan beberapa peneliti menunjukkan hasil yang konsisten.


(46)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas dan sistematik untuk menjadi pedoman dalam keseluruhan penelitian. Menurut Indriantoro dan Supomo (2000), kerangka konseptual merupakan dasar pemikiran peneliti untuk dikomunikasikan dengan orang lain sehingga hasilnya dapat dimengerti oleh orang lain dan memungkinkan untuk direplikasi atau diekstensi oleh peneliti yang lain.

H1

H2

H5

H3

H4

HARGA SAHAM (Y) ROA (X1)

DER (X

2

)

BVS (X3)

BETA SAHAM (X4)

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham


(47)

Prediksi harga saham merupakan isu yang sangat penting dalam bidang keuangan sehingga semua pihak yang berkepentingan terhadap harga saham memerlukan informasi akuntansi yang lengkap yang dapat digunakan untuk memprediksi harga saham. Untuk menguji kemampuan prediksi informasi akuntansi dalam memprediksi harga saham, dapat digunakan rasio keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan.

Hubungan antara variabel dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara ROA, DER, BVS dan Beta sebagai variabel bebas terhadap harga saham sebagai variabel terikat. Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada gambar 3.1. di atas.

ROA menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap asset yang digunakan, sehingga dengan mengetahui rasio ini kita bisa mengetahui seberapa efektif perusahaan dalam menggunakan aktivanya.

DER menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Semakin rendah rasio ini semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban terhadap pemberi pinjaman.

BVS menggambarkan perbandingan total modal (equity) terhadap jumlah saham. Semakin besar rasio BVS, maka saham tersebut akan semakin menarik bagi investor sehingga harga saham akan meningkat. Dengan demikian, maka BVS mempengaruhi harga saham.


(48)

Beta saham adalah tolok ukur risiko dari suatu jenis saham dibandingkan dengan risiko pasar. Semakin tinggi risiko menyebabkan saham tersebut kurang diminati oleh investor sehingga harga saham akan turun.

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan diatas, maka dapat diangkat hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

a. ROA berpengaruh terhadap harga saham perusahaan di pasar modal untuk kelompok industri manufaktur.

b. DER berpengaruh terhadap harga saham perusahaan di pasar modal untuk kelompok industri manufaktur.

c. BVS berpengaruh terhadap harga saham perusahaan di pasar modal untuk kelompok industri manufaktur.

d. Beta saham berpengaruh terhadap harga saham perusahaan di pasar modal untuk kelompok industri manufaktur.

e. ROA, DER, BVS dan beta saham secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham perusahaan di pasar modal untuk kelompok industri manufaktur.


(49)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka metode penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah metode desain kausal, yaitu menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Penelitian ini akan akan menganalisis bagaimana pengaruh variabel bebas (ROA, DER, BVS dan beta saham) terhadap variabel terikat (harga saham).

4.2 Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan dalam kelompok industri manufaktur yang merupakan kelompok dengan jumlah anggota perusahaan terbesar yang listed di pasar modal Indonesia. Adapun pengambilan sampel menggunakan metode porposive sampling, yaitu pemilihan sampel didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu yang dibuat sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria tersebut adalah (1) perusahaan yang sahamnya secara berkelanjutan terdaftar dan aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (2) aktif menyajikan informasi keuangan selama periode 2003 – 2006 (3) Konsisten memperoleh laba dan mempunyai kewajiban selama periode pengamatan.


(50)

Populasi perusahaan dalam kelompok industri manufaktur adalah sebanyak 164 perusahaan. Perusahaan yang memenuhi kriteria yang ditentukan (sebagai sampel) adalah sebanyak 32 perusahaan.

