Perbandingan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Stambuk 2014 Dengan Stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai Basic Life Support

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA STAMBUK 2014 DENGAN STAMBUK 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI BASIC LIFE SUPPORT

Oleh:

KALVIN RAVELI NIM: 110100364

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Perbandingan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Stambuk 2014 Dengan Stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

mengenai Basic Life Support

NAMA : Kalvin Raveli

NIM : 110100364

Pembimbing Penguji I

dr. Fitriani Lumongga, SpPA dr. Datten Bangun MSc, SpFK NIP. 196912212002122001 NIP. 130349092

Penguji II

dr. Harry Agustaf Asroel, Sp. THT-KL NIP. 197008121999031002

Medan, Januari 2014 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(3)

ABSTRAK

Henti jantung yang terjadi diluar rumah sakit {out of hospital cardiac arrest (OHCA)}adalah penyebab utama kematian pada orang dewasa di Amerika Serikat. Tepatnya 300.000 kejadian OHCA terjadi setiap tahun-nya di Amerika Serikat, tepatnya 92% dari orang-orang yang mengalami OHCA tidak terselamatkan.Namun hal tersebut dapat kita cegah dengan memberikan bantuan hidup dasar (basic life support) secara cepat dan tepat. Di Indonesia juga sudah dilakukan program pendidikan dan pelatihan basic life support kepada masyarakat oleh instansi tertentu seperti PMI (Palang Merah Indonesia). Dengan demikian, seharusnya masyarakat awam sudah mengetahui cara melakukan basic life suppor, termasuk mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat pengetahuan mahasiswa stambuk 2014 dengan stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai basic life support.

Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan desain penelitian cross sectional study. Penelitian dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara random sampling dengan besar sampel sebanyak 85 responden pada mahasiswa stambuk 2012 dan sebanyak 80 responden pada mahasiswa stambuk 2014, dimana data diambil dengan menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan.

Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa, pada mahasiswa stambuk 2012 sebanyak 53 orang (62,4%) dari total 85 responden memiliki pengetahuan baik, sedangkan pada mahasiswa stambuk 2014 sebanyak 63 orang (78,8%) dari total 80 responden memiliki pengetahuan sedang.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2012 mengenai Basic Life Support tergolong baik, sedangkan pada stambuk 2014 tergolong sedang.


(4)

ABSTRACT

Out Of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) is the main cause of death of adults in the United States of America. Approximately 300000 events of OHCA occured every year in the United States of America, approximately 92% of the people who experienced OHCA could not be rescued. But that matter could be prevented by giving a basic life support quickly and precisely. In Indonesia, there is also a program of education and training of basic life support given to the people by certain institution such as the Red Cross. Therefore, people should have known how to perform basic life support, including the students of medical faculty in the University of North Sumatera.

The objective purpose of this research is to measure the comparison of knowledge level between the students of batch 2014 and 2012 of medical faculty in the University of North Sumatera about basic life support.

This research use a descriptive method with a cross sectional design. The research is being conducted towards the students of medical faculty in the University of North Sumatera, the sampling method in this researchi is random sampling with 85 respondents from the students of batch 2012 and 80 respondents from the student of batch 2014, the instrument of this research is a questionnaire with 15 questions.

The conclusion of this research shows that the level of knowledge of the students of medical faculty in the University of North Sumatera of batch 2012 about basic life support is categorized as good, while the batch of 2014 is categorized as average.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah menciptakan manusia dengan akal dan budi, kehidupan yang patut penulis syukuri, keluarga yang mencintai dan teman-teman yang penuh semangat, karena berkat nya lah maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Perbandingan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Stambuk 2014 Dengan Stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai Basic Life Support disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Keberhasilan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari doa, motivasi, bantuan dan bimbingan yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. ibu dr. Fitriani Lumongga, Sp.PA selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Ibu dr. Datten Bangun, MSc, Sp.FK dan Bapak dr. Harry A. Asroel, Sp.THTselaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran, sehinggan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.


(6)

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Teman-teman angkatan 2011, Carvin, Giovani, Luthfi, Rezka, Boris, Juanto serta teman-teman seperjuangan satu bimbingan T. Ali akbar dan Josephine yan yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.

Terimakasih kepada Semua pihak atas bantuan moril dan materil yang diberikan kepada penulis, semoga Tuhan membalas segala amal kebaikan dengan imbalan yang lebih baik.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Saran dan kritik dari berbagai pihak akan penulis terima dengan tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran dan bekal di masa mendatang.

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Pengetahuan ... 5

2.2. Bantuan HIdup Dasar (basic life support) ... 7

2.2.1. Definisi ... 7

2.2.2. Tindakan ... 8

2.2.2.3. Jalan nafas (Airway) ... 14

2.2.2.4. Pernafasan (Breathing) ... 17

2.2.2.5. Penghentian CPR (Cardio pulmonary resuscitation) ... 19

2.2.2.6. Posisi Pemulihan (Recovery Position) ... 20


(8)

3.2. Definisi Operasional ... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23

4.1. Jenis Penelitian ... 23

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

4.3.1. Populasi ... 23

4.3.2. Sampel ... 23

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 25

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 26

4.6. Etika Penelitian ... 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1. Hasil Penelitian ... 28

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 28

5.1.2. Karakteristik Responden ... 28

5.2. Hasil Analisis Data ... 32

5.2.1. Distribusi Jawaban Responden Menurut Pertanyaan ... 32

5.2.2 Distribusi Pengetahuan Responden ... 33

5.3. Pembahasan ... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

6.1. Kesimpulan ... 36

6.2.Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 28

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 29

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Pendidikan BLS ... 30

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Yang Pernah Mendapatkan Pendidikan BLS ... 31

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Basic Life Support ... 32

Tabel 5.6 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Basic Life Support ... 33

Tabel 5.7 Distribusi Pengetahuan Responden Yang Pernah Mendapatkan Pendidikan BLS ... 33


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Algoritma Basic life support ... 8

Gambar 2.2 Periksa respon pasien dan panggil bantuan ... 9

Gambar 2.3 Letakkan tumit satu tangan pada bagian tengah tulang dda dan letakkan tumit tangan yang lain diatas tangan yang sebelumnya ... 13

Gambar 2.4 Eratkan jari-jari anda, posisi kedua lengan lurus dan tekan kebawah pada sternum dengan kedalaman minimal 5 cm. ... 13

Gambar 2.5 head tilt dan chin lift ... 15

Gambar 2.6 Jaw thrust ... 16

Gambar 2.7 Tiup udara kedalam mulut sambil perhatikan dada mengembang, lepaskan mulut dan lihat dada mengempis karena udara keluar. ... 18


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ... Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 ... Lembar Penjelasan

Lampiran 3 ... Informed Consent

Lampiran 4 ... Kuesioner

Lampiran 5...Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 6...Master Data

Lampiran 7... Ethical Clearance


(12)

DAFTAR SINGKATAN

ACLS : Advanced Cardiac Life Support AED : Automated External Defibrillator AHA : American Heart Association BLS : Basic Life Support

CPR : Cardio Pulmonary Resuscitation ECG : Electro Cardio Graphy

EMS : Emergency Medical Services

FK UI : Fakultas Kedokeran Universitas Indonesia FK UNAIR : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga FK USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara HMI : Himpunan Mahasiswa Islam

