BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Hewan 2.1.1 Sistematika Hewan
Sistematika dari hewan teripang Martoyo dkk, 2006 adalah sebagai berikut: Filum
: Echinodermata Sub-filum
: Echinozoa Kelas
: Holothuroidea Sub-kelas
: Aspidochirotacea Ordo bangsa : Aspidochirotida
Famili suku : Holothuriidae Genus marga :
1. Holothuria
2. Actynopyga
3. Stichopus
Teripang merupakan salah satu anggota hewan berkulit duri Echinodermata. Namun, tidak semua jenis teripang mempunyai duri pada
kulitnya. Ada beberapa jenis teripang yang tidak berduri Martoyo dkk, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Filum Echinodermata terbagi menjadi lima kelas yaitu Holothuroidea timun laut atau teripang, Asteroidea bintang laut, Echinoidea bulu babi,
Ophiuroidea bintang laut ular, Crinoidea Anonim, 2008. Teripang bertubuh lunak, berdaging dan berbentuk silindris memanjang
seperti buah ketimun. Oleh karena itu, hewan ini dinamakan ketimun laut. Gerakan teripang sangat lambat sehingga hampir seluruh hidupnya berada di dasar
laut. Warna tubuh teripang bermacam-macam, mulai dari hitam, abu-abu, kecokelat-cokelatan, kemerah-merahan, kekuning-kuningan, sampai putih
Martoyo dkk, 2006. Tidak semua jenis teripang yang ditemukan di perairan Indonesia
mempunyai nilai ekonomis penting. Jenis teripang yang dapat dimakan dan mempunyai nilai ekonomis penting terbatas pada famili Holothuriidae genus
Holothuria, Actynopyga, dan Stichopus Martoyo dkk, 2006.
2.2 Kandungan Tubuh Teripang
Teripang mempunyai nilai ekonomis penting karena kandungan atau kadar nutrisinya yang tinggi. Dari hasil penelitian, kandungan nutrisi teripang
dalam kondisi kering terdiri dari protein sebanyak 82, lemak 1,7, kadar air 8,9, kadar abu 8,6, dan karbohidrat 4,8 Martoyo dkk, 2006.
Kandungan kimia teripang dalam keadaan basah yaitu 44 - 45 protein, 3 - 5 karbohidrat, dan 1,5 lemak Anonim, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Uraian Kimia 2.3.1 Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik
yaitu skualena. Triterpenoid dapat dibagi atas empat golongan yaitu triterpenoid sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung Harbone, 1987.
a. Triterpen sebenarnya b. Steroid
Steroid adalah triterpen yang kerangka dasarnya cincin siklopentana perhidrofenantren Harbone, 1987. Inti steroid dasar sama dengan inti lanosterol
dan triterpenoid tetrasiklik lain. Istilah “sterol” dipakai khusus untuk steroid alkohol. Sterol biasanya mempunyai gugus hidroksil pada atom C-3 dan suatu
ikatan rangkap pada posisi 5 dan 6. Kerangka dasar dan sistem penomoran steroid Robinson, 1995 dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
c. Saponin
Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang khas menyerupai sabun bahasa latin sapo = sabun Robinson, 1991.
Universitas Sumatera Utara
Saponin adalah glikosida yang aglikonnya disebut sapogenin. Keberadaan saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal
dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil. Saponin juga bersifat menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis Farnsworth,
1966; Gunawan dan Mulyani, 2004. Berdasarkan struktur dari aglikonnya, saponin dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid. Saponin steroid mudah larut dalam air dan alkohol, tetapi tidak larut dalam eter. Saponin steroid
tersusun dari suatu aglikon steroid sapogenin yang terikat pada suatu oligosakarida yang biasanya heksosa dan pentosa Farnsworth, 1966. Sebaliknya,
hasil hidrolisisnya, yaitu sapogenin steroid mudah larut dalam pelarut organik seperti kloroform, eter, n-heksan dan tidak larut dalam air Trease and Evans,
1983.
d. Glikosida Jantung
2.4 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut tertentu. Proses
ekstraksi akan menghasilkan ekstrak. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan Depkes, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut Depkes, 2000 yaitu : A. Cara dingin
1. Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari.dengan perendaman dan beberapa
kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar kamar. Remaserasi berarti proses maserasi yang dilanjutkan dengan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya.
2. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi yang dilakukan dengan mengalirkan pelarut
yang selalu baru hingga terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses terdiri dari tahapan
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak terus menerus sampai diperoleh ekstrak
perkolat. B. Cara panas
1 Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Universitas Sumatera Utara
2 Soksletasi Soksletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru,
dilakukan menggunakan alat soxhlet sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3 Digesti Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50
o
C. 4 Infundasi
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90
o
C selama 15 menit.
5 Dekok Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90
o
1. Fase gerak zat cair-fase diam padat kromatografi serapan meliputi:
kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion C semala 30
menit.
