Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Akademik Siswa-Siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

(1)

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI

AKADEMIK SISWA-SISWI SD. NEGERI NO.101837

SUKA MAKMUR KECAMATAN SIBOLANGIT

KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2011

Oleh :

NURAMALINA BINTI NORDIN 080100323

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI

AKADEMIK SISWA-SISWI SD. NEGERI NO.101837

SUKA MAKMUR KECAMATAN SIBOLANGIT

KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

NURAMALINA BINTI NORDIN 080100323

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Akademik Siswa-Siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.

Nama : Nuramalina binti Nordin

NIM : 080100323

Pembimbing, Penguji I,

(dr. Hemma Yulfi DAP & E, M.MedEd) (dr. Rina Amelia, MARS)

NIP: 197410192001122001 NIP: 197604202003122002

Penguji II,

(dr. Bugis Mardina, SpA) NIP: 140355917

Medan, 12 Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH ) NIP : 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Latar belakang: Secara global, diperkirakan sebanyak 24.8% atau 1.62 milyar dari populasi dunia menderita anemia dan 25.4% daripadanya merupakan anak usia sekolah. Masalah anemia akan menyebabkan kurangnya oksigen yang diangkut ke otak, sehingga individu yang bersangkutan tidak dapat berkonsentrasi dengan baik semasa pembelajaran. Hal ini akhirnya akan berdampak kepada penurunan prestasi akademik.

Metode: Penelitian ini menggunakan survelian alitik dengan desain cross sectional. Metode pengambilan sampel adalah dengan simple random sampling

dengan jumlah sampel sebanyak 85 orang. Kadar hemoglobin diukur menggunakan alat hemoglobinometer digital sedangkan prestasi akademik diambil dari nilai hasil ujian bagi 1 semester. Data kemudian dianalisis menggunakan teknik chi squa re untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dan prestasi akademik pada siswa-siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

Hasil: Sampel yang mengalami anemia dan mempunyai prestasi akademik rendah menunjukkan jumlah terbanyak yaitu sebanyak 29 orang (34.1%) sedangkan sampel yang tidak mengalami anemia dan mempunyai prestasi akademik tinggi adalah sebanyak 12 orang (14.1%). Dari hasil analisis dengan menggunakan teknik chi square didapatkan nilai p < 0.05 yang berarti terdapat hubungan antara variabel kadar hemoglobin dengan prestasi akademik.

Kesimpulan: Ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi akademik siswa-siswi SD. Negeri no. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2011.


(5)

ABSTRACT

Background: Globally, an estimated 24.8% or 1.62 billion of the world population suffer from anemia and 25.4%of them are school-age children. Anemia can cause lack of oxygen transported to the brain, and the concerned individuals will not concentrate well in learning. This will ultimately causes the decline in academic performance.

Methods: This study is an analytical survey with cross sectional design. The sampling method is simple random sampling, with 85 samples. Hemoglobin levels were measured by using digital hemoglobinometer while academic performanceare based on the value of test results for one semester. The data were analyzed using chi squa re technique to determine the relationship between the hemoglobin and academic performance among students of SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

Results: Samples who a re anemic and have low academic achievement showed the greatest number as many as 29 people (34.1%) while the samples who are not anemic and have high academic achievement are as many as 12 people (14.1%). Chi square analysis showed p < 0.05 which means that there is a correlation between hemoglobin level and academic performance.

Conclusions: There is a correlation betweenhemoglobin level and academic performance among students of SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

Keywords: hemoglobin level, academic performance, preliminary students, anemia


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dalam karya tulis ini, dipaparkan landasan pemikiran dan segala konsep serta hasil yang diperoleh dari penelitian yang berjudul “Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Akademik Siswa-Siswi SD. Negeri no. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011”. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. dr Hemma Yulfi DAP & E, MMedEd, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran selama penulisan karya tulis ilmiah ini.

2. dr. Rina Amelia, MARS dan dr. Bugis Mardina, spA selaku dosen penguji I dan dosen penguji II.

3. Keluarga penulis yang tercinta yang telah banyak memberikan dukungan dan doa selama menyiapkan karya tulis ilmiah ini.

4. Seluruh dosen dan staf Program Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Teman-teman seperjuangan penulis yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menyiapkan karya tulis ilmiah ini. 6. Semua pihak yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam

proses penyusunan dan penyiapan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan di masa akan dating dan kiranya dapat menjadi rujukan untuk penulisan yang lebih baik.

Medan, 12 Desember 2011 Penulis,

Nuramalina binti Nordin NIM:080100323


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. ... Latar Belakang ... 1

1.2. ... Rum usan Masalah ... 3

1.3. ... Tujua n Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.1. Tujuan Khusus ... 3

1.4. ... Manf aat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Hemoglobin ... 5

2.1.1. Definisi ... 5

2.1.2. Fungsi ... 5

2.1.3. Cara Pengukuran ... 5

2.2. Zat Besi ... 7

2.2.1. Fungsi ... 7


(8)

2.2.3. Kekurangan Zat Besi ... 8

2.3. ... Anemia ... 9

2.3.1. Definisi ... 9

2.3.2. Klasifikasi ... 10

2.4. ... Anemia Defisiensi Besi ... 11

2.4.1. Definisi ... 11

2.4.2. Etiologi ... 11

2.4.3. Gejala dan Tanda ... 13

2.4.4. Komplikasi ... 14

2.4.5. Pencegahan ... 15

2.5. ... Prest asi Belajar ... 16

2.5.1. Definisi ... 16

2.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 19

3.1. Kerangka Konsep ... 19

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 19

3.3. Hipotesis ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21

4.1. Jenis Penelitian ... 21

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 21

4.3.1. PopulasiPenelitian ... 21

4.3.2. SampelPenelitian ... 22

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 23

4.4.1. Data Primer ... 23


(9)

4.4.1. Metode Pengumpulan Data ... 23

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1 Hasil Penelitian ... 26

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 26

5.1.3 Hasil Analisis Data... 27

5.1.3.1 Kadar Hemoglobin ... 27

5.1.3.2 Prestasi Akademik ... 28

5.1.3.3 Distribusi Prestasi Akademik Berdasarkan Kadar Hemoglobin ... 29

5.2 Pembahasan ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

6.1.Kesimpulan ... 34

6.2.Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Nilai ambang batas penentuan status anemia menurut

WHO tahun 1968 ... 10 Tabel 2.2 Batasan anemia (menurut Departemen Kesehatan) ... 10 Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel, Cara Ukur, Alat Ukur,

Skala Ukur dan Hasil Ukur ... 19 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel berdasarkan

Jenis Kelamin ... 26 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel berdasarkan

Umur ... 27 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan

Kadar Hemoglobin ... 28 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan

Prestasi Akademik ... 28 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Prestasi Akademik Berdasarkan


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 4. Data Induk

Lampiran 5. Hasil Analisis SPSS


(12)

ABSTRAK

Latar belakang: Secara global, diperkirakan sebanyak 24.8% atau 1.62 milyar dari populasi dunia menderita anemia dan 25.4% daripadanya merupakan anak usia sekolah. Masalah anemia akan menyebabkan kurangnya oksigen yang diangkut ke otak, sehingga individu yang bersangkutan tidak dapat berkonsentrasi dengan baik semasa pembelajaran. Hal ini akhirnya akan berdampak kepada penurunan prestasi akademik.

Metode: Penelitian ini menggunakan survelian alitik dengan desain cross sectional. Metode pengambilan sampel adalah dengan simple random sampling

dengan jumlah sampel sebanyak 85 orang. Kadar hemoglobin diukur menggunakan alat hemoglobinometer digital sedangkan prestasi akademik diambil dari nilai hasil ujian bagi 1 semester. Data kemudian dianalisis menggunakan teknik chi squa re untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dan prestasi akademik pada siswa-siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

Hasil: Sampel yang mengalami anemia dan mempunyai prestasi akademik rendah menunjukkan jumlah terbanyak yaitu sebanyak 29 orang (34.1%) sedangkan sampel yang tidak mengalami anemia dan mempunyai prestasi akademik tinggi adalah sebanyak 12 orang (14.1%). Dari hasil analisis dengan menggunakan teknik chi square didapatkan nilai p < 0.05 yang berarti terdapat hubungan antara variabel kadar hemoglobin dengan prestasi akademik.

Kesimpulan: Ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi akademik siswa-siswi SD. Negeri no. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2011.


(13)

ABSTRACT

Background: Globally, an estimated 24.8% or 1.62 billion of the world population suffer from anemia and 25.4%of them are school-age children. Anemia can cause lack of oxygen transported to the brain, and the concerned individuals will not concentrate well in learning. This will ultimately causes the decline in academic performance.

Methods: This study is an analytical survey with cross sectional design. The sampling method is simple random sampling, with 85 samples. Hemoglobin levels were measured by using digital hemoglobinometer while academic performanceare based on the value of test results for one semester. The data were analyzed using chi squa re technique to determine the relationship between the hemoglobin and academic performance among students of SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

Results: Samples who a re anemic and have low academic achievement showed the greatest number as many as 29 people (34.1%) while the samples who are not anemic and have high academic achievement are as many as 12 people (14.1%). Chi square analysis showed p < 0.05 which means that there is a correlation between hemoglobin level and academic performance.

Conclusions: There is a correlation betweenhemoglobin level and academic performance among students of SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

Keywords: hemoglobin level, academic performance, preliminary students, anemia


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anemia merupakan salah satu masalah di Indonesia yang sering dijumpai baik di klinik mahupun di lapangan.Menurut WHO, anak usia sekolah dikatakan mengalami anemia jika kadar hemoglobinnya di bawah 12g/dL. Anemia yang berhubungan dengan masalah gizi utama di Indonesia adalah anemia defisiensi besi.Anemia defisiensi besi terjadi apabila seseorang tidak memiliki zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya. WHO (1968) menyatakan bahwa anemia defisiensi besi pada bayi dan anak di negara sedang berkembang dihubungkan dengan kebutuhan besi yang relatif meningkat, kemiskinan, malnutrisi, infeksi malaria, infestasi cacing tambang, infeksi HIV, defisiensi vitamin A dan asam folat (Lubis, 2008).