MER-C : Medical Emergency Rescue Committee MET : Medical Emergency Team

OHCA : Out Hospital Cardiac Arrest PHBI : Panitia Hari Besar Islam PMI : Palang Merah Indonesia

PTBMMKI : Persatuan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia

RJP : Resusitasi Jantung Paru

ROSC : Return Of Spontaneus Circulation TBM : Tim Bantuan Medis


(13)

ABSTRAK

Henti jantung yang terjadi diluar rumah sakit {out of hospital cardiac arrest (OHCA)}adalah penyebab utama kematian pada orang dewasa di Amerika Serikat. Tepatnya 300.000 kejadian OHCA terjadi setiap tahun-nya di Amerika Serikat, tepatnya 92% dari orang-orang yang mengalami OHCA tidak terselamatkan.Namun hal tersebut dapat kita cegah dengan memberikan bantuan hidup dasar (basic life support) secara cepat dan tepat. Di Indonesia juga sudah dilakukan program pendidikan dan pelatihan basic life support kepada masyarakat oleh instansi tertentu seperti PMI (Palang Merah Indonesia). Dengan demikian, seharusnya masyarakat awam sudah mengetahui cara melakukan basic life suppor, termasuk mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat pengetahuan mahasiswa stambuk 2014 dengan stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai basic life support.

Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan desain penelitian cross sectional study. Penelitian dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara random sampling dengan besar sampel sebanyak 85 responden pada mahasiswa stambuk 2012 dan sebanyak 80 responden pada mahasiswa stambuk 2014, dimana data diambil dengan menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan.

Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa, pada mahasiswa stambuk 2012 sebanyak 53 orang (62,4%) dari total 85 responden memiliki pengetahuan baik, sedangkan pada mahasiswa stambuk 2014 sebanyak 63 orang (78,8%) dari total 80 responden memiliki pengetahuan sedang.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2012 mengenai Basic Life Support tergolong baik, sedangkan pada stambuk 2014 tergolong sedang.


(14)

ABSTRACT

Out Of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) is the main cause of death of adults in the United States of America. Approximately 300000 events of OHCA occured every year in the United States of America, approximately 92% of the people who experienced OHCA could not be rescued. But that matter could be prevented by giving a basic life support quickly and precisely. In Indonesia, there is also a program of education and training of basic life support given to the people by certain institution such as the Red Cross. Therefore, people should have known how to perform basic life support, including the students of medical faculty in the University of North Sumatera.

The objective purpose of this research is to measure the comparison of knowledge level between the students of batch 2014 and 2012 of medical faculty in the University of North Sumatera about basic life support.

This research use a descriptive method with a cross sectional design. The research is being conducted towards the students of medical faculty in the University of North Sumatera, the sampling method in this researchi is random sampling with 85 respondents from the students of batch 2012 and 80 respondents from the student of batch 2014, the instrument of this research is a questionnaire with 15 questions.

The conclusion of this research shows that the level of knowledge of the students of medical faculty in the University of North Sumatera of batch 2012 about basic life support is categorized as good, while the batch of 2014 is categorized as average.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bantuan hidup dasar (basic life support) adalah suatu tindakan pada saat pasien ditemukan dalam keadaan tiba-tiba tidak bergerak, tidak sadar, atau tidak bernafas, maka periksa respon pasien. (Mansjoer, 2009)

BLS (basic life support) adalah dasar dari penyelamatan nyawa yang diikuti henti jantung. Aspek-aspek mendasar dari BLS pada orang dewasa mencakupi pengenalan segera terhadap henti jantung tiba-tiba dan aktivasi sistem respon gawat-darurat, performa awal dari CPR (cardio pulmonary resuscitation) , dan defibrilasi cepat ketika sesuai. (Hazinski, 2010)

CPR (cardio pulmonary resuscitation) adalah rangkaian tindakan penyelamatan nyawa yang meningkatkan kesempatan hidup terkait henti jantung. (Hazinski, 2010).

Henti jantung yang terjadi diluar rumah sakit {out of hospital cardiac arrest (OHCA)}adalah penyebab utama kematian pada orang dewasa di Amerika Serikat. Tepatnya 300.000 kejadian OHCA terjadi setiap tahun-nya di Amerika Serikat, tepatnya 92% dari orang-orang yang mengalami OHCA tidak terselamatkan. OHCA didefinisikan sebagai hilangnya aktivitas mekanikal jantung yang dikonfimasi dengan tidak adanya tanda sirkulasi dan terjadi di luar rumah sakit. (McNally, 2011). Berdasarkan data diatas, dapat kita ketahui bahwa kejadian henti jantung sangat banyak terjadi dan dapat berakibat kepada kematian. Namun hal tersebut dapat kita cegah dengan memberikan bantuan hidup dasar (basic life support) secara cepat dan tepat. Basic life support harus segera dilakukan secara cepat dan tepat sebab dalam waktu 3-5 menit segera setelah henti jantung terjadi, korban akan mengalami kerusakan otak dan bahkan kematian.


(16)

memberikan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat mengenai basic life

support. Pendidikan dan pelatihan tersebut pun membuahkan hasil dengan

meningkatnya angka harapan hidup (survival rate) akibat pertolongan BLS yang dilakukan oleh orang sekitar (bystander). Menurut McNally, setelah 3.400 kasus OHCA yang terjadi setelah kedatangan EMS di eksklusikan, informasi CPR oleh orang sekitar yang dianalisis adalah sebanyak 28.289 kasus. Harapan hidup pasien secara keseluruhan setelah keluar dari rumah sakit yang kejadian nya tidak disaksikan oleh personil EMS adalah 8.5%. Dari sekian, pasien-pasien yang menerima CPR oleh orang sekitar memiliki angka harapan hidup secara keseluruhan yang signifikan lebih tinggi (11.2%) daripada mereka yang tidak (7.0%) (p<0.001). Dan menurut Newman, angka harapan hidup secara keseluruhan setelah di nilai dan tangani oleh EMS adalah 5,2% dan 10,4%, sedangkan angka harapan hidup secara keseluruhan setelah disaksikan oleh orang sekitar adalah 31,7%. Berdasarkan data yang tercantum diatas, terbukti bahwa angka harapan hidup meningkat pada korban yang ditolong terlebih dahulu oleh masyarakat awam.

Di Indonesia juga telah dilakukan program pendidikan dan pelatihan basic life support kepada masyarakat oleh instansi tertentu seperti PMI (Palang Merah Indonesia) bahkan juga dilakukan oleh mahasiswa medis yang tergabung dalam PTBMMKI (Persatuan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia). Dan menurut (Felayati, 2011) hasil penelitian mengenai gambaran pengetahuan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2008 tentang bantuan hidup dasar di Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa rata-rata responden berpengetahuan sedang yaitu sebanyak 36 orang (56,3%) dari total responden 64 orang. Dengan demikian, seharusnya masyarakat awam sudah mengetahui cara melakukan basic life support termasuk mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(17)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang dapat dijabarkan dalam rumusan: bagaimana perbandingan tingkat pengetahuan mahasiswa stambuk 2014 dengan stambuk 2012 FK USU mengenai basic life support .