Tabel 4.1. Proses Penarikan Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah

1 Perusahaan yang sahamnya secara berkelanjutan

terdaftar & aktif diperdagangkan 164 2 Aktif menyajikan informasi keuangan selama periode

2003 – 2006 137

3 Konsisten memperoleh laba dan mempunyai

kewajiban selama periode pengamatan 32

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Klasifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan dua variabel penelitian, yaitu variabel bebas yang diwakili oleh faktor fundamental (ROA, DER & BVS) dan faktor risiko sistematik (beta saham), serta variabel terikat yang diwakili oleh harga saham

4.3.2 Definisi Operasional Variabel 4.3.2.1Return On Asset (ROA) (X1)

Rasio antara Net Income After Tax terhadap asset secara keseluruhan akan menunjukkan ukuran produktivitas aktiva dalam memberikan pengembalian kepada penamam modal. Pendapat ini diadopsi sebagai definisi operasional dan dapat dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut :


(51)

Assets Total

NIAT ROA=

Dimana :

ROA adalah Return on Assets

NIAT adalah Net Income after tax atau Laba bersih Total assets adalah total aktiva

4.3.2.2Debt to Equity Ratio (DER) (X2)

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan dan dirumuskan sebagai berikut:

equity s r shareholde Total

Debt Total DER

'

=

Dimana:

DER : Debt To Equity Ratio

Total Debt : total seluruh kewajiban emiten, baik lancar mauapun jangka panjang

Total Shareholder’s Equity : total dari modal pemilik. 4.3.2.3Book Value per Share (BVS) (X3)

Rasio untuk mengukur nilai shareholders’ equity atas setiap lembar saham (Ang, 1997), atau disebut juga dengan Book Value perShare, yang menggambarkan perbandingan total modal (equity) terhadap jumlah saham, dan dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :


(52)

Ss

equity s r shareholde Total

BVS= '

Dimana :

BVS adalah Book Value per share

Ss adalah Total seluruh saham yang diterbitkan 4.3.2.4Beta Saham (X4)

Jika perubahan pasar dinyatakan sebagai tingkat keuntungan indeks pasar, maka tingkat keuntungan suatu saham dalam konsep model indeks tunggal dapat dinyatakan sebagai berikut :

R

i

= a

i

+

i

R

m

Dimana

Ri adalah tingkat keuntungan saham i.

ai adalah bagian dari tingkat keuntungan saham i yang tidak

dipengaruhi oleh perubahan pasar. Variabel ini merupakan variabel yang acak.

i adalah Beta, merupakan parameter yang mengukur perubahan yang

diharapkan pada Ri jika terjadi perubahan pada Rm.

Rm adalah tingkat keuntungan indeks pasar. variabel ini merupakan

variabel yang acak.

Beta sebagai pengukur risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar. Risiko ini berasal dari beberapa faktor


(53)

fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang saham perusahaan tersebut.

4.3.2.5Harga Saham (Y)

Harga saham di tentukan besarannya dengan nilai buku perusahaan di dapat dengan mengurangkan total asset perusahaan terhadap hutang dan saham preferen, kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

Tabel 4.2 Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Skala

Pengukuran

1 ROA

Rasio antara Net Income After Tax terhadap asset secara keseluruhan akan menunjukkan ukuran

produktivitas aktiva dalam

memberikan pengembalian kepada penamam modal

Rasio

2 DER

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan

Rasio

3 BVS

Rasio untuk mengukur nilai shareholders’ equity atas setiap lembar saham

Rasio

4 Beta Saham

Beta sebagai pengukur risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar

Rasio

5 Harga Saham Merupakan harga saham harian emiten pada saat sesi penutupan.


(54)

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan waktu penelitian dalam penelitian ini periode tahun 2003-2006.

4.5 Prosedur Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan dan harga saham harian untuk periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2006, data yang digunakan merupakan gabungan data antara perusahaan (cross section) dan antar waktu (time series), yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory tahun 2007, www.e-bursa.com, dan database yang diperlukan dari berbagai sumber.