Anemia defisiensi besi terutamanya menyebabkan gangguan fungsi pembentukan hemoglobin yang merupakan alat transportasi oksigen ke seluruh jaringan tubuh termasuk jaringan otak.Gangguan oksigenasi ke jaringan otak menyebabkan penurunan kemampuan dan konsentrasi belajar anak semasa pembelajaran. Produktivitas, tingkat kecerdasan, daya tangkap terhadap pembelajaran dan semua aktivitas mereka akan terganggu dan akhirnya akan berdampak kepada penurunan prestasi belajar (Wijayanti, 2005).Anemia defisiensi besi juga dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak, serta meningkatkan risiko menderita infeksi karena daya tahan tubuh menurun (Cahyani, 2009).


(15)

Beberapa penelitian pada anak-anak sekolah telah menunjukkan adanya korelasi antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak untuk belajar. Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat menunjukkan anak yang mengalami anemia defisiensi besi memiliki prestasi belajar 2 kali lebih rendah berbanding anak yang normal.Penelitian oleh Kartikasari, 2007 pula menunjukkan bahwa siswa SD dengan anemia memiliki prestasi yang cukup saja atau bahkan kurang.

Data WHO dari tahun 1993 hingga 2005 menunjukkan kira-kira 24,8% atau 1,62 milyar dari populasi dunia menderita anemia dan 25,4% darinya merupakan anak usia sekolah. Di Asia Tenggara pula, 13,6% anak usia sekolah menderita anemia (WHO, 2008).Angka di Indonesia juga tercatat tinggi.Hal ini dapat ditunjukkan melalui penelitian oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada 1.000 anak sekolah di 11 provinsi di Indonesia menunjukkan prevalensi anemia sebanyak 20-25% (Lubis, 2008). Masalah anemia defisiensi besi juga ditemukan diderita oleh 8,1 juta anak balita, 10 juta anak usia sekolah dan 2 juta ibu hamil (Depkes RI, 2007).Kejadian anemia banyak terjadi pada siswa Sekolah Dasar (SD). Hal ini sesuai laporan penelitian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) di Kabupaten Tangerang, yang menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan pada 1.000 orang siswa SD, hasilnya mengindikasikan sebanyak 54% siswa SD menderita anemia (Cahyani, 2009).

Pada penelitian ini, penulis menggunakan populasi siswa-siswi salah sebuah SD yaitu SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.Melalui survei awal yang telah dilakukan yaitu meliputi observasi dan wawancara langsung ke siswa SD tersebut, kawasan demografis sekolah dan cara hidup siswa kelihatannya mempunyai faktor risiko yang tinggi untuk mendapat kecacingan yang merupakan salah satu etiologi terjadinya anemia defisiensi besi. Melalui wawancara didapati bahwa sudah menjadi kebiasaan siswa bermain di tanah tanpa memakai sepatu. Kebanyakan penduduk sekitar juga bekerja sebagai petani, hal ini meningatkatkan risiko anak mereka mengalami kecacingan apabila bermain dengan tanah .Dalam kaitan pentingnya pengaruh fungsi hemoglobin yang optimal terhadap prestasi akademik siswa-siswi, maka penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan kadar hemoglobin dengan prestasi


(16)

akademik siswa-siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka telah diteliti bagaimanakah hubungan kadar hemoglobin dengan prestasi akademik siswa-siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2011?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin dengan prestasi akademik siswa-siswi SD. Negeri no. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2011.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui kadar hemoglobin siswa-siswi SD. 2. Mengetahui prestasi akademik siswa-siswi SD.

3. Menganalisis hubungan kadar hemoglobin dengan prestasi akademik siswa- siswi SD.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

1. Informasi tambahan kepada pihak sekolah, para guru dan orang tua siswa mengenai kejadian anemia defisiensi besi pada anak sekolah dan pentingnya usaha menjaga kadar hemoglobin agar tetap normal supaya prestasi akademik mereka tidak terganggu.

2. Menambah pengetahuan siswa-siswi SD mengenai anemia defisiensi besi supaya mereka lebih mengutamakan pengambilan gizi seimbang dalam


(17)

kehidupan seharian dan mengelakkan kejadian yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.

3. Informasi tambahan kepada mahasiswa kedokteran lain untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan kadar hemoglobin dengan prestasi akademik siswa-siswi SD.

4. Menambah pengetahuan peneliti mengenai hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi akademik dan cara penulisan karya tulis ilmiah yang benar.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hemoglobin

2.1.1. Definisi

Hemoglobin merupakan sejenis protein khusus yang terdapat dalam sel darah merah dan merupakan 90% dari bagian setiap sel tersebut.Setiap sel darah merah mengandung kira-kira 640 milyar molekul hemoglobin (Hoffbrand, 2006). Hemoglobin merupakan molekul berbentuk sfera dengan berat molekul kira-kira 64500 Daltons dan diameter kira-kira 6.4 nm. Ia merupakan komponen tetramer yang terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida globin, dengan setiap satunya berikatan dengan kelompok heme, yaitu sebuah kompleks antara molekul besi dan protoporfirin (Champe, 2008).

2.1.2. Fungsi

Hemoglobin merupakan komponen yang amat penting dalam mempertahankan keutuhan sistem sirkulasi tubuh.Fungsi utamanya adalah dalam mengatur pertukaran O2 dan CO2 dalam jaringan tubuh yaitu mengambil O2 dari paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan tubuh untuk digunakan sebagai bahan bakar serta membawa CO2 dari jaringan tubuh hasil metabolisme ke paru untuk dibuang.Hemoglobin juga turut berfungsi dalam mempertahankan bentuk normal sel darah merah (Hoffbrand, 2006).


(18)

Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara. Cara yang banyak dipakai dalam laboratorium klinik ialah cara fotoelektrik dan kalorimetrik visual dan yang banyak digunakan di lapangan penelitian ialah hemoglobinometer digital (WHO, 2001).

Cara fotoelektrik atau sianmethemoglobin dilakukan dengan prinsip untuk mengubah hemoglobin darah menjadi sianmethemoglobin dalam larutan yang berisi kalium sianida. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin. Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbansinya dengan absorbansi standard sianmethemoglobin. Kelebihan dari metode ini adalah cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penerapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standar sianmethemoglobinyang ditanggung kadarnya bersifat stabil. Kesalahan cara ini dapat mencapai kira-kira 2%. Kelemahan dari cara ini adalah kekeruhan dalam suatu sampel darah dapat mengganggu pembacaan dalam fotokalorimeter dan menghasilkan absorbansi dan kadar hemoglobin yang lebih tinggi dari sebenarnya contohnya pada keadaan leukositosis dan lipemia (Wijayanti, 2005).

Cara pengukuran hemoglobin yang berikutnya adalah cara kalorimetrik visual atau sahli. Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi asam hematin dengan menggunakan larutan HCl, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu. Di Indonesia cara sahli masih banyak digunakan di laboratorium-laboratorium kecil yang tidak mempunyai fotokalorimeter. Tetapi, cara ini tidak begitu dianjurkan karena bukanlah cara yang teliti dan hanya berlandaskan pengukuran secara visual dan kesalahan cara ini adalah kira-kira 10% (Wijayanti, 2005).

Hemoglobinometer digital merupakan metode kuantitatif yang terpercaya dalam mengukur konsentrasi hemoglobin di lapangan penelitian dengan menggunakan prinsip tindak balas darah dengan bahan kimia pada strip yang digunakan. Bahan kimia yang terdapat pada strip adalah ferrosianida. Reaksi tindak balas akan menghasilkan arus elektrik dan jumlah elektrik yang dihasilkan


(19)

adalah bertindak balas langsung dengan konsentrasi haemoglobin. Hemoglobinometer digital merupakan alat yang mudah di bawa dan sesuai untuk penelitian di lapangan karena teknik untuk pengambilan sampel darah yang mudah dan pengukuran kadar hemoglobin tidak memerlukan penambahan reagen. Alat ini juga memiliki akurasi dan presisi yang tinggi berbanding metode laboratorium yang standar.Alat ini juga stabil dan tahan lasak walaupun digunakan dalam jangka masa yang lama (Hamill, 2010).

Hemoglobin merupakan salah satu komponen dari sistem sirkulasi yang amat penting untuk mempertahankan fungsi tubuh.Salah satu dari komponen pembentuk hemoglobin adalah besi. Tanpa sumber besi yang cukup, pembentukan hemoglobin akan menjadi tidak efektif dan akan mengakibatkan berbagai komplikasi. Oleh itu diperlukan konsumsi zat besi yang cukup untuk memastikan kelangsungan fungsi tubuh yang normal.

2.2. Zat Besi

2.2.1. Fungsi

Zat besi sangat diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan, membantu kerja berbagai macam enzim dalam tubuh, menanggulangi infeksi, membantu kerja usus untuk menetralisir zat-zat toksin dan yang paling penting adalah untuk pembentukan hemoglobin.

Jumlah besi yang disimpan dalam tubuh manusia adalah sekitar 4 g. Terdapat empat bentuk zat besi dalam tubuh. Sebagian besar zat besi yaitu kira-kira 2/3 dari total besi tubuh terikat dalam hemoglobin yang berfungsi khusus, yaitu mengangkut oksigen untuk keperluan metabolisme ke jaringan-jaringan tubuh. Sebagian lagi dari zat besi terikat dalam sistem retikuloendotelial di hepar dan sumsum tulang sebagai depot besi untuk cadangan. Sebagian kecil dari zat besi dijumpai dalam transferin yang merupakan transporting iron binding protein, sedangkan sebagian kecil lagi didapati dalam enzim-enzim yang berfungsi sebagai katalisator bagi proses metabolisme dalam tubuh. Kira-kira 1 mg besi hilang


(20)

melalui urin, feses, keringat dan jaringan yang lepas dari kulit dan saluran cerna (Provan, 2004).