1.3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan tingkat pengetahuan mahasiswa stambuk 2014 dengan stambuk 2012 FK USU mengenai basic life support.

b. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa stambuk 2012 FK USU mengenai basic life support.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa stambuk 2014 FK USU mengenai basic life support.

3. Mengetahui perbandingan tingkat pengetahuan mahasiswa stambuk 2014 dengan stambuk 2012 FK USU mengenai basic life support.


(18)

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian maka disusun manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Manfaat bagi FK USU: Data atau informasi hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi FK USU untuk lebih memberikan perhatian terhadap pendidikan dan pelatihan kepada mahasiswa mengenai keterampilan basic life support dalam penanganan kegawatdaruratan.

2. Data atau informasi hasil penelitian ini dapat menjadi bahan untuk melakukan penelitian lain yang berkaitan dengan basic life support.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


(20)

c. Aplikasi (application)

Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek . (Notoadmojo, 2003)


(21)

2.2. Bantuan HIdup Dasar (basic life support) 2.2.1. Definisi

Bantuan hidup dasar (basic life support) adalah suatu tindakan pada saat pasien ditemukan dalam keadaan tiba-tiba tidak bergerak, tidak sadar, atau tidak bernafas, maka periksa respon pasien. (Mansjoer, 2009)

Tujuan utama dari bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan oksigenasi darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah-oksigenasi ke jaringan tubuh (Alkatiri, 2007)

BLS (basic life support) adalah dasar dari penyelamatan nyawa yang diikuti henti jantung. Aspek-aspek mendasar dari BLS pada orang dewasa mencakupi pengenalan segera terhadap henti jantung tiba-tiba dan aktivasi sistem respon gawat-darurat, performa awal dari CPR (cardio pulmonary resuscitation) , dan defibrilasi cepat ketika sesuai. (Hazinski, 2010)

Henti jantung adalah keadaan terhentinya aliran darah dalam sistem sirkulasi tubuh secara tiba-tiba akibat terganggunya efektivitas kontraksi jantung saat sistolik. (Mansjoer, 2009)

Tindakan resusitasi jantung paru (cardio pulmonary resuscitation) dilakukan oleh tenaga medis bila sudah ditegakkan masalah henti jantung. (Mansjoer, 2009)

CPR (cardio pulmonary resuscitation) adalah rangkaian tindakan penyelamatan nyawa yang meningkatkan kesempatan hidup terkait henti jantung. (Hazinski, 2010)


(22)

2.2.2. Tindakan

Basic life support terdiri dari bagian-bagian utama berupa: a. Kompresi dada

b. Jalan nafas c. Pernafasan d. Defibrilasi (acls123.com)


(23)

2.2.2.1. Periksa Respon dan Layanan Kedaruratan Medis

Penilaian dan lokasi aman:

1. Penolong pertama yang tiba disamping korban harus segera yakin bahwa lokasi aman.

2. Penolong kemudian seharusnya memeriksa respon korban. Teriak, “apakah anda baik-baik saja?”

3. Jika korban tidak bernafas atau tidak bernafas secara normal, anda harus mengaktivasi sistem respon gawat-darurat. (acls123.com)

Ikuti langkah-langkah awal bantuan hidup dasar pada orang dewasa:

1. Nilai respon korban dan lihat pernafasan normal atau tidak. Apabila tidak ada respon dan tidak bernafas atau tidak bernafas secara normal, panggil bantuan. 2. Jika anda sendiri, aktivasi sisterm respon gawat-darurat dan minta AED

(Automated External Defibrillator) jika tersedia dan kembali ke korban. 3. Periksa pulsasi korban (lakukan dalam 5 tapi tidak lebih dari 10 detik)

4. Bila anda tidak merasakan adanya pulsasi dalam 10 detik, lakukan 5 siklus kompresi dan nafas (30:2), dimulai dengan kompresi terlebih dahulu (C-A-B sequence) (acls123.com)

Gambar 2.2 Periksa respon pasien dan panggil bantuan (sumber: ERC guidelines, 2010)


(24)

2.2.2.2. Sirkulasi (Circulation)

Sirkulasi (Circulation) adalah upaya untuk mempertahankan sirkulasi darah baik dengan obat-obatan maupun dengan kompresi dada. Penilaian sistem sirkulasi darah (circulation) dilakukan dengan menilai adanya pulsasi arteri karotis. Penilaian ini maksimal dilakukan selama 5 detik, bila tidak ditemukan nadi maka dilakukan kompresi jantung yang efektif. (Mansjoer, 2009)

Dalam banyak keadaan akan mungkin untuk mengidentifikasi posisi tangan yang benar pada kompresi dada tanpa melepaskan pakaian korban. Tetapi apabila ada keraguan, lepaskan pakain luar. (Nolan J. , 2010)

Setiap kali kompresi dilakukan pada orang dewasa, penolong seharusnya meletakkan tangannya pada setengah bagian bawah dari tulang dada. Direkomendasikan bahwa lokasi ini diajarkan dengan cara yang mudah, seperti letakkan tumit tangan anda pada bagian tengah dari dada dengan tangan lain berada diatasnya. Pengajaran ini seharusnya didampingi demonstrasi dengan meletakkan tangan pada setengah bagian bawah dari tulang dada. Gunakan garis antar puting susu sebagai landasan untuk peletakan tangan tidaklah bisa dipercaya. (Nolan J. , 2010)


(25)

Melakukan kompresi dada:

1. Kompresi dada dengan kecepatan 100-120 x/menit.

2. Setiap kompresi dilakukan, letakkan tangan tanpa ditunda pada bagian tengah dari dada.

3. Perhatikan agar terdapat kompresi penuh dengan kedalaman 5-6 cm.

4. Biarkan dada untuk kembali ke posisi semula secara sempurna pada setiap kompresi.

5. Ambil secara tepat jumlah waktu yang sama untuk kompresi dan relaksasi. 6. Minimalisir interupsi pada kompresi dada.

7. Jangan bergantung pada pulsasi karotis atau femoral yang teraba sebagai tanda aliran darah arteri yang efektif.

8. Laju kompresi merujuk kepada kecepatan kompresi yang diberikan bukan jumlah yang diberikan setiap menit. Jumlah yang diberikan bukan hanya ditentukan oleh laju, tetapi juga oleh jumlah interupsi untuk membebaskan jalan nafas, pemberian nafas bantuan, dan analisis AED. (Nolan J. , 2010)

Mulai kompresi dada dengan cara berikut: 1. Berlutut di sisi korban.

2. Letakkan tumit salah satu tangan pada bagian tengah dari dada korban (setengah bagian bawah dari tulang dada korban).

3. Letakkan tumit dar tangan yang satu lagi diatas tangan pertama.

4. Eratkan jari-jari tangan anda dan pastikan tidak menekan tulang rusuk korban. Jangan beri tekanan pada perut bagian atas atau bagian bawah dari tulang dada.

5. Posisikan diri secara vertikal diatas dada pasien dan dengan kedua lengan lurus, tekan ke bawah pada tulang dada dengan kedalaman 5-6 cm.