4.6 Model dan Teknik Analisa Data

Untuk keperluan penelitian ini penulis menggunakan faktor yang berkaitan dengan earnings, dan risiko ( risiko sistematik ), dengan menggunakan model :

Harga saham P0 = f { ROA, DER, BVS, RISK }

Model ini dianalisis dengan analisa regresi yang menggunakan persamaan kuadrat terkecil (least square regression analysis), sehingga model yang akan dipakai adalah sebagai berikut :


(55)

Dimana :

P0 adalah perkiraan harga saham

a adalah konstanta

b1 – b4 adalah koefisien regresi untuk masing-masing variabel

X1 adalah Variabel Return On Assets

X2 adalah Variabel Debt to Equity Ratio

X3 adalah Variabel Book Value per Share

X4 adalah Variabel RISK, risiko sistematik yang akan diwakili oleh beta

e adalah Variabel pengganggu

4.7 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan model yang disampaikan di atas, maka sesuai dengan syarat metode Ordinay Least Square (OLS), terlebih dahulu akan dilakukan pengujian asumsi klasik yang akan meliputi pengujian normalitas, autokorelasi,multikolinieritas dan heteroskedastisitas.

4.7.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel bebas dan terikat mempunyai distribusi normal atau tidak. Jika terjadi penyimpangan terhadap asumsi distribusi normalitas, maka masih tetap menghasilkan penduga koefisien regresi yang linier, tidak berbias dan terbaik. Untuk dapat dianalisis data harus berdistribusi normal atau mendekati normal. Normalitas dari distribusi data dalam penelitian ini menggunakan Normal P-P Plot of Regression


(56)

Standardized Residual.. Jika residual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai sebaran data akan terletak di sekitar garis lurus (Santoso, 2006).

4.7.2 Uji Autokorelasi

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pada variabel penggangu yang saling berurutan terjadi serial korelasi. Apabila data penelitian mengandung autokorelasi, maka parameter yang diestimasi akan bias dan variannya tidak minimum.

Untuk mengetahuinya adanya gejala autokorelasi adalah dengan melihat nilai Durbin-Watson. Asumsi penggunaan analisis DW ini jika digunakan untuk autokorelasi tingkat pertama dan model regresi yang ada mempunyai intercept (constant) serta tidak terdapat variabel lagi. Pengambilan keputusan bila menggunakan uji DW adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005):

a. Nilai DW terletak diantara du dan 4-du maka autokorelasi sama dengan nol, dan dapat diartikan tidak ada autokorelasi du < DW < 4-du.

b. Nilai DW terletak di bawah lower boud (dl), maka akan mempunyai koefisien korelasi lebih besar dari nol dan memiliki autokorelasi positif.

c. Nilai DW > (4-dl), maka koefisien korelasi kurang dari nol, sehingga memiliki autokorelasi negatif.

d. Nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau terletak antara (4-du) dan (4-dl) sehingga hasilnya tidak dapat disimpulkan.


(57)

4.7.3 Uji Multikolinieritas

Adapun yang dimaksud dengan multikolinieritas adalah keadaan dimana satu atau lebih variabel bebas dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel bebas lainnya. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Pada model regresi yang baik tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Jika nilai korelasi diantara variabel bebas adalah satu maka: (a) koefisien untuk nilai-nilai regresi tidak dapat diperkirakan (b) nilai standard error dari setiap koefisien regresi menjadi nilai yang tak terhingga (Arief, 2006)

Cara mengetahui adanya gejala multikolinearitas adalah dengan menggunakan metode Varian Inflation Factor (VIF). Adapun kriteria yang digunakan dalam pengujian metode VIF ini adalah jika VIFj > 10 terjadi multikolinearitas yang tinggi

antara variabel independen dengan variabel independen lainnya (Hakim, 2004: 301).

4.7.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dimaksudkan untuk melihat setiap variabel yang dibatasi oleh nilai tertentu dari variabel bebas konstan, atau sama untuk seluruh observasi. Dalam penelitian ini untuk menguji heterokedastisitas menggunakan metode Grafik Plot, yaitu melihat sebaran dari data. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membuat pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.


(58)

4.8 Pengujian Model

Setelah pengujian asumsi klasik dilakukan dan diuji kebenarannya, maka dalam analisis juga akan dilakukan uji model (goodness of fit) dengan data yang ada sehingga diyakini bentuk persamaan/model yang pasti.

Dari persamaan dengan model tersebut akan dapat dihitung R2 atau coefficient of determination yang menunjukkan persentase dari variasi variabel harga saham yang mampu dijelaskan oleh model. Selanjutnya, dengan membandingkan besarnya nilai R2 untuk masing-masing variabel rasio keuangan dapat diketahui faktor terpenting atau dominan yang menentukan pengaruhnya kepada harga saham.

4.9 Pengujian Hipotesis

Nilai-nilai koefisien regresi dalam persamaan regresi merupakan hasil perhitungan berdasarkan sampel yang terpilih. Oleh karena itu, dilakukan pengujian dengan menggunakan model regresi linier sederhana untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas dikatakan berpengaruh terhadap variabel terikat bisa dilihat dari probabilitas variabel bebas dibandingkan dengan tingkat kesalahannya (α). Jika probabilitas variabel bebas lebih besar dari tingkat kesalahannya (α) maka variabel bebas tidak berpengaruh, tetapi jika probabilitas variabel bebas lebih kecil dari tingkat kesalahannya (α) maka variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap varibel terikat.


(59)

Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: 0

: i

i

H β , artinya variabel bebas Xi (ROA, DER, BVS dan Beta saham)

berpengaruh terhadap harga saham perusahaan di pasar modal untuk kelompok industri manufaktur

i = 1.2.3.4

Dengan menggunakan taraf nyata (g ) 5%, maka kriteria pengujian adalah: Jika t-sig < g : 0,05, maka Hi diterima

Jika t-sig > g : 0,05, maka Hi ditolak

Pengujian dengan menggunakan model regresi linier berganda dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: 0

: 5

5 β ≠

H , artinya ROA, DER, BVS dan beta saham secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham perusahaan di pasar modal untuk kelompok industri manufaktur

Dengan menggunakan taraf nyata (g ) 5%, maka kriteria pengujian adalah: Jika F-Sig < g: 0,05, maka H5 diterima


(60)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Pada penelitian ini, dari jumlah populasi perusahaan manufaktur sebanyak 164 perusahaan, yang terpilih menjadi sampel adalah sebanyak 32 perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang terpilih karena memenuhi kriteria sampel, yaitu (1) listing di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2003-2006, (2) melaporkan laporan keuangan pada tahun pengamatan, (3) konsisten memperoleh laba dan kewajiban selama masa pengamatan. Nama-nama perusahaan yang terpilih menjadi sampel terdapat pada lampiran 1.

5.1.1.Statistik Deskriptif

Penelitian ini mengamati satu variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel Harga Saham (Y) dan empat variabel bebas (independent variable) yaitu variabel ROA (X1), variabel DER (X2), variabel BVS (X3), dan variabel beta (X4).

Informasi semua variabel diambil berdasarkan laporan keuangan kwartal selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2006.

Penjelasan data melalui deskripsi variabel ini diharapkan memberikan gambaran awal tentang masalah yang diteliti. Analisa deskripsi semua variabel baik variabel bebas maupun variabel terikat adalah sebagai berikut:


(61)

1. Variabel Return On Assets/ ROA (X1)

Tabel 5.1 Descriptive Statistics ROA

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

triwulan I tahun 2003 32 -,07 ,45 ,1146 ,11785

triwulan II tahun 2003 32 -,04 ,36 ,1145 ,08414

triwulan III tahun 2003 32 -,03 ,34 ,1079 ,07565

triwulan IV tahun 2003 32 -,03 ,32 ,0947 ,07473

triwulan I tahun 2004 32 -,09 ,43 ,0863 ,11170

triwulan II tahun 2004 32 -,07 ,36 ,0874 ,08432

triwulan III tahun 2004 32 -,09 ,34 ,0841 ,08970

triwulan IV tahun 2004 32 -,21 ,38 ,0715 ,09976

triwulan I tahun 2005 32 -,11 ,49 ,0927 ,12763

triwulan II tahun 2005 32 -,28 ,41 ,0678 ,13178

triwulan III tahun 2005 32 -,23 ,42 ,0732 ,11894

triwulan IV tahun 2005 32 -1,44 ,40 ,0345 ,28993

triwulan I tahun 2006 32 -,71 ,47 ,0677 ,18198

triwulan II tahun 2006 32 -,64 ,41 ,0614 ,16736

triwulan III tahun 2006 32 -,49 ,41 ,0624 ,14126

triwulan IV tahun 2006 32 -,15 ,36 ,0984 ,09899

Valid N (listwise) 32

Sumber: Lampiran 7

Dari hasil olahan data pada tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa rata-rata ROA terbesar ada pada triwulan I tahun 2003 yaitu 0,1146, hal ini berarti pada triwulan I tahun 2003 kondisi rata-rata laba perusahaan sampel dibandingkan aset mencapai nilai terbaik. Nilai standar deviasi yang terbesar adalah pada triwulan IV tahun 2005 dengan nilai sebesar 0,2899, hal ini berarti pada triwulan IV tahun 2005 nilai ROA semua perusahaan sampel paling bervariasi dengan nilai terbesar 0,4010 dan yang terkecil -1,440. Kondisi ini sekaligus menunjukkan bahwa kondisi ROA perusahaan sampel sangat berfluktuasi, rata-rata jarak antara perusahaan yang rasio antara laba dan asetnya tinggi dan positif cukup jauh dengan rata-rata jarak antara perusahaan yang rasio antara laba dan asetnya negatif dan sangat rendah.


(62)

2. Debt to Equity Ratio/ DER (X2)

Tabel 5.2 Descriptive Statistics DER

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

triwulan I tahun 2003 32 -3,08 8,56 1,3694 2,12383

triwulan II tahun 2003 32 -3,42 6,40 1,2144 1,71912

triwulan III tahun 2003 32 -3,15 6,39 1,1894 1,74164

triwulan IV tahun 2003 32 -3,36 6,59 1,1338 1,77750

triwulan I tahun 2004 32 -2,75 5,58 1,0809 1,61230

triwulan II tahun 2004 32 -2,87 5,09 1,0219 1,42956

triwulan III tahun 2004 32 -2,81 7,56 1,0866 1,71297

triwulan IV tahun 2004 32 -2,65 10,96 1,3278 2,49037

triwulan I tahun 2005 32 -2,58 11,21 1,3531 2,62052

triwulan II tahun 2005 32 -2,33 39,37 2,6103 7,68861

triwulan III tahun 2005 32 -2,33 27,75 2,0172 5,36510

triwulan IV tahun 2005 32 -21,85 5,88 ,2763 4,27812

triwulan I tahun 2006 32 -60,53 6,63 -1,2775 10,96995

triwulan II tahun 2006 32 -30,03 9,02 -,1713 5,82420

triwulan III tahun 2006 32 -15,99 16,12 ,4881 4,26888

triwulan IV tahun 2006 32 -21,85 5,88 ,2322 4,26734

Valid N (listwise) 32

Sumber: Lampiran 8

Dari hasil olahan data pada tabel 5.2 dapat disimpukan bahwa rata-rata DER terbesar ada pada triwulan II tahun 2005 yaitu 2,6103, hal ini berarti pada triwulan II tahun 2005 kondisi rata-rata ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar dalam bentuk hutang perusahaan sampel paling besar. Nilai standar deviasi yang terbesar adalah pada triwulan I tahun 2006 dengan nilai standar deviasi sebesar 10,970. hal ini berarti bahwa pada triwulan I tahun 2006 nilai DER semua perusahaan sampel paling bervariasi dengan nilai terbesar 6,6340 dan yang terkecil -60,533. Kondisi ini sekaligus menunjukkan bahwa kondisi DER perusahaan sampel sangat berfluktuasi, rata-rata jarak antara perusahaan yang rasio antara hutang dan


(63)

modal tinggi dan positif cukup jauh dengan rata-rata jarak antara perusahaan yang rasio antara hutang dan modal negatif dan sangat rendah.