2.2.2. Kebutuhan Zat Besi

Zat besi terdapat dalam makanan dalam bentuk ferri hidroksida, ferri-protein dan kompleks heme-ferri-protein.Kandungan zat besi dan proporsi besi yang diabsorpsi adalah berbeda bagi setiap jenis makanan.Secara umumnya, daging terutamanya hati adalah sumber zat besi yang lebih baik berbanding sayur-sayuran, telur dan sumber tenusu (Hoffbrand, 2006).Kebutuhan zat besi melalui makanan setiap harinya sangat berbeda bergantung pada umur, jenis kelamin dan keadaan individu masing- masing. Kebutuhan zat besi yang terbesar ialah dalam 2 tahun kehidupan pertama, selanjutnya selama periode pertumbuhan cepat dan kenaikan berat badan pada usia remaja dan sepanjang masa reproduksi wanita. Berdasarkan Recommended Daily Allowance (RDA),laki-laki dewasa normal (19 tahun ke atas) memerlukan zat besi sebanyak 8 mg/hari, sedangkan wanita pada usia reproduktif (19-50 tahun) memerlukan zat besi sekitar 18 mg/hari. Pada wanita hamil pula kebutuhan zat besi adalah sekitar 27 mg/hari dan tergantung pada usia kehamilannya. Pada anak usia 4 hingga 8 tahun, zat besi yang dibutuhkan adalah 10 mg/hari manakala anak usia 9 hingga 13 tahun memerlukan zat besi sekitar 8 mg/hari.

2.2.3. Kekurangan Zat Besi

Proses metabolisme zat besi digunakan untuk biosintesa hemoglobin, dimana zat besi digunakan secara terus-menerus. Sebagian besar zat besi yang bebas dalam tubuh akan dimanfaatkan kembali (reutilization), dan hanya sebagian kecil sekali yang diekskresikan melalui air kemih, feses dan keringat. Keseimbangan zat besi dalam tubuh diregulasi dengan sebaiknya untuk memastikan bahwa zat besi yang diabsorpsi di usus cukup untuk mengkompensasi zat besi yang hilang dari tubuh. Bila seseorang anak atau bayi sedang tumbuh membutuhkan zat besi yang lebih banyak daripada cadangan zat besi yang ada, maka anak atau bayi tersebut akan mengalami keseimbangan zat besi yang


(21)

negatif. Bila keadaan ini menetap, maka usaha yang pertama dari tubuh adalah cadangan zat besi akan dipakai, bila cadangan zat besi habis, maka bagian zat besi yang berfungsi akan dengan cepat pula berkurang.

Terdapat 3 tingkat dari kekurangan zat besi. Pada tingkat pertama atau

"Negative Iron Balance”, ditandai dengan berkurangnya atau tidak adanya cadangan besi, sehingga kadar feritin plasma dan simpanan besi dalam sumsum tulang akan menurun dan absorbsi zat besi akan meningkat. Pada orang dewasa keadaan ini mudah dibedakan dengan keadaan normal, tetapi pada anak yang sedang tumbuh agak sulit ditentukan, karena pada anak-anak yang sedang tumbuh dalam keadaan normal pun bisa didapati kadar hemosiderin dalam sumsum tulang yang sangat rendah. Pada tingkat kedua, bilamana keseimbangan zat besi yang negatif menjadi lebih progresif, maka terjadilah keadaan yang dinamakan "Iron

deficiency erythropoesis” dengan tanda-tanda penurunan cadangan zat besi dalam

tubuh, penurunan kadar besi dalam serum, dan penurunan kadar jenuh transferin sampai 15-20%. Sintesis hemoglobin terganggu dan konsentrasi hemoglobin berkurang sehingga di bawah kadar optimal tapi belum ada tanda-tanda anemia yang jelas. Pada tingkat ketiga atau dinamakan "Iron deficiency anemia”, keseimbangan zat besi yang negatif yang berlama-lama akan menyebabkan munculnya tanda-tanda anemia yang nyata, disertai dengan kelainan-kelainan seperti pada tingkat kedua (Kasper, 2005).

2.3. Anemia

2.3.1. Definisi

Anemia merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai baik di klinik maupun di lapangan. Anemia dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana massa eritrosit atau massa hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratorik dijabarkan sebagai penurunan di bawah normal kadar hemoglobin, hitung eritrosit dan hematokrit. Penurunan ini adalah berbeda mengikut kelompok umur dan jenis kelamin (Bakta, 2006).


(22)

Tabel 2.1: Nilai ambang batas penentuan status anemia menurut WHO tahun 1968 adalah:

Tabel 2.2: Batasan anemia ( menurut Departemen Kesehatan ):

Kelompok Batas Normal Hemoglobin

Anak Balita 11 gram %

Anak Usia Sekolah 12 gram %

Wanita Dewasa 12 gram %

Laki-laki Dewasa 13 gram %

Ibu Hamil 11 gram %

Ibu menyusui > 3 bulan 12 gram % (Wijayanti, 2005)

2.3.2. Klasifikasi

Anemia dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Berdasarkan morfologi eritrosit, anemia dapat diklasifikasikan mengikut volume sel (MCV) yaitu mikrositik, normositik dan makrositik serta berdasarkan rasio konsentrasi hemoglobin per eritrosit (MCH) yaitu hipokromik, normokromik dan hiperkromik (Silbernagl, 2000). Berdasarkan etiologi dan patogenesis pula, anemia diklasifikasikan kepada anemia akibat kehilangan eritrosit dari tubuh, anemia akibat peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh atau anemia hemolitik, anemia akibat produksi eritrosit menurun contohnya anemia defisiensi besi, anemia bentuk campuran dan anemia dengan bentuk patogenesisnya yang belum jelas (Kumar, 2007) .

Kelompok Batas Normal Hemoglobin

Bayi / Balita 11 gram %

Usia sekolah 12 gram %

Ibu hamil 11 gram %

Pria dewasa 13 gram %


(23)

Dari kesemua klasifikasi anemia tersebut, anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering terjadi di seluruh dunia.Hal ini karena tubuh manusia mempunyai kemampuan terbatas dalam mengabsorpsi besi dan kehilangan zat besi yang berlebihan akibat perdarahan sering terjadi (Hoffbrand, 2006).

2.4. Anemia Defisiensi Besi

2.4.1. Definisi

Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya atau pengurangan produksi sel darah merah karena kurangnya zat besi dalam tubuh (Wijaya, 2007).

2.4.2. Etiologi

Anemia defisiensi besi terjadi bila jumlah zat besi yang diabsorpsi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh atau terjadinya kehilangan zat besi yang berlebihan dari tubuh. Hal ini bisa diakibatkan oleh kurangnya pemasukan zat besi, berkurangnya sediaan zat dalam makanan, meningkatnya kebutuhan akan zat besi atau kehilangan darah yang kronis (Wijayanti, 2005). Defisiensi zat besi terjadi jika kecepatan kehilangan atau penggunaan elemen tersebut melampaui kecepatan asimilasinya. Walaupun pada kebanyakan negara berkembang anemia akibat kurangnya zat besi dalam diet dapat terjadi, tetapi ditemukan penyebab paling sering kejadian anemia pada negara berkembang adalah akibat kehilangan besi dari tubuh seringnya diakibatkan kehilangan darah melalui saluran cerna atau saluran kemih (McPhee, 2006).

Kehilangan zat besi, dapat terjadi secara fisiologis atau patologis. Kehilangan secara fisiologis terjadi pada wanita usia reproduktif melalui


(24)

menstruasi yaitu kira-kira 20 mg besi per bulan. Semasa kehamilan pula, kira-kira 500-1000 mg besi hilang dari ibukepada fetus, plasenta dan perdarahan sewaktu partus (Provan, 2004).Kehilangan zat besi secara patologis pula paling sering terjadi akibat perdarahan saluran cerna.Prosesnya sering tiba-tiba.Perdarahan akibat cacing tambang dan Schistosoma merupakan penyebab tertinggi terjadinya perdarahan saluran cerna dan seterusnya mengakibatkan anemia defisiensi besi (Wijaya, 2007). Pada orang dewasa, penyebab lain yang mengakibatkan perdarahan saluran cerna adalah tukak peptik, hernia hiatus, gastritis akibat konsumsi alkohol dan obat-obatan OAINS, hemoroid, kelainan vaskular contohnya angiodisplasia, penyakit inflamasi usus dan neoplasma. Perdarahan pada saluran urogenital juga boleh menyebabkan anemia defisiensi besi contohnya neoplasma, proses inflamasi atau batu saluran kemih (Beutler, 2000).

Penyebab anemia defisiensi besi yang seterusnya adalah kebutuhan zat besi yang relatif meningkat.Peningkatan kebutuhan zat besi saat bayi, remaja, saat hamil dan menyusukan serta wanita menstruasi meningkatkan risiko anemia pada kelompok ini.Bayi dan remaja membutuhkan zat besi yang tinggi untuk pertumbuhan.Setiap peningkatan berat badan 1 kg membutuhkan peningkatan sebanyak 35-45 mg zat besi (Lanzkowsky, 2005). Kebutuhan zat besi yang sangat tinggi pada laki-laki dalam masa pubertas disebabkan peningkatan volume darah, massa otot dan myoglobin. Pada wanita pula, kebutuhan zat besi setelah menstruasi sangat tinggi karena jumlah darah yang hilang, rata-rata 20 mg zat besi tiap bulan, akan tetapi pada beberapa individu ada yang mencapai sehingga 58 mg (Wijaya, 2007).