6. Setelah setiap kompresi, lepaskan semua tekanan pada dada tanpa kehilangan kontak antara tangan dengan tulang dada. Ulangi dengan kecepatan 100-120 x/menit. (Nolan J. , 2010)


(26)

Kombinasi kompresi dada dengan nafas bantuan:

1. Setelah 30 kompresi buka jalan nafas dengan cara head tilt dan chin lift. 2. Katupkan bagian lunak hidung hingga tertutup dengan menggunakan jari

telunjuk dan ibu jari dari tangan anda yang berada di kening korban. 3. Biarkan mulut korban terbuka, tetapi pertahankan posisi chin lift.

4. Ambil nafas secara normal dan katupkan bibir anda pada sekeliling mulut korban, pastikan terkatup rapat.

5. Tiup secara konstan kedalam mulut sambil melihat dada korban yang mengembang; gunakan waktu 1 detik untuk mengembangkan dada korban seperti ketika bernafas normal; ini adalah nafas bantuan yang efektif.

6. Pertahankan posisi head tilt dan chin lift, lepaskan mulut anda dari korban dan liat dada korban mengempis saat udara keluar.

7. Ambil nafas secara normal lagi dan tiupkan kedalam mulut korban sekali lagi untuk memberikan sejumlah total 2 nafas bantuan efektif. Kedua nafas tersebut tidak seharusnya dilakukan lebih dari 5 detik. Kemudian kembalikan posisi tangan anda tanpa ditunda pada posisi yang tepat pada tulang dada dan berikan 30 kompresi dada.

8. Lanjutkan kompresi dada dan nafas bantuan dengan perbandingan 30:2.

9. Berhenti untuk mengecek korban hanya bila korban menunjukkan tanda pulihnya kesadaran, seperti batuk, membuka mata, berbicara, atau bergerak dan mulai bernafas secara normal; jika tidak maka jangan mengganggu resusitasi. (Nolan J. , 2010)


(27)

Gambar 2.3 Letakkan tumit satu tangan pada bagian tengah tulang dda dan letakkan tumit tangan yang lain diatas tangan yang sebelumnya (sumber: ERC guidelines, 2010)

Gambar 2.4 Eratkan jari-jari anda, posisi kedua lengan lurus dan tekan kebawah pada sternum dengan kedalaman minimal 5 cm. (sumber: ERC guidelines, 2010)


(28)

2.2.2.3. Jalan nafas (Airway)

Jalan nafas (Airway) adalah upaya untuk mempertahankan jalan nafas yang dapat dilakukan secara non-invasif maupun invasif. (Mansjoer, 2009)

Pasien yang membutuhkan resusitasi sering memiliki sumbatan jalan nafas, biasanya akibat sekunder dari kehilangan kesadaran, tapi kadang disebabkan secara primer oleh henti jantung paru. Penilaian awal, dengan kontrol jalan nafas dan ventilasi paru, adalah penting. Ini dapat membantu mecegah kerusakan sekunder akibat hipoksia terhadap otak dan organ vital lainnya. Tanpa oksigenasi yang adekuat, akan tidak mungkin untuk dapat mengembalikan spontaneous cardiac output. (Nolan J. e., 2010)

Sumbatan jalan nafas bisa terjadi secara parsial atau komplit. Hal itu bisa terjadi pada tingkat apa saja, dari hidung dan mulut turun ke trakea. Pada pasien tidak sadar, lokasi paling sering adalah soft palate dan epiglottis. Sumbatan juga dapat terjadi akibat muntah atau darah (regurgitasi isi lambung atau trauma), atau oleh Karena benda asing. Sumbatan laring dapat disebabkan oleh edema akibat terbakar, inflamasi atau anafilaksis. Stimulasi saluran nafas atas bisa menyebabkan spasme laring. Sumbatan saluran nafas bawah sangat jarang, tapi dapat terjadi akibat sekresi bronkus yang berlebihan, edema mukosa, bronkospasme, edema pulmonal atau aspirasi isi lambung. (Nolan J. e., 2010)


(29)

Manjemen jalan nafas

Ketika derajat obstruksi telah dikenali, penentuan segera harus dilakukan untuk membebaskan dan mempertahankan jalan nafas. Terdapat tiga cara yang akan meningkatkan patensi jalan nafas yang tersumbat oleh lidah atau struktur lain pada saluran nafas atas: head tilt, chin lift, dan jaw thrust. (Nolan J. e., 2010)

Head tilt dan chin lift

Tangan penolong diletakkan pada kening pasien dan secara halus menekan kepala ke belakang: ujung jari dari tangan lain diletakkan dibawah ujung dagu pasien, yang secara halus diangkat untuk meluruskan stuktur leher bagian depan.

Gambar 2.5 head tilt dan chin lift (sumber: ERC guidelines, 2010)

Jaw thrust

Jaw thrust adalah cara alternatif untuk menarik rahang bawah kedepan dan melepaskan sumbatan oleh soft palate dan epiglottis. Jari telunjuk penolong dan jari-jari lainnya diletakkan dibelakang sudut rahang bawah, dan tekanan diberi kearah atas dan depan. Dengan ibu jari, mulut dibuka sedikit dengan menurunkan


(30)

Gambar 2.6 Jaw thrust (sumber: ERC guidelines, 2010)

Metode-metode sederhana ini sangatlah sukses dilakukan pada kebanyakan kasus sumbatan jalan nafas akibat relaksasi jaringan lunak. Jika jalan nafas tidak dapat bebas, cari penyebab lain sumbatan jalan nafas. Gunakan usap jari, forceps, atau suction untuk mengambil benda asing pada mulut. (Nolan J. e., 2010)


(31)

2.2.2.4. Pernafasan (Breathing)

Pernafasan (Breathing) adalah upaya untuk memberikan pernafasan atau ventilasi. Penilaian pernapasan dengan memantau atau observasi dinding dada pasien dengan cara melihat (look) naik dan turunnya dinding dada, mendengar (listen) udara yang keluar saat ekshalasi, dan merasakan (feel) aliran udara yang menghembus dipipi penolong. (Mansjoer, 2009)

Berikan ventilasi buatan segera mungkin kepada pasien yang ventilasi spontan tidak adekuat atau hilang. Ventilasi udara ekspirasi (nafas buatan) adalah efektif, tapi konsentrasi oksigen yang di ekspirasi penolong hanya 16-17%, jadi harus segera digantikan dengan ventilasi udara yang kaya oksigen. (Nolan J. e., 2010)

Selama melakukan CPR, tujuan dari ventilasi adalah untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan untuk memgeluarkan CO2.