2.5 Kromatografi
Kromatografi didefinisikan sebagai teknik pemisahan campuran dua atau lebih senyawa yang berbeda yang terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam dan
fase gerak. Cara-cara kromatografi dapat dikelompokkan berdasarkan fase gerak dan fase diam yang digunakan Sastrohamidjojo, 1985 yaitu:
2. Fase gerak gas-fase diam padat : kromatografi gas padat
Universitas Sumatera Utara
3. Fase gerak cair-fase diam cair kromatografi partisi : kromatografi
kertas 4.
Fase gerak gas-fase diam cair meliputi: kromatografi gas cair dan kromatografi kolom kapiler
2.5.1 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis KLT merupakan kromatografi serapan dimana adsorben penyerap bertindak sebagai fase diam berupa zat padat dan fasa gerak
berupa zat cair yang disebut larutan pengembang Gritter. dkk, 1991. Fasa diam penjerap dapat dibagi dua, yaitu penjerap polar dan penjerap
non polar. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan ditotolkan berupa noda atau isolat. Setelah plat diletakkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi
larutan pengembang yang cocok fasa gerak, pemisahan terjadi selama pengembangan. Fasa gerak merupakan medium angkut dan terdiri atas satu atau
beberapa pelarut yang bergerak di dalam fasa diam karena adanya gaya kapiler Sthal, 1985. Noda yang timbul pada senyawa yang terpisah pada lempeng
lapisan tipis dapat dideteksi dengan pereaksi warna ataupun dengan sinar UV dengan panjang gelombang tertentu, yaitu 254 nm dan 366 nm Sastrohamidjojo,
1985. Empat macam adsorben yang umum dipakai adalah silika gel, alumina,
kieselguhr, dan selulosa. Zat-zat penyerap ini dibuburkan dengan air lalu dibuat lapisan tipis yang merata pada lempeng kaca. Plat yang telah kering dipanaskan
atau diaktifkan dengan cara memanaskannya pada suhu kira-kira 100 C selama 30
menit. Campuran senyawa yang akan dipisahkan terlebih dahulu dilarutkan dalam pelarut yang mudah menguap lalu ditotolkan pada plat menggunakan pipet mikro.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian dimasukkan kedalam bejana tertutup rapat berisi larutan pengembang yang cocok fase gerak Adnan, 1997; Sastrohamidjojo, 1991.
Fase gerak yang dipakai umumnya berupa campuran beberapa pelarut dengan perbandingan tertentu, tujuannya adalah untuk memperoleh polaritas yang
tepat sehingga diperoleh pemisahan senyawa yang baik. Proses pengembangan akan lebih baik bila bejana pengembangan telah jenuh dengan uap fase gerak
Adnan, 1997; Gritter, dkk., 1991. Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya digunakan
dengan Rf. Angka Rf berjangka 0,00-1,00 dan hanya dapat ditemukan dua desimal Stahl, 1985.
awal titik
dari depan
garis jarak
awal titik
dari bercak
pusat titik
jarak Rf
=
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf yaitu struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan, sifat dari penyerap, tebal dan kerataan lapisan penjerap,
pelarut, suhu, sifat dari campuran, derajat kejenuhan dari bejana pengembang, tehnik percobaan, jumlah cuplikan yang digunakan, dan kesetimbangan
Sastrohamidjojo, 1991.
2.5.2 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Kromatografi lapis tipis preparatif merupakan salah satu metode pemisahan yang pengerjaannya lebih mudah dan menggunakan peralatan
sederhana Harbone, 1987. Penjerap yang paling umum digunakan adalah silika gel dipakai untuk
pemisahan senyawa lipofilik maupun hidrofilik dengan ketebalan 0,5-2 mm. Ukuran plat kromatografi biasanya 20 x 20 cm Hostettmann, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Kebanyakan penjerap kromatografi lapis tipis preparatif mengandung indikator fluoresensi yang membantu mendeteksi letak isolat yang terpisah
sepanjang senyawa yang dipisahkan menyerap sinar ultraviolet. Untuk senyawa yang tidak menyerap sinar ultraviolet pendeteksian dilakukan dengan cara
menutup plat dengan sepotong kaca lalu menyemprot salah satu sisi dengan pereaksi penyemprot Hostettmann, 1995. Setelah isolat ditampakkan, lalu isolat
dikerok dari plat kaca. Cara ini berguna untuk memisahkan campuran beberapa senyawa sehingga diperoleh senyawa murni Gritter,1991.
2.6 Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometri ultraviolet adalah suatu metode spektrofotometri serapan dengan cara mengukur serapan radiasi elektromagnetik suatu larutan pada
panjang gelombang tertentu. Spektrum ultraviolet digambarkan sebagai hubungan antara panjang gelombang dengan intensitas serapan transmitansi atau
absorbansi Sastrohamidjojo, 1985. Panjang gelombang di dalam ultra violet biasanya dinyatakan dalam
nanometer 1 nm = 10
-9
m. Spektrum serapan yabg lebih kecil dari 200 nm disebut spektrometri ultra violet jauh. Bagian ultra violet ultra violet dekat dari
spektrum elektromagnetik terentang dari 200-400 nm Silverstein dkk,1981. Pada instrumen spektrofotometer ultraviolet yang digunakan sebagai
sumber cahaya adalah lampu hidrogen atau deuterium. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisahan panjang gelombang seperti prisma
atau monokromator Dachriyanus, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Apabila suatu molekul menyerap radiasi ultraviolet, maka didalam molekul tersebut terjadi perpindahan transisi tingkat energi elektron-elektron
ikatan di orbital molekul paling luar dari tingkat energi yang paling rendah orbital ikatan
π ke tingkat energi yang lebih tinggi orbital anti ikatan π . Dalam
praktek, spektrofotometri ultraviolet digunakan terbatas pada sistem-sistem terkonjugasi. Keuntungan dari serapan ultraviolet adalah selektifitasnya dimana
gugus-gugus yang khas dapat dikenali Noerdin, 1985; Sastrohamidjojo, 1985; Silverstein, dkk., 1986.