3. Book Value perShare/BVS (X3).

Tabel 5.3 Descriptive Statistics BVS

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

triwulan I tahun 2003 32 -4238,42 28878,62 4194,0100 6569,54137

triwulan II tahun 2003 32 -3580,09 26530,53 3980,2647 6065,03119 triwulan III tahun 2003 32 -3975,35 27859,90 4219,5859 6465,83609 triwulan IV tahun 2003 32 -4212,42 27317,23 4336,1784 6587,40614

triwulan I tahun 2004 32 -4737,84 30872,21 4497,2028 7177,96628

triwulan II tahun 2004 32 -4331,53 34296,82 4484,1500 7474,08423 triwulan III tahun 2004 32 -4433,57 29045,43 4534,5313 7072,52572 triwulan IV tahun 2004 32 -4581,45 30627,32 4584,3234 7396,89493

triwulan I tahun 2005 32 -4941,45 22069,32 3970,6981 6006,37312

triwulan II tahun 2005 32 -5810,49 23097,87 4050,5644 6200,28466 triwulan III tahun 2005 32 -5708,75 25026,79 4157,7656 6399,13038 triwulan IV tahun 2005 32 -6044,36 26932,42 4174,9769 6736,76371

triwulan I tahun 2006 32 -6376,65 28379,10 4354,1006 7052,45052

triwulan II tahun 2006 32 -6700,19 28468,30 4265,2828 7021,28537 triwulan III tahun 2006 32 -5865,46 28468,30 4549,2716 7256,81017 triwulan IV tahun 2006 32 -5035,87 21339,71 4290,1941 6452,59252

Valid N (listwise) 32

Sumber: Lampiran 9

Dari hasil olahan data pada tabel 5.3 dapat disimpukan bahwa rata-rata BVS terbesar ada pada triwulan IV tahun 2004 yaitu 4584,3234, hal ini berarti pada triwulan IV tahun 2004 kondisi rata-rata nilai modal sendiri dibandingkan jumlah saham mencapai nilai terbaik. Nilai standar deviasi yang terbesar adalah pada triwulan II tahun 2004 dengan nilai standar deviasi sebesar 7474,08423, hal ini berarti bahwa pada triwulan II tahun 2004 nilai BVS semua perusahaan sampel paling bervariasi dengan nilai terbesar 34296,82 dan yang terkecil -4331,53. Kondisi ini


(64)

sekaligus menunjukkan bahwa kondisi BVS perusahaan sampel sangat berfluktuasi, rata-rata jarak antara perusahaan yang rasio antara modal sendiri dan jumlah sahamnya tinggi dan positif cukup jauh dengan rata-rata jarak antara perusahaan yang rasio antara modal sendiri dan jumlah sahamnya negatif dan sangat rendah.