Rekomendasi saat ini adalah, penolong memberikan setiap nafas bantuan sekitar 1 detik, dengan volume yang cukup untuk mengembangkan dada, tapi menghindari nafas yang cepat atau dipaksa. Waktu yang dibutuhkan untuk memberi dua nafas tidak boleh melebihi 5 detik. Rekomendasi ini berlaku untuk semua cara ventilasi selama CPR, termasuk mouth-to-mouth dan bag-mask ventilation dengan atau tanpa oksigen tambahan. (Nolan J. e., 2010)


(32)

Cara memberikan nafas bantuan melalui mulut ke mulut (Mouth-to-mouth rescue breathing):

Nafas bantuan melalui mulut ke mulut memberi oksigen dan ventilasi kepada korban. Untuk melakukan nafas bantuan mulut ke mulut, buka jalan nafas korban, jepit hidung korban, dan katupkan mulut ke mulut hingga kedap udara. Beri 1 nafas untuk 1 detik, ambil nafas biasa (bukan dalam), dan beri nafas bantuan kedua untuk 1 detik. Ambil nafas biasa daripada nafas dalam mencegah penolong untuk menjadi pusing dan mencegah inflasi berlebihan pada paru korban. (Hazinski, 2010)

Gambar 2.7 Tiup udara kedalam mulut sambil perhatikan dada mengembang, lepaskan mulut dan lihat dada mengempis karena udara keluar. (sumber: ERC guidelines, 2010)


(33)

2.2.2.5. Penghentian CPR (Cardio pulmonary resuscitation)

Menurut Nolan, usaha CPR dihentikan jika terjadi hal-hal berikut:

a. Sudah melewati 15 menit atau lebih sejak korban kolaps. b. Tidak ada dilakukan CPR sebelum kedatangan ambulans.

c. Tidak ada kecurigaan tenggelam, hipotermia, keracunan/overdosis, atau kehamilan.

d. Asystole lebih dari 30 detik pada monitor ECG.

Menurut Mansjoer, usaha CPR dihentikan jika terjadi hal-hal berikut:

a. Sirkulasi dan ventilasi spontan secara efektif telah membaik.

b. Perawatan dilanjutkan oleh tenaga medis di tempat rujukan atau di tingkat perawatan yang lebih tinggi.

c. Ada kriteria yang jelas menunjukkan sudah terjadi kematian yang irreversible d. Penolong sudah tidak dapat meneruskan tindakan karena lelah.

e. Ada keadaan lingkungan yang membahayakan.


(34)

2.2.2.6. Posisi Pemulihan (Recovery Position)

Posisi pemulihan (Recovery position) dilakukan setelah pasien ROSC (Return of Spontaneous Circulation). Urutan tindakan recovery position meliputi:

1. Berlutut disisi korban dan pastikan kedua kaki lurus.

2. Letakkan lengan yang disebelah penolong kearah kanan membentuk sudut terhadap tubuh, siku ditekuk dengan tangan dikepal.

3. Ambil tangan yang lain dan silangkan ke dada, tahan punggung tangan pada pipi korban yang disebelah penolong.

4. Dengan tangan penolong yang lain, cengkram tungkai kaki sedikit diatas lutut dan tarik ke atas, memastikan kaki berada diatas tanah.

5. Sesuaikan posisi tungkai kaki agar pinggul dan lutut terlipat pada arah yang benar.

6. Angkat kepala ke belakang untuk memastikan jalan nafas tetap terbuka. 7. Atur posisi tangan dibawah pipi, jika perlu, untuk memastikan posisi kepala

tetap dan menghadap kebawah agar cairan dari mulut dapat keluar. 8. Periksa nafas secara teratur.


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Gambar 3. 1 Kerangka konsep

3.2. Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai basic life support.

2. Basic life support adalah: bagian dari tindakan resusitasi jantung paru otak yang bertujuan untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal.

3. Mahasiswa stambuk 2014 FK USUadalah mahasiswa yang baru saja melanjutkan pendidikan ke tingkat universitas di FK USU.

4. Mahasiswa stambuk 2012 FK USU adalah mahasiswa yang sudah kuliah Perbandingan tingkat pengetahuan

mahasiswa FK USU -Stambuk 2014 -Stambuk 2012


(36)

5. Cara ukur pada penelitian ini adalah dengan metode angket.

6. Alat ukur berupa kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 15 pertanyaan tertutup dengan 3 pilihan jawaban, dimana setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.

7. Hasil ukur dengan melakukan pengukuran tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU mengenai basic life support berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden menggunakan skala pengukuran (Arikunto, 2007) dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

a. Pengetahuan baik apabila jawaban responden yang benar sebanyak 10-15 pertanyaan.

b. Pengetahuan sedang apabila jawaban responden yang benar sebanyak 5-10 pertanyaan.

c. Pengetahuan kurang apabila jawaban responden yang benar sebanyak 1-5 pertanyaan.


(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini berjenis deskriptif dengan desain penelitian cross sectional dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat pengetahuan mahasiswa stambuk 2014 dengan stambuk 2012 FK USU mengenai basic life support.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di FK USU. Pengambilan dan pengumpulan data dilakukan pada bulan November 2014.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karekteristik tertentu. (Sastroasmoro, 2011)

Pada penelitian ini populasinya adalah mahasiswa stambuk 2014 dan stambuk 2012 FK USU, yang berjumlah sebanyak 538 dan 271 orang secara berurutan.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2011). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara random sampling dimana cara


(38)

Kriteria inklusi yaitu:

a. Responden adalah mahasiswa stambuk 2014 dan stambuk 2012 FK USU b. Responden bersedia mengisi kuesioner

Kriteria eksklusi yaitu:

a. Mahasiswa selain mahasiswa stambuk 2014 dan stambuk 2012 FK USU

Adapun besar sampel yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus dibawah ini:

Dimana : n = besar sampel minimum N = besar populasi

Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku table Z) pada α tertentu

P = harga proporsi di populasi

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

Pada penelitian ini, tingkat kepercayaan dikehendaki sebesar 95% sehingga

untuk Zα dua arah diperoleh nilai Z1-α/2 = 1,96. Nilai P yang ditetapkan adalah 0,5

N Z21-α/2 P (1-P) n =


(39)

Berdasarkan rumus diatas, pada stambuk 2012, besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian adalah:

� = 538 (1.96)

2. 0.5 (10.5)

(538−1)(0.1) 2+ (1.96)2. 0.5 (10.5)

n = 82

Dengan demiikian, pada stambuk 2012,besar sampel yang diperlukan pada penelitian ini adalah 82 orang, dan pada penelitian ini diambil sebanyak 85 orang.

Sedangkan pada stambuk 2014, besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian adalah:

� = 271 (1.96)

2. 0.5 (10.5)

(271−1)(0.1) 2+ (1.96)2. 0.5 (10.5)

n = 72

Dengan demiikian, pada stambuk 2014, besar sampel yang diperlukan pada penelitian ini adalah 72 orang, dan pada penelitian ini diambil sebanyak 80 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer ini dikumpulkan dengan metode angket, yaitu dengan menggunakan instrumen kuesioner. Data sekunder adalah data jumlah mahasiswa stambuk 2014 dan stambuk 2012 FK USU yang diperoleh dari Pusat Sistem Informasi USU.


(40)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu

(Wahyuni, 2007).

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan, data dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden.

2. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

4. Cleaning

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving


(41)

4.6. Etika Penelitian

Peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka hakekatnya sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam pertimbangan etik, yaitu responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak tanpa ada sanksi apapun. Agar tidak menimbulkan penderitaan bagi responden, peneliti harus memberikan penjelasan dan informasi secara lengkap dan rinci serta bertanggung jawab jika terjadi sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini pada responden. Responden harus diperlakukan secara baik sebelum, selama dan sesudah penelitian. Responden tidak boleh didiskriminasikan jika menolak untuk melanjutkan subjek penelitian. Data yang diperoleh harus dijaga kerahasiaannya.