2.7 Spektrofotometri Inframerah
Bila sinar inframerah dilewatkan melalui cuplikan senyawa organik, maka sejumlah frekuensi diserap sedang frekuensi yang lain diteruskan atau
ditransmisikan tanpa diserap. Pengukuran pada spektrum inframerah dilakukan pada daerah bilangan gelombang 4000-400 cm
-1
1. Apakah terdapat gugus karbonil?
. Isolat absorbsi inframerah sangat khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi, artinya
senyawa yang berbeda akan mempunyai spektrum yang berbeda pula Noerdin, 1985; Sastrohamidjojo, 1991; Dachriyanus, 2004.
Berikut ini langkah-langkah umum untuk memeriksa isolat-isolat serapan yang penting:
Gugus C=O memberikan puncak pada daerah 1820-1660 cm
-1
2. Jika gugus C=O ada, periksalah gugus-gugus berikut.Jika C=O tidak ada
langsung ke nomor 3. . Puncak ini
biasanya merupakan yang terkuat dengan lebar medium pada spektum.
Universitas Sumatera Utara
Asam : apakah ada gugus O–H? Serapan melebar di daerah 3300-2500
cm
-1
. biasanya tumpang tindih dengan C–H Amida :
apakah ada N–H? Serapan medium di dekat 3500 cm
-1
, kadang- kadang dengan puncak rangkap.
Ester : apakah ada C–O? Serapan dengan intensitas medium di daerah
1300-1000 cm
-1
. Anhidrida :
mempunyai dua serapan C=O di daerah 1810 dan 1760 cm
-1
. Aldehida : apakah ada C–H aldehid? Dua serapan lemah di dekat 2850-
2750 cm
-1
3. Bila gugus C=O tidak ada
yaitu di sebelah kanan serapan C-H. Keton : jika kelima kemungkinan di atas tidak ada.
Eter : periksalah gugus C–O serapan O–H tidak ada, yaitu
serapan medium di daerah 1300-1000 cm
-1
. Alkoholfenol :
periksalah gugus O–H, merupakan serapan melebar di daerah 3600-3300 cm
-1
yang diperkuat adanya serapan C–O di daerah 1300-1000 cm
-1
. Amina :
periksalah gugus N–H, yaitu serapan medium di daerah 3500 cm
-1
4. Ikatan rangkap dua danatau cincin aromatik
.
- C=C mempunyai serapan lemah di daerah 1650 cm
-1
- Serapan medium sampai kuat pada daerah 1650-1450 cm
.
-1
sering menunjukkan adanya cincin aromatik.
Universitas Sumatera Utara
- Buktikan kemungkinan di atas dengan memperhatikan serapan pada
daerah C–H aromatik di sebelah kiri 3000 cm
-1
5. Ikatan rangkap tiga
, sedangkan C–H alifatis terjadi di sebelah kanan daerah tersebut.
- C
≡N mempunyai serapan medium dan tajam di daerah 2250 cm
-1
- C
≡C mempunyai serapan lemah tapi tajam di daerah 2150 cm .
-1
. Periksa juga –CH asetilenik di dekat 3300 cm
-1
6. Gugus Nitro
.
Gugus nitro muncul dua serapan kuat pada 1600-1500 cm
-1
dan 1690-1300 cm
-1
7. Hidrokarbon
.
- Apabila keenam kemungkinan di atas tidak ada.
- Serapan utama di daerah CH dekat 3000 cm
-1
- Spektrum sangat sederhana, hanya terdapat serapan lain di daerah 1450-
1375 cm .
1
2.8 Spektrometri Massa
Spektometri massa menembaki bahan yang sedang diteliti dengan berkas elektron dan secara kuantitatif mencatat hasilnya sebagai suatu fragmen.
Terpisahnya fragmen didasarkan pada massanya lebih tepat, massa dibagi muatan.
.
Keuntungan utama spektrometri massa sebagai metode analisis yaitu metode ini lebih sensitif dan spesifik untuk identifikasi senyawa yang tidak
diketahui. Hal ini disebabkan adanya pola fragmentasi yang khas sehingga dapat
Universitas Sumatera Utara
memberikan informasi mengenai bobot molekul dan rumus molekul. Puncak ion molekul penting dikenali karena memberikan bobot molekul senyawa yang
diperiksa. Puncak paling kuat pada spektrum, disebut puncak dasar base peak, dinyatakan dangan nilai 100 Silverstein dkk, 1986.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN