Konflik LANDASAN TEORI DAN DEFINISI

21 lazim sebagai generalisasi identitas pengalaman masa lalu dan sekarang yang kemudian membimbing persepsi tentang seksualitas berdasarkan heteronormativitas saja, kemudian perlahan tapi pasti menolak serta menganggap adanya orientasi seksualitas yang lain yang terhitung minoritas homoseksualitas sebagai sesuatu yang menyimpang atau tidak lazim. “within the context of sexual scripts, individual develop their own sexual self schemes that can be as identity or cognitive generalizations about sexual aspect of the self that are established from past and present experiences and guide sexual feeling and behavior 15 “ Dapat dilihat bahwa pandangan seksualitas ataupun orientasi seksual manusia dibentuk oleh kebudayaan, norma serta peraturan yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Ketika dihadapkan dengan kenyataan, tidaklah mengejutkan bahwa homoseksualitas tidak membawa pengaruh apapun pada etika, sebab homoseksualitas dan seksualitas sendiri lahir dari bentukan budaya masyarakat itu sendiri, terlebih ketika masyarakat mencoba untuk menutup fakta terhadap hal tersebut 16 . Hal ini dikarenakan manusia cenderung untuk enggan mengganti haluan dalam norma yang sudah terbiasa ada, khususnya jika perubahan itu terjadi dan memberikan cultural shock kepada mereka karena mereka cenderung menolak dan memandang geli kepada sesuatu yang berada di luar norma sehingga 15 Ibid, H.153. 16 Hasil wawancara dengan Soe Tjen Marching, Jakarta 30 September 2010. 22 mereka melakukan tekanan pada yang berada di luar norma untuk ikut ke dalam norma yang sudah ditetapkan. 17 Terdapat kesepakatan tertulis dan tidak tertulis mengenai seksualitas. Kesepakatan tertulis merupakan ketentuan-ketentuan yang ditulis mengenai seksualitas dan berpasang-pasangan sesuai kaidah-kaidah yang telah ditentukan dalam kitab-kitab suci, menurut ilmu kesehatan, maupun ketentuan adat yang berlaku. Sedangkan ketentuan tidak tertulis merupakan praktek perilaku seksualitas yang ada dalam masyarakat secara langsung dan tidak tertulis dalam kaidah-kaidah yang telah ditentukan. Ini hanya berlaku karena adanya kesepakatan antarpasangan saja. Seksualitas juga dipengaruhi oleh pandangan yang berdasarkan heteronormativitas dan identitas gender, laki-laki selalu diidentikkan dengan maskulinitas, kekuatan dan dominasi. Sedangkan perempuan diidentikkan dengan femininitas, kelemah-gemulaian, selalu termarginalkan dan minoritas. 18 1. Definisi Homoseksualitas Orientasi yang ada di bumi tidak hanya sebatas heteroseksual saja laki- laki dengan perempuan namun juga terdapat homoseksual sejenis antara laki- laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan, yang termasuk juga didalamnya biseksual berhubungan baik dengan laki-laki dan perempuan, memiliki ketertarikan seksual dengan kedua jenis, transgender mengganti jenis 17 Linda L. Davidoff, Mari Juniarti, Psikologi Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga: 1991, h. 315. 18 Bulletin bulanan GAYa Nusantara, No. 37 tahun 2005.obrolan: topic kita, H. 3. 23 kelamin sekunder menjadi jenis kelamin lawan jenis, queer orang yang tidak mau mendefinisikan ketertarikan lawan jenisnya ataupun orientasi seksualnya sebagai homo atau hetero, individu tersebut bebas mau berhubungan baik dengan lawan jenis maupun dengan sesame jenis, dengan atau tanpa cinta atau hanya sebatas ketertarikan seksual. 19 Homoseksualitas merupakan perilaku atau sikap-sikap homoseksual, perilaku hubungan seks di dalamnya juga meliputi serangkaian aktivitas yang berhubungan dengan hubungan sesama jenis termasuk gaya hidup, perilaku managemen finansial, interaksi sosial baik di dalam maupun di luar komunitas L.G.B.T sendiri. 