Penurunan absorpsi zat besi juga dapat mengakibatkan terjadinya anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi merupakan komplikasi umum dari gastrektomi parsial atau total karena penurunan dari keasaman lambung dan peningkatan kecepatan transit usus mengganggu absorpsi dari zat besi (Greer, 2003). Pasien dengan diare kronik atau malabsorpsi usus halus juga dapat menderita defisiensi zat besi, terutama jika duodenum dan jejunum proksimal ikut terlibat.Penyakit seperti enteropati diinduksi gluten dan gastritis atropik


(25)

disebabkan autoimun atau infeksi helicobacter pylori turut menjadi faktor predisposisi kepada defisiensi besi akibat gangguan absorpsi (Hoffbrand, 2006).

Penyebab seterusnya adalah asupan zat besi yang tidak adekuat. Tetapi, tanpa ada penyebab lain contohnya kehilangan darah yang signifikan atau infestasi cacing tambang, etiologi ini jarang menimbulkan anemia defisiensi besi kecuali pada anak yang sedang membesar dan orang yang sepanjang hidupnya tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, hanya makan bijirin dan sayuran sahaja. Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang berasal dari daging hewan.Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi secara bersamaan pada waktu makan juga boleh menyebabkan absorpsi zat besi semakin berkurang (Warrell, 2003). 2.4.3. Gejala dan Tanda

Simptom-simptom anemia defisiensi besi bergantung kepada derajat keparahan dan kronisitas penyakit.Simptomnya terjadi akibat kurangnya kapasitas pengangkutan oksigen ke jaringan sehingga muncul gejala lelah, lemah dan berkurangnya kapasitas untuk beraktifitas (Kasper, 2005).Berkurangnya kapasitas pengangkutan oksigen mengakibatkan berkurangnya penghantaran oksigen ke jaringan yang metabolismenya aktif contohnya otot, yang akhirnya menjadikan seseorang mudah lelah. Kompensasi dari tubuh menghasilkan gejala lain dari anemia contohnya kulit menjadi pucat, bukan sahaja akibat dari kurangnya Hb dalam darah yang fungsinya memberikan warna pada kulit, tetapi karena pembuluh darah pada permukaan kulit mengalami vasokonstriksi dan memindahkan darah ke organ yang lebih vital. Mekanisme kompensasi tubuh juga menghasilkan gejala takikardi dan sesak napas.Cara ini perlu untuk meningkatkan curah jantung seterusnya meningkatkan penghantaran oksigen ke jaringan (McPhee, 2006). Pada kebanyakan bayi dan anak, tidak tampak gejala sehingga kadar Hb menurun di bawah 6-7 g/dl (Lissaeur, 2007).


(26)

Pada anak-anak, anemia defisiensi besi dapat berkomplikasi kepada gangguan dalam perkembangan fisik dan mental.Ada bukti menyatakan bahwa anemia defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan pada perilaku dan fungsi intelektual anak (Lissauer, 2007). Anemia defisiensi besi menyebabkan gangguan perkembangan neurologik pada bayi dan menurunkan prestasi belajar pada anak usia sekolah karena zat besi telah dibuktikan berperan penting dalam fungsi otak dan penelitian pada hewan coba menunjukkan berlakunya perubahan dalam fungsi neurotransmitter dan perilaku pada hewan coba yang kekurangan zat besi. Dari beberapa penelitian yang dilakukan di Chile, Indonesia, India dan USA didapatkan bahwa anemia defisiensi besi secara konklusifnya mengganggu perkembangan psikomotor dan fungsi kognitif pada anak usia sekolah. Anak-anak yang diberikan suplementasi besi merasa kurang lelah dan kemampuan mereka untuk berkonsentrasi semasa pembelajaran juga meningkat.Nilai IQ (Intelligent Quotient) pada anak yang mengalami kurang zat besi ditemukan dengan jelas lebih rendah berbanding anak yang tidak mengalami anemia defisiensi besi (WHO, 2001).

Terdapat 3 proses yang menjadi dasar penyebab gangguan kognitif pada anemia defisiensi besi. Penyebab pertama ialah gangguan pembentukan myelin.Mielinisasi memerlukan besi yang cukup dan tidak dapat berlangsung baik bila oligodendrosit yaitu sel yang memproduksi myelin mengalami kekurangan besi.Mielin ini penting untuk kecepatan penghantaran rangsang.Penyebab yang kedua ialah gangguan metabolisme neurotransmitter.Hal ini terjadi karena gangguan sintesa serotonin, norepinefrin, dan dopamin.Dopamin mempunyai efek pada perhatian, penglihatan, daya ingatan, motivasi dan kontrol motorik.Penyebab seterusnya ialah gangguan metabolisme energi protein.Gangguan ini terjadi karena besi merupakan ko-faktor pada ribonukleotida reduktase yang penting untuk fungsi dan metabolisme lemak dan energi otak. Semakin dini usia dan lama saat terjadi anemia dan semakin luas otak yang terkena, akan menyebabkan gangguan fungsi kognitif semakin permanen dan sulit diperbaiki (Lubis, 2008). 2.4.5. Pencegahan


(27)

Upaya pencegahan anemia defisiensi besi haruslah melibatkan semua sektor dan organisasi terutamanya sektor kesehatan, industri, sosial, pendidikan dan komunikasi. Sektor ini juga harus bekerjasama dengan organisasi masyarakat untuk memastikan proses ini lebih efisien. Prinsip dari upaya pencegahan anemia defisiensi besi adalah untuk membasmi kemiskinan, meningkatkan akses terhadap diet yang bervariasi dan memperbaiki perkhidmatan kesehatan dan sanitasi.

Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan pendekatan berbasis medis dan pendekatan berbasis pangan. Pendekatan berbasis medis yang paling sering dilakukan di negara berkembang adalah pemberian suplementasi besi atau tablet besi. Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang diprioritaskan dalam program suplementasi disamping anak usia pra sekolah, anak usia sekolah, serta bayi. Dosis suplementasi besi yang harus diberikan adalah berdasarkan usia dan kondisi seseorang. Bagi anak usia sekolah dimana prevalensi anemia melebihi 40%, dosis yang dianjurkan oleh WHO adalah 2 mg/kgBB/hari selama 3 bulan. Salah satu masalah dari upaya ini adalah kesukaran untuk berhubungan dengan kelompok berisiko melalui perkhidmatan kesehatan.Oleh itu, diperlukan usaha yang lebih dari semua organisasi untuk menjangkau kelompok-kelompok ini.

Pendekatan berbasis pangan pula bertujuan untuk memperbaiki dan mengekalkan status zat besi suatu populasi yaitu meliputi perubahan perilaku dan sikap untuk meningkatkan konsumsi mikronutrien melalui makanan.Upaya ini bisa dilakukan dengan mempromosikan dan meningkatkan akses terhadap makanan yang kaya zat besi contohnya daging dan organ dari sapi, ikan, dan makanan laut serta sayur-sayuran hijau. Selain itu, dengan menambahkan makanan yang merupakan perangsang bagi absorpsi besi contohnya buah-buahan dan sayuran- sayuran yang merupakan sumber vitamin A dan C serta asam folat, absorpsi dan utilisasi besi di usus halus dapat ditingkatkan. Edukasi mengenai nutrisi yang efektif juga diperlukan dalam pendekatan ini.Informasi mengenai kesehatan dan nutrisi perlu didedahkan kepada anggota masyarakat supaya mereka lebih bijak dalam memilih makanan seterusnya dapat mencegah terjadinya anemia defisiensi besi. Pengkayaan atau fortifikasi makanan juga merupakan salah


(28)

satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi. Program fortifikasi yang efektif memerlukan kerjasama dari pihak kerajaan, industri makanan dan pengguna.Strategi dalam program ini adalah dengan mengidentifikasi makanan yang sering dikonsumsi dan mudah didapatkan oleh populasi target. Di negara industri, produk makanan fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum, roti, makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung, dan produk susu seperti susu formula bayi dan makanan sapihan (WHO, 2001).

2.5. Prestasi Belajar

2.5.1. Definisi

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990).Prestasi belajar merupakan taraf hasil belajar yang ditunjukkan seseorang setelah mendapatkan pendidikan atau latihan (Wijayanti, 2005).

2.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu faktor internal yang bersumber pada diri siswa dan faktor eksternal yang bersumber dari luar diri siswa.Faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar ialah faktor kesehatan.Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, karena anak akan mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan pikirannya terganggu (Nurkholis, 2006).

Faktor yang kedua ialah inteligensi dan bakat.Inteligensi adalah kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman.Inteligensi dan bakat merupakan aspek kejiwaan (psikis) yang besar


(29)

sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar.Seseorang yang mempunyai inteligensi baik umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik dan sebaliknya (Wijayanti, 2005).Bakat juga mempengaruhi dalam menentukan keberhasilan belajar. Apabila seseorang harus mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya, ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak yang suka mengganggu kelas, berbuat kacau dan tidak mahu belajar sehingga nilainya rendah (Nurkholis, 2006).

Faktor yang ketiga ialah minat dan motivasi.Minat dan motivasi merupakan aspek kejiwaan (psikis).Minat dapat terjadi karena daya tarik dari luar dan juga datang dari sanubari.Sedangkan motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan.Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar.Motivasi mendorong timbulnya perilaku dan mempengaruhi serta mengubah perilaku sehingga fungsi motivasi adalah mendorong timbulnya suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar. Motivasi berperan sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.Motivasi juga berperan sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Cara belajar yang baik harus ada istirahat untuk memberikan kesempatan kepada mata, otak serta organ tubuh lainnya untuk memperoleh tenaga kembali.

Faktor- faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa.Faktor ini meliputi faktor keluarga yaitu tingkat pendidikan dan ekonomi orang tua, perhatian serta bimbingan dari orang tua serta keadaan rumah tangga.Selain itu, keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar, kualitas guru, metode pegajarannya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak serta keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah.Faktor masyarakat dan lingkungan tempat tinggal juga turut berperan.Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak.Maka


(30)

kewajiban orang tua adalah mengawasi dan memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan yang dapat memberikan dampak negatif bagi anak tersebut (Nurkholis, 2006).