(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan dr.Mansyur No. 5 Medan.

5.1.2. Karakteristik Responden

Berikut adalah tabel-tabel yang mendeskripsikan karakteristik responden dalam penelitian ini.

Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

2012 2014

N % N %

Laki-laki Perempuan 33 52 38,8 61,2 39 41 48,8 51,3

Total 85 100,0 80 100,0

Dari tabel 5.1, Pada mahasiswa stambuk 2012, terlihat bahwa dari keseluruhan 85 responden, didapati responden terbanyak ialah perempuan dengan total sebanyak 52 orang (61,2%) dibandingkan dengan laki-laki dengan total


(43)

Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Usia Responden 2012 2014

N % N %

17 1 1,2 23 28,8

18 1 1,2 50 62,5

19 14 16,5 6 7,5

20 58 68,2 1 1,3

21 9 10,6 0 0

22 2 2,4 0 0

Total 85 100,0 80 100,0

Dari tabel 5.2, Pada mahasiswa stambuk 2012, terlihat bahwa responden terbanyak ialah reponden berusia 20 tahun sebanyak 58 responden (68,2%), usia 19 tahun sebanyak 14 responden (16,5%), usia 21 tahun sebanyak 9 responden (10,6%), usia 22 tahun sebanyak 2 responden (2,4%), usia 18 tahun sebanyak 1 responden (1,2%), dan usia 17 tahun sebanyak 1 responden (1,2%). Sedangkan pada mahasiswa stambuk 2014, terlihat bahwa responden terbanyak ialah reponden berusia 18 tahun sebanyak 50 responden (62,5%), usia 17 tahun sebanyak 23 responden (28,8%), usia 19 tahun sebanyak 6 responden (7,5%), dan usia 20 tahun sebanyak 1 responden (1,3%).


(44)

Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Pendidikan BLS

Pendidikan BLS

2012 2014

N % N %

Tidak Pernah 55 64,7 72 90,0

Pernah 30 35,3 8 10,0

Total 85 100,0 80 100,0

Dari tabel 5.3, Pada mahasiswa stambuk 2012, terlihat bahwa dari keseluruhan 85 responden, didapati sebanyak 30 responden (35,3%) yang pernah mendapatkan pendidikan BLS dan sebanyak 55 responden (64,7%) yang tidak pernah mendapatkan pendidikan BLS. Sedangkan pada mahasiswa stambuk 2014, terlihat bahwa dari keseluruhan 80 responden, didapati sebanyak 8 responden (10%) yang pernah mendapatkan pendidikan BLS dan sebanyak 72 responden (90%) yang tidak pernah mendapatkan pendidikan BLS.


(45)

Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Responden Yang Pernah Mendapatkan Pendidikan BLS

SUMBER INFORMASI

Stambuk

2012 2014

N % N %

ACLS 1 3,3 - -

FK UI - - 1 12,5

FK UNAIR 1 3,3 - -

FK USU 2 6,7 - -

HMI FK USU - - 1 12,5

HMI, PHBI, TEMILNAS 1 3,3 - -

MER-C 2 6,7 - -

MER-C DAN HMI 1 3,3 - -

MET FK USU - - 3 37,5

ORGANISASI - - 1 12,5

SEKOLAH 7 23,3 2 25

SEMINAR 1 3,3 - -

TBM FK USU 13 43,3 - -

TIDAK DIKETAHUI 1 3,3 - -

TOTAL 30 100,0 8 100

Dari tabel 5.4, Pada mahasiswa stambuk 2012, dari keseluruhan 30 responden (35,3%) yang pernah mendapatkan pendidikan BLS, sebanyak 13 responden (43,3%) mendapatkan pendidikan BLS dari TBM FK USU, 7 responden (23,3%) dari sekolah, 2 responden (6,7%) dari MER-C, 1 responden (3,3%) dari HMI, PHBI, dan TEMILNAS, 1 responden (3,3%) dari MER-C dan HMI, 1 responden (3,3%) dari seminar, dan 1 responden (3,3%) tidak diketahui sumber informasinya. Pada mahasiswa stambuk 2014, terlihat bahwa dari keseluruhan 8 responden (10%) yang pernah mendapatkan pendidikan BLS, sebanyak 3 responden (37,5%) mendapatkan pendidikan BLS dari MET FK USU,


(46)

5.2. Hasil Analisis Data

5.2.1. Distribusi Jawaban Responden Menurut Pertanyaan

Data lengkap distribusi jawaban responden untuk setiap pertanyaan memgenai pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2012 dan angkatan 2014 tentang Basic Life Support dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini:

Tabel 5. 5 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Basic Life Support

No Item Pertanyaan

2012 2014

Benar Salah Benar Salah

N % N % N % N %

1. Pengertian Bantuan Hidup Dasar 72 84,7 13 15,3 71 88,8 9 11,3 2. Tujuan Bantuan Hidup Dasar 10 11,8 75 88,2 3 3,8 77 96,3 3. Siapa yang dapat melakukan

Bantuan Hidup Dasar 76 89,4 9 10,6 76 95,0 4 5,0 4. Indikasi Bantan Hidup Dasar 72 84,7 13 15,3 28 35,0 52 65,0 5. Rangkaian Bantuan Hidup Dasar 76 89,4 9 10,6 65 81,3 15 18,8 6. Penanganan awal korban tidak

sadar 69 81,2 16 18,8 59 73,8 21 26,3

7. Penanganan selanjutnya jika

korban masih tidak sadar 32 37,6 53 62,4 7 8,8 73 91,3 8. Cara membebaskan jalan nafas 61 71,8 24 28,2 21 26,3 59 73,8 9. Lokasi titik tumpu pijat jantung 55 64,7 30 35,3 39 48,8 41 51,3 10. Tempat melakukan pijat jantung 67 78,8 18 21,2 40 50,0 40 50,0 11. Frekuensi pijat jantung 38 44,7 47 55,3 14 17,5 66 82,5 12. Kedalaman tekanan pijat jantung 56 65,9 29 34,1 44 55,0 36 45,0 13. Posisi pemulihan 72 84,7 13 15,3 59 73,8 21 26,3


(47)

5.2.2 Distribusi Pengetahuan Responden

Tabel 5. 6 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Basic Life Support

Tingkat Pengetahuan

Stambuk

2012 2014

N % N %

Baik 53 62,4 8 10,0

Kurang 4 4,7 9 11,3

Sedang 28 32,9 63 78,8

Total 85 100,0 80 100,0

Dari tabel 5.6, pada mahasiswa stambuk 2012 diperoleh kelompok responden tertinggi memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 53 orang (62,4%), dan kelompok responden terendah dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (4,7%). Sedangkan pada mahasiswa stambuk 2014 diperoleh kelompok responden tertinggi memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 63 orang (78,8%), dan kelompok responden terendah dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 8 orang (10%).

