GejalaCiri 1 : Nilai Tes Logika GejalaCiri 2 : Nilai Tes Matematika GejalaCiri 3 : Nilai Tes Wawancara

Pada contoh kasus berikut akan dijelaskan bagaimana metode Demspter-Shafer melakukan perhitungan dan menentukan hasil analisis berdasarkan gejala atau ciri yang dihasilkan dari penarikan kesimpulan. Contoh kasusnya adalah : Tomy adalah seorang calon mahasiswa universitas X berasal dari Kota Kabupaten di Sumatera. Terdapat 3 jurusan yang diminati oleh Tomy yaitu Teknik Informatika I, Ekonomi E dan Pariwisata P. Untuk itu dia mencoba mengikuti beberapa tes uji coba. Uji coba pertama adalah tes logika dengan hasil tes menunjukkan bahwa probabilities densitas m 1 {I,E} = 0,75 Lalu pada tes kedua adalah tes matematika, hasil tes menunjukkan bahwa probabilitas densitas m 2 {I} = 0,8. Tes ketiga adalah wawancara, hasil tes menunjukkan bahwa densitas probabilitas m 3 {P} = 0,3 maka tentukan probabilitas densitas dari kombinasi gejala hasil tes yang didapat oleh Tomy. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah ciri-ciri atau hasil tes yang didapat oleh calon mahasiswa baru, setelah itu maka akan dijabarkan satu per satu dan menghitung densitas probabilitas masing-masing dari ciri tersebut, caranya adalah sebagai berikut : Anggota θ = {I,E,P}, dengan : I = Teknik Informatika E = Ekonomi P = Pariwisata Berikutnya, perhitungan densitas setiap gejalaciri menggunakan persamaan 1 :

1. GejalaCiri 1 : Nilai Tes Logika

Dari hasil tes logika yang didapat oleh Tomy, diberikan densitas sebesar 0,75. Maka nilai probabilitasnya adalah : m 1 {I,E} = 0,75 m 1 {θ} = 1 – 0,75 = 0,25

2. GejalaCiri 2 : Nilai Tes Matematika

Universitas Sumatera Utara Dari hasil tes matematika yang didapat oleh Tomy, diberikan densitas sebesar 0,8 maka nilai probabilitasnya adalah : m 2 {I} = 0,8 m 2 {θ} = 1 – 0,8 = 0,2 Munculnya ciri baru maka harus dilakukan perhitungan densitas baru untuk beberapa kombinasi m 3 . Untuk memudahkan perhitungan maka himpunan-himpunan bagian dibuat kebentuk tabel. Tabel 2.1 : Aturan Kombinasi untuk m 3 {I} 0,8 θ 0,2 {I,E} 0,75 {I} 0,6 {I,E} 0,15 θ 0,25 {I} 0,2 θ 0,05 Penjelasan tabel : 1. Kolom pertama berisikan semua himpunan bagian pada gejala pertama dengan m 1 sebagai fungsi densitas. 2. Barisan kedua berisikan semua himpunan bagian pada gejala kedua dengan m 2 sebagai fungsi densitas. 3. Baris kedua dan ketiga pada kolom kedua merupaka irisan dari kedua himpunan. Selanjutnya dihitung densitas baru untuk beberapa kombinasi m 3 dengan persamaan Dempster Shafer, rumus yang digunakan adalah persamaan 2 dengan perhitungan densitas barunya adalah sebagai berikut : m 3 {I} m 3 {I,E} m 3 {θ} Universitas Sumatera Utara Keterangan : 1. Terlihat bahwa pada mulanya dengan hanya gejalaciri nilai tes logika, m{I,E}= 0.75, namun setelah ada gejala baru tes matematika, maka nilai m{I,E} = 0,15. 2. Namun pada gejalaciri tes matematika, m{I} = 0.8 tidak terjadi perubahan nilai densitas atau tetap. 3. Dengan adanya dua gejalaciri tesebut maka nilai densitas paling tertinggi adalah m{I} = 0.8. 4. Namun jurusan belum dapat ditentukan karena masih terdapat satu gejalaciri lagi yaitu nilai tes pariwisata dengan densitas m{P} = 0.3, sehingga harus dicari lagi nilai kombinasi dari m 5 .

3. GejalaCiri 3 : Nilai Tes Wawancara

Dari hasil tes wawancara yang didapat oleh Tomy, diberikan densitas sebesar 0,3 maka nilai probabilitasnya adalah : m 4 {P} = 0,3 m 4 {θ} = 1 – 0,3 = 0,7 Tabel 2.2 : Aturan Kombinasi untuk m 5 {P } 0,3 θ 0,7 {I} 0,8 ∅ 0,24 {I} 0,56 {I,E} 0,15 ∅ 0,045 {I,E} 0,105 θ 0,05 {P} 0,015 θ 0,035 Dari hasil tabel kombinasi untuk m 5 diatas maka nilai densitas dari m 5 dapat ditentukan dengan rumus persamaan 2 sebagai berikut : m 5 {I} m 5 {I,E} Universitas Sumatera Utara m 5 {P} m 5 {θ} Maka dapat disimpulkan bahwa calon mahasiswa baru yang bernama Tomy lulus pada jurusan Teknik Informatika, dengan nilai densitas yang paling tidak jauh berbeda dengan nilai densitas awalnya yaitu dengan nilai m{I} = 0.783.

2.3 Metode

Certainty Factor Faktor Kepastian Certainty factor menampilkan derajat kepastian sama seperti teori Dempster-Shafer yang menggunakan notasi Bel. Certainty factor menggambarkan derajat kepercayaan atau ketidak percayaan, dimana hasil dari penjumlahan keduanya tidak selalu berjumlah 1. Certainty factor menggunakan M B H|E untuk menggambarkan nilai kepercayaan dari hipotesis H, Gejala E, dan M D H|E untuk nilai ketidakpercayaan dari hipotesis H, gejala E. Karena keterangan atau fakta bagian dari gejala salah satunya menyangkal hipotesis, M B H|E atau M D H|E maka nilainya harus nol untuk setiap H dan E. Jadi rumus untuk Certainty factor adalah sebagai berikut Coppin, 2004 : CFH|E = M B H|E – M D H|E ................................................................. 3 Keterangan : CFH|E : Certainty factor dari hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala evidence E. Besarnya CF berkisar antara -1 sampai dengan 1. Nilai -1 menunjukkan ketidakpercayaan mutlak sedangkan 1 menunjukkan kepercayaan mutlak. M B H|E : ukuran kenaikan kepercayaan measure of increased belief terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E. M D H|E : ukuran kenaikan ketidakpercayaan measure creased disbelief terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E. H : Hipotesis atau dugaan penyakit Universitas Sumatera Utara E : Evidence Peristiwa atau fakta Certainty Factor untuk kaidah dengan kesimpulan yang serupa Similiarly Concluded Rules : CF Combine CF[H|E] 1,2 = CF[H|E] 1 + CF[H|E] 2 [1 – CF[H|E] 1 ] ................... 4 CF Combine CF[H|E] old,3 = CF[H|E] old + CF[H|E]3 [1 – CF[H|E] old ] ............ 5

2.3.1 Contoh Kasus dan Perhitungan Certainty Factor CF pada Penelitian Sistem