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka hal yang telah diteliti adalah hubungan kadar hemoglobin dengan prestasi akademik siswa-siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur. Hubungan kadar hemoglobin dengan prestasi akademik siswa-siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2011 adalah berdasarkan kerangka konsep berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional, Cara Ukur, Alat Ukur, Skala Ukur dan Hasil Ukur.

Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur

Hasil Ukur Prestasi akademik


(31)

a) Karakteristik Variabel Independen Kadar

Hemoglobin

Kadar hemoglobin dalam sel darah merah subyek melalui pengukuran menggunakan hemoglobinometer digital

Menggunakan hemoglobino-meter digital

Hemoglobino- meter digital

Nominal 1. Tidak anemia (≥12g/dL) 2. Anemia (<12g/dL)

b) Karakteristik Variabel Dependan

Prestasi akademik

Hasil ujian siswa bagi 1 semester

Pengamatan data hasil ujian siswa

Nilai rapor Ordinal 1.Baik (65-70) 2.Sedang (59-64) 3.Buruk (53-58)

Penyakit kronik: penyakit yang dideritai selama lebih dari 3 bulan, termasuk penyakit sistemik atau infeksi atau pernah dirawat di rumah sakit lebih dari 1 bulan yang diperoleh melalui wawancara.

3.3. Hipotesis

Ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi akademik siswa-siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2011.


(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian bersifat survei analitik. Pendekatan yang digunakan dalam desain penelitian ini adalah cross sectional study (studi potong lintang),di mana dilakukan pengumpulan data dengan melakukan pengukuran kadar hemoglobin dan pengamatan hasil ujian sampel untuk menganalisis hubungan kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswa-siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2011.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dengan penelusuran daftar pustaka, survei awal, mempersiapkan proposal penelitian, pelaksanaan penelitian sampai dengan penyusunan laporan akhir. Penelitian dilakukan di SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dan berlangsung selama 2 bulan yaitu pada bulan Juni sampai Juli.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian


(33)

Populasi bagi penelitian ini adalah siswa-siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.Penelitian lapangan sudah dilakukan dalam bentuk wawancara dengan kepala sekolah SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, untuk memperoleh jumlah siswa.Didapati jumlah siswa-siswi di SD tersebut adalah sebanyak 174 orang.

4.3.2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling.Sampel dipilih secara acak dari populasi penelitian sebanyak 174 orang.

Perkiraan besar sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus estimasi perhitungan besar sampel pada populasi finit (terbatas) yaitu:

Keterangan:

n = besar sampel minimum

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu P = harga proporsi di populasi

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir N = jumlah di populasi

Diketahui bahawa jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 174 orang. Oleh itu:


(34)

n = 62

Oleh itu, sampel minimum yang diperlukan adalah sekitar 62 orang.Dalam penelitian ini telah diambil sebanyak 85 sampel.

Kriteria inklusi bagi penelitian ini adalah:

1. Subyek yang bersedia untuk mengikuti penelitian. 2. Subyek yang hadir semasa penelitian dijalankan.

3. Subyek adalah siswa-siswi kelas 1 hingga 6 SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur.

Kriteria eksklusi bagi penelitian ini adalah: 1. Subyek menderita penyakit kronik.

2. Subyek dengan kehadiran kurang dari 80%. 4.4. Teknik Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data.Data primer pada penelitian ini diperoleh dengan melakukan pengukuran kadar hemoglobin sampel menggunakan alat hemoglobinometer digital dan dilakukan langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari nilai rapor hasil ujian untuk 1 semester bagi sampel penelitian.

4.4.3. Metode Pengumpulan Data

a. Instrumen Pengumpulan Data

1. Untuk pengambilan data bagi variabel independen yaitu kadar hemoglobin, dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat hemoglobinometer digital. Alat ini menggunakan prinsip tindak balas darah dengan bahan kimia pada strip yang digunakan. Bahan kimia yang terdapat pada strip adalah ferrosianida. Reaksi tindak balas akan menghasilkan arus elektrik dan jumlah elektrik yang


(35)

dihasilkan adalah bertindak balas langsung dengan konsentrasi hemoglobin. Alat ini dipilih karena ia merupakan satu metode kuantitatif yang terpercaya dalam mengukur konsentrasi hemoglobin di lapangan penelitian. Alat ini merupakan alat yang mudah dibawa dan sesuai untuk penelitian di lapangan karena teknik pengambilan sampel darah yang mudah dan pengukuran kadar hemoglobin tidak memerlukan penambahan reagen. Alat ini juga memiliki akurasi dan presisi yang tinggi.

2. Cara kerja alat :

1. Masukkan chip hemoglobin dan strip uji hemoglobin kedalam alat. Pastikan alat dalam keadaan mati.

2. Pada layar akan muncul angka atau kode yang sesuai seperti pada botol strip. Setelah kode cocok, tunggu beberapa detik hingga muncul tanda tetesan darah.

3. Gunakan blood sampler untuk menusuk jari dengan kedalaman secukupnya. 4. Dekatkan darah pada ujung strip uji dalam keadaan tegak lurus, darah akan

langsung terserap oleh strip uji.

5. Tunggu 6 detik untuk melihat hasil kadar hemoglobin dalam unit g/dL. 3. Pengambilan data bagi variabel dependen yaitu prestasi akademik diambil

dengan melakukan pengamatan nilai rapor hasil ujian bagi 1 semester setiap sampel penelitian.Penyajian data untuk variabel prestasi akademik sampel akan diuraikan berikut ini dalam bentuk daftar distribusi frekuensi. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :

1. Menentukan skor tertinggi = 70 2. Menentukan skor terendah= 53

3. Menentukan rentang skor = skor tertinggi – skor terendah = 70 - 53 = 18 4. Menentukan jumlah kategori = 3 (Tinggi, Sedang, Rendah)

5. Menentukan panjang interval = rentang skor : jumlah kategori = 18 : 3 = 6 6. Membuat tabel distribusi frekuensi


(36)

Data yang diperoleh dari setiap sampel dianalisis dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS) dan teknik analisis Chi Square.

Kadar Hb Prestasi

Tinggi Sedang Rendah Total

Anemia a b C a+b+c

Tidak anemia d e F d+e+f

Total a+d b+e c+f a+b+c+d+e+f

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian telah dilakukan di SD Negeri No.101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.Kecamatan Sibolangit merupakan salah satu dari 22 kecamatan di Kabupaten Deli Serdang. Daerah ini memiliki luas sekitar 179.96km² dan tinggi dari permukaan laut antara 350m sehingga dari 700m serta terletak pada 20°-59° Lintang Utara dan 50°-98° Bujur Selatan. Secara topografi, daerah ini adalah berbukit-bukit dimana diantara bukit ada beberapa sungai besar yang membuatkan tanah di daerah ini subur sekali dansesuai dijadikan sebagai lahan pertanian.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 85 orang siswa dari keseluruhan populasi sebanyak 174 orang para siswa SD Negeri No.101837 Suka Makmur.Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.Distribusi bagi jenis kelamin dan umur sampel dapat ditunjukkan melalui tabulasi berikut.


(37)

Tabel 5.1: Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi(orang) Persentase(%)

Laki-laki 39 45.9

Perempuan 46 54.1

Total 85 100.0

Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa dari seluruh sampel yaitu sebanyak 85 orang para siswa, 46 orang (54.1%) adalah perempuan dan sebanyak 39 orang (45.9%) adalah laki-laki.

Tabel 5.2: Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi(orang) Persentase(%)

7-8 35 41.2

9-10 11-12

18 32

21.2 37.6

Total 85 100.0

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa kebanyakan sampel berada di dalam kelompok umur 7 hingga 8 tahun yaitu sebanyak 35 orang (41.2%).

5.1.3. Hasil Analisis Data

5.1.3.1. Kadar Hemoglobin

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 85 orang responden, dapat diketahui bahwa kadar hemoglobin terendah adalah 7.0g/dL sedangkan kadar hemoglobin tertinggi adalah 19.5g/dL. Nilai rata-rata bagi kadar hemoglobin adalah 10.9g/dL dengan standar deviasi 2.35. Berdasarkan standar penentuan anemia untuk anak usia sekolah menurut WHO, sampel dikatakan normal atau tidak anemia jika kadar hemoglobin sebesar atau lebih dari 12g/dL,


(38)

dan dikatakan anemia jika kadar hemoglobin di bawah 12g/dL. Berdasarkan data yang didapat, dapat disusun tabulasi seperti berikut:

Tabel 5.3: Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Kadar Hemoglobin

Kategori Frekuensi(orang) Persentase(%) Anemia 57 67.1

Tidak Anemia28 32.9

Jumlah 85 100.0

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa dari seluruh sampel yaitu sebanyak 85 orang, sebanyak 57 orang (67.1%) mempunyai kadar hemoglobin di bawah normal (anemia).

5.1.3.2. Prestasi Akademik

Prestasi akademik para siswa SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur yang dijadikan sebagai data dalam penelitian ini diperoleh dari nilai rapor hasil ujian untuk 1 semester.Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa nilai prestasi akademik terendah yang dicapai oleh responden adalah 53 dan nilai tertinggi adalah 70.Nilai rata-rata bagi prestasi akademik adalah 60.20 dengan standar deviasi 4.88.

Tabel 5.4: Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Prestasi Akademik


(39)

65-70 Tinggi 22 25.9 59-64 Sedang 27 31.8

53-58 Rendah36 42.4

Jumlah 85 100.0

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa dari seluruh responden yang berjumlah 85 orang, sampel yang mempunyai nilai prestasi akademik pada kategori rendah mencatatkan angka tertinggi yaitu sebanyak 36 orang (42.4%) sementara sebanyak 22 orang (25.9%) mempunyai nilai prestasi akademik pada kategori tinggi.

