Pendahuluan Latar Belakang Kajian Pembentuk Citra Kawasan Perumahan Studi Kasus: Perumahan Taman Setiabudi Indah, Medan

Julaihi Wahid Dwira N. Aulia Agus Suriadi 1 KAJIAN PEMBENTUK CITRA KAWASAN PERUMAHAN STUDI KASUS: PERUMAHAN TAMAN SETIABUDI INDAH, MEDAN Achmad Aryanto, Julaihi Wahid, Dwira N. Aulia, Agus Suriadi Program Studi Magister Teknik Arsitektur Bidang Kekhususan Manajemen Pembangunan Kota Abstract. One of the efforts of attempting to understand the residential image and its surroundings is by using human mental map as the observer. Mental map is concern about how the observer gains, organize, store, and recall the information about location, distance and arrangement in the physical environment residential area. Mental map has basic concept that called imagibility, which is the capability to bring the image. Imagibility is closely related with the legibility, which is the easiness to understand visualize and able to organized to be a coherent pattern. In order to make the image of residential area easy to recognize, therefore the residential area has to have characters. The reason is because the character of residential area needed to comprehend about residential area identity, according with the existing potencies. In this case, characters are a soul, realization of disposition, both physical and unphysical, that bring the image and identity of residential area. Keywords: image, mental map, imagibility, legibility 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam suatu proses penataan kawasan, penataan dilakukan sesuai dengan panduan- panduan perencanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat atau instansi terkait demi memperoleh bentuk tata kawasan yang baik. Penilaian mengenai baik atau tidaknya hash dari citra kawasan menjadi bersifat obyektif karena indikatornya hanya berdasarkan panduan- panduan tersebut. Penilaian ini, prosesnya kemudian dilakukan dengan pengidentifikasian terpenuhi atau tidaknya setiap bagian dalam panduan, sehingga memenuhi persyaratan atau dengan kata lain penataan kawasan yang telah dilakukan berhasil dengan baik. Namun hal di atas dapat dikatakan sebagai penilaian sepihak terhadap kualitas suatu kawasan terutama aspek citra image kawasan walaupun sangat obyektif. Citra sebetulnya hanya menunjuk suatu gambaran image, suatu kesan penghayatan yang menangkap arti bagi seseorang Mangunwijaya, 1988. Penghuni atau warga suatu kawasan yang berpenetrasi ke kawasan yang terbentuk tersebut datang dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda sehingga belum tentu penghuni di kawasan tersebut adalah perencana itu sendiri. Penghuni yang kemudian disebut sebagai pengamat ini akan menangkap suatu kesan ke dalam memori mereka, berupa penilaian lingkungan interaksi mereka dan penilaian itu Universitas Sumatera Utara 2 berbeda-beda pula diantara masingmasing pengamat. Perumahan terencana dapat dilihat sebagai suatu bentuk kota vane memiliki itra image kawasan tersendiri yang memberikan banyak hal yang sangat penting bagi masyarakatnya, seperti kemampuan untuk berorientasi dengan mudah dan cepat disertai perasaan nyaman karena tidak merasa tersesat, identitas yang kuat terhadap suatu tempat, dan keselarasan hubungan dengan tempat-tempat yang lain. Interaksi manusia sebagai sebuahseorang sistem pengamat dalam lingkungannya merupakan interaksi atau hubungan yang saling menyesuaikan. Ketika lingkungan terbentuk, manusia sebagai pengamat mulai melakukan pengenalan terhadap lingkungannya melalui panca inderapengalaman fisik dan pengalaman psikis. Proses input pengalaman dan menyatakan kembali tentang pengalaman terhadap lingkungan tersebut merupakan pemetaan kesadaranmental kognitif yang telah dilakukan oleh pengamat. Pemetaan kognitif dapat dijadikan alat untuk evaluasi dari hasil penataan suatu kawasan. Jika hal ini dapat dipelajari dengan menghubungkan elemen kota dengan opini pengamat melalui peta kognitif, maka peta kognitif memungkinkan untuk dijadikan bagian dari panduan seperti yang disebut di atas. Kesan-kesan yang dinyatakan oleh pengamat dapat menjadi kriteria dalam penilaian citra suatu kawasan. Oleh karena itu perlu mengkaji lebih dalam mengenai proses interaksi ini dan bagaimana elemen-elemen yang keluar dalam pemetaan kognitif pengamat dapat menceritakan citra dari tata kawasan yang dihuni pengamat tersebut. Kawasan Perumahan Taman Setiabudi Indah yang berada di kelurahan Tanjung Rejo, di antara kecamatan Medan Sunggal dan Medan Selayang, Kota Medan, merupakan kawasan perumahan terencana berbentuk real estate pertama di Kota Medan. Kawasan ini merupakan kawasan real estate dengan sarana dan prasarana yang cukup lengkap, sehingga dapat juga dilihat sebagai kota satelit mini yang memerlukan perencanaan yang baik layaknya sebuah kota, terutama berhubungan dengan citra kawasan yang membentuk persepsi bagi penghuni dan pendatang kawasan tersebut. Keberadaan elemen citra kawasan akan berpengaruh bagi penghuni untuk menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan yang ditempati. 1.2 Perumusan Masalah Melihat latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi permasalah dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi elemen-elemen yang berpotensi dalam membentuk citra kawasan pada lingkungan perumahan. Penelitian ini dilakukan pada kawasan Perumahan Taman Setiabudi Indah, Medan, sehingga hasil yang akan diperoleh belum tentu sama dengan kawasan lain karena latar belakang kondisi kawasan yang berbeda.

1.3. Tujuan Penelitian Dengan mengambil kasus kawasan perumahan

terencana dan dibatasi pada kajian citra image kawasan sebagai elemen fisik pembentuk kualitas tata kawasan perumahan terencana, tujuan dari penelitian ini adalah: • Mengkaji dan membuktikan elemenelemen yang potensial sebagai pembentuk citra suatu kawasan terutama pada kawasan perumahan terencana. • Mengkaji bagaimana elemen-elemen yang keluar dalam pemetaan kognitif pengamat dapat menceritakan citra dari kawasan yang dihuni oleh pengamat tersebut.

2. Tinjauan Pustaka Teori mengenai citra place merupakan suatu