Tabel 5. 7 Distribusi Pengetahuan Responden Yang Pernah Mendapatkan Pendidikan BLS

Tingkat Pengetahuan

Stambuk

2012 2014

N % N %

Baik 25 83,3 1 12,5

Kurang - - - -

Sedang 5 16,7 7 87,5

Total 30 100,0 8 100,0

Dari tabel 5.7, pada mahasiswa stambuk 2012 diperoleh responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 25 orang (83,3%), dan dengan tingkat pengetahuan sedang sebanyak 5 orang (16,7%). Sedangkan pada mahasiswa stambuk 2014 diperoleh responden dengan tingkat pengetahuan sedang sebanyak


(48)

5.3. Pembahasan

Dari hasil penelitian, pada mahasiswa stambuk 2012, sebanyak 30 responden (35,3%) pernah mendapatkan pendidikan BLS, dimana responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 25 orang (83,3%), dan dengan tingkat pengetahuan sedang sebanyak 5 orang (16,7%). Sedangkan pada mahasiswa stambuk 2014, sebanyak 8 responden (10%) pernah mendapatkan pendidikan BLS, dimana responden dengan tingkat pengetahuan sedang sebanyak 7 orang (87,5%), dan dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 1 orang (12,5%). Dengan demikian maka, pada mahasiswa stambuk 2012 yang pernah mendapatkan pendidikan BLS memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa stambuk 2014 yang pernah mendapatkan pendidikan BLS.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun sudah pernah mendapatkan pendidikan BLS, mahasiswa bisa saja tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai BLS. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengetahuan yang menurun seiring berjalan nya waktu dan membutuhkan pendidikan dan pelatihan berulang secara berkala agar pengetahuan menjadi lebih baik. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kumar, 2013), Perbandingan mahasiswa yang pernah mendapatkan pelatihan dengan yang tidak pernah mendapatkan pelatihan, menunjukkan bahwa pelatihan meningkatkan pengetahuan. Meskipun pelatihan meningkatkan pengetahuan, kehilangan keterampilan seiring berjalannya waktu, meningkatkan kebutuhan untuk pelatihan berulang setelah jangka waktu tertentu. Hal ini memungkinkan apabila pelatihan diberikan pada awal kurikulum daripada tahun akhir, seperti yang terjadi pada kurikulum saat ini. Mahasiswa perlu diajari dan dilatih tentang CPR/BLS pada awal kurikulum, untuk meningkatkan pengetahuan mereka.


(49)

Dengan mengetahui jawaban responden pada pertanyaan yang menilai pengetahuan responden, diperoleh tingkat pengetahuan responden. Pada mahasiswa stambuk 2012, tingkat pengetahuan mayoritas responden adalah baik yaitu sebanyak 53 orang (62,4%) dari total 85 responden. Sedangkan pada mahasiswa stambuk 2014, tingkat pengetahuan mayoritas responden adalah sedang yaitu sebanyak 63 orang (78,8%) dari total 80 responden. Dengan demikian, maka tingkat pengetahuan mahasiswa stambuk 2012 mengenai basic life support adalah lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa stambuk 2014.

Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian oleh (Mani, 2014), yang mendapatkan perbandingan nilai rata-rata berdasarkan tingkat semester, nilai rata- rata tertinggi terdapat pada mahasiswa semester tiga, diikuti dengan semester tujuh dan semester lima secara berurutan dan perbedaannya signifikan secara statistik. Mahasiswa semester tiga adalah yang paling terkini mendapatkan pelatihan BLS (kurang dari 6 bulan), dan mahasiswa semester 7 memiliki durasi paparan tertinggi terhadap spesialisasi klinis, meskipun tidak terdapat pelatihan ulangan, paparan klinis mungkin merupakan suatu faktor positif bagi mahasiswa semester tujuh. Oleh sebab itu, nilai rata-rata berhubungan dengan durasi sejak pelatihan BLS dan durasi paparan spesialisasi klinis.

Selain itu, hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian oleh (Chandrasekaran, 2010), dimana hasil studi menunjukkan bahwa mahasiswa kedokteran, kedokteran gigi, dan keperawatan serta fakultas yang termasuk dalam kelompok studi menunjukkan tingkat pengetahuan yang sangat kurang mengenai BLS. Tingkat pengetahuan mengenai BLS sangatlah rendah pada seluruh mahasiswa.


(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2012 mengenai basic life support tergolong kedalam tingkat pengetahuan baik, sedangkan pada stambuk 2014 tergolong dalam tingkat pengetahuan sedang.

2. Tingkat pengetahuan mahasiswa stambuk 2012 adalah lebih baik dibandingkan dengan stambuk 2014

3. Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang pernah mendapatkan pendidikan BLS, pada stambuk 2012 tergolong kedalam tingkat pengetahuan baik, sedangkan pada stambuk 2014 tergolong dalam tingkat pengetahuan sedang

4. Tingkat pengetahuan mahasiswa yang pernah mendapatkan pendidikan BLS pada stambuk 2012 adalah lebih baik dibandingkan dengan stambuk 2014

6.2. Saran

1. Menjadi masukan bagi FK USU untuk lebih memberikan perhatian terhadap pendidikan dan pelatihan kepada mahasiswa mengenai keterampilan basic life support dalam penanganan kegawatdaruratan.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

acls123.com. (t.thn.). Dipetik May 20, 2014, dari Critical Care Training Center: http://www.acls123.com/studygds/bls2013.pdf

Alkatiri, J. (2007). Resusitasi Jantung Paru. Dalam D. Felayati, Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2008 tentang Bantuan Hidup Dasar di Universitas Sumatera Utara.

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Dalam D. Felayati, Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2008 tentang Bantuan Hidup Dasar di Universitas Sumatera Utara (hal. 16).

Chandrasekaran, S. e. (2010). Indian Journal of Anaesthesia | Vol. 54| Issue 2 | Mar-Apr 2010. Awareness of basic life support among medical, dental, nursing students and doctors, 54 (2), 125.

Felayati, D. (2011). Hasil penelitian dan pembahasan. Gambaran

Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2008 tentang Bantuan Hidup Dasar di Universitas Sumatera Utara .

Hazinski, M. F. (2010). Supplement to Circulation. 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardovascular Care Science , S643-S676,S692.

Kumar, H. (2013). International Journal of Medicine and Public Health. Awareness about BLS/CPR among undergraduate medical students, 3 (3), 149-150.


(52)

Mansjoer, A. (2009). Resusitasi Jantung Paru. Dalam A. W. Sudoyo, & A. W. Sudoyo (Penyunt.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (5 ed., Vol. 1, hal. 227-233). Jakarta, Indonesia: Interna publishing.

McNally, B. e. (2011). Out-of-Hospital Cardiac Arrest Surveillance — Cardiac Arrest Registry to Enhance Survival (CARES), United States, October 1, 2005–December 31, 2010. Centers for Disease Control and Preventions, 60 (8), 1-2.

Newman, M. (2014, February 20). AHA Releases Latest Statistics on Out-of-Hospital Cardiac Arrest. Dipetik may 20, 2014, dari EMSWORLD: http://www.emsworld.com/news/11315770/aha-releases-latest-statistics-on-out-of-hospital-cardiac-arrest

Nolan, J. e. (2010). Resuscitation. European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010 , 1282,1285,1316-1318.

Nolan, J. (2010). Resuscitation Council (UK). Resuscitation Guidelines 2010 , 19,22,40-41,.

Notoadmojo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Dalam D. Felayati, Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2008 tentang Bantuan Hidup Dasar di Universitas Sumatera Utara (hal. 4).


(53)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Kalvin Raveli

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat / Tanggal Lahir : Tanjung balai/5 Agustus 1994 Agama : Kristen protestan

Alamat : Jl. Menjangan No. 36-D, Medan

Telepon : +6287869087377

Riwayat Pendidikan : 1. TK Swasta Sisingamangaraja Tanjung balai 1998-1999

2. SD Swasta Sisingamangaraja Tanjung balai 1999-2005

3. SMP Swasta Sisingamangaraja Tanjung balai 2005-2008

4. SMA Swasta Sutomo 1 Medan 2008-2011 5. Fakultas Kedokteran USU Medan 2011-sekarang


(54)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN

Salam sejahtera

Pertama-tama, saya ucapkan terima kasih atas kesediaannya untuk meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan ini.

Nama saya Kalvin Raveli. Saya sedang menjalani kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) angkatan 2011. Saat ini saya sedang mengerjakan penelitian guna melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran.

Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Stambuk 2014 Dengan Stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai Basic Life Support”. Saya mengikutsertakan Saudara dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan Saudara tentang Basic Life Support. Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan dan kerja sama dari Saudara. Informasi yang didapat tidak akan digunakan untuk maksud-maksud lain selain penelitian ini.

Partisipasi Saudara dalam penelitian ini bersifat bebas, dan sukarela. Bebas untuk ikut atau menolak tanpa adanya sanksi apapun. Pada penelitian ini identitas Saudara akan dirahasiakan dan kerahasiaan akan dijamin sepenuhnya.

Demikian saya beritahukan. Atas kesediaan saudara saya ucapkan terima kasih. Semoga partisipasi saudara dalam penelitian ini membawa manfaat besar bagi kita semua.


(55)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Penelitian ini berjudul “Perbandingan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Stambuk 2014 Dengan Stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai Basic Life Support”. Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Community Research

Programme (CRP). Penelitian ini akan dilakukan di USU dan yang menjadi

respondennya adalah mahasiswa baru dan mahasiswa stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitian ini responden akan diminta untuk mengisi kuesioner yang dibagikan oleh peneliti.

Setelah mendapatkan penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Umur : Jenis kelamin :

Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden (subjek penelitian). Persetujuan ini diambil dan disepakati dalam keadaan sadar dan tanpada paksaan dari pihak manapun.

Medan, ………2014


(56)

LAMPIRAN 4

KUESIONER PENELITIAN

PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA

STAMBUK 2014 DENGAN STAMBUK 2012 FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MENGENAI

BASIC LIFE SUPPORT

1. Data Pribadi

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Fakultas/Jurusan :

Stambuk :

2. Riwayat Pendidikan Basic Life Support ( lingkari jawaban yang benar ) Apakah anda pernah menerima pendidikan Basic Life Support ?

Jawaban : ( Ya/Tidak )

 Jika Ya, kapan dan dimana anda mendapat pendidikan tersebut ?

3. Pertanyaan Mengenai Penelitian ( semua pertanyaan wajib di isi )

1. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) adalah pertolongan pertama dalam kegawatdaruratan untuk menunjang pernafasan dan sirkulasi tanpa


(57)

2. Tujuan dilakukannya Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) adalah untuk mencegah berhentinya sirkulasi (jantung) atau berhentinya respirasi (nafas) a. Benar

b. Salah c. Tidak tahu

3. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) dapat dilakukan oleh: a. Kalangan medis saja

b. Siapa saja baik dari kalangan medis maupun non-medis c. Kalangan non-medis saja

4. Indikasi dilakukannya Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) adalah a. Denyut jantung lemah dan/atau sesak nafas

b. Henti jantung dan/atau henti napas

c. Kekurangan oksigen dan/atau tekanan darah rendah

5. Tindakan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) terdiri dari: a. Pembebasan jalan nafas dan memberikan bantuan hidup dasar b. Pembebasan jalan udara dan sirkulasi

c. Pembebasan jalan nafas, memberikan bantuan nafas, dan pijat jantung

6. Saat menemukan korban yang tidak sadar hal yang pertama sekali kita lakukan adalah:

a. Mengukur tekanan darah korban dan beri bantuan nafas b. Memberikan air gula agar korban sadar kembali

c. Periksa kesadaran dengan menepuk pundak korban sambil memanggil “Pak! Pak!” atau “Bu! Bu!”


(58)

7. Apabila korban tidak sadar, yang perlu dilakukan adalah: a. Membebaskan jalan nafas

b. Meminta bantuan atau hubungi nomor darurat (ambulans atau rumah sakit terdekat)

c. Periksa denyut nadi korban

8. Dalam mempertahankan jalan napas pada korban dalam keadaan tidak sadarkan diri, terdapat 3 manuver yang dapat dilakukan langsung tanpa bantuan alat, salah satunya adalah :

a. Artificial Mask Bag Unit

b. Nasopharyngeal airway

c. Jaw thrust

9. Lokasi yang tepat untuk melakukan pijat jantung adalah: a. Di antara tulang rusuk 1 dan 2

b. Di tengah dada c. Di bawah dada

10.Tindakan pijat jantung dilakukan pada: a. Alas yang keras dan datar

b. Alas yang keras dan tidak datar c. Alas yang lunak dan datar


(59)

12.Dalam pelaksanaan pijat jantung, minimal kedalaman pijat jantung adalah: a. 10 inch

b. 5 cm c. 5 inch

13.Setelah melakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) dan korban telah sadar yang kita lakukan pada korban adalah posisi pemulihan (recovery position):

a. Membantu korban tidur telungkup

b. Membantu korban tidur dengan posisi miring c. Membantu korban tidur dengan posisi bebas

14.Tindakan Resusitasi Jantung Paru dapat dihentikan apabila:

a. Penolong dalam keadaan letih atau bantuan medis sudah datang dan korban kembali pulih

b. Penolong merasa menjadi cedera akibat Resusitasi Jantung Paru c. Penolong merasa Resusitasi Jantung Paru tidak berguna

15.Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) hanya dapat dilakukan diluar rumah sakit dan tanpa peralatan yang lengkap

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu


(60)

Lampiran 5

Tabel Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Nomor

soal Total Pearson Correlation Status Valid Status

1 0,532 valid 0,646 Reliabel

2 0,532 valid Reliabel

3 0,526 valid Reliabel

4 0,427 valid Reliabel

5 0,517 valid Reliabel

6 0,427 valid Reliabel

7 0,551 valid Reliabel

8 0,734 valid Reliabel

9 0,386 valid Reliabel

10 0,472 valid Reliabel

11 0,555 valid Reliabel

12 0,559 valid Reliabel

13 0,427 valid Reliabel

14 0,453 valid Reliabel


(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(1)

Lampiran 5

Tabel Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Nomor

soal Total Pearson Correlation Status Valid Status

1 0,532 valid 0,646 Reliabel

2 0,532 valid Reliabel

3 0,526 valid Reliabel

4 0,427 valid Reliabel

5 0,517 valid Reliabel

6 0,427 valid Reliabel

7 0,551 valid Reliabel

8 0,734 valid Reliabel

9 0,386 valid Reliabel

10 0,472 valid Reliabel

11 0,555 valid Reliabel

12 0,559 valid Reliabel

13 0,427 valid Reliabel

14 0,453 valid Reliabel


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)