5.1.3.3. Distribusi Prestasi Akademik Berdasarkan Kadar Hemoglobin

Analisis pada tahap ini dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah disusun.Teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan chi square.

Tabel 5.5: Distribusi Frekuensi Prestasi Akademik Berdasarkan Kadar Hemoglobin

Kadar Hemoglobin

Prestasi akademik

Tinggi Sedang Rendah Total n

%

n %

n % n % Anemia 10 11.8 18 21.2 29 34.1 57 67.1 Tidak anemia 12 14.1 9 10.6 7 8.2 28 32.9 Total 22 25.9 27 31.8 36 42.3 85 100.0 x² =7.619a df=2 p=0.022

Berdasarkan tabel 5.5, didapatkan bahwa sampel yang mengalami anemia dan mempunyai prestasi akademik rendah menunjukkan jumlah terbanyak yaitu sebanyak 29 orang (34.1%). Sampel yang mengalami anemia dan mempunyai prestasi akademik tinggi adalah sebanyak 10 orang (11.8%).


(40)

Jumlah sampel yang tidak mengalami anemia dan mempunyai prestasi akademik tinggi adalah sebanyak 12 orang (14.1%) sementara sampel yang tidak mengalami anemia dan mempunyai prestasi akademik rendah hanya 7 orang (8.2%).

Dengan menggunakan teknik analisis chi square, didapatkan nilai p=0.022 yaitu p < 0.05 yang berarti ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi akademik siswa-siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur.

5.2. Pembahasan

Menurut WHO, anak usia sekolah dikatakan mengalami anemia jika kadar hemoglobinnya di bawah 12g/dL. Data dari Depkes RI, 2007 menunjukkan bahwa angka kejadian anemia defisiensi besi pada anak usia sekolah adalah tinggi yaitu sebanyak 10 juta kasus. Dalam penelitian ini, kebanyakan sampel yaitu sebanyak 57 orang (67,1%) sampel mengalami anemia. Hasil ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) di Kabupaten Tangerang yang menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak yaitu sebanyak 1000 orang siswa SD, hasilnya mengindikasikan sebanyak 54% siswa SD menderita anemia (Cahyani, 2009).

Berdasarkan analisis variabel prestasi akademik, didapatkan bahwa kebanyakan sampel dalam penelitian ini berada dalam kelompok prestasi akademik rendah yaitu sebanyak 36 orang (42.4%).Nurkholis (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu faktor internal yang bersumber pada diri siswa dan faktor eksternal yang bersumber dari luar diri siswa.Salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi akademik adalah faktor kesehatan (Wijayanti, 2005).Dalam penelitian ini, terganggunya prestasi akademik siswa dapat disebabkan oleh tingkat kesehatan yang kurang, sehingga anak mengalami kesulitan belajar akibat kurang semangat atau daya konsentrasinya terganggu.Hal ini dapat terlihat pada kondisi anemia.Nurkholis (2006) menyatakan bahwa anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, karena anak akan mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan


(41)

pikirannya terganggu. Tahap kesehatan yang kurang ini akhirnya akan berakibat kepada penurunan prestasi akademik.

Faktor lain yang turut mempengaruhi prestasi akademik siswa adalah inteligensi. Wijayanti (2005) menyatakan bahwa inteligensi dianggap berhubungan langsung dengan prestasi belajar karena inteligensi merupakan bekal kemampuan untuk belajar. Dalam penelitian ini, faktor ini tidak dapat dikendalikan dengan teliti karena memerlukan proses yang agak rumit yaitu pengukuran tingkat inteligensi sampel menggunakan tes inteligensi. Faktor bakat pula dikawal dengan mengambil rata-rata dari jumlah nilai hasil ujian bagi satu semester setiap sampel.Dalam penelitian ini faktor minat dan motivasi sampel yang turut mempengaruhi prestasi akademik dikawal dengan mengeksklusikan siswa dengan kehadiran kurang dari 80%.

Dalam penelitian ini, hasil analisis data dengan menggunakan teknik analisis chi squa remenunjukkan bahwa ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi akademik siswa-siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti pada tahun 2005 yang turut mengkaji hubungan antara kadarhemoglobin dengan prestasi belajar siswa dan mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel ini. Sampel yang kadar hemoglobinnya dalam batas normal atau tidak anemia, prestasi akademiknya adalah lebih tinggi dari sampel yang kadar hemoglobinnya rendah atau anemia. Hal ini karena kadar haemoglobin yang cukup dan fungsi hemoglobin yang optimal dalam mengangkut oksigen ke otak membantu siswa untuk berkonsentrasi dengan baik dalam pembelajaran. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa siswa yang menderita anemia atau kekurangan darah tidak akan memiliki semangat belajar yang tinggi karena sulit untuk berkonsentrasi. WHO (2001) juga ada menyatakan bahwa siswa yang diberikan suplementasi besi merasa kurang lelah dan kemampuan mereka untuk berkonsentrasi semasa pembelajaran juga meningkat.

Selain itu, ada bukti menyatakan anemia defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan pada perilaku dan fungsi intelektual anak (Lissauer, 2007).Perkembangan mental dan kecerdasan pada anak yang normal adalah lebih


(42)

baik berbanding anak yang mengalami anemia. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa anemia defisiensi besi menyebabkan gangguan perkembangan neurologik pada bayi dan menurunkan prestasi belajar pada anak usia sekolah karena zat besi telah dibuktikan berperan penting dalam fungsi otak dan penelitian pada hewan coba menunjukkan berlakunya perubahan dalam fungsi neurotransmitter dan perilaku pada hewan coba yang kekurangan zat besi (WHO, 2001). Penelitian oleh Halterman (2001) menunjukkan bahwa skor tes matematika pada anak usia sekolah yang mengalami anemia adalah lebih rendah berbanding anak yang tidak mengalami anemia. Selain itu, penelitian oleh WHO (2001) menunjukkan bahwa anemia defisiensi besi berdampak kepada gangguan dalam perkembangan psikomotor dan kognitif pada anak usia sekolah di Mesir, India, Indonesia, Tailan dan Amerika Serikat.

Kadar hemoglobin yang rendah turut berdampak kepada penurunan daya tahan tubuh siswa. Mereka akan menjadi rentan untuk terkena infeksi yang akhirnya mengganggu kesehatan tubuh. Hal ini akan mengganggu proses pembelajaran siswa di sekolah karena apabila seseorang selalu tidak sihat, dapat mengakibatkan mereka tidak berghairah untuk belajar. Menurut WHO (2001), pada anak yang mengalami anemia defisiensi besi, kapasitas leukosit dan limfosit untuk membunuh mikroorganisme berkurang dan pemberian suplementasi besi mengurangkan morbiditas dari penyakit infeksi. Akibatnya, anemia secara tidak langsung berpengaruh terhadap nilai pelajaran dan prestasi siswa

Walaupun hasil dari penelitian ini sebanding dengan kebanyakan teori dan hasil penelitian lain, namun masih ada keterbatasan penelitian yang perlu diperbaiki. Antaranya ialah jumlah sampel dalam penelitian ini tidak cukup besar untuk mewakili populasi anak SD dan sampel yang diambil juga kurang bervariasi karena hanya diteliti pada satu kawasan saja.Selain itu, perangkat penelitian yang digunakan juga kurang akurat karena tidak dapat dilakukan pengukuran tingkat intelegensi yang turut berperan dalam menentukan prestasi akademik siswa.Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan bias di dalam penelitian ini tidak dapat dikendalikan dengan sepenuhnya. Faktor-faktor tersebut terutama yang mempengaruhi prestasi akademik contohnya faktor keluarga dan


(43)

lingkungan.Perlu dilakukan metode penelitian yang lebih akurat untuk mendapatkan data ini, seperti metode observasi ataupun deep interview.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian hasil penelitian ini adalah:

a. Kadar hemoglobin rata-rata bagi siswa SD. Negeri no. 101837 Suka Makmur adalah 10.87g/dl dengan standar deviasi 2.35. Angka kejadian anemia adalah sebanyak 67.1%.

b. Prestasi akademik rata-rata adalah 60.20 dengan standar deviasi 4.88. Sebanyak 42.4% memiliki prestasi akademik rendah, 31.8% memiliki prestasi akademik sedang dan 25.9% memiliki prestasi akademik tinggi. c. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara kadar

hemoglobin dengan prestasi akademik siswa-siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2011.


(44)

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini, antara lain:

a. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan sampel yang lebih banyak dan bervariasi dan perangkat penelitian yang lebih lengkap dan akurat untuk mengawal bias dalam penelitian ini terutamanya dari segi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar contohnya dengan mengukur tingkat intelegensi sampel.

b. Pihak sekolah disarankan agar dapat merencanakan upaya dalam memperbaiki kadar hemoglobin siswa agar tetap normal supaya prestasi akademik mereka tidak terganggu.

c. Para siswa SD diharapkan agar lebih mengutamakan asupan gizi seimbang dan penjagaan kebersihan diri dan lingkungan supaya dapat mengelakkan kejadian yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Adamson, J.W., 2005. Iron Deficiency and Other Hypoproliferative Anemia. In: Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., and Jameson, J.L., Harrison’s Principle of Internal Medicine. 16th ed. USA: McGraw Hill: 586-592.

Andrews, N.C., 2003. Iron Deficiency and Related Disorder. In: Greer, J.P., Foerster, J.,and Lukens, J.N., 2003.Wintrobe's Clinical Hematology.11th Ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins Publishers.

Aster, J.C., 2007.Red Cell Disorders.In: Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., and Mitchell, R.N.,. Robbins Basic Pathology.. Philadelphia: Saunders Elsevier: 422-440.

Bakta, I.M., 2006. Sistem Eritroid. In:Hematologi Klinik Ringkas. Penerbit Buku Kedokteran EGC: 9-115.

Benoist, B.D., McLean, E., Egli, I., and Cogswell, M., 2008.Worldwide prevalence of anaemia 19932005 : WHO global database on anaemia.