4. Beta Saham (X4)

Tabel 5.4 Descriptive Statistics Beta Saham

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

triwulan I tahun 2003 32 -1,55 2,26 ,2250 ,74097

triwulan II tahun 2003 32 -,96 ,45 -,0388 ,19511

triwulan III tahun 2003 32 -,41 1,17 ,0981 ,32661

triwulan IV tahun 2003 32 -11,39 8,99 -,2341 2,99741

triwulan I tahun 2004 32 -28,10 7,32 -,8797 5,31271

triwulan II tahun 2004 32 -2,34 7,01 ,2031 1,36634

triwulan III tahun 2004 32 -,05 ,37 ,0228 ,08271

triwulan IV tahun 2004 32 -17,70 1,03 -1,1156 4,08614

triwulan I tahun 2005 32 -5,86 ,83 -,1728 1,08093

triwulan II tahun 2005 32 -,68 5,05 ,1016 ,92122

triwulan III tahun 2005 32 -1,81 1,35 -,0369 ,62115

triwulan IV tahun 2005 32 -2,81 5,00 ,2369 1,34978

triwulan I tahun 2006 32 -3,77 1,32 -,0834 ,78619

triwulan II tahun 2006 32 -5,75 17,64 ,1206 3,57610

triwulan III tahun 2006 32 -3,42 15,99 ,1981 3,18994

triwulan IV tahun 2006 32 -,33 ,45 ,0191 ,15788

Valid N (listwise) 32

Sumber: Lampiran 10

Dari hasil olahan data pada tabel 5.4 dapat disimpukan bahwa rata-rata Beta saham terbesar ada pada triwulan I tahun 2003 yaitu 0,225, hal ini berarti pada triwulan I tahun 2003 kondisi rata-rata risiko saham perusahaan sampel paling besar.


(1)

Lampiran 12: Pengujian Model regresi

Regresi ROA, DER, BVS, Beta terhadap Harga saham

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1

ROA, DER,BVS, BETA(a)

. Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: Harga Saham

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,825(a) ,680 ,678 ,91525 2,020

a Predictors: (Constant), ROA, DER,BVS,BETA b Dependent Variable: Harga Saham

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 893,688 4 223,422 266,717 ,000(a)

Residual 419,676 501 ,838


(2)

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Correlations Collinearity Statistics

Model B

Std.

Error Beta t Sig. Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 17,501 20,691 8,456 ,000

ROA 13,451 3,663 ,139 3,845 ,000 ,200 ,169 ,135 ,944 1,059

DER -8,594 -3,422 -,088 -2,412 ,016 -,041 ,107 ,085 ,934 1,071

BVS 37,109 2,086 ,594 16,545 ,068 ,597 ,594 ,582 ,960 1,041

BETA -1,466 -2,481 -,030 -,841 ,005 ,000 -,038 -,030 ,996 1,004

a Dependent Variable: HARGA SAHAM

Collinearity Diagnostics(a)

Variance Proportions Model Dimension Eigenvalue

Condition

Index (Constant) ROA DER BVS BETA

1 1 3,596 1,000 ,00 ,01 ,01 ,00 ,02

2 ,956 1,940 ,00 ,00 ,91 ,00 ,00

3 ,324 3,333 ,00 ,04 ,00 ,01 ,93

4 ,105 5,848 ,02 ,75 ,09 ,15 ,01

5 ,020 13,427 ,97 ,20 ,00 ,84 ,04


(3)

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

E

x

pect

ed

C

u

m

P

r

o

b

Dependent Variable: Harga Saham

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

60

50

40

Dependent Variable: Harga Saham

Histogram


(4)

2

1

0

-1

-2

-3

Regression Standardized Predicted Value

3

2

1

0

-1

-2

-3

-4

Regression Studentized Residual

Dependent Variable: Harga Saham

Scatterplot


(5)

Regresi ROA terhadap Harga Saham

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 11445,189 1223,650 9,353 ,000

ROA 2016,752 433,672 ,202 4,650 ,000

a Dependent Variable: HARGA SAHAM

Regresi DER terhadap Harga Saham

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 6571,267 498,903 13,171 ,000

DER -8,595 346,166 -,096 -2,412 ,016


(6)

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 800,150 399,198 2,004 ,046

BVS 1,163 ,050 ,715 23,084 ,682

a Dependent Variable: HARGA SAHAM

Regresi Beta Terhadap Harga Saham

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 6270,850 525,789 11,927 ,000

BETA -258,561 587,741 -,019 -,440 ,006