20 jadi, homoseksualitas yang dimaksud tidak hanya sebatas menyakut perilaku seksual dalam hubungan percintaan mereka saja namun di sini juga mencakup seluruh aktifitas kehidupan sosial, religius, serta finansial yang dilakukan oleh mereka di dalam kalangan maupun di luar kaum L.G.B.T. 21 Ini merupakan serangkaian aktivitas yang meliputi interaksi seksual yang romantis antara pribadi yang berjenis kelamin sama maupun dengan identitas gender yang sama baik secara biologis atau non-biologis. Penggunaan pertama kata homoseksual yang tercatat dalam sejarah dan yang paling dikenal adalah definisi yang dikeluarkan pada tahun 1869 oleh Karl- Maria Kertbeny dan kemudian dipopulerkan penggunaannya oleh 19 Hasil wawancara dengan Yulie Rustinawati, Jakarta 10 Mei 2010. 20 Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer: Edisi Lengkap, Cetakan Pertama Jakarta: Gramedia Press, 2006, h. 182. 21 Hasil wawancara dengan Yulie Rustinawati, Jakarta 10 April 2010. 24 Richard Freiherr von Krafft-Ebing pada bukunya, Psychopathia Sexualis. 22 Namun secara etimologis homoseksual berasal dari bahasa Yunani homo yang berarti sejenis, sama, manusia atau keluarga manusia 23 dan sex berasal dari bahasa latin yang berarti alat, seks atau jenis kelamin. 24 Perilaku seksual homoseksual ini dilakukan dengan seseorang yang memiliki orientasi seksual yang sama dan tidak memperdulikan identitas gender maupun identitas seksual identifikasi diri yang dimiliki oleh pasangannya yang mungkin dapat mengacu kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual. Sedangkan homoseksual sendiri adalah istilah yang digunakan untuk hubungan intim atau hubungan seksual di antara orang-orang berjenis kelamin yang sama. 25 Istilah gay adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada pria homoseks. Sedangkan Lesbian adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada wanita homoseks. 26 Ungkapan seksual dan cinta erotis sesama jenis telah menjadi suatu corak dari sejarah kebanyakan budaya yang dikenal sejak manusia mengenal kebudayaan dan kepercayaan, hanya saja homoseksualitas banyak bergejolak mulai abad ke-19 bahwa tindakan dan hubungan seperti itu seksualitas kita merupakan produk dari kondisi-kondisi sejarah yang khusus, yang terbentuk dari 22 Ibid, h. VIII. 23 Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, h. 181. 24 Ibid, h. 426. 25 Dra. Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid I Jakarta: Rajawali, 1988, h. 213. 26 Rama Azhari dan Putra Kencana, Membongkar Rahasia Jaringan Cinta Terlarang, h. 25, lihat juga Dra. Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid I Jakarta: Rajawali, 1988, h 214, lihat juga Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, h.282. apa yang telah dipaparkan secara sederhana. 27 Sejauhmana fakta tersebut mempengaruhi cara pandang masyarakat yang telah melekat mempengaruhi pengungkapan pandangan tentang homoseksualitas yang dianggap berbeda hingga dianggap menyimpang sampai menimbulkan homophobia, semua itu akan dibahas pada sub-bab berikutnya. 2. Latar Belakang Berkembangnya Orientasi Seksual Berbeda Homoseksualitas telah ada dan berkembang dalam kebudayaan masyarakat sejak zaman pra-sejarah jauh sebelum manusia mengenal tulisan. Hal ini dapat dilihat pada perilaku seksualitas mamalia dan juga pada hubungan seksual antara manusia dalam kebudayaan yang berlaku pada masa itu. Perilaku-perilaku homoseksualitas tidak hanya berakhir pada masa itu saja. Homoseksualitas juga ternyata berlangsung pada masa-masa peradaban selanjutnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya bukti mitos, manuskrip, candi-candi seperti candi C etho‟, pura Puseh, candi Sukun, pura Penyungsung, pura Besakih 28 , Pelinggih Ratu Ayu Pingit 29 dan bukti-bukti sejarah lainnya yang ada pada masa peradaban-peradaban kuno Hawaii kuno, Pulau Melanisia, Pulau Mangaia di Polynesia, Suku Trobiander, Sironon, Duson dan orang-orang di dataran Cree 30 , Yunani kuno, Mesopotamia, Cina, peradaban Mesir pertama dan termasuk juga pada masa peradaban Islam hingga abad millennium dan kebudayaan Nusantara yang masih 27 Collin Spencer, Sejarah Homoseksualitas, h. VI. 28 DR.James Danandjaja, Kebudayaan Petani Desa Trunyan di Bali, Jakarta: UI-press:1989. H. 202 29 Ibid,h. 367-368. 30 Linda L. Davidoff, Mari Juniarti, Psikologi Suatu Pengantar,h.32. menganut kepercayaan Animisme 31 dan Dinamisme ini. Setiap kebudayaan dan seksualitas yang tumbuh berkembang pada masa itu sangat kental sekali dipengaruhi oleh kebudayaan yang menganut Heteronormativitas dan Phallusentris yang Maskulin 32 . Segalanya sangat berhubungan dengan kegiatan yang seksis karena pada saat itu mereka sangat memuja kesuburan, setiap kegiatan tersebut juga melibatkan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada homoseksualitas, karena homoseksualitas merupakan bagian dari seksualitas yang lahir dari kebudayaan. Maka jelas bahwa homoseksualitas ada dan melekat sampai sekarang ini, tidak hanya homoseksualitas bahkan juga terdapat perbancian travetisme termasuk di dalamnya. Membahas homoseksualitas dapat ditinjau melalui pengaruh dari tradisi, kebudayaan, ekonomi, kekayaan baik yang berupa tanah, etika yang terorganisasi, dan identifikasi sosial. Melalui faktor-faktor tersebut dapat diketahui sampai sejauh mana pengaruhnya pada cara pandang masyarakat dewasa ini. Homoseksualitas telah melekat sangat dalam pada masyarakat sehingga menimbulkan stigma negatif yang mempengaruhi pengungkapan pandangan tentang perilaku menyimpang hingga menimbulkan homophobia. 31 Untuk keterangan dan bacaan lebih jauh lihat Sarah Dening, The Mythology of Sex, USA: macmillan general references, 1996. 32 Phallussentris, Phallus: symbol alat reproduksi laki-laki, centre: pusat. Untuk lebih lanjut dapat lihat Rachmat Hidayat, Ilmu Yang Seksis: Feminism dan Perlawanan Terhadap Teori Sosial Maskulin, Yogyakarta: Jendela, 2004. h.177. Selama perjalanannya homoseksual memiliki beberapa periode penting yang terjadi. Kemunculannya dalam beberapa hal inilah yang paling melekat dalam ingatan dunia dan mempengaruhi timbulnya stigma negatif. Diantaranya adalah, peristiwa binasanya kaum Sodom umat Nabi Luth yang dilaknat oleh Allah karena melakukan tindak seksualitas sejenis, mereka telah diperingati oleh Nabi Luth namun tidak menghiraukan. Maka Allah membinasakan mereka dengan cara menghujani mereka dengan hujan batu dari neraka hingga mereka binasa. Sebagaimana disebutkan dalam Al- Qur‟an: ي عْ ا حأ ْ ب ق س شح فْ ا تْأتأ ْ ق ق ْ إ ط فرْس ْ ق ْ ت أ ْ ب ء س ا د ْ ش جر ا تْأت ْ إ ر طتي س أ ْ إ ْ تيْرق جرْخأ ْا ق أ اإ ْ ق ا ج ك يرب غْ ا ْت ك تأرْ ا اإ ْ أ ْيج أف ي رْج ْ ا ق ك ْيك ْرن ف ارط ْي ْرطْ أ “Dan Kami juga telah mengutus Luth kepada kaumnya. Ingatlah tatkala dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun sebelum kalian. Sesungguhnya kalian mendatangi laki-laki untuk melepaskan syahwat, bukan kepada wanita; malah kalian ini kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka dari kotamu ini, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri. Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal dibinasakan. Dan Kami turunkan kepada mereka hujan batu; maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang- orang yang berdosa itu.” QS Al-A‟raf:80-84. Peristiwa yang terjadi kemudian adalah peristiwa meletusnya gunung Vesuvius di Italia yang membinasakan kota Pompeii terutama kota Namples. Tempat tersebut merupakan tempat pusat perzinaan dan masyarakatnya banyak yang homoseksual. 33 33 Rama Azhari dan Putra Kencana, Membongkar Rahasia Jaringan Cinta Terlarang Kaum Homoseksual Jakarta: Hujjah Press, 2008, h. 51.