(46)

Switzerland: WHO Press, World Health Organization. Available from: http://whqlibdoc.who.int/publications/2008/9789241596657_eng.pdf

[Accesed: 20 May 2011]

Cahyani, A.D., 2009. Hubungan Antara Kadar Hemoglobin Dengan Prestasi Belajar pada Siswa SD N Kartasura 1, 4 dan 6 di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.Program Studi III Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/6187/1/J300050014.pdf [Accesed 4 April 2011] Champe, P.C., Harvey, R.A., and Ferrier, D.R., 2008. Globular

Proteins.In:Lippincott’sIllustrated Reviews: Biochemistry. 4th ed. Baltimore: Lippincott Williams &Wilkins.: 25-34.

Conrad, M.E., 2009. Iron Deficiency Anemia. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/202333-overview [Accesed 4 April 2011]

Cox, T.M., 2003. Iron Metabolism and Its Disorder. In: Warrell, D.A., Cox, T.M., Firth, J.D., Edward, J., J, R.,and Benz, M.D., Oxford Textbook of Medicine. 4th ed. Oxford Press.

Davoren, J.B., 2006. Blood Disorders.In: McPhee, S.J., and Ganong, W.F., 2006.

Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine. 5th ed. USA: McGraw Hill: 115-133.

Fairbanks, V.F., and Beutler, E., 2000. Iron Metabolism & Iron Deficiency. In:

Beutler, E., Lichtman, M.A., Coller, B.S., Kipps, T.J., and Seligsohn, U.,Williams Hematology. 6th ed. McGraw Hill Professional.

Halterman, J.S., Kaczorowski, J.M., Aligne, C.A., Auinger, P., and Szilagyi, P.G., 2011.Iron Deficiency and Cognitive Achievement Among School-Aged Children and Adolescents in the United States. American Academy of


(47)

http://www.idpas.org/pdf/461IDandCognitive.pdf [Accessed on 24 March 2011]

Hamill, T., 2010.HemoCue Classic Procedure.UCSF Medical Centre Clinical Laboratories. Available from: http://labmed.ucsf.edu/labmanual/mftlng-mtzn/dnld/poct hemocue_classic.pdf [Accessed on 26 March 2011]

Hoffbrand, A.V., Moss, P.A.H., and Pettit, J.E., 2006. Erythropoiesis and General Aspects of Anaemia.In: Essential Hematology. 5th ed. UK: Blackwell Publishing: 12-38.

Kartikasari, A., Pengaruh Anemia Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kela s Satu dan Dua SMP PGRI 1 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007.

Lanzkowsky, P., 2006. Iron-Deficiency Anemia.In: Manual of Pediatric Hematology and Oncology. 4th ed. USA: Elsevier Academic Press: 31-45. Lissauer, T., and Clayden, G., 2007.Haematological Disorder.In:Illustrated

Textbook of Paediatrics. 3rd ed. Philadelphia: Mosby Elsevier: 364-376 Lubis, B., 2008. Pencegahan Anemia Defisiensi Besi Sejak Bayi Sebagai Salah

Satu Upaya Optimalisasi Fungsi Kognitif Anak Pada Usia Sekolah. Bidang Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Available from:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/717/1/08E00206.pdf[Acces sed on 27 March 2011]

Notoatmodjo, S., 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nurkholis, A., 2006. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII Mts Nurussalam Tersono Kabupaten Batang.Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas


(48)

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0192.dir/doc.p df [Accessed on 19 March 2011]

Provan, D., Singer, C.R.J., Baglin, T., and Lilleyman, J., 2004. Iron Deficiency Anemia. In: Oxford Handbook of Clinical Haematology. 2nd ed. Oxford: Oxford University Press: 56-58.

Silbernagl, S., 2000.Blood.In: Silbernagl, S., and Lang, F., 2000. Color Atlas of Pathophysiology. USA: Thieme: 30-40.

Wahyuni, A.S. Statistika Kedokteran (disertai a plikasi dengan SPSS). Jakarta: Bamboedoea Communication.

Weatherall, D.J., 2003. Anaemia: Pathophysiology, Classification, and Clinical Features. In: Warrell, D.A., Cox, T.M., Firth, J.D., Edward, J., J, R.,and Benz, M.D.,Oxford Textbook of Medicine. 4th ed. Oxford Press.

Wijaya, Y., 2007. Anemia Defisiensi Besi.Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya RSU – USD Gambiran Kediri. Available from: http://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/02/anemia-defisiensi-zat-besi.pdf [Accessed on 28 March 2011]

Wijayanti, A.S., 2005. Hubungan Antara Kada r Hemoglobin dengan Prestasi Belajar Siswi SMP Negeri 25 Semarang.Universitas Negeri Semarang.

Available from:

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH5363/e10abea1 .dir/doc.pdf [Accessed on 4 April 2011]

World Health Organization, 2001.Iron Deficiency Anaemia, Assessment,

Preventionand Control.Genneva. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/202333-overview [Accessed on 5 April 2011]


(49)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nuramalina binti Nordin

Tempat / Tanggal Lahir : Malaysia / 6 Juli 1989

Agama : Islam

Alamat : C-09-03, Pangsa Sri Bagan, Bagan Dalam, 12100 Butterworth, Pulau Pinang, Malaysia


(50)

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Kuala Perai (1996-2001)

2. Sekolah Tun Fatimah (2002-2006)

3. ACMS Penang (2007-2008)

4. Universitas Sumatera Utara-ACMS (2008-sekarang)

LAMPIRAN 2 Lembar Penjelasan Penelitian Kepada Yth :

Bapak/ Ibu Orang tua/ penjaga siswa- siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

Dengan hormat, Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Nuramalina binti Nordin

Nim : 080100323 Alamat : J11, Taman Setia Budi 1, Medan

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Prestasi Akademik Siswa-siswi SD. NegeriNo. 101837 Suka Makmur Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011”.

Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran kadar hemoglobin darah siswa. Oleh itu, akan dilakukan pengambilan darah dalam jumlah yang sedikit dengan melakukan penusukan pada ujung jari menggunakan alat yang steril dan tidak menyakitkan.


(51)

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi anak bapak/ ibu sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika bapak/ibu tidak bersedia untuk membenarkan anak bapak/ibu menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi bapak/ibu, serta memungkinkan untuk mengundurkan diri untuk tidak ikut dalam penelitian ini.

Apabila bapak/ibu menyetujui, maka saya memohon kesediaanya untuk menandatangani persetujuan untuk membenarkan anak bapak/ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini. Atas perhatian dan kesediaan bapak/ibu mengijinkan anak bapak/ibu menjadi responden, saya ucapkan terimakasih.

Medan, Juni 2011 Peneliti

(Nuramalina binti Nordin) LAMPIRAN 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : ,

Alamat : ,

Menyatakan bersedia untuk membenarkan anak saya menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bernama Nuramalina binti Nordin, NIM 080100323, dengan judul“Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Prestasi Akademik Siswa-siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan anak saya. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


(52)

Medan, Juni 2011 Responden

( )

LAMPIRAN 4

Data Induk

Judul : Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Prestasi Akademik Siswa-siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.

Sampel Kadar Hb Prestasi Akademik

Kategori Kadar Hb

Kategori Prestasi Akademik

1 7.00 60 Anemia Sedang

2 12.50 65 TidakAnemia Tinggi

3 11.30 56 Anemia Rendah

4 10.50 55 Anemia Rendah

5 12.80 66 TidakAnemia Tinggi

6 10.50 66 Anemia Tinggi

7 10.70 54 Anemia Rendah


(53)

9 10.10 58 Anemia Rendah

10 12.10 54 TidakAnemia Rendah

11 12.50 63 TidakAnemia Sedang

12 9.40 57 Anemia Rendah

13 12.80 65 TidakAnemia Tinggi

14 14.20 58 TidakAnemia Rendah

15 10.10 54 Anemia Rendah

16 11.60 53 Anemia Rendah

17 10.90 53 Anemia Rendah

18 7.60 57 Anemia Rendah

19 10.50 61 Anemia Sedang

20 8.80 55 Anemia Rendah

21 15.10 70 TidakAnemia Tinggi

22 13.30 65 TidakAnemia Tinggi

23 7.60 55 Anemia Rendah

24 12.50 60 TidakAnemia Sedang

25 8.90 53 Anemia Rendah

26 10.30 53 Anemia Rendah

27 10.10 61 Anemia Sedang

28 19.50 68 TidakAnemia Tinggi

29 13.60 67 TidakAnemia Tinggi

30 10.30 60 Anemia Sedang

31 9.20 56 Anemia Rendah

32 11.10 60 Anemia Sedang

33 11.50 67 Anemia Tinggi

34 7.00 56 Anemia Rendah

35 10.60 58 Anemia Rendah

36 11.50 56 Anemia Rendah

37 11.90 59 Anemia Sedang

38 13.00 53 TidakAnemia Rendah

39 11.20 53 Anemia Rendah


(54)

41 8.40 53 Anemia Rendah

42 7.00 54 Anemia Rendah

43 10.80 61 Anemia Sedang

44 12.00 62 TidakAnemia Sedang

45 12.50 64 TidakAnemia Sedang

46 7.20 55 Anemia Rendah

47 7.00 65 Anemia Tinggi

48 12.50 65 TidakAnemia Tinggi

49 7.00 65 Anemia Tinggi

50 11.20 56 Anemia Rendah

51 10.50 55 Anemia Rendah

52 7.00 58 Anemia Rendah

53 9.90 62 Anemia Sedang

54 12.40 54 TidakAnemia Rendah

55 11.40 55 Anemia Rendah

56 10.70 65 Anemia Tinggi

57 12.30 70 TidakAnemia Tinggi

58 14.50 67 TidakAnemia Tinggi

59 13.50 69 TidakAnemia Tinggi

60 7.90 60 Anemia Sedang

61 8.40 67 Anemia Tinggi

62 15.40 58 TidakAnemia Rendah

63 12.60 59 TidakAnemia Sedang

64 13.40 57 TidakAnemia Rendah

65 11.50 67 Anemia Tinggi

66 10.90 68 Anemia Tinggi

67 10.90 67 Anemia Tinggi

68 12.20 60 TidakAnemia Sedang

69 11.10 60 Anemia Sedang

70 8.60 64 Anemia Sedang

71 10.20 56 Anemia Rendah


(55)

