76 4.
Penyelesaian berkas perkara Setelah penyidikan lengkap dan dituangkan dalam bentuk berkas perkara
maka permasalahan yang ada adalah masalah barang bukti karena belum samanya persepsi diantara aparat penegak hukum, barang bukti digital adalah barang bukti
dalam kasus cyber crime yang belum memiliki rumusan yang jelas dalam penentuannya sebab digital evidence tidak selalu dalam bentuk fisik yang nyata.
Misalnya untuk kasus pembunuhan sebuah pisau merupakan barang bukti utama dalam melakukan pembunuhan sedangkan dalam kasus cyber crime barang bukti
utamanya adalah komputer tetapi komputer tersebut hanya merupakan fisiknya saja sedangkan yang utama adalah data di dalam hard disk komputer tersebut
yang berbentuk file, yang apabila dibuat nyata dengan print membutuhkan banyak kertas untuk menuangkannya, apakah dapat nantinya barang bukti tersebut dalam
bentuk compact disc saja, hingga saat ini belum ada Undang-undang yang mengatur mengenai bentuk dari pada barang bukti digital digital evidence
apabila dihadirkan sebagai barang bukti di persidangan.
B. Upaya Antisipasi Cyber crime di Sektor Perbankan Indonesia
Salah satu tugas pokok Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
UU No. 3 Tahun 2004 adalah mengatur dan mengawasi bank. Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut Bank Indonesia diberikan kewenangan sbb:
1. Menetapkan peraturan perbankan termasuk ketentuan-ketentuan perbankan
yang memuat prinsip-prinsip kehati-hatian.
Universitas Sumatera Utara
77 2.
Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank, memberikan izin pembukaan, penutupan dan
pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank.
3. Melaksanakan pengawasan bank secara langsung dan tidak langsung.
4. Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan. Pelaksanaan kewenangan tugas-tugas tersebut di atas ditetapkan secara
lebih rinci dalam Peraturan Bank Indonesia PBI. Terkait dengan tugas Bank Indonesia mengatur dan mengawasi bank,
salah satu upaya untuk meminimalisasi internet fraud yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah melalui pendekatan aspek regulasi. Sehubungan dengan hal
tersebut, Bank Indonesia telah mengeluarkan serangkaian Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia yang harus dipatuhi oleh dunia
perbankan antara lain mengenai penerapan manajemen risiko dalam penyelenggaraan kegiatan internet banking dan penerapan prinsip Know Your
Customer KYC.
54
a. Manajemen risiko dalam penyelenggaraan kegiatan internet banking
Peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia terkait dengan pengelolaan atau manajemen risiko penyelenggaraan kegiatan internet banking
adalah Peraturan Bank Indonesia No. 58PBI2003 tentang Penerapan
54
http:www.RYKERS.org, “Peranan Bank Indonesia dalam Pencegahan Kejahatan Penipuan Internet di Perbankan”. Diakses pada tanggal 3 Maret 2010.
Universitas Sumatera Utara
78 Manajemen Risiko Bagi Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia No.
618DPNP, tanggal 20 April 2004 tentang Penerapan Manajemen Risiko Pada Aktivitas Pelayanan Jasa Bank Melalui Internet Internet Banking
Pokok-pokok pengaturannya antara lain sbb: 1.
Bank yang menyelenggarakan kegiatan internet banking wajib menerapkan manajemen risiko pada aktivitas internet banking secara
efektif. 2.
Penerapan manajemen risiko tersebut wajib dituangkan dalam suatu kebijakan, prosedur dan pedoman tertulis dengan mengacu pada Pedoman
Penerapan Manajemen Risiko pada Aktivitas Pelayanan Jasa Bank Melalui Internet Internet Banking, yang ditetapkan dalam lampiran dalam Surat
Edaran Bank Indonesia tersebut. 3.
Pokok-pokok penerapan manajemen risiko bagi bank yang menyelenggarakan kegiatan internet banking adalah:
b. Adanya pengawasan aktif komisaris dan direksi bank, yang meliputi:
1. Komisaris dan direksi harus melakukan pengawasan yang efektif
terhadap risiko yang terkait dengan aktivitas internet banking, termasuk penetapan akuntabilitas, kebijakan dan proses
pengendalian untuk mengelola risiko tersebut. 2.
Direksi harus menyetujui dan melakukan kaji ulang terhadap aspek utama dari prosedur pengendalian pengamanan bank.
c. Pengendalian pengamanan security control
Universitas Sumatera Utara
79 1.
Bank harus melakukan langkah-langkah yang memadai untuk menguji keaslian otentikasi identitas dan otorisasi terhadap
nasabah yang melakukan transaksi melalui internet banking. 2.