73 12.20 67 TidakAnemia Tinggi

74 7.00 64 Anemia Sedang

75 11.10 57 Anemia Rendah

76 7.00 67 Anemia Tinggi

77 7.90 63 Anemia Sedang

78 7.00 59 Anemia Sedang

79 8.00 58 Anemia Rendah

80 11.30 63 Anemia Sedang

81 10.50 57 Anemia Rendah

82 10.90 64 Anemia Sedang

83 12.20 60 TidakAnemia Sedang

84 12.50 62 TidakAnemia Sedang

85 11.90 59 Anemia Sedang

LAMPIRAN 5

Hasil Analisis SPSS

1. Distribusi Frekuensi Kadar Hemoglobin

HbKategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TidakAnemia 28 32.9 32.9 32.9

Anemia 57 67.1 67.1 100.0

Total 85 100.0 100.0

2. Distribusi Frekuensi Prestasi Akademik PrestasiKategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tinggi 22 25.9 25.9 25.9


(56)

Rendah 36 42.4 42.4 100.0

Total 85 100.0 100.0

3. Distribusi Prestasi Akademik Berdasarkan Kadar Hemoglobin

HbKategorik * PrestasiKategorikCrosstabulation

PrestasiKategorik

Total

Tinggi Sedang Rendah

HbKategorik TidakAnemia Count 12 9 7 28

% of Total 14.1% 10.6% 8.2% 32.9%

Anemia Count 10 18 29 57

% of Total 11.8% 21.2% 34.1% 67.1%

Total Count 22 27 36 85

% of Total 25.9% 31.8% 42.4% 100.0%

4. Hasil Analisis Chi-Square

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 7.619a 2 .022

Likelihood Ratio 7.584 2 .023

Linear-by-Linear Association 7.421 1 .006

N of Valid Cases 85

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.25.


(1)

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi anak bapak/ ibu sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika bapak/ibu tidak bersedia untuk membenarkan anak bapak/ibu menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi bapak/ibu, serta memungkinkan untuk mengundurkan diri untuk tidak ikut dalam penelitian ini.

Apabila bapak/ibu menyetujui, maka saya memohon kesediaanya untuk menandatangani persetujuan untuk membenarkan anak bapak/ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini. Atas perhatian dan kesediaan bapak/ibu mengijinkan anak bapak/ibu menjadi responden, saya ucapkan terimakasih.

Medan, Juni 2011 Peneliti

(Nuramalina binti Nordin)

LAMPIRAN 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : ,

Alamat : ,

Menyatakan bersedia untuk membenarkan anak saya menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bernama Nuramalina binti Nordin, NIM 080100323, dengan judul“Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Prestasi Akademik Siswa-siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan anak saya. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


(2)

Medan, Juni 2011 Responden

( )

LAMPIRAN 4

Data Induk

Judul : Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Prestasi Akademik Siswa-siswi SD. Negeri No. 101837 Suka Makmur Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.

Sampel Kadar Hb Prestasi Akademik

Kategori Kadar Hb

Kategori Prestasi Akademik

1 7.00 60 Anemia Sedang

2 12.50 65 TidakAnemia Tinggi

3 11.30 56 Anemia Rendah

4 10.50 55 Anemia Rendah

5 12.80 66 TidakAnemia Tinggi

6 10.50 66 Anemia Tinggi

7 10.70 54 Anemia Rendah


(3)

9 10.10 58 Anemia Rendah

10 12.10 54 TidakAnemia Rendah

11 12.50 63 TidakAnemia Sedang

12 9.40 57 Anemia Rendah

13 12.80 65 TidakAnemia Tinggi

14 14.20 58 TidakAnemia Rendah

15 10.10 54 Anemia Rendah

16 11.60 53 Anemia Rendah

17 10.90 53 Anemia Rendah

18 7.60 57 Anemia Rendah

19 10.50 61 Anemia Sedang

20 8.80 55 Anemia Rendah

21 15.10 70 TidakAnemia Tinggi

22 13.30 65 TidakAnemia Tinggi

23 7.60 55 Anemia Rendah

24 12.50 60 TidakAnemia Sedang

25 8.90 53 Anemia Rendah

26 10.30 53 Anemia Rendah

27 10.10 61 Anemia Sedang

28 19.50 68 TidakAnemia Tinggi

29 13.60 67 TidakAnemia Tinggi

30 10.30 60 Anemia Sedang

31 9.20 56 Anemia Rendah

32 11.10 60 Anemia Sedang

33 11.50 67 Anemia Tinggi

34 7.00 56 Anemia Rendah

35 10.60 58 Anemia Rendah

36 11.50 56 Anemia Rendah

37 11.90 59 Anemia Sedang

38 13.00 53 TidakAnemia Rendah

39 11.20 53 Anemia Rendah


(4)

41 8.40 53 Anemia Rendah

42 7.00 54 Anemia Rendah

43 10.80 61 Anemia Sedang

44 12.00 62 TidakAnemia Sedang

45 12.50 64 TidakAnemia Sedang

46 7.20 55 Anemia Rendah

47 7.00 65 Anemia Tinggi

48 12.50 65 TidakAnemia Tinggi

49 7.00 65 Anemia Tinggi

50 11.20 56 Anemia Rendah

51 10.50 55 Anemia Rendah

52 7.00 58 Anemia Rendah

53 9.90 62 Anemia Sedang

54 12.40 54 TidakAnemia Rendah

55 11.40 55 Anemia Rendah

56 10.70 65 Anemia Tinggi

57 12.30 70 TidakAnemia Tinggi

58 14.50 67 TidakAnemia Tinggi

59 13.50 69 TidakAnemia Tinggi

60 7.90 60 Anemia Sedang

61 8.40 67 Anemia Tinggi

62 15.40 58 TidakAnemia Rendah

63 12.60 59 TidakAnemia Sedang

64 13.40 57 TidakAnemia Rendah

65 11.50 67 Anemia Tinggi

66 10.90 68 Anemia Tinggi

67 10.90 67 Anemia Tinggi

68 12.20 60 TidakAnemia Sedang

69 11.10 60 Anemia Sedang

70 8.60 64 Anemia Sedang

71 10.20 56 Anemia Rendah


(5)

73 12.20 67 TidakAnemia Tinggi

74 7.00 64 Anemia Sedang

75 11.10 57 Anemia Rendah

76 7.00 67 Anemia Tinggi

77 7.90 63 Anemia Sedang

78 7.00 59 Anemia Sedang

79 8.00 58 Anemia Rendah

80 11.30 63 Anemia Sedang

81 10.50 57 Anemia Rendah

82 10.90 64 Anemia Sedang

83 12.20 60 TidakAnemia Sedang

84 12.50 62 TidakAnemia Sedang

85 11.90 59 Anemia Sedang

LAMPIRAN 5

Hasil Analisis SPSS

1. Distribusi Frekuensi Kadar Hemoglobin

HbKategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TidakAnemia 28 32.9 32.9 32.9

Anemia 57 67.1 67.1 100.0

Total 85 100.0 100.0

2. Distribusi Frekuensi Prestasi Akademik

PrestasiKategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tinggi 22 25.9 25.9 25.9


(6)

Rendah 36 42.4 42.4 100.0

Total 85 100.0 100.0

3. Distribusi Prestasi Akademik Berdasarkan Kadar Hemoglobin

HbKategorik * PrestasiKategorikCrosstabulation PrestasiKategorik

Total

Tinggi Sedang Rendah

HbKategorik TidakAnemia Count 12 9 7 28

% of Total 14.1% 10.6% 8.2% 32.9%

Anemia Count 10 18 29 57

% of Total 11.8% 21.2% 34.1% 67.1%

Total Count 22 27 36 85

% of Total 25.9% 31.8% 42.4% 100.0%

4. Hasil Analisis Chi-Square

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 7.619a 2 .022

Likelihood Ratio 7.584 2 .023

Linear-by-Linear Association 7.421 1 .006

N of Valid Cases 85

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.25.


Dokumen yang terkait

Perubahan Gaya Hidup Remaja Pasca Berdirinya Wisata Hiburan Hill Park di Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

2 52 128

Hubungan Antara Higiene dengan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths pada Siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

0 38 78

Hubungan Infeksi Ascaris lumbricoides dengan Status Gizi pada Siswa-Siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

1 55 52

Kajian Pemanfaatan Bambu di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

4 47 59

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR DI SEKOLAH DASAR NEGERI I Hubungan Kadar Hemoglobin Siswa Dengan Prestasi Belajar Di Sekolah Dasar Negeri I Bentangan Wonosari Kabupaten Klaten.

0 1 16

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR DI SEKOLAH DASAR NEGERI I Hubungan Kadar Hemoglobin Siswa Dengan Prestasi Belajar Di Sekolah Dasar Negeri I Bentangan Wonosari Kabupaten Klaten.

0 1 16

HUBUNGAN PENGETAHUAN MANAJEMEN GURU DAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SD NEGERI DI KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG.

0 1 22

PENDAHULUAN Hubungan Kebiasaan Sarapan Dan Kadar Hemoglobin Dengan Prestasi Belajar Siswi Smp Negeri 3 Wonogiri.

0 1 6

Perubahan Gaya Hidup Remaja Pasca Berdirinya Wisata Hiburan Hill Park di Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

0 0 20

Perubahan Gaya Hidup Remaja Pasca Berdirinya Wisata Hiburan Hill Park di Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

0 0 12