Bank harus menggunakan metode pengujian keaslian transaksi untuk menjamin bahwa transaksi tidak dapat diingkari oleh
nasabah non repudiation dan menetapkan tanggung jawab dalam transaksi internet banking.
3. Bank harus memastikan adanya pemisahan tugas dalam sistem
internet banking, database dan aplikasi lainnya. 4.
Bank harus memastikan adanya pengendalian terhadap otorisasi dan hak akses privileges yang tepat terhadap sistem internet
banking, database dan aplikasi lainnya. 5.
Bank harus memastikan tersedianya prosedur yang memadai untuk melindungi integritas data, catatanarsip dan informasi pada
transaksi internet banking. 6.
Bank harus memastikan tersedianya mekanisme penelusuran audit trail yang jelas untuk seluruh transaksi internet banking.
7. Bank harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi
kerahasiaan informasi penting pada internet banking. Langkah tersebut harus sesuai dengan sensitivitas informasi yang
dikeluarkan danatau disimpan dalam database. d.
Manajemen Risiko Hukum dan Risiko Reputasi
Universitas Sumatera Utara
80 1.
Bank harus memastikan bahwa website bank menyediakan informasi yang memungkinkan calon nasabah untuk memperoleh
informasi yang tepat mengenai identitas dan status hukum bank sebelum melakukan transaksi melalui internet banking.
2. Bank harus mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa
ketentuan kerahasiaan nasabah diterapkan sesuai dengan yang berlaku di negara tempat kedudukan bank menyediakan produk
dan jasa internet banking. 3.
Bank harus memiliki prosedur perencanaan darurat dan berkesinambungan usaha yang efektif untuk memastikan
tersedianya sistem dan jasa internet banking. 4.
Bank harus mengembangkan rencana penanganan yang memadai untuk mengelola, mengatasi dan meminimalkan permasalahan
yang timbul dari kejadian yang tidak diperkirakan internal dan eksternal yang dapat menghambat penyediaan sistem dan jasa
internet banking. 5.
Dalam hal sistem penyelenggaraan internet banking dilakukan oleh pihak ketiga outsourcing, bank harus menetapkan dan
menerapkan prosedur pengawasan dan due dilligence yang menyeluruh dan berkelanjutan untuk mengelola hubungan bank
dengan pihak ketiga tersebut.
Universitas Sumatera Utara
81
b. Penerapan prinsip Know Your Customer KYC
Upaya lainnya yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka meminimalisir terjadinya tindak kejahatan internet fraud adalah pengaturan
kewajiban bagi bank untuk menerapkan prinsip mengenal nasabah atau yang lebih dikenal dengan prinsip Know Your Customer KYC. Pengaturan tentang
penerapan prinsip KYC terdapat dalam Peraturan Bank Indonesia No. 310PBI2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Know Your
Customer Principles sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 323PBI2001 dan Surat Edaran Bank Indonesia 637DPNP tanggal 10
September 2004 tentang Penilaian dan Pengenaan Sanksi atas Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dan Kewajiban Lain Terkait dengan Undang-Undang tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang. Pokok-pokok pengaturannya antara lain sbb:
1. Prinsip Mengenal Nasabah adalah prinsip yang diterapkan bank untuk
mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan transaksi yang mencurigakan.
2. Dalam menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah, bank wajib:
c. Menetapkan kebijakan penerimaan nasabah.
d. Menetapkan kebijakan dan prosedur dalam mengidentifikasi nasabah.
e. Menetapkan kebijakan dan prosedur pemantauan terhadap rekening
dan transaksi nasabah. f.
Menetapkan kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang berkaitan dengan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
Universitas Sumatera Utara
82 3.
Terkait dengan kebijakan penerimaan dan identifikasi nasabah, maka: a.
Sebelum melakukan hubungan usaha dengan nasabah, bank wajib meminta informasi mengenai identitas calon nasabah, maksud dan
tujuan hubungan usaha yang akan dilakukan calon nasabah dengan bank, informasi lain yang memungkinkan bank untuk dapat
mengetahui profil calon nasabah dan identitas pihak lain dalam hal calon nasabah bertindak untuk dan atas nama pihak lain. Identitas
calon nasabah tersebut harus dibuktikan dengan dokumen-dokumen pendukung dan bank wajib meneliti kebenaran dokumen-dokumen
pendukung tersebut. b.
Bagi bank yang telah menggunakan media elektronis dalam pelayanan jasa perbankan wajib melakukan pertemuan dengan calon nasabah
sekurang-kurangnya pada saat pembukaan rekening. 4.
Dalam hal calon nasabah bertindak sebagai perantara dan atau kuasa pihak lain beneficial owner untuk membuka rekening, bank wajib memperoleh
dokumen-dokumen pendukung identitas dan hubungan hukum, penugasan serta kewenangan bertindak sebagai perantara dan atau kuasa pihak lain.
Dalam hal bank meragukan atau tidak dapat meyakini identitas beneficial owner, bank wajib menolak untuk melakukan hubungan usaha dengan
calon nasabah. 5.
Bank wajib menatausahakan dokumen-dokumen pendukung nasabah dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 5 lima tahun sejak nasabah
menutup rekening pada bank. Bank juga wajib melakukan pengkinian data
Universitas Sumatera Utara
83 dalam hal terdapat perubahan terhadap dokumen-dokumen pendukung
tersebut. 6.
Bank wajib memiliki sistem informasi yang dapat mengidentifikasi, menganalisa, memantau dan menyediakan laporan secara efektif mengenai
karakteristik transaksi yang dilakukan oleh nasabah bank. 7.
Bank wajib memelihara profil nasabah yang sekurang-kurangnya meliputi informasi mengenai pekerjaan atau bidang usaha, jumlah penghasilan,
rekening lain yang dimiliki, aktivasi transaksi normal dan tujuan pembukaan rekening.
8. Bank wajib memiliki kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang
sekurang-kurangnya mencakup: a.
Pengawasan oleh pengurus bank management oversight. b.
Pendelegasian wewenang. c.
Pemisahan tugas. d.
Sistem pengawasan intern termasuk audit intern. e.
Program pelatihan karyawan mengenai penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
9. Bank Indonesia melakukan penilaian terhadap pelaksanaan Prinsip
Mengenal NasabahKYC dan Undang- Undang Tindak Pidana Pencucian Uang UU TPPU dimana penilaian tersebut dilakukan secara kualitatif
atas faktor-faktor manajemen risiko penerapan KYC.
Universitas Sumatera Utara
84
c. Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan
Transparansi Produk Bank
Regulasi lainnya yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia terkait dengan upaya meminimalisir internet fraud adalah regulasi mengenai penyelenggaraan
kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu APMK, mengingat APMK merupakan alat atau media yang sering digunakan dalam kejahatan
internet fraud. Ketentuan mengenai penyelenggaraan APMK terdapat dalam Peraturan Bank Indonesia No. 630PBI2004 tentang Penyelenggaraan Kegiatan
Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 760DASP, tanggal 30 Desember 2005 tentang Prinsip Perlindungan
Nasabah dan Kehati-hatian, serta Peningkatan Keamanan Dalam Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu.
Adapun pokok-pokok pengaturannya antara lain sbb: 1.
Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu APMK adalah alat pembayaran yang berupa kartu kredit, kartu ATM, kartu debet, kartu
prabayar dan atau yang dipersamakan dengan hal tersebut. 2.
Bagi bank dan lembaga bukan bank yang merupakan penyelenggara APMK harus menyerahkan bukti penerapan manajemen risiko.
3. Penerbit APMK wajib meningkatkan keamanan APMK untuk
meminimalkan tingkat kejahatan terkait dengan APMK dan sekaligus untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap APMK.
4. Peningkatan keamanan tersebut dilakukan terhadap seluruh infrastruktur
teknologi yang terkait dengan penyelenggaraan APMK, yang meliputi
Universitas Sumatera Utara
85 pengamanan pada kartu dan pengamanan pada seluruh sistem yang
digunakan untuk memproses transaksi APMK termasuk penggunaan chip pada kartu kredit. Selain itu, Bank Indonesia juga mengeluarkan regulasi
mengenai transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah, sebagai upaya untuk mengedukasi nasabah terhadap
produk bank dan meningkatkan kewaspadaan nasabah terhadap berbagai risiko termasuk internet fraud. Ketentuan tersebut terdapat dalam
Peraturan Bank Indonesia No. 76PBI2005 Jo SE No. 725DPNP tentang Transparansi Informasi Produk Bank Dan Penggunaan Data Pribadi
Nasabah. Pokok-pokok pengaturan dalam ketentuan tersebut antara lain sbb:
1. Bank wajib menerapkan transparansi informasi mengenai Produk Bank
dan penggunan Data Pribadi Nasabah. 2.
Bank dilarang memberikan informasi yang menyesatkan mislead dan atau tidak etis misconduct.
3. Informasi Produk Bank tersebut, minimal meliputi: nama produk, jenis
produk, manfaat dan resiko produk, persyaratan dan tatacara penggunaan produk, biaya-biaya yang melekat pada produk, perhitungan bunga atau
bagi hasil dan margin keuntungan, jangka waktu berlakunya Produk Bank, penerbitan issueroriginator Produk Bank.
4. Bank wajib memberikan informasi kepada nasabah mengenai manfaat dan
risiko pada setiap produk bank, dimana bank harus menjelaskan secara rinci manfaat dan risiko yang diperoleh nasabah dari suatu produk bank.
Universitas Sumatera